bab ii inayah -...

53
19 BAB II UANG DAN BANK DALAM PERSPEKTIF EKONOMI KONVENSIONAL DAN EKONOMI ISLAM A. Uang 1. Definisi Uang Untuk bisa mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan uang, kita harus bisa memberi pengertian atau definisi dari uang itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, uang adalah suatu alat tukar atau standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu. 1 Menurut Muchdarsah Sinungan, uang yang selalu kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah sesuatu yang bisa diterima oleh umum sebagai alat pembayaran dan sebagai alat tukar menukar. 2 Menurut Nopirin, uang adalah segala sesuatu yang dapat dipakai atau diterima untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang. 3 Menurut Adiwarman Karim, konsep uang dalam Islam berbeda dengan konsep konvensional, perbedaan itu ia tunjukkan sebagai berikut: 4 1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hlm. 1232 2 Muchdarsah Sinungan, Uang dan Bank, Jakarta: Bina Aksara, 1987, hlm. 5 3 Novirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Yogyakarta: BPFE, 1994, hlm. 119. 4 Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro, Jakarta: IIIT Indonesia, 2002, hlm. 21

Upload: trinhdan

Post on 04-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

19

BAB II

UANG DAN BANK DALAM PERSPEKTIF EKONOMI

KONVENSIONAL DAN EKONOMI ISLAM

A. Uang

1. Definisi Uang

Untuk bisa mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan

uang, kita harus bisa memberi pengertian atau definisi dari uang itu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, uang adalah suatu alat tukar atau

standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh

pemerintah suatu negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang

dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu.1

Menurut Muchdarsah Sinungan, uang yang selalu kita gunakan

dalam kehidupan sehari-hari adalah sesuatu yang bisa diterima oleh umum

sebagai alat pembayaran dan sebagai alat tukar menukar.2 Menurut

Nopirin, uang adalah segala sesuatu yang dapat dipakai atau diterima

untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3

Menurut Adiwarman Karim, konsep uang dalam Islam berbeda

dengan konsep konvensional, perbedaan itu ia tunjukkan sebagai berikut:4

1Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hlm. 1232 2Muchdarsah Sinungan, Uang dan Bank, Jakarta: Bina Aksara, 1987, hlm. 5 3Novirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Yogyakarta: BPFE, 1994, hlm.

119. 4Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro, Jakarta: IIIT

Indonesia, 2002, hlm. 21

Page 2: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

20

Konsep Islam Konsep Konvensional

o Uang tidak identik dengan

modal

o Uang adalah public goods

o Modal adalah private goods

o Uang adalah flow concept

o Modal adalah stock concept

o Uang sering diidentikkan dengan

modal

o Uang (modal) adalah private goods

o Uang (modal) adalah flow concept

bagi Fisher

o Uang (modal) adalah stock concept

bagi Cambridge School

Dewasa ini, uang menjadi suatu cabang yang penting dalam ilmu

ekonomi. Salah satu sebabnya ialah, karena uang memegang peranan

penting dalam lapangan hidup manusia. Juga karena uang memegang

peranan dalam hubungannya dengan perdagangan internasional. Harga

uang sesuatu negeri dalam hubungannya dengan harga uang negeri

lainnya, menjadi indikator bagaimana kedudukan perdagangan negara

yang bersangkutan dalam dunia pada umumnya. Persoalan uang itu bukan

saja penting dalam hubungannya dengan perekonomian nasional, tetapi

juga penting dalam hubungannya dengan perekonomian dunia. Sangat

penting bagi suatu negara, untuk menjamin kestabilan harga uangnya dan

kalau mungkin menaikkan harga uang tersebut dalam hubungannya

dengan harga uang asing di luar negeri. Salah satu usaha untuk mencapai

maksud itu adalah dengan politik keuangan, yang menjadi lingkungan

ekonomi keuangan.5

5M.Manullang, Ekonomi Moneter, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1980, hlm. 11-12.

Page 3: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

21

Dalam hubungannya dengan kebutuhan manusia, manusia yang

hidup dalam suatu negara membutuhkan stabilitas perekonomian. Salah

satu cara untuk menstabilkan perekonomian suatu negara ialah melalui

kebijakan keuangan yang tepat. Pada dasarnya instrumen/alat

kebijaksanaan yang dipakai adalah pertama, instrumen yang umum,

meliputi: (politik pasar terbuka, politik cadangan minimum, dan politik

diskonto). Kedua, instrumen yang selektif, meliputi: (margin requirement,

dan pembatasan/penentuan tingkat bunga), yang kesemuanya ini untuk

mempengaruhi alokasi kredit untuk sektor-sektor ekonomi tertentu.

Ketiga, instrumen yang sering disebut dengan “moral suasion” atau open

mouth policy. Di samping itu, penentuan tingkat bunga, pengaturan sistem

perbankan serta devaluasi termasuk juga dalam instrumen kebijaksanaan

stabilitas keuangan.6

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa uang adalah alat tukar

menukar yang dapat diterima umum dan menjadi alat pembayaran yang

sah

2. Fungsi Uang Secara Konvensional dan Menurut Islam

Sejak ratusan tahun yang lalu, masyarakat telah menyadari bahwa

uang sangat penting peranannya dalam melancarkan kegiatan

perdagangan. Tanpa uang kegiatan perdagangan menjadi sangat terbatas

dan pengkhususan tidak dapat berkembang. Keadaan seperti ini akan

membatasi perkembangan ekonomi yang dapat dicapai. Peranan uang

6Ibid, hlm. 45-46

Page 4: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

22

yang sangat penting ini dapat dengan nyata dilihat dengan memperhatikan

masalah-masalah yang dihadapi pada saat perdagangan dijalankan secara

barter.7

Dari kesulitan-kesulitan yang timbul sebagai akibat dari barter

maka uang diciptakan dalam perekonomian dengan tujuan untuk

melancarkan kegiatan tukar menukar dan perdagangan. Oleh karena itu

uang selalu didefinisikan sebagai: benda-benda yang disetujui oleh

masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar

menukar/perdagangan. Yang dimaksudkan dengan kata "disetujui" dalam

definisi ini adalah terdapat kata sepakat di antara anggota-anggota

masyarakat.8

Pertukaran berarti penyerahan suatu komoditi sebagai alat penukar

komoditi lain. Bisa juga berarti pertukaran dari satu komoditi dengan

komoditi lainnya, atau satu komoditi ditukar dengan uang, ada juga

perdagangan secara komersial yang mencakup penyerahan satu barang

untuk memperoleh barang lain, yang disebut saling tukar menukar. Jadi

terjadi tawar menawar dua barang dimana yang satu diberikan sebagai

bahan penukar untuk barang lain

Menurut ahli Fiqih Islam, pertukaran diartikan sebagai

pemindahan barang seseorang dengan menukar barang-barang tersebut

dengan barang lain berdasarkan keikhlasan/kerelaan. Pada zaman dahulu,

pertukaran hanya ada dalam bentuk barter, dalam hal ini barang ditukar

7Sadono Sukirno, Pengatar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1992, hlm. 190

8Ibid, hlm. 192.

Page 5: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

23

untuk mendapatkan barang. Bahkan dewasa ini banyak rakyat dari negara

berkembang di daerah-daerah pedalaman memperoleh kebutuhan mereka

melalui barter. Akan tetapi karena peradaban dan kebudayaan mereka

semakin berkembang, sistem pertukaran mereka juga meningkat.

Sekarang ini semua kelompok-kelompok masyarakat menggunakan

pertukaran melalui uang. Hal ini disebabkan karena nilai semua barang

dan jasa dapat dengan mudah terlihat dan dengan segera ditetapkan

dengan menggunakan uang.9

Agar masyarakat menyetujui penggunaan sesuatu benda sebagai

uang, haruslah benda itu memenuhi syarat. Dengan kata lain syarat-syarat

suatu benda berfungsi sebagai uang: pertama, nilainya tidak mengalami

perubahan dari waktu ke waktu; kedua, mudah dibawa-bawa; ketiga

mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya; keempat, tahan lama; kelima,

jumlahnya terbatas (tidak berlebihan); keenam, bendanya mempunyai

mutu yang sama.10

Berdasarkan keterangan di atas, maka fungsi uang menurut

Muchdarsah Sinungan adalah

Sebagai alat tukar menukar (medium of exchange), sebagai satuan hitung (unit of account), sebagai penimbun kekayaan, dan sebagai standar pencicilan uang.11 Keterangan yang sama dikemukakan oleh Winardi bahwa fungsi uang adalah pertama, sebagai standar nilai; kedua, sebagai alat tukar; ketiga, sebagai alat penghimpun kekayaan; dan keempat, sebagai alat pembayaran yang ditangguhkan.12

9Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid 2, terj. Soerojo, Nastangin,

Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002, hlm. 71-72 10Sadono Sukirno, op. cit, hlm. 192 11Muchdarsyah Sinungan, Uang dan Bank, Jakarta: PT.Bina Aksara, 1987, hlm. 6 – 9 12Winardi, Pengantar ilmu Ekonomi, Buku 1, Bandung: Tarsito, 1995, hlm. 225-226.

Page 6: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

24

Adiwarman Karim menyatakan sebagai berikut:

Fungsi uang berbeda antara sistem ekonomi konvensional dan sistem ekonomi Islam. Dalam ekonomi konvensional, dikenal 3 fungsi uang, yaitu: 1. Alat pertukaran (medium of exchange) 2. Satuan nilai (unit of account) 3. Penyimpan nilai (store of value).13

Selanjutnya Adiwarman Karim menegaskan bahwa Dalam

ekonomi Islam, fungsi uang hanya dikenal sebagai berikut: (1) Alat

pertukaran (medium of exchange for transaction); (2) Satuan nilai (unit of

account). Tegasnya, Islam hanya mengenal uang dalam fungsinya sebagai

alat pertukaran (medium of exchange), yaitu media untuk mengubah

barang dari satu bentuk kepada bentuk lain. Fungsinya yang kedua adalah

sebagai satuan nilai (unit of account).14

Pada dasarnya Islam memandang uang hanya sebagai alat tukar,

bukan sebagai barang dagangan (komoditas). Oleh karena itu motif

permintaan akan uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi

(money demand for transaction), bukan untuk spekulasi. Islam juga sangat

menganjurkan penggunaan uang dalam pertukaran karena Rasulullah telah

menyadari kelemahan dari salah satu bentuk pertukaran di zaman dahulu

yaitu barter (bai' al muqayadah), di mana barang saling dipertukarkan.15

Menurut Afzalur Rahman:

Rasulullah saw menyadari akan kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan sistem pertukaran ini, lalu beliau ingin menggantinya dengan sistem pertukaran melalui uang. Oleh karena itu beliau

13Adiwarman Karim, op. cit, hlm. 21-22 14Ibid, hlm. 22 15Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta : Alvabeta, 2003,

hlm. 16

Page 7: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

25

menekankan kepada para sahabat untuk menggunakan uang dalam transaksi-transaksi mereka. Hal ini dapat dijumpai dalam hadits-hadits antara lain seperti diriwayatkan oleh Ata bin Yasar, Abu Said dan Abu Hurairah, dan Abu Said Al Khudri. 16

Ternyata Rasulullah SAW tidak menyetujui transaksi-transaksi

dengan sistem barter, untuk itu dianjurkan sebaiknya menggunakan uang.

Tampaknya beliau melarang bentuk pertukaran seperti ini karena ada

unsur riba di dalamnya.

Dalam konsep Islam tidak dikenal money demand for speculation,

karena spekulasi tidak diperbolehkan. Kebalikan dari sistem konvensional

yang memberikan bunga atas harta, Islam malah menjadikan harta sebagai

obyek zakat. Uang adalah milik masyarakat sehingga menimbun uang di

bawah bantal (dibiarkan tidak produktif) dilarang, karena hal itu berarti

mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dalam pandangan

Islam, uang adalah flow concept, sehingga harus selalu berputar dalam

perekonomian. Semakin cepat uang berputar dalam perekonomian, maka

akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan semakin baik

perekonomian.

Bagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam

menganjurkan untuk melakukan investasi dengan prinsip Musyarakah atau

Mudharabah, yaitu bisnis dengan bagi-hasil. Bila ia tidak ingin mengambil

resiko karena bermusyarakah atau bermudharabah, maka Islam sangat

menganjurkan untuk melakukan qard, yaitu meminjamkannya tanpa

16Afzalur Rahman, op. cit, hlm. 73

Page 8: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

26

imbalan apa pun, karena meminjamkan uang untuk memperoleh imbalan

adalah riba.

Secara mikro, qard17 tidak memberikan manfaat langsung bagi

orang yang meminjamkan. Namun secara makro, qard akan memberikan

manfaat tidak langsung bagi perekonomian secara keseluruhan. Hal ini

disebabkan karena pemberian qard membuat velocity of money

(percepatan perputaran uang) akan bertambah cepat, yang berarti

bertambahnya darah baru bagi perekonomian, sehingga pendapatan

nasional (national income) meningkat. Dengan peningkatan pendapatan

nasional, maka si pemberi pinjaman akan meningkat pula pendapatannya.

Demikian pula, pengeluaran shadaqah juga akan memberikan manfaat

yang lebih kurang sama dengan pemberian qard.

Islam juga tidak mengenal konsep time value of money, namun

Islam mengenal konsep economic value of time yang artinya bahwa yang

bernilai adalah waktu itu sendiri. Islam memperbolehkan penetapan harga

tangguh bayar lebih tinggi daripada harga tunai. Zaid bin Ali Zainal

Abidin bin Hussein bin Alt bin Abi Thalib, cicit dasar-dasar manajemen

bank syari'ah Rasulullah SAW, adalah orang yang pertama kali

menjelaskan diperbolehkannya penetapan harga tangguh bayar (deferred

payment) lebih tinggi daripada harga tunai.18

17Qard adalah meminjamkan harta kepada orang lain tanpa mengharap imbalan.

Dalam literatur fiqih qard dikategorikan sebagai aqad tathawwu, yaitu akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. Zainul Arifin, op. cit, hlm. 27.

18Ibid, hlm.24

Page 9: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

27

Yang lebih menarik adalah bahwa dibolehkannya penetapan harga

tangguh yang lebih tinggi itu sama sekali bukan disebabkan time value of

money, namun karena semata-mata ditahannya hak si penjual barang. Dapat

dijelaskan di sini bahwa bila barang dijual tunai dengan untung Rp 500, maka

si penjual dapat membeli lagi dan menjual lagi sehingga dalam satu hari itu

keuntungannya adalah Rp 1.000. Sedangkan bila dijual tangguh-bayar, maka

hak si penjual menjadi tertahan, sehingga dia tidak dapat membeli lagi dan

menjual lagi. Akibat lebih jauh dari itu, hak dari keluarga dan anak si penjual

untuk makan malam pada hari itu tertahan oleh pembeli. Untuk alasan inilah,

yaitu tertahannya hak penjual yang telah memenuhi kewajibannya

(menyerahkan barang), maka Islam membolehkan penetapan harga tangguh

lebih tinggi daripada harga tunai.19

Dalam Islam fungsi uang sebagai alat tukar-menukar diterima secara

meluas. Penerimaan fungsi ini disebabkan karena fungsi uang ini dirasakan

dapat menghindarkan kecenderungan ketidakadilan dalam sistem perdagangan

barter. Sebagai alat tukar, uang dapat dipecah dalam satuan-satuan terkecil.

Hal serupa tidak dapat dilakukan terhadap sejumlah barang tertentu kecuali

mengakibatkan rusak atau nilai barang tersebut menjadi berkurang, Oleh

karena itu perdagangan barter berpotensi riba, yakni riba fadhal. 20

Dalam masyarakat industri dan perdagangan seperti yang sedang

berkembang sekarang ini fungsi uang tidak hanya diakui sebagai alat tukar,

tetapi juga diakui berfungsi sebagai komoditas (hajat hidup yang bersifat

19Ibid, hlm, 17-18. 20Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada, 2002, hlm. 14.

Page 10: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

28

terbatas) dan sebagai modal. Dalam fungsinya sebagai komoditas, uang

dipandang dalam kedudukan yang sama dengan barang yang dapat dijadikan

sebagai obyek transaksi untuk mendapatkan keuntungan (laba). Sedang dalam

fungsinya sebagai modal (kapital) uang dapat menghasilkan sesuatu (bersifat

produktif) baik menghasilkan barang maupun menghasilkan jasa. Lembaga

keuangan seperti pasar modal, bursa efek, dan perbankan konvensional yang

berkembang sekarang ini merupakan suatu kenyataan bahwa fungsi uang telah

berkembang sebagai komoditas dan modal, tidak terbatas pada fungsinya

sebagai alat tukar. Berbeda dengan fungsinya sebagai alat tukar-menukar yang

diterima secara bulat, fungsi uang sebagai komoditas dan modal masih

diperselisihkan. Sebagian ekonom Islam menentang keras fungsi uang sebagai

komoditas dan sebagai modal.21

Penolakan fungsi uang sebagai komoditas dan sebagai modal

mengandung implikasi yang sangat besar dalam rancang bangun sistem

ekonomi Islam. Kedua fungsi tersebut oleh kelompok yang menyangkalnya

dipandang sebagai prinsip yang membedakan antara sistem ekonomi Islam

dan sistem ekonomi non-Islam (konvensional). Atas dasar prinsip ini mereka

menjatuhkan keharaman setiap perputaran (transaksi) uang yang disertai

keuntungan (laba atau bunga) sebagai praktek riba.

Dalam masalah muamalah, khususnya di bidang ekonomi, syari'ah

Islam tidak kurang dalam memberikan prinsip-prinsip dan etika yang

21Ibid, hlm. 15

Page 11: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

29

seharusnya bisa dijadikan acuan dan referensi, serta merupakan kerangka

bekerja dalam ekonomi Islam. Prinsip ekonomi Islam telah mengatur bahwa:

1. Kekayaan merupakan amanah dari Allah dan tidak dapat dimiliki secara

mutlak;

2. Manusia diberi kebebasan untuk bermuamalah selama tidak melanggar

ketentuan syari'ah;

3. Manusia merupakan khalifah dan pemakmur di muka bumi

وإذ قال ربك للمالئكة إني جاعل في األرض خليفة قالوا

أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك

)30:البقرة(ونقدس لك قال إني أعلم ما ال تعلمون Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. Al-Baqarah:30)22

4. Di dalam harta seseorang terdapat bagian bagi orang miskin, yang

meminta-minta atau tidak meminta-minta

والمحروم للسائل* معلوم حق أموالهم في والذين

) 25-24:المعارج( Artinya: dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian

tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang

22Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan

Terjemahnya, Depag RI, 1986, hlm. 13

Page 12: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

30

yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta) (Q.S. Al-Ma’arij: 24-25)23

5. Dilarang makan harta sesama secara batil, kecuali dengan perniagaan

secara suka sama suka

أن إال بالباطل بينكم أموالكم تأآلوا ال آمنوا الذين أيها يا

آان الله إن أنفسكم تقتلوا وال منكم تراض عن تجارة تكون

نصليه فسوف وظلما عدوانا ذلك يفعل ومن رحيما بكم

)29-30:النساء(يسيرا الله على ذلك وآان نارا

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S. An-Nisa’: 29-30)24

Dalam tafsir al-Maraghi ayat di atas dijelaskan, bahwa kata al-batil

berasal dari al-batlu dan al-butlan berarti kesia-siaan dan kerugian. Menurut

syara adalah mengambil harta tanpa pengganti hakiki yang biasa, dan tanpa

keridaan dari pemilik harta yang diambil itu; atau menafkahkan harta bukan

pada jalan hakiki yang bermanfaat, maka termasuk ke dalam hal ini adalah

lotre, penipuan di dalam jual beli, dan menafkahkan harta pada jalan-jalan

23Ibid, hlm 974 24Ibid, hlm. 122

Page 13: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

31

yang diharamkan, serta pemborosan dengan mengeluarkan harta untuk hal-hal

yang tidak dibenarkan oleh akal. Kata bainakum menunjukkan bahwa harta

yang haram biasanya menjadi pangkal persengketaan di dalam transaksi antara

orang yang memakan dengan orang yang hartanya dimakan. Masing-masing

ingin menarik harta itu menjadi miliknya. 25

6. Penghapusan praktik riba

الذي يقوم آما إال يقومون ال الربا يأآلون الذين

مثل البيع ماإن قالوا بأنهم ذلك المس من الشيطان يتخبطه

من موعظة جاءه فمن الربا وحرم البيع الله وأحل الربا

فأولـئك عاد ومن الله إلى وأمره سلف ما فله فانتهى ربه

) 275:البقرة (خالدون فيها هم النار أصحاب

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat

berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual bell dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah

25Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir al-Maragi, Mesir: Mustafa Al-Babi al-Halabi,

1394 H/1974 M, hlm. 25.

Page 14: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

32

penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al-Baqarah: 275)26

Prinsip inilah yang pada ujung-ujungnya menjadi dasar pembentukan

lembaga keuangan bebas bunga dengan dua produk unggulan, yakni

mudharabah27 dan bai' al-murabahah28

Persoalan uang sebetulnya sangat berkaitan dengan masalah riba.

Sebagai perbandingan dengan teori ekonomi konvensional – kapitalisme -

Islam membicarakan uang sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai, tetapi

uang bukanlah barang dagangan. Mengapa uang berfungsi? Uang menjadi

berguna hanya jika ditukar dengan benda yang nyata atau jika digunakan

untuk membeli jasa. Oleh karena itu, uang tidak bisa dijual atau dibeli secara

kredit. Orang perlu memahami kebijakan Rasulullah SAW., bahwa tidak

hanya mengumumkan bunga atas pinjaman sebagai sesuatu yang tidak sah

tetapi juga melarang pertukaran uang dan beberapa benda bernilai lainnya

untuk pertukaran yang tidak sama jumlahnya, serta menunda pembayaran jika

barang dagangan atau mata uangnya adalah sama. Efeknya adalah mencegah

26Ibid, hlm. 69 27Mudharabah secara bahasa berasal dari kata dharb artinya "memukul" atau

melangkahkan kaki dalam melakukan suatu usaha di muka bumi. Secara terminologis mudharabah berarti suatu akad kerja-sama antara dua pihak, pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh modal dan pihak lain (mudharib) sebagai pengelola modal, di mana keuntungan dibagi bersama sesuai prosentasi yang disepakati, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Baca Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syari'ah Wacana Ulama dan Intelektual, Jakarta: Tazkiah Institut, 1999, hlm.171.

28Bai' al-murabahah adalah akad jual-beli barang dengan harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati, Dalam bai' al-murabahah pihak penjual harus memberitahu secara transparan harga barang dan menentukan tingkat keuntungan sebagai tambahan harga. Ibid, hlm. 121.

Page 15: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

33

bunga uang yang masuk ke sistem ekonomi melalui cara yang tidak

diketahui.29

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi uang adalah

sebagai alat kesatuan hitung, alat tukar menukar dan sebagi alat

pembayaran.

3. Teori tentang Uang

Di dalam ekonomi Islam uang bukanlah modal. Sementara ini

orang kadang salah kaprah menempatkan uang. Uang disamaartikan

dengan modal (capital). Uang adalah barang khalayak/public goods

masyarakat luas. Uang bukan barang monopoli seseorang. Jadi semua

orang berhak memiliki uang yang berlaku di suatu negara. Sementara

modal adalah barang pribadi atau orang per orang. Jika uang sebagai flow

concept sementara modal adalah stock concept.

a. Money as Flow Concept

Uang adalah sesuatu yang mengalir. Sehingga uang diibaratkan

seperti air. Jika air di sungai itu mengalir, maka air tersebut akan bersih

dan sehat. Jika air berhenti (tidak mengalir secara wajar) maka air tersebut

menjadi busuk dan bau, demikian juga dengan uang. Uang berputar untuk

produksi akan dapat menimbulkan kemakmuran dan kesehatan ekonomi

masyarakat. Sementara, jika uang ditahan maka dapat menyebabkan

macetnya roda perekonomian. Dalam ajaran Islam, uang harus diputar

29Muhammad, Bank Syari’ah Analisis Kekuatan, Peluang, dan Ancaman,

Yogyakarta: Econisia, 2003, hlm. 33

Page 16: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

34

terus sehingga dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar. Untuk

itu uang perlu digunakan untuk investasi di sektor riil. Jika uang disimpan

tidak diinvestasikan kepada sektor riil, maka tidak akan mendatangkan

apa-apa (Q.S Al-Lahab). Penyimpanan uang yang telah mencapai haulnya,

menurut ajaran Islam, akan dikenai zakat.

b. Money as Public Goods

Uang adalah barang untuk masyarakat banyak. Bukan monopoli

perorangan. Sebagai barang umum, maka masyarakat dapat

menggunakannya tanpa ada hambatan dari orang lain. Oleh karena itu,

dalam tradisi Islam menumpuk uang sangat dilarang, sebab kegiatan

menumpuk uang akan mengganggu orang lain menggunakannya.30

Umat Islam telah akrab dengan mata uang yang terbuat dari emas,

disebut Dinar dan mata uang yang terbuat dari perak disebut Dirham. Mata

uang ini telah digunakan secara praktis sejak kelahiran Islam hingga

runtuhnya Khilafah Utsmaniyah di Turki pasca perang Dunia I. Oleh karena

itu, kebanyakan negara Islam dijajah oleh Barat dengan sistem kapitalisnya,

maka seluruh aspek ekonomi dan kehidupan juga mengikuti pola-pola

kapitalis, termasuk masalah mata uang. Dinar dan dirham yang digunakan

orang Arab waktu itu tidak didasarkan pada nilai nominalnya, melainkan

menurut beratnya. Sebab dinar dan dirham tersebut dianggap sebagai mata

uang yang dicetak, mengingat bentuk timbangan dirham yang tidak sama dan

karena kemungkinan terjadinya penyusutan berat akibat peredarannya.

30Ibid, hlm. 34-35

Page 17: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

35

Datangnya Rasulullah SAW, sebagai tanda kedatangan Islam, maka beliau

mengakui berbagai muamalah yang menggunakan dinar Romawi dan dirham

Persia. Beliau juga mengakui standar timbangan yang berlaku di kalangan

kaum Quraisy untuk menimbang berat dinar dan dirham. Sehubungan dengan

hal ini, Rasulullah bersabda" "Timbangan berat (wazan) adalah timbangan

penduduk Makkah, dan takaran (mikyal) adalah takaran penduduk Madinah"

(HR. Abu Daud dan An Nasa'i) Kaum Muslimin terus menggunakan dinar

Romawi dan dirham Persia dalam bentuk cap, dan gambar aslinya sepanjang

hidup Rasulullah SAW dan dilanjutkan oleh masa kekhalifahan Abu Bakar

Ash-Shiddiq pada awal kekhalifahan Umar bin Khaththab.31

Pada masa pemerintahannya, khalifah Umar Bin Khaththab, pada

tahun 20 Hijriah, yaitu tahun kedelapan kekhalifahan Umar bin Khaththab,

beliau mencetak uang dirham baru berdasarkan pola dirham Persia. Berat,

gambar, maupun tulisan Bahlawinya (huruf Persianya) tetap ada, hanya

ditambah dengan lafaz yang ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi, seperti lafaz

Bismillah (Dengan nama Allah) dan Bismillahi Rabbi (Dengan nama Allah

Tuhanku) yang terletak pada tepi lingkaran.

Khalifah Abdul Malik bin Marwan pada tahun 75 hijriah (695 Masehi),

mencetak dirham khusus bercorak Islam, dengan lafaz-lafaz Islam yang ditulis

dengan huruf Arab gaya Kufi. Dengan demikian, dirham Persia tidak

digunakan lagi. Dua tahun kemudian, (tepatnya tahun 77 Hijriah/697 Masehi).

Abdul Malik bin Marwan mencetak dinar khusus yang bercorak Islam setelah

31Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan

Konvensional, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005, hlm. 198-199

Page 18: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

36

meninggalkan pola dinar Romawi. Gambar-gambar dinar lama diubah dengan

tulisan atau lafaz-lafaz Islam, seperti Allahu Ahad (Allah itu Tunggal), Allah

Baqa' (Allah itu Abadi). Sejak saat itulah orang Islam memiliki dinar dan

dirham Islam yang secara resmi digunakan sebagai mata uangnya.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sebenarnya di zaman Khalifah

Umar bin Kaththab dan Usman bin Affan, mata uang telah dicetak dengan

mengikuti gaya dirham Persia dengan perubahan pada tulisan yang tercantum

pada mata uang tersebut. Pada awal pemerintahan Umar pernah terbetik

pikiran untuk mencetak uang dari kulit, namun dibatalkan karena tidak

disetujui oleh para sahabat yang lain. Mata uang khalifah Islam yang

mempunyai kecirian khusus baru dicetak oleh pemerintah Imam Ali r.a.

Namun sayang peredarannya sangat terbatas karena keadaan politik saat itu.32

Mata uang dengan gaya Persia dicetak pula di zaman Muawiyah

dengan mencantumkan gambar dan pedang Gubernurnya di Irak. Ziyad juga

mengeluarkan dirham dengan mencantumkan nama khalifah. Cara yang

dilakukan Muawiyah dan Ziyad mencantumkan gambar dan nama kepala

pemerintah pada mata uang-masih dipertahankan sampai saat ini, juga

termasuk di Indonesia.

Mata uang yang beredar pada waktu itu belum terbentuk bulat seperti

uang logam sekarang ini. Baru pada zaman Ibnu Zubair dicetak untuk pertama

kalinya mata uang dengan bentuk bulat, namun peredarannya berbatas di

Hijaz. Sedangkan Mus'ab, gubernur di Kufah mencetak uang dengan gaya

32Ibid, 199-200

Page 19: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

37

Persia dan Romawi. Pada tahun 72-74 Hijriah, Bisr bin Marwan mencetak

mata uang yang disebut dengan dinar Athawiya. Sampai dengan zaman ini

mata uang khalifah beredar bersama dengan dinar Romawi, dirham Persia dan

sedikit Himiyarite Yaman. Barulah pada zaman Abdul Malik (76 H)

pemerintah mendirikan tempat percetakan uang di Daar Idjard, Suq ahwaj,

Sus, Jay, Manadar, Maisan, Rai, Abarkubadh, dan mata uang khalifah dicetak

secara terorganisir dengan kontrol pemerintah. Nilai mata uang ditentukan

oleh beratnya. Mata uang dinar mengandung emas 22 karat, dan terdiri dari

pecahan setengah dinar dan sepertiga dinar. Pecahan yang lebih kecil didapat

dengan memotong uang Imam Ali, misalnya, pernah membeli daging dengan

memotong dua karat dari dinar. (H R Abu Dawud). Dirham terdiri dari

beberapa pecahan nash (20 dirham), nawat (5 dirham), Sha ira (1/60

driham).33

Dalam hubungannya dengan uang, bahwa uang dinar-dirham jarang

mengalami perubahan seperti naik turun, sehingga dalam pertukaran

perbandingannya dengan kurs dinar-dirham 1:10 pada saat itu perbandingan

emas perak 1:7, sehingga satu dinar 20 karat sama dengan 20 dinar 44 karat.

Akan tetapi perubahan mata uang tersebut pernah dilakukan oleh Abdul Malik

yaitu dirham diubah menjadi 15 karat. Di zaman Ibnu Faqih (289 H) nilai

dinar menguat menjadi 1:17, tetapi kemudian menetap pada kurs 1:15. Ulama

Islam Ibnu Taimiyah di zaman pemerintahan raja Mamluk, telah mengalami

situasi di mana beredar jenis mata uang dengan nilai kandungan logam mulia

33Muslimin H.Kara, Bank Syariah di Indonesia Analisis Kebijakan Pemerintah

Indonesia terhadap Perbankan Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2005, hlm. 62.

Page 20: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

38

yang berbeda. Ketika itu beredar tiga jenis mata uang: dinar (emas), dirham

(perak), dan fullus (tembaga). Peredaran dinar sangat terbatas, peredaran

dirham mengalami naik turun kadang-kadang malah menghilang, sedangkan

yang beredar luas adalah fullus. Fenomena inilah yang dirumuskan oleh Ibnu

Taimiyah bahwa uang dengan kualitas rendah (fullus) akan menghilangkan

uang yang berkualitas baik (dinar-dirham). Pemerintah Mamluk ditandai

dengan stabilnya sistem keuangan karena banyaknya fullus yang beredar dan

karena meningkatnya jumlah tembaga dalam mata uang dirham. Oleh sebab

itu, sistem keuangan dengan menggunakan uang kertas sering mengalami naik

turun.34

Diperkenalkannya fullus sebagai mata uang memberi inspirasi kepada

beberapa kepala pemerintahan Bani mamluk untuk menambah jenis uang.

Berbeda dengan dinar dan dirham yang terbuat dari emas dan perak, maka

pencetakan fullus relatif lebih mudah dilakukan, karena tembaga lebih mudah

didapat. Pemerintah mulai terlena dengan kemudahan pencetakan uang baru.

Keadaan memburuk ketika Kirbugha dan zahir Barkuk mulai mencetak fullus

dalam jumlah yang sangat besar dan nilai nominasi yang lebih besar dari nilai

kandungan tembaga. Fullus banyak dicetak namun masyarakat banyak

menolak kehadiran fullus tersebut. Menyadari kekeliruannya, kemudian Sultan

Kirbugha menyatakan fullus ditentukan nilainya dari beratnya dan bukan dari

34Eko Suprayitno, op. cit, hlm. 200-2001

Page 21: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

39

nominasinya. Dengan adanya batasan tersebut, maka untuk menambah jumlah

fullus Sultan Barkuk mulai mengimpor tembaga dari negara-negara Eropa.35

Secara khusus Ibnu Taimiyah juga mengomentari praktik mengimpor

tembaga dari negara-negara Eropa sebagai bagian dari bisnis uang. Secara

garis besar Ibnu Taimiyah menyampaikan lima poin penting. Pertama,

perdagangan uang akan memicu inflasi. Kedua, hilangnya kepercayaan orang

akan stabilitas nilai uang akan mencegah orang melakukan kontrak jangka

panjang dan menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap

sebagai pegawai. Ketiga perdagangan domestik akan menurun karena

kekhawatiran stabilitas nilai uang. Keempat, perdagangan internasional akan

menurun. Kelima, logam berharga akan mengalir keluar dari negara.36

Tujuh ratus tahun sebelum Adam Smith menulis buku The Wealth of

Nations, seorang ulama Islam bernama Abu Hamid Al-Ghazali telah

membahas uang dalam perekonomian.37 Beliau menjelaskan ada kalanya

seseorang mempunyai sesuatu yang tidak dibutuhkannya, dan membutuhkan

sesuatu yang tidak dipunyainya. Dalam ekonomi Barter transaksi hanya terjadi

bila kedua pihak mempunyai dua kebetulan sekaligus, yaitu pihak pertama

membutuhkan barang dan pihak kedua sebaliknya.

Al-Ghazali berpendapat bahwa dalam ekonomi barter sekalipun, uang

dibutuhkan sebagai nilai suatu barang. Misalnya unta senilai 100 dinar, dan

kain senilai satu dinar. Dengan adanya uang sebagai ukuran nilai barang, maka

35Ibid, hlm. 201-202 36Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, 2002, Jakarta:

Salemba Empat, hlm. 54, 37Ibid

Page 22: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

40

uang akan berfungsi pula sebagai media pertukaran. Namun uang tidak

dibutuhkan untuk nilai yang tidak wajar dari pertukaran tersebut. Menurut Al-

Ghazali, uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai warna namun dapat

merefleksikan semua warna. Uang tidak mempunyai harga namun

merefleksikan harga semua barang. Atau dalam istilah ekonomi klasik

dikatakan bahwa uang tidak memberi kegunaan langsung (direct utility

function), hanya bila uang itu digunakan untuk membeli barang, maka barang

itu akan memberi kegunaan. Dalam teori ekonomi neo-klasik dikatakan

kegunaan uang timbul dari daya belinya. Jadi uang memberi kegunaan tidak

langsung (indirect utility function). Apa pun debat para ekonom konvensional,

kesimpulan tetap sama dengan Al-Ghazali, yaitu uang tidak dibutuhkan untuk

uang itu sendiri.38

B. Bank

1. Pengertian Bank

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bank adalah badan usaha

di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di masyarakat,

terutama memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang.39 O.P. Simorangkir menegaskan bank adalah salah satu

badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan

38Ahmad Muhammad al-Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Ekonomi

Islam, Prinsip-Prinsip dan Tujuannya, terj Abu Ahmadi dan Anshori Sitanggal, an-Nizam al-Iqtisadi Fi al Islam Mabadi Uhu Wahdafuhu, Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1980, hlm. 33

39Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III, Cet 2, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hlm. 103-104

Page 23: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

41

jasa-jasa.40 Dalam Kamus Ekonomi, bank dirumuskan sebagai sebuah

lembaga untuk meminjamkan uang, mengeluarkan uang kertas, atau yang

membantu menyimpankan uang.41

Dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan

Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan bahwa dalam

pasal 1 butir 2 menyebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.42 Menurut Masjfuk

Zuhdi, Bank non-Islam atau conventional bank ialah sebuah lembaga

keuangan yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan

kepada yang memerlukan dana, baik perorangan atau badan guna investasi

dalam usaha-usaha yang produktif dan lain-lain dengan sistem bunga;

sedangkan Bank Islam, ialah sebuah lembaga keuangan yang menjalankan

operasinya menurut hukum syari'at Islam. Sudah tentu Bank Islam tidak

memakai sistem bunga, sebab bunga dilarang oleh Islam.43

Dalam kerangka ekonomi umat Islam, istilah bank memiliki

konsep tersendiri, yakni bank Syari'ah yang beroperasi berdasarkan ajaran

(syari'at) Islam, yang memiliki prinsip operasional berbeda dengan prinsip

operasional bank konvensional (convensional bank). Menurut Karnaen A.

40O.P. Simorangkir, Kamus Perbankan Inggris Indonesia, Jakarta: PT Bina Aksara,

1985, hlm. 33. 41Winardi, Kamus Ekonomi (Inggris – Indonesia), Bandung: Alumni, 1984, hlm. 29 42Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, hlm.

9 43 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1988, hlm. 109

Page 24: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

42

Perwataatmadja dan Syafi'i Antonio, bank Syari'ah memiliki dua

pengertian, yaitu:

1. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari'at Islam;

2. Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan

al-Qur'an dan al-Hadits.44

Dalam pengertian lain disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bank

Syari'ah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit

dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

operasionalnya disesuaikan dengan prinsip syari'at Islam. Dalam pengertian

ini, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan

barang dagangan utama.45

Selain itu, banyak juga orang yang terjebak ke dalam pengertian bahwa

bank Syari'ah itu sama dengan bank tanpa bunga (Zero interest = bunga nol).

Pengertian ini memang tidak terlalu salah, karena bank Syari'ah tidak

mengenal bunga. Namun pengertian bank Syari'ah tidak hanya mesti sampai

di situ, tetapi ia harus dipahami secara komprehensif dan universal.

Pemahaman tentang bank Syari'ah tidak hanya dilihat dari aspek praktis

operasional, tetapi harus pula dilihat dari perspektif ekonomi makro ke-

Islamannya.46

44 Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank

Syari’ah, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992, hlm. 1. 45 Abdul Aziz Dahlan, dkk (Ed.). Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru van

Hoeve, 1997, hlm; 194. 46 Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah

Pengenalan) Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, 54-55.

Page 25: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

43

Berdasarkan keterangan di atas ada pula yang merumuskan bank

Syari’ah sebagai suatu lembaga keuangan yang fungsi utamanya menghimpun

dana untuk disalurkan kepada orang atau lembaga yang membutuhkannya

dengan sistem tanpa bunga.47 Dengan singkat, Muhammad merumuskan, Bank

Syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank tanpa bunga adalah

lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank

Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta

peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat

Islam.48

Bank Islam dalam menjalankan usahanya mempunyai prinsip

operasional yang terdiri dari (1) sistem simpanan; (2) bagi hasil; (3) margin

keuntungan; (4) sewa; (5) fee

(1) Prinsip Simpanan Murni

Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh Bank

Islam untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana

untuk menyimpan dananya dalam bentuk Al Wadiah. Fasilitas Al Wadiah

biasa diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan

seperti halnya tabungan dan deposito. Dalam dunia perbankan

konvensional al Wadiah identik dengan giro.

47 Masjfuk Zuhdi, op. cit, hlm. 143. 48 Muhammad, Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah, Yogyakarta: Pusat

Studi Ekonomi Islam, 2003, hlm. 13.

Page 26: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

44

(2) Bagi Hasil

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil

usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha

ini dapat terjadi antara bank dengan peyimpan dana, maupun antara bank

dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip

ini adalah Mudharabah dan Musyarakah.

(3) Prinsip Jual Beli dan Margin Keuntungan

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,

dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau

mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas

nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah

dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin/mark-

up).49

(4) Prinsip Sewa

Prinsip ini secara garis besar terbagi kepada 2 jenis:

a. Ijarah, sewa murni, seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat

produk lainnya.

b. Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan

penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk

memiliki barang pada akhir masa sewa (finansial lease).

(5) Prinsip fee (Jasa)

49 Muhammad, Bank Syari’ah: Analisis, Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan

Ancaman, Yogyakarta: Ekonisia, 2003, hlm. 17-18

Page 27: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

45

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.

Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi,

Kliring, Inkaso, JasaTransfer, dll. Secara syari'ah prinsip ini didasarkan

pada konsep al ajr wal umulah.50

2. Sejarah Bank

Perbankan Islam sekarang ini telah dikenal secara luas di belahan

dunia muslim dan Barat.51 Berkembangnya bank-bank syari’ah di negara-

negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi

mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para

tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A Perwataatmadja,

M.Dawam Rahardjo, AM. Saefuddin, M. Amien Azis, dan lain-lain.52

Beberapa uji coba pada skala yang relatif terbatas telah diwujudkan. Di

antaranya adalah Baitut Tamwil-Salman, Bandung, yang sempat tumbuh

mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk

koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti.

Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia

baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal

50Muhammad, Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah, Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Islam, 2003, hlm. 27.

51 Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga, terj. Muhammad Ufuqul Mubin, Nurul Huda, Ahmad Sahidah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hlm. 1.

52 M. Amin, Aziz, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, Jakarta: Bankit, 1992, hlm. 25

Page 28: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

46

18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan

di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih

mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel

Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI,

dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia. Kelompok

kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan

konsultasi dengan semua pihak terkait.

Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI

tersebut di atas. Akte Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani

pada tanggal 1 November 1991. Pada saat penanda-tanganan akte pendirian ini

terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp 84 miliar.

Pada tanggal 3 November 1991, dalam acara silaturahmi Presiden di

Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal

sebesar Rp l06.126.382.000,00. Dengan modal awal tersebut, pada tanggal 1

Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga September

1999, Bank Muamalat Indonesia telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar

di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, dan Makasar.53

Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank

syari’ah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri

perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan

sistem syari’ah ini hanya dikategorikan sebagai '"bank dengan sistem bagi

hasil; tidak terdapat rincian landasan hukum syari’ah serta jenis-jenis usaha

53 Bank Muamalat, Annual Report, Jakarta: 1999, hlm 26

Page 29: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

47

yang diperbolehkan. Hal ini sangat jelas tercermin dari UU No. 7 Tahun

1992, di mana pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan

hanya sepintas lalu dan merupakan "sisipan" belaka.

Namun demikian, perkembangan perbankan syariah pada era

reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.

Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta

jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank

syari’ah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank

konvensional untuk membuka unit layanan syari’ah atau bahkan

mengkonversi diri secara total menjadi bank syari’ah.

Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat

perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang

perbankan syari’ah bagi para stafnya. Sebagian bank tersebut ingin menjajaki

untuk membuka divisi atau cabang syariah dalam institusinya. Sebagian

lainnya bahkan berencana mengkonversi diri sepenuhnya menjadi bank

syari’ah. Hal demikian diantisipasi oleh Bank Indonesia dengan mengadakan

“Pelatihan Perbankan Syari’ah" bagi para pejabat Bank Indonesia dari

segenap bagian, terutama aparat yang berkaitan langsung seperti DPNP

(Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan), kredit, pengawasan,

akuntansi, riset, dan moneter.54 Sebabnya masyarakat merespon positif

terhadap munculnya bank syari’ah adalah karena tingkat kehalalannya lebih

terjamin. Bank syari’ah dalam operasionalnya tanpa bunga melainkan sistem

54 Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah, Jakarta:

Bank Indonesia, 1999, hlm 26

Page 30: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

48

bagi hasil. Sebab lainnya adalah karena bank konvensional tidak mampu

bertahan di saat krisis ekonomi, bahkan bank konvensional turut andil atas

keterpurukan ekonomi nasional.

Kemudian Bank Syari’ah Mandiri (BSM) merupakan bank milik

pemerintah pertama yang melandaskan operasionalnya pada prinsip syari’ah.

Secara struktural, BSM berasal dari Bank Susila Bakti (BSB), sebagai salah

satu anak perusahaan di lingkup Bank Mandiri (ex BDN), yang kemudian

dikonversikan menjadi bank syari’ah secara penuh. Dalam rangka

melancarkan proses konversi menjadi bank syari’ah, BSM menjalin kerja

sama dengan Tazkia Institute, terutama dalam bidang pelatihan dan

pendampingan konversi.

Sebagai salah satu bank yang dimiliki oleh Bank Mandiri yang

memiliki aset ratusan triliun dan networking yang sangat luas, BSM

memiliki beberapa keunggulan komparatif dibanding pendahulunya.

Demikian juga perkembangan politik terakhir di Aceh menjadi blessing in

disguise bagi BSM. Hal ini karena BSM akan menyerahkan seluruh cabang

Bank Mandiri di Aceh kepada BSM untuk dikelola secara syari’ah. Langkah

besar ini jelas akan menggelembungkan aset BSM dari posisi pada akhir

tahun 1999 sejumlah Rp 400.000.000.000,00 (empat ratus miliar rupiah)

menjadi di atas 2 hingga 3 triliun. Perkembangan ini diikuti pula dengan

peningkatan jumlah cabang BSM, yaitu dari 8 menjadi lebih dari 20 buah.55

Satu perkembangan lain perbankan syari’ah di Indonesia adalah

55 Muhamad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema

Insani Press, 2003. hlm. 25-27.

Page 31: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

49

diperkenankannya konversi cabang bank umum konvensional menjadi

cabang syari’ah..

Ketentuan tentang kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syariah

dalam UU No.7 Tahun 1992 sangat terbatas, yakni hanya menyangkut

kegiatan pembiayaan dan tidak diatur tentang penghimpunan dana. Maka

diatur kembali dalam UU yang baru secara lebih jelas, lengkap, dan lebih

eksplisit/baik yang menyangkut penghimpunan dana maupun penyediaan

pembiayaan.

Dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun

1992 tentang Perbankan terdapat beberapa perubahan yang memberikan

peluang yang lebih besar bagi pengembangan perbankan syariah. Dari UU

tersebut kita bisa menangkap bahwa sistem perbankan syari’ah

dikembangkan dengan tujuan, antara lain, sebagai berikut.

1. Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak dapat

menerima konsep bunga. Dengan diterapkannya sistem perbankan syari’ah

yang berdampingan dengan sistem perbankan konvensional, mobilisasi

dana masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas terutama dari segmen

yang selama ini belum dapat tersentuh oleh sistem perbankan

konvensional yang menerapkan sistem bunga.

2. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan

prinsip kemitraan. Dalam prinsip ini, konsep yang diterapkan adalah

hubungan investor yang harmonis (mutual investor relationship).

Page 32: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

50

Sementara dalam bank konvensional konsep yang diterapkan adalah

hubungan debitur dan kreditur (debtor to creditor relationship).

3. Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa perbankan yang memiliki

beberapa keunggulan komparatif berupa peniadaan pembebanan bunga

yang berkesinambungan (perpetual interest effect), membatasi kegiatan

spekulasi yang tidak produktif (unproductive speculation), pembiayaan

ditujukan kepada usaha-usaha yang lebih memperhatikan unsur moral.

Beberapa perubahan penting dalam UU No. 10 Tahun 1998, antara

lain, sebagai berikut:

1. Dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan perbankan oleh bank

perkreditan rakyat, khususnya untuk masyarakat golongan ekonomi

lemah/pengusaha kecil yang dalam kenyataannya terdapat baik di wilayah

pedesaan maupun perkotaan, maka persyaratan bahwa pendirian dan atau

pembukaan kantor bank perkreditan rakyat harus dilakukan di wilayah

kecamatan dihapuskan. Dengan demikian, BPR dapat didirikan dan

membuka kantor di seluruh wilayah Indonesia.

2. Bank umum dan bank perkreditan rakyat dapat menjalankan kegiatan

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syari’ah. Khusus bagi

bank umum yang selama ini menjalankan kegiatan usaha secara

konvensional dapat membuka cabang penuh (full branch} untuk kegiatan

usaha berdasarkan prinsip syari’ah.

Dengan dimasukkannya prinsip syariah pada sistem perbankan (bank

umum perkreditan rakyat), maka diharapkan akan benar-benar

Page 33: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

51

mengakomodasi operasional bank syari’ah. Sejalan dengan itu diharapkan

juga pengembangan, pembinaan, dan sosialisasi oleh Bank Indonesia akan

lebih maksimal. Tentu saja, dampak berikutnya juga diharapkan pada

pengembangan lembaga keuangan BMT.

Di samping dari, sisi peraturan perundangan, lembaga keuangan

syariah seperti BPRS dan BMT lebih mempunyai peluang dibanding dengan

bank konvensional karena hal-hal, antara lain, sebagai berikut.

1. Lembaga keuangan syari’ah dijalankan dengan prinsip keadilan, wajar,

dan rasional, di mana keuntungan yang diberikan kepada nasabah

penyimpan adalah benar berasal dari keuntungan penggunaan dana oleh

para pengusaha lembaga keuangan syari’ah. Dengan pola ini, maka

lembaga keuangan syari’ah terhindar dari spread negative, sebagaimana

bank konvensional.

2. Lembaga keuangan syari’ah mempunyai misi yang sejalan dengan

program pemerintah, yaitu pemberdayaan ekonomi rakyat, sehingga

berpeluang menjalin kerjasama yang saling bermanfaat dalam upaya

pencapaian masing-masing tujuan. Kita mengetahui saat ini pemerintah

sedang giat mengembangkan perekonomian yang berbasis pada ekonomi

kerakyatan melalui kredit-kredit program seperti KKPA Bagi Hasil,

Pembiayaan Modal Kerja (PMK) BPRS, Pembiayaan Pengusaha Kecil dan

Mikro (PPKM). Hal ini membuka peluang bagi BPRS/BMT untuk

mengembangkan pola kemitraan.56

56 Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001, hlm. 276.

Page 34: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

52

3. Sepanjang nasabah peminjam dan nasabah pengguna dana taat azas

terhadap sistem bagi hasil, maka sistem syari’ah sebenarnya tahan uji atas

gelombang ekonomi. Lembaga keuangan syari’ah tidak mengenal pola

eksploitasi oleh pemilik dana kepada pengguna dana dalam bentuk beban

bunga tinggi sebagaimana berlaku pada sistem konvensional.57

Tujuan bank Islam adalah untuk memacu perkembangan ekonomi

dan kemajuan sosial dari negara-negara anggota dan masyarakat muslim,

baik secara individual maupun secara kolektif, adapun tujuan utama

didirikannya bank Islam ialah untuk menghindari bunga uang yang

dilaksanakan oleh bank-bank konvensional (Conventional Banks),58 adapun

manfaat atau kegunaan bank Islam adalah sebagai berikut:

a. Turut serta dalam bentuk modal berimbang dari usaha-usaha produktif di

negara-negara anggota, menanam modal pada proyek prasarana ekonomi

dan sosial di negara-negara anggota dengan cara penyertaan;

b. Memberikan pinjaman pada sektor swasta dan negara untuk membiayai

proyek-proyek usaha dan program-program yang produktif;

c. Membentuk dan mengoperasikan dana khusus untuk keperluan-keperluan

khusus, termasuk dana sosial untuk membantu masyarakat muslim yang

berada di luar anggota;

d. Menyediakan bantuan teknis kepada negara-negara anggota dan

memajukan perdagangan internasional;

57Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan dan

Prospek, Jakarta, Alvabet, 2000, hlm 135-137 58 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah Membahas Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2002, hlm 286

Page 35: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

53

e. Melaksanakan penelitian agar kegiatan ekonomi, keuangan dan perbankan

di negara-negara Islam dapat disesuaikan dengan ketentuan syari'ah;

f. Bank mencoba mencari sebuah rasio yang layak untuk mempertahankan

suatu perbandingan yang cocok antara penanaman modal yang diberikan

kepada negara-negara anggota;

g. Bank akan mempertahankan hak dan kebebasannya untuk menjual saham

penyertaannya;

h. Berusaha mempertahankan suatu keanekaragaman yang wajar dalam

penanaman modal;

i. Memungut suatu biaya atas jasa-jasanya guna menutupi ongkos

administrasi.59

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bank syari’ah ditinjau dari

aspek sejarah, ia lahir dan berkembang sebagai hasil kesepakatan umat

Islam yang diwakili oleh para ulama dan cendekiawan muslim. Ini berarti

masyarakat, khususnya masyarakat Islam perlu terus mendukungnya.

Karena hanya dari dukungan masyarakat muslim bank syari’ah tetap eksis.

3. Peranan Bank

Ditinjau secara umum, bank dalam melaksanakan kegiatannya

mempunyai peranan sebagai pencipta uang dan penampung uang

masyarakat.60 Sehubungan dengan itu menurut Adiwarman Karim, perbankan

59 Nejatullah Shiddiqi, Pemikiran Ekonomi Islam, Alih Bahasa A.M. Saefuddin,

Jakarta: LIPPM, 1986, hlm. 82-84 60Bambang Sunggono, Pengantar Hukum Perbankan, Bandung: Mandar Maju, 1995,

hlm. 11-12

Page 36: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

54

adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu (1) menerima

simpanan uang; (2) meminjamkan uang; (3) memberikan jasa pengiriman

uang.61

Bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang paling penting

peranannya dalam masyarakat adalah lembaga keuangan yang usaha

pokoknya memberikana kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang. Di sini kita bisa lihat betapa pentingnya kaitan antara bank

dan uang, oleh karena pada dasarnya bank adalah suatu lembaga yang

berniaga uang. Dari definisi atau keterangan tentang peranan bank tersebut di

atas, bisa kita simpulkan peranan dan ataupun fungsi bank dalam masyarakat,

yaitu:

a. Sebagai lembaga yang menghimpun dana-dana masyarakat;

b. sebagai lembaga yang menyalurkan dana dari masyarakat dalam

bentuk kredit atau sebagai lembaga pemberi kredit;

c. sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan

pembayaran

Jadi tegasnya bank mempunyai tiga fungsi pokok yang amat berkaitan

dengan kegiatan uang dan kesemuanya itu adalah digunakan untuk

melancarkan seluruh aktivitas keuangan masyarakat.62

4. Perbedaan Bank Islam dengan Bank Konvensional

61Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: The

International Institute of Islamic Thought III T, tth, hlm. 22 62 Muchdarsyah Sinungan, Uang dan Bank, Jakarta: PT Bina Aksara, 1987, hlm. 111-

112

Page 37: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

55

Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki

persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,

teknologi komputer yang digunakan dan sebagainya.63 Sedangkan

perbedaannya sebagai berikut;

Dalam bank syariah, akad memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi.

Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah

dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak

demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil

qiyamah nanti.64 Setiap akad dalam perbankan syariah, harus memenuhi

ketentuan akad, seperti hal-hal berikut

1. Rukun, Seperti: adanya penjual, pembeli, barang, harga, akad/ijab-qabul.

2. Syarat, seperti syarat berikut barang dan jasa harus halal sehingga

transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum

syariah. Harga barang dan jasa harus jelas. Tempat penyerahan (delivery)

harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi. Barang yang

ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan. Tidak boleh menjual

sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti yang terjadi pada

transaksi short sale dalam pasar modal.

Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah

terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah

pihak tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya

63 Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syari'ah dari Teori Ke Praktik, Jakarta: gema

Insani, 2001, hlm. 29 64 Afzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam, Lahore: Islamic Publication, 1990,

hlm. 85.

Page 38: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

56

sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum

materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama

Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara

bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama

Indonesia.

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konven-

sional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat

membedakan antar bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan

adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank

dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.

Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat

Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari

setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu,

biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat

Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu

mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah

mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan

ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi yang berlaku

dalam bank syariah sangat khusus jika dibanding bank konvensional. Karena

itu, diperlukan garis panduan (guidelines) yang mengaturnya. Garis panduan

ini disusun dan ditentukan oleh Dewan Syariah Nasional. Dewan Pengawas

Syariah harus membuat pernyataan secara berkala (biasanya tiap tahun) bahwa

Page 39: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

57

bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah.

Pernyataan ini dimuat dalam laporan tahunan (annual report) bank

bersangkutan. Tugas lain Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti dan

membuat rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan

demikian, Dewan Pengawas Syariah bertindak sebagai penyaring pertama

sebelum suatu produk ditelitikembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah

Nasional.

Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah di Tanah

Air, berkembang pulalah jumlah DPS yang berada dan mengawasi masing-

masing lembaga tersebut Banyaknya dan beragamnya DPS di masing-masing

lembaga keuangan syariah adalah suatu halyangharus disyukuri, tetapijuga

diwaspadai. Kewaspadaan itu berkaitan dengan adanya kemungkinan

timbulnya fatwa yang berbeda dari masing-masing DPS dan hal itu tidak

mustahil akan membingungkan umat dan nasabah. Oleh karena itu, MUI

sebagai payung dari lembaga dan organisasi keislaman di Tanah Air,

menganggap perlu dibentuknya satu dewan syariah yang bersifat nasional dan

membawahi seluruh lembaga keuangan, termasuk di dalamnya bank-bank

syariah. Lembaga ini kelak kemudian dikenal dengan Dewan Syariah Nasional

atau DSN.

Dewan Syariah Nasional dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan

hasil rekomendasi Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan Juli tahun yang

sama. Lembaga ini merupakan lembaga otonom di bawah Majelis Ulama

Indonesia dipimpin oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan

Page 40: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

58

Sekretaris (ex-officio). Kegiatan sehari-hari Dewan Syariah Nasional

dijalankan oleh Badan Pelaksana Harian dengan seorang ketua dan sekretaris

serta beberapa anggota.

Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk-

produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam. Dewan

ini bukan hanya mengawasi bank syariah, tetapi juga lembaga-lembaga lain

seperti asuransi, reksadana, modal ventura, dan sebagainya. Untuk keperluan

pengawasan tersebut, Dewan Syariah Nasional membuat garis panduan

produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam. Garis panduan

ini menjadi dasar pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah pada lembaga-

lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar pengembangan produk-

produknya.

Fungsi lain dari Dewan Syariah Nasional adalah meneliti dan memberi

fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan

syariah. Produk-produk baru tersebut harus diajukan oleh manajemen setelah

direkomendasikan oleh Dewan Pengawas Syariah pada lembaga yang

bersangkutan. Selain itu, Dewan Syariah Nasional bertugas memberikan

rekomendasi para ulama yang akan ditugaskan sebagai Dewan Syariah

Nasional pada suatu lembaga keuangan syariah.

Dewan Syariah Nasional dapat memberi teguran kepada lembaga

keuangan syariah jika lembaga yang bersangkutan menyimpang dari garis

panduan yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan jika Dewan Syariah Nasional

Page 41: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

59

telah menerima laporan dari Dewan Pengawas Syariah pada lembaga yang

bersangkutan mengenai hal tersebut

Jika lembaga keuangan syariah tersebut tidak mengindahkan teguran

yang diberikan, Dewan Syariah Nasional dapat mengusulkan kepada otoritas

yang berwenang, seperti Bank Indonesia dan Departemen Keuangan, untuk

memberikan sanksi agar perusahaan tersebut tidak mengembangkan lebih jauh

tindakan-tindakannya yang tidak sesuai dengan syariah.

Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas

dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiayai

usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan. Dalam

perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan

beberapa hal pokok, di antaranya sebagai berikut

1. Apakah objek pembiayaan halal atau haram?

2. Apakah proyek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat?

3. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila?

4. Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?

5. Apakah usaha itu berkaitan dengan industri senjata yang ilegal atau

berorientasi pada pengembangan senjata pembunuh massal?

6. Apakah proyek dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsung

maupun tidak langsung?

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang

sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq,

harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif

Page 42: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

60

muslim yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah harus skilljul dan

profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work di

mana informasi merata di seluruh fungsional organisasi (tabligh). Demikian

pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang

sesuadengansyariah. Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para

karyawan merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga

keuangan yang membawa nama besar Islam, sehingga tidak ada aurat yang

terbuka dan tingkah laku yang kasar. Demikian pula dalam menghadapi

nasabah, akhlak harus senantiasa terjaga. Nabi saw. mengatakan bahwa

senyum adalah sedekah.

Sebagai Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional

disajikan dalam tabel berikut:

BANK SYARI’AH BANK KONVENSIONAL

1. Melakukan investasi-investasi

yang halal saja

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil,

jual beli, atau sewa

3. Profit dan falah oriented.65

4. Hubungan dengan nasabah

dalam bentuk hubungan

kemitraan.

5. Penghimpunan dan penyaluran

dana harus sesuai dengan fatwa

Dewan Pengawas Syari’ah

Investasi yang halal dan haram

Memakai perangkat bunga

Profit oriented

Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan debitor-debitor

Tidak terdapat dewan sejenis

65 Falah berati mencari kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Page 43: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

61

Berpijak dari uraian sebelumnya, dapat diambil kesimpulan, bahwa

bank syari’ah memiliki perbedaan dengan bank konvensional di antaranya

yang paling populer adalah penggunaan perangkat bunga bagi bank

konvensional. Sedangkan bank syari’ah berdasarkan prinsip bagi hasil, jual

beli, atau sewa.

5. Kebijakan Pemerintah Tentang Sektor Perbankan

Era pemerintahan Orde Baru merupakan masa kemerosotan ekonomi

yang begitu tinggi. Menghadapi masalah tersebut pemerintah Orde Baru

mengambil langkah strategis sekaligus pragmatis yakni dengan pembangunan

ekonomi yang berorientasi luar negeri. Orientasi ini dimaksudkan agar para

investor asing dapat masuk dan menanamkan sahamnya di Indonesia.

Kebijakan ini cukup membawa dampak positif bagi perkembangan

ekonomi Indonesia dengan masuknya para investor asing ke Indonesia,

terutama Jepang dan Eropa. Perekonomian Indonesia yang merosot, warisan

Orde Lama dapat diatasi dengan baik. Strategi pembangunan yang berorientasi

luar negeri tersebut didukung dengan melonjaknya harga minyak di pasaran

Internasional atau dikenal dengan era booming migas pada periode 1973-

1982.66

66 Anwar Nasution, Pembangunan dan Demokratisasi Sistem Ekonomi Indonesia, dalam

Elza Peldi Taher (Editor), Demokratisasi Politik, Budaya dan Ekonomi: Pengalaman Indonesia Masa Orde Baru, Jakarta: Yayasan Paramadina, 1994, hlm. 63

Page 44: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

62

Tidak berlebihan bila faktor bantuan luar negeri dan devisa dari

minyak bumi dan gas (migas) merupakan dua faktor yang paling mendukung

dalam mengatasi perekonomian Indonesia. Dua faktor itu memberi sumbangan

terbesar bagi dana pembangunan nasional.

Akan tetapi, ketergantungan pada bantuan luar negeri sebagai sumber

dana pembangunan tidak dapat lagi menjadi sandaran utama seiring dengan

resesi ekonomi dunia yang terjadi pada awal 1980-an. Tentu saja, resesi

ekonomi dunia membawa dampak yang luas bagi negara-negara donor

Indonesia. Kondisi perekonomian mereka yang mengalami kemerosotan

berimbas pada bantuan dana yang dikucurkan kepada negara-negara penerima

bantuan, termasuk Indonesia.

Lesunya ekonomi dunia diawali dengan kelesuan ekonomi Amerika

Serikat yang disebabkan membengkaknya anggaran belanja tahunan Amerika

Serikat sehingga menimbulkan pembengkakan harga. Guna menutupi defisit

anggaran tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan

obligasi.67 Akibatnya, terjadi kenaikan tingkat suku bunga sehingga

mendorong aliran modal masuk ke Amerika Serikat.

Selain itu telah terjadi inflasi dengan melemahnya daya saing produksi

sehingga ekspor negara itu turun, sementara impor mengalami kenaikan yang

signifikans. Dalam bidang valuta asing, mata uang Amerika Serikat, dollar,

mengalami depresiasi terhadap Yen, mata uang Jepang. Semuanya berakhir

dengan melemahnya struktur ekonomi Amerika Serikat, dan tentu saja

67 Muslimin H. Kara, Bank Syari’ah Di Indonesia, Analisis Kebijakan Pemerintah

Indonesia Terhadap Perbankan Syari’ah, Yogyakarta: UII Press, 2005, hlm.. 128.

Page 45: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

63

berimbas pada negara-negara di dunia. Sebab pada umumnya mereka

menggunakan Dollar Amerika Serikat dalam transaksi ekonomi. Indonesia

sendiri mengalami peningkatan utang luar negeri sekitar 30% akibat depresiasi

dollar terhadap yen.68

Kondisi perekonomian dunia di atas, diperparah lagi dengan

merosotnya harga minyak bumi di pasaran Internasional. Padahal devisa dari

sektor ini memberi sumbangan terbesar terhadap pendapatan dalam negeri

bagi dana pembangunan nasional. Sebagai salah satu negara penghasil

minyak, tentu Indonesia sangat bergantung pada pendapatan dari sektor

minyak bumi.

Menghadapi kondisi demikian, pemerintah Orde Baru pada awal

dekade 1980-an mengeluarkan beberapa kebijakan ekonomi, paling tidak,

mengurangi ketergantungan pada dana bantuan luar negeri bagi

kesinambungan pembangunan nasional. Kebijakan itu diambil agar

pembangunan yang sudah dijalankan dapat dijaga kesinambungannya.

Pemerintah menganggap pemanfaatan potensi dan kekuatan ekonomi

yang berbasis dalam negeri merupakan suatu pilihan yang tepat untuk

mengurangi ketergantungan pada bantuan luar negeri. Maka sejak tahun 1983,

pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan yang intinya menarik dana-dana

yang ada dalam masyarakat agar disimpan pada lembaga-lembaga

perekonomian, baik pemerintah maupun swasta. Dana-dana tersebut dapat

dimanfaatkan bagi pembangunan nasional.

68 Ibid, hlm. 129.

Page 46: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

64

Pada bulan Juni 1983, pemerintah mengeluarkan paket deregulasi di

sektor perbankan yang memberi kewenangan kepada bank-bank nasional dan

bank campuran untuk menentukan sendiri tingkat suku bunga.69 Keluarnya

paket tersebut menempatkan pemerintah melalui Bank Indonesia tidak terlalu

jauh mencampuri tingkat suku bunga yang ditetapkan suatu bank kepada para

nasabahnya.

Memang dalam Undang-Undang No. 14 tahun 196770 tidak disebutkan

secara tegas tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah bagi suatu lembaga

perbankan, namun dalam praktiknya, peran pemerintah sebagai pengawas dan

pembina bagi lembaga perbankan untuk menentukan tingkat suku bunga

begitu dominan. Hal itu ditandai dengan adanya ketentuan pemerintah

mengenai tingkat suku bunga yang harus dilaksanakan oleh bank.

Paket deregulasi perbankan Juni 1983 menjadi dasar bagi bank untuk

menentukan tingkat suku bunga yang sesuai dengan kondisi banknya masing-

masing. Dengan ketentuan itu, antara satu bank dengan bank lainnya akan

berbeda dalam menentukan tingkat suku bunganya. Dengan ketentuan itu pula,

pemerintah mengharapkan agar perbankan nasional dapat lebih agresif dalam

menarik minat masyarakat agar mau menginvestasikan dananya pada bank

dengan cara menentukan bunga yang menarik perhatian para calon nasabah.

69 Karnaen A.Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha

Kami, 1996), hlm. 31 70 Undang-Undang ini berisi 10 bab dengan 49 pasal. Bab I: Ketentuan Umum (2 pasal),

Bab II: Jenis dan Macam Lembaga Perbankan (2 pasal), Bab III: Pendirian dan Pimpinan Bank (14 pasal), Bab IV: Bank Asing (4 pasal), Bab V: Usaha-Usaha Perbankan (7 pasal), Bab VI: Pengawasan dan Pembinaan Bank (7 pasal), Bab VII: Ketentuan-Ketentuan Lain (2 pasal), Bab VIII: Ketentuan Pidana (3 pasal), Bab IX: Ketentuan Peralihan (6 pasal), dan Bab X: Ketentuan Penutup (3 pasal). Lihat Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentahg Pokok-Pokok Perbankan.

Page 47: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

65

Sebab secara teoritis, semakin tinggi tingkat bunga semakin menarik perhatian

calon nasabah menabung uangnya. Walaupun teori ini banyak mendapat

sanggahan dari beberapa kalangan.

Pada sisi lain, kebijakan deregulasi perbankan Juni 1983, dapat

menjadi dasar bagi dunia perbankan untuk menerapkan tingkat bunga 0%.

Atau dengan kata lain, bank dapat melakukan transaksi ekonomi tanpa

menerapkan sistem bunga yang dalam pandangan ekonomi Islam tidak

dibenarkan. Sebenarnya paket itu juga memberi peluang bagi pendirian bank

Islam, namun pendirian bank baru pada saat itu tidak mendapat izin dari

pemerintah. Setelah diberlakukannya paket Juni 1983, pemerintah memandang

perlu mengeluarkan kebijakan baru yang lebih memberi peluang kepada dunia

perbankan untuk menarik dana dari masyarakat. Paket Juni 1983 dinilai belum

cukup, sebab beberapa hal penting seperti pendirian bank baru belum diatur.

Maka pemerintah mengeluarkan kebijakan baru di bidang keuangan, moneter

dan perbankan, yaitu kebijakan paket 27 Oktober 1988, lebih dikenal dengan

pakto 1988.

Kebijakan di bidang keuangan, moneter dan perbankan tersebut

bertujuan untuk pengerahan dana masyarakat, peningkatan ekspor non migas,

peningkatan efisiensi, peningkatan kemampuan pelaksanaan kebijakan

Page 48: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

66

moneter, dan iklim pengembangan pasar modal.71 Semuanya bermuara

terjadinya peningkatan pendapatan negara dari dalam negeri.

Pengerahan dana masyarakat yang merupakan salah satu prioritas

penting pemerintah dalam pakto 1988, pemerintah mengeluarkan beberapa

kebijakan mendasar. Di antara kebijakan itu: kebijakan tentang pembukaan

kantor cabang bank, baik kantor cabang bank pemerintah, bank pembangunan

daerah, bank swasta nasional, dan bank koperasi72; kebijakan pembukaan

cabang Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)73; pendirian bank swasta74;

pendirian dan usaha Bank Perkreditan Rakyat75; penerbitan sertifikat

deposito76; dan perluasan tabungan77.

Kemudahan membuka kantor cabang dan pendirian bank baru

merupakan hal penting dalam dunia perbankan di Indonesia. Sebab Undang-

Undang No. 14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan walaupun

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan pendirian bank dan pembukaan

kantor cabang, namun pemerintah sulit memberi perizinan, terutama untuk

71 CSIS, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Paket Kebijakan Keuangan,

Moneter, dan Perbankan 27 Oktober 1988. tidak diterbitkan, hlm. i-vi 44 72 Keputusan Menteri Keuangan No. 1062/KMK.00/1988 tanggal 27 Oktober 1988

tentang Pembukaan Kantor Bank Pemerintah, Bank Pembangunan Daerah, Bank Swasta Nasional, dan Bank Koperasi. Lihat pula, Surat Edaran Bank Indonesia No. 21/3/BPPP tanggal 27 Oktober tenlang Pembukaan Kantor Bank Pemerintah, Bank Pembangunan Daerah, Bank Swasta Nasional, dan Bank Koperasi

73 Keputusan Menteri Keuangan No. 1063/KMK.00/1988 tanggal 27 Oktober 1988 tentang Pembukaan Kantor Cabang LKBB

74 Keputusan Menteri Keuangan No. 1061/KMK.00/1988 tanggal 27 Oktober 1988 tentang Pendirian Bank Swasta Nasional dan Bank Koperasi

75 Keputusan Presiden No. 38 tahun 1988 tentang Bank Perkreditan Rakyat; lihat pula Lihat Keputusan Menteri Keuangan No. 1064/KMK.00/1988 tanggal 27 Oktober 1988 tentang Pendirian Bank Swasta Nasional dan Bank Koperasi

76 Keputusan Menteri Keuangan No. 1065/KMK.00/I988 tanggal 27 Oktober 1988 tentang Penerbitan Sertifikat Deposito oleh LKBB

77 Surat Edaran Bank Indonesia No. 21/28/UPG tanggal 27 Oktober 1988 perihal Perluasan Penyelenggaraan Tabungan oleh Bank

Page 49: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

67

bank-bank swasta. Dalam pasal 5 Undang- Undang No. 14 tahun 1967

disebutkan bahwa bank umum milik negara didirikan dengan undang-undang

berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang ini. Sedangkan

pembukaan kantor cabang dan perwakilan dari bank umum milik negara

hanya dapat dilakukan dengan izin Menteri Keuangan setelah mendengar

pertimbangan Bank Indonesia.78 Sementara itu, pendirian bank umum swasta

disyaratkan:

a. Berbentuk hukum perseroan terbatas

b. Mempunyai modal yang telah dibayar sekurang-kurangnya Rp.

1.000.000,- (Menteri Keuangan dapat menetapkan jumlah modal dibayar

minimum yang lebih tinggi menurut perkembangan keadaan dengan

memperhatikan kondisi setempat.

c. Saham-saham dari perseroan terbatas seluruhnya harus dimiliki oleh

warga-warga Indonesia dan atau badan-badan hukum peserta-pesertanya

dan pimpinannya terdiri atas warga negara Indonesia, menurut syarat-

syarat yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

d. Pimpinan dan pegawai dari bank yang mempunyai kedudukan vital harus

seluruhnya warga negara Indonesia.79

Kesulitan mendirikan bank baru sebagaimana yang disyaratkan di atas

dijelaskan kembali pada penjelasan pasal 8 tersebut

Di samping syarat-syarat mengenai permodalan, pemilikan saham dan

pimpinan/pegawai bank, Menteri Keuangan mempunyai wewenang untuk jika

78 Pasal 5 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan

79 Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan

Page 50: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

68

perlu menetapkan syarat-syarat tambahan, antara lain dalam hubungannya

dengan kehendak riil dan urgensi dari pendirian suatu bank pada suatu

tempat/daerah menurut kondisi sosial-ekonomis dari tempat/daerah yang

bersangkutan.80

Syarat-syarat tambahan itulah membuat para pemilik modal

mengalami kesulitan untuk mendirikan bank baru dan berinvestasi dalam

dunia perbankan. Syarat tambahan itu berkaitan dengan keruwetan birokrasi

dalam sistem birokrasi di Indonesia. Apalagi bagi para pengusaha yang tidak

terlalu mempunyai modal yang cukup atau jaringan birokrasi akan mengalami

kesulitan untuk mendirikan sebuah bank baru.

Dengan lahirnya pakto 1988 yang memberi kemudahan mendirikan

kantor cabang dan bank umum baru, sejak itu perbankan Indonesia mengalami

perkembangan kuantitasnya. Jumlah bank mengalami perkembangan yang

cukup pesat, tentu saja menambah dana bagi pembangunan nasional. Pakto

1988 memberi harapan besar bagi pendirian bank umum Islam di Indonesia,

walaupun realisasi pendirian itu dapat dilakukan pada tahun 1991 dengan

berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Namun demikian, pakto 1988 memberi

semangat kepada umat Islam untuk mendirikan bank-bank Islam yang

berskala kecil, seperti Bank Perkreditan Rakyat. Bank-bank tersebut cukup

memberi andil bagi penghimpunan dana masyarakat untuk pembangunan

nasional. Sebab sebagian umat Islam yang menganggap bunga uang sebagai

80 Penjelasan pasal 8 ayat 3 Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok

Perbankan

Page 51: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

69

riba dapat menyalurkan pandangan keagamaannya kepada BPR yang

menerapkan bunga 0% tersebut.

Kondisi BPR yang beroperasi dengan prinsip syari'ah yang belum ada

payung hukumnya, mengatur tata cara penerapan sistem syari'ah dalam

operasional perbankan Islam, mendorong pemerintah Indonesia melakukan

kebijakan hukum yang lebih jauh dalam masalah perbankan Islam di

Indonesia. Kondisi tersebut diperkuat lagi dengan keberadaan Bank Muamalat

Indonesia yang didirikan pada tahun 1992, bertepatan dengan pembahasan

Rancangan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Nasional di

DPR. Keberadaan Bank Muamalat Indonesia yang didirikan umat Islam

mendapat respons positif dari penguasa Orde Baru, khususnya presiden

Soeharto, mempunyai pengaruh yang cukup signifikans diakomodasinya

prinsip syari'ah. Maka pada tahun 1992 melalui Undang-Undang No. 7 tahun

1992 tentang Perbankan, diakomodasi ketentuan-ketentuan yang mengatur

operasional bank yang beroperasi dengan sistem syari'ah. Walaupun undang-

undang itu sendiri belum secara eksplisit menyebut bank syari'ah, tapi bank

dengan prinsip bagi hasil.

Secara ekonomis keberadaan bank-bank Islam akan menguntungkan

pemerintah Indonesia karena sebagai umat yang mayoritas memiliki potensi

ekonomi yang besar untuk pembangunan bangsa. Sebagian dari mereka

menganggap bunga termasuk dalam kategori perbuatan riba, sehingga mereka

tidak mau menginvestasikan dananya pada bank-bank konvensional. Mereka

meyakini bahwa riba merupakan perbuatan haram.

Page 52: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

70

Menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang

sangat tinggi belakangan ini, perbankan syariah terbebas dari negative spread,

karena perbankan Islam tidak berbasis pada bunga uang; Konsep Islam

menjaga keseimbangan antara sektor nil dengan sektor moneter, sehingga

pertumbuhan pembiayaannya tidak akan lepas dari pertumbuhan sektor riil

yang dibiayainya. Pada saat perekonomian dunia usaha lesu, maka yield yang

diterima oleh perbankan Islam menurun, dan pada gilirannya return yang

dibagihasilkan kepada para penabung juga turun. Sebaliknya, pada saat

perekonomian booming, maka return yang dibagi-hasilkan akan booming

pula. Dengan kata lain, kinerja perbankan Islam ditentukan oleh kinerja sektor

riil, dan bukan sebaliknya.

Dalam pandangan Islam, uang hanyalah sebagai alat tukar dan bukan

merupakan barang dan komoditas. Islam tidak mengenal time value of money,

tetapi Islam mengenal economic value of time. Jadi, dengan kata lain, yang

berharga menurut pandangan Islam adalah waktu itu sendiri. Berbagai jenis

sumber daya adalah merupakan pemberian atau titipan Allah SWT kepada

manusia. Manusia harus memanfaatkannya seefektif dan seefisien mungkin

dalam berproduksi guna memenuhi kesejahteraan bersama di dunia, yaitu

untuk diri sendiri dan orang lain. Kegiatan tersebut harus

dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT di akhirat kelak.

وتعاونوا على الرب والتقوى وال تعاونوا علىاإلثم ... ) 2:املائدة(...والعدوان

Page 53: BAB II Inayah - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang.3 ... dengan

71

Artinya:"...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran..." (QS Al-Maidah: 2).81

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara ekonomis

keberadaan bank-bank Islam akan menguntungkan pemerintah Indonesia

karena sebagai umat yang mayoritas memiliki potensi ekonomi yang besar

untuk pembangunan bangsa. Sebagian dari mereka menganggap bunga

termasuk dalam kategori perbuatan riba

81 Yayasan Penterjemah/Pentafsir, al-Qur'an dan Terjemahnya, Surabaya: Depag RI,

1978, hlm. 157.