bab ii, iii,iv, v

111
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit mempunyai fungsi dan tujuan sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan rujukan yang mencakup pelayanan rekam medis dan penunjang medis serta dimanfaatkan untuk pendidikan, pelatihan, dan penelitian bagi para tenaga kesehatan. Rumah sakit dapat memberi pelayanan kesehatan yang bermutu terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pelayanan ini bersifat dasar spesialistik dan sub spesialistik dengan menggutamakan sarana kesehatan dengan menyelenggarakan kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan 1

Upload: el-el-wijay

Post on 01-Jul-2015

371 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II, III,IV, V

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah Sakit mempunyai fungsi dan tujuan sarana pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan berupa pelayanan rawat

jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan rujukan yang

mencakup pelayanan rekam medis dan penunjang medis serta dimanfaatkan

untuk pendidikan, pelatihan, dan penelitian bagi para tenaga kesehatan.

Rumah sakit dapat memberi pelayanan kesehatan yang bermutu

terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, pelayanan ini bersifat dasar spesialistik dan sub spesialistik dengan

menggutamakan sarana kesehatan dengan menyelenggarakan kesehatan secara

merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan

kepada masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

Rumah sakit adalah bagian yang penting di bidang kesehatan dan

berperan dalam menunjang kelangsungan hidup masyarakat agar hidup sehat

dan sejahtera, di rumah sakit mempunyai beberapa ruang baik untuk

pengobatan, pelayanan, informasi, bagian rekam medis

Rekam medis merupakan bukti tertulis mengenai proses pelayanan

yang diberikan kepada pasien oleh Dokter dan tenaga kesehatan lainnya, yang

mana dengan adanya bukti tertulis tersebut maka rekam medis yang diberikan

1

Page 2: BAB II, III,IV, V

dapat dipertanggungjawabkan, dengan tujuan upaya penunjang tertib

administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan rekam medis.

Rekam medis diartikan suatu dokumen yang berisi catatan mengenai

identitas pasien, pemeriksaan pengobatan tindakan dari rekam medis lain pada

sarana kesehatan yang dicatat secara berkesinambungan, selama diberikan

pelayanan di rumah sakit baik rawat jalan, rawat jalan, rawat inap maupun

gawat darurat. Rekam medis adalah satu bagian yang ada di suatu rumah sakit,

sehingga secara otomatis rekam medis mempunyai peran yang sangat penting

demi kelangsungan dan perkembangan rumah sakit yang berkaitan rekam

medis ini, tidak hanya melayani pasien semata tetapi masih banyak hal-hal

yang harus dikerjakan oleh rekam medis.

Rekam medis juga mempunyai peran penting dibidang administrasi

dan pengembangan keterampilan di bidang pendidikan bagi mahasiswa yang

sedang menjali, PKL (Praktek Kerja Lapangan) dengan melihat tugas-tugas

urusan rekam medis, dapat mengetahui lebih jauh tentang konsep dasar pada

rekam medis, perkembangan dan kemajuan rekam medis tergantung pada

pelayanan rekam medis karena merupakan ujung tombak rekam medis yang

dapat membawa nama baik rumah sakit tersebut.

2

Page 3: BAB II, III,IV, V

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang telah uraikan di atas, maka

penulis mengajukan permasalahan “Bagaimana prosedur dan pengarsipan

Rekam Medis di RSUD Kabupaten Nabire?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Memberikan gambaran pelaksanaan tugas pengelolaan manajemen

pelayanan Rekam Medis di RSUD Nabire.

2. Mengetahui apakah sistem Kearsipan Rekam Medik RSUD Kabupaten

Nabire sudah memenuhi standar.

3. Sebagai bahan dan data bagi semua pihak yang dibutuhkan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat diadakan penelitian adalah :

1. Bagi Penulis

Adapun manfaat bagi penulis antara lain:

a. Mengembangkan kemampuan secara nyata dan dapat menambah

pengalaman.

b. Mengetahui kegiatan dan kedisiplinan kerja yang ada pada dunia

nyata.

c. Meningkatkan kegiatan kemampuan dan keterampilan sehingga siap

untuk terjun dalam dunia kerja.

3

Page 4: BAB II, III,IV, V

2. Bagi tempat PKL (Rumah Sakit)

Adapun manfaat bagi rumah sakit antara lain :

a. Dapat memberikan masukan bagi pelayanan yang lebih baik bagi

petugas rekam medis

b. Dapat memberikan usulan dan pertimbangan dalam melaksanakan

tugas bagi karyawan Rekam Medis di RSUD Kabupaten Nabire.

3. Bagi instansi pendidikan

Adapun manfaat bagi instansi pendidikan antara lain :

a. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk evaluasi kekurangan-

kekurangan dan instansi dalam pembekalan mahasiswa.

b. Mampu mempersiapkan lebih matang terhadap pembekalan

mahasiswa.

E. Metode Penelitian

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian

sebagai sumber informasi yang dicari (Syaifuddin Azwar, 2007: 91).

Dalam hal ini adalah hasil wawancara dengan bagian rekam medis.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitinya (Syaifuddin

Azwar, 2007: 91). Dalam hal ini berasal dari buku, majalah, surat

4

Page 5: BAB II, III,IV, V

kabar, internet yang berhubungan dengan Rekam Medis di Rumah

Sakit Nabire.

2. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data adalah

sebagai berikut:

a. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah metode atau cara pengumpulan data serta

sebagai informasi dengan jalan menanyakan langsung kepada

seseorang yang dianggap ahli dalam menyelesaikan suatu

permasalahan (Bawono Antoni, 2006: 30).

b. Metode Observasi

Metode observasi adalah suatu prosedur yang berencana antara lain

meliputi (pengamatan) dan mencatat jumlah serta taraf aktivitas

tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti

(Notoatmodjo Soekidjo, 2005: 93)

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan melakukan pencarian data-data yang berhubungan

dari berbagai sumber pustaka untuk kelengkapan data yang dibutuhkan

(Notoatmodjo Soekidjo, 2005: 93).

3. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang diartikan untuk

menganalisa data tersebut dengan cara mendeskripsikan atau

5

Page 6: BAB II, III,IV, V

menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya untuk dapat

disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh

pembaca (Kuncoro Mudrajad, 2003: 124).

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman tugas akhir, ditulis dengan

sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan tentang pengertian rumah sakit, rekam medis

dan kesehatan sebuah rumah sakit, pengertian rekam medis, sistem penyimpanan

rekam medis, tujuan dan kegunaan rekam medis, alur rekam medis dan staf rekam

medis, pengertian arsip, prosedur penyimpanan arsip, sistem penyimpanan arsip

dan pengertian administrasi.

BAB III TINJAUAN UMUM

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum rumah sakit

umum daerah kabupaten nabire (RSUD Kab. Nabire), fasilitas, visi dan misi

rumah sakit, rencana stratejik rumah sakit, jenis layanan serta informasi lain

seputar rumah sakit.

6

Page 7: BAB II, III,IV, V

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang hasil kegiatan praktek dan pembahasan

obyek yang kami lakukan.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari kegiatan yang penulis

lakukan dan beberapa saran yang mungkin diperlukan peserta (PKL) Praktek

Kerja Lapangan yang akan datang membaca Tugas Akhir ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

7

Page 8: BAB II, III,IV, V

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertiann Rekam Medis

Didalam membahas pengertian rekam medis terlebih dahulu akan

dikemukakan arti dari rekam medis itu sendiri. Rekam medis disini diartikan

sebagai “keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas,

anamnese, penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan

tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang

dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat”.

Kalau diartikan secara dangkal, rekam medis seakan-akan hanya merupakan

catatan dan dokumen tentang keadaan pasien, namun kalau dikaji lebih dalam

rekam medis mempunyai makna yang lebih luas dari pada catatan biasa,

sesudah tercermin segala informasi menyangkut seorang pasien yang akan

dijadikan dasar didalam menentukan tindakan lebih lanjut dalam upaya

pelayanan maupun tindakan medis lainnya yang diberikan kepada seseorang

pasien yang datang ke rumah sakit. (Protap RM, 1999: 56)

Rekam medis mempunyai pengertian, yang sangat luas tidak hanya

sekedar kegiatan pencatatan. Akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu

sistem penyelenggarakan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatan sendiri

hanya merupakan salah satu kegiatan dari pada penyelenggarakan rekam

medis. Pengyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang

dimulai pada saat diterimanya pasien di rumah sakit, diteruskan kegiatan

8

Page 9: BAB II, III,IV, V

pencatatan data medik pasien selama pasien itu mendapat pelayanan medik di

rumah sakit. Dan dilangjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang

meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat

penyimpanan untuk melayani permintaan / peminjaman apabila dari pasien

atau untuk keperluan lainnya. (Protap RM, 1999: 56)

Yang bertanggung jawab atas pemilikan dan pemanfaatan Rekam

Medis adalah Direkture Rumah Sakit, pihak Direktur bertanggung jawab atas

hilang, rusak, atau pemalsuaannya, termasuk penggunaannya oleh badan atau

orang yang tidak berhak. Isi rekam medis dimiliki oleh pasien yang wajib

dijaga kerahasiaanya, terutama oleh petugas kesehatan yang bertugas

diruangan selama pasien dirawat, tidak seorangpun diperbolehkan mengutip

sebagian atau seluruh Rekam Medik sebuah Rumah Sakit untuk kepentingan

pihak-pihak lain atau perorangan, kecuali yang ditentukan oleh peraturan

perundang-undang yang berlaku. (Protap RM, 1999: 57)

Berkas rekam medik sebuah rumah sakit tidak boleh dikirimkan ke

tempat keperawatan lain jika seandainya pasien dirujuk untuk mendapatkan

perawatan lanjutan di institusi atau rumah sakit lain, yang dikirimkan cukup

resume (kesimpulan) saja. Kelalaian dalam pengelolaan dan pemanfaatan

rekam medis dapat dikenankan saksi oleh Dirjen Yanmed atau Direktur Rumah

Sakit yang bersangkutan. (Buku Pedoman Catatan Medik seri 7 revisinya

dibuat berdasarkan Permenkes No. 749 a / Menkes / Per / XII / 1998).

9

Page 10: BAB II, III,IV, V

B. Rekam Medik dan Kesehatan Sebuah Rumah Sakit

Rekam redik rumah sakit merupakan komponen penting dalam

pelaksanaan kegiatang manajemen rumah sakit, rekam medik rumah sakit

harus mampu mengajikan informasi lengkap tentang proses pelayanan medis

dan kesehatan di rumah sakit, baik dimasa lalu, masa kini maupun perkiraan

masa datang tentang apa yang akan terjadi. Aspek Hukum Peraturan Menteri

Kesehatan (Permenkes) tentang pengisian rekam medik dapat memberikan

sanksi hukum bagi rumah sakit atau petugas kesehatan yang melalaikan dan

berbuat khilat dalam pengisian lembar-lembar rekam medik (Permenkes, 1992:

27).

Ada dua kelompok data rekam medik rumah sakit di sebuah rumah

sakit yaitu kelompok data medik dan kelompok data umum (Permenkes, 1992:

28)

1. Data Medik

Data medik dihasilkan sebagai kewajiban pihak pelaksana pelayanan medis,

paramedik dan ahli kesehatan yang lain (paramedis keperawatan dan para

non keperawatan). Mereka akan mendokumentasikan semua hasil

pemeriksaan dan pengobatan pasien dengan menggunakan alat perekam

tertentu, baik secara manual dengan komputer. Jenis rekamnya disebut

dengan rekam medik (Permenkes, 1992: 28)

Petunjuk teknis rekam medik rumah sakit sudah tersusun tahun 1992 dan

diedarkan ke seluruh organisasi Rumah Sakit di Indonesia. Ada dua jenis

rekam medik rumah sakit (Permenkes, 1992: 28).

10

Page 11: BAB II, III,IV, V

a. Rekam medis untuk pasien rawat jalan termasuk pasien gawat darurat

yang berisi identitas pasien, hasil anemnesis (keluhan utama, riwayat

sekarang, riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat keluarga

tentang penyakit yang mungkin diturungkan atau yang ditularkan

diantara keluarga), hasil pemeriksaan, (fisik laboratorium, pemeriksaan

kasus lainnya), diagnostik karja, dan pengobatan atau tindakan,

pencatatan data ini harus diisi selambat-lambatnya 1 x 24 jam setelah

pasien diperiksa.

b. Rekam medik untuk pasien rawat inap, hampir sama dengan isi rekam

medis untuk pasien Rawat jalan, kecuali persetujuan pengobatan atau

tindakan, catatan konsultasi, catatan perawatan oleh perawat dan tenaga

kesehatan lainnya, catatan observasi klinik, hasil pengobatan, resume

akhir, dan evaluasi pengobatan.

2. Data Umum

Data umum dihasilkan oleh kelompok kegiatan non medik yang akan

mendukung kegiatan kelompok data medik di poliklinik. Beberapa contoh

kegiatan Poliklinik adalah kegiatan persalinan, kegiatan radiology, kegiatan

perawatan, kegiatan pembedahan, kegiatan laboratorium dan sebagainya.

Data umum pendukung didapatkan dari kegiatan pemakaian ambulans,

kegiatan pemesanan makanan, kegiatan kepegawaian, kegiatan keuangan

dan sebagainya (Permenkes, 1992: 28)

11

Page 12: BAB II, III,IV, V

C. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis

DiDalam uraian tujuan dan kegunaan rekam medik ini terdapat dua

pengertian yang sangat erat kaitannya yaitu tujuan dan kegunaan.

1. Tujuan Rekam Medis

Tujuan rekam medik adalah menunjang tercapainya tertip administrasi

dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan

benar, tidak mungkin tertip administrasi rumah sakit akan berhasil

sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan

salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di

rumah sakit. Tujuan rekam medis secara rinci akan terlihat dan analog

sebab kegunaan Rekam Medis itu sendiri (Dirjen Yankes, 1993: 10)

2. Kegunaan Rekam Medis

Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain,

(Dirjen Yankes

1993: 10)

a. Aspek Administrasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena

Isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung

jawab sebagai tenaga medis dan para medis dalam mencapai tujuan

pelayanan kesehatan.

12

Page 13: BAB II, III,IV, V

b. Aspek Medis

sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan / perawatan yang harus

diberikan kepada seorang pasien.

c. Aspek Hukum

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar

keadilan, dalam rangka usaha untuk menegakkan hukum serta

penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan.

d. Aspek Keuangan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya

mengandung data / informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek

keuangan.

e. Aspek Penelitian

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya

menyangkut data / informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek

penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.

f. Aspek Pendidikan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya

menyangkut data / informasi tentang perkembangan kronologis dan

kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi

tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pengajaran

dibidang profesi si pemakai.

13

Page 14: BAB II, III,IV, V

g. Aspek Dokumentasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena

isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan

dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.

Dengan melihat beberapa aspek tersebut diatas, rekam medis mempunyai

kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien

dengan (Dirjen Yankes, 1993: 12)

1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang

ikut ambil bagian didalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan

kepada pasien.

2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan / perawatan yang harus

diberikan kepada seorang pasien.

3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan

penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung / dirawat di rumah

sakit.

4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi

terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.

5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun Dokter

dan tenaga kesehatan dan lainnya.

6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan

penelitian dan pendidikan.

7. Sebagai dasar ingatan perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik

pasien.

14

Page 15: BAB II, III,IV, V

8. Menjadi sumber ingatan yang harus ingatan didokumentasikan, serta

sebagai

D. Sistem Penyimpanan Rekam Medis

Sebelum menentukan suatu sistem yang akan dipakai perlu terlebih

dahulu mengetahui bentuk penyurusan penyimpanan yang ada dalam

pengelolaan Rekam Medis. Ada dua cara pengurusan penyimpanan dalam

penyelenggaraan Rekam Medis, yaitu (Dirjen Yankes, 1993: 7)

1. Sentralisasi

Sentralisasi ini diartikan penyimpanan Rekam Medis seorang pasien dalam

satu kesatuan baik catatan kunjungan poliklinik maupun catatan-catatan

selama seorang pasien dirawat. Sistem ini disamping banyak kebaikannya

juga ada kekurangannya (Dirjen Yankes, 1993: 7)

kebaikannya:

a. Mengurangi terjadinya pengganaan dalam pemeliharaan dan

penyimpanan Rekam Medis.

b. Mengurangi jumlah biaya yang dipergunakan untuk peralatan dan

ruangan.

c. Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah

distandarisasikan.

d. Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan.

e. Mudah menerapkan sistem unit record.

15

Page 16: BAB II, III,IV, V

Kekurangannya :

a. Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani Unit Rawat

Jalan dan Unit Rawat Inap.

b. Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 4 jam

2. Desentralisasi

Dengan cara desentralisasi terjadi pemisahan antara rekam medis

poliklinik dengan rekam medis penderita di rawat. Rekam medis poliklinik

disimpan di satu tempat penyimpanan, sedangkan rekam medis penderita

di rawat disimpan di bagian pencatatan medis. (Dirjen Yankes, 1993: 8)

Kebaikannya:

a. Efisiensi waktu, sehingga pasien mendapat pelayanan lebih cepat.

b. Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan.

Kekurangannya:

a. Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis.

b. Biaya yang diperlukan untuk perawatan dan ruangan lebih banyak.

Secara teori cara sistem sentralisasi lebih baik dari pada cara sistem

desentralisasi, tetapi pada pelaksananya sangat tergantung pada situasi dan

kondisi masing-masing rumah sakit. Hal-hal yang mempengaruhi yang

berkaitan dengan situasi dan kondisi tersebut antara lain (Dirjen Yankes,

1993: 8)

1. Karena terbatasnya tenaga yang terampil, khususnya yang menangani

pengelolaan rekam medis.

16

Page 17: BAB II, III,IV, V

2. Kemampuan dana Rumah Sakit yang dikelolah oleh Pemerintah Daerah.

Ketentuan dan prosedur penyimpanan rekam medis lainnya (Dirjen

Yankes, 1993: 8)

1. Pada saat rekam medis dikembalikan ke bagian rekam medis, harus

disortir menurut nomor sebelum disimpan. Hal ini membantu menentukan

rekam medis yang diperlukan tetapi tidak ada dalam tempat penyimpanan

dan memudahkan pekerjaan penyimpanan.

2. Hanya petugas-petugas rekam medis yang dibenarkan menangani rekam

medis, pengecualian diberikan kepada pegawai rumah sakit yang bertugas

pada sore hari dan malam hari. Dokter-dokter, staf Rumah Sakit, pegawai-

pegawai dari bagian lain tidak diperkenankan mengambil berkas rekam

medis dari tempat penyimpanan.

3. Rekam medis yang sampulnya rusak atau lembarannya lepas, harus

segerah diperbaiki untuk mencegah makin rusak atau hilannya lembaran-

lembaran yang diperlukan.

4. Pengamatan terhadap penyimpanan harus dilakukan secara periodik, untuk

menentukan salah simpan dan melihat kartu pinjaman yang rekam

medisnya masih belum dikembalikan.

5. Rekam medis yang sangat tebal harus dijadikan 2 atau 3 jilid.

6. Petugas yang mengepalai kegiatan penyimpanan harus membuat laporan

rutin kegiatan yang meliputi:

a. Jumlah rekam medis yang dikeluarkan tiap hari dari rak penyimpanan

untuk memenuhi permintaan.

17

Page 18: BAB II, III,IV, V

b. Jumlah permintaan darurat

c. Jumlah salah simpan

d. Jumlah rekam medis yang tidak dapat ditemukan

E. Alur Rekam Medis dan Staf Rekam Medis

Alur rekam medis pasien rawat jalan dari mulai pendaftaran hingga

penyimpanan rekam medis secara garis besar (Menurut Depkes) adalah

sebagai berikut (Depkes, 1997: 15) Jalan.

1. Pasien membeli karcis diloket pendaftaran.

2. Pasien dengan membawa karcis mendaftar ke tempat penerimaan pasien

Rawat Jalan.

a. Petugas tempat penerimaan, pasien Rawat Jalan mencatat pada buku

register nama pasien, nomor Rekam Medis, identitas, dan data sosial

pasien dan mencatat keluhan pada kartu poliklinik.

b. Petugas tempat penerimaan pasien membuat kartu berobat untuk

diberikan kepada pasien, yang harus dibawa apa pasien berobat ulang.

c. Pasien ulangan yang sudah memiliki kartu berobat disamping harus

memperlihatkan karcis juga harus menunjukan kartu berobat kepada

petugas akan mengambil berkas Rekam Medis pasien ulangan tersebut.

3. Kartu poliklinik dikirim ke poliklinik yang dituju sesuai dengan keluhan

pasien, sedangkan pasien datang sendiri ke poliklinik.

18

Page 19: BAB II, III,IV, V

4. Petugas poliklinik mencatat pada buku Register Pasien Rawat Jalan nama,

nomor rekam medis, jenis kunjungan, tinakan atau pelayanan yang

diberikan dan sebagainya.

5. Petugas di Poliklinik (perawat) membuat laporan atau rekapitulasi harian

pasien Rawat jalan.

6. Petugas rekam medis memeriksa kelengkapan pengisian Rekam Medis dan

untuk yang belum lengkap segera diupayakan kelengkapannya.

7. Petugas rekam medis membuat rekapitulasi setiap akhir bulan, untuk

membuat laporan dan statistik rumah sakit.

8. Berkas Rekam Medis pasien disimpan menurut nomor Rekam Medisnya

(Januarsyah, 1999: 79)

F. Pengertian Arsip

Arsip aalah setiap catatan (record atau warkat) yang tertulis, tercetak,

atau ketikan, dalam bentuk huruf, angka atau gambar, yang mempunyai arti

dan tujuan tertentu sebagai bahan komunikasi dan informasi, yang terekam

komunikasi dan informasi, yang terekam pada kertas (kartu, formulir), kertas

film (slide, film-strip, mikro film), meia komputer (pita tape, piringan,

rekaman, disket), kertas photocopy, dan lain-lain.

Sesuai dengan perkembangan kemajuan peralatan data dan informasi

yang sudah sampai kepada era komputerisasi, maka arsip masa kini dapat

terekam pada kartas, kertas film (celluloid), dan media komputer (disket, pita

magnetik dan sebagainya).

19

Page 20: BAB II, III,IV, V

Karena itu sekarang terdapat 2 (dua) jenis arsip ditinjau dari sudut

humum dan perundang-undangan, yaitu (Depkes, 1971: 43)

1. Arsip otentik

Arsip otentik adalah arsip yang diatasnya terdapat tanda tangan asli

dengan tinta (bukan fotokopy atau film) sebagai tanda keabsahan dari isi

arsip bersangkutan, arsip otentik dapat dipergunakan sebagai bukti hukum

yang sah.

2. Arsip tidak otentik

Arsip tidak otentik adalah arsip yang diatasnya tidak terdapat tanda tangan

asli dengan tinta. Arsip ini dapat berupa fotokopy, film, mikrofilm, keluaran

(output atau print-out) komputer, dan media komputer seperti disket dan

sebagainya.

Beberapa contoh arsip dapat disebutkan di sini: surat perjanjian,

teleks, telegram, faktur, memo, laporan, kartu, formulir, daftar, gambar,

foto, peta, kuitansi, cheque, cetak-biru, table, grafik, film, mikrofilm,

microfische, side, data-data, akte, hasil fassimile, media komputer (disket,

magnetic tape, piringan), dan lain-lain.

Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1971, arsip adalah (Depkes,

1971: 43)

1. Naskah-naskah yang di buat dan diterima oleh Lembaga-lembaga dan

Badan-badan Pemerintah dalam bentuk corak apa pun, baik dalam keadaan

20

Page 21: BAB II, III,IV, V

tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan

Pemerintah.

2. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima olah Badan-badan Swasta atau

perorangan, dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal

maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan.

Pada unang-undang tersebut arsip dibedakan menurut fungsinya

menjadi dua golongan, yaitu (Depkes, 1971: 44)

1. Arsip Dinamis

Arsip Dinamis adalah arsip yang dipergunakan secara langsung dalam

perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada

umumnya atau dipergunakan secara langsung dalam penyelenggarakan

administrasi negara.

Jadi arsip Dinamis adalah semua arsip yang masih berada di berbagai

kantor, baik kantor Pemerintah, swasta, atau organisasi kemasyarakatan,

karena masih dipergunakan secara langsung dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan kegiatan administrasi lainnya. Arsip dinamis dalam

bahasa Inggris di sebut record.

2. Arsip Statis

Arsip Statis adalah arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk

perencanaan, penyelenggarakan kehidupan kebangsaan pada umumnya

maupun untuk penyelnggarakan sehari-hari administrasi negara.

21

Page 22: BAB II, III,IV, V

Jadi arsip Statis adalah arsip-arsip yang disimpan di Arsip Nasional

(ARNAS) yang barasal dari arsip (dinamis) dari berbagai kantor. Arsip

statis ini dalam bahasa Inggris disebut archieve. (amsyah, 2003: 3)

G. Sistem Penyimpanan

Sistem penyimpanan adalah sistem yang dipergunakan pada

penyimpanan warkat agar kemudahan kerja penyimpanan dapat diciptakan

dan penemuan warkat yang sudah disimpan dapat dilakukan dengan cepat

bilamana warkat tersebut sewaktu-waktu diperlukan.

Sistem penyimpanan pada prinsipnya adalah penyimpanan berdasarkan

kata-tangkap (caption) dari warkat yang disimpan baik berupa huruf maupun

angka yang disusun menurut urutan tertentu. Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis

urutan, yaitu urutan abjad dan urutan angka. Sistem penyimpanan yang

berdasarkan urutan abjad adalah sistem mana (sering disebut sistem abjad),

sistem geografis, dan sistem subjek. Sedangkan yang berdasarkan urutan

angka adalah sistem numerik, sistem kronologis dan sistem subjek numerik.

Pada umumnya sistem penyimpanan yang dapat dipakai sebagai sistem

penyimpanan yang standar adalah sistem abjad, sistem numerik sistem

geografis dan sistem subjek (Amsyah, 2008: 71)

H. Prosedur Peyimpanan Arsip

Proseur penyimpanan adalah langka-langka pekerjaan yang dilakukan

sehhubungan dengan akan disimpannya suatu warkat. Ada 2(dua) macam

22

Page 23: BAB II, III,IV, V

penyimpanan yaitu penyimpanan warkat yang belum selesai proses (File

pending) dan penyimpanan warkat yang sudah di proses (FileTetap).

1. Penyimpanan sementara (File pending)

File pending file tindak lanjut (follow-up file) adalahfile yang digunakan

untuk penyimpanan sementara sebelum suatu warkat selesai di proses. File

ini terdiri dari map-map yang diberi label tanggal yang berlaku untuk 3

(tiga) bulan. Setiap bulan terdiri dari 31 map tanggal, yang meliputi 31

map bulan-bulan yang sedang berjalan, 31 map bulan berikutnya, dan 31

map bulan berikutnya lagi. Pergantian bulan ditunjukan dengan

pergantian penunjuk (guide) bulan yang jumlahnya 12. Warkat yang

dipending sampai waktu tertentu misalnya dapat dimasukan dalam map di

bawah bulan dan tanggal yang dikehendaki. Sesudah selesai diproses

barulah warkat yang dipending itu disimpan pada file penyimpanan. File

pending biasanya ditempatkan pada salah satu laci dari almari arsip (filing

cabinet) yang dipergunakan.

2. Penyimpanan Tetap (Permanent File)

Umumnya kantor-kantor kurang memperhatikan proseur atau langkah-

langkah penyimpanan warkat. Memang pengalaman menunjukan bahwa

banyak dokumen atau warkat yang hilang pada prosedur permulaan,

sedang kalau sudah sampai ke penyimpanan, kecepatan penemuan

dokumen memegang peranan. Dan kecepatan ini banyak tergantung

kepada sistem yang dipergunakan, peralatan dan petugas filing.

23

Page 24: BAB II, III,IV, V

Kalau dirinci secara seksama, maka langkah-langkah atau prosedur

penyimpanan adalah sebagaimana disajikan berikut ini (Amsyah, 2008: 5)

1. Pemeriksaan

Langkah ini adalah langkah persiapan menyimpan arsip dengan cara

memeriksa setiap lembar arsip untuk memperoleh kepastian bahwa

arsip-arsip tersebut sudah “siap untuk disimpan” maka surat tersebut

harus dimintakan dulu kejelasannya kepada yang berhak dan kalau

terjadi bahwa surat yang belum ditandai sudah disimpan, maka pada

kasus ini dapat disebut bahwa arsip tersebut dinyatakan “hilang”.

2. Mengindeks

Mengindeks adalah pekerjaan yang menentukan pada nama atau

subjek apa, atau kata tangkap lainnya surat akan disimpan, pada

sistem abjad kata tangkapnya adalah nama pengirim yaitu nama badan

pada kepala surat untuk jenis surat masuk dan nama individu untuk

jenis surat keluar dengan demikian surat masuk dan surat keluar akan

tersimpan pada satu map dengan kata tangkap yang sama.

3. Memberi tanda

Langkah ini lazim juga disebut pengkodean, dilakukan secara

sederhana yaitu dengan memberi tanda garis atau lingkaran dengan

warna yang mencolok pada kata lengkap yang sudah ditentukan pada

langkah pekerjaan mengindeks, dengan adanya tanda ini maka surat

akan disortir dan disimpan, disamping itu bila suatu saat nanti surat ini

dipinjam atau keluar file, petugas akan mudah menyimpan akan

24

Page 25: BAB II, III,IV, V

kembali surat tersebut berdasarkan tanda (kode) penyimpanan yang

sudah ada.

4. Menyortir dahulu

Menyortir adalah mengelompokkan warkat-warkat untuk persiapan

kelangkah terakhir yaitu penyimpanan. Langkah ini diadakan khusus

untuk jumlah volume warkat yang banyak, sehingga untuk

memudahkan penyimpanan perlu dikelompokkan terlabih dahulu

sesuai dengan pengelompokkan sistem penyimpanan yang

dipergunakan. Tanpa pengelompokan petugas niscaya akan selalu

bolak-balik dari laci ke laci pada waktu penyimpanan dokumen,

disamping berkali-kali membuka dan menutup laci yang sangat

menyita energi dan tidak sistematis apalagi dikerjakan dengan berdiri

yang sangat melelahkan. Untuk sistem abjad, pengelompokan didalam

sortir dilakukan menurut abjad, untuk sistem numerik dikelompokan

menurut kelompok angka, untuk sistem geografis dikelompokkan

menurut nama tempat, dan untuk sistem subjek surat-surat

dikelompokan menurut kelompok subjek atau masalah.

5. Menyimpan

Langkah terakhir adalah penyimpanan, yaitu menempatkan dokumen

atau arsip sesuai dengan sistem penyimpanan dan peralatan yang

dipergunakan, sistem penyimpanan akan menjadi efektif dan efesien

bilamana didukung oleh peralatan dan perlengkapan yang memadai

dan sesuai ke empat sistem tersebut di atas akan sangat sesuai

25

Page 26: BAB II, III,IV, V

bilamana mempergunakan almari arsip, sedangkan bila menggunakan

order map surat tersebut harus dilubangi terlebih dahulu dengan

mempergunakan perforator, dan jika akan menyimpan atau

mengambil surat tersebut diikuti melalui lubang-lubang perforatornya.

Untuk memudahkan penemuan kembali surat masuk yang diterima

dan surat balasan dalam bentuk arsip dan surat keluar maka

menggunakan penyimpanan moderen, surat masuk dan surat keluar

dari dan untuk satu koresponen disimpan jadi satu dalam map yang

sama dan letaknya berdampingan (Amsyah, 2003: 63)

I. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis

professional yang terorganisasi serta sarang kedokteran yang permanen

mengelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang

berkesinambungan, diagnosa serta pengobatan penyakit yang diberikan oleh

pasien (American Hospital Association: 1974)

Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima

pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa

kedokteran perawat di berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya

diselenggarakan (Wolper dan pena 1987).

Jenis-jenis rumah sakit yang ada di Indonesia antara lain :

1. Rumah sakit kelas A

26

Page 27: BAB II, III,IV, V

Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberi pelayanan

kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah, rumah sakit

kelas A ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top

referral hospital) atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat.

2. Rumah sakit kelas B

Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis membatas. Dimanakan

rumah sakit kelas B didirikan di setiap ibukota Propinsi (Provincial

Hospital)yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.

3. Rumah sakit kelas C

Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam

pelayanan spesialis yang disediakan yakni pelayanan penyakit dalam,

pelayanan bedah, pelayanan bedah anak serta pelayanan kebidanan dan

kandungan.

4. Rumah sakit kelas D

Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit bersifat transisi karena pada suatu

saat di tingkatkan menjadi rumah sakit bebas C pada saat ini kemampuan

rumah sakit kelas D hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan

kedokteran gigi. Sama halnya dengan rumah sakit kelas C, rumah sakit kelas

D ini juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari PUSKESMAS.

27

Page 28: BAB II, III,IV, V

5. Rumah sakit kelas E

Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (Spesialis Hospital) yang

menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja pada saat

ini banyak rumah sakit kelas E yang telah ditemukan rumah sakit kanker,

rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak dan lain sebagainya.

28

Page 29: BAB II, III,IV, V

BAB III

GAMBARAN UMUM RSUD KAB NABIRE

A. Sejarah Berdirinya RSUD Kab Nabire

Rumah Sakit Umu Daerah Kabupaten Nabire berdiri pada tahun 2002,

karena Kabupaten Nabire baru dibentuk pada tahun 2002. Sebelum menjadi

Rumah Sakit tempat sebelumnya adalah Puskesmas dan setelah menjadi

Kabupaten Nabire Puskesmas itu kini menjadi Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Nabire. (Rencana Stratejik RSUD Kabupaten Nabire Tahun 2004-

2006, 2004 : 1)

Rumah Sakit Kabupaten Nabire bisa dibilang Rumah Sakit yang baru

mulai berkembang, tetapi pasien / konsumennya sudah dapat dikatakan

banyak. Oleh karena itu Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire akan

memperluas bahan atau lokasi untuk pembangunan dan akan menambah pula

fasilisitas, pegawai, dan perawanya. Namun pada prakteknya. Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Nabire masih banyak memiliki kekurangan seperti

dalam hal pelayanan / perawatan, ruangan dan peralatan.

B. Data Umum Organisasi RSUD Kab Nabire

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire adalah Lembaga

Teknis Daerah dan merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah yang

berada dibawah tanggung jawab Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dasar

29

Page 30: BAB II, III,IV, V

hukum pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire adalah

Peraturan Daerah Kabupaten Nabire No. 63 Tahun 2002 tentang susunan

Organisasi dan Tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire.

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire sudah ditetapkan

sebagai Rumah Sakit Kelas D sesuai dengan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 428/MENKES/SK/III/2004 tanggal 7 April 2004 dengan

nomor Register 6103013.

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire mempunyai tugas

membantu Bupati dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna

dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan

yang dilakukan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan pencegahan

dan melaksanakan upaya rujukan serta melaksanakan pelayanan yang

bermutu sesuai standar Pelayanan Rumah Sakit.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagai mana dimaksud diatas,

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire mempunyai fungsi :

1. Perumusan kebijakan opererasi Pelayanan Rumah Sakit Daerah.

2. Penyelenggaraan Pelayanan Medis.

3. Penyelenggaraan Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis.

4. Penyelenggaraan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan.

5. Penyelenggaraan Pelayanan dan Rujukkan.

6. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan.

30

Page 31: BAB II, III,IV, V

7. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan.

8. Penyelenggaraan Tata Usaha dan Keuangan.

Dalam rangka meningkatan melaksanakan penyelenggaraan

Pemerintah yang lebih berdaya guna dan berhasil guna, bersih, dan

bertanggung jawab maka dikeluarkan Instalasi Pemerintah dan Peraturan

Pemerintah RI Nomor 108 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pertanggung

Jawaban Kepala Daerah dinilai berdasarkan tolak ukur Rencana Strategik

(Renstra)

Melalui kebijakan ini, kepala instansi diwajibkan melaksanakan

Akuntabilitas Kinerja dengan membuat perencanaan Stratejik dan Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instalasi Pemerintah (LAKIP) dalam bentuk

perhitungan Anggaran Satuan Kerja (PASK).

Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas ini mengkomunikasikan

pencapaian kinerja instalasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire

selama tahun 2004. Pencapaian kinerja tahun 2004 tersebut dibandingkan

dengan Rencana Kinerja Tahun 2004 sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan

organisasi. Analisis pencapaian kinerja terhadap rencana kerja ini akan

memungkinkan diidentifikasinya sejumlah celah kinerja bagi perbaikan

kinerja dimasa yang akan datang.

31

Page 32: BAB II, III,IV, V

C. Struktur Organisasi RSUD Kab Nabire

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire masih memiliki stuktur

organisasi yang sangat sederhana, karena Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Nabire termasuk Rumah Sakit yang baru berkembang.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSUD Kab Nabire

Uraian tugas-tugasnya adalah :

Direktur : Direktur RSUD Kabupaten Nabire adalah

pimpinan utama Rumah Sakit yang bertugas

menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Sub Pelayanan : adalah kepala bidang pelayanan yang bertugas

mengatur tugas-tugas pelayanan perawat di unit-

unit Rumah Sakit sesuai dengan kebutuhan

Sub Keperawatan : adalah kepala bidang keperawatan yang bertugas

mengatur dan mengendalikan jalannya organisasi

dan administrasi keperawatan

32

DIREKTUR

Sub. Bag.Keuangan

Sub. Bag. RM

Sub. Pelayanan

Sub.Keperawatan

Urusan Penbendaharaan

Urusan Kepegawaian

Sub. Seksi Perawat

Sub. Seksi Pelayanan

Page 33: BAB II, III,IV, V

Sub Bagian Keuangan : adalah kepala bagian keuangan dan sistem

informasi yang bertugas mengatur kebutuhan dan

pengeluaran keuangan Rumah Sakit sesuai dengan

anggaran belanja tahunan Rumah Sakit.

Sub. Bagian Rekam Medik : adalah kepala bagian penunjang medik yang

bertugas mengatur pelayanan unit-unit penunjang

medis Rumah Sakit sesuai dengan kebutuhannya

Sub Seksi Perawat : adalah yang membantu dari sub keperawatan

dalam menjalankan tugas-tugas perawat.

Sub Seksi Pelayanan : adalah yang membantu sub pelayanan dalam

menjalankan tugas-tugas pelayanan yang ada di

Rumah Sakit

Urusan Kepegawaiaan : adalah yang membantu sub Bagian Rekam Medis

dalam menjalankan urusan kepegawaian yang ada

di Rumah Sakit

Urusan Perbendaharaan : adalah yang membantu sub Bagian Keuangan

dalam menjalankan urusan perbendaharaan /

keuangan yang ada di Rumah Sakit.

D. Rencana Stratejik RSUD Kab Nabire Tahun 2004-2006

Instansi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire sesuai tugas

pokok dan fungsinya telah mempunyai stratejik yang beriorentasi pada hasil

yang ingin dicapai selama kurun waktu 3 (tiga) tahun, yaitu untuk tahun

33

Page 34: BAB II, III,IV, V

2004-2006 dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada

atau mungkin timbul. Rencana stratejik mencakup Visi dan Misi Rumah Sakit

Kabupaten Nabire.

Gambar 3.2

Rencana Stratejik RSUD Kab. Nabire 2004-2006

1. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire

a. Pernyataan Visi

Visi merupakan cara pendukung jauh kedepan kemana Instansi

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire akan diarahkan dan apa

yang akan dicapai. Dalam mengantisipasi tantangan kedepan menuju

kondisi yang diinginkan, Instansi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Nabire secara terus menerus mengembangkan peluang dan inovasi

34

Rencana Stratejik RSUD Nabire 2004-2006

Rencana Kinerja RSUD Nabire 2004

Rencana Stratejik RSUD Nabire 2004

Strategi Pemecahan Masalah

Rencana Kinerja RSUD Nabire 2004

Analisis Capaian Kinerja 2004

Page 35: BAB II, III,IV, V

perubahan kearah perbaikan. Perubahan tersebut dalam arti

mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruh seperti kekuatan

yang dimiliki, kelemahan, peluang dan ancaman. Selain itu perubahan

tersebut berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja

yang berorientai pada pencapaian hasil.

Bertolak dari pemikiran tersebut maka Visi Instansi Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Nabire sebagai berikut :

“Terwujudnya Pelayanan Rumah Sakit Yang Bermutu Tahun

2015”

b. Penjelasan Makna Visi

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire menyadari bahwa

keberadaa saat ini belum bisa memenuhi keinginan masyarakat. Maka

dengan ini Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire

diharapkan bisa sebagai tolak ukur untuk mencapai keinginan

masyarakat yang dengan pelayanan yang bermutu, artinya :

1. Sesuai dengan kemampuan pasien.

2. Sesuai dengan Standar pelayanan minimal Rumah Sakit

3. Layanan Rumah Sakit memperhatikan kabutuhan, tuntutan dan

harapan pasien.

4. Layanan Rumah Sakit memperhatikan hak dan kewajiban pasien.

5. Layanan Rumah Sakit menerapkan etika dan standar profesi.

35

Page 36: BAB II, III,IV, V

c. Pernyataan Misi

Terwujudnya Visi yang dikemukakan pada bagian sebelumnya

merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh segenap personil

Instansi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire, sebagai

bentuk nyata dari Visi disebut ditetapkanlah Misi yang

menggambarkan hal yang seharusnya terlaksana, sehingga hal yang

masih abstrak terlihat pada Visi akan lebih nyata pada Misi tersebut.

Lebih lanjut pernyataan Misi memperlihatkan kebutuhan apa yang

hendak dipenuhi oleh organisasi, siapa yang memiliki kebutuhan

tersebut dan bagaimana organisasi memenuhi kebutuhan tersebut.

Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan

organisasi dapat terlaksanan dan berhasil sesuai dengan Visi yang telah

ditetapkan. Dengan adanya Misi maka diharapkan seluruh pegawai dan

pihak lain yang berkepentingan dapat mengenal Instansi Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Nabire dan mengetahui peran dan program

kerjanya serta hasil yang akan diperolah dimasa yang akan datang.

Proses perumusan misi organisasi harus memperhatikan masukan

dari pihak yang berkepentingan dan memberikan peluang untuk

perubahan sesuai dengan tuntutan lingkungan.

Misi Intansi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire adalah

sebagai berikut:

1. Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit

36

Page 37: BAB II, III,IV, V

2. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Profesionalisme Sumber

Daya Manusiamu Rumah Sakit.

3. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit.

Misi tersebut disusun dengan mempertimbangkan adanya

kebutuhan ataupun tuntutan pada masyarakat yang menginginkan

adanya kualitas penyelengara Pemerintah, adanya aparatur yang

bersih dan terselenggaranya manajemen Pemerintah yang baik,

terselenggaranya otonomi daerah serta meningkatkan sinergi

pengawasan sehingga tidak timbul tumpang tindih pengawasan

dengan Instansi lain.

d. Penjelasan Makna Misi

Misi Ke 1

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Nabire perlu meningkatkan jangkauan dan

pemerataan serta mutu pelayanan kesehatan rujukan menuju

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan

menetapkan :

1) Protap (SOP)

2) Asuhan keperawatan

3) Standar terapi

37

Page 38: BAB II, III,IV, V

4) Standar pengobatan rasional

5) Standar pelayanan umum.

Misi Ke 2

Peningkatan tenaga di Rumah Sakit hanya difokuskan pada tenaga

Dokter, tetapi juga untuk tenaga perawat, paramedik, Non perawatan

dan tenaga kerja kesehatan lainnya. Selain pengusulan pengadaan

tenaga kerja perlu pula peningkatan profesionaisme tenaga, dalam

rangka peningkatan pelayanan dengan cara :

1) Mengikuti pendidikan dan pelatihan

2) Mengikuti seminar dan simposium.

Misi Ke 3

Sarana dan prasara yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Nabire masih belum memadai, untuk itu perlu penambahan

baik gedung, peralatan medis maupun non medis.

E. Instalasi Pendukung RSUD Kab Nabire

Aspek manajemen rumah sakit umum daerah Kabupaten Nabire :

1. Aspek Sumber Daya Manusia

38

Page 39: BAB II, III,IV, V

Untuk menunjang rumah sakit yang baik di rumah sakit umum daerah

Kabupaten Nabire diperlukan hanya gedung dan lahan yang memadai

tetapi juga SDM yang mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi sesuai

dengan disiplin ilmu yang dimiliki, karyawan di rumah sakit umum daerah

Kabupaten Nabire tahun 2008 berjumlah 135 orang yang merupakan

pegawai negeri sipil 269 dan 134 karyawan tidak tetap.

Tabel 3.1Daftar Nama-Nama Dokter

No Spesialis Nama Dokter

1 Ahli penyakit bedah Dr. Sayori

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Ahli Kebidanan dan Kandungan

Ahli Polik Anak

Ahli Penyakit Dalam

Ahli anestesi

Ahli penyakit paru

Ahli radiologi

Ahli laboratorium klinik

Ahli penyakit THT

Ahli penyakit Mata

Ahli penyakit kulit dan kelamin

Ahli penyakit Saraf

Ahli jantung dan pembuluh darah

Dr. Yulius

Dr. Samuel

Dr. Anton

Dr. Yusuf

Dr. Laoren

Dr. Yanto

Dr. Yanuarius

Dr. Ruben

Dr. Yohanes

Dr. Lamba

Dr. Seby

Dr. Yonatan

Sumber: Sub. Bagian Kepegawaian RSUD Kab. Nabire

Tabel 3.2Pegawai Tetap RSUD Kabupaten. Nabire

39

Page 40: BAB II, III,IV, V

Nama Pendidikan Jumlah

Tenaga Medis

Tenaga Para Medis

1 Dr. Umum

2 Dr. Gigi

3 Dokter Spesialis

4 Spesialis Bedah

5 Spesialis Anak

6 Spesialis Anestesi

7 Spesialis Radiologi

8 Spesialis Penyakit dalam

1 Spesialis Mata

2 Spesialis THT

3 Spesialis Kulit dan Kelamin

4 Spesialis Paru

5 Spesilalis Kandungan

6 Spesialis Saraf

7 Spesialis Patologi dan Klinik

8 Spesialis Jantung dan Pendarah

Para Medis Keperawatan

1 D III Kebidanan

2 SPK

3 D III Keperawatan

4 AKPER

Para Medis Non Keperawatan

16 orang

3 orang

2 orang

3 orang

2 orang

4 orang

9 orang

10 orang

9 orang

7 orang

9 orang

13 orang

24 orang

16 orang

10 orang

5 orang

15 orang

10 orang

8 orang

20 orang

40

Page 41: BAB II, III,IV, V

Tenaga Non Medis

1 Apoteker

2 SKM

3 D III Gizi

4 Karya Kesehatan

5 Manajemen Kesehatan

Sarjana lainnya

1 SE

2 SH

3 SOSPOL

4 SPd

5 Sarjana Mudah Keuangan

6 Sarjana Informatika

7 D III Akuntansi

8 SMK Elektronik

9 STM

10 SMP

11 SD

13 orang

5 orang

6 orang

12 orang

8 orang

4 orang

2 orang

3 orang

5 orang

2 orang

3 orang

6 orang

2 orang

3 orang

Jumlah Total 269

2. Aspek Pemasaran

41

Page 42: BAB II, III,IV, V

1. Strategi pemasaran yang utama

General Marketing Strategy

Positing produk layanan dan mengubah citra kurangnya baik

pelayanan di rumah sakit umum daerah Kabupaten Nabire

2. Target pasien

Target pasien utama yang ingin dicapai di masa mendatang

adalah masyarakat golongan menengal ke atas yang berada di wilayah

Kabupaten Nabire maupun 3 wilayah Kabupaten terdekat lainnya,

yaitu ditepi wilayah utara Kabupaten Nabire.

3. Aspek Keuangan

Beberapa pos penerimaan RSUD Kabupaten Nabire tahun anggaran

2008 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3Penerimaan RSUD Kabupaten Nabire

42

Page 43: BAB II, III,IV, V

No Uraian Jumlah Keterangan

1

2.

3.

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

Sisa pendapatan tahun 2005

Administrasi / karcis

Tindakan / operasi

Rawat jalan

Rawat inap

Obat-obatan

Akses

Laboratorium

Radiology

Ambulance

Jasa konsultasi medis

Diagnostic electromedik

Jenasah

Keterangan kesehatan

Hemodialisa

Rehabilitas medis

Setoran lain-lain

Setoran ke Rek kas daerah

243.157.659,00

42.158.500,00

461.353.750,00

139.540.500,00

289.641.500,00

-

1.021.827.954,00

71.060.300,00

64.162.000,00

8.860.000,00

90.781.000,00

30.407.000,00

1.540.000,00

1.938.000,00

6.000,00

5.435.000.00

5.120.396.344.00

3.916.370.592.00

Sumber: Profil RSUD Kab. Nabire

4. Aspek Operasional

a. Bangunan Fisik

43

Page 44: BAB II, III,IV, V

Rumah sakit umum daerah Kabupaten Nabire berdiri diatas tanah

seluas 21.965 M2 dengan luas bangunan semua mengeluruh 10.249.29

M2. bangunan rumah sakit terdiri dari :

1. Satu unit bangunan satu lantai dengan pemanfaatan untuk

manajemen dan ruang pertemuandari beberapa poliklinik yaitu

loket registrasi, poliklinik gigi, interna, paru, jantung, THT, mata,

syarat kebidanan dan kandungan, anak, bedah, askes.

2. Satu ruangan akreditas

3. satu unit Apotek Giri putrid dan farmasi

4. Ruangan rekam medis

5. Satu ruang dokumen

6. Satu unit inseneratur

7. Klinik VCT

8. Satu unit tranfusi darah (UTP)

9. Satu unit kantor jenazah

10. Satu ruang Poliklinik

11. Satu unit penyakit dalam (cempaka)

12. Satu ruang UGD / Triase

13. Satu unit rekam medis

44

Page 45: BAB II, III,IV, V

b. Fasilitas

1. Fasilitas Penunjang

Untuk menunjang pelayanan, RSUD Kabupaten Nabire dilengkapi

dengan bangunan-bangunan penunjang seperti :

a) Parkir yang luas (5.320 M2)

b) Kantin 24 jam

c) Tempat foto copy yang berada di areal rumah sakit

d) Koperasi unit karyawan rumah sakit

2. Jumlah tempat tidur

Jumlah tempat tidur untuk tahun 2008 adalah 188 tempat tidur.

Untuk tahun 2009 direncanakan penambahan tempat tidur

sebanyak 32 tempat tidur.

Tabel 3.4Jumlah Tempat Tidur Setiap Ruang RSUD Kabupaten Nabire

45

Page 46: BAB II, III,IV, V

No Ruang Tempat tidur

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Mawar

Flamboyant

Cempaka

Anggrek

Kamboja

Melati

Sakura

Kemuning

Mahotama

ICCU

6

8

25

20

26

34

30

13

20

6

Jumlah 188

Sumber: Sub. Bag. PPE RSUD Kab. Nabire

c. Pelayanan Penunjang Medis

1. Radiologi

2. Laboratorium patologi klinik

3. Farmasi

4. Gizi

5. Rehabilitas medik

6. Rekam medis

7. Tranfusi darah

46

Page 47: BAB II, III,IV, V

d. Pelayanan kesehatan yang di berikan adalah :

1. Layanan rawat jalan

a. Poliklinik spesialis pada jam kerja

b. Poliklinik eksekutif setiap 24 jam

2. Layanan gawat darurat setiap 24 jam

3. layanan rawat jalan

4. layanan penunjang medik :

a. Instalasi radiology

b. Instalasi laboratorium patologi klinik

c. Instalasi rehabilitas medik

d. Instalasi farmai

e. Instalasi gizi

f. Bagian informasi medik / kesehatan

g. Unit kunjungan Rum (UKR)

BAB IV

47

Page 48: BAB II, III,IV, V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Prosedur Rekam Medis Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Nabire

Bagian pendaftaran pasien rawat jalan merupakan salah satu bagian

dari rumah sakit yang kegiatannya penerimaan dan pendaftaran pasien

yang akan di rawat jalan, baik itu pasien baru maupun pasien lama.

Pencatatan dari proses pelayanan rekam medis yang mutlak dibutuhkan

oleh rumah sakit umum daerah Kabupaten Nabire, agar dapat menilai

seberapah jauh keberhasilan pelayanan medis yang telah diberikan kepada

pasien, oleh karena itu pengelolaan rekam medis mulai dari pencatatan

sebagai kegiatan pertama kali dalam menangkap data sampai dengan

analisa yang lapornya perlu dikembangkan yang dapat menghasilkan

informasi guna berbagai keperluan manajemen rekam medis.

Adapun uraian sistem pelayanan rekam medis ditempat

penerimaan pasien rawat jalan yang terdapat di rumah sakit umum daerah

Kabupaten Nabire antara lain:

1. Tata kerja tempat penerimaan pasien rawat jalan yaitu:

a. Sebelum loket pendaftaran dibuka petugas menyiapkan dokumen

rekam medis rawat jalan meliputi:

1. Kartu indeks utama pasien (KIUP)

2. Buku catatan nomor rekam medis

48

Page 49: BAB II, III,IV, V

3. Kartu kontrol pasien

4. Alat tulis

5. Formulir pendaftaran pasien baru

6. Kartu pembatas pada filling

b. Mengadakan kebaktian dan doa bersama disetiap bagian pada pukul

07,30 WIB

c. Membuka loket pendaftaran

d. Menerima dan menanyakan pada pasien apakah sudah pernah

berobat di rumah sakit ini, serta poliklinik yang dituju.

e. Apabila pasien belum pernah berobat, pasien diminta mengisi

formulir pendaftaran yang kemudian akan dibuatkan KIUP, kartu

kontrol pasien dan data-data tersebut dimasukkan kedalam

komputer, nama daan nomor pada KIUP apabila pasien datang

kembali untuk berobat.

f. Melakukan pengentrian data mengistrasi pernomoran dikomputer

pada berkas rekam medis pasien baru yang data-datanya belum di

input dalam komputer.

i. Berkas rekam medis yang telah diselesaikan digunakan di simpan

kembali kedalam kotak penyimpanan atau filling, penyimpanan

harus sesuai dengan nomor urut.

2. Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tempat penerimaan pasien

rawat jalan.

49

Page 50: BAB II, III,IV, V

a. Unit kerja rekam medis.

Fungsinya yaitu: menyediakan dokumen rekam medis serta

kebenaran, urut nomor poliklinik yang berisikan riwayat pasien

dan kelengkapan rekam medis.

b. Bagian filling atau penyimpanan.

Fungsinya yaitu: pencarian dan penyimpanan dokumen rekam

medis lama serta menyerahkan ke bagian penyendalian.

c. Unit rawat jalan

Fungsinya: menerima dokumen rekam medis, memeriksa dan

mengisi atau catat hasil pemeriksaan ringkasan riwayat penyakit

pada dokumen rekam medis saja.

d. Unit gawat darurat

Fungsinya: menerima pasien selama 24 jam baik itu kasus gawat,

gawat darurat atau gawat tidak darurat dan pencatatan hasil

pemeriksaan pada dokumen rekam medis.

3. Informasi yang akan dihasilkan oleh tempat penerimaan pasien rawat

jalan antara lain:

a. Jumlah kunjungan pasien (pasien baru dan lama)

b. Identitas pasien

c. Identitas keluarga pasien dan hubungan pasien

d. Jenis pelayanan rawat jalan

e. Dokter yang bertugas

f. Petugas unit rawat jalan yang bertanggungjawab terhadap dokumen.

50

Page 51: BAB II, III,IV, V

4. Dokumen dan catatan yang digunakan di tempat penerimaan pasien

rawat jalan:

a. Komputer

b. KIUP (kartu indeks utama pasien)

c. Dokumen rekam medis

d. Buku catatan nomor rekam medis

2. Prosedur Tetap Penerimaan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Nabire.

1. Prosedur penerimaan pasien baru rawat jalan.

Pasien baru adalah pasien yang pertama kali datang ke rumah

sakit untuk keperluan berobat untuk itu berkas rekam medis harus diisi

dengan lengkap baik dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku

dengan setiap pasien memiliki berkas rekam medis yang dapat

dipergunakan untuk berobat, baik rawat jalan maupun rawat inap untuk

itu tempat penerimaan pasien rawat jalan rumah sakit umum

Kabupaten Nabire memiliki prosedur tetap pasien baru yaitu:

a. Persyaratan

1. Pasien baru

2. Dokumen pengantar (surat rujukan)

b. Sarana

1. Terminal komputer

2. Printer

3. Formulir pendaftaran pasien baru

51

Page 52: BAB II, III,IV, V

4. Formulir riwayat klinik

5. Formulir kartu pasien

c. Prasarana:

1. Peraturan menteri kesehatan RI No. 749 a / Menkes / Per / XII /

1998)

2. Petunjuk teknis rekam medis

d. Prosedur

1. Pasien atau warga pasien mengisi formulir pendaftaran pasien

baru membuat :

a. Nama

b. Jenis kelamin

c. Umur

d. Tanggal lahir

e. Kawin, belum kawin, janda / duda

f. Bangsa

g. Agama

h. Pekerjaan

i. Alamat lengkap

2. Data pada formulir pendaftaran pasien baru di input atau

dimasukkan komputer

3. Mencetak kartu indeks utama pasien

4. Memberi tanggal dan numerator pada kartu indeks pasien

5. Membuat kartu kontrol pasien (emboss)

52

Page 53: BAB II, III,IV, V

2. Prosedur penerimaan pasien lama rawat jalan.

Pasien lama adalah pasien yang pernah datang sebelumnya ke

rumah sakit untuk keperluan pengobatan baik rawat jalan (poliklinik)

maupun rawat inap.

Adapun prosedur tetap rumah sakit umum daerah Kabupaten

Nabire yaitu:

a. Persyaratan

1. Pasien lama

2. Dokumen pengantar

b. Sarana

1. Terminal Komputer

2. Printer

3. Kartu pasien

4. Kartu nomor urut poliklinik

c. Prosedur

1. Pasien keluarga pasien diterima di loket pendaftaran pasien lama

dan menyerahkan kartu kontrol, bila pasien tidak membawa

kartu kontrol maka status pasien dicari dalam master data

pasien di komputer.

2. Petugas menerima kartu kontrol pasien lalu mengambil status

pasien dari kotak penyimpanan.

3. Kartu pasien diberi stempel dan numerator.

53

Page 54: BAB II, III,IV, V

4. Jika kartu kontrol pasien hilang maka diganti dengan kartu yang

baru dengan menggunakan nomor yang yang lama dan harus

membayar biaya administrasi pengantian kartu sebesar Rp

5000;

5. Pelaksanaan pendaftaran di tempat pasien lama.

3. PROSEDUR PENYIMPANAN REKAM MEDIS

Prosedur penyimpanan rekam medis adalah salah satu bagian

pekerjaan yang dilakukan sehubungan dengan akan disimpan suatu

warkat. Ada dua macam penyimpanan yaitu penyimpanan warkat yang

belum selesai atau masih proses (File Pending) dan penyimpanan warkat

yang sudah dip roses (File Tetap).

1. Penyimpanan Sementara

File pending adalah file yang digunakan untuk penyimpanan sementara

sebelum suatu warkat selesai diproses. Sesudah selesai diproses

berubah warkat yang dipending itu disimpan pada file penyimpanan,

file pending biasanya ditempatkan pada salah satu laci dari almari arsip

yang dipergunakan.

2. Penyimpanan Tetap

File tetap adalah file yang digunakan untuk memperhatikan prosedur

atau langkah-langkah penyimpanan warkat, untuk pekerjaan filling

yang dilakukan oleh satu orang seperti misalnya pada pekerjaan

sekertaris, prosedur penyimpanan tidaklah begitu penting kelihatannya.

Tetapi pada penataan file yang banyak seperti pada bursa-bursa uang

54

Page 55: BAB II, III,IV, V

misalnya maka langkah-langkah ini akan kelihatannya jelas. Untuk

dokumen yang banyak, satu langkah bahkan dapat dikerjakan oleh

beberapa orang, di mana surat yang akan disimpan berjalan dari satu

tangan ke tangan lain.

Kalau dirinci secara seksama, maka langkah-langkah atau prosedur

penyimpanan adalah sebagaimana disajikan berikut ini (Amsyah, 2008: 5)

6. Pemeriksaan

Langkah ini adalah langkah persiapan menyimpan arsip dengan cara

memeriksa setiap lembar arsip untuk memperoleh kepastian bahwa

arsip-arsip tersebut sudah “siap untuk disimpan” maka surat tersebut

harus dimintakan dulu kejelasannya kepada yang berhak dan kalau

terjadi bahwa surat yang belum ditandai sudah disimpan, maka pada

kasus ini dapat disebut bahwa arsip tersebut dinyatakan “hilang”.

7. Mengindeks

Mengindeks adalah pekerjaan yang menentukan pada nama atau

subjek apa, atau kata tangkap lainnya surat akan disimpan, pada

sistem abjad kata tangkapnya adalah nama pengirim yaitu nama badan

pada kepala surat untuk jenis surat masuk dan nama individu untuk

jenis surat keluar dengan demikian surat masuk dan surat keluar akan

tersimpan pada satu map dengan kata tangkap yang sama.

8. Memberi tanda

55

Page 56: BAB II, III,IV, V

Langkah ini lazim juga disebut pengkodean, dilakukan secara

sederhana yaitu dengan memberi tanda garis atau lingkaran dengan

warna yang mencolok pada kata lengkap yang sudah ditentukan pada

langkah pekerjaan mengindeks, dengan adanya tanda ini maka surat

akan disortir dan disimpan, disamping itu bila suatu saat nanti surat ini

dipinjam atau keluar file, petugas akan mudah menyimpan akan

kembali surat tersebut berdasarkan tanda (kode) penyimpanan yang

sudah ada.

9. Menyortir dahulu

Menyortir adalah mengelompokkan warkat-warkat untuk persiapan

kelangkah terakhir yaitu penyimpanan. Langkah ini diadakan khusus

untuk jumlah volume warkat yang banyak, sehingga untuk

memudahkan penyimpanan perlu dikelompokkan terlabih dahulu

sesuai dengan pengelompokkan sistem penyimpanan yang

dipergunakan. Tanpa pengelompokan petugas niscaya akan selalu

bolak-balik dari laci ke laci pada waktu penyimpanan dokumen,

disamping berkali-kali membuka dan menutup laci yang sangat

menyita energi dan tidak sistematis apalagi dikerjakan dengan berdiri

yang sangat melelahkan. Untuk sistem abjad, pengelompokan didalam

sortir dilakukan menurut abjad, untuk sistem numerik dikelompokan

menurut kelompok angka, untuk sistem geografis dikelompokkan

menurut nama tempat, dan untuk sistem subjek surat-surat

dikelompokan menurut kelompok subjek atau masalah.

56

Page 57: BAB II, III,IV, V

10. Menyimpan

Langkah terakhir adalah penyimpanan, yaitu menempatkan dokumen

atau arsip sesuai dengan sistem penyimpanan dan peralatan yang

dipergunakan, sistem penyimpanan akan menjadi efektif dan efesien

bilamana didukung oleh peralatan dan perlengkapan yang memadai

dan sesuai ke empat sistem tersebut di atas akan sangat sesuai

bilamana mempergunakan almari arsip, sedangkan bila menggunakan

order map surat tersebut harus dilubangi terlebih dahulu dengan

mempergunakan perforator, dan jika akan menyimpan atau

mengambil surat tersebut diikuti melalui lubang-lubang perforatornya.

Untuk memudahkan penemuan kembali surat masuk yang diterima

dan surat balasan dalam bentuk arsip dan surat keluar maka

menggunakan penyimpanan moderen, surat masuk dan surat keluar

dari dan untuk satu koresponen disimpan jadi satu dalam map yang

sama dan letaknya berdampingan (Amsyah, 2003: 63)

Sistem penamaan rekam medis di rumah sakit umum daerah

Kabupaten Nabire merupakan sistem yang dipergunakan pada penamaan

warkat agar kemudahan kerja penamaan dapat diciptakan dan penemuan

warkat yang sudah disimpan dapat dilakukan dengan cepat bila mana

warkat tersebut sewaktu-waktu diperlukan antara lain:

1. Sistem Penamaan Rekam Medis Di RSUD Kabupaten Nabire

a. Sistem Penamaan

57

Page 58: BAB II, III,IV, V

Prinsip utama yang harus ditaati oleh petugas pencatatan adalah

nama pasien harus lengkap, dengan demikian nama pasien yang

akan tercantum di Rekam medis akan menjadi satu diantara

kemungkinan ini:

1. Nama pasien sendiri, apabila nama sudah terdiri dari satu kata

atau lebih.

2. Nama pasien dilengkapi dengan nama suami, apabila pasien

sudah bersuami.

3. Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama orang tua,

biasanya nama ayah pasien tersebut.

Dalam sistem penamaan rekam medis di harapkan :

1) Nama ditulis dengan huruf cetak dan

mengikuti ejaan yang disempurnakan.

2) Sebagai pelengkap, bagi pasien perempuan

diakhiri nama lengkap ditambah ny atau nona sesuai dengan

statusnya.

3) Perkataan tuan, saudara dan bapak tidak

dicantumkan dalam penulisan nama pasien.

b. Cara Penulisan Nama Pasien

58

Page 59: BAB II, III,IV, V

Cara penulisan nama pasien menjadi sangat penting, artinya

karena sering dijumpai pasien dengan nama dengan nama yang

sama dan seringnya seorang pasien berobat di rumah sakit. Dengan

menggunakan cara penulisan akan memudahkan seorang petugas

rekam medis untuk mengambil berkas rekam medis di tempat

penyimpanan, apabila sewaktu-waktu berkas rekam medis

diperlukan.

Setelah selesai pemberian nama pasien, kemuadian

dilangjutkan dengan memberikan nomor rekam medis untuk

mempermudah pencari data-data pasien yang akan berobat

kembali.

c. Sistem Cara Pemberian Nomor

Penyimpanan berkas rekam medis yang ada di rumah sakit

umum daerah kabupaten nabire yaitu menurut nomor dan huruf

pertama nama pasien. Dahulu berbagai rumah sakit menyimpan

rekam medis berdasarkan nama pasien, nomor keluar atau kode

diagnosa. Penyimpanan secara alpabetes menurut nama-nama

pasien agak lebih sulit dan memungkinkan terjadinya kesalahan-

kesalahan dibandingkan dengan penyimpanan berdasarkan nomor

dan huruf pertama nama pasien.

Jika kartu pasien hilang, nomor rekam medisnya dapat

diperoleh dengan mengetahui nama pasien tersebut. Tetapi jika

59

Page 60: BAB II, III,IV, V

menggunakan nomor keluar kartu indeks tidak dapat menolong

untuk menemukan nomor keluar, sehingga lokasi rekam medisnya

sukar ketahui.

d. Kegiatan Pembuatan Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP)

Kartu indeks utama pasien adalah salah satu cara untuk

menunjang kelancaran pelayanan terhadap pasien, karena apabila

seseorang pasien lupa membawa kartu berobat maka kartu indeks

utama pasien akan membantu mencarikan data pasien yang

diperlukan. Kartu indeks utama pasien suatu kartu tanda pengenal

setiap pasien baru yang disimpan selamanya pada instansi rekam

medis, kartu indeks utama pasien dibuat atas berdasarkan

ringkasan riwayat klinik yang diperoleh dari tempat penerimaan

pasien, karena kartu indeks utama pasien merupakan sumber data

yang selamanya harus disimpan dan harus dibuat selengkap secara

sejelas mungkin.

Dalam kartu indeks utama pasien memuat data indentitas

pasien yang harus dibuat secara terperinci dan lengkap, antara lain :

1) Nama lengkap pasien

2) Nomor rekam medis

3) Alamat

4) Nama ibu

60

Page 61: BAB II, III,IV, V

5) Nama ayah

6) Jenis kelamin

7) Umur

8) Status perkawinan

9) Tempat / tanggal lahir

10) Pekerjaan

11) Orang tua yang dihubungi / yang bertanggung jawab

12) Tanggal kunjungan poliklinik yang pertama

Bila menikah pasien pindah alamat, maka alamat pertama dicoret

dan dicantumkan alamat yang baru pada tempat yang kosong dan tanda

tangan berobat dibalik kartu tersebut, untuk memudahkan pencarian

alamat yang terakhir. Karena kartu indeks utama pasien harus berada pada

tempatnya dan harus senantiasa memiliki data yang terbaru untuk setiap

penggunaan.

Setelah data pasien di masukkan di kartu indeks utama pasien,

maka dimasukkan diruangan arsip untuk diarsipkan agar terjaga dengan

baik, dan mempermudah dicarikan data-data pasien.

2. Sistem Kearsipan Rekam Medis RSUD Kabupaten Nabire.

61

Page 62: BAB II, III,IV, V

Sebelum menentukan suatu sistem yang akan dipakai, perlu

terlebih dahulu mengetahui bentuk pengurusan penyimpanan yang ada

dalam pengelolaan rekam medis.

Ada dua cara pngurusan penyimpanan dengan penyelenggaraan

rekam medis di rumah sakit umum daerah Kabupaten Nabire yaitu :

1. Sentralisasi

Sentralisasi ini diartikan penyimpanan Rekam Medis seorang

pasien dalam satu kesatuan baik catatan kunjungan poliklinik

maupun catatan-catatan selama seorang pasien dirawat. Sistem ini

disamping banyak kebaikannya juga ada kekurangannya (Dirjen

Yankes, 1993: 7)

Kebaikannya:

f. Mengurangi terjadinya pengganaan dalam pemeliharaan dan

penyimpanan Rekam Medis.

g. Mengurangi jumlah biaya yang dipergunakan untuk peralatan

dan ruangan.

h. Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis

mudah distandarisasikan.

i. Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas

penyimpanan.

j. Mudah menerapkan sistem unit record.

Kekurangannya :

62

Page 63: BAB II, III,IV, V

c. Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani Unit

Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap.

d. Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 6 jam

2. Desentralisasi

Dengan cara desentralisasi terjadi antara rekam medis poliklinik

dan rekam medis dirawat. Rekam medis disimpan disatu tempat

penyimpanan, sedangkan rekam medis penderita dirawat disimpan

dibagian pencatatan medis.

Kebaikan :

a. Efisiensi waktu, sehingga pasien dapat pelayanan lebih cepat

b. Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan

Kekurangan :

a. Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis

b. Biaya yang diperlukan untuk peralatan dan ruangan lebih

banyak.

Secara teori cara disentralisasi lebih baik dari pada

sentralisasi tetapi pada pelaksanaannya tergantung situasi dan

kondisi masing-masing. Rumah sakit. Hal-hal yang mempengaruhi

berkaitan dengan kondisi tersebut antara lain :

63

Page 64: BAB II, III,IV, V

a. Karena terbatasnya tenaga yang terampil, khususnya yang

menangani rekam medis

b. Kemampuan dan rumah sakit.

c. Sistem kontralisasi adalah sistem yang baik dipilih mengingat

pelayanannya akan mudah.

3. Prosedur Penyimpanan Data Rekam Medis di RSUD Kabupaten

Nabire

a. Pengguna Kartu Askes

Untuk pasien yang berobat dengan menggunakan Kartu

Askes, sebelumnya harus minta surat rujukan dari Puskesmas

dan foto copy Kartu Askes 2 lembar, untuk dapat berobat atau

dilayani di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire

dengan selayaknya pemegang Kartu Askes. Bila tidak, maka

pasien tersebut akan membayar pengobatannya atau disamakan

dengan pasien umum.

Sebelum diberikan peraturan kepada para pengguna Kartu

Askes banyak pasien yamng mengguna Kartu Askes

menyalahgunakan pemakaian kartu askes tersebut, contoh : ada

anak keluarganya yang belum cukup umur yang sakit diakui

sebagai anaknya agar dalam berobat tidak bayar / gratis.

64

Page 65: BAB II, III,IV, V

b. Pengguna Kartu Miskin

Selain kartu askes di rumah sakit umum daerah Kabupaten

Nabire juga menerima pasien yang menggunakan Kartu

Miskin, kartu miskin ini berwarna hijau yang didapat dari

persejuan atau pengesahan dari kantor kecamatan atau kantor

kelurahan / kepala desa tempat tinggal pasien.

Namun dalam pelayanan pasien yang menggunakan kartu

miskin ini, pasien hanya memberikan foto copy kartu

miskinnya sebanyak 3 lembar, yaitu sebagai :

1) Lembar pertama untuk data Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Nabire

2) Lembar kedua untuk data bagian Rekam Medis di Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire.

3) Lembar ketiga untuk pengambilan obat di Instansi Farmasi

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire.

c. Pasien Umum

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire adalah

rumah sakit yang melayani para pasien umum, pengguna Kartu

Askes dan pengguna Kartu Miskin. Pelayanan pada pasien

umum rumah sakit umum daerah Kabupaten Nabire

65

Page 66: BAB II, III,IV, V

memberikan biaya-biaya yang telah ditetapkan sebagai

berikut :

1) Pasien Baru

Pasien baru dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp 2000,

untuk menggantikan kartu berobat, belum termasuk biaya

pemeriksaan dan biaya obat.

2) Pasien Lama

Pasien lama hanya dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp

1000, belum termasuk biaya pemeriksaan dan obat.

Untuk data-data pasien yang baru berkunjung di rumah

sakit umum daerah Kabupaten Nabire yang ada diminta oleh

petugas pendaftaran yaitu:

a) Nama lengkap

b) Alamat

c) Umur

d) Tempat / tanggal lahir

e) Nama suami (jika sudah bersuami)

f) Nama orang tua (biasa nama ayah)

66

Page 67: BAB II, III,IV, V

Berdasarkan pembahasan tersebut, maka kekurangan

Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire

adalah :

1. Berkas-berkas atau data yang ada di Rekam Medis RSUD

Kabupaten Nabire belum diberi sampul atau map.

Untuk mempermudah pegawai Rekam Medis dalam mencari

berkas-berkas rekam medis hendaknya berkas-berkas atau data

rekam medis yang ada di RSUD Kabupaten Nabire diberi

sampul (map).

2. Di ruang rekam medis RSUD Kabupaten Nabire sudah ada

komputer.

Untuk meningkatkan kelancaran dalam pencarian berkas

Rekam Medis di RSUD Kabupaten Nabire, maka diruangan

rekam medis harus memiliki perangkat komputer.

Sedangkan kelebihan dari rekam medis di RSUD Kabupaten

Nabire adalah :

1. Tempat penyimpanan berkas Rekam Medis RSUD Kabupaten

Nabire sudah memenuhi standar yang ada, sehingga petugas

rekam medis mudah dalam mencari berkas-berkas rekam medis

yang akan diperlukan pasien.

67

Page 68: BAB II, III,IV, V

2. Alur pendaftaran pasien rawat jalan yang ada di RSUD

Kabupaten Nabire sangat efektif dan efisien, sehingga pasien

tidak menunggu begitu lama.

3. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien para pegawai

Rekam Medis RSUD Kabupaten Nabire sangat ramah dan

sopan.

Hal tersebut sudah dapat menjawab permasalahan.

Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan,

prosedur, dan sistem kearsipan Rekam Medis di RSUD Kabupaten

Nabire sudah semuanya berjalan optimal.

68

Page 69: BAB II, III,IV, V

B. Pembahasan

Perbandingan Prosedur Rekam Medis Rawat Jalan maupun Rawat Inap dan

Penyimpanan arsip di RSUD Kabupaten Nabire.

Teori Pelaksanaan

1 Prosedur rekam medis pasien rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit umum daearh Kabupaten Nabire, mengikuti prosedur tetap penerimaan pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap.

1. Bagian pendaftaran pasien rawat jalan adalah salah satu bagian dari rumah sakit yang kegiatannya penerimaan dan pendaftaran pasien lama dan pasien baru.

2. Tata kerja tempat penerimaan pasien rawat jalan yaitu:

a Sebelum loket pendaftaran dibuka petugas menyiapkan dokumen rekam medis rawat jalan maupun rawat inap

b Mengadakan kebaktian dan doa bersama setiap pagi pukul 07,15 WIB.

c Mumbuka loket pendaftaran

3. Unit kerja rekam medis

Yaitu menyediakan dokumen rekam medis serta kebenaran, urut nomor poliklinik yang berisikan riwayat pasien dan kelengkapan rekam medis

4. Unit rawat jalan

69

Page 70: BAB II, III,IV, V

2 Pengorganisasian arsip:

a. Sentralisasi yaitu merupakan penyimpanan arsip yang dipusatkan di satu unit kerja yang lazim disebut Sentral Arsip.

b. Desentralisasi yaitu penyimpanan arsip yang di unit masing-masing.

c. Kombinasi yaitu gabungan dari sentralisasi dan desentralisasi.

3. Sistem Penamaan rekam medis di rumah sakit umum

daerah Kabupaten Nabire:

a. Sistem penamaan yaitu nama pasien harus lengkap, dengan demikian nama pasien yang akan tercantum di rekam medis akan menjadi akan diantaranya.

b. Cara penulis nama pasien karena sering dijumpai pasien dengan nama yang sama dan seringnya seorang pasien berobat dirumah sakit.

c. Sistem cara pemberian Nomor yaitu menurut nomor dan huruf pertama nama

Yaitu menerima dokumen rekam medis, memeriksa dan mengisi atau catat hasil pemeriksaan ringkasan riwayat penyakit pada dokumen rekam medis saja.

RSUD Kabupaten Nabire menggunakan asas desentralisasi. Yaitu penyimpanan arsip di masing-masing unit untuk rawat jalan dan rawat inap.

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire menggunakan sistem cara pemberian nomor yaitu berbagai rumah sakit menyimpan rekam medis berdasarkan nama pasien nomor keluar atau kode diagnosa.

70

Page 71: BAB II, III,IV, V

pasien.

4 Prosedur penyimpanan arsip

a.persiapan menyimpan warkat dengan cara memeriksa setiap lembar warkat untuk memperoleh kepastian bahwa warkat-warkat bersangkutan memang sudah siap untuk disimpan.

b.menentukan pada nama apa atau subjek apa surat akan disimpan. Penentuan kata tangkap ini tergantung kepada sistem penyimpanan yang digunakan.

c.ini lazim juga disebut pengkodean, dilakukan secara sederhana yaitu dengan memberi tanda garis atau lingkaran dengan warna mencolok pada kata tangkap yang sudah ditentukan pada langkah pekerjaan mengindeks.

d.Menyortir yaitu mengelompokkan warkat-warkat untuk persiapan kelangkah terakhir yaitu penyimpanan.

e.menempatkan dokumen sesuai dengan sistem penyimpanan dan peralatan

Prosedur penyimpanan arsip pasien RSUD Kabupaten Nabire adalah:

a. Buku Ekspedisi Yaitu buku yang digunakan untuk mencatat segala arsip yang masuk, sehingga mempermudah petugas arsip untuk mencari arsip dan dapat kita lihat apakah arsip tersebut sudah ada atau belum.

a.langkah persiapan arsip dengan cara memeriksa setiap lembar arsip untuk memperoleh kepastian bahwa arsip yang bersangkutan memang sudah siap untuk mengikuti langkah selanjutnya.

c. Menyortir yaitu mengelompokkan warkat-warkat untuk persiapan kelangkah terakhir yaitu penyimpanan.

d. Rak Penyimpanan yaitu langkah yang terahir dengan menyimpan di rak penyimpanan.

71

Page 72: BAB II, III,IV, V

yang digunakan.

Sumber: Diolah

Dari perbandingan di atas, prosedur rekam medis pasien rawat jalan

maupun rawat inap di rumah sakit umum daerah Kabupaten Nabire,

pengorganisasian rekam medis, prosedur penyimpanan rekam medis , maka

sistem penyimpanan telah sesuai dengan teori yang ada. Tetapi dalam

prosedur penyimpanan arsip RSUD Kabuapten Nabire belum sesuai dengan

teori yang ada. Di dalam teori terdiri dari pemeriksaan, mengindeks, memberi

tanda, menyortir, menyimpan. Sedangkan di RSUD Kabupaten Nabire terdiri

dari buku ekspedisi, Assembling (kelengkapan) dan rak penyimpanan.

Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut:

1. Kelebihan:

RSUD Kabupaten Nabire memiliki buku ekspedisi dalam prosedur

penyimpanan arsip.

2. Kekurangan:

a. RSUD Kabupaten Nabire tidak ada langkah mengideks dalam

penyimpanan arsip.

b. RSUD Kabupaten Nabire tidak ada langkah memberi tanda pada

arsip.

RSUD Kabupaten Nabire memiliki beberapa kekurangan dan

kelebihan dalam penyimpanan arsip yaitu sebagai berikut:

1. Kekurangan

72

Page 73: BAB II, III,IV, V

a. Ruangan yang kurang luas. Jarak antara rak penyimpanan yang

satu dengan yang lain terlalu dekat.

b. Belum memakai komputerisasi dalam penyimpanan arsip.

2. Kelebihan

a. Kecepatan dalam penyimpanan maupun

pengambilan arsip

b. Kerjasama antara karyawan yang satu

dengan yang lain terjalin dengan baik.

Adapun kendala-kendala yang sering dihadapi dalam penyimpanan

dan pengambilan arsip adalah sebagai berikut:

1. Hilangnya arsip pasien.

2. Pengembalian arsip kurang tepat waktu.

3. Sering terjadi kekeliruan nomor rekam medis waktu menyimpan, misal

nomor 06-28-34 disimpan di nomor 06-28-84, sehingga pada waktu

pengambilan akan menyita banyak waktu untuk mencari arsip tersebut.

73

Page 74: BAB II, III,IV, V

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan diatas akhirnya penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa :

1. Berkaitan dengan Prosedur Rekam Medis pasien rawat jalan maupun

pasien rawat inap dan para tenaga kesehatan dibagian Rekam Medis

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire sudah cukup baik, ada

beberapa petugas yang kurang baik dalam melayani pasien.

2. Rumah Sakit yang ada di Nabire maka Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Nabire menggunakan asas desentralisasi, dan penyimpanan

arsip di masing-masing unit untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap.

3. Prosedur penyimpanan arsip pasien RSUD Kabupaten Nabire yang

memiliki ada 2 (Dua) yaitu

74

Page 75: BAB II, III,IV, V

a. Buku Ekspedisi Yaitu buku yang digunakan untuk mencatat segala

arsip yang masuk, sehingga mempermudah petugas arsip untuk

mencari arsip dan dapat kita lihat apakah arsip tersebut sudah ada

atau belum.

b. Assembling (kelengkapan) Yaitu langkah persiapan arsip dengan cara

memeriksa setiap lembar arsip untuk memperoleh kepastian bahwa

arsip yang bersangkutan memang sudah siap untuk mengikuti

langkah selanjutnya.

B. Saran

Saran-saran yang dapat penulis berikan adalah :

1. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan pasien rawat jalan maupun

rawat inap di rumah sakit umum daerah Kabupaten Nabire, hendaknya

para tenaga kesehatan diberikan bimbingan terlebih dahulu sebelum

terjun kelanpangan kerja.

2. Dalam kegiatan sehari-hari para petugas Rekam Medis harus mampu

menangani permasalahan pasien tentang syarat dalam menerima pasien

baru dan pasien lama.

3. Petugas Rekam Medis hendaknya dapat menerapkan teori Rekam

Medis dengan baik dan benar, karena bila terjadi kesalahan maka akan

merepotkan petugas yang lainnya.

75

Page 76: BAB II, III,IV, V

4. Bersikap lebih menghargai dan menghormati dalam melaksanakan

tugas, meskipun itu pasien umum, pasien pengguna Kartu Askes

maupun pasien pengguna Kartu Miskin.

5. Agar Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire dapat bersaing dan

dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam pelayanan hendaknya Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Nabire lebih melengkapi sarana dan

prasarana yang ada.

6. Didalam lingkungan kerja hendaknya lebih bersikap saling menghargai

dan saling menghormati walaupun kedudukan / jabatannya berbeda.

76