bab ii, iii, iv

59
6 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengukuran Bidang Tanah Bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang yang terbatas. Pengukuran bidang tanah adalah pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan ukuran dan bentuk bidangan. Pengukuran bidang tanah dapat dilaksanakan dengan cara terestris, fotogrametrik atau metode lainnya. 1. Metode terestris Pengukuran yang secara langsung dilapangan dengan cara mengambil data berupa ukuran sudut dan atau jarak. Apabila ada hal-hal sebagai akibat dari keadaan lapangan, yang akan mempengaruhi pelaksanaan pengukuran maka harus dikerjakan dengan teknik pengambilan data yang benar. 2. Metode fotogrametrik

Upload: andre-oectriansyah

Post on 21-Jun-2015

1.326 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II, III, IV

6

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengukuran Bidang Tanah

Bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan

bidang yang terbatas. Pengukuran bidang tanah adalah pengukuran yang

dilakukan untuk mendapatkan ukuran dan bentuk bidangan. Pengukuran bidang

tanah dapat dilaksanakan dengan cara terestris, fotogrametrik atau metode

lainnya.

1. Metode terestris

Pengukuran yang secara langsung dilapangan dengan cara mengambil data

berupa ukuran sudut dan atau jarak. Apabila ada hal-hal sebagai akibat dari

keadaan lapangan, yang akan mempengaruhi pelaksanaan pengukuran maka

harus dikerjakan dengan teknik pengambilan data yang benar.

2. Metode fotogrametrik

Pengukuran bidang tanah dengan metode ini adalah identifikasi bidang-bidang

tanah dengan menggunakan Blow Up peta foto. Peta merupakan hasil dari

proses fotogrametrik, metode ini biasanya dilaksanakan di daerah terbuka

(mudah untuk diidentifikasi).

Page 2: BAB II, III, IV

7

2.2 Metode Pengukuran Terestris

Pengukuran dengan metode terestris menggunakan beberapa alat ukur

yaitu:

1. Teodolit, alat ini digunakan untuk mengukur sudut.

2. Pita ukur dan Elektronic Distance Meter (EDM) , kedua alat ini

digunakan untuk mengukur jarak.

3. Prisma Sudut dan cermin sudut, alat ini hanya sebagai alat bantu. Alat

ini digunakan untuk membentuk sudut 90°.

4. Yalon, alat ini digunakan sebagai alat bantu untuk menandai batas.

Pengukuran terestris ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Cara mengikat pada titik sembarang

Menetukan sembarang titik A & B pada garis ukur

Menentukan titik-titik a", a' , b', b", c', c" dibuat agar segitiga a'a"a,

b'b"b dan c'c"c merupakan segitiga sama kaki. Mengukur jarak-jarak

Aa', Aa", Ab', Ab", Ac', Ac", Ba', Ba", Bb', Bb", Bc', Bc", dan a'a, a"a,

b'b, b"b, c'c, c"c. Dengan melakukan pengukuran titik-titik diatas

maka posisi titik ABCD dapat digambar atau ditentukan.

Lihat gambar 1

Page 3: BAB II, III, IV

8

d

a c

b

A a’ a” b’ b” c’ c” B

Gambar 1 Pengukuran dengan Cara Mengikat

2. Cara perpanjangan sisi

Cara ini lebih sederhana, dilakukan dengan menarik garis lurus atau

perpanjangan dari detail-detail sampai memotong garis ukur AB. Lihat

gambar 2.

Langkah Pengukuran:

a. Membuat garis ba, ab, cb, dan dc diperpanjang sehingga

memotong garis AB pada titik a'b'c'd'.

b. Mengukur jarak-jarak Aa', Ab', Ac', Ad', Ba', Bb', Bc', Bd', a'a,

ad, b'b, bc, c'b, ba, d'c, cd.

Page 4: BAB II, III, IV

9

d

a c

b

A a’ b’ c’ d’ B

Gambar 2 Pengukuran dengan Cara Perpanjangan Sisi

3. Cara trilaterasi sederhana

Cara ini pada prinsipnya dilakukan dengan mengikat titik-titik detail

dari dua titik tetap, sehingga bidangan tanah dapat digambarkan

dengan baik dan benar. Lihat gambar 3

Page 5: BAB II, III, IV

10

d

a c

b

A a’ b’ B

Gambar 3 Pengukuran dengan Cara Trilaterasi Sederhana

2.3 Metode Pengukuran Fotogrametrik

Alat yang digunakan untuk pengukuran bidang secara fotogrametrik,

yaitu:

1. Blow Up atau peta foto skala 1 : 2500

2. Pita ukur, digunakan untuk mengukur sisi-sisi bidang tanah

3. Jarum prik, digunakan untuk melubangi peta foto pada titik batas

bidang tanah

4. Formulir gambar ukur

5. Alat tulis dan pelengkap lainnya

Page 6: BAB II, III, IV

11

Blow Up photo udara merupakan perbesaran dari foto udara dengan skala

pendekatan 1 : 5000 bisa menjadi 1 : 2500. Blow Up foto udara menggambarkan

keadaan detail lapangan dari image citra foto. Blow Up foto udara ini bukan

merupakan jenis dari peta.

2.4 Pengukuran Luas

Melakukan pengukuran luas dengan cara fotogrametrik digunakan

beberapa cara, yaitu :

1. Perhitungan luas dengan cara semi grafis

Perhitungan dengan ini adalah cara penentuan luas dengan perpaduan

antara angka jarak langsung dari lapangan dan angka jarak grafis dari peta

sebagai unsur perhitungan luas. Cara pengukuran luas ini akan lebih teliti

apabila pengukuran jarak-jarak grafisnya dilakukan secara teliti dan

biasanya digunakan dalam melakukan perhitungan luas bidang tanah.

2. Perhitungan luas dengan cara full grafis

Perhitungan dengan ini adalah cara penentuan luas yang paling kasar

karena seluruh angka hitungan didapatkan dari hasil pengukuran di peta.

Dalam melakukan pengukuran dengan cara full grafis ini terdapat

beberapa cara, yaitu:

a. Digitasi peta bidang tanah

Penentuan luas dengan digitasi prinsipnya adalah menetukan

koordinat titik bidang tanah secara grafis dengan bantuan alat

digitaisers kemudian menghitung luasnya. Biasanya perhitungan

Page 7: BAB II, III, IV

12

luas dilakukan software secara otomatis. Dalam laporan ini

software yang dipakai yaitu Map Info 8.5.

b. Planimeter

Penentuan luas dengan bantuan alat planimeter, prinsip kerjanya

adalah menelusuri garis batas bidang tanah sampai tertutup

kemudian angka luas dapat dilihat pada tampilan luas alat

planimeter.

c. Raster Transparan

Dengan menumpukan kertas transparan yang menggambarkan

kotak-kotak garis yang memanjang dan melintang di atas kertas

bidang tanah yang akan dihitung luasnya. Prinsip perhitungan

luasnya adalah menghitung jumlah kotak yang dicakup oleh

bidang tanah kemudian mengalihkan jumlah tersebut terhadap luas

perkotak.

2.5 Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran Tanah

Peta Pendaftaran Tanah adalah Peta yang menggambarkan satu bidang

tanah atau lebih pada suatu wilayah tertentu yang batas-batasnya ditentukan

berdasarkan penunjukan batas oleh para pemilik dan disahkan penggunaanya oleh

pejabat yang berwenang untuk keperluan pendaftaran tanah (BPN, 2003).

Page 8: BAB II, III, IV

13

2.6 Prinsip-Prinsip Dasar Pengukuran dan Pendaftaran Tanah

1. Objek Pengukuran adalah seluruh bidang tanah dan struktur dalam satu

desa atau kelurahan secara lengkap.

2. Pengukuran bidang tanah dilaksanakan untuk:

a. Menentukan letak geografis

b. Menentukan bentuk geometris, luas, situasi bidang tanah

c. Lampiran sertifikat

d. Untuk mendapatkan data ukuran bidang tanah sebagai unsur

pengambilan batas-batas bidang apabila karena sesuatu hal batas-

batas bidang tanah tersebut hilang.

3. Pengukuran dilakukan dengan cara terestris maupun fotogrametris.

Pengukuran bidang tanah dengan metoda fotogrametrik dilakukan

dengan cara mengidentifikasi bidang-bidang tanah dengan

menggunakan Blow-Up atau peta foto dan menarik garis ukur

(metode deliniasi) untuk batas bidang tanah yang jelas dan memenuhi

syarat. Metoda ini biasanya dilaksanakan untuk daerah terbuka, daerah

pertanian atau perdesaan.

4. Penunjukan batas bidang tanah dan pemasangan tanda batasnya

dilakukan oleh pemilik tanah atau kuasanya berdasarkan kesepakatan

para pihak yang berbatasan. Pemilik tanah wajib bertanggung jawab

atas kebenaran batas bidang tanah yang ditunjukkannya.

Page 9: BAB II, III, IV

14

5. Apabila dalam pengukuran bidang tanah ditemukan adanya

bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar, maka untuk bidang-bidang

tanah tersebut dipetakan pada peta pendaftaran mengikuti tata cara

dalam standarisasi pemetaan indeks grafis dan Up dating Peta

Pendaftaran,( Ref. No 04. 0-STD-PT.2003).

6. Satu bidang tanah hanya dapat dipetakan pada satu peta pendaftaran.

7. Akurasi ploting titik yang harus dicapai untuk setiap titik-titik batas

bidang tanah adalah 0,1 mm pada skala peta, relatif terhadap titik lain

yang bersebelahan.

8. Pengukuran poligon hanya dilakukan apabila:

a. Titik-titik batas bidang tanah tidak terlihat

b. Jarak antara titik batas bidang tanah yang akan diukur telah

melampaui 100 m

9. Deliniasi dapat dilakukan pada peta pendaftaran berupa peta foto dan

detail titik batas dapat terlihat jelas atau mudah diidentikasi di peta

tersebut. Metode ini hanya dapat dilakukan untuk perpanjangan sisi

lebih dari 10 m.

10. Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan, apabila

dianggap perlu oleh petugas yang melaksanakan pengukuran juga pada

titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah tersebut. Untuk

sudut-sudut batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh

benda-benda yang terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar

tembok atau tugu patok penguat pagar kawat, tidak harus dipasang

Page 10: BAB II, III, IV

15

tanda batas. Bahan , bentuk, ukuran serta konstruksi tanda-tanda batas

sesuai petunjuk teknis. PMNA/Ka.BPN No. 3 Tahun 1997, Menteri

Pengukuran dan Pendaftaran Tanah.

11. Tahapan identifikasi dan pengukuran bidang tanah dengan peta

garis/Peta Foto sebagai peta dasar mengacu pada petunjuk teknis

PMNA/Ka.BPN No. 3 Tahun 1997, Meteri Pengukuran dan

Pendaftaran Tanah.

12. Untuk mengidentifikasi satu bidang tanah dan membedakan dengan

bidang tanah lainnya, diperlukan tanda pengenal bidang tanah yang

bersifat unik, sehingga mudah mencari dan membedakan bidang tanah

yang dimaksud dengan bidang tanah lainnya. Tanda pengenal tersebut

disebut Nomor Induk Bidang (NIB). NIB merupakan penghubung

antara peta pendaftaran dan daftar lainnya yang ada dalam proses

pendaftaran tanah. Dalam sistem komputerisasi pendaftaran tanah NIB

yang unik diperlukan sebagai penghubung yang efisien anara data yang

diperlukan dan sebagai akses informasi atas suatu bidang tanah.

Page 11: BAB II, III, IV

16

2.7 Pengukuran Teresteris dengan Menggunakan Peta Garis sebagai Peta

Dasar Pendaftaran

Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dengan menggunakan peta garis

sebagai peta dasar pendaftaran adalah dengan melakukan pengukuran terrestrial

dan mengikat terhadap titik dasar teknik terdekat apabila sudah tersedia di sekitar

bidang tanah yang diukur. Apabila sudah tersedia titik dasar teknik nasional

sekitar bidang tanah yang diukur, maka pengukuran bidang tanah tersebut harus

diikatkan terhadap titik dasar teknik nasional. Apabila di sekitar bidang tanah

tidak tersedia titik dasar teknik pengukuran bidang tanah dapat dikaitkan pada

detail-detail yang mudah diidentifikasi secara pasti di lapangan dan di peta garis

seperti pojok tembok, tiang listrik, perempatan pematang, dan sebagainya.

Pengukuran dapat juga dilakukan dengan terlebih dahulu membuat titik dasar

teknik perapatan dari titik-titik dasar teknik yang digunakan untuk pembuatan peta

garis tersebut (BPN, 2003).

Tahapan pengukuran bidang tanah dengan peta garis sebagai peta dasar:

1. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam pengukuran.

2. Mempersiapkan fotokopi lembar peta garis yang memuat letak bidang

tanah yang akan diukur untuk dibawa ke lapangan.

3. Menentukan bidang tanah yang akan diukur dan telah ditetapkan tanda

batasnya di lapangan.

4. Menentukan letak perkiraan pada peta garis.

5. Membuatkan gambar ukurnya.

Page 12: BAB II, III, IV

17

6. Mengukur bidang tanah tersebut secara terretrial.

7. Untuk keperluan pemetaan bidang tanah yang telah diukur, perlu diikatkan

terhadap titik dasar teknik terdekat sekitar bidang tanah atau terhadap

beberapa titik detail yang jelas (minimum tiga titik), tergambar pada peta

garis dan mudah diidentifikasi di lapangan (perempatan pematang sawah,

ujung trotoar, pojok jembatan dan lain sebagainya).

8. Cantumkan angka-angka ukurnya pada gambar ukur.

9. Gambarkan bidang tanah dan tandai titik-titik yang dipakai sebagai titik

ikat pada fotokopi peta garis.

10. Cantumkan Nomor Bidang (NIB) pada tengah-tengah bidang tanah di

peta.

11. Lembar fotokopi peta garis dibawa ke lapangan tersebut dipakai sebagai

dasar untuk memetakan bidang tanah pada lembar asli drafting film.

2.8 Sistem atau Cara Pembuatan Peta Pendaftaran

Pembuatan peta pendaftaran tanah dapat dilakukan dengan metoda digital. Jika

peta dasar pendaftaran berupa foto, pemetaannya dilaksanakan dengan menyalin

batas bidang tanah dari dasar peta (peta foto) yang batas-batasnya telah

diidentifikasi dan ditetapkan oleh panitia ajudikasi (sistematik) atau petugas ukur

(sporadik) serta sisi-sisinya telah diukur di lapangan. Jika peta dasarnya berupa

peta garis, hasil ukuran di lapangan dikartir pada peta pendaftaran (peta dasar

pendaftaran yang berubah fungsi menjadi peta pendaftaran) dengan terlebih

dahulu diidentifikasi minimal dua titik sekutu yang akan digunakan. Garis basis

Page 13: BAB II, III, IV

18

atau titik sekutu di atas adalah titik yang sama yang diidentifikasi dan diukur baik

di peta dan di lapangan (BPN, 2003).

Berdasarkan tersedianya data yang ada pembuatan peta pendafaran dijital

dibagi dalam kelompok berikut:

1. Tersedianya Peta Dasar Digital dengan Sistem Koordinat Nasional.

Peta dasar dijital denan sistem koordinat nasional dapat berupa:

a. Peta garis digital

b. Peta foto digital

Dengan tersedianya peta dijital tersebut di atas maka pelaksanaan

pemetaan peta dasar pendaftaran dapat dilaksanakan dengan cara:

a. Penggabungan file (manuskrip) pada peta dijital.

File data dapat berupa peta bidang tanah, peta blok digital dengan sistem

koordinat sama dengan peta dijital.

b. Pengkartiran gambar ukur secara interaktif pada layer monitor.

Data lapangan dikartir secara langsung pada peta dijital, dilakukan

editing sesuai dari data gambar ukur pada peta tersebut, sehingga seluruh

bidang kepemilikan yang telah ditetapkan batas-batasnya tergambar

pada peta dasar, diberi simbol yang sesuai dengan simbol peta

pendaftaran, untuk masing-masing bidang diberi nomor bidang, serta

data yang diperoleh selama pengukuran seperti batas administrasi desa /

kelurahan.

Page 14: BAB II, III, IV

19

c. Penambahan data pada peta dijital.

Misal data dari pendaftaran tanah sistematik berupa data peta

pendaftaran digital maka dapat ditambahkan (append) ke peta digital.

Karena peta dijitalnya dalam sistem koordinat nasional, maka hasil

pelaksanaan pemetaan di atas adalah peta dijital dalam sistem koordinat

nasional.

2. Tersedianya Peta Dasar Digital dengan Sistem Koordinat Lokal.

Peta dasar dijital dengan sistem koordinat lokal juga bisa terdiri dari peta

garis digital dan peta foto digital. Pelaksanaan pemetaannya pada peta

dasar pendaftaran karena telah tersedia peta dijital dilakukan sama

dengan butir (1).

3. Peta Dasar Pendaftaran Sistem Nasional.

Peta-peta dasar sistem koordinat nasional dapat terdiri dari peta garis dan

peta foto. Pendaftaran ini harus didijit menjadi peta dijital. Pelaksanaan

pemetaanya pada peta dasar pendaftaran karena telah tersedia peta dijital

dilakukan sama dengan butir (1).

4. Peta Dasar Pendaftaran Sistem Lokal.

Peta-peta dasar sistem koordinat nasional dapat terdiri dari peta garis dan

peta foto. Sama seperti butir (3) pendaftaran ini harus didijit menjadi peta

dijital. Pelaksanaan pemetaanya pada peta dasar pendaftaran karena telah

tersedia peta dijital dilakukan sama dengan butir (2), sistem koordinat

masih lokal, jika tersedia titik dasar teknik, harus ditransformasikan ke

sistem koordinat nasional.

Page 15: BAB II, III, IV

20

5. Tidak Tersedia Peta Digital atau Manual.

Jika tidak tersedia peta dasar digital ataupun peta non digital, maka hasil

pengukuran kerangka dasar, pengukuran bidang dan situasi yang

berbentuk data koordinat disusun menjadi susunan data yang dapat dibaca

oleh perangkat lunak Computer Aided Design (CAD), dan dapat

digeneralisasi dengan menggunakan perangkat lunak ARC/Info menjadi

data spasial.

Dari data titik-titik koordinat tersebut dapat digeneralisasi menjadi titik,

garis dan poligon (feature geografik). Feature titik merupakan lokasi

obyek peta yang bentuknya terlalu kecil seperti tugu batas, yang pada

tampilannya dapat diganti dengan simbol lain. Feature garis adalah

kumpulan koordinat berurutan yang bila di hubungkan akan menyajikan

bentuk linier atau garis, misalnya jalan, batas administrasi dan lain-lain.

Pada saat melakukan pengukuran situasi ataupun pengukuran bidang

diperoleh data tambahan yang diukur dengan mengunakan pita ukur,

teodolit, atau kombinasi keduanya yang datanya tercantum pada gambar

ukur. Dengan bantuan (fasilitas) yang ada pada perangkat lunak CAD

dapat diinputkan menjadi data feature geografik dan dengan melakukan

editing dapat dibentuk jalan, bidang-bidang tanah, sungai, saluran, teks

dan lain sebagainya, sesuai data dan sketsa yang ada. Pada pembuatan peta

digital, masing-masing data dikelompokan dalam satu layer atau objek

tersendiri, untuk memudahkan dalam pelaksanaan editing atau

pembaharuan data.

Page 16: BAB II, III, IV

21

Layer (lapisan data) atau orientasi objek juga disebut tema peta, karena

berisi sekelompok feature geografik tertentu saja, misalnya jalan saja,

walaupun akhirnya jalan juga masih harus dipisahkan dalam kelas,

misalnya jalan kelas utama, jalan kelas I, jalan kelas II, jalan kelas III, dan

lain sebagainya.

Klasifikasi ini dimaksud jika peta yang akan ditampilkan dalam skala

besar atau kecil maka akan terjadi generalisasi data sehingga untuk

penampilan/ penggambaran peta skala 1:1.000 tentu semua kelas jalan

akan ditampilkan, sedangkan jika diperlukan peta 1:25.000 maka secara

otomatis jalan yang akan ditampilkan hanya sampai kelas II, agar peta

tidak terlalu sarat dengan data. Data digital harus merupakan data yang

sempurna dan selalu berubah sesuai dengan perubahan data dan

kepemilikan di lapangan yang didaftar di Kantor Pertanahan.

2.9 Pengukuran dengan Menggunakan GPS

1. Dasar penentuan posisi dengan GPS

Dalam melakukan penentuan posisi dengan GPS ada beberapa catatan

yang harus diketahui yaitu:

a. Posisi yang diberikan adalah tiga dimensi

b. Posisi yang diperoleh bereferensi ke Global datum yang dinamakan

WGS (World Geodetic System) 1984

c. Titik yang akan ditentukan posisinya bisa diam (static positioning)

ataupun bergerak (kinematik positioning)

Page 17: BAB II, III, IV

22

d. Posisi dapat diperoleh langsung pada saat pengamatan di lapangan

(real-time positioning) ataupun kemudian sesudah berada di kantor

(post processing)

e. Posisi titik dapat ditentukan terhadap sistem koordinat WGS 1984

(absolute positioning) ataupun terhadap titik lainnya yang telah

diketahui koordinatnya (differential positioning)

f. Posisi titik dapat dihitung dengan tidak melibatkan titik-titik lainnya,

atau dapat dihitung denan melibatkan titik-titik lainnya dalam suatu

perhitungan yang terintegrasi

2. Pengukuran dengan menggunakan RTK (Real Time Kinematik)

Metode pengukuran dengan menggunakan real time kinematik (RTK)

adalah menggunakan prinsip satu alat GPS didirikan pada satu titik yang

telah diketahui koordinatnya sebagai base dan GPS satunya didirikan pada

titik-titik yang akan dicari koordinatnya dengan bergerak (rover). Vektor

dari titik yang diketahui ke titik yang tidak diketahui selanjutnya dihitung

dengan cara rover (bergerak). Pengamatan antara titik yang telah diketahui

koordinatnya (base) dengan titik yang diukur (belum diketahui

koordinatnya) dilakukan dengan satelit yang sama dalam waktu yang

sama. Setelah kedua GPS terpasang pada titiknya (kedua titik yang mau

diukur) maka GPS yang didirikan diatas titik yang telah diketahui

koordinatnya, harus di set up terlebih dahulu dengan menggunakan

komputer dan memasukkan angka koordinat yang telah diketahui (X,Y),

Page 18: BAB II, III, IV

23

ketinggian titik (Z), dan tinggi alat dari GPS ke atas titik patok yang ada

kemudian dimasukkan pada setting di GPS (receiver GPS).

3. Pengukuran dengan menggunakan metode static (diam)

Set up alat seperti pemasangan GPS pada setiap titik (sentering optis, dan

kabel seluruhnya dipasang sesuai petunjuk) untuk kedua titik yang akan

diamat. Pada metode ini, baik titik yang diketahui maupun titik yang tidak

diketahui koordinatnya didirikan alat GPS dan diukur (direkam) dalam

waktu yang sama dan secara simultan (bersamaan) untuk setip pasang

titik. Perbedaan dengan metode RTK adalah tidak ada titik yang dianggap

bergerak, sehingga setiap pasang titik akan diukur bersamaan dan salah

satu GPS tidak dibiarkan secara terus menerus merekam data, sementara

yang lain bergerak untuk merekam data pada titik-titik yang menyebar.

Kemudian dimatikan saat akan berjalan pada titik yang lain, dan alat yang

satunya tidak dimatikan.

Biasanya pengukuran dengan menggunakan metode static ini dilakukan

untuk mendapatkan posisi titik-titik yang saling berjauhan, seperti

penyebaran titik kontrol horizontal untuk BPN, pemasangan titik-titik PI

(Point Intersection) pada tikungan baik jalan raya, maupun jaringan irigasi.

Page 19: BAB II, III, IV

24

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum

Kegiatan ini meliputi pembuatan peta pendaftaran tanah yang

dilaksanakan di desa Talang Balai Lama Kabupaten Ogan Ilir (OI). Sasaran pada

pekerjaan ini adalah pembuatan peta dasar yang teliti untuk pembuatan sertifikasi

tanah. Peta dasar tersebut dibuat berdasarkan Blow Up foto udara yang telah

disediakan sebelumnya.

Adapun tahap-tahap kegiatan yang harus dilakukan adalah:

1. Persiapan

2. Pengumpulan data

3. Sumber foto

4. Pengukuran bidang tanah

3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dilakukan pada tanggal 18 Juni sampai

dengan 18 Juli 2008 di desa Talang Balai Lama Kabupaten Ogan Ilir

(Lihat gambar 4). Kegiatan ini dilakukan selama 30 hari yang meliputi

pengukuran, gambar bidang tanah, dan digitasi.

Page 20: BAB II, III, IV

25

Gambar 4 Peta Lokasi Pengukuran Desa Talang Balai Lama

Gambar di atas merupakan lokasi yang akan diukur. Gambar di atas

bersumber dari google yang di dapat melalui software google earth. Sebagian

besar lahan yang terdapat di Talang Balai Lama digunakan sebagai lahan

pertanian. Sebelum melakukan pengukuran ada tahapan kegiatan dalam

pembuatan peta dasar pendaftaran tanah yang dibuat pada diagram alir. Diagram

alir dibuat sebagai rencana kegiatan yang akan dilakukan, sehingga kegiatan

pengukuran dapat terencana dengan baik. Lihat gambar 5.

Page 21: BAB II, III, IV

26

Persiapan

- Teknis - Administrasi

Pengumpulan data awal

Analisis Data

Identifikasi Lapangan

Pengukuran

Menggunakan Pita Ukur Menggunakan Hand GPS

Gambar Bidang Tanah Pengambilan Titik Koordinat

Digitasi dan Deliniasi Peta

Pencetakan

Peta Dasar Pendaftaran Tanah

Gambar 5 Diagram Alir Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran Tanah

Page 22: BAB II, III, IV

27

3.3 Persiapan

Sebelum melakukan pengukuran bidang tanah, terlebih dahulu menemui

kepala desa atau perangkat desa untuk memberitahukan bahwa adanya pekerjaan

lapangan yang dilakukan di desa Talang Balai Lama. Kemudian mencari tempat

tinggal sementara selama melakukan pengukuran. Mempersiapkan alat-alat yang

akan digunakan dalam melakukan suatu pengukuran.

Secara umum pekerjaan persiapan terdiri dari:

1. Persiapan Teknis

2. Persiapan Administrasi

3.3.1 Persiapan teknis

Persiapan teknis untuk melakukan pengukuran bidang meliputi persiapan

peralatan, personil pengukuran dan persiapan lainnya. Alat-alat yang digunakan

dalam melakukan pengukuran ini adalah:

1. Alat Tulis

Alat tulis yang digunakan adalah pensil, pena, penghapus, papan tulis,

semua jenis penggaris, kertas ukuran A3 dan legal. Alt tulis digunakan

untuk mecatat hasil dari pengukuran yang dilakukan dilapangan.

2. Blow Up Foto Udara

Kegiatan pengukuran yang dilakukan di desa Talang Balai Lama memakai

foto yang bersumber dari Google. Blow Up doto udara digunakan untuk

mengidentifikasi gambar di foto dengan dilapangan serta dapat

mengkoreksi jarak dilapangan dengan di foto jika terdapat kesalahan

dalam melakukan pengukuran.

Page 23: BAB II, III, IV

28

Gambar 6 Peta Orientasi Wilayah

3. Pita Ukur

Pita ukur yang digunakan mempunyai panjang 50 M. Pita ukur digunakan

untuk pengukuran bidang tanah. Pita ukur digunakan pada daerah

permukiman, persawahan serta perkebunan yang mempunyai batas yang

dekat.

Page 24: BAB II, III, IV

29

Gambar 7 Pita Ukur

4. Hand GPS

Hand GPS digunakan pada pengukuran bidang tanah di daerah perkebunan

yang mempunyai batas-batas yang luas. Hand GPS digunakan untuk

mendapatkan koordinat titik-titik X dan Y pada desa Talang Balai Lama

sehingga dapat digambarkan ketika digitasi bidang tanah.

Page 25: BAB II, III, IV

30

Gambar 8 Hand GPS Garmin 60 CSx

3.3.2 Persiapan administrasi

Persiapan administrasi lebih banyak berkaitan dengan penyelesaian

administrasi dengan perijinan desa tersebut untuk melakukan pengukuran.

Pengurusan perijinan yang diperlukan sewaktu di lapangan yang meliputi

perijinan mengukur hak milik bidang tanah seseorang.

3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen

yang berhubungan dengan data fisik dari bidang-bidang tanah yang telah terdaftar.

Dokumen-dokumen yang diperlukan telah disediakan oleh kantor pertanahan

seperti Blow Up foto Udara.

Page 26: BAB II, III, IV

31

3.5 Analisis Data

Kegiatan ini meneliti apakah bidang-bidang tanah yang terdapat di desa

Talang Balai Lama telah memiliki sertifikat atau belum. Melihat Lokasi berkaitan

dengan bangunan atau benda-benda fisik lainya yang memperlihatkan letak

bidang tanah tersebut pada surat ukur atau gambar ukur. Hasil akhir dari analisis

data yaitu informasi bidang-bidang tanah yang dapat dipetakan pada peta dasar

pendaftaran tanah dan daftar bidang tanah yang harus diidentifikasi di lapangan.

3.6 Identifikasi Lapangan

Tujuan dari identifikasi lapangan yaitu mengumpulkan informasi

tambahan di lapangan. Kegiatan ini meliputi memeriksa keberadaan batas fisik di

lapangan serta melihat dokumen-dokumen yang dimiliki oleh pemilik bidang

tanah seperti sertifikat tanah. Jika dianggap perlu lakukan pengukuran sederhana

untuk menentukan letak detail bidang tanah terhadap peta situasi yang sudah ada.

3.7 Pelaksanaan Pengukuran

Pada saat akan melakukan pengukuran hendaknya didampingi perangkat

desa yaitu ketua RW/RT, selain untuk membantu mengidentifikasi batas-batas

bidang tanah juga diharapkan untuk memberikan penjelasan tentang maksud dan

tujuan pengukuran kepada pemilik bidang tanah sehingga dapat membantu

kelancaran dalam pengukuran. Meskipun telah diberi penjelasan tentang maksud

dan tujuan dalam melakukan pengukuran, masih ada sebagian pemilik bidang

tanah yang belum paham sehingga menghambat dalam melakukan pengukuran

Page 27: BAB II, III, IV

32

bidang tanah. Pada masalah ini perangkat desa diharapkan untuk memberikan

penjelasan sekali lagi demi kelancaran dalam melakukan pengukuran bidang.

Jenis pengukuran yang dilakukan meliputi:

1. Pengukuran dengan menggunakan pita ukur

Pengukuran ini digunakan pada daerah yang tidak mempunyai batas-batas

bidang tanah yang luas. Hasil pengukuran kemudian digambarkan pada Blow Up

foto udara yang telah disediakan sebelumnya. Ada beberapa cara dalam

melakukan pengukuran jarak menggunakan pita ukur, yaitu:

a. Mengukur jarak dalam jangkauan pita ukur.

Tahapan pengukuran jarak dalam jangkauan pita ukur yaitu:

1. Bersama perangkat desa meminta informasi kepada pemilik lahan

mengenai batas bidang tanahnya.

2. Mengukur jarak sisi sesuai dengan batas yang diberitahukan oleh pemilik

lahan.

3. Menggambar dan mencatat ukuran bidang tanah di atas Blow Up foto

udara.

b. Mengukur jarak diluar jangkauan pita ukur

Tahapan dalam melakukan pengukuran jarak yang diluar jangkauan pita ukur

yaitu:

1. Menyediakan patok kayu untuk memberi batas apabila jangkauan pita ukur

telah maksimun kemudian melakukan pelurusan pada tap patok, dan

menarik kembali pita ukur dari patok kebatas selanjutnya.

Page 28: BAB II, III, IV

33

2. Menghitung hasil pengukuran dari bentangan pita ukur. Jumlah bentangan

dikalikan dengan panjang maksimum pita ukur kemudian ditambahkan

dengan bentangan pita ukur yang terakhir.

3. Menggambar hasil pengukuran diatas Blow Up foto udara yang telah

disediakan.

Pada saat melakukan pengukuran di desa Talang Balai Lama terdapat

kesalahan dalam pengukuran dengan pita ukur. Kesalahan diketahui setelah

dilakukan kegiatan deliniasi pada software yang digunakan. Pada saat deliniasi,

ukuran yang didapat di lapangan tidak tepat ketika deliniasi bidang tanah

dilakukan, jarak di lapangan berada ditengah-tengah permukiman warga.

Kesalahan dalam pengambilan ukuran ini dapat mempengaruhi deliniasi pada

bidang-bidang selanjutnya. Ketika hasil pengukuran di lapangan diteliti kembali

terdapat salah satu bidang tanah yang tidak diukur. Pengukuran bidang yang salah

harus diulang kembali dan bidang yang belum diukur diambil ukurannya karena

hasil data yang didapat di lapangan akan mempengaruhi hasil peta.

2. Pengukuran dengan menggunakan Hand GPS

Pengukuran dengan mengunakan Hand GPS digunakan untuk

mendapatkan koordianat X dan Y pada titik-titik di desa Talang Balai Lama.

Pengukuran dengan menggunakan Hand GPS digunakan untuk mengukur luas

dan batas bidang yang tidak memungkinkan untuk ditarik pita ukur. Dalam

pengukuran ini hand GPS yang digunakan yaitu tipe Garmin 60CSx.

Page 29: BAB II, III, IV

34

Tahapan dalam melakukan pengukuran menggunakan Hand GPS

a. Menghidupkan Hand GPS dengan menekan ON pada Hand GPS yang

tersedia.

b. Mengatur hand GPS pada sistem proyeksi UTM WGS 84 pada set up yang

terdapat di Hand GPS.

c. Memilih halaman titik koordinat pada page yang terdapat di Hand GPS

sehingga didapatkan halaman dengan gambar lingkaran yang

menggambarkan jumlah satelit yang didapat dan diagram batang yang

menggambarkan kekuatan signal yang diberikan oleh satelit.

d. Ketika berada di lokasi yang akan diambil titik koordinat hand GPS tunggu

selama beberapa menit agar didapatkan sinyal yang baik dari satelit.

e. Menamai titik tersebut dengan menyimpan koordinat titik X dan Y pada

Hand GPS. Koordinat titik X dan Y dapat langsung tersimpan di hand GPS

dengan memilih mark pada hand GPS.

f. Menandai titik-titik yang diambil koordinatnya pada Blow Up foto udara

dengan menggunakan pena..

g. Titik koordinat X dan Y dimasukkan pada saat penggambaran di software

Map Info 8.5 sehingga ketika kita koordinat titik X dan Y dimasukkan maka

akan terlihat letak koordinat titik dilapangan pada Blow Up foto udara.

Page 30: BAB II, III, IV

35

3.8 Gambar Bidang Tanah

Gambar bidang tanah dibuat setelah kita melakukan pengukuran di

lapangan. Pembuatan gambar bidang tanah penting untuk dilakukan untuk

menghindari kesalahan pada saat digitasi. Gambar bidang tanah dilakukan di atas

Blow Up foto udara, meskipun telah dibuat di atas Blow Up foto udara biasanya

terdapat masalah pada Blow Up foto udara. Ini kemungkinan terjadi karena tahun

penggambilan foto udara yang berkisar antara 8-10 tahun yang lalu, sehingga

terdapat beberapa bangunan baru yang tidak tergambar pada Blow Up foto udara.

Pada masalah ini pembuatan gambar bidang tanah dapat dilakukan dengan

mengikat pada bidang tanah yang terdapat disekitar bidang tanah tersebut. Bidang

tanah tersebut dapat diketahui batas bidang tanahnya dengan mengukur lahan di

depan, di belakang, di kiri, dan di kanan dari bidang tanah bangunan yang tidak

terdapat pada Blow Up foto udara. Dari hasil pengukuran keempat sisi dari bidang

tanah tersebut kita dapat mengetahui ukuran bidang tanah tersebut.

3.9 Digitasi dan Deliniasi Bidang Tanah

Deliniasi bidang tanah dilakukan apabila data dari ukuran di lapangan

telah didapat. Pada kegiatan ini software yang digunakan adalah Map Info 8.5.

Deliniasi bidang tanah dilakukan dengan menggambar batas-batas bidang tanah

sesuai dengan ukuran di lapangan. Hasil pengukuran dengan pesawat Hand GPS

dilakukan dengan cara digitasi. Digitasi dilakukan dengan memasukkan koordinat

titik-titik yang didapat di lapangan. Gambar peta Talang Balai lama di gambarkan

pada skala 1:2.500 (Lihat gambar 9).

Page 31: BAB II, III, IV

36

Page 32: BAB II, III, IV

37

Pada saat digitasi koordinat X dan Y biasanya terdapat kesalahan titik yang

berkisar antara 5 meter. Ini terjadi karena ketelitian pada alat Hand GPS yang

berkisar dalam meter. Dalam pembuatan peta bidang tanah digambarkan bentuk

bidang tanah pada lembaran kertas dengan skala tertentu. Batas-batas bidang

tanah harus ditetapkan oleh pemilik tanah dan digunakan untuk pengumuman data

fisik, daftr nama pemilik bidang dibuat beserta NIB (Nomor Induk Bidang) dan

luas (Lihat lampiran 1). Gambar bidang-bidang tanah harus menggambarkan

seluruh bidang-bidang tanah dan nama pemilik bidang tanah yang ada disertai

Nomor Identifikasi Bidang (NIB) Lihat gambar 10. Penggambaran peta

pemanfaatan lahan desa Talang Balai Lama dibuat pada skala 1:7.500

(Lihat gambar 11).

Gambar 10 Digitasi Gambar Bidang Tanah Disertai NIB

Page 33: BAB II, III, IV

38

Page 34: BAB II, III, IV

39

3.10 Pencetakan Peta

Kegiatan ini meliputi tata cara pencetakan peta yang didapat dari hasil

digitasi dan delinasi. Pencetakan peta dibuat dengan sofware Map Info 8.5.

Adapun tahapan tahapan dalam pencetakan peta dasar pendaftaran tanah yaitu:

1. Membuka program Map Info 8.5 dengan memilih “File” kemudian “Open”

pilih file yang telah dilakukan digitasi dan delinasi. Lihat gambar 12.

Gambar 12 Tampilan Kotak Dialog Hasil Digitasi dan Delinasi

2. Membuat layout window dengan memilih window kemudian pilih new layout

window hingga muncul kotak dialog “New Layout Window” kemudian tekan

tombol”OK”. Lihat Gambar 13.

Page 35: BAB II, III, IV

40

Gambar 13 Tampilan Kotak Dialog New Layout Window

3. Klik dua kali pada peta untuk menentukan skala peta yang akan dicetak

hingga muncul kotak “Frame Object” atur skala pada “Scale” yang terdapat

dibawah kiri kotak. Lihat gambar 14.

Gambar 14 Tampilan Kotak Dialog Frame Object

Page 36: BAB II, III, IV

41

4. Atur jenis kertas yang akan dipakai untuk print out peta dengan memilih

“File” kemudian pilih “Page Setup” hingga muncul kotak “Page Setup”

seperti gambar 15.

Gambar 15 Tampilan Kotak Dialog Page Setup

5. Setelah semuanya telah dianggap baik, hasilnya dapat dicetak diatas kertas

dengan memilih “File” kemudian pilih “Print”. Pilih jenis printer yang akan

digunakan untuk mencetak peta. Apabila semuanya telah siap tekan “OK”.

Lihat gambar 16.

Page 37: BAB II, III, IV

42

Gambar 16 Tampilan Kotak Dialog Print

3.11 Pengumuman

Gambar bidang-bidang tanah yang telah ditambah dengan daftar luas

masing-masing bidang serta data kepemilikan, digunakan untuk pengumuman.

Pengumuman dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada warga

masyarakat pemilik tanah atau pihak lain yang berkepentingan untuk mengajukan

komplain apabila terdapat kesalahan dalam melakukan pengukuran bidang tanah

(BPN, 2003).

Page 38: BAB II, III, IV

43

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Dalam membuat peta dasar pendaftaran tanah ada beberapa tahapan yang

harus dilakukan mulai dari persiapan pengukuran, pengukuran dengan

menggunakan pita ukur dan GPS, pembuatan sketsa, dan digitasi peta bidang

tanah. Dari hasil uraian diatas maka dapat disimpulkan, sebagai berikut:

1. Digitasi dapat dilakukan dengan mudah apabila hasil pengukuran di

lapangan digambarkan pada Blow Up foto udara yang tersedia.

2. Pengambilan data posisi titik di lapangan dengan menggunakan pesawat

Hand GPS dilakukan apabila pesawat Hand GPS telah mendapatkan sinyal

yang kuat untuk menghindari kesalahan dalam penggambilan data

koordinat.

3. Kesalahan penggambilan titik di lapangan menggunakan Hand GPS,

kesalahan dalam menarik pita ukur, kesalahan dalam pembuatan sketsa

sangat menentukan ketelitian dari peta yang dihasilkan.

Page 39: BAB II, III, IV

44

4.2 Saran

Sebelum pengukuran bidang hendaknya dilakukan sosialisasi kepada para

pemilik bidang tanah yang akan diukur, memberikan arahan dan maksud dari

pengukuran agar tindakan yang tidak kita inginkan tidak terjadi. Pengukuran

menggunakan Hand GPS sebaiknya dilakukan hanya pada daerah persawahan dan

kebun saja agar kesalahan dalam pengukuran tidak terjadi, sedangkan untuk

daerah permukiman pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan pita ukur.

Page 40: BAB II, III, IV

45

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pertanahan Nasional, 2003, Standarisasi Pengukuran dan Pemetaan Kadastral, Palembang.

Badan Pertanahan Nasional, 1997, Materi Pengukuran dan Pemetaan Pendaftaran Tanah, Palembang.

(Online) http://subterra.web.id/survey-dan-peta/survey-gua-secara-magnetik-dan- peralatannya.html

(Online) http://sprenzy.com/shopping/articles/tag/gps.html

(Online) http://earth.google.com/