bab ii hiperemesis

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN UMUM HIPEREMESIS GRAVIDARUM A. Definisi Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999). Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998). Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo, 1999). Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus 8

Upload: dwi-utami-kusumastuti

Post on 07-Aug-2015

162 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Hiperemesis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN UMUM HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Definisi

Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi

secara berlebihan selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999).

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan

pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena

pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam

Mochtar, 1998).

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang

berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan

umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo, 1999).

Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil

yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat)

dan terus-menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua

belas (http://healthblogheg.blogspot.com/).

Mual dan muntah dikeluhkan oleh sekitar tiga perempat ibu

hamil, umumnya terjadi selama trimester pertama. Biasanya mual dan

muntah disertai dengan keluhan banyak meludah (hipersalivasi),

pening, perut kembung, dan badan terasa lemah. Keluhan ini secara

umum dikenal sebagai “morning sickness” karena terasa lebih berat

pada pagi hari. Namun, mual dan muntah dapat berlangsung

8

Page 2: Bab II Hiperemesis

sepanjang hari. Rasa dan intensitasnya seringkali dideskripsikan

menyerupai mual muntah karena kemoterapi untuk kanker.

Keluhan mual dan muntah pada ibu hamil jarang yang dapat

dihilangkan seluruhnya. Untungnya gejala dapat diringankan, misalnya

dengan membatasi makan tidak sampai kenyang, makan sedikit tapi

sering, menghindari makanan tertentu, atau pemberian antiemetik.

Namun, pada sejumlah kasus mual muntah cukup berat sehingga

langkah-langkah di atas tidak berhasil dan terjadi masalah-masalah

seperti penurunan berat badan, dehidrasi, kelainan keseimbangan

asam-basa, dan ketosis. Kondisi ini disebut hiperemesis gravidarum.

B. Epidemiologi

Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya

biasanya dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu

11-13, dan berakhir pada minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan,

gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis berat yang

harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan.

Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali

menyebabkan kematian, tapi masih berhubungan dengan morbiditas

yang signifikan.

1. Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil

yang bekerja.

9

Page 3: Bab II Hiperemesis

2. Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi. Sekitar

seperempat pasien hiperemesis gravidarum membutuhkan

perawatan di rumah sakit lebih dari sekali.

3. Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat

badan dalam kehamilan yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang

lebih tinggi untuk melahirkan neonatus dengan berat badan lahir

rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai Apgar 5

menit kurang dari 7.

C. Klasifikasi

Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi

tiga tingkat, yaitu :

1. Tingkat I

Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang terus

menerus disertai dengan intoleransi terhadap makan dan minum.

Terdapat penurunan berat badan dan nyeri epigastrium. Pertama-

tama isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir beserta

sedikit cairan empedu, dan kalau sudah lama bisa keluar darah.

Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali/menit dan tekanan darah

sistolik menurun. Pada pemeriksaan fisis ditemukan mata cekung,

lidah kering, turgor kulit menurun, dan urin sedikit berkurang.

2. Tingkat II

Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan

segala yang dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun,

10

Page 4: Bab II Hiperemesis

dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi 100-140 kali/menit

dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat

apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton

serta bilirubin dalam urin.

3. Tingkat III

Kondisi tingkat III ini sangat jarang, ditandai dengan berkurangnya

muntah atau bahkan berhenti, tapi kesadaran menurun (delirium

sampai koma). Pasien mengalami ikterus, sianosis, nistagmus,

gangguan jantung, dan dalam urin ditemukan bilirubin dan protein.

D. Penyebab

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara

pasti. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan

susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain

akibat inanisi.

Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :

1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida,

molahidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada

mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan

bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua

keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk

berlebihan.

11

Page 5: Bab II Hiperemesis

2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan

metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu

tehadap perubahan ini merupakan faktor organik.

3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak,

juga disebut sebagai salah satu faktor organik.

4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit

ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis

gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang

retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan

persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat

menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan

muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan

menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup. Tidak

jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat

membantu mengurangi frekwensi muntah klien

(http://zerich150105.wordpress.com/).

E. Faktor Risiko

Faktor risiko untuk hiperemesis gravidarum adalah :

1. Kehamilan sebelumnya dengan hiperemesis gravidarum

a. Berat badan tinggi

b. Kehamilan multipel

c. Penyakit trofoblastik

d. Nuliparitas

12

Page 6: Bab II Hiperemesis

2. Merokok berhubungan dengan risiko yang lebih rendah untuk

hiperemesis gravidarum

F. Patofisiologi

Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen

yang biasa terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus

dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai

untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,

terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam

hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi,

sehingga caira ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan

klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan

hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini

menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang

pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan

gangguan keseimbangan elektrolit. Di samping dehidraasi dan

gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput

lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat

perdarahan gastrointestinal.

Disfungsi pada traktus gastrointestinal yang disebabkan oleh

pengaruh hormon progesteron diduga menjadi salah satu penyebab

terjadinya mual dan muntah pada kehamilan. Peningkatan kadar

progesteron memperlambat motilitas lambung dan mengganggu ritme

kontraksi otot-otot polos di lambung (disritmia gaster). Selain

13

Page 7: Bab II Hiperemesis

progesteron, peningkatan kadar hormon human chorionic gonadotropin

(hCG) dan estrogen serta penurunan kadar thyrotropin-stimulating

hormone (TSH), terutama pada awal kehamilan, memiliki hubungan

terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum walaupun mekanismenya

belum diketahui. Pada studi lain ditemukan adanya hubungan antara

infeksi kronik Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis

gravidarum. Sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis

gravidarum yang diteliti pada studi tersebut menunjukkan hasil tes

deteksi genom H. pylori yang positif.

G. Tanda Dan Gejala

Hiperemesis gravidarum dijumpai pada trimester pertama

kehamilan, di mana pasien datang dengan keluhan mual dan muntah.

Sesuai dengan beratnya penyakit yang dialami, dapat pula dijumpai

penurunan berat badan, hipersalivasi, tanda-tanda dehidrasi (hipotensi

postural dan takikardi).

H. Diagnosis

Secara klinis penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum

dilakukan dengan menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu

(amenore yang disertai dengan tanda-tanda kehamilan). Lebih lanjut

pada anamnesis didapatkan adanya keluhan mual dan muntah hebat

yang dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan

fisis diijumpai tanda-tanda vital abnormal, yakni peningkatan frekuensi

nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, dan dengan

14

Page 8: Bab II Hiperemesis

semakin beratnya penyakit dapat dijumpai kondisi subfebris dan

penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisis lengkap dapat dijumpai

tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, penurunan

berat badan, uterus yang besarnya sesuai dengan usia kehamilan

dengan konsistensi lunak, dan serviks yang livide saat dilakukan

inspeksi dengan spekulum. Pada pemeriksaan laboratorium dapat

diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia

dan hipokalema, benda keton dalam darah, dan proteinuria.

I. Komplikasi

Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat

menyebabkan dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada

keadaan ini akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi dan kehilangan

cairan karena muntah. Keadaan ini menyebabkan cairan ekstraseluler

dan plasma berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh darah

berkurang dan aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini

menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan

diantarkan ke jaringan mengurang pula. Dampak dari keadaan ini

terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan umum,

munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan

tergantung beratnya hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu

berkurang. Risiko dari keadaan ini terhadap ibu adalah kesehatan yang

menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya aktivitas sehari-hari

ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah

15

Page 9: Bab II Hiperemesis

berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko

dari keadaan ini adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh.

Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan

ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul

akibat cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida

darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai akibat dari muntah

dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini

terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum

dan akan muncul keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat

klorida yang rendah bersama dengan tingginya kadar HCO3 & CO2

dan meningkatnya pH darah). Risiko dari keadaan ini terhadap

kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari hiponatremi,

hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan umum

ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.

Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya

asupan energi (nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat

mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu

habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi jaringan.

Perubahan metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi

lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan

tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton

dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan

16

Page 10: Bab II Hiperemesis

berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak dari

keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi,

terjadinya metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam

jaringan, berkurangnya berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton

pada pernafasan. Risikonya bagi ibu adalah kesehatan dan asupan

nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin

adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah

pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu.

Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan

terjadinya robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung.

Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada

umumnya robekan yang terjadi berupa robekan kecil dan ringan.

Perdarahan yang muncul akibat robekan ini dapat berhenti sendiri.

Keadaan ini jarang menyebabkan tindakan operatif dan tidak

diperlukan transfusi.

J. Tatalaksana

Penatalaksanaan awal mual dan muntah pada kehamilan dapat

mencegah hiperemesis gravidarum. Penatalaksanaan utama sering

melibatkan istirahat dan penghindaran dari rangsangan yang berperan

sebagai pemicu. Di bawah ini adalah penatalaksanaan dalam kondisi

kegawatdaruratan:

1. Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk

dirawat di rumah sakit dan membatasi pegunjung.

17

Page 11: Bab II Hiperemesis

2. Penghentian pemberian makanan per oral 24 – 48 jam.

3. Penggantian cairan dan pemberian antiemetik jika dibutuhkan.

Larutan normal saline atau ringer laktat dapat digunakan dalam

kondisi itu.

4. Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, dan

atau tiamin dapat dipertimbangkan. Untuk pasien dengan defisiensi

vitamin, tiamin 100 mg dapat diberikan sebelum pemberian cairan

dekstrosa.

5. Lanjutkan penatalaksanaan sampai pasien dapat mentoleransi

cairan per oral dan sampai hasil uji menunjukkan jumlah keton urin

hilang atau sedikit.

Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan dengan

vitamin B6 atau vitamin B6 ditambah doxylamine sangat aman dan

efektif serta dapat digunakan sebagai terapi farmakologis lini pertama

(American College of Obstetricians and Gynecologists, 2004).

Pemberian multivitamin pada saat terjadinya konsepsi juga

menurunkan derajat keparahan gejala.

K. Diagnosis Banding

Selain hiperemesis gravidarum, ada beberapa penyakit yang

harus dipikirkan jika terjadi mual dan muntah yang berat dan persisten

pada ibu hamil, yaitu:

1. Ulkus peptikum

18

Page 12: Bab II Hiperemesis

Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus

peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi. Gejalanya adalah

nyeri epigastrik yang berkurang dengan makanan atau antasid dan

memberat dengan alkohol, kopi, atau OAINS. Nyeri tekan

epigastrik, hematemesis, dan melena dapat ditemukan.

2. Kolestasis obstetrik

Gejala yang khas untuk kolestasis adalah pruritus pada seluruh

tubuh tanpa adanya ruam. Ikterus, warna urin gelap, dan tinja

terkadang pucat juga dapat ditemui walaupun jarang. Pada

pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan kadar enzim hati

atau peningkatan bilirubin.

3. Acute fatty liver

Pada penyakit ini ditemukan perburukan fungsi hati yang terjadi

cepat disertai dengan gejala kegagalan hati seperti hipoglikemia,

ganguan pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder

akibat ensefalopati hepatik. Penyebab kegagalan hati akut yang

lain harus disingkirkan, misalnya keracunan parasetamol dan

hepatitis virus akut.

4. Apendiksitis akut

Pasien dengan apendiksitis akut mengalami demam dan nyeri perut

kanan bawah. Uniknya, lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai

usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar. Nyeri

dapat berupa nyeri tekan dan nyeri lepas. Dapat ditemukan tanda

19

Page 13: Bab II Hiperemesis

Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder

(pasien berbaring miring ke kiri dan letak nyeri tidak berubah).

5. Diare akut

Gejal diare akut adalah mual dan muntah disertai dengan

peningkatan frekuensi buang air besar di atas 3 kali per hari

dengan konsistensi cair.

II. GRAVIDA

Gravida berkaitan dengan kehamilan atau wanita hamil, gravida

adalah jumlah kehamilan (lengkap atau tidak lengkap) yang  dialami

oleh seorang perempuan, gravida diikuti oleh angka romawi atau

diawali dengan bahasa latin (Primi, multi) yang menunjukkan jumlah

kehamilan (Ramali, 2003).

Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali

hamil, sedangkan Multigravida adalah seorang wanita yang telah

beberapa kali hamil (Ramali, 2003).

Sekitar 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida

mengalami mual dan muntah, namun gejala ini menjadi lebih berat

hanya pada 1 dari 1.000 kehamilan, Walaupun kebanyakan kasus

ringan dan dengan seiring waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil

akan menjalani rawat inap, kondisi ini sering terjadi pada wanita

primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya

(Mansjoer, 2000).

20

Page 14: Bab II Hiperemesis

Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh

primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat

kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan pertama, Pada

ibu primigravida faktor psikologik memegang peranan penting pada

penyakit ini, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap

tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan konflik

mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi

tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian

kesukaran hidup (Nining, 2009).

Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon

estrogen dan khorionik gonadotropin. Peningkatan hormon ini

membuat kadar asam lambung meningkat, hingga muncullah keluhan

rasa mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari saat perut ibu

dalam keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam lambung

( Wiknjosastro, 2002 ).

III. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Umur Ibu

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai

saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang

baru, semakin bertambahnya umur akan mencapai usia reproduksi

(Notoatmodjo, 2003).

21

Page 15: Bab II Hiperemesis

Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan

perkembangan alat reproduksi.Hal ini berkaitan dengan keadaan

fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran dan

mendukung perkembangan janin. Seorang wanita memasuki usia

perkawinan atau mengakhiri fase tertentu dalam kehidupannya yaitu

umur repoduksi (Yunita, 2005).

Kehamilan dikatakan beresiko tinggi adalah kurang dari 20

tahun dan diatas 35 tahun.Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang

baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum sempurna, hal

ini tentu menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan

kehamilan diatas usai 35 tahun mempunyai resiko untuk mengalami

komplikasi dalam kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan,

gestosis, atau hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama

(Manuaba, 2003).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan A dan

Wahidudin (2007) umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur

20-35 tahun. kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun

dapat menyebabkan hiperemesis karena pada kehamilan diusia

kurang 20 secara biologis belum optimal emosinya, cenderung labil,

mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan

yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan

kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilanya. sedangkan pada usia 35

tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh

22

Page 16: Bab II Hiperemesis

serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini (Ridwan dan

Wahiduddin, 2007).

Hiperemesis Gravidarum di bawah umur 20 tahun lebih di

sebabkan oleh karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan

fungsi sosial dari calon ibu tentu menimbulkan keraguan jasmani cinta

kasih serta perawatan dan asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya.

Hal ini mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang

membuat ibu kurang nafsu makan.Bila ini terjadi maka bisa

mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada impuls

motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui saraf

otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma

dan otot abdomen sehingga terjadi muntah. Permasalahan dari segi

psikiatri dan psikologis sosial banyak di ulas akan menekankan

pentingnya usah usaha untuk melindungi anak- anak yang di lahirkan

kemudian (www.Bkkbn.co.id).

Sedangkan hiperemesis Gravidarum yang terjadi diatas umur 35

tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis yang di sebabkan oleh

karena ibu belum siap hamil atau malah tidak menginginkan

kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan

menimbulkan stres pada ibu. Stres mempengaruhi hipotalamus dan

memberi rangsangan pada pusat muntah otak sehingga terjadi

kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai dengan

penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam lambung,

23

Page 17: Bab II Hiperemesis

tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk menarik nafas

dalam-dalam sehingga membuat sfingter esophagus bagian atas

terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang memicu

mual dan muntah (www.Bkkbn.co.id).

B. Paritas

1. Pengertian

a. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh

seorang wanita (BKKBN, 2006).

b. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan

grandemultipara. (Prawirohardjo, 2009)

c. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008).

d. Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita

yang pernah melahirkan bayi aterm.

e. Keadaan wanita sehubungan dengan kelahiran anak yang bisa

hidup. (Kamus Saku Kedokteran doriland, 1998 : 830)

Paritas 2 – 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari

sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)

mempunyai angka kematian meternal lebih tinggi, lebih tinggi

paritas, lebih tinggi kematian maternal (Wiknjosastro : 2005).

2. Klasifikasi

a. Primipara

24

Page 18: Bab II Hiperemesis

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak,

yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).

b. Multipara

1) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak

lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009).

2) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel

(hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008).

3) Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau

lebih (Varney, 2006).

c. Grandemultipara

1) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5

orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit

dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008).

2) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi

6 kali atau lebih hidup atau mati (Rustam, 2005).

3) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5

orang anak atau lebih (Varney, 2006).

3. Faktor yang Mempengaruhi Paritas

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-

cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka

makin mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga

25

Page 19: Bab II Hiperemesis

kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang

mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa

jumlah anak yang ideal adalah 2 orang.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah simbol status seseorang

dimasyarakat.Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang

dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk

mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang

diinginkan.Banyak anggapan bahwa status pekerjaan

seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak

karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-

sehari.

c. Keadaan Ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk

mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam

memenuhi kebutuhan hidup.

d. Latar Belakang Budaya

Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang

bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia,

seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara

pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian-penilaian umum.

Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap terhadap berbagai masalah. 

26

Page 20: Bab II Hiperemesis

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi

corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota

kelompok masyarakat asuhannya.Hanya kepercayaan individu

yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan

dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual. 

Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas

antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah

anak, maka semakin banyak rezeki.

e. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi

tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih

bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham

tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku

sesuai dengan apa yang ia ketahui (Friedman, 2005).

Tingkat kematangan seseorang dapat juga dilihat dari

pengalaman individu dimasa lalu. Pengalaman ibu yang telah

mempunyai dan memelihara satu anak dengan ibu yang mempunyai

lebih dari satu anak kemungkinan beda, tergantung faktor-faktor lain

yang mempengaruhi. Ibu yang telah mempunyai lebih dari satu anak

umumnya telah mempunyai keterampilan dan pengetahuan mengenai

gravidarum, salah satunya pengetahuan mengenai hiperemesis

gravidarum.

27

Page 21: Bab II Hiperemesis

C. Pekerjaan Ibu

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarganya, diukur berdasarkan jenis

kegiatan yang dilakukan sehari-hari.

Penggolongan :

1. Ringan (ibu rumah tangga, pekerja salon, sekolah, kuliah).

2. Sedang (pelayan toko, pelayan departement store, pedagang,

pekerja kantor)

3. Berat (Karyawan pabrik, petani, kuli bangunan, pendaki gunung,

tukang becak)

Selama masa kehamilan, para ibu rumah tangga perlu berhati-

hati melakukan pekerjaan rumah tangga. Alasannya, rutinitas

pekerjaan rumah tangga yang terlalu berat dan monoton bisa

berdampak buruk pada bayi dalam kandungan dan juga si calon ibu

Sebuah studi membuktikan kegiatan rumah tangga adalah

aktivitas pengulangan yang cenderung membosankan.Karenanya,

para calon ibu rentan terkena stress dan hiperemesis gravidarum yang

bisa memicu kelahiran prematur.Berbeda dengan olahraga, yang bisa

membantu para calon ibu dan bayi agar tetap sehat.Dari 12.000 ibu

yang baru saja melahirkan, peneliti menganalisa data mengenai

pekerjaan ibu, berat bayi dan apakah bayi mereka lahir prematur.Dari

situ ditemukan, para calon ibu yang mengerjakan pekerjaan rumah

tangga -kemungkinan melahirkan 3 minggu lebih cepat- meningkat

28

Page 22: Bab II Hiperemesis

hingga 25 persen.Bisa jadi penyebabnya karena tugas yang

membosankan menjadi pemicu meningkatnya hormon stres.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Epidemiologi Perinatal juga

membeberkan beberapa hasil menarik lainnya.Wanita yang bekerja

pada malam hari memiliki berat bayi lebih rendah. Para ibu yang

memiliki gaya hidup berpindah-pindah, cenderung akan melahirkan

bayi yang kurus

"Kehamilan bukanlah suatu penyakit.Bahkan, mayoritas wanita

hamil yang sehat akan melahirkan bayi yang sehat," terang Hajo

Wildschut, Peneliti Erasmus University Rotterdam seperti dimuat dalam

Daily Mail.Ia menyatakan wanita hamil tanpa komplikasi tidak harus

membatasi kegiatan untuk mencapai kehamilan lebih baik. "Kegiatan

fisik harian seperti jogging, squash dan latihan beban bisa dilakukan

bahkan sampai akhir kehamilan," ujarnya.Namun calon ibu disarankan

menghindari olahraga kontak seperti bersepeda, ice-skating dan

berkuda.Patrick O'Brien, seorang dokter kandungan konsultan

mengatakan, olah raga selama masa hamil akan membuat tubuh si

calon ibu tetap fit, berat badannya terjaga dan mengurangi kesulitan

saat melahirkan.

29