bab ii hiperemesis
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. TINJAUAN UMUM HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Definisi
Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi
secara berlebihan selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999).
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena
pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam
Mochtar, 1998).
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan
umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo, 1999).
Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil
yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat)
dan terus-menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua
belas (http://healthblogheg.blogspot.com/).
Mual dan muntah dikeluhkan oleh sekitar tiga perempat ibu
hamil, umumnya terjadi selama trimester pertama. Biasanya mual dan
muntah disertai dengan keluhan banyak meludah (hipersalivasi),
pening, perut kembung, dan badan terasa lemah. Keluhan ini secara
umum dikenal sebagai “morning sickness” karena terasa lebih berat
pada pagi hari. Namun, mual dan muntah dapat berlangsung
8
sepanjang hari. Rasa dan intensitasnya seringkali dideskripsikan
menyerupai mual muntah karena kemoterapi untuk kanker.
Keluhan mual dan muntah pada ibu hamil jarang yang dapat
dihilangkan seluruhnya. Untungnya gejala dapat diringankan, misalnya
dengan membatasi makan tidak sampai kenyang, makan sedikit tapi
sering, menghindari makanan tertentu, atau pemberian antiemetik.
Namun, pada sejumlah kasus mual muntah cukup berat sehingga
langkah-langkah di atas tidak berhasil dan terjadi masalah-masalah
seperti penurunan berat badan, dehidrasi, kelainan keseimbangan
asam-basa, dan ketosis. Kondisi ini disebut hiperemesis gravidarum.
B. Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya
biasanya dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu
11-13, dan berakhir pada minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan,
gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis berat yang
harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan.
Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali
menyebabkan kematian, tapi masih berhubungan dengan morbiditas
yang signifikan.
1. Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil
yang bekerja.
9
2. Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi. Sekitar
seperempat pasien hiperemesis gravidarum membutuhkan
perawatan di rumah sakit lebih dari sekali.
3. Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat
badan dalam kehamilan yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang
lebih tinggi untuk melahirkan neonatus dengan berat badan lahir
rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai Apgar 5
menit kurang dari 7.
C. Klasifikasi
Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi
tiga tingkat, yaitu :
1. Tingkat I
Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang terus
menerus disertai dengan intoleransi terhadap makan dan minum.
Terdapat penurunan berat badan dan nyeri epigastrium. Pertama-
tama isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir beserta
sedikit cairan empedu, dan kalau sudah lama bisa keluar darah.
Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali/menit dan tekanan darah
sistolik menurun. Pada pemeriksaan fisis ditemukan mata cekung,
lidah kering, turgor kulit menurun, dan urin sedikit berkurang.
2. Tingkat II
Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan
segala yang dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun,
10
dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi 100-140 kali/menit
dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat
apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton
serta bilirubin dalam urin.
3. Tingkat III
Kondisi tingkat III ini sangat jarang, ditandai dengan berkurangnya
muntah atau bahkan berhenti, tapi kesadaran menurun (delirium
sampai koma). Pasien mengalami ikterus, sianosis, nistagmus,
gangguan jantung, dan dalam urin ditemukan bilirubin dan protein.
D. Penyebab
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara
pasti. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan
susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain
akibat inanisi.
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida,
molahidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada
mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan
bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua
keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk
berlebihan.
11
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
tehadap perubahan ini merupakan faktor organik.
3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak,
juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit
ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup. Tidak
jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat
membantu mengurangi frekwensi muntah klien
(http://zerich150105.wordpress.com/).
E. Faktor Risiko
Faktor risiko untuk hiperemesis gravidarum adalah :
1. Kehamilan sebelumnya dengan hiperemesis gravidarum
a. Berat badan tinggi
b. Kehamilan multipel
c. Penyakit trofoblastik
d. Nuliparitas
12
2. Merokok berhubungan dengan risiko yang lebih rendah untuk
hiperemesis gravidarum
F. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen
yang biasa terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus
dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam
hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga caira ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang
pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit. Di samping dehidraasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput
lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat
perdarahan gastrointestinal.
Disfungsi pada traktus gastrointestinal yang disebabkan oleh
pengaruh hormon progesteron diduga menjadi salah satu penyebab
terjadinya mual dan muntah pada kehamilan. Peningkatan kadar
progesteron memperlambat motilitas lambung dan mengganggu ritme
kontraksi otot-otot polos di lambung (disritmia gaster). Selain
13
progesteron, peningkatan kadar hormon human chorionic gonadotropin
(hCG) dan estrogen serta penurunan kadar thyrotropin-stimulating
hormone (TSH), terutama pada awal kehamilan, memiliki hubungan
terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum walaupun mekanismenya
belum diketahui. Pada studi lain ditemukan adanya hubungan antara
infeksi kronik Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum. Sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis
gravidarum yang diteliti pada studi tersebut menunjukkan hasil tes
deteksi genom H. pylori yang positif.
G. Tanda Dan Gejala
Hiperemesis gravidarum dijumpai pada trimester pertama
kehamilan, di mana pasien datang dengan keluhan mual dan muntah.
Sesuai dengan beratnya penyakit yang dialami, dapat pula dijumpai
penurunan berat badan, hipersalivasi, tanda-tanda dehidrasi (hipotensi
postural dan takikardi).
H. Diagnosis
Secara klinis penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum
dilakukan dengan menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu
(amenore yang disertai dengan tanda-tanda kehamilan). Lebih lanjut
pada anamnesis didapatkan adanya keluhan mual dan muntah hebat
yang dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan
fisis diijumpai tanda-tanda vital abnormal, yakni peningkatan frekuensi
nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, dan dengan
14
semakin beratnya penyakit dapat dijumpai kondisi subfebris dan
penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisis lengkap dapat dijumpai
tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, penurunan
berat badan, uterus yang besarnya sesuai dengan usia kehamilan
dengan konsistensi lunak, dan serviks yang livide saat dilakukan
inspeksi dengan spekulum. Pada pemeriksaan laboratorium dapat
diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia
dan hipokalema, benda keton dalam darah, dan proteinuria.
I. Komplikasi
Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat
menyebabkan dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada
keadaan ini akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi dan kehilangan
cairan karena muntah. Keadaan ini menyebabkan cairan ekstraseluler
dan plasma berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh darah
berkurang dan aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan
diantarkan ke jaringan mengurang pula. Dampak dari keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan umum,
munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan
tergantung beratnya hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu
berkurang. Risiko dari keadaan ini terhadap ibu adalah kesehatan yang
menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya aktivitas sehari-hari
ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah
15
berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko
dari keadaan ini adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh.
Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul
akibat cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida
darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai akibat dari muntah
dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum
dan akan muncul keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat
klorida yang rendah bersama dengan tingginya kadar HCO3 & CO2
dan meningkatnya pH darah). Risiko dari keadaan ini terhadap
kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari hiponatremi,
hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan umum
ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya
asupan energi (nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu
habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi jaringan.
Perubahan metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi
lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton
dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan
16
berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak dari
keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi,
terjadinya metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam
jaringan, berkurangnya berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton
pada pernafasan. Risikonya bagi ibu adalah kesehatan dan asupan
nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin
adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah
pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu.
Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan
terjadinya robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung.
Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada
umumnya robekan yang terjadi berupa robekan kecil dan ringan.
Perdarahan yang muncul akibat robekan ini dapat berhenti sendiri.
Keadaan ini jarang menyebabkan tindakan operatif dan tidak
diperlukan transfusi.
J. Tatalaksana
Penatalaksanaan awal mual dan muntah pada kehamilan dapat
mencegah hiperemesis gravidarum. Penatalaksanaan utama sering
melibatkan istirahat dan penghindaran dari rangsangan yang berperan
sebagai pemicu. Di bawah ini adalah penatalaksanaan dalam kondisi
kegawatdaruratan:
1. Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk
dirawat di rumah sakit dan membatasi pegunjung.
17
2. Penghentian pemberian makanan per oral 24 – 48 jam.
3. Penggantian cairan dan pemberian antiemetik jika dibutuhkan.
Larutan normal saline atau ringer laktat dapat digunakan dalam
kondisi itu.
4. Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, dan
atau tiamin dapat dipertimbangkan. Untuk pasien dengan defisiensi
vitamin, tiamin 100 mg dapat diberikan sebelum pemberian cairan
dekstrosa.
5. Lanjutkan penatalaksanaan sampai pasien dapat mentoleransi
cairan per oral dan sampai hasil uji menunjukkan jumlah keton urin
hilang atau sedikit.
Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan dengan
vitamin B6 atau vitamin B6 ditambah doxylamine sangat aman dan
efektif serta dapat digunakan sebagai terapi farmakologis lini pertama
(American College of Obstetricians and Gynecologists, 2004).
Pemberian multivitamin pada saat terjadinya konsepsi juga
menurunkan derajat keparahan gejala.
K. Diagnosis Banding
Selain hiperemesis gravidarum, ada beberapa penyakit yang
harus dipikirkan jika terjadi mual dan muntah yang berat dan persisten
pada ibu hamil, yaitu:
1. Ulkus peptikum
18
Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus
peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi. Gejalanya adalah
nyeri epigastrik yang berkurang dengan makanan atau antasid dan
memberat dengan alkohol, kopi, atau OAINS. Nyeri tekan
epigastrik, hematemesis, dan melena dapat ditemukan.
2. Kolestasis obstetrik
Gejala yang khas untuk kolestasis adalah pruritus pada seluruh
tubuh tanpa adanya ruam. Ikterus, warna urin gelap, dan tinja
terkadang pucat juga dapat ditemui walaupun jarang. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan kadar enzim hati
atau peningkatan bilirubin.
3. Acute fatty liver
Pada penyakit ini ditemukan perburukan fungsi hati yang terjadi
cepat disertai dengan gejala kegagalan hati seperti hipoglikemia,
ganguan pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder
akibat ensefalopati hepatik. Penyebab kegagalan hati akut yang
lain harus disingkirkan, misalnya keracunan parasetamol dan
hepatitis virus akut.
4. Apendiksitis akut
Pasien dengan apendiksitis akut mengalami demam dan nyeri perut
kanan bawah. Uniknya, lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai
usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar. Nyeri
dapat berupa nyeri tekan dan nyeri lepas. Dapat ditemukan tanda
19
Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder
(pasien berbaring miring ke kiri dan letak nyeri tidak berubah).
5. Diare akut
Gejal diare akut adalah mual dan muntah disertai dengan
peningkatan frekuensi buang air besar di atas 3 kali per hari
dengan konsistensi cair.
II. GRAVIDA
Gravida berkaitan dengan kehamilan atau wanita hamil, gravida
adalah jumlah kehamilan (lengkap atau tidak lengkap) yang dialami
oleh seorang perempuan, gravida diikuti oleh angka romawi atau
diawali dengan bahasa latin (Primi, multi) yang menunjukkan jumlah
kehamilan (Ramali, 2003).
Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali
hamil, sedangkan Multigravida adalah seorang wanita yang telah
beberapa kali hamil (Ramali, 2003).
Sekitar 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida
mengalami mual dan muntah, namun gejala ini menjadi lebih berat
hanya pada 1 dari 1.000 kehamilan, Walaupun kebanyakan kasus
ringan dan dengan seiring waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil
akan menjalani rawat inap, kondisi ini sering terjadi pada wanita
primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya
(Mansjoer, 2000).
20
Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh
primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat
kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan pertama, Pada
ibu primigravida faktor psikologik memegang peranan penting pada
penyakit ini, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan konflik
mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi
tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup (Nining, 2009).
Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon
estrogen dan khorionik gonadotropin. Peningkatan hormon ini
membuat kadar asam lambung meningkat, hingga muncullah keluhan
rasa mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari saat perut ibu
dalam keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam lambung
( Wiknjosastro, 2002 ).
III. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Umur Ibu
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai
saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang
baru, semakin bertambahnya umur akan mencapai usia reproduksi
(Notoatmodjo, 2003).
21
Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan
perkembangan alat reproduksi.Hal ini berkaitan dengan keadaan
fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran dan
mendukung perkembangan janin. Seorang wanita memasuki usia
perkawinan atau mengakhiri fase tertentu dalam kehidupannya yaitu
umur repoduksi (Yunita, 2005).
Kehamilan dikatakan beresiko tinggi adalah kurang dari 20
tahun dan diatas 35 tahun.Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang
baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum sempurna, hal
ini tentu menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan
kehamilan diatas usai 35 tahun mempunyai resiko untuk mengalami
komplikasi dalam kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan,
gestosis, atau hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama
(Manuaba, 2003).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan A dan
Wahidudin (2007) umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur
20-35 tahun. kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun
dapat menyebabkan hiperemesis karena pada kehamilan diusia
kurang 20 secara biologis belum optimal emosinya, cenderung labil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan
yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan
kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilanya. sedangkan pada usia 35
tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh
22
serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini (Ridwan dan
Wahiduddin, 2007).
Hiperemesis Gravidarum di bawah umur 20 tahun lebih di
sebabkan oleh karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan
fungsi sosial dari calon ibu tentu menimbulkan keraguan jasmani cinta
kasih serta perawatan dan asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya.
Hal ini mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang
membuat ibu kurang nafsu makan.Bila ini terjadi maka bisa
mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada impuls
motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui saraf
otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma
dan otot abdomen sehingga terjadi muntah. Permasalahan dari segi
psikiatri dan psikologis sosial banyak di ulas akan menekankan
pentingnya usah usaha untuk melindungi anak- anak yang di lahirkan
kemudian (www.Bkkbn.co.id).
Sedangkan hiperemesis Gravidarum yang terjadi diatas umur 35
tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis yang di sebabkan oleh
karena ibu belum siap hamil atau malah tidak menginginkan
kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan
menimbulkan stres pada ibu. Stres mempengaruhi hipotalamus dan
memberi rangsangan pada pusat muntah otak sehingga terjadi
kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai dengan
penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam lambung,
23
tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk menarik nafas
dalam-dalam sehingga membuat sfingter esophagus bagian atas
terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang memicu
mual dan muntah (www.Bkkbn.co.id).
B. Paritas
1. Pengertian
a. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh
seorang wanita (BKKBN, 2006).
b. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan
grandemultipara. (Prawirohardjo, 2009)
c. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008).
d. Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita
yang pernah melahirkan bayi aterm.
e. Keadaan wanita sehubungan dengan kelahiran anak yang bisa
hidup. (Kamus Saku Kedokteran doriland, 1998 : 830)
Paritas 2 – 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari
sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian meternal lebih tinggi, lebih tinggi
paritas, lebih tinggi kematian maternal (Wiknjosastro : 2005).
2. Klasifikasi
a. Primipara
24
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak,
yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).
b. Multipara
1) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak
lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009).
2) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel
(hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008).
3) Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau
lebih (Varney, 2006).
c. Grandemultipara
1) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5
orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit
dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008).
2) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi
6 kali atau lebih hidup atau mati (Rustam, 2005).
3) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5
orang anak atau lebih (Varney, 2006).
3. Faktor yang Mempengaruhi Paritas
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-
cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
makin mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga
25
kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang
mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa
jumlah anak yang ideal adalah 2 orang.
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang
dimasyarakat.Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk
mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang
diinginkan.Banyak anggapan bahwa status pekerjaan
seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak
karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-
sehari.
c. Keadaan Ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk
mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
d. Latar Belakang Budaya
Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang
bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia,
seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara
pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian-penilaian umum.
Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh
sikap terhadap berbagai masalah.
26
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi
corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota
kelompok masyarakat asuhannya.Hanya kepercayaan individu
yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan
dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas
antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah
anak, maka semakin banyak rezeki.
e. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi
tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih
bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham
tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku
sesuai dengan apa yang ia ketahui (Friedman, 2005).
Tingkat kematangan seseorang dapat juga dilihat dari
pengalaman individu dimasa lalu. Pengalaman ibu yang telah
mempunyai dan memelihara satu anak dengan ibu yang mempunyai
lebih dari satu anak kemungkinan beda, tergantung faktor-faktor lain
yang mempengaruhi. Ibu yang telah mempunyai lebih dari satu anak
umumnya telah mempunyai keterampilan dan pengetahuan mengenai
gravidarum, salah satunya pengetahuan mengenai hiperemesis
gravidarum.
27
C. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya, diukur berdasarkan jenis
kegiatan yang dilakukan sehari-hari.
Penggolongan :
1. Ringan (ibu rumah tangga, pekerja salon, sekolah, kuliah).
2. Sedang (pelayan toko, pelayan departement store, pedagang,
pekerja kantor)
3. Berat (Karyawan pabrik, petani, kuli bangunan, pendaki gunung,
tukang becak)
Selama masa kehamilan, para ibu rumah tangga perlu berhati-
hati melakukan pekerjaan rumah tangga. Alasannya, rutinitas
pekerjaan rumah tangga yang terlalu berat dan monoton bisa
berdampak buruk pada bayi dalam kandungan dan juga si calon ibu
Sebuah studi membuktikan kegiatan rumah tangga adalah
aktivitas pengulangan yang cenderung membosankan.Karenanya,
para calon ibu rentan terkena stress dan hiperemesis gravidarum yang
bisa memicu kelahiran prematur.Berbeda dengan olahraga, yang bisa
membantu para calon ibu dan bayi agar tetap sehat.Dari 12.000 ibu
yang baru saja melahirkan, peneliti menganalisa data mengenai
pekerjaan ibu, berat bayi dan apakah bayi mereka lahir prematur.Dari
situ ditemukan, para calon ibu yang mengerjakan pekerjaan rumah
tangga -kemungkinan melahirkan 3 minggu lebih cepat- meningkat
28
hingga 25 persen.Bisa jadi penyebabnya karena tugas yang
membosankan menjadi pemicu meningkatnya hormon stres.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Epidemiologi Perinatal juga
membeberkan beberapa hasil menarik lainnya.Wanita yang bekerja
pada malam hari memiliki berat bayi lebih rendah. Para ibu yang
memiliki gaya hidup berpindah-pindah, cenderung akan melahirkan
bayi yang kurus
"Kehamilan bukanlah suatu penyakit.Bahkan, mayoritas wanita
hamil yang sehat akan melahirkan bayi yang sehat," terang Hajo
Wildschut, Peneliti Erasmus University Rotterdam seperti dimuat dalam
Daily Mail.Ia menyatakan wanita hamil tanpa komplikasi tidak harus
membatasi kegiatan untuk mencapai kehamilan lebih baik. "Kegiatan
fisik harian seperti jogging, squash dan latihan beban bisa dilakukan
bahkan sampai akhir kehamilan," ujarnya.Namun calon ibu disarankan
menghindari olahraga kontak seperti bersepeda, ice-skating dan
berkuda.Patrick O'Brien, seorang dokter kandungan konsultan
mengatakan, olah raga selama masa hamil akan membuat tubuh si
calon ibu tetap fit, berat badannya terjaga dan mengurangi kesulitan
saat melahirkan.
29