bab ii gambaran umum kondisi daerahjdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/perda 1...di...
TRANSCRIPT
-16-
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
Posisi geografis Kabupaten Tangerang yang berdekatan dengan DKI
Jakarta dan Jawa Barat sangat strategis bagi perkembangan wilayah,
dimana Kabupaten Tangerang manjadi alternatif bagi DKI Jakarta yang
sudah padat. Ditinjau dari segi transportasi, Kabupaten Tangerang
dilalui oleh Jalan Raya Serang-Jakarta dan Jalan Tol Merak-Jakarta,
Double Track Kereta Api Jakarta-Rangkas Bitung, serta akses alternatif
ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Kebutuhan akses yang sangat
cepat bagi industri dan perdagangan membutuhan kawasan
pergudangan dan industri untuk menditribusikan produk industri dan
perdagangan, sehingga kemudahan akses terhadap pelabuhan dan
Bandara menjadi kebutuhan utama, selain itu, perkembangan sektor
properti semakin meningkat terutama disekitar Bandara Soekarno-Hatta,
Cisauk, dan Pagedangan membutuhkan lahan yang sangat luas bagi
warga commuter Jakarta-Tangerang.
Ditinjau dari sumber daya manusia Kabupaten Tangerang rata-rata
pertumbuhan penduduknya mencapai 3,17% dengan jumlah penduduk
3.584.770 jiwa. Dampak melimpahnya SDM adalah melimpahnya tenaga
kerja untuk kebutuhan sektor Industri dan perdagangan, dengan
dominannya investasi industri pengolahan akan membutuhkan tenaga
kerja dari Kabupaten Tangerang maupun dari luar.
Kondisi geografis dan demografi Kabupaten Tangerang menjadi
tantangan bagi Kabupaten Tangerang untuk mengatasi dampak dari
beban wilayah yang sangat besar kedepannya. Perluasan Run Way
Bandara Soekarno-Hatta, pembangunan Tol Serpong-Balaraja, Tol
Bandara-Balaraja, penataan Stasiun Kereta Api Cisauk dan Tigaraksa,
serta pertumbuhan penduduk yang tinggi membutuhkan action plan
untuk meminimalisir dampak negatif baik kemacetan, banjir, kawasan
kumuh, serta pengangguran.
2.2.2.Karakteristik...
-17-
4.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
4.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Luas wilayah Kabupaten Tangerang sebesar 959,61 Km2
berada di bagian Timur Provinsi Banten pada koordinat 106°20’-
106°43’ Bujur Timur dan 6°00’-6°20’ Lintang Selatan. Kabupaten
Tangerang termasuk salah satu daerah yang menjadi bagian dari
wilayah Propinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup
strategis dengan batas-batas.
Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kota
Tangerang dan DKI Jakarta
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Lebak
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak
Jarak antara Kabupaten Tangerang dengan pusat
pemerintahan Republik Indonesia (DKI Jakarta) sekitar 30 km,
keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas
hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas
perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera.
2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis
Kabupaten Tangerang mempunyai garis pantai sepanjang 51 Km, terdiri
dari 29 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 246 desa dan 28 kelurahan.
Tabel 2 .1 Luas Wilayah dan Persentase menurut Kecamatan
di Kabupaten Tangerang Tahun 2017
No. Kecamatan Luas Km2 Persentase
(%)
1 Cisoka 29.98 3.12
2 Solear 29.01 3.02
3 Tigaraksa 48.74 5.08
4 Jambe 26.02 2.71
5 Cikupa 42.68 4.45
6 Panongan 34.93 3.64
7 Curug 27.41 2.86
8 Kelapa Dua 24.38 2.54
9 Legok 35.13 3.66
10 Pagedangan 45.69 4.76
11 Cisauk 27.77 2.89
12 Pasar Kemis 25.92 2.70
13 Sindang Jaya 37.15 3.87
14 Balaraja 33.56 3.50
15 Jayanti 23.89 2.49
16 Sukamulya 26.94 2.81
17 Kresek 25.97 2.71
18
Gunung
Kaler 29.63 3.09
-18-
No. Kecamatan Luas Km2 Persentase
(%)
19 Kronjo 44.23 4.61
20 Mekar Baru 23.82 2.48
21 Mauk 51.42 5.36
22 Kemiri 32.7 3.41
23 Sukadiri 24.14 2.52
24 Rajeg 53.7 5.60
25 Sepatan 17.32 1.80
26 Sepatan Timur 18.27 1.90
27 Pakuhaji 51.87 5.41
28 Teluknaga 40.58 4.23
29 Kosambi 29.76 3.10
TOTAL 959.61 100 Sumber : BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2018
Gambar 2.1 Peta Orientasi Kabupaten Tangerang
Kedudukan...
Kedudukan geografis yang berbatasan dengan Provinsi DKI
Jakarta menjadi salah satu potensi Kabupaten Tangerang untuk
berkembang menjadi daerah penyangga Ibukota Jakarta. Secara geografis
menjadi pintu gerbang untuk hubungan Provinsi Banten dengan Provinsi
DKI Jakarta. Kedekatan dengan Ibukota dan sebagai pintu gerbang
antara Banten dan DKI Jakarta maka akan menimbulkan interaksi yang
menumbuhkan fenomena interdepedensi yang kemudian berdampak
pada timbulnya pertumbuhan pada suatu wilayah. Sebagai bentuk efek
pertumbuhan wilayah, trickling down dan backwash effect, sehingga
terjadi bentuk hubungan yang sinergis.
Kabupaten Tangerang merupakan daerah dengan wilayah terluas
di Provinsi Banten yang perkembangan pembangunannya tergolong cepat
dengan tersedianya infrastruktur, pusat perbelanjaan, pertokoan, pasar,
serta pembangunan perumahan di kawasan baru dan prasarana lainya
-19-
sebagai pendukung. Dalam era otonomi daerah, pembangunan diarahkan
kepada tercapainya tatanan kehidupan masyarakat yang sejahtera.
2.1.1.3. TOPOGRAFIS
Sebagian besar wilayah Kabupaten Tangerang merupakan dataran
rendah, yang memiliki topografi relatif datar dengan kemiringan tanah
rata-rata 0 - 3%. Ketinggian wilayah antara 0 - 85 m di atas permukaan
laut. Secara garis besar terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :
1. Dataran rendah dibagian utara dengan ketinggian berkisar antara 0-
25 meter di atas permukaan laut, yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk,
Kemiri, Sukadiri, Kresek, Gunung Kaler, Kronjo, Mekarbaru,
Pakuhaji, Sepatan dan Sepatan Timur.
2. Dataran tinggi di bagian tengah ke arah selatan dengan ketinggian
antara 25 - 85 meter di atas permukaan laut. Kemiringan tanah rata-
rata 0-8 % menurun ke Utara.
-20-
-21-
2.1.1.4. GEOLOGI / JENIS TANAH
Struktur batuan yang terbentuk di Kabupaten Tangerang adalah:
a. Alluvium, terdiri dari lempung, kerikil, kerakal.
b. Tuf Banten (Banten Tuff), terdiri dari batu apung dan batu pasir
tuffan.
Kabupaten Tangerang bagian Utara merupakan daerah yang
sedikit bergelombang lemah. Daerah ini termasuk dalam ketegori
bentuk lahan bentukan asal pengendapan (alluvial).
Jenis tanah Kabupaten Tangerang secara keseluruhan terdiri
dari aluvial kelabu, aluvial kelabu tua, asosiasi aluvial kelabu tua
dan glei humus rendah, asosiasi glei humus, dan planosol, regosol
coklat, asosiasi latosol merah dan latosol merah kecoklatan,
padsolic kuning, asosiasi padsolic kuning, asosiasi padsolic kuning
dan hidromorf kelabu. Dengan jenis tanah demikian
memungkinkan untuk pengembangan pertanian dan budidaya.
Proses terjadinya tanah aluvial ini berlangsung karena adanya
endapan sungai dan danau di daerah dataran dan daerah
cekungan. Di wilayah dataran rendah dijumpai pula jenis tanah glei
regosol dan sedikit padsolic yaitu asosiasinya.
Tekstur tanah adalah komposisi fraksi pasir, debu dan tanah
liat pada agregat (massa) tanah, sehingga dapat dikelompokkan ke
dalam kelas tekstur tanah yaitu : halus, sedang, dan kasar. Luas
wilayah Kabupaten Tangerang berdasarkan pengelompokan
tersebut terdiri dari :
- Tekstur halus : 60.549 Ha (54,53 %)
- Tekstur sedang : 46.936 Ha (42,27 %)
- Tekstur kasar : 3.553 Ha (3,20 %)
Tekstur tanah seperti ini sangat cocok untuk pengembangan
budidaya pertanian dan tanaman keras.
2.1.1.5. Klimatologi ...
-22-
2.1.1.6. Klimatologi
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah dengan suhu yang
relatif panas dengan kelembaban yang tinggi. Temperatur udara
berdasarkan penelitian di Stasiun Meteorologi Kabupaten Tangerang
rata-rata berkisar antara 24,7-32,50C, suhu maksimum tertinggi pada
bulan Oktober yaitu 33,50C dan suhu minimum terendah pada bulan
Juli-Agustus yaitu 24,20C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas
matahari sekitar 80,2 % dan 53,4 %. Keadaan curah hujan tertingi
terjadi pada bulan Februari sedangkan rata-rata curah hujan dalam
setahun adalah 390,4 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Februari
dengan hari hujan sebanyak 24 hari.
Efektif tanah adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan
tanah atau suatu lapisan di mana perakaran tanaman dapat
menerobosnya. Kedalarnan efektif tanah berpengaruh terhadap erosi
dan pemilihan jenis tanaman yang cocok di suatu wilayah. Kabupaten
Tangerang terbagi atas 3 kelas kedalaman efektif tanah, meliputi :
1. Kedalaman 30 60 cm seluas 33 Ha (0,03 %)
2. Kedalaman > 60 90 cm seluas 2.598 Ha (2,34 %)
3. Kedalaman > 90 cm seluas 101.777 Ha (91,66 %)
-23-
-24-
-25-
Tabel 2.2 Data Geografis dan Iklim Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Uraian Data Nilai Satuan
DATA GEOGRAFIS
a. Luas Wilayah 959,6 km2
b. Ketinggian 85 mdpl
c. Sungai Terpanjang (S. Cisadane) 414,3 Ha
d. Wilayah Terluas (Rajeg) 53,7 Ha
e. Wilayah Terkecil (Sepatan) 17,32 Ha
IKLIM
a. Rata-rata Temperatur Udara 24,7 – 32,5 0C
b. Rata-rata Kelembaban Udara 80,2 %
c. Rata-rata Intensitas Matahari 53,4 %
d. Rata-rata Curah Hujan 170,5 mm
e. Rata-rata Kecepatan Angin 12,6 Km/Jam Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, 2018
2.1.1.7. Hidrologi
Potensi sumberdaya air di wilayah Kabupaten Tangerang
digambarkan melalui kondisi sumber air permukaan dan air tanah.
Kuantitas air sungai relatif cukup tinggi meskipun terjadi fluktuasi debit
aliran yang cukup besar antara musim hujan dan musim kemarau,
sedangkan kualitasnya menunjukkan adanya indikasi pencemaran di
beberapa sungai. Kebutuhan air akan meningkat seiring pertumbuhan
kegiatan dan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang. Kebutuhan air ini
harus tetap bisa dipenuhi dari sumber-sumber air yang ada, sehingga
diperlukan tindakan pelestarian sumberdaya air, baik air permukaan
maupun air tanah.
Air tanah secara umum memiliki potensi yang cukup tinggi,
meskipun di beberapa Kecamatan (Kecamatan Mauk, Sukadiri, Kemiri,
Kronjo, Pakuhaji, Teluk Naga dan Kecamatan Kosambi) terindikasi intrusi
air laut dan terjadinya eksploitasi air tanah yang cukup tinggi untuk
kebutuhan industri karena terbatasnya sumber air permukaan.
Berdasarkan hasil penelitian Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Tangerang dengan Puskom dan IT FMIPA UI (2003) diketahui bahwa di
sebagian wilayah Kabupaten Tangerang (meliputi enam kecamatan yaitu :
Mauk, Rajeg, Pasar Kemis, Cikupa, Curug dan Legok) terdapat tiga lapisan
akifer meliputi:
1. Akifer dangkal dengan kedalaman < 20 m yang didominasi oleh
lapisan pasir;
2.Akifer menengah...
-26-
2. Akifer menengah dengan kedalaman 20 – 70 m yang merupakan
lapisan lempung formasi Bantam Atas;
3. Akifer dalam dengan kedalaman > 70 m yang merupakan bagian dari
formasi Genteng dan formasi Bojongmanik.
Recharge akifer dangkal dan menengah berasal dari air hujan dan
sungai/danau, sedang recharge akifer dalam melalui batuan formasi
Bojongmanik di sebelah selatan yang tersingkap (outcroped) dengan
elevasi yang lebih tinggi dibanding lokasi penelitian.
-27-
-28-
2.1.1.8. Penggunaan Lahan
Perkembangan penduduk yang cepat serta melimpahnya kegiatan
industri dan permukiman di Wilayah Kabupaten Tangerang mengakibatkan
banyak terjadi pergeseran lahan. Kecenderungan yang terjadi adalah
beralihnya fungsi lahan, untuk itu perlu mendapatkan perhatian mengenai
keseimbangan antara fungsi kawasan lindung dan kawasan budidaya serta
aspek kesesuaian lahan.
Penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang saat ini meliputi
penggunaan untuk kawasan lindung dan penggunaan lahan untuk kawasan
budidaya. Penggunaan lahan untuk kegiatan lindung meliputi sempadan
pantai, danau/situ, dan sempadan sungai. Sedangkan penggunaan lahan
untuk kegiatan budidaya meliputi perumahan perkotaan, perumahan
perdesaan, perdagangan dan jasa, zona industri, kawasan industri, pertanian
irigasi teknis, pertanian tadah hujan, kebun campuran, tegalan, perikanan
(tambak), hutan, dan lain-lain.
Karakter perkembangan kawasan terbangun Kabupaten Tangerang tidak
lepas dari keberadaan Kabupaten Tangerang yang berada pada perlintasan
pergerakan antarwilayah serta jaringan jalan regional yang menghubungkan
kota-kota utama di Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Sebagai
konsekuensinya kawasan terbangun yang mencakup permukiman perkotaan,
permukiman perdesaan, perdagangan dan jasa, zona industri, kawasan
industri industri dan fasilitas umum cenderung berkembang mengikuti pola
jaringan jalan utama (linier).
Sejalan kondisi tersebut maka perkembangan Kabupaten Tangerang
terjadi secara linier dengan titik orientasi perkembangan pada simpul poros
jalur Lintas Tengah (poros Serang – Grogol) (terkonsentrasi pada pusat kota),
sehingga distribusi kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan tidak
merata. Hal ini menyebabkan tidak optimalnya pelayanan kota (kesenjangan
perkembangan kegiatan di bagian Tengah (pusat kabupaten) dan selatan
dengan bagian utara, terjadi konflik pemanfaatan ruang terbangun dan
sebagainya.
Pola..
-29-
Pola pengembangan fisik/tata guna lahan saat ini berupa pola
ekstensifikasi dan intensifikasi. Pola intensifikasi lebih banyak dijumpai pada
daerah terbangun di pusat-pusat kegiatan/pusat kota, sedangkan pola
ekstensifikasi dijumpai pada daerah-daerah pinggiran kota atau daerah
transisi.
Melihat progresifitas pembangunan Kabupaten Tangerang serta fungsi
yang berkembang saat ini yang menekankan kepada kegiatan industri akan
menimbulkan konsekuensi meningkatnya aktivitas penduduk di Kabupaten
Tangerang. Peningkatan kegiatan tanpa diimbangi dengan pelayanan sarana
dan prasarana yang memadai akan menimbulkan berbagai permasalahan
yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti misalnya
permasalahan transportasi. Hal ini perlu diantisipasi dalam proses revisi
RTRW Kabupaten Tangerang.
Tabel 2.3 Penggunaan Lahan Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Penggunaan Lahan Eksisting Tahun 2017 (Ha)
No Kecamatan
Jalan, Pemukiman, Perkantoran,
Sungai, dll
Tambak, Kolam,
Empang, Hutan
Negara
Hutan Rakyat
Rumput/ Tanah Kosong
Sawah Tegalan/ Kebun
Perkebunan Total
1 Cisoka 968 129 59
1228 314 - 2.698
2 Solear 955 319 144
1182 301 - 2.901
3 Tigaraksa 1393 374 125 526 1213 1243 - 4.874
4 Jambe 887 103 155
750 707 - 2.602
5 Cikupa 3458 148 39 149 251 223 - 4.268
6 Panorangan 2225 172 9
850 237 - 3.493
7 Curug 1984 157 10 2 270 318 - 2.741
8 Kelapa Dua 1801 110
10 517 - 2.438
9 Legok 1500 52 18 49 841 1053 - 3.513
10 Pagedangan 2613
587 239 424 706 - 4.569
11 Cisauk 1615 154 329 86 310 283 - 2.777
12 Pasar Kemis 1595 268
5 484 240 - 2.592
13 Sindang Jaya 1753 1 19 66 1314 562 - 3.715
14 Balaraja 1683 12
1142 519 - 3.356
15 Jayanti 780 39 98 16 1299 157 - 2.389
16 Sukamulya 1011 7
77 1451 148 - 2.694
17 Kresek 392 104
7 1857 237 - 2.597
18 Gunung Kaler 194 216 1 2 2510 40 - 2.963
19 Kronjo 1329 496
2417 181 - 4.423
20 Mekar Baru 90 91
2183 18 - 2.382
21 Mauk 978 872
16 2805 439 32 5.110
22 Kemiri 873 666
1589 142
3.270
23 Sukadiri 626 65
1666 57
2.414
24 Rajeg 1658 357 33
2453 869
5.370
25 Sepatan 1054
3 9 650 16
1.732
26 Sepatan Timur 752 50
4 849 172
1.827
27 Pakuhaji 1325 822 1 22 2559 399
5.128
-30-
Penggunaan Lahan Eksisting Tahun 2017 (Ha)
No Kecamatan
Jalan, Pemukiman, Perkantoran, Sungai, dll
Tambak, Kolam,
Empang, Hutan
Negara
Hutan Rakyat
Rumput/ Tanah Kosong
Sawah Tegalan/ Kebun
Perkebunan Total
28 Teluknaga 983 1525 24 98 1315 50
3.995
29 Kosambi 2256 371
321 28
2.976
Total 38.731 7.680 1.654 1.373 36.193 10.176 32 95.807
Sumber: Kabupaten Tangerang dalam Angka, 2018
2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
RTRW Nasional, kawasan lindung dan kawasan budidaya dipantai barat-
selatan khususnya Kabupaten Tangerang. dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Kawasan Lindung di Wilayah Kabupaten Tangerang
No. Kawasan Luas Lokasi Arah Pengembangan
1 Kawasan Lindung 3.841 Ha Melindungi sumberdaya alam atau
buatan yang ada di dalamnya,
2 Kawasan Lindung
Setempat 2.321 Ha
kawasan sempadan pantai, sungai,
dan sekitar danau/rawa/situ.
3 Kawasan Sempadan
Pantai 510,00Ha pantai berhutan bakau.
4 KawasanSempadan
Sungai 572,33 Ha
dilindungi meliputi Sungai
Cisadane, Cidurian, Cipasilian,
Cilontar, Cimanceuri, Cileles,
Cilarangan, Cirarab, Pecah, Kali
Cigung
Sumber : RTRW Kabupaten Tangerang, 2011-2031.
2.1.3. Wilayah Rawan Bencana
Wilayah Kabupaten Tangerang memiliki potensi kebencanaan yang
cukup tinggi. Potensi bencana geologi berupa gempa bumi merupakan potensi
kebencanaan yang relatif sama tingginya dengan daerah lain di sepanjang
pantai utara yang membentang di seluruh wilayah Pantura.
Potensi kebencanaan ini dapat menimbulkan kerusakan yang parah
karena sebagian besar wilayah perkotaan berkembang di pesisir pantai barat.
Potensi kebencanaan yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang meliputi:
a) Potensi bencana geologi; berupa bencana gempa bumi yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten Tangerang.
b)Potensi...
-31-
b) Potensi bencana tsunami; umumnya tersebar di sepanjang pesisir pantai
utara yang berjarak 1 km dari bibir pantai. Daerah yang memiliki resiko
dampak parah yaitu pada kecamatan kronjo, Kemeri dan Mauk.
c) Potensi bencana banjir; berupa banjir rob (pasang surut)
d) Potensi kekeringan; terjadi akibat curah hujan di suatu kawasan jauh
dibawah curah hujan normal dalam waktu lama. Bencana ini dipicu
oleh perubahan siklus iklim global yang ditandai dengan meningkatnya
temperatur rata-rata atmosfir, laut, dan daratan.
-32-
-33-
2.1.4. Demografi
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik penduduk
Kabupaten Tangerang pada tahun 2017 berjumlah 3.584.770 orang terdiri
dari 1.833.470 orang laki-laki dan 1.751.300 orang perempuan. Laju
pertumbuhan penduduk pertahun dalam kurun waktu satu tahun terakhir
sebesar 3,17%.
Tabel. 2.5 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan
di Kabupaten Tangerang Tahun 2017
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis
Kelamin
1 Cisoka 49,923 46,593 96,516 107.15
2 Solear 47,799 45,942 93,741 104.04
3 Tigaraksa 82,316 78,817 161,133 104.44
4 Jambe 23,393 22,195 45,588 105.40
5 Cikupa 149,218 139,847 289,065 106.70
6 Panongan 73,544 71,017 144,561 103.56
7 Curug 110,835 104,198 215,033 106.37
8 Kelapa Dua 117,326 119,053 236,379 98.55
9 Legok 65,010 60,453 125,463 107.54
10 Pagedangan 61,852 59,115 120,967 104.63
11 Cisauk 43,912 42,293 86,205 103.83
12 Pasar Kemis 175,422 169,648 345,070 103.40
13 Sindang Jaya 49,319 47,403 96,722 104.04
14 Balaraja 69,424 65,272 134,696 106.36
15 Jayanti 37,621 36,430 74,051 103.27
16 Sukamulya 34,004 32,817 66,821 103.62
17 Kresek 33,588 32,619 66,207 102.97
18 Gunung Kaler 26,668 26,344 53,012 101.23
19 Kronjo 31,850 30,467 62,317 104.54
20 Mekar Baru 19,739 18,698 38,437 105.57
21 Mauk 42,386 40,907 83,293 103.62
22 Kemiri 23,078 21,251 44,329 108.60
23 Sukadiri 29,230 27,225 56,455 107.36
24 Rajeg 90,982 87,269 178,251 104.25
25 Sepatan 63,614 59,433 123,047 107.03
26 Sepatan Timur 49,729 47,195 96,924 105.37
27 Pakuhaji 59,465 56,517 115,982 105.22
28 Teluknaga 85,518 81,540 167,058 104.88
29 Kosambi 86,705 80,742 167,447 107.39
Jumlah/Total 1,833,470 1,751,300 3,584,770 104.69
Sumber : Tangerang Dalam Angka/BPS Tahun 2018
Sex Ratio...
-34-
Sex Ratio penduduk Kabupaten Tangerang 104,69 yang artinya
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. atau setiap 100 perempuan terdapat 104 laki-laki. Sex Ratio
terbesar terdapat di Kecamatan Kemiri yakni sebesar 108.60 dan yang
terkecil terdapat di Kecamatan Kelapa Dua yakni sebesar 98.55 dan
merupakan satu-satunya kecamatan yang mempunyai angka sex ratio
dibawah 100 ,yang artinya setiap 100 perempuan hanya terdapat 98 laki-
laki atau jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah penduduk laki-laki. Perkembangan jumlah penduduk dari tahun
2013-2017 dapat dilihat sebagaimana tabel dan dan grafik pertumbuhan
penduduk dari tahun 2012-2017.
Tabel 2.6 Jumlah dan Perkembangan Penduduk Per Kecamatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2013 – 2017
No. Kecamatan Perkembangan Penduduk Pertahun (Jiwa) LPP
2013 2014 2015 2016 2017 (%)
1 Cisoka 86,754 89,291 91,753 94,116 96,516 2.67
2 Solear 82,566 85,414 88,213 90,946 93,741 3.17
3 Tigaraksa 137,259 143,389 149,564 154,897 161,13
3 4.01
4 J a m b e 42,868 43,657 44,375 44,973 45,588 1.54
5 Cikupa 252,318 261,508 270,630 279,785 289,06
5 3.40
6 Panongan 116,084 123,067 130,273 136,925 144,56
1 5.48
7 C u r u g 186,889 193,916 200,904 207,906 215,03
3 3.51
8 Kelapa Dua 203,619 212,280 220,982 227,782 236,379 3.73
9 L e g o k 110,005 113,910 117,770 121,577 125,46
3 3.29
10 Pagedangan 106,411 110,100 113,738 117,317 120,96
7 3.21
11 Cisauk 73,458 76,622 79,792 82,941 86,205 4.00
12 Pasar Kemis 282,591 298,067 313,945 328,455 345,07
0 4.99
13 Sindang
Jaya 85,686 88,511 91,278 93,973 96,722 3.03
14 Balaraja 121,900 125,232 128,451 131,566 134,69
6 2.50
15 Jayanti 68,447 69,972 71,407 72,724 74,051 1.97
16 Sukamulya 62,643 63,710 64,679 65,911 66,821 1.61
17 K r e s e k 63,415 64,153 64,782 65,659 66,207 1.08
18 Gunung
Kaler 50,255 50,980 51,618 52,443 53,012 1.34
19 K r o n j o 56,913 57,350 57,681 61,489 62,317 2.27
20 Mekar Baru 36,529 36,788 36,968 38,174 38,437 1.27
-35-
No. Kecamatan Perkembangan Penduduk Pertahun (Jiwa) LPP
2013 2014 2015 2016 2017 (%)
21 M a u k 80,679 81,517 82,220 82,768 83,293 0.80
22 K e m i r i 41,964 42,294 42,540 43,977 44,329 1.37
23 Sukadiri 55,039 55,543 55,943 56,199 56,455 0.64
24 R a j e g 152,262 158,678 165,112 171,597 178,25
1 3.94
25 Sepatan 105,373 109,758 114,145 118,532 123,04
7 3.88
26 Sepatan
Timur 88,655 90,852 92,949 94,929 96,924 2.23
27 Pakuhaji 109,236 110,928 112,459 114,517 115,982 1.50
28 Teluknaga 151,199 155,317 159,300 163,176 167,05
8 2.49
29 Kosambi 146,763 151,972 157,123 162,241 167,44
7 3.30
Jumlah 3,157,780 3,264,776 3,370,594 3,477,495 3,584,770 3.17
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018, diolah.
Gambar 2.7. Jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang
Tahun 2012-2017
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2018
Jumlah penduduk Kabupaten pada tahun 2017 berjumlah 3.584.770
Orang. Berdasarkan kelompok umur. proporsi kelompok umur 15-64 tahun
menyumbang hampir 68,90%. usia 0-14 tahun sebanyak 28,17% dan
kelompok umur diatas 65 tahun sebesar 2.9%.
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2017
-36-
Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
0 – 4 183,461 176,294 359,755
5 – 9 177,124 168,973 346,097
10 – 14 154,968 149,093 304,061
15 – 19 161,991 156,944 318,935
20 – 24 170,600 160,833 331,433
25 – 29 170,757 165,613 336,370
30 – 34 169,053 170,598 339,651
35 – 39 160,834 159,736 320,570
40 – 44 141,779 128,731 270,510
45 – 49 111,203 96,495 207,698
50 – 54 83,167 73,056 156,223
55 – 59 58,535 52,361 110,896
60 – 64 40,224 37,477 77,701
65 – 69 24,200 23,284 47,484
70 – 74 13,891 15,980 29,871
75+ 11,683 15,832 27,515
Jumlah 1,833,470 1,751,300 3,584,770
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018
Gambar 2.8. Piramida Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2017
Piramida penduduk Kabupaten Tangerang berbentuk ekspansif. Hal
ini tampak dari sebagian besar penduduk terdapat pada kelompok usia
muda atau bagian bawah piramida melebar dan semakin meruncing pada
bagian atas. Bagian bawah melebar menunjukkan terjadinya kelahiran
yang cukup tinggi pada tahun-tahun sebelumnya. Piramida ekspansif
umumnya terdapat pada negara-negara dengan tingkat pertumbuhan
penduduk yang cepat akibat dari masih tingginya angka kelahiran dan
-37-
menurunnya tingkat kematian. Angka TFR Kabupaten Tangerang sebesar
2,35 berarti bahwa wanita (usia 15-49 tahun) secara rata-rata mempunyai
2-3 anak selama masa usia suburnya. TFR yang tinggi merupakan
cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan rendah
terutama wanitanya dan tingkat sosial ekonomi rendah (tingkat
kemiskinan tinggi).
2.1.5 Potensi Sumber Daya
Potensi sumber daya Kabupaten Tangerang sesuai arahan
pemanfaatan ruang diarahkan untuk:
1. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura
Kawasan pertanian tanaman pangan dan holtikultura dengan luas
kurang lebih 13.720,06 (tiga belas ribu tujuh ratus dua puluh koma
nol enam) hektar meliputi: Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mekar
Baru, Kecamatan Sukamulya, Kecamatan Gunung Kaler, Kecamatan
Kresek, Kecamatan Mauk, Kecamatan Rajeg, Kecamatan Kemiri,
Kecamatan Sukadiri.Kawasan tanaman pangan dan holtikultura yang
ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B)
dengan luas kurang lebih 13.720,06 (tiga belas ribu tujuh ratus dua
puluh koma nol enam) Hektar, yang terdiri dari Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (LP2B) dengan luas kurang lebih 10.996,77
(sepuluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma tujuh
tujuh) Hektar dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LCP2B) dengan luas kurang lebih 2.723,29 (dua ribu tujuh ratus
dua puluh tiga koma dua sembilan) Hektar.
Kawasan agropolitan terletak di Kecamatan Sepatan Timur Desa
Gempolsari, Desa Sangiang dan Desa Pondok Kelor.
Kawasan Tanaman Pangan dan Holtikultura
Kawasan tanaman pangan dan holtikultura termasuk lahan
penangkaran benih yang dikelola oleh kelompok tani, meliputi:
a. Kecamatan Sukadiri di Desa Sukadiri.
b. Kecamatan Rajeg di Desa Tanjakan Mekar.
c. Kecamatan Kemiri di Desa Rancalabuh.
d. Kecamatan Jayanti di Desa Pabuaran.
e. Kecamatan Kresek di Desa Kresek.
f. Kecamatan Sukamulya di Desa Bunar.
-38-
g. Kecamatan Balaraja di Desa Gembong.
h. Kecamatan Mekar Baru di Desa Klutuk.
Kawasan Peternakan...
Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan terdiri atas:
a. Perusahaan peternakan
Perusahaan peternakan meliputi: Kecamatan Curug, Kecamatan
Cikupa, Kecamatan Cisauk, Kecamatan Cisoka, Kecamatan
Jambe, Kecamatan Jayanti, Kecamatan Kemiri, Kecamatan
Kresek, Kecamatan Legok, Kecamatan Teluknaga, Kecamatan
Pagedangan, Kecamatan Panongan, Kecamatan Pasar Kemis,
Kecamatan Rajeg, Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Solear,
Kecamatan Sukamulya, Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan Mauk,
Kecamatan Gunung Kaler.
Perusahaan peternakan yang berada di kawasan peruntukan
pertanian memiliki luas kurang lebih 37,15 (tiga puluh tujuh
koma satu lima) hektar.
b. Peternakan rakyat
Peternakan rakyat tersebar di seluruh wilayah kabupaten.
2. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan peruntukan perikanan meliputi:
a. Kawasan perikanan tangkap
Kawasan perikanan tangkap meliputi prasarana dan sarana
perikanan tangkap yang terdiri atas lokasi Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI) meliputi :
PPI Kronjo di Desa Kronjo Kecamatan Kronjo.
PPI Cituis di Desa Suryabahari Kecamatan Pakuhaji.
PPI Tanjung Pasir di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga.
b. Kawasan perikanan budi daya.
Kawasan perikanan budi daya meliputi:
Perikanan budi daya air payau berupa tambak, meliputi:
1. Kecamatan Mekar Baru terletak di desa Jenggot.
2. Kecamatan Kronjo terletak di Desa Kronjo dan Desa
Muncung.
3. Kecamatan Kemeri terletak di Desa Lontar dan Desa
Karanganyar.
-39-
4. Kecamatan Mauk terletak di Desa Mauk Barat dan Desa
Ketapang.
5.Kecamatan...
5. Kecamatan Teluknaga terletak di Desa Tanjung Pasir dan
Desa Muara.
Perikanan budi daya air tawar berupa kolam yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten.
Balai benih Ikan Air Tawar di Desa Kaliasin Kecamatan
Sukamulya.
3. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri dengan luas kurang lebih 15.390.07
(lima belas ribu tiga ratus sembilan puluh koma nol tujuh) Hektar,
meliputi :
a. Kawasan industri
Kawasan industri, meliputi : Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan
Pakuhaji, Kecamatan Sepatan, Kecamatan Balaraja, Kecamatan
Jayanti, Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan Legok, Kecamatan
Curug, Kecamatan Cikupa, Kecamatan Kosambi, Kecamatan
Sepatan Timur, Kecamatan Sindang Jaya, Kecamatan Mekar Baru
Kawasan industri di Kecamatan Pakuhaji merupakan industri
maritim yang berada di Desa Kohod, sedangkan Kawasan industri
di Kecamatan Mekar Baru merupakan industri pengolahan hasil
laut yang berada di Desa Jenggot.
b. Sentra industri kecil dan menengah
Sentra industri kecil dan menengah, meliputi : Kecamatan
Tigaraksa, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sepatan, Kecamatan
Balaraja, Kecamatan Jayanti, Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan
Legok, Kecamatan Curug, Kecamatan Cikupa, Kecamatan
Kosambi, Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Jambe,
Kecamatan Panongan, Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Kelapa
Dua, Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Sindang Jaya, Kecamatan
Sukadiri.
Kawasan...
-40-
4. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata meliputi:
a. Pariwisata alam
Kawasan peruntukan pariwisata alam meliputi:
Kawasan pariwisata Bahari Pantai Tanjung Pasir di Desa
Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga.
Kawasana pariwisata Bahari Pantai Mutiara di Kecamatan
Teluknaga.
Kawasan pariwisata Bahari Pantai Tanjung Kait di Kecamatan
Mauk.
Kawasan pariwisata Bahari Pantai Dadap di Kecamatan
Kosambi.
Kawasan pariwisata Bahari Pulau Cangkir di Kecamatan Kronjo.
Kawasan pariwisata Bahari Pantai Karang Serang di Kecamatan
Sukadiri.
Kawasan pariwisata situ/danau di Situ Kelapa Dua di
Kecamatan Kelapa Dua.
Kawasan pariwisata Situ Cihuni di Kecamatan Pagedangan.
Kawasan pariwisata Situ Pondok di Kecamatan Pasar Kemis.
Kawasan pariwisata Situ Garukgak di Kecamatan Kresek.
Kawasan pariwisata Situ Patrasana di Kecamatan Kresek.
Kawasan pariwisata tangerang mangrove center di Kecamatan
Teluknaga
b. Pariwisata budaya
Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi:
Rumah asli peninggalan Raden Aria Wangsakara, situs makam
Raden Aria Wangsakara, situs makam Buyut Onang, situs
makam Ki Muttaqin, situs makam Ki Yunus, dan situs makam
Ki Musa di Kecamatan Pagedangan.
Rumah kebaya tempo dulu, situs makam Nyi Mas Melati, dan
situs makam Pangeran Jayakarta di Kecamatan Sukamulya.
Situs makam Gajah Barong, situs makam Nyi Mas Gamparan,
situs makam Buyut Siyam, situs makam Syech Mubarak, situs
-41-
makam Buyut Sandi, situs makam Buyut Mali, situs makam
Nyi Saritinem, situs makam Ki Mas Laeng, situs makam Raden
Mas Kuncung, dan situs makam Wali Ahmad di Kecamatan
Tigaraksa.
Sisa fosil-fosil...
Sisa fosil-fosil Elephant Maximus, situs bangunan Pekong
Soekong, dan situs makam Dewi Neng di Kecamatan Mauk.
Situs Sumur Tujuh dan situs makam Nyi Mas Aulia di
Kecamatan Cikupa
Situs Sumur Tua dan situs Rawa Kidang di Kecamatan
Sukadiri.
Situs makam Panjang Syech Daud dan situs makam Wali
Riman di Kecamatan Pakuhaji
Situs Penggilingan Tebu di Kecamatan Teluknaga.
Situs makam Jaga Laut di Kecamatan Kronjo.
Situs makam Solear di Kecamatan Solear.
Situs makam Panjang Dadap di Kecamatan Kosambi.
Situs makam Buyut Mijah, situs makam Buyut Akhir (Kyai
Jebeng), situs makam Kepuh, dan situs makam Buyut Resem di
Kecamatan Sepatan.
Situs makam Mede, situs makam Tubagus Taram, situs makam
Ki Buyut Golokgog dan situs makam Ki Buyut Demang di Desa
Sampora Kecamatan Cisauk.
c. Pariwisata buatan
Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi:
Wisata Edukasi terletak di Kecamatan Teluknaga, Kecamatan
Pakuhaji, Kecamatan Kelapa Dua dan Kecamatan Cisoka.
Wisata penangkaran buaya di Kecamatan Teluknaga.
Wisata Bumi Perkemahan Kitri Bhakti di Desa Sukabakti
Kecamatan Curug.
Wisata olahraga berada di Kecamatan Cisauk, Kecamatan
Kelapa Dua, Kecamatan Tigaraksa dan Kecamatan Pasar Kemis.
Wisata Danau Biru Cigaru di Kecamatan Cisoka.
Wisata Rekreasi World of Wonders (WOW) di Citra Raya
Kecamatan Cikupa.
Wisata Teluknaga Mas di Kecamatan Teluknaga.
-42-
Wisata Mancing Muara Ujung di Kecamatan Teluknaga.
Wisata Religi berada di Kecamatan Tigaraksa dan Kecamatan
Jayanti.
Wisata Rekreasi...
Wisata Rekreasi Alun-alun Tigaraksa.
Wisata Belanja dan Kuliner berada di Kecamatan Kelapa Dua,
Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Panongan, Kecamatan
Cisauk, Kecamatan Cikupa dan Kecamatan Balaraja.
Wisata Akomodasi berada di Kecamatan Pagedangan,
Kecamatan Cikupa, Kecamatan Curug, Kecamatan Panongan,
Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Kosambi dan Kecamatan
Mauk.
5. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman terbagi menjadi kawasan
permukiman perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan meliputi:
a. Permukiman perkotaan dengan kepadatan penduduk tinggi dan
kepadatan penduduk sedang dengan luas kurang lebih
67.677,23 (enam puluh tujuh ribu enam ratus tujuh puluh
tujuh koma dua tiga) hektar meliputi:
Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Cisauk, Kecamatan Legok,
Kecamatan Kelapa Dua, Kecamatan Curug, Kecamatan Cikupa,
Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan Balaraja, Kecamatan
Sukamulya, Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan Panongan,
Kecamatan Jambe, Kecamatan Cisoka, Kecamatan Solear,
Kecamatan Jayanti, Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Sepatan,
Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Kosambi, Kecamatan
Sindang Jaya, Kecamatan Rajeg, Kecamatan Pakuhaji,
Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mekar Baru, Kecamatan Gunung
Kaler, Kecamatan Kresek, Kecamatan Mauk, Kecamatan Kemiri,
Kecamatan Sukadiri
b. Permukiman perdesaan dengan kepadatan penduduk rendah luas
kurang lebih 3.040,26 (tiga ribu empat puluh koma dua enam)
hektar, meliputi : Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mauk,
Kecamatan Kemiri, Kecamatan Sukadiri.
6. Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan Negara
-43-
Kawasan pertahanan dan keamanan negara meliputi:
a. Komplek Datasemen Arhanud Rudal 003 Falatehan berada di
Kecamatan Cikupa;
b. Makorem 052 Jayakarta berada di Kecamatan Kelapa Dua;
c. Radar TNI AU berada di Kecamatan Mauk;
d.Polres...
d. Polres Metropolitan Tigaraksa berada di Kecamatan Tigaraksa;
e. Pos Angkatan Laut tipe C di Kecamatan Kronjo;
f. Polsek tersebar di seluruh kecamatan; dan
g. Koramil tersebar di seluruh wilayah kecamatan.
7. Kawasan Reklamasi
Kawasan reklamasi diperuntukan sebagai kawasan permukiman
perkotaan, kawasan bandara soekarno-hatta II dan kawasan industri di
bagian perairan laut wilayah Utara, dengan luas kurang lebih 9.000
(sembilan ribu) hektar, berjarak kurang lebih 200 (dua ratus) meter
dari garis pantai ke arah laut, meliputi: Kecamatan Kosambi,
Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sukadiri,
Kecamatan Mauk, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Kronjo
8. Kawasan Pusat Rehabilitasi/ Lembaga Pemasyarakatan
Pusat rehabilitasi/lembaga pemasyarakatan berada di Kecamatan
Jambe dan Kecamatan Legok.
9. Kawasan Rencana Pengembangan Sarana Pendidikan
Rencana pengembangan sarana pendidikan berada di seluruh wilayah
kabupaten.
10. Kawasan Komples Sekolah Pelayaran
Kompleks sekolah pelayaran berada di Desa Karang Serang Kecamatan
Sukadiri.
11. Kawasan Rencana Pengembangan Tempat Pemakaman Umum
(TPU)
Rencana pengembangan Tempat Pemakaman Umum (TPU) terdiri atas:
a. Zona TPU tersebar di seluruh wilayah kabupaten;
b. TPU zona swasta berada di : Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan
Teluknaga, Kecamatan Jambe, Kecamatan Kosambi
12. Kawasan Rencana Pembangunan Stadion Olahraga
Rencana pembangunan stadion olahraga berada di :
-44-
a. Sport center di Kecamatan Kelapa Dua
b. Stadion mini di seluruh Kecamatan
13. Kawasan Rencana Pengembangan Rumah Sakit
Rencana pengembangan rumah sakit meliputi:
a. Pembangunan rumah sakit Tipe A di Kecamatan Tigaraksa;
b. Optimalisasi rumah sakit tipe B di Kecamatan Balaraja;
c.Pembangunan...
c. Pembangunan rumah sakit tipe B di Kecamatan Teluknaga; dan
d. Peningkatan rumah sakit tipe C menjadi tipe B di Kecamatan
Pakuhaji.
14. Kawasan Pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan
Pengembangan kawasan pusat pemerintahan dengan luas kurang lebih
126,57 (seratus dua puluh enam koma lima tujuh) Hektar yang berada
di Kecamatan Tigaraksa.
15. Kawasan Pengembangan Kawasan Bandaar Udara Soekarno Hatta
dan Pengembangannya Pengembangan kawasan bandar udara
Soekarno Hatta dan pengembangannya dengan luas kurang lebih
481,57 (empat ratus delapan puluh satu koma lima tujuh) Hektar yang
berada di Kecamatan Kosambi.
16. Kawasan Bandar Udara Budiarto Curug
Kawasan bandar udara Budiarto Curug dengan luas kurang lebih
384,79 (tiga ratus delapan puluh empat koma tujuh sembilan) Hektar
yang berada di Kecamatan Legok.
17. Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Lontar
Kawasan pembangkit listrik tenaga uap Lontar dengan luas kurang
lebih 92,57 (sembilan puluh dua koma lima tujuh) Hektar yang berada
di Kecamatan Kemeri.
18. Kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Kawasan tempat pembuangan akhir (TPA) Jatiwaringin dengan luas
kurang lebih 57,46 (lima puluh tujuh koma empat enam) Hektar yang
berada di Kecamatan Mauk.
2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2.2.1. FOKUS KESEJAHTERAAN DAN PEMERATAAN EKONOMI
A. Pertumbuhan PDRB
-45-
Selama periode 2013-2017, struktur ekonomi masyarakat Kabupaten
Tangerang di dominasi dari kelompok lapangan usaha sekunder yang
terlihat dari besarnya kenaikan/penurunan peranan masing-masing
kelompok lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB Kabupaten
Tangerang.
Pada...
Pada tahun 2017, kelompok usaha sekunder memberikan
sumbangan sebesar 54,54% yang mengalami penurunan dibandigkan
dengan tahun 2013 sebesar 57,14%. Kelompok lapangan usaha primer
dan tersier memberikan sumbangan masing-masing sebesar 6,86% dan
38,61%. Kelompok lapangan usaha primer dan tersier ini mengalami
kenaikan dibandingkan pada tahun 2013 yang masing-masing sebesar
6,71% dan 36,16%.
Apabila dilihat menurut lapangan usahanya, pada tahun 2017,
lapangan usaha industri pengolahan memberikan sumbangan tertinggi
sebesar 36,87%, kemudian disusul lapangan usaha Konstruksi sebesar
13,61%, lapangan perdagangan besar dan eceran;reparasi mobil dan
sepeda motor sebesar 10,92%. Selanjutnya lapangan usaha Real Estate
menyumbang 7,22% dan lapangan usaha pertanian, Kehutanan, dan
perikanan memberikan sumbangan sebesar 6,81%.
Perekonomian Kabupaten Tangerang tahun 2017 mengalami
percepatan dibandingkan dengan pertumbuhan tahun-tahun
sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Tangerang tahun 2017
mencapai 5,84%, sedangkan tahun 2015 dan 2016 sebesar 5,60% dan
5,36%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Real
Estate sebesar 10,03%. Seluruh lapangan usaha ekonomi yang lain pada
tahun 2017 mencatat pertumbuhan yang positif, kecuali lapangan usaha
Pengadaan Listrik dan Migas.
Adapun lapangan usaha lainnya yang mencatat pertumbuhan
positif, berturut-turut adalah Konstruksi sebesar 9,92%, Jasa Pendidikan
sebesar 9,68%, jasa lainnya sebsar 9,67%, jasa kesehatan dan kegiatan
sosial sebesar 9,51%. Penyediaan akomodasi dan makan minuman
sebesar 9,01%, transportasi dan pergudangan sebesar 8,86%, pengadaan
air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 8,13%, informasi
-46-
dan komunikasi sebesar 8,11%, JAsa Administrasi Pemerintahan,
pertanahan dan jaminan sosial wajib sebesar 6,13%, Perdagangan Besar
dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor sebesar 5,41%, pertanian,
kehutanan dan perikanan sebesar 5,33%. Jasa keuangan dan asuransi
sebesar 5,21%, industri pengolahan sebesar 3,63%, dan pertambangan
dan penggalian sebesar 2,28%. Sedangkan lapangan usaha Pengadaan
Listrik dan Gas mengalami penyusutan sebesar 7,25%.
Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tangerang
Menurut Kategori Lapangan Usaha (persen) 2013 – 2017
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**
A
Pertanian,
Kehutanan, dan
Perikanan
6.41 4.46 4.5 5.39 5.33
B Pertambangan dan
Penggalian -5.4 3.44 2.3 2.27 2.28
C Industri Pengolahan 7.24 0.82 3.16 2.92 3.63
D Pengadaan Listrik
dan Gas -4.88 8.61 -2.22 -11.14 -7.25
E
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah. Limbah
dan Daur Ulang
4.75 8.33 5.05 7.38 8.13
F Konstruksi 9.88 12.42 9.59 7.58 9.92
G
Perdagangan Besar
dan Eceran;
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
4.01 6.39 5.71 3.48 5.41
H Transportasi dan
Pergudangan 6.16 9.27 8.62 9.46 8.86
I Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
4.26 11.24 7.24 7.75 9.01
J Informasi dan
Komunikasi 5.19 18.78 10.07 8.62 8.11
K Jasa Keuangan dan
Asuransi 8.06 4.09 7.86 16.97 5.21
L Real Estat 6.6 9.16 8.88 9.08 10.03
M.N Jasa Perusahaan 7.01 7.5 6.51 6.93 7.72
O
Administrasi
Pemerintahan.
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
1.74 7.87 9.13 9.1 6.13
P Jasa Pendidikan 3.41 8.86 9.25 9.19 9.68
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
2.08 7.95 7.65 8.58 9.51
R.S.T.U Jasa lainnya 6.36 7.27 7.12 8.45 9.67
Produk Domestik Regional Bruto
6.41 5.37 5.6 5.36 5.84
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
-47-
Kategori dengan laju pertumbuhan tertinggi dalam PDRB Kabupaten
Tangerang 2017 adalah kategori real estate yang mencapai 10,03 persen.
Sedangkan kategori dengan laju pertumbuhan terendah adalah kategori
Pengadaan Listrik dan Gas dimana satu-satunya kategori dengan laju
pertumbuhan negatif yaitu sebesar -7,25 persen. Secara umum laju
pertumbuhan ekonomi 2017 untuk sebagian besar kategori meningkat
dibanding tahun sebelumnya, kecuali beberapa kategori yang menurun,
seperti kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Transportasi dan
Pergudangan, Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi, dan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.
Tabel 2.9 PDRB Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2013 - 2017 (Juta Rupiah)
KATE GORI
URAIAN 2013 2014 2015 2016* 2017**
A
Pertanian.
Kehutanan. dan Perikanan
5.363.428.89 5.989.836.10 6,752,916.02 7,519,060.42 8,127,375.97
B Pertambangan dan Penggalian
39.059.79 44.400.04 47,823.20 50,219.54 51,556.88
C Industri Pengolahan
34.248.067.72 35.927.533.40 38,796,274.54 40,991,524.65 43,988,517.82
D Pengadaan Listrik dan Gas
2.432.214.90 5.209.264.86 6,159,387.38 5,385,879.56 4,763,253.04
E
Pengadaan Air. Pengelolaan
Sampah. Limbah dan Daur Ulang
50.041.76 54.574.55 60,673.93 66,283.02 74,495.39
F Konstruksi 9.306.825.71 11.362.034.62 12,947,763.92 14,312,257.55 16,232,044.51
G
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8.989.484.26 10.003.287.53 10,966,623.39 11,707,838.73 13,027,256.20
H Transportasi dan Pergudangan
2.025.683.35 2.414.984.25 2,811,684.95 3,134,260.41 3,527,917.05
I
Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum
1.105.969.42 1.301.192.60 1,472,588.26 1,630,086.49 1,816,466.02
J Informasi dan
Komunikasi 2.596.905.30 2.984.500.69 3,193,726.12 3,497,818.22 3,945,354.48
K Jasa Keuangan dan Asuransi
3.930.736.60 4.275.621.19 4,790,870.08 5,763,597.78 6,364,925.45
L Real Estate 5.265.382.22 5.853.331.96 6,795,715.71 7,584,001.61 8,607,425.59
M.N Jasa Perusahaan
755.067.50 859.747.28 995,613.94 1,107,726.69 1,244,837.52
O
Administrasi Pemerintahan. Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
1.203.232.40 1.383.847.31 1,621,473.04 1,839,993.52 2,021,748.41
P Jasa Pendidikan
1.849.418.30 2.118.719.82 2,413,119.47 2,736,789.32 3,215,657.44
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
311.786.09 354.784.80 396,067.84 439,210.53 497,573.24
R.S.T.U
Jasa lainnya 1.097.247.68 1.272.810.61 1,437,098.52 1,577,245.10 1,786,874.62
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO
72.303.651.4
0
80.570.551.8
7
101,659,420.3
1
109,343,793.1
4
119,293,279.6
3
-48-
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Pada tahun 2017...
Pada tahun 2017 PDRB Kabupaten Tangerang atas dasar harga berlaku
sebesar 119.293.279,63 juta rupiah atau tumbuh sebesar 9,10 persen dari
tahun sebelumnya yang nilainya 109.343.793,14 juta rupiah. Sedangkan atas
harga konstan 2010 sebesar 86,937,312.90 juta rupiah atau tumbuh sebesar
5,84 persen dari tahun sebelumnya yang nilainya 82,139,044.21 juta rupiah.
Tabel 2.10 PDRB Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 - 2017 (Juta Rupiah)
KAT-EGOR
I URAIAN 2013 2014 2015 2016* 2017**
A
Pertanian. Kehutanan. dan Perikanan
4,383,527.18 4,578,933.08 4,784,900.83 5,042,833.79 5,311,802.56
B Pertambangan dan Penggalian
32,405.59 33,521.01 34,291.40 35,069.81 35,868.78
C Industri Pengolahan
30,586,738.98 30,836,158.49 31,809,340.84 32,739,478.87 33,927,003.68
D Pengadaan Listrik dan Gas
1,620,271.11 1,759,703.63 1,720,663.85 1,528,964.95 1,418,091.47
E
Pengadaan Air. Pengelolaan Sampah. Limbah dan Daur Ulang
53,373.79 57,821.46 60,743.20 65,225.95 70,530.82
F Konstruksi
7,501,833.06 8,433,393.43 9,242,362.20 9,942,933.26 10,929,515.52
G
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8,110,604.99 8,629,025.19 9,121,795.75 9,439,636.98 9,949,894.84
H
Transportasi dan Pergudangan
1,757,150.03 1,920,099.90 2,085,520.07 2,282,779.10 2,485,124.20
I Penyediaan Akomodasi
935,696.91 1,040,875.69 1,116,259.48 1,202,815.97 1,311,136.71
-49-
KAT-EGOR
I URAIAN 2013 2014 2015 2016* 2017**
dan Makan Minum
J
Informasi
dan Komunikasi
2,889,537.67 3,432,313.02 3,777,946.94 4,103,605.97 4,436,548.55
K
Jasa Keuangan dan Asuransi
3,134,515.05 3,262,769.73 3,519,070.98 4,116,294.40 4,330,801.41
L Real Estate
4,933,439.75 5,385,274.28 5,863,712.39 6,396,137.47 7,037,581.18
M.N Jasa Perusahaan
624,475.19 671,314.00 715,000.77 764,550.33 823,604.19
O
Administrasi Pemerinta
han. Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
915,297.74 987,376.54 1,077,540.49 1,175,561.18 1,247,584.35
P Jasa Pendidikan
1,433,574.15 1,560,574.35 1,704,856.03 1,861,532.30 2,041,728.63
Q
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
263,965.07 284,944.38 306,746.47 333,065.32 364,739.83
R.S.T.U
Jasa lainnya
889,576.98 954,286.53 1,022,194.12 1,108,558.56 1,215,756.18
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO
70,065,983.24 73,828,384.71 77,962,945.81 82,139,044.21 86,937,312.90
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
B. LAJU INFLASI
Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat
menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok
barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli
masyarakat. Berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik
terhadap 417 jenis barang dan jasa serta hasil Survei Biaya Hidup
(SBH) tahun 2012 di Kota Serang, Tangerang dan Cilegon baik secara
mingguan, dua mingguan maupun bulanan, diketahui pada bulan
Desember 2017 sebanyak 216 komoditas mengalami perubahan
harga. Rincian lengkapnya adalah 141 komoditas mengalami
kenaikan harga dan sisanya sebanyak 75 komoditas mengalami
penurunan harga. Angka inflasi disajikan dalam table 2.11.
-50-
Tabel 2.11 Perkembangan Inflasi di Kabupaten Tangerang
Tahun 2012-2017
Uraian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Kabupaten Tangerang
6,08 10,02 10.03 3.94 2,65 3,50
Provinsi 6,10 9,65 10.20 4,29 2,94 3,98
Nasional 6,96 8,38 8,36 3,35 3,02 3,61
Sumber : Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Provinsi Banten, 2012 - 2017
Inflasi Kabupaten Kabupaten Tangerang sampai saat ini masih
mengacu pada Inflasi Kota Tangerang, hal tersebut karena Kabupaten
Tangerang belum dipilih oleh BPS RI sebagai acuan penghitungan
inflasi pada kota-kota di Indonesia. Pada periode tahun 2012-2017,
laju inflasi di Kabupaten Tangerang menunjukkan fluktuasi dengan
pertumbuhan rata-rata sebesar 24,28% per tahun dan
kecenderungannya menurun. Nilai inflasi tertinggi Kabupaten
Tangerang adalah pada tahun 2014, yaitu sebesar 10,03% dan nilai
inflasi pada tahun 2016 adalah yang terendah, yaitu 2,65%.
C. PDRB PER KAPITA
Pada tahun 2017, secara agregat PDRB per kapita Kabupaten
Tangerang mencapai 33,28 juta rupiah atau senilai US$ 2.487,38
meningkat 5,83% bila dibandingkan dengan tahun 2016 yang
sebesar 31,44 juta rupiah (US$ 2.363,10). Peningkatan tersebut lebih
tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan pada tahun 2016 lalu,
tetapi masih lebih rendah bila dibandingkan peningkatan pada
tahun-tahun 2014-2015, yaitu berturut-turut sebesar 7,72% dan
9,74%.
Tabel 2.12 PDRB perkapita Kabupaten Tangerang Tahun 2013 - 2017
Lapangan
Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**
PDRB per
Kapita (Juta
rupiah)
25,51 28,00 30,16 31,44 33,28
PDRB per
Kapita (US $) 2.439,83 2.358,87 2.251,92 2.363,10 2.487,38
Indeks Perkembangan
PDRB per
kapita
(2010=100)
124,47 136,59 147,14 153,40 162,35
Pertumbuhan
PDRB per 7,66 9,74 7,72 4,25 5,83
-51-
Lapangan
Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**
Kapita (persen)
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018 * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
D. PDRB...
D. PDRB Per Sektor
Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB pada
tahun 2017 sekitar 6,81%, mengalami penurunan dari tahun 2016
sekitar 6,88%, pada tahun 2013-2014 mengalami penurunan dari
6,66% menjadi 6,55%. Sektor pertambangan dan penggalian
berkontribusi sebesar 0,05% pertahun terhadap PDRB Kabupaten
Tangerang, sedangkan sektor Industri mempunyai kontribusi sebesar
36,87% pada tahun 2017, sedangkan pada tahun 2016 sebesar
37,49%, kontribusi sector industri cenderung fluktuatif. Sedangkan
sector Perdagangan mengalami hal yang sama dengan sector industry
yang cenderung fluktuatif dengan kontribusi pada tahun 2017 sebesar
10,92%.
Tabel 2.13 Peranan PDRB Per Sektor terhadap PDRB (persen), 2013 - 2017
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**
1
Pertanian,
Kehutanan, dan
Perikanan
6,66 6,55 6,64 6,88 6,81
2 Pertambangan dan
Penggalian 0,05 0,05 0,05 0,05 0,04
3 Industri Pengolahan 42,51 39,30 38,16 37,49 36,87
4 Pengadaan Listrik dan
Gas 3,02 5,70 6,06 4,93 3,99
5
Pengadaan Air,
Pengolahan Sampah,
Limbah, dan Daur
Ulang
0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
5 Konstruksi 11,55 12,43 12,74 13,09 13,61
6 Perdagangan Besar 11,16 10,94 10,79 10,71 10,92
-52-
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor
7 Transportasi dan
Pergudangan 2,51 2,64 2,77 2,87 2,96
8
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
1,37 1,42 1,45 1,49 1,52
9 Informasi dan
Komunikasi 3,22 3,26 3,14 3,20 3,31
10 Jasa Keuangan dan
Asuransi 4,88 4,68 4,71 5,27 5,34
11 Real Estate 6,54 6,40 6,68 6,94 7,22
12 Jasa Perusahaan 0,94 0,94 0,98 1,01 1,04
13
Administrasi Pemerintahan.
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
1,49 1,51 1,60 1,68 1,69
14 Jasa Pendidikan 2,30 2,32 2,37 2,50 2,70
15 Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 0,39 0,39 0,39 0,40 0,42
16 Jasa lainnya 1,36 1,36 1,41 1,44 1,50
PDRB 100 100 100 100 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
E. Gini Ratio
Ada berbagai tolok ukur yang dapat digunakan untuk
menghitung tingkat pemerataan pendapatan, antara lain Kurva
Conrad Lorenz, Corrado Gini Coeffisient, Kuznets Index, Oshima Index
dan Theil Decomposition Index. Namun yang paling banyak dan juga
digunakan di Indonesia adalah Gini Coeffisient atau lebih dikenal
dengan nama Gini Ratio (GR).
Tabel 2.14 Pendapatan Penduduk 40% terendah dan Gini Rasio di
Kabupaten Tangerang, Tahun 2010-2017
Tahun Gini Ratio
Distribusi Pendapatan Penduduk 40% terrendah
2010 0.33 20.87
2011 0.37 19.05
2012 0.32 22.42
2013 0.34 20.93
2014 0.37 19.60
2015 0.34 19.49
2016 0.30 21.14
-53-
Tahun Gini Ratio
Distribusi Pendapatan Penduduk 40% terrendah
2017 0.32 21.43
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, 2017
F. INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON (INDEKS
KETIMPANGAN REGIONAL)
Indeks ketimpangan Williamson yang diperoleh terletak
antara 0 (nol) sampai 1 (satu).
Jika ketimpangan Williamson mendekati 0 maka ketimpangan
distribusi pendapatan antar kecamatan di Kabupaten
Tangerang adalah rendah atau pertumbuhan ekonomi antara
kecamatan merata.
Jika ketimpangan Williamson mendekati 1 maka ketimpangan
distribusi pendapatan antar kecamatan di Kabupaten
Tangerang adalah tinggi atau pertumbuhan ekonomi antara
kecamatan tidak merata.
Tabel 2.15 Indeks Ketimpangan Williamson Kabupaten Tangerang
Tahun 2016
No. Kecamatan PDRB
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kecamatan
PDRB per Kapita Kecamatan (Rp.)
fi Yi
1 Cisoka 708,376 94,116 7,526,625
2 Solear 579,605 90,946 6,373,072
3 Tigaraksa 3,215,544 154,897 20,759,238
4 Jambe 336,199 44,973 7,475,576
5 Cikupa 18,529,287 279,785 66,226,877
6 Panongan 1,680,367 136,925 12,272,168
7 Curug 11,283,137 207,906 54,270,376
8 Kelapa Dua 8,423,128 227,782 36,978,901
9 Legok 1,818,214 121,577 14,955,243
10 Pagedangan 2,993,990 117,317 25,520,517
11 Cisauk 698,764 82,941 8,424,827
12 Pasarkemis 7,407,811 328,455 22,553,503
13 Sindang Jaya
1,032,011 93,973 10,981,994
14 Balaraja 8,057,519 131,566 61,243,168
15 Jayanti 888,787 72,724 12,221,370
16 Sukamulya 513,901 65,911 7,796,887
17 Kresek 615,778 65,659 9,378,428
18 Gunung Kaler
385,415 52,443 7,349,214
-54-
No. Kecamatan PDRB
Jumlah Penduduk
(jiwa) Kecamatan
PDRB per Kapita Kecamatan (Rp.)
19 Kronjo 557,996 61,489 9,074,726
20 Mekar Baru 227,756 38,174 5,966,253
21 Mauk 688,973 83,768 8,224,771
22 Kemiri 518,133 43,977 11,781,917
23 Sukadiri 494,882 56,199 8,805,889
24 Rajeg 1,202,987 171,597 7,010,537
25 Sepatan 1,969,989 118,532 16,619,890
26 Sepatan Timur
755,143 94,929 7,954,823
27 Pakuhaji 809,695 114,517 7,070,518
28 Teluknaga 1,601,285 163,176 9,813,238
29 Kosambi 3,929,323 162,241 24,219,049
T O T A L 81,923,992 3,478,495 17,546,538
Dengan...
Dengan PDRB Perkapita rata-rata sebesar 17.546.537,69 dan jumlah
penduduk tahun 2016 sebesar 3.478.495 jiwa, maka indeks ketimpangan
Williamson (Indeks Ketimpangan Regional) mendekati 1 IW > 0.50 atau
1.15 > 0.50, maka ketimpangan distribusi pendapatan antar kecamatan
di Kabupaten Tangerang adalah tinggi atau pertumbuhan ekonomi antara
kecamatan tidak merata.
G. PENDUDUK DI ATAS GARIS KEMISKINAN
Kemiskinan didasarkan pada ketidakmampuan individu untuk
mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar minimal untuk hidup layak. Badan Pusat Statistik (BPS)
menggunakan konsep kemiskinan absolute yang pengukuran tingkat
kemiskinan didasarkan pada satu garis yang disebut sebagai Garis
Kemiskinan (GK). Garis kemiskinan ini terdiri dari 2 komponen yaitu
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non
Makanan (GKNM).
Masalah kemiskinan merupakan salah satu permasalahan
mendasar yang menjadi pusat perhatian Pemerintah Daerah.
Perkembangan Prosentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2017 dapat di lihat pada gambar
2.9 dan 2.10.
-55-
Gambar 2.9. Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan (GK)
Tahun 2013-2017
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang 2017
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Tangerang tahun
2017 sekitar 0,68 dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
mencapai 0,13. Sedangkan pada tahun 2016 P1 mencapai 0,79
dengan P2 sekitar 0,18.
Berdasarkan data yang telah dirilis oleh BPS prosentase
penduduk miskin Kabupaten Tangerang tahun 2017 sekitar 5,39%
atau sebanyak 191,62 ribu orang, kenaikan dari tahun 2016 yang
hanya 182,5 ribu orang dengan kenaikan sebanyak 9,1 ribu orang.
Prosentase penduduk miskin berada dibawah garis kemiskinan
yang pada tahun 2017 senilai Rp.423.486 /kapita/bulan.
Gambar 2.10. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 2013-2017
-56-
Perkembangan Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten dan Nasional pada Tahun 2013-2017
dapat di lihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.11. Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Tangerang, Banten,
dan Nasional Tahun 2013-2017
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
Berdasarkan...
Berdasarkan data yang telah dirilis BPS, prosentase penduduk
miskin Kabupaten Tangerang, Banten dan Nasional berfluktuasi nilainya
pada tahun 2014 menurun kemudian prosentase penduduk miskin tahun
2015 mengalami kenaikan dan tahun 2016 kembali menurun. Sedangkan
tahun 2017 prosentase penduduk miskin ditingkat nasional dan banten
mengalami peningkatan. Fenomena ini kemungkinan juga terjadi di
Kabupaten Tangerang.
2.2.2 FOKUS KESEJAHTERAAN SOSIAL
A. Angka Melek Huruf (AMH) dan Angka Harapan Lama Sekolah
Salah satu kebutuhan dasar penduduk untuk berkomunikasi
adalah kemampuan membaca dan menulis. Dimana hal ini
merupakan ketrampilan minimum yang dibutuhkan penduduk dalam
proses bermasyarakat, sehingga penduduk dapat berperan lebih aktif
dalam pembangunan ekonomi yang berkesinambungan di Kabupaten
Tangerang. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari
indikator angka melek huruf. Angka Melek Huruf (AMH) merupakan
salah satu indikator pencapaian program pendidikan di Indonesia.
Secara matematis, angka ini memperlihatkan rasio antara jumlah
penduduk yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah
-57-
penduduk usia lima belas tahun keatas dalam satuan ratusan.
Indikator tersebut penting mengingat melek huruf merupakan pintu
dari segala ilmu pengetahuan. Pada tahun 2016 terdapat 96,07
persen penduduk berusia 15 tahun ke atas di Kabupaten Tangerang
yang sudah mampu membaca dan menulis huruf latin, sedangkan
sisanya sebanyak 3,93 persen masih belum/tidak dapat membaca
dan menulis (buta huruf). Bila dibandingkan antara penduduk laki-
laki dan perempuan, persentase penduduk laki-laki yang melek huruf
lebih tinggi dibanding perempuan, yaitu 97,81 persen berbanding
94,25 persen.
Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur
pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas
pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar
daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat
pendidikan antardaerah dengan baik.
Tabel 2.16...
Tabel 2.16 Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2018
No. Tahun Angka Melek
Huruf
1 2013 96,37
2 2014 97,25
3 2015 96,90
4 2016 96,07
5 2017 95,92
6 2018 96,76
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2017, BPS Kab. Tangerang, 2018
Pendidikan merupakan salah satu penentu kualitas penduduk.
Indikator atau ukuran yang bisa digunakan untuk melihat tingkat
kemajuan pendidikan disuatu daerah antara lain adalah dengan
melihat persentase harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan
pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Kualitas sumber daya manusia
sangatlah bergantung dari pembangunan di bidang pendidikan.
Tercatat tahun 2017 dengan penghitungan metode baru IPM tercatat
-58-
Harapan Lama Sekolah (HLS) selama 12,51 tahun, rata-rata
bersekolah selama 8,24 tahun atau kebanyakan memutuskan
berhenti saat menduduki kelas 3 SLTP, tidak banyak peningkatan
dengan keadaan tahun sebelumnya.
Tabel 2.17 Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1
Jumlah
penduduk
usia diatas 15
tahun
yang bisa
membaca
dan
menulis
2,164,120.38 2,263,941.10 2,334,565.19 2,393,917.41 2,469,802.83
2
Jumlah penduduk
usia 15
tahun
keatas
2,245,637 2,327,960 2,409,252 2,491,847 2,574,857
3
Angka
Melek Huruf
96,37 97,25 96,90 96,07 95,92
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2017, BPS Kab. Tangerang, 2018
Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur
pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas
pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar
daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat
pendidikan antardaerah dengan baik. Angka Melek Huruf dari tahun
2013-2017 nilainya berfluktuatif antara 95-97 persen, akan tetapi
jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis
tiap tahun mengalami peningkatan.
B. RATA-RATA LAMA SEKOLAH
Rata-rata lama sekolah didefinisikan sebagai rata-rata jumlah
tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas
untuk menempuh seluruh jenjang pendidikan formal yang dijalani dari
masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat pendidikan terakhir.
Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Tangerang pada
tahun 2017 mencapai 8,24 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa
rata-rata penduduk Tangerang baru dapat bersekolah hingga jenjang
SMP kelas tiga. sebagai mana Tabel 2.19. Angka usia harapan hidup
-59-
Kabupaten Tangerang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
untuk usia harapan hidup pada tahun 2017 sebesar 69,47 tahun.
Tabel 2.18 Angka HLS, RLS, UHH Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
No. Tahun Angka Harapan Lama Sekolah
Angka rata-rata lama sekolah
(RLS)
Angka usia harapan hidup
1 2013 11,44 8,18 68,96
2 2014 11,65 8,20 68,98
3 2015 11,89 8,22 69,28
4 2016 12,11 8,23 69,37
5 2017 12,51 8,24 69,47
Sumber : BPS Kab. Tangerang, 2018
Rata-rata lama sekolah peningkatan yang dicapai oleh Kabupaten
Tangerang juga jauh lebih rendah. Pada tahun yang sama Banten dapat
mencapai peningkatan sebesar 3 sementara Tangerang hanya mencapai
0,02 atau 1,98%. Rendahnya capaian kinerja pendidikan diduga terkait
dengan relatif tingginya penduduk usia kerja yang telah memiliki
pendidikan yang relatif rendah. Sementara itu kinerja pendidikan
penduduk muda belum mampu mengimbangi kondisi pendidikan yang
telah berada pada level rendah itu.
Tabel 2.19 Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2016-2017
No. Tahun Laki-Laki Perempuan
1 2016 8,59 7,52
2 2017 8,60 7,53
Sumber : Indeks Pembangunan Gender (IPG) Provinsi Banten Tahun 2017
Kualitas pendidikan perempuan menjadi lebih rendah daripada
laki-laki. Kondisi ini terlihat dari rata-rata lama sekolah penduduk
perempuan Kabupaten Tangerang usia 25 tahun ke atas yang lebih
singkat dibandingkan laki-laki, seperti yang ditunjukkan oleh besaran
RLS nya.
C. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Pada tahun 2017 APS Kabupaten Tangerang, untuk anak usia 7-
12 tahun sebesar 99,56 persen. Angka ini menunjukkan bahwa
persentase anak usia 7-12 tahun yang bersekolah hanya 99,56
-60-
persen, sisanya sebesar 0,43% tidak bersekolah. Anak yang tidak
bersekolah terdiri dari anak yang sudah memasuki usia sekolah tetapi
belum bersekolah dan anak yang putus sekolah. Jika dilihat
berdasarkan jenis kelamin, untuk usia 7-12 tahun anak laki-laki lebih
rendah dibanding anak perempuan, tetapi untuk anak usia 13-15
tahun partisipasi sekolah anak laki-laki lebih tinggi dibanding
partisipasi anak perempuan. Demikian juga untuk usia 16-18 tahun
partisipasi sekolah anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak
perempuan.
Sementara itu, APS anak usia 13-15 tahun lebih rendah
dibanding APS anak usia 7-12 tahun. Demikian juga APS anak usia
16-18 tahun jauh lebih rendah dibanding APS anak usia 7-12 tahun.
APS anak usia 13-15 tahun sebesar 93,41 persen dan APS anak usia
16-18 tahun sebesar 66,9 persen. Angka ini menunjukkan bahwa ada
sekitar 94 anak usia 13-15 tahun yang sedang bersekolah dari 100
anak usia 13-15 tahun. Sedangkan untuk anak usia 16-18 tahun
keadaanya lebih rendah, yaitu dari 100 anak usia 16-18 tahun hanya
sekitar 69 anak yang sedang bersekolah. Semakin tinggi usia anak,
partisipasi sekolahnya semakin menurun. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula biaya
yang harus dikeluarkan, lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.20 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Tahun 2013-2017 Kabupaten Tangerang
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 2017
SD/MI
jumlah murid usia 7-12
thn 300.653 321.014 297.026 315.607 320.479 324.186
jumlah penduduk kelompok usia 7-12
tahun
321.705 341.312 314.992 335.337 331.762 336.625
Usia SD (7 - 12) 98.62 98.75 99.47 98.84 99.26 99.66
SMP/MTs
jumlah murid usia 13-
15 thn 124.696 124.508 132.359 134.217 124.567 126.252
jumlah penduduk
kelompok usia 13-15
tahun
171.779 165.205 157.325 159.193 158.887 159.922
Usia SMP ( 13 -15) 91.53 91.27 94.32 94.56 93.41 95.69
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, 2017
E. ANGKA KELULUSAN (AL)
Angka Kelulusan (AL) tahun 2017 di Kabupaten Tangerang untuk tingkat
-61-
SD/MI sebesar 100,70%, angka kelulusan SMP/MTS sebesar 102%, dan
angka kelulusan tingkat SMA/sederajat sebesar 110%.
Tabel 2.21 Angka Kelulusan (AL) Kabupaten Tangerang
Tahun 2015-2017
No. Lulusan Sekolah
2015 2016 2017
1 SD/MI 100 100 100.70
2 SMP/MTS 100 100 102.61
3 SMA/SMK/MA 100 100 110.24
Sumber : Dinas Pendidikan, 2017
F. Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata lama hidup
penduduk suatu daerah yang mencerminkan gambaran umur yang
mungkin dicapai oleh seorang bayi yang baru lahir. Angka harapan
hidup cenderung meningkat dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2017, tercatat pada tahun 2013 sebesar 68,96 tahun, tahun 2014
sebesar 68,98 tahun 2015 mencapai 69,28 dan tahun 2016
mencapai 69,37. Peningkatan angka harapan hidup ini
menunjukkan peningkatan derajat hidup masyarakat. Angka
Harapan Hidup Kabupaten Tangerang tahun 2017 sebesar 69,47
merupakan angka tertinggi di Banten dibandingkan dengan
Kabupaten lain dan dengan Kota Cilegon, tapi masih dibawah jika
dibandingkan dengan Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang,
serta Provinsi Banten yang sebesar 69,49. Gambar berikut ini
memberikan gambaran kondisi angka harapan hidup tingkat
Kabupaten Tangerang.
Gambar 2.12 Diagram Perkembangan Angka Harapan Hidup
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2017
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, tahun 2017, diolah.
-62-
Dari diagram diatas, bahwa angka harapan hidup peningkatannya
juga rendah, hanya mencapai angka 0,65% dalam waktu lima tahun
tersebut. Rendahnya capaian kinerja angka harapan hidup terkait
dengan kinerja kesehatan secara keseluruhan.
G. Indeks Pembangunan Manusia
Dari tahun 2012 sampai 2017, tercatat capaian IPM
Kabupaten Tangerang selalu lebih rendah dari pada capaian Provinsi
Banten, walaupun masih sedikit lebih tinggi dari pada angka
nasional (lihat grafik 2.13).
Capaian angka IPM yang relatif lambat dibandingkan Banten
itu tampaknya bersumber dari kontribusi daya beli yang
peningkatnya sangat kecil hanya 0,001 atau 0,14% dari tahun 2012
ke tahun 2016 (lihat tabel 2.6). Pertumbuhan daya beli yang rendah
itu terkait dengan perkembangan sektor yang terjadi. Sebagaimana
diuraikan di atas sektor sektor penyerap tenaga terbanyak memiliki
nilai produktivitas yang relatif rendah, dengan demikian penduduk
yang bekerja pada sektor bersangkutan (pertanian dan akomodasi,
konsumsi) juga memiliki pendapatan per kapita yang relatif rendah.
Inilah alasan mengapa pertumbuhan daya beli yang dicapai
Tangerang juga rendah.
Grafik 2. 13 Angka IPM Kabupaten Tangerang, Banten dan Nasional Tahun
2012-2017
Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2012-2017
68,83
68,9
2
70,97 71,42
70,81
-63-
Tabel 2. 22 Komponen Pembentuk IPM Kabupaten Tangerang, Banten dan
Nasional
Tahu
n
Rata-Rata Lama Sekolah
(%)
Angka Harapan Hidup
(UHH) Paritas Daya Beli
Kab.
Tangera
ng
Bante
n
Nasion
al
Kab.
Tangera
ng
Bante
n
Nasion
al
Kab.
Tangera
ng
Bante
n
Nasion
al
2012 8,07 8,06 7,59 68,92 68,86 72,22 11.640 11.00
8 -
2013 8,18 8,17 7,61 68.96 69,04 72,41 11.648 11.06
1 -
2014 8,20 8,19 7,73 68,98 69,13 72,59 11.666 11.15
0 -
2015 8,22 8,27 7,84 69,28 69,43 70,78 11.727 11.26
1 10.150
2016 8,23 8,37 7,95 69,37 69,46 70,9 11.863 11.46
9 10.420
2017 8,24 8
8,53 8,10 69,47 69,49 71,06 11.914
11.65
9 10.664
Sumber: Diolah dari IPM Metode Baru BPS 2010-2014, BPS tahun 2012-2016, RKPD Kabupaten
Tangerang 2017
Tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat, secara makro dapat
dilihat dari tingkat pemekerjaan, IPM dan penduduk miskin. Tingkat
pemekerjaan di Tangerang dibandingkan dengan Banten maupun Nasional
ternyata tidak cukup baik. Grafik 2.14 menyajikan angka pengangguran
terbuka Kabupaten Tangerang dibandingkan Banten dan Nasional. Dari
diagram dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran terbuka Kabupaten
Tangerang selalu dalam keadaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Banten maupun angka Nasional. Salah satu hal yang dapat menjelaskan
kondisi ini adalah sifat dan karakter investasi yang terjadi. Karakter investasi
yang padat modal mampu menciptakan nilai tambah dengan cepat sehingga
menciptakan pertumbuhan yang tinggi, namun demikian sifat investasi yang
demikian kurang memiliki kemampuan untuk menyerap tenaga kerja. Faktor
lain yang mungkin menyebabkan tingginya angka pengangguran terbuka
adalah ketidakmampuan penduduk Kabupaten Tangerang untuk mengakses
pekerjaan yang ada. Kabupaten Tangerang sebagai kota industri menjadi daya
tarik luar biasa bagi penduduk luar Kabupaten Tangerang untuk bermigrasi
dalam rangka mencari pekerjaan. Para migran adalah pekerja yang telah
berbekal ketrampilan dan tekat yang tinggi, untuk itu maka jiwa perjuangan
-64-
para migran diasumsikan lebih tinggi. Berbeda dengan penduduk lokal yang
mungkin merasa lebih aman dengan keadaannya. Hal ini berdampak pada
kemampuan untuk bersaing, dengan daya saing yang relatif tinggi, maka
persaingan akan dimenangkan oleh penduduk pendatang.
Gambar 2.14 Perkembangan Angka Penganguran Terbuka Kabupaten Tangerang, Banten dan Nasional Tahun 2012 -2017
Sumber: Diolah dari BPS Banten dalam Angka 2012-2016 dan BPS Tangerang tahun 2012-2017
Sebagaimana diuraikan di atas, sektor penting di Kabupaten
Tangerang adalah sektor industri dengan nilai tambah yang luar bisa
tinggi dengan jumlah pekerja yang relatif rendah dibandingkan nilai
tambah yang dihasilkan. Artinya sektor terpenting di Tangerang justru
bersifat padat modal. Kondisi ini menjelaskan mengapa pertumbuhan
yang tinggi masih menyisakan demikian banyak pengangguran
terbuka.
Angka pengangguran terbuka memiliki pengaruh yang signifikan
pada indikator sosial lainnya. Seseorang yang menganggur tentu
memiliki daya beli yang rendah. Rendahnya daya beli itu kemudian
kemudian berpengaruh pada capaian angka IPM.
H. Gini Rasio
Satu lagi indikator kesejahteraan sosial yang dapat didiskusikan
di sini adalah Gini Indeks yang mengukur tingkat ketimpangan
pendapatan. Grafik 2.5 menyajikan data ketimpangan pendapatan di
Tangerang dibandingkan Banten dan angka nasional. Dari diagram
terlihat bahwa dalam beberapa tahun belakangan ketimpangan
11,46
10,13
6,25
11,94
9,90
6,02
8,45 9,07
5,82
9,07 9,55
6
8,43
5,56
10,57
9,28
5,5
-65-
Tangerang bergerak sangat cepat melebihi angka Banten maupun
angka nasional. Jika dibiarkan angka ini akan melebihi angka
nasional. Sebagaimana diuraikan di atas ketimpangan terjadi antara
sektor industri dan jasa dengan sektor lainnya. Dari tabel 2.5 dapat
diketahui bahwa pendapatan per kapita penduduk yang bekerja di
industri pengolahan dan jasa mampu menghasilkan pendapatan per
kapita lebih dari Rp 70 juta rupiah per tahun, sementara mereka yang
bekerja di sektor akomodasi dan makan minum hanya mencapai
angka Rp 4 juta per tahun, atau hampir 20 kali lebih rendah dari
yang dicapai penduduk sektor industri.
Gambar 2.15 Gini Indeks Kab. Tangerang, Banten dan Nasional Tahun
2012-2016
Sumber: Diolah dari website BPS
Ketimpangan...
Ketimpangan yang tinggi bersumber dari dua aspek, pertama tidak
berkembangnya sektor pertanian. Dilihat dari jumlah penduduk yang
bekerja di sektor pertanian memang tidak banyak, tetapi nilai tambah
sektor ini kecil. Nilai tambah yang kecil bersumber dari tidak
berkembangnya sektor yang bersangkutan. Sebagai daerah yang
berkembang ke arah industri, permintaan lahan untuk industri cukup
tinggi, akibatnya lahan lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan
industri, sedangkan lahan pertanian bergeser ke tanah yang lebih
marginal. Sementara kebijakan yang diambil daerah lebih banyak
mendukung sektor industri yang menciptakan pertumbuhan dengan
cepat.
-66-
Penyebab lain dari ketimpangan adalah produkstivitas tenaga kerja
yang rendah dari sektor rumah makan, hotel dan restoran. Sektor ini
adalah sektor yang memiliki pendapatan per kapita paling rendah. Sektor
ini adalah sektor yang sangat padat tenaga kerja. Sektor ini melayani
hotel, rumah makan dan restoran dari segala segmen. Sebagai daerah
industri yang berkembang maka, dapat diduga segmen rendah adalah
yang terbanyak dari sektor ini. Kebutuhan pekerja pabrik atas akomodasi
dan konsumsi mendominasi sektor ini. Maka tidak mengherankan jika
produktivitas sektor ini jauh lebih rendah dari rata-rata kabupaten.
Pada sisi lain, sektor industri pengolahan yang menjadi penopang
utama pertumbuhan bersifat padat modal. Industri padat modal hanya
membutuhkan sedikit tenaga kerja tetapi menghasilkan nilai tambah
yang sangat tinggi. Dengan demikian maka terjadilah ketimpangan antar
antar sektor yang sangat mencolok. Dari konsisi ini sangat mudah diduga
bahwa mereka yang masih terkategorikan penduduk miskin adalah
mereka yang bekerja di sektor pertanian dan akomodasi konsumsi itu.
Ketimpangan yang tinggi akan bermuara pada penduduk yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya alias miskin. Dilihat dari
jumlahnya penduduk miskin Kabupaten Tangerang memang hanya
sekitar 2% sampai 3% penduduk, jauh lebih rendah dari angka nasional
yang masih mencapai angka diatas 10%.
Persentase penduduk miskin Kabupaten Tangerang jauh lebih
rendah dari angka nasional, namun demikian jika dilihat dari tingkat
keparahannya, penduduk miskin yang berada di Kabupaten Tangerang
kondisinya jauh lebih buruk dibandingkan Banten dan Nasional
umumnya. Indeks kedalam kemiskinan yang mengukur gap antara data
observasi dan rata-rata penduduk miskin menunjukan angka yang
dicapai Kabupaten Tangerang jauh lebih tinggi dari Banten maupun
angka nasional (lihat tabel 2.8). Tahun 2016 ketika Banten mencapai
angka jauh dibawah 0,1, Kabupaten Tangerang mencapai angka 0,79 dan
tahun 2015 kondisinya lebih buruk lagi.
Tabel 2.23 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan tahun 2013-2017
Tahun Kedalaman Kemiskinan Keparahan Kemiskinan
Tangerang Banten Nasional Tangerang Banten Nasional
2013 0,78 0,95 1,88 0,21 0,28 0,48
-67-
2014 0,63 0,79 1,75 0,12 0,18 0,44
2015 0,82 0,94 1,84 0,18 0,23 0,51
2016 0,79 080 1,74 0,18 0,17 0,44
2017 0,68 0,86 1,79 0,13 0,19 0,46
Sumber: diolah dari Website BPS Pusat, Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten_kota
2.2.3 FOKUS SENI BUDAYA DAN OLAHRAGA
Pembangunan bidang seni budaya sangat terkait erat dengan
kualitas hidup manusia dan masyarakat, yaitu untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya dan beradab.
Tabel 2.24 Jumlah Sanggar Seni dan Budaya di Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
Uraian 2013 2015 2016 2017
Sanggar Seni
255 264 264 264
Seni
Tradisional 26 26 8 8
Seni Tradisi 33 33 33 33
Seni Modern
8 6 72 72
Seniman 12 12 33 33
Lembaga Seni
1 1 2 1
Galeri 1 1 1 1
Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata, 2017
2.3. Aspek...
2.3. Aspek Pelayanan Umum
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Pemerintah Wajib
2.3.1.1. PENDIDIKAN
Pendidikan Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Tangerang tahun
ajaran 2016/2017 untuk siswa TK sebanyak 21.262 siswa, tingkat
RA sebanyak 12.950, penitipan anak sebanyak 101 anak, dan PAUD
sebanyak 3.946 siswa, sehingga jumlah usia siswa PAUD se-
Kabupaten Tangerang adalah sebanyak 38.259 siswa, dengan
jumlah usia penduduk 4-6 tahun sebanyak 193.969 siswa.
Persentase partisipasi siswa PAUD yang ikut pendidikan
dibandingkan dengan jumlah anak usia 4-6 tahun adalah sekitar
-68-
2,03%.
Tabel 2.25 Jumlah Usia Siswa TK/RA/PAUD Tahun Ajaran 2016/2017
di Kabupaten Tangerang
URAIAN Jumlah Siswa
Siswa TK 21.262
Siswa RA 12.950
Penitipan Anak 101
PAUD 3.946
JUMLAH 38.259
Usia
PAUD/RA/TK 193.969
Sumber : Profil Disdik Kabupaten Tangerang, 2017
A. ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK)
APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat
pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk
berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa. berapapun
usianya. yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu
terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan
jenjang pendidikan tertentu. Pada tahun 2017 APK di Kabupaten
Tangerang untuk tingkat SD/MI sebesar 111.02. SMP/MTs
sebesar 105.29 hal ini mengalami peningkatan bila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. secara lebih lengkap dapat
dilihat pada tabel 2.44.
Tabel 2.26...
Tabel 2.26 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK)
Tahun 2013 – 2018 Kabupaten Tangerang
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018
A. SD/MI
1. jumlah
murid usia
7-12 thn
321.014 297.026 315.607 320.479 324.186
330.067
2. jumlah
penduduk
kelompok
usia 7-12 tahun
394.967 363.330 367.679 367.979 373.720
372.398
3. APK SD/MI 115.72 115.35 109.64 110.92 111.02 107,87
-69-
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018
B. SMP/MTs
1. jumlah
murid usia
13-15 thn
124.508 132.359 134.217 124.567 126.252
166.493
2. jumlah
penduduk
kelompok
usia 13-15
tahun
153.138 166.139 166.520
166.981 168.382
123.565
3. SMP/MTs 92.7 105.6 104.6 105.09 105.29 103,14
Sumber : http://apkapm.data.kemdikbud.go.id
Gambar 2.16 Perkembangan APK Kabupaten Tangerang
Tahun 2010-2018
B.ANGKA...
B. ANGKA PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN
Berdasarkan data BPS Kabupaten Tangerang pada Tahun
2016 jumlah penduduk Kabupaten Tangerang sebanyak 3.477.495
jiwa, sedangkan pada tahun 2017 berjumlah 3.584.770 jiwa. Angka
pendidikan yang ditamatkan siswa SD/MI, SMP/Mts, dan
SMA/SMK/MA tertera pada tabel berikut:
-70-
Tabel 2.27 Angka Pendidikan yang ditamatkan, tahun 2016/2017
No. Tahun Lulusan Jumlah
Penduduk Penduduk
Usia Sekolah APT
1 2016 SD/MI 3.477.495 348.364 10,02
2
SMP/MTS 3.477.495 173.326 4,98
3
SMA/SMK/MA 3.477.495 186.131 5,35
1 2017 SD/MI 3.584.770 362.205 10,10
2
SMP/MTS 3.584.770 177.273 4,95
3
SMA/SMK/MA 3.584.770 185.621 5,18
Sumber : Profil Disdik, 2017
C. ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM)
APM merupakan salah satu tolok ukur yang digunakan MDGs
dalam mengukur pencapaian kesetaraan gender dibidang pendidikan.
APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang
dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk
penduduk usia 7-12 tahun, SMP untuk penduduk usia 13-15 tahun,
dan SMA untuk penduduk usia 16-18 tahun. Angka Partisipasi Murni
(APM) Kabupaten Tangerang untuk tingkat SD/MI mencapai 96,3%,
tingkat SMP/MTS mencapai angka 78,95%, dan SMA/MA/SMK
mencapai sekitar angka 55,62%.
Tabel 2.28 Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2018
Jenjang
Pendidikan 2013 2014 2015 2016 2017 2018
SD/Sederajat 94.05 94.3 94.12 96.6 96.3 95,61
SMP/Sederajat 75.37 84.13 84.31 78.4 78.95 76,54
SMA/Sederajat 47.87 47.9 53.17 52.6 55.62 57,34
Sumber : http://apkapm.data.kemdikbud.go.id
Gambar 2.17 Perkembangan APM Kabupaten Tangerang Tahun 2010-2018
-71-
D. ANGKA PUTUS SEKOLAH (APS)
Angka Putus Sekolah mencerminkan anak-anak usia sekolah
yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu
jenjang pendidikan tertentu, hal ini sering digunakan sebagai salah
satu indikator berhasil/tidaknya pembangunan di bidang
pendidikan.
Angka Putus Sekolah (APTS) SD/MI di Kabupaten Tangerang tahun
2017/2018 sekitar 0,02%, APTS SMP/MTS sekitar 0,07%, dan Angka
Putus Sekolah tingkat SMA/MA mencapai 0,64%.
Tabel 2.29 Angka Putus Sekolah APTS Tahun 2015-2017
No. Putus
Sekolah 2015 2016 2017
1 SD/MI 0,04 0,33 0,02
2 SMP/MTS 0,13 0,07 0,07
3 SMA/SMK/MA 0,21 0,04 0,95
Sumber : Dinas Pendidikan, 2017
E. Angka Melanjutkan (AM)
Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs di Kabupaten
Tangerang sebesar 98,05% dengan jumlah siswa baru tingkat I pada
jenjang SMP/MTs sebanyak 54.535 siswa, dengan jumlah lulusan
pada jenjang SD/MI Tahun ajaran sebelumnya sebanyak 55.621
siswa. Sedangkan, angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke
SMA/SMK/MA sebesar 83,94%, dan jumlah siswa baru tingkat I pada
jenjang SMA/SMK/MA 43.764 siswa, dengan Jumlah lulusan pada
jenjang SMP/MTs Tahun ajaran sebelumnya 52.140 siswa.
Tabel 2.30 Angka Melanjutkan (AM) Kabupaten Tangerang
Tahun 2016-2017
No. Melanjutkan Sekolah 2016 2017
1 SD/MI ke SMP/MTS 67,59 98,05
2 SMP/MTS ke SMA/MA 90,09 83,93
Sumber : Dinas Pendidikan, 2017
-72-
F. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah
Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat
pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan
dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung
semua penduduk usia pendidikan dasar.
Setiap tahun Pemerintah Kabupaten Tangerang berupaya
untuk menyediakan sarana prasarana sekolah diantaranya
pembangunan gedung sekolah. Akan tetapi pertumbuhan jumlah
siswa tidak dapat mengimbangi ketersediaan gedung sekolah
sehingga rasio gedung sekolah dibandingkan dengan jumlah
penduduk usia sekolah mengalami penurunan. Secara lebih jelas
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.31 Ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah
Tahun 2013-2017
NO Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 SD/MI
1.1 Jumlah Gedung sekolah
1.198 1.235 1.251 1.274 1,282
1.2
Jumlah Penduduk Kelompok usia 7-12 tahun
307.281 313.475 348.364 348,364 362,205
1.3 Rasio 1 : 39 1 : 39 1 : 36 1 : 37 1 : 35
2 SMP/MTs
2.1 Jumlah Gedung sekolah
515 520 540 542 590
2.2 jumlah siswa kelompok usia 13- 15 tahun
151.431 171.243 173.326 173,326 177,273
2.3 Rasio 1 : 34 1 : 30 1 : 31 1 : 31 1 : 33
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang 2013-2017
G. Rasio Guru/Murid...
G. RASIO GURU/MURID
Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat
pendidikan dasar per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio
ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu
juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar
-73-
tercapai mutu pengajaran.
Ketersediaan guru terhadap murid untuk jenjang SD/MI di
Kabupaten Tangerang pada tahun 2015 sebesar 17.360 lebih
besar dari tahun 2014 yaitu sebesar 16.895. Sedangkan untuk
jenjang SMP/MTs tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi
11.284 dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 11.057 secara lebih
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.32 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2013-2017 Kabupaten Tangerang
NO Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 SD/MI
1,1 Jumlah Guru 15.121 16.895 17.360 17.580 15.803
1,2 Jumlah Murid 321.014 365.557 353.264 296.593 371.497
1,3 Rasio
1:462 1: 491.42 1:592 1:425
2 SMP/MTs
2,1 Jumlah Guru 7.705 11.057 11.284 11.065 8.265
2,2 Jumlah Murid 173.880 158.402 164.262 142.819 167.201
2,3 Rasio 1:4.431 1:698 1:686 1:774 1:494
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang 2013-2017
H.PROPORSI...
H. PROPORSI MURID KELAS 1 YANG BERHASIL MENAMATKAN
SEKOLAH DASAR
Pada tahun 2017, lulusan SD yang ada di Kabupaten Tangerang
sebanyak 55.621 siswa atau 15,36% dari usia/umur Sekolah Dasar
yang berjumlah 362.205 jiwa.
-74-
Tabel 2.33 Banyaknya Lulusan Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2015-2017 Kabupaten Tangerang
Uraian 2015 2016 2017
Lulusan SD 58,306 51305
55,621
Penduduk Usia 12 th
348,364
348,364
362,205
Proporsi (%) 16.74 14.73 15.36
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang 2015-2017
I. GURU YANG MEMENUHI KUALIFIKASI S1/D-IV
Jumlah guru yang ada di Kabupaten Tangerang berjumlah
sebanyak 29.503 jiwa pada tahun 2017 dengan kualifikasi S1
sebanyak 26.815 jiwa, sedangkan pada tahun 2016 guru yang ada di
Kabupaten Tangerang sebanyak 34.731 jiwa dengan kualifikasi guru
luluan S1 sebanyak 28.783, berkurangnya jumlah guru di
Kabupaten Tangerang, dikarenakan guru tingkat SMA/SMK menjadi
kewenangan Provinsi Banten.
Tabel 2.34 Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV
Di Kabupaten Tangerang Tahun 2016-2017
Guru Lulusan 2016 2017
Guru berijasah S1 28.783 26.815
Jumlah guru SD/SMP/SMA 34.731 29.503
Persentase (%) 81 90
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang 2016-2017
2.3.1.2. Kesehatan...
2.3.1.2. KESEHATAN
A. Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 32/1000
kelahiran hidup (SDKI 2012). Grafik di bawah ini menunjukkan
jumlah kematian bayi tahun 2013 s/d tahun 2017.
Gambar 2.18 Jumlah Kematian Bayi Tahun 2013-2017
-75-
Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Pada grafik III.1 terlihat jumlah kematian bayi menurun
pada tahun 2016 dan 2017 oleh karena meningkatnya jumlah
puskesmas mampu PONED yaitu 27 ditahun 2015, 36 di tahun
2016 dan 40 di tahun 2017, dan juga karena meningkatnya
keterampilan tenaga kesehatan terutama petugas puskesmas
dalam tatalaksana kasus kegawatdaruratan pada bayi. Penyebab
kematian bayi pada tahun 2017, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Gambar 2.19 Penyebab Kematian Bayi Tahun 2017
Tabel 2.35 Penyebab Kematian Bayi Tahun 2013-2017
No Penyebab Kematian
Bayi
Jumlah
2013 2014 2015 2016 2017
1 BBLR 118 127 195 138 120
2 ASFIKSIA 120 81 68 65 70
3 TETANUS 4 2 3 2 3
4 SEPSIS 11 13 22 23 22
5 KELAINAN
KONGINETAL 11 22 21 26 49
6 IKTERUS 3 1
1
-76-
No Penyebab Kematian
Bayi
Jumlah
2013 2014 2015 2016 2017
7 PERDARAHAN
INTRAKRANIAL 1
8 PNEUMONIA 1 4
2
9 DIARE
1
4
10 LAIN-LAIN 14 17 25 35 13
Jumlah 282 268 334 289 285
Sumber :Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Penyebab terbanyak kematian Bayi pada tahun 2017 adalah Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan urutan kedua adalah asfiksia, kondisi ini
sama dengan di tahun 2016, hal ini disebabkan karena banyaknya
kasus ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kalori (KEK), ibu hamil
dengan anemia serta komplikasi Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) dan
Pre Eklampsi Berat (PEB) pada ibu hamil.
B. JUMLAH KEMATIAN IBU
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup. Angka ini berguna untuk menggambarkan
tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan
ibu, tingkat pelayanan kesehatan terutama pada ibu hamil, ibu
melahirkan dan ibu pada masa nifas.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup (Hasil SDKI Tahun 2012). Upaya
menurunkan angka kematian ibu adalah salah satu prioritas dalam
target SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu pada tahun 2030
mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000
kelahiran hidup Jumlah kematian ibu di Kabupaten Tangerang pada
tahun 2017 adalah sebanyak 43 kasus dan terjadi penurunan
dibandingkan pada tahun 2016 hal ini dikarenakan meningkatnya
jumlah puskesmas mampu PONED yaitu 27 ditahun 2015, 36 di
tahun 2016 dan 40 di tahun 2017, dan juga karena meningkatnya
keterampilan tenaga kesehatan terutama petugas puskesmas dalam
tatalaksana kasus kegawatdaruratan pada ibu hamil, ibu bersalin
dan ibu nifas. Grafik di bawah ini menunjukkan jumlah kematian
ibu tahun 2013 sampai dengan tahun 2017.
Gambar 2.20 Jumlah Kematian Ibu Tahun 2013-2017
-77-
Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Penyebab kematian ibu di Kabupaten Tangerang pada tahun
2013-2017 dapat dilihat pada tabel 2.36.
Tabel 2.36 Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2017
No. Penyebab Kematian
Ibu
Jumlah
2013 2014 2015 2016 2017
1 Perdarahan - - - - 14
2
Hipertensi dalam
kehamilan,
PEB/Eklamsia
- - - - 13
3
Gangguan Sistem
peredaran darah
(Jantung, Stroke dll)
- - - - 2
4 Penyebab lain 5 14 17 14 14
5 PEB/Eklampsi/HDK 20 18 24 14 -
6 Hemorrhagie Post
Partum (HPP) 12 10 9 16 -
7 Ruptur Uteri 2 5 2
-
8 Solustio plasenta - - - 1 -
Jumlah 39 47 52 45 43
Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Pada tahun 2017 penyebab kematian ibu terbanyak adalah
perdarahan, hal ini bergeser dari tahun 2016 dimana penyebab kematian
ibu terbanyak adalah karena PEB/Eklamsia, hal ini menunjukkan
petugas mampu PONED sudah lebih terampil dan kompeten dalam
tatalaksana kasus PEB/Eklamsia. Seluruh kasus kematian ibu sudah
dilakukan Audit Maternal Perinatal (AMP) di tingkat kabupaten oleh tim
AMP Kabupaten Tangerang sebagai pembelajaran untuk mencegah
kematian serupa di masa yang akan datang dalam rangka menurunkan
jumlah kematian ibu
-78-
C. RASIO POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU) PER SATUAN
BALITA
Posyandu adalah kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana atau suatu wadah pemeliharaan
kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang
dibimbing oleh petugas kesehatan. maka diharapkan pula strategi
operasional pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan
anak secara dini, dapat dilakukan di setiap posyandu. Tujuan
penyelenggaraan Posyandu:
Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (
ibu Hamil, melahirkan dan nifas).
Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).
Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan
lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat
sejahtera.
Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga
Sejahtera,Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi
Keluarga Sejahtera.
Terkait dengan hal tersebut diatas perlu dilakukan analisis
rasio posyandu terhadap jumlah balita dalam upaya peningkatan
fasilitasi pelayanan pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak
sejak dalam kandungan, agar status gizi maupun derajat kesehatan
ibu dan anak dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan.
Jumlah posyandu dan balita yang tercatat di Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang pada tahun 2013 mengalami peningkatan,
untuk jumlah posyandu meningkat menjadi 351 dibandingkan tahun
2012 sebesar 320 dan untuk jumlah balita sebesar 20060
dibandingkan tahun 2012 sebesar 11647, pada tahun 2016 rasio
posyandu per 100 balita adalah sebesar 0,61 per 100 balita,
secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 2.37.
Tabel 2.37...
Tabel 2.37 Jumlah Posyandu dan Balita Tahun 2016
-79-
Kabupaten Tangerang
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2016
D. RASIO PUSKESMAS, POLIKLINIK DAN PUSKESMAS PEMBANTU
(PUSTU)
Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten
Tangerang saat ini sudah semakin meningkat terutama fasilitas
pelayanan kesehatan dasar (puskesmas, polindes dan puskesmas
pembantu/pustu). Seluruh kecamatan di Kabupaten Tangerang sudah
memiliki puskesmas, bahkan di beberapa kecamatan memiliki 2
puskesmas dengan total sebanyak 44 unit. Jumlah ini terdiri dari
puskesmas rawat inap 7 unit dan non rawat inap 37 unit sedangkan
jumlah Kecamatan sebanyak 29 Kecamatan. Berdasarkan Instruksi
Menteri Kesehatan Nomor 4 tahun 1976, kapasitas layanan satu
puskesmas di satu kecamatan dengan jumlah penduduk antara
30.000 jiwa sampai 50.000 jiwa. Kabupaten Tangerang Tahun 2017
-80-
jumlah puskesmas sebanyak 44 unit yang tersebar diseluruh
kecamatan, Jumlah Puskesmas yang dibutuhkan didasarkan pada
rata-rata penduduk 30.000 jiwa adalah sebanyak 71 unit untuk
jumlah penduduk 3.476.431 jiwa, artinya Puskesmas yang tersedia
masih kurang kebutuhan sebanyak 27 unit, jadi rasio Puskesmas
terhadap jumlah penduduk Kabupaten Tangerang tahun 2017 adalah
0,62. Selain itu tingkat pelayanan dan fasilitasnya perlu ditingkatkan.
Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu) di
Kabupaten Tangerang pada tahun 2016, secara lebih lengkap dapat
dilihat pada tabel 2.38.
Tabel 2.38 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2016
NO KECAMATAN NO PKM JUMLAH
PNDDK KLINIK
KLINI
K SP
KLINIK
KECANTIKAN
TOTAL KLINIK
-KLINIK
RASIO JML
PENDUD
UK DNG KLINIK
(1:25000)
RASIO JML PENDUDUK
DNG KLINIK (1:25000)
PEMBULATAN
1 CISOKA 1 CISOKA 89291 7 -
-
7 4 4
2 SOLEAR 2 CIKUYA 85414 1 -
-
1 3 3
3 TIGARAKSA 3 TIGARAKSA 62660 13
-
- 13 3 3
4 PASIR NANGKA 80729 10 -
-
10 3 3
4 CIKUPA 5 CIKUPA 171411 38 2 2 42 7 7
6 PASIR JAYA 90097 8 -
-
8 4 4
5 PANONGAN 7 PANONGAN 123067 10 1 1 12 5 5
6 CURUG 8 CURUG 126823 20 1 -
21 5 5
9 BINONG 67093 8 -
2 10 3 3
7 KELAPA DUA 10 JL. KUTAI 17204 1 -
-
1 1 1
11 JL. EMAS 52301 7
-
- 7 2 2
12 KELAPA DUA 74061 17 6 14 37 3 3
13 BJ NANGKA 68714 7 1 1 9 3 3
8 LEGOK 14 LEGOK 72712 10 -
-
10 3 3
15 BJ KAMAL 19383 -
-
-
- 1 1
16 CARINGIN 21815 2 -
-
2 1 1
9 PAGEDANGAN
17 PAGEDANGAN 110100 13 1 -
14 4 4
10 SINDANG
JAYA 18 SINDANG JAYA 88511 11 1
- 12 4 4
11 PASAR KEMIS 19 PASAR KEMIS 157108 - -
-
-
6 6
20 KUTABUMI 140959 35 1 2 38 6 6
12 BALARAJA 21 BALARAJA 73632 17
-
- 17 3 3
22 GEMBONG 51600 2 -
-
2 2 2
13 KRESEK 23 KRESEK 64153 8 -
-
8 3 3
-81-
NO KECAMATAN NO PKM JUMLAH
PNDDK KLINIK
KLINI
K SP
KLINIK
KECANTIKAN
TOTAL KLINIK
-KLINIK
RASIO JML
PENDUD
UK DNG KLINIK
(1:25000)
RASIO JML PENDUDUK
DNG KLINIK (1:25000)
PEMBULATAN
14 GUNUNG KALER
24 GUNUNG KALER
50980 - -
-
-
2 2
15 KRONJO 25 KRONJO 57350 4 -
-
4 2 2
16 MEKAR BARU 26 MEKAR BARU 36788 - -
-
-
1 1
17 MAUK 27 MAUK 81517 6
-
- 6 3 3
18 RAJEG 28 RAJEG 95067 10 1 -
11 4 4
29 SUKATANI 63611 - -
-
-
3 3
19 SEPATAN 30 SEPATAN 109758 18
-
- 18 4 4
20 SEPATAN TIMUR
31 KEDAUNG BARAT
90852 3 -
-
3 4 4
21 PAKUHAJI 32 PAKU HAJI 67509 3 -
-
3 3 3
33 SUKAWALI 43419 1 -
-
1 2 2
22 TELUKNAGA 34 TELUKNAGA 100606 7
- 2 9 4 4
35 TEGAL ANGUS 54711 3 -
-
3 2 2
23 KOSAMBI 36 KOSAMBI 85326 7 -
-
7 3 3
37 SALEMBARAN JAYA
66646 3 -
-
3 3 3
24 JAMBE 38 JAMBE 43657 3
-
- 3 2 2
25 KEMERI 39 KEMERI 42294 1 -
-
1 2 2
26 JAYANTI 40 JAYANTI 69972 5 -
-
5 3 3
27 CISAUK 41 CISAUK 31673 2 1
- 3 1 1
42 SURADITA 44949 3 -
-
3 2 2
28 SUKADIRI 43 SUKADIRI 55543 4 -
-
4 2 2
29 SUKAMULYA 44 SUKAMULYA 63710 8
-
- 8 3 3
JUMLAH 3.477.49
5 336 16 24 376 131 131
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2016
E. RASIO RUMAH SAKIT PER SATUAN PENDUDUK
Rasio Rumah sakit per satuan penduduk adalah perbandingan
antara jumlah rumah sakit dengan jumlah penduduk untuk 100.000
penduduk, penduduk Kabupaten Tangerang tahun 2017 sebanyak
3.584.770 jiwa jumlah rumah sakit yang ada di Kabupaten Tangerang
sebanyak 24 unit yang terdiri dari Rumah sakit Umum pemerintah (3
unit), rumah sakit swasta dan rumah sakit ibu dan anak (21 unit),
sehingg rasio rumah sakit terhadap penduduk di Kabupaten
-82-
Tangerang tahun 2017 sebesar 0,7 artinya jumlah rumah sakit di
Kabupaten Tangerang belum memenuhi dari sisi jumlah serta kualitas
pelayanan dan fasilitas kesehatan masih perlu ditingkatkan, terutama
untuk RSU Tangerang dan RSUD Balaraja yang menjadi rumah sakit
rujukan regional provinsi.
Tabel 2.39 Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Per jumlah Penduduk
Tahun 2013-2016 Kabupaten Tangerang
NO Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1
Jumlah RSU
(Pemerintah) 2 2 2 2 3
2
Jumlah Rumah Sakit Jiwa/Paru
dan Penyakit
Khusus Lainnya
Milik Pemerintah
- - - -
3
Rumah Sakit
AD/AU/AL/POLRI - - -
4 Jumlah Seluruh Rumah Sakit
19 19 20 23 24
5 Jumlah Penduduk 3.157.780 3.264.776 3.362.720 3.477.495 3.584.770
6 Rasio 1 : 150370 1 : 155466 1 : 152851 1:149.365
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2017
Perkembangan ketersediaan tempat tidur RS di kabupaten
Tangerang dapat dijelaskan ada tabel 2.40.
Tabel 2.40 BOR Tahun 2013-2016 Kabupaten Tangerang
NO KECAMATAN NAMA RUMAH SAKIT BOR
1 Tangerang RSU Tangerang -
2 Balaraja RSUD Balaraja -
3 Balaraja RS. Paramita 5,8
4 Cikupa RS. Mulia Insani 65,2
5 Cisauk RS. Selaras 50
6 Kelapa Dua Siloam Hospitals 68,8
7 Kelapa Dua RS. Qadr 71,7
8 Kelapa Dua Bethsaida Hospital 47,3
9 Panongan Ciputra Hospital 47
10 Teluknaga RS. Mitra Husada 33,8
11 Pagedangan RS. St. Carolus 45
-83-
NO KECAMATAN NAMA RUMAH SAKIT BOR
12 Cikupa RSIA. Selaras 74,6
13 Cikupa RSIA Tiara 38,4
14 Curug RSIA Keluarga Kita 69,1
15 Pagedangan RSIA Murni Asih 59,9
16 Pasar kemis RSIA Bunda Sejahtera 24
17 Tigaraksa RSIA Harapan Mulya 68
18 Kosambi RSIA BUN 23,7
19 Cikupa RSB. Permata Hati 79,5
20 Kosambi RSB Bunda Lestari -
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2016
F. RASIO DOKTER PER SATUAN PENDUDUK
Indikator rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan
tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan
jumlah penduduk yang ada. Apabila dikaitkan dengan standar sistem
pelayanan kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani
2.500 penduduk. Rasio Dokter dibandingkan penduduk di Kabupaten
Tangerang masih dibawah standar tersebut, Rasio yang terbesar
adalah rasio dokter spesialis yaitu 13 orang per 100.000 penduduk,
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.41 Jumlah Dokter Tahun 2016 Kabupaten Tangerang
No. Dokter Jumlah Rasio per 100.000
penduduk
1 Dokter Sp. 465 13,372
2 Dokter Umum 277 7,9665
3 Dokter Gigi 90 2,5881
4 Dokter Gigi Sp 28 0,8052
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2016
G.CAKUPAN...
-84-
G. CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN
Pada grafik di bawah ini menunjukkan bahwa pada tahun
2015-2017, cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Kabupaten
Tangerang telah mencapai target SPM yang telah ditentukan yaitu 80
% (Depkes 2008). Cakupan penanganan komplikasi kebidanan pada
tahun 2015 sebesar 74,8%, meningkat pada tahun 2016 menjadi
81,3% dan tahun 2017 menjadi 89,1%, hal ini dikarenakan
meningkatnya jumlah puskesmas mampu PONED dan meningkatnya
kemampuan petugas puskesmas dalam penanganan
kegawatdaruratan maternal. Cakupan Kunjungan penanganan
komplikasi kebidanan di wilayah Kabupaten Tangerang pada tahun
2015-2017 digambarkan pada grafik dibawah ini:
Gambar 2.21 Trend Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan
Tahun 2013-2017
Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
H. PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DENGAN KOMPETENSI
KEBIDANAN
Meningkatnya pertolongan ibu bersalin dengan bantuan
tenaga kesehatan yang kompeten merupakan salah satu upaya
untuk menurunkan AKI dan AKB.
Gambar 2.22 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga
KesehatanTahun 2013-2017
Sumber Data : Bid . Kesmas – Kesga Dinas Kesehatan Kab .Tangerang 201 7
-85-
Dari grafik diatas terlihat bahwa cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2017 sebesar 94,3%
meningkat dibandingkan tahun 2016 sebesar 93,5% dan mencapai
target SPM sebesar 90%. Peningkatan ini dikarenakan meningkatnya
jumlah puskesmas mampu PONED dan meningkatnya kemitraan
bidan dengan dukun. Dari data laporan puskesmas juga didapatkan
penurunan jumlah dukun paraji pada tahun 2016 sejumlah 663
orang menjadi 646 orang pada tahun 2017.
I. UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI)
Keberhasilan pemberian imunisasi diukur dengan pencapaian
Universal Child Immunization (UCI). Bila cakupan UCI dikaitkan
dengan batasan suatu wilayah, berarti dalamwilayah tersebut
tergambarkan besarnya tingkat kekebalan pada bayi (herd immunity)
terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I). Upaya imunisasi perlu terus di tingkatkan untuk mencapai
tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi sehingga PD3I dapat
dibasmi, dieliminisasi atau dikendalikan, dengan kemajuan teknologi
dan ilmu pengetahuan upaya imunisasi dapat semakin efektif
bermutu dan efisien. Pada tahun ini program imunisasi meluncurkan
program IRI (Immunization RoutineIntensification), yang pada kegiatan
ini adalah melengkapi imunisasi dasar bagi bayi dan anak usia 0 – 3
th .
Tabel 2.42 Universal Child Immunization (UCI)
Tahun 2013-2017
No. Tahun Jumlah
Desa/Kelurahan
Jumlah Desa/Kelurahan
UCI
% Desa/Kelurahan
Uci
1 2013 274 274 90.1
2 2014 274 215 78,5
3 2015 274 262 95,6
4 2016 274 262 95,6
5 2017 274 269 98,2 Sumber Data: Seksi SIPK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang, 2017
Cakupan Jumlah Desa UCI pada tahun 2017 meningkat, jika
dibandingkan dengan cakupan tahun 2016, masih terdapat 5 Desa /
Kelurahan yang belum mencapai UCI di Kabupaten Tangerang tahun
2017. Berbagai Upaya yang telah dilaksanakan dalam meningkatkan
cakupan Desa/ Kelurahan UCI antara lain meliputi kegiatan : Workshop
-86-
imunisasi pada Petugas Imunisasi Rumah Sakit dan sarana pelayanan
kesehatan swasta (SPKS); Supervisi Supportive dan OJT (On the Job
Training) bagi Puskesmas, Klinik swasta dan rumah sakit; Kampanye
Measles Rubella; bedah kasus (KIPI); Mengaktifkan Pertemuan koordinasi
Lintas program dan sektoral dalam penanganan kelompok masyarakat
yang menolak imunisasi; Peningkatan cakupan imunisasi di Sarana
pelayanan kesehatan swasta, termasuk pencatatan dan pelaporan.
J. PERAWATAN GIZI BURUK
Kegiatan pemantauan status gizi secara aktif dilaksanakan
oleh petugas gizi puskesmas melalui bulan penimbangan balita yang
dilakukan setahun 2(dua) kali. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk
tahun 2016 mengalami penurunan dibanding tahun 2017. Keadaan
ini menunjukkan adanya komitmen menyeluruh dari lintas sektor
dalam menanggulangi masalah gizi di Kabupaten Tangerang melalui
advokasi dan kegiatan gizi bersumberdaya masyarakat melalui Pos
Gizi, KP ASI dan KERAMAS, karena sektor kesehatan saja tidak akan
dapat secara maksimal menurunkan angka gizi buruk. Agar terus
dapat mmeningkatkan kinerja daerah dalam penanggulangan
masalah gizi, perlu adanya peningkatan kuantitas dan kualitas SDM
kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal
bagi masyarakat. Gambaran status gizi dapat dilihat pada tabel.
Tabel 2.43 Gambaran Status Gizi Pada Balita Di Kabupaten Tangerang
Tahun 2015-2017
Tahun
Jumlah Balita
Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
N % N % N % N %
2013 1154 0.45 9198 3.61 241952 94.97 2224 0.87
2014 1172 0.45 8583 3.28 249877 95.55 1892 0.72
2015 1.091 0,39 8.099 2,86 271.407 95,89 2.227 0,79
2016 1.164 0,41 8.935 3,17 268.339 95,32 2.880 1,03
2017 1.161 0,38 9.644 3,14 294.027 95,69 2.479 0,81
K. IMUNISASI...
-87-
K. IMUNISASI DASAR PADA BAYI
Program Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk
melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit
menular yang termasuk ke dalam penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus, Hepatitis B,
Meningitis, Rubella, TBC, Campak, pertusis dan polio. Proses
pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah
disebut imunisasi alamiah.
Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin
adalah upaya stimulasi terhadap sistim kekebalan tubuh untuk
menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan
melumpuhkan “antigen” dilemahkan yang berasal dari vaksin.
Program imunisasi diberikan kepada populasi rentan terjangkit
penyakit menular, yaitu : bayi, Balita, anak usia sekolah, wanita usia
subur, dan ibu hamil. Cakupan Imunisasi Campak Bayi 70.995 bayi,
imunisasi campak 69.921, 101,9%.
Tabel 2.44 Cakupan Imunisasi dasar pada bayi 0-11 bulan
Di Kabupaten Tangerang Tahun 2013 – 2017
No. Jenis
Imunisasi
Cakupan (%)
2013 2014 2015 2016 2017
1 BCG 97.7 91,3 97,2 104,7 101,8
2 Hepatitis
B O 93.6 92,1 94,9 97,0 99,7
3 DPT-HB
III 96.7 98,8 96,4 102,6 99,8
4 Polio IV 96.6 92,4 96,1 103,3 101,1
5 Campak 95.5 86,1 95,5 101,9 89,9 Sumber Data: Seksi SIPK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang, 2017
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa cakupan dari
semua antigen, cukup tinggi dan beberapa mengalami kenaikan,
meskipun ternyata hal tersebut belum mampu membentuk kekebalan
populasi yang tinggi, sehingga terjadi kejadian luar biasa (KLB)
penyakit difteri.
Keberhasilan...
-88-
Keberhasilan program imunisasi dapat dilihat melalui indikator
imunisasi dasar lengkap. Cakupan imunisasi dasar lengkap di
Kabupaten Tangerang pada tahun 2017 sebesar 93,4 %, cakupan ini
lebih besar dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 92,2 %.
Tabel 2.45 Cakupan Imunisasi dasar pada Bayi
Tahun 2015 – 2017
No. Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL)
Cakupan
2015 2016 2017
1 5 Antigen 93,5 92,2 93,4
Sumber Data: Seksi Surveilans, Imunisasi dan Penanggulangan Krisis ,2017
L. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)
Kegiatan pokok pengelolaan program P2 ISPA di Kabupaten
Tangerang adalah penjaringan dan penatalaksanaan kasus
Pneumonia Balita. Berdasarkan ketentuan WHO, perkiraan kasus
pneumonia balita di negara berkembang termasuk Indonesia adalah
10% - 20% dari jumlah total balita, sedangkan kebijakan Kemenkes
menetapkan angka 10% jumlah balita sebagai angka perkiraan
kasus pneumonia balita di Indonesia.
Angka ini ditetapkan tidak berdasarkan survey epidemiologis
sehingga belum secara spesifik menggambarkan kondisi pneumonia
balita di wilayah tertentu. Untuk menilai efektifitas penemuan kasus
maka ditetapkan sasaran Pneumonia Balita sebesar 4,12% dari
jumlah total balita.
Gambar 2.23 Cakupan Kasus ISPA Pada Balita di Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
-89-
Dari grafik di atas terlihat adanya kecenderungan peningkatan kasus
ISPA yang ditemukan di tahun 2015. Berdasarkan hasil audit mutu
pelayanan ISPA yang telah dilaksanakan, maka ditemukan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Penerapan tatalaksana kasus pneumonia balita yang sesuai
standar baku belum konsisten dilaksanakan
2. Pencatatan dan pelaporan kasus pneumonia belum melibatkan
fasilitas pelayanan kesehatan swasta
3. Tingginya angka perkiraan kasus pneumonia balita yang
ditetapkan WHO karena belum adanya data hasil survey insidensi
baik secara nasional maupun regional yang dapat dijadikan acuan
yang lebih valid.
M. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT TUBERKULOSI
Kabupaten Tangerang adalah salah satu wilayah di Provinsi
Banten yang memiliki beban kasus tertinggi di bandingkan dengan
kabupaten/kota lain di Provinsi Banten. Hal ini disebabkan
Kabupaten Tangerang memiliki jumlah penduduk tertinggi
dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Berikut Epidemiologi
kasus TBC di Kabupaten Tangernag tahun 2017.
a. Angka notifikasi kasus atau Case Notification Rate (CNR)
Dalam pelaksanaan notifikasi, digunakan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) sebagai identitas pasien TBC. Notifikasi wajib
pasien TBC untuk FKTP (klinik dan dokter praktik mandiri)
disampaikan kepada Puskesmas setempat. Puskesmas akan
mengkompilasi laporan kasus TBC dari semua FKTP di wilayah
kerjanya dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan. Berikut adalah
hasil kegiatan notifikasi wajib (Mandatory Notification) di
Kabupaten Tangerang.
Gambar 2.24 Prosentase Distribusi Asal Kasus TBC di Kabupaten
Tangerang Tahun 2017
Sumber: Bid.P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
-90-
Dari gambar di atas terlihat bahwa baru 66,67% rumah sakit dan
32,63% klinik/dokter praktek mandiri di wilayah Kabupaten Tangerang
yang memberikan laporan kasus TBC. Total kasus yang berhasil dicatat
dan dilaporkan pada tahun 2017 sebanyak 7.978 kasus TBC atau
sekitar 65,84%.
Angka notifikasi kasus atau Case Notification Rate (CNR) Adalah
angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan
tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini
apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan
penemuan kasus dari tahun ketahun di wilayah tersebut. Angka ini
berguna untuk menunjukkan kecenderungan (tren) meningkat atau
menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Berikut tren dari
jumlah kasus yang ditemukan dari tahun ke tahun per 100.000
penduduk.
Gambar 2.25 Tren Cakupan Penderita Tuberkulosis di catat dan diobati
per 100.000 penduduk di Kabupaten Tangerang Tahun 2008-2017
Dari 44 Puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Tangerang maka
Puskesmas Cisoka, Mauk, Bojong Nangka, Tigaraksa, Sukadiri, Jambe, Mekar
Baru, Cisauk dan Bojong Kamal yang telah berhasil mencatat dan melaporkan
kasus TBC sesuai target yang telah ditetapkan.
-91-
b. Angka Keberhasilan Pengobatan atau Success Rate dan Angka
Kesembuhan/Cure Rate
Angka Keberhasilan Pengobatan adalah angka yang menunjukkan
persentase pasien baru TBC Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang
menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan
lengkap) diantara pasien baru TBC paru Terkonfirmasi Bakteriologis
yang tercatat. Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari
angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.
Gambar 2.26 Angka Kesembuhan dan Keberhasilan Pengobatan Penderita
Tuberkulosis di Kab. Tangerang Tahun 2008-2017
Sumber: Bid.P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Berdasarkan grafik di atas, sejak tahun 2008-2014 angka
keberhasilan pengobatan di Kabupaten Tangerang sudah di atas target
nasional >85%. Tahun 2015 angka keberhasilan pengobatan berada di
bawah target nasional (68.80%), dan sejak tahun 2016 sampai dengan
tahun 2017 mulai terjadi peningkatan menjadi 90.83% dan sudah di
atas target nasional >85%.
Selain angka keberhasilan pengobatan, indikator lain yang dapat
menilai kemajuan P2TBC adalah indikator angka kesembuhan (Cure
rate), yaitu angka yang menunjukkan angka persentase pasien baru TBC
Paru BTA Positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, di
antara pasien baru TBC paru BTA Positif yang tercatat. Angka minimal
yang harus dicapai adalah 85%. Angka kesembuhan digunakan untuk
mengetahui hasil pengobatan.
Dari grafik...
-92-
Dari grafik tersebut di atas, angka kesembuhan di Kabupaten
Tangerang sejak tahun 2008-2014 berada di atas target nasional >85%.
Pada tahun 2015, angka kesembuhan menurun menjadi 63%, dan sejak
tahun 2016 sampai dengan tahun 2017 kembali meningkat menjadi
85,41%.
Meningkatnya penyakit TBC atau disease burden akibat masalah:
TBC HIV, TBC dengan Diabetes Melitus, dan TBC pada perokok, yaitu
meningkatnya risiko tertular TBC pada perokok . Adanya kesenjangan
akses layanan DOTS berkualitas terutama pada kelompok unreach
population yaitu masyarakat dengan TBC yang berobat ke layanan
swasta (masyarakat yang mempunyai perilaku pencarian pelayanan
kesehatan ke swasta/dokter praktek mandiri), penderita TBC di daerah
terpencil, rutan/Lapas terutama mikroskopis belum berjalan optimal.
Selain itu, pengendalian TBC mendapat tantangan baru seperti
ko-infeksi TBC/HIV, TBC yang resisten obat dan tantangan lainnya
dengan tingkat kompleksitas yang makin tinggi. Di bawah ini
merupakan peta sebaran kasus TBC Resisten Obat di Kabupaten
Tangerang.
Gambar 2.27 Peta Kasus TBC Resisten Obat di Kabupaten Tangerang
Tahun 2013- Maret 2018
Sumber: Bid.P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Dari peta di atas terlihat, distribusi kasus TBC Resisten Obat
hampir terdistribusi merata di seluruh wilayah Kabupaten Tangerang.
Jika tidak mendapatkan perhatian serius akan berdampak buruk
terhadap upaya pengendalian TBC di Kabupaten Tangerang. Sebagian
besar kasus TBC Resisten obat pernah menderita TBC sebelumnya dan
mendapatkan pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan non DOTs.
Meningkatnya resistensi ganda kuman TBC terhadap OAT karena A Man
Made Problem, antara lain disebabkan karena pengobatan yang tidak
sesuai standar, pasien kurang patuh dan tidak tuntas berobat.
Pengawasan...
-93-
Pengawasan terhadap peredaran obat rasional terutama obat TBC
di pasaran masih lemah, tanpa pengawasan terhadap penggunaan obat
rasional (standard rejimen, kualitas, pengawasan kepatuhan dan
ketuntasan berobat yang menjadi kunci kesembuhan), dikhawatirkan
akan terjadi peningkatan kasus TBC Resisten Obat di masa yang akan
datang yang tentunya akan semakin membebani permasalahan
kesehatan akibat TBC.
N. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM
BERDARAH DENGUE (DBD)
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan endemis hampir di seluruh
kota/kabupaten di Indonesia. Sejak ditemukan pertama kali pada
tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, hingga saat ini jumlah kasus
DBD dilaporkan meningkat dan penyebarannya semakin meluas
mencapai seluruh provinsi di Indonesia (33 provinsi). Penyakit ini
seringkali menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa
daerah endemis tinggi DBD.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue
penyebab Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B
Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu:
Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Kegitan pokok P2DBD adalah
Survailans kasus Vektor, Penemunan dan Tatalaksana Kasus,
Pengendalian Vector, Peningkatan Peran Serta Masyarakat, Sistim
Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan KLB, Penyuluahan
,Kemitraan dan Jejaring Kerja, Monitoring dan Evaluasi (Monev).
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik
beratkan pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
disemua wilayah, dan pemantauan jentik berkala untuk mencapai
angka bebas jentik sesuai target (>95%), kegiatannya dilakukan
dengan melakukan Sosialisasi dan Pembinaan Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik khususnya di wilayah –wilayah endemis DBD, melakukan
Penyelidikan Epidemologi(PE) dan melaksanakan Fogging Fokus
-94-
sesuai kriteria dari hasil penyelidikan Epidemologi sebagai upaya
untuk memutus rantai penularan DBD yang di dahului dengan
kegiatan penyuuhan kepada masyarakat ,Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN), Larvasidasi (pemberian abate untuk membunuh
jentik nyamuk) dan dilanjutkan fogging fokus dengan radius 200 m.
Gambar 2.28 Grafik Insidance Rate,CFR,dan ABJ DBD di Kabupaten
Tangerang Tahun 2013-2017
Sumber Data:P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Dari gambar tersebut di atas tampak siklus epidemik terjadi
setiap tiga-lima tahunan, hal ini terjadi kemungkinan karena
adanya perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan
vektor, di luar faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Menurut
Mc Michael (2006), perubahan iklim menyebabkan perubahan
curah hujan, suhu, kelembaban, arah udara sehingga berefek
terhadap ekosistem daratan dan lautan serta berpengaruh terhadap
kesehatan terutama terhadap perkembangbiakan vektor penyakit
seperti nyamuk Aedes, malaria dan lainnya. Selain itu, faktor
perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor
pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas
penduduk yang sejalan dengan semakin membaiknya sarana
transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah
dan semakin luas. Untuk insidance rate (angka kesakitan akibat
DBD pada tahun 2017 masih dalam batas noramal yaitu 1,9
/100.000 pddk dengan target pada tahun 2017 <48/100.00
penduduk. Angka Kematian (AK)/Case Fatality Rate (CFR) kasus
DBD pada tahun-tahun awal merebak di Kabupaten Tangerang
cukup tinggi. Kemudian dari tahun ke tahun mulai menurun dari
-95-
2,95% pada tahun 2000 terus menurun sampai menjadi 1,61%
pada tahun 2015 dan mengalami peningkatan kembali sebesar 0.07
poin pada tahun 2017 menjadi 1.9%. Angka kematian kasus DBD
di Kabupaten Tangerang pada tahun 2017 di atas target nasional
>1%. Meskipun angka kematian kasus DBD cenderung menurun
tetapi bila dilihat dalam waktu tiga tahun terakhir cenderung
mengalami peningkatan. Upaya yang dapat dilakukan dalam
menurunkan angka kematian kasus DBD dapat dilakukan
pelatihan manajemen kasus terhadap petugas, penyediaan sarana
dan prasarana untuk deteksi dini dan penanganan yang tepat dan
cepat, upaya promosi kesehatan yang berkualitas dan peningkatan
akses dan pelayanan medis perlu lebih difokuskan serta kerjasama
dengan lintas sektoral (SKPD terkait), kader, RT, RW, tokoh
masyarakat dan tokoh agama dalam peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam deteksi dini kasus agar segera dapat di
tatalaksana sesuai standar pelayanan medis.
Untuk Angka Bebas Jentik (ABJ) tahun 2017 menaglami
peningkatan yaitu 80,4 % walaupun belum mencapai angka > 95 %
sesuai target nasional karena Kabupaten Tangerang temasuk
wilayah yang mengalami endemis DBD sehingga perlu intensif
melakukan upaya-upaya pemberantasan Sarang Nyamauk dan
pengendalian vector untk memutus perkembangbiakan nyamuk.
Gambar 2. 29 Rata-Rata Jumlah Penderita DBD Di Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2017
Sumber Data:P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Dari grafik epidemik di atas terlihat, Bulan sebelum musim
penularan(SMP) adalah bulan November , yaitu bulan dimana jumlah
penderita DBD paling rendah,berdasarkan jumlah penderita rata-rata
perbulan selama 5 tahun.
O. ANGKA...
-96-
O. ANGKA KEJADIAN MALARIA
Angka kejadian Malaria di Kabupaten Tangerang dalam
rentang tahun 2014-2016 telah terjadi 7 kasus di tahun 2014,
2 kasus pada tahun 2015, dan 0 kasus pada tahun 2016.
Tabel 2.46 Distribusi Penyakit Menular lain Potensial Wabah
dan KLB Tahun 2012 – 2016
No. Jenis KLB
2012 2013 2014 2015 2016
Jml
Kec Kasus
Jml
Kec Kasus
Jml
Kec Kasus
Jml
Kec Kasus
Jml
Kec Kasus
1 Chikungunya 5 209 10 529 1 67 0 0 0 0
2 Leptospirosis 1 1 8 9 4 9 10 12 14 27
3 Keracunan
Makanan 4 316 4 145 2 153 2 15 2 10
4 HFMD 7 22 1 1 1 3 1 1 0 0
5 Malaria 4 4 3 3 6 7 1 2 0 0
6 DBD 3 25 3 3 0 0 5 6 29 22
7 Diare 0 0 1 1 0 0 0 0 29 0
8 Susp MERS-
Cov 0 0 0 0 2 2 3 4 0 0
9 Susp Rabies 0 0 0 0 3 19 0 0 0 0
10 Hepatitis 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4
11 H1N1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
Sumber : Profil Dinkes Kab. Tangerang, Tahun 2012-2016
P. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit HIV / AIDS
Pada tahun 2017 kasus HIV/AIDS ditemukan sebanyak 445
kasus angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun
sebelumnya yang berjumlah 448 orang. Berbeda dengan angka HIV
positif, total pasien yang dilakukan tes sebanyak justru meningkat
hampir dua kali lipat dari total 7.125 orang, hal ini mengindikasikan
bahwa kemampuan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang terutama
layanan kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) mengalami
peningkatan kemampuan dalam melakukan screening kasus
HIV/AIDS seiring dengan fluktuatif dana APBD yang diberikan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang khususnya Program
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular HIV/AIDS.
Meningkatnya angka tes tersebut juga menunjukkan bahwa adanya
peningkatan keinginan masyarakat terutama populasi kunci untuk
melakukan tes HIV/AIDS yang berarti ada kemungkinan pemahaman
masyarakat terhadap penyakit HIV/AIDS juga meningkat. Adanya
peningkatan angka tes tersebut juga dapat diasumsikan
-97-
meningkatnya jumlah populasi kunci, yang dalam hal ini program-
program yang mengarah terhadap pencegahan dan kemitraan
penyakit menular HIV/AIDS harus lebih diperkuat. Jika kita
bandingkan kedua data tersebut maka kemampuan Dinas Kesehatan
dalam melakukan langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan
sudah sangat kuat, dimana dengan meningkatnya jumlah orang yang
dites tidak berbanding lurus dengan angka HIV+ yang justru
menurun. Berikut data kasus akumulatif HIV-IDS di Kabupaten
Tangerang tahun 2017.
Gambar 2.30 Jumlah Penemuan Kasus HIV+ di Wilayah Kabupaten
Tangerang pada Tahun 2017
Sumber: Bid.P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Meningkatnya jumlah penjaringan dan kasus yang ditemukan
juga ditunjukkan dalam pelaksaan program tb-reach di 2017,
program tersebut memberikan kontribusi yang cukup signifikan, hal
ini dibuktikan dengan angka penjaringan yang meningkat sekitar
50% dibandingkan tahun sebelumnya.
Gambar 2.31 Jumlah Penemuan Kasus TB-HIV di Wilayah Kabupaten
Tangerang pada Tahun 2017
Sumber: Bid.P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Dari...
-98-
Dari total 445 kasus HIV/AIDS di Kabupaten Tangerang, total
jumlah penderita HIV/AIDS yang berdomisili di Kabupaten Tangerang
berkisar 313 atau sekitar 80% dari total kasus. Berikut grafik data
penderita berdasarkan wilayah Kecamatan :
Gambar 2.32 Jumlah Kasus HIV/AIDS Berdasarkan Kecamatan di
Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Berdasarkan pekerjaan, dari total 313 kasus HIV/AIDS di
Kabupaten Tangerang, jumlah kasus tertinggi adalah pada pekerja
Karyawan baik itu karyawan swasta ataupun aparatur sipil negara,
sekitar 50% kasus sebanyak 164 kasus.
Gambar 2.33 Jumlah Kasus HIV/AIDS Berdasarkan Pekerjaan Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Dilihat dari segi umur penderita, dari total 313 kasus HIV/AIDS
di Kabupaten Tangerang, jumlah kasus tertinggi adalah pada umur
25-49 tahun sebanyak 223 kasus. Berikut grafik data penderita
berdasarkan umur penderita .
Gambar 2.34 Jumlah Kasus HIV/AIDS Berdasarkan Umur di Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
-99-
Jenis Kelamin Laki-laki masih merupakan jenis kelamin dengan
angka kasus HIV/AIDS lebih tinggi dibanding jenis kelamin Perempuan,
dari total 313 kasus HIV/AIDS di Kabupaten Tangerang, jumlah kasus
pada laki-laki sebanyak 236 kasus dan pada perempuan sebanyak 79
kasus. Berikut grafik data penderita berdasarkan jenis kelamin
penderita.
Gambar 2.35 Jumlah Kasus HIV/AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin
Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Q. Cakupan Kunjungan Bayi
Cakupan kunjungan bayi pada 2017 meningkat jika
dibandingkan dengan cakupan di tahun 2016 dan sudah mencapai
target SPM 90%.
Gambar 2.36 Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2013-2017
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Tahun 2013-2017
R.Cakupan...
-100-
R. Cakupan puskesmas
Jumlah puskesmas di Kabupaten Tangerang pada
tahun 2017 sekitar 44 puskesmas yang tersebar di 29
kecamatan, Kecamatan Kelapa Dua mempunyai unit
puskesmas yang paling banyak sekitar 4 unit puskesmas,
dan Kecamatan Legok dengan sebanyak 3 unit puskesmas.
Cakupan Puskesmas di Kabupaten Tangerang pada tahun
2017 sekitar 151,72%.
Tabel 2.47 Jumlah Puskesmas Per Keamatan di Kabupaten Tangerang
Tahun 2017
No. KECAMATAN
Puskesmas
1 CISOKA 1 CISOKA
2 SOLEAR 2 CIKUYA
3 TIGARAKSA 3 TIGA RAKSA
4 PASIR NANGKA
4 JAMBE 5 JAMBE
5 CIKUPA 6 CIKUPA
7 PASIR JAYA
6 PANONGAN 8 PANONGAN
7 CURUG 9 CURUG
10 BINONG
8 KELAPA DUA 11 KELAPA DUA
12 JALAN EMAS
13 BOJONG NANGKA
14 JALAN KUTAI
9 LEGOK 15 LEGOK
16 BOJONG KAMAL
17 CARINGIN
10 PAGEDANGAN 18 PAGEDANGAN
11 CISAUK 19 CISAUK
20 SURADITA
12 SINDANG JAYA 21 SINDANG JAYA
13 PASAR KEMIS 22 KUTA BUMI
23 PASAR KEMIS
14 BALARAJA 24 BALARAJA
25 GEMBONG
15 JAYANTI 26 JAYANTI
16 SUKAMULYA 27 SUKA MULYA
17 KRESEK 28 KRESEK
-101-
No. KECAMATAN
Puskesmas
18 GUNUNG KALER 29 GUNUNG KALER
19 KRONJO 30 KRONJO
20 MEKAR BARU 31 MEKAR BARU
21 MAUK 32 MAUK
22 KEMIRI 33 KEMERI
23 SUKADIRI 34 SUKADIRI
24 RAJEG 35 RAJEG
36 SUKATANI
25 SEPATAN 37 SEPATAN
26 SEPATAN TIMUR 38 KEDAUNG BARAT
27 PAKU HAJI 39 PAKU HAJI
40 SUKAWALI
28 TELUKNAGA 41 TELUK NAGA
42 TEGAL ANGUS
29 KOSAMBI 43 KOSAMBI
44 SALEMBARAN JAYA
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2016
Jumlah Puskesmas Pembantu sampai dengan tahun 2017
mencapai 46 unit Pustu, dengan jumlah desa sebanyak 28 kelurahan dan
246 desa, total 274 desa/kelurahan. Cakupan Puskesmas Pembantu per
desa adalah 16,78%.
S. Pemeriksaan Ibu Hamil
Indikator pelayanan ibu hamil antara lain cakupan K1 dan K4,
K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat
pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Indikator ini digunakan untuk
mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat. K4 adalah cakupan ibu
hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling
sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada triwulan ke-1,
1 kali pada triwulan ke-2 dan 2 kali pada triwulan ke-3 di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator K4 ini,
dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menempati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di
suatu wilayah, disamping menggambarkan manajemen program KIA.
Gambar...
-102-
Gambar 2.37 Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K1) Tahun 2013-2017
Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Dari grafik diatas diperoleh cakupan K1 pada tahun 2017 adalah
100,1 % meningkat dibandingkan cakupan K1 tahun 2016 dan hasil
cakupan K1 pada tahun 2017 menunjukkan telah mencapai target
SPM sebesar 100%.
Gambar 2.38 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) Tahun 2013-2017
Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Dari grafik diatas diperoleh prosentase kunjungan ibu hamil
K4 mengalami peningkatan dari 93,8 % pada tahun 2016 menjadi
94,9 % pada tahun 2017 walaupun masih belum sesuai target SPM
sebesar 95 %, hal ini antara lain disebabkan masih tingginya migrasi
ibu hamil ke daerah asal untuk proses persalinannya serta adanya
ibu hamil yang tidak mematuhi jadwal kunjungan antenatal yang
disarankan atau terlambat untuk mengakses ANC sebanyak empat
kali dan dapat juga karena faktor penyebab lain diantaranya ibu
-103-
hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan pertama kali pada
umur kehamilan > 12 minggu, sehingga K4 belum mencapai target.
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan cakupan K1
dan K4 antara lain pendataan ibu hamil, kunjungan rumah bagi ibu
hamil yang tidak mematuhi jadwal ANC, optimalisasi Kelas ibu
hamil, Penyuluhan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi) dan peningkatan kualitas pelayanan ANC.
T. Pelayanan Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas lengkap adalah pelayanan
kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari
pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi
pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu
nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan
ketentuan waktu :
1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3
hari setelah persalinan.
2. 2. Kunjungan nifas ke-2 dalam waktu 2 minggu setelah
persalinan (8 –14 hari).
3. Kunjungan nifas ke-3 dalam waktu 6 minggu setelah persalinan
(36-42 hari).
Cakupan pelayanan ibu nifas dari Tahun 2014 sampai 2017 dapat
dilihat
pada grafik.
Gambar 2.39 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Tahun 2013-2016
Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
-104-
Dari grafik tersebut diatas terlihat bahwa cakupan
pelayanan ibu nifas di tahun 2017 sebesar 92,3% meningkat
dibanding cakupan tahun 2016 sebesar 91,7% dan sudah
mencapai target SPM (90%) hal ini karena hampir seluruh desa
memiliki bidan desa (dari 274 desa hanya terdapat 4 desa yang
tidak memiliki bidan desa) sehingga jangkauan pelayanan
kunjungan nifas meningkat
U. Pelayanan Neonatal
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan
28 hari setelah lahir.
Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan, sehingga untuk bayi lahir di fasilitas kesehatan
sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama
24 jam pertama.
Cakupan Pelayanan kesehatan neonatus Kabupaten Tangerang
pada tahun 2015 untuk KN1 (98,9%), dan KN Lengkapnya (91,5%),
pada tahun 2016 KN1 (98,3%) dan KN lengkap (96,4%) sedangkan
pada tahun 2017 KN1 (99,1%) dan KN lengkap (97,5%).
Meningkatnya KN1 dan KN lengkap ini oleh karena adanya
penerimaan bidan PTT pada tahun 2016 yang ditempatkan di awal
tahun 2017 sehingga hampir seluruh desa memiliki bidan desa (dari
274 desa hanya terdapat 4 desa yang tidak memiliki bidan desa).
Gambar 2.40 Cakupan Kunjungan Neonatus KN1 dan KN Lengkap
Tahun 2013-2017
-105-
Sumber : Profil Dinas Kesehatan, Kab. Tangerang Tahun 2013-2017, diolah.
Hasil Cakupan Pelayanan Kunjungan Neonatus dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2017 sudah mencapai target SPM 90%.
V. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus
Cakupan penanganan komplikasi neonatus adalah cakupan
neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Untuk
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan komplikasi neonatus
maka diperlukan fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu
memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara
berjenjang mulai dari puskesmas mampu PONED sampai rumah
sakit mampu PONEK 24 jam. Cakupan Penanganan Komplikasi
Neonatus pada tahun 2017 sebesar 76 % menurun dibandingkan
cakupan tahun 2016 sebesar 79,6 %, cakupan tersebut belum
mencapai target SPM sebesar 80%. Hal ini menjadikan evaluasi
tersendiri bagi Dinas Kesehatan untuk meningkatkan kompetensi
petugas puskesmas dalam tatalaksana kasus neonatus ditengah
keterbatasan jumlah dokter umum dan program-program yang
berjalan di puskesmas.
Gambar 2.41 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus
Tahun 2013-2016
Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017, diolah.
X.Cakupan...
-106-
X. Cakupan Pelayanan Anak Balita
Cakupan pelayanan anak balita adalah cakupan anak Balita
(12 – 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar meliput
pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun,
pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin
A sebanyak 2 x dalam setahun. Cakupan pelayanan anak Balita
mengalami peningkatan dari 90 % pada tahun 2016 menjadi 90,3 %
pada tahun 2017 dan telah mencapai target SPM sebesar 90 %.
Gambar 2.42 Cakupan Pelayanan Anak Balita Tahun 2013 – 2017
Sumber : Profil Dinas Kesehatan, Kab. Tangerang Tahun 2013-2017, diolah.
2.3.1.3 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
2. Pekerjaan Umum
A. Jaringan Jalan
Jaringan jalan yang ada di Kabupaten Tangerang terdiri dari Jalan
Nasional sepanjang 27,93 Km sebanyak 1 ruas, Jalan Propinsi
sepanjang 105,44 Km sebanyak 9 ruas, dan 992,61 Km merupakan
jalan kabupaten yang terbagi menjadi 301 ruas dengan jalan strategis
sebanyak 50 ruas sepanjang 279,55 Km, dan jalan Lintas Umum
sebanyak 251 ruas sepanjang 713,06 Km. Sebagian besar jalan-jalan
yang ada sudah di beton, bahkan sampai ke jalan lingkungan dengan
kondisi konblok.
Berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang
mengindikasikan kerapatan jalan (Road Density) pada tahun 2017,
kerapatan jalan di Kabupaten Tangerang sebesar 1,18 Km/Km²,
sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per jumlah
-107-
penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan per 1000
penduduk (Km/1000 orang), sebesar 0,000294491Km/1000 Orang.
Sedangkan, kualitas jalan Kabupaten, dengan kondisi jalan Mantap
pada tahun 2017 sebesar 91,66 %, kondisi Jalan tidak mantap di
Kabupaten Tangerang sebesar 3,38% dalam kondisi rusak ringan,
sementara rusak berat sebesar 4,96%. Sementara kondisi jalan
Kabupaten Mantap sebesar 82,55% persen kondisi baik, 9,12% dengan
kondisi sedang.
Tabel 2.48 Jenis Perkerasan Jaringan Jalan di Kabupaten Tangerang
Tahun 2017
Panjang
Panjang
Ruas
(KM)
Beton Aspal Dll
(KM) (KM) (KM)
Panjang existing 992.61 837.95 103.56 51.10
Panjang ( % ) 100% 88.50% 7.88% 3.62%
Sumber : Dinas Bina Marga dan SDA kab. Tangerang, 2017
Gambar 2.43 Kondisi Jalan di Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Sumber : Dinas Bina Marga dan SDA Kab. Tangerang, 2017
Gambar 2.44...
-108-
Gambar 2.44 Kondisi Jalan Mantap dan Tidak mantap di Kabupaten
Tangerang Tahun 2013-2017
B. Jaringan Irigasi
Kondisi saluran irigasi dibawah kewenangan pemerintah
kabupaten kondisinya masih memprihatinkan dimana kondisi tahun
2013 -2016 rata-rata dalam kondisi rusak sekitar 74,25% dan
sisanya rata-rata kondisi baik hampir sekitar 25,74%.
-109-
Tabel 2.49 Kondisi Jaringan Irigasi (M) menurut Daerah Irigasi di
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2016
No. Daerah Irigasi
Saluran irigasi dalam kondisi baik Saluran irigasi dalam kondisi rusak
2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016
Meter % Meter % Meter % Meter % Meter % Meter % Meter % Meter %
1 Cituis 200 19.23 150 17.86 200 28.99 810 77.88 840 80.77 690 82.14 490 71.01 230 22.12
2 Jengkol 500 10.00 700 15.56 300 7.89 1,500 30.00 4,500 90.00 3,800 84.44 3,500 92.11 3,500 70.00
3 Kwaron 300 10.00 300 11.11 300 12.50 1,320 44.00 2,700 90.00 2,400 88.89 2,100 87.50 1,680 56.00
4 Kelapa Dua 50 10.00 100 22.22 100 28.57 250 50.00 450 90.00 350 77.78 250 71.43 250 50.00
5 Citanjakan 200 8.70 300 14.29 500 27.78 1,000 43.48 2,100 91.30 1,800 85.71 1,300 72.22 1,300 56.52
6 Ranca Buaya 150 6.00 350 14.89 500 25.00 1,000 40.00 2,350 94.00 2,000 85.11 1,500 75.00 1,500 60.00
7 Cikolear I 300 6.00 500 10.64 700 16.67 1,500 30.00 4,700 94.00 4,200 89.36 3,500 83.33 3,500 70.00
8 Cikolear II 200 10.00 300 16.67 400 26.67 900 45.00 1,800 90.00 1,500 83.33 1,100 73.33 1,100 55.00
9 Pete 300 10.00 350 12.96 400 17.02 1,050 35.00 2,700 90.00 2,350 87.04 1,950 82.98 1,950 65.00
10 Rawa Pondok I 600 20.00 700 29.17 1,000 58.82 2,500 83.33 2,400 80.00 1,700 70.83 700 41.18 500 16.67
11 Rawa Pondok
II 500 16.67 600 24.00 1,000 52.63 2,300 76.67 2,500 83.33 1,900 76.00 900 47.37 700 23.33
12 Pasir Gadung 150 15.00 175 20.59 150 22.22 475 47.50 850 85.00 675 79.41 525 77.78 525 52.50
13 Warung Rebo 300 7.50 300 8.11 300 8.82 900 22.50 3,700 92.50 3,400 91.89 3,100 91.18 3,100 77.50
14 Babakan Asem 75 25.00 75 33.33 100 66.67 250 100.00 225 75.00 150 66.67 50 33.33
-
15 Salembaran 300 12.00 300 13.64 400 21.05 1,000 40.00 2,200 88.00 1,900 86.36 1,500 78.95 1,500 60.00
16 Cipangarengan 100 20.00 150 37.50 100 40.00 350 70.00 400 80.00 250 62.50 150 60.00 150 30.00
17 Cipasilian 500 10.00 800 17.78 2,000 54.05 3,680 73.60 4,500 90.00 3,700 82.22 1,700 45.95 1,320 26.40
18 Kali Baru I Kn 100 20.00 100 25.00 150 50.00 350 70.00 400 80.00 300 75.00 150 50.00 150 30.00
19 Kali Baru II Kr 100 18.87 100 23.26 150 45.45 350 66.04 430 81.13 330 76.74 180 54.55 180 33.96
20 Jatimulya 200 25.00 200 33.33 250 62.50 720 90.00 600 75.00 400 66.67 150 37.50 80 10.00
21 Pasir I kr 300 31.58 300 46.15 200 57.14 870 91.58 650 68.42 350 53.85 150 42.86 80 8.42
22 Pasir II Kn 200 29.81 200 42.46 100 36.90 500 74.52 471 70.19 271 57.54 171 63.10 171 25.48
23 Ciketapang 300 7.18 400 10.31 700 20.11 1,400 33.49 3,880 92.82 3,480 89.69 2,780 79.89 2,780 66.51
-110-
Gambar 2.45 Kondisi Jaringan Irigasi Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2016
Sumber : Dinas Bina Marga dan SDA, Tahun 2013-2016, diolah.
24 Banyuku 100 20.00 100 25.00 75 25.00 275 55.00 400 80.00 300 75.00 225 75.00 225 45.00
25 Gelam 50 7.14 100 15.38 100 18.18 250 35.71 650 92.86 550 84.62 450 81.82 450 64.29
TOTAL 6,075 11.58 7,650 16.49 10,175 26.26
25,500
48.64 46,396 88.42 38,746 83.51 28,571 73.74 26,921 51.36
-111-
Selain infrastruktur irigasi yang banyak mengalami kerusakan,
Kabupaten Tangerang masih banyak potensi air baku yang belum
dimanfaatkan secara optimal. Selain Sungai Cisadane, Sungai Cidurian, dan
Sungai Cimanceuri tercatat sebanyak 24 danau/Rawa/Waduk yang ada di
Kabupaten Tangerang yang dimanfaatkan untuk irigasi dan konservasi.
Potensi Embung Cigarukgak di Desa Kemuning, Kecamatan Kresek dengan
luas 177 Ha atau 1.770.000 m2 memiliki debit total sekitar 180 lps, dan ini
merupaka potensi air baku bagi PDAM.
Tabel 2.50 Danau/Waduk/Rawa di Kabupaten Tangerang
No. Danau/Waduk/Rawa Kecamatan Luas Area
(Ha) Fungsi
1 Rawa Ranca Ilat
67.98 Reservoir dan resapan
2 Rawa Waluh Kronjo 70 Reservoir dan resapan
3 Rawa Cigarugak Kresek 177 Reservoir dan resapan
4 Rawa Patrasana Kresek 245 Reservoir dan resapan
5 Rawa Gabus Kresek 9.72 Reservoir dan resapan
6 Rawa Genggong Kresek 8.4 Reservoir dan resapan
7 Rawa Setingin Kemiri 26.4 Reservoir dan resapan
8 Rawa Gede Sukadiri 2.8 Reservoir dan resapan
9 Rawa sulang
8 Reservoir dan resapan
10 Rawa Koja
- Reservoir dan resapan
11 Rawa Kepuh Pakuhaji 45 Reservoir dan resapan
12 Rawa
Gelam/Panggang Pasar Kemis 11.7 Reservoir dan resapan
13 Rawa Panggodokan
- Reservoir dan resapan
14 Rawa Dadap
- Reservoir dan resapan
15 Rawa Warung Rebo Sindang Jaya 7.9 Reservoir dan resapan
16 Situ Pondok Sindang Jaya 22.7 Reservoir dan resapan
17 Situ Cilongok Pasar Kemis 23 Reservoir dan resapan
18 Situ Pasir gadung Cikupa 7.3 Reservoir dan resapan
19 Rawa Bojong
7.6 Reservoir dan resapan
20 Rawa Jambu Rajeg - Reservoir dan resapan
21 Situ Kelapa Dua Kelapa Dua 37.5 Reservoir dan resapan
22 Situ Cihuni Pagedangan 32.34 Reservoir dan resapan
23 Situ Jengkol Solear 4.1 Reservoir dan resapan
24 Waduk Kronjo Kronjo 5.7 Reservoir dan resapan
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2018
C. Sarana Air Bersih
Pengelolaan air bersih di Kabupaten Tangerang dikelola oleh Badan
Usaha Milik Daerah yaitu Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja,
sampai dengan tahun 2017 telah terpasang sebanyak 140.280 sl, masing-
masing melayani tiga wilayah administrasi berbeda selain Kabupaten
Tangerang sekitar 51.313 SL (37%) juga melayani Kota Tangerang sebanyak
-112-
51.313 SL (37%) dan Kota Tangerang Selatan sebanyak 77.452 SL (55%) .
Tabel 2.51 Eksisting Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirta Kerta Raharja
Tahun 2017
No IPA
Kapasitas
Terpasang (I/d)
Lokasi Sumber Air
Air Daerah Pelayanan
1 Cikokol 1.275 Kota
Tangerang S. Cisadane Wil. Pel. I, II, III
2 Serpong 3
Kota
Tangerang
Selatan
S. Cisadane Jakarta Barat,
Serpong
3 Babakan 80 Kota
Tangerang S. Cisadane Wil. Pel. I
4 Perumnas 120 Kota
Tangerang S. Cisadane
Perumahan Lippo
Karawaci
5 Bojong Renged 100 Kab.
Tangerang S. Cisadane
Kec. Teluknaga,
Kosambi, Pakuhaji
6 Solear 100 Kab.
Tangerang S. Cidurian
Kec. Solear,
Tigaraksa, Balaraja,
Cisoka
7 Cisauk 50,00 Kab.
Tangerang S. Cisadane Kec. Cisauk
8 IKK Rajeg 25,00 Kab.
Tangerang Irigasi Rajeg Kec. Rajeg,
9 IKK Kresek 15,00 Kab.
Tangerang S. Cidurian Kec. Kresek
10 IKK Mauk 15,00 Kab.
Tangerang Irigasi Mauk Kec. Mauk
11 IKK Kronjo 7,50 Kab.
Tangerang
S.
Cipasilihan Kec. Kronojo
TOTAL 4787,50
Sumber : PDAM Tirta Kerta Raharja, 2018
Penduduk yang terlayani air bersih di Kabupaten Tangerang sekitar
401.898 jiwa, dengan banyaknya sambungan langsung sekitar 67.532 SL.
Untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah.
Tabel 2.52 Cakupan Pelayanan PDAM Tirta Kerta Raharja Tahun 2017
AREA PELAYANAN REALISASI S/D 30 NOVEMBER 2017
Jumlah Penduduk Jumlah
SL
Jumlah
Penduduk
Terlayani
Persentase Pelayanan
WIL/CAB/IKK KECAMATAN Administratif Wilayah
Pelayanan Administratif Teknis
WILAYAH
PELAYANAN 2 1
PASAR
KEMIS 338,309 338,309 9,466 56,796 - 16.79
2 RAJEG 176,745 176,745 729 4,374 - 2.47
3 SEPATAN 122,088 122,088 8 48 - 0.04
4
SINDANG
JAYA 96,792 96,792 3 18 - 0.02
WILAYAH 5 CURUG 214,143 214,143 305 183 - 0.85
-113-
AREA PELAYANAN REALISASI S/D 30 NOVEMBER 2017
Jumlah Penduduk Jumlah
SL
Jumlah
Penduduk
Terlayani
Persentase Pelayanan
WIL/CAB/IKK KECAMATAN Administratif Wilayah
Pelayanan Administratif Teknis
PELAYANAN 3
6
KELAPA
DUA 234,615 234,615 9,143 54,858 - 23.38
CABANG
SERPONG 7 CISAUK 85,429 85,429 3,421 20,526 - 24.03
CABANG
TELUKNAGA 8 KOSAMBI 167,108 167,108 5,347 32,082 - 19.2
9 PAKUHAJI 117,953 117,953 258 1,548 - 1.31
10 TELUKNAGA 168,071 168,071 3,021 18,126 - 10.78
IKK KRESEK 11 GUNUNG
KALER 54,016 54,016 30 180 - 0.33
12 KRESEK 67,629 67,629 1,372 8,232 - 12.17
IKK KRONJO 13 KRONJO 63,334 63,334 663 3,978 - 6.28
WILAYAH
PELAYANAN 2 1
PASAR
KEMIS 338,309 338,309 9,466 56,796 - 16.79
2 RAJEG 176,745 176,745 729 4,374 - 2.47
3 SEPATAN 122,088 122,088 8 48 - 0.04
4
SINDANG
JAYA 96,792 96,792 3 18 - 0.02
WILAYAH
PELAYANAN 3 5 CURUG 214,143 214,143 305 183 - 0.85
6
KELAPA
DUA 234,615 234,615 9,143 54,858 - 23.38
CABANG
SERPONG 7 CISAUK 85,429 85,429 3,421 20,526 - 24.03
CABANG
TELUKNAGA 8 KOSAMBI 167,108 167,108 5,347 32,082 - 19.2
9 PAKUHAJI 117,953 117,953 258 1,548 - 1.31
10 TELUKNAGA 168,071 168,071 3,021 18,126 - 10.78
IKK KRESEK 11 GUNUNG
KALER 54,016 54,016 30 180 - 0.33
12 KRESEK 67,629 67,629 1,372 8,232 - 12.17
IKK KRONJO 13 KRONJO 63,334 63,334 663 3,978 - 6.28
Total 3,812,464 3,812,464 67,532 401,898
Sumber : PDAM Tirta Kerta Raharja, 2018
-114-
Gambar 2.46 Peta Pelayanan PDAM TKR
D. Fasilitas Pendidikan
Kondisi ruang kelas sekolah di Kabupaten Tangerang tahun 2017
dalam kondis baik sekitar 5.755 ruang kelas SD/Sederajat, SMP/Sederajat
dengan ruang kelas yang baik mencapai 3.554 ruang, sedangkan
SMA/Sederajat dalam kondisi baik sebanyak 1.604 ruangan kelas. Sementara
kondisi ruang kelas yang rusak berat untuk SD sekitar 860 ruang kelas,
SMP/Sederajat sekitar 200 ruang kelas dalam kondisi rusak berat. Secara
umum kondisi ruang kelas yang baik di Kabupaten Tangerang mencapai
72,76% dengan kondisi rusak berat sekitar 7,38 persen.
Tabel 2.53 Kondisi Ruang Kelas di Kabupaten Tangerang Tahun 2017
No Kondisi Sekolah Baik Rusak
Ringan
Rusak
Berat
1 SD/Sederajat 5,755 2,126 860
2 SMP/Sederajat 3,554 695 200
3 SMA/Sederajat 1,604 158 47
Jumlah 10,913 2,979 1,107
Sumber : Profil Dinas Pendidikan, Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Gambar 2.47...
-115-
Gambar 2.47 Kondisi Kelas di Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Gambar 2.48 Persentase Kondisi Ruang Kelas di Kabupaten Tangerang
Tahun 2017
F. Peribadatan
Sarana ibadah yang ada di Kabupaten Tangerang meliputi Masjid,
Mushola, Gereja Protestan, Gereja Khatolik, Pura, Vihara dan Kelenteng. Pada
tahun 2017 jumlah masjid yang ada di Kabupaten Tangerang sekitar 1.377
unit, dengan didukung oleh musholla sebanyak 3.482 unit, sedangkan Gereja
Protestan sebanyak 272 unit, gereja Khatolik sebanyak 3 unit, Pura yang ada
di Kabupaten Tangerang baru 1 unit, Vihara sebanyak 48 unit serta Klenteng
sebanyak 4 unit. Untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah.
Tabel 2.54 Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
No. Fasilitas Tempat Ibadah
2013 2014 2015 2016 2017
1 Masjid 1,347 1,347 1,536 1,347 1,377
2 Mushola
2,048 3,482 3,482
3 Gereja Protestan
266 266 272 256 272
-116-
No. Fasilitas Tempat Ibadah
2013 2014 2015 2016 2017
4 Gereja Khatolik
3 3 3 3 3
5 Pura 1 1 1 1 1
6 Vihara 46 1 48 49 48
7 Klenteng 3 4 4 4 4
TOTAL 1,666 1,622 3,912 5,142 5,187
Sumber : BPS Provinsi Banten, tahun 2014-2018
G. Persentase Rumah Tangga Bersanitasi
Rumah tangga dikatakan menggunakan/mempunyai akses
sanitasi (sanitasi layak) apabila rumah tangga menggunakan fasilitas
buang air besar (BAB) sendiri dan bersama, kloset leher angsa, dan
tangki septik sebagai tempat pembuangan akhir kotoran/tinja
(TPAT). Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut
mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang
secara tidak langsung juga turut berkontribusi terhadap kondisi
kesejahteraan masyarakat. Sanitasi yang layak merupakan syarat
mutlak dalam kehidupan sehari-hari untuk tercapainya
kesejahteraan, terutama sanitasi yang layak di lingkungan rumah.
Sanitasi termasuk sektor yang sulit sekali merangkak mencapai
target. Indonesia sendiri termasuk yang masih bekerja keras untuk
memastikan target sanitasi bisa tercapai.
Tabel 2.55 Persentase Rumah Tangga menurut Fasilitas Tempat Buang Air
Besar Tahun 2013-2017
No. Fasilitas
Tempat Buang Air Besar
2013 2014 2015 2016 2017
1 Sendiri 69.84 71.27 72.28 81.97 85.35
2 Bersama 11.83 10.18 9.76 4.78 5.37
3 MCK Komunal/Umum
2.49 2.61 3.33 2.06 9.27
4 Ada, ART tidak menggunakan
0 0 0 0.42 0
5 Tidak Ada 15.83 15.94 14.62 10.76 0
Sumber : BPS Provinsi Banten, Tahun 2017
Tabel 2.56...
-117-
Tabel 2.56 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset yang
digunakan Rumah tangga, Tahun 2013-2017
No. Jenis Kloset 2013 2014 2015 2016 2017
1 Leher Angsa 91.29 94.07 91.58 96.52 96.82
2 Plengsengan Tertutup/Tanpa
Tutup 2.44 1.2 2.78 0.96 0.81
3 Cemplung/Cubluk 5.27 3.91 4.64 2.52 2.37
4 Tidak Pakai 1 0.82 1 0 0
Sumber : BPS Provinsi Banten, Tahun 2017
Tabel 2.57 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir
Tinja Tahun 2017
No. Tempat Pembuangan Akhir Tinja 2013 2014 2015 2016 2017
1 Tanki Septik 71.28 71.9 60.13 75.16 87.38
2 SPAL 1.78 1.01 7.82 2.48 8.35
3 Kolam/Sawah/Sungai/Danau/Laut 20.35 20.24 18.6 14.68 4.15
4 Lubang Tanah 3.75 2.98 7.66 2.02 0
5 Pantai/Tanah
Lapang/Kebun/Lainnya 2.83 3.88 5.8 5.65 0.12
Sumber : BPS Provinsi Banten, Tahun 2017
H. Persentase Penduduk Berakses Air Minum
Rumah tangga dikatakan menggunakan/mempunyai akses air
layak apabila sumber air minum yang digunakan rumah tangga
berasal dari :
air leding.
sumur bor/pompa dengan jarak ke tempat
penampungan limbah/kotoran/tinja terdekat >= 10 m.
sumur terlindung dengan jarak ke tempat penampungan
limbah/kotoran/tinja terdekat >= 10 m.
mata air terlindung dengan jarak ke tempat penampungan
limbah/kotoran/tinja terdekat >= 10 m.
air hujan.
Serta dikombinasikan dengan penggunaan air mandi/cuci yang
bersumber dari air terlindung (leding meteran, leding eceran,
sumur bor/pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, dan air
hujan) bila sumber air minum utama menggunakan air
kemasan/isi ulang dan air tidak terlindungi ( air terlindung dengan
-118-
jarak <10 m dan air tidak terlindung).
Indikator ini digunakan untuk memantau akses penduduk
terhadap sumber air berkualitas berdasarkan asumsi bahwa sumber
air berkualitas menyediakan air yang aman untuk diminum bagi
masyarakat. Air yang tidak berkualitas adalah penyebab langsung
berbagai sumber penyakit.
Tabel 2.58 Persentase Akses Rumah Tangga terhadap Sumber Air Minum
Tahun 2013-2017
Tahun
Air
Kemasan
Bermerk
Air
Isi
Ulang
Ledeng
Meteran
Ledeng
Eceran
Sumur
Bor/Pompa
Sumur
terlindung
2013 22.8 35.85 1.33 1.76 28.26 7.94
2014 20.57 39.91 2.63 4.14 26.24 3.15
2015 16.68 36.13 3.03 4.78 27.97 9.44
2016 16.4 35.07 1.83 2.72 32.65 8.32
2017 16.59 46.25 4.18 28.66 3.33 0.59
2013 1,92 0.13 0 0 0 0
2014 3.37 0 0 0 0 0
2015 1.73 0.11 0 0.12 0 0
2016 2.4 0.32 0 0.23 0.06 0
2017 0 0 0 0 0 0.39
Sumber : BPS Provinsi Banten, Tahun 2017
I. Kawasan Kumuh
Kondisi wilayah Kabupaten Tangerang dengan berbagai
karakteristik yang berbeda antara perdesaan dan perkotaan, antara
Pantai Utara dengan wilayah lainnya menyebabkan perbedaan dalam
tingkat sanitasi sehingga menimbulkan kawasan kumuh di
Kabupaten Tangerang. Data tahun 2015 dari 29 kecamatan hanya 26
kecamatan yang masih ada kawasan kumuhnya. Sekitar 378,40 Ha
kawasan kumuh yang ada di Kabupaten Tangerang dengan luas
wilayah Kabupaten Tangerang 95,960 Ha, maka persentase areal
kawasan kumuh di Kabupaten sekitar 0.394 persen.
Penanganan...
-119-
Penanganan masalah kawasan kumuh dilaksanakan sejak
tahun 2013-2018 dengan Program Gebrak Pakumis (Gerakan
Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat Kumuh dan Miskin) sampai
dengan tahun 2017 telah ditangani sebanyak 30 kawasan kumuh.
Tabel 2.59 Penetapan Kawasan Perumahan Dan Permukiman Kumuh
di Kabupaten Tangerang Tahun 2015
No. Kecamatan Kumuh
Berat
Kumuh
Ringan
Kumuh
Sedang
Sangat
Kumuh Jumlah
1 Kecamatan Balaraja
625 143
768
2 Kecamatan Cisauk
457
457
3 Kecamatan Cisoka
741
741
4 Kecamatan Gunung Kaler 188 742 291 241 1,462
5 Kecamatan Jambe
481
481
6 Kecamatan Jayanti
826 371
1,197
7 Kecamatan Kemiri 545 1,162 598 287 2,592
8 Kecamatan Kosambi 1,542 2,054 439
4,035
9 Kecamatan Kresek 213 1,734 1,036
2,983
10 Kecamatan Kronjo
1,660 286
1,946
11 Kecamatan Legok
387
387
12 Kecamatan Mauk 644 1,254 871 281 3,050
13 Kecamatan Mekar Baru
594 285
879
14 Kecamatan Pagedangan
74
74
15 Kecamatan Pakuhaji 1,489 2,647 2,203 520 6,859
16 Kecamatan Panongan
835
835
17 Kecamatan Pasarkemis
236 138
374
18 Kecamatan Rajeg 999 1,889 2,314 249 5,451
19 Kecamatan Sepatan
628 134
762
20 Kecamatan Sepatan Timur 1,410 816 1,769 290 4,285
21 Kecamatan Sindang Jaya 175 1,321 388
1,884
22 Kecamatan Solear
1,073 403
1,476
23 Kecamatan Sukadiri 220 716 119
1,055
24 Kecamatan Sukamulya 199 1,210 674 484 2,567
25 Kecamatan Teluknaga
3,002 979
3,981
26 Kecamatan Tigaraksa
1,212 237
1,449
Total 7,624 28,376 13,678 2,352 52,030
Sumber : Perbup No. 050/Kep.47 - Huk/2015
Tabel 2.60...
-120-
Tabel 2.60 Luas Areal Kawasan Kumuh Per Kecamatan di Kabupaten
Tangerang Tahun 2015
No. Kecamatan Luas (Ha)
1 Kecamatan Balaraja 5.58
2 Kecamatan Cisauk 3.32
3 Kecamatan Cisoka 5.39
4 Kecamatan Gunung Kaler 10.63
5 Kecamatan Jambe 3.50
6 Kecamatan Jayanti 8.70
7 Kecamatan Kemiri 18.85
8 Kecamatan Kosambi 29.38
9 Kecamatan Kresek 21.69
10 Kecamatan Kronjo 14.15
11 Kecamatan Legok 2.81
12 Kecamatan Mauk 22.18
13 Kecamatan Mekar Baru 6.39
14 Kecamatan Pagedangan 0.54
15 Kecamatan Pakuhaji 49.88
16 Kecamatan Panongan 6.07
17 Kecamatan Pasarkemis 2.72
18 Kecamatan Rajeg 39.64
19 Kecamatan Sepatan 5.54
20 Kecamatan Sepatan Timur 31.16
21 Kecamatan Sindang Jaya 13.70
22 Kecamatan Solear 10.73
23 Kecamatan Sukadiri 7.67
24 Kecamatan Sukamulya 18.67
25 Kecamatan Teluknaga 28.95
26 Kecamatan Tigaraksa 10.54
Total 378.40
Sumber : Perbup No. 050/Kep.47 - Huk/2015, diolah.
3.2.1.Rasio...
-121-
3.2.1. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB
a. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
Ruang terbuka hijau kota merupakan kawasan perlindungan, yang
ditetapkan dengan kriteria:
1. Lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter
persegi;
2. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau
kombinasi dari bentuk satuhamparan dan jalur;
3. Didominasi komunitas tumbuhan.
Agar kegiatan budidaya tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan, pengembangan ruang terbuka hijau dari luas
kawasan perkotaan paling sedikit 30% (tiga puluh persen).
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Tabel 2.61 Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah
Di Kabupaten Tangerang Tahun 2013 s.d 2014, 2016
No Uraian 2013 2014 2016
1. Luas Ruang Terbuka Hijau 1.795,79 1.795,79 3.344
2. Luas wilayah 2.927,95 2.927,95 2.927,95
3. Rasio Ruang Terbuka Hijau
(1:2)
61% 61%
Sumber : Dinas Tata ruang dan Bangunan Kab. Tangerang, 2016
3.2.2. Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan
Izin mendirikan bangunan gedung adalah perizinan yang
diberikan oleh Pemerintah kabupaten/kota kepada pemilik
bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung
sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang
berlaku. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian
atau seluruhnya berada diatas dan/atau di dalam tanah dan/atau
-122-
air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,
kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Di
Kabupaten Tangerang, Jumlah bangunan ber IMB pada Tahun 2015
sebanyak 13. 069 unit, lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.62.
Tabel 2.62 Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan
Di Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016
Sumber : DPMPTSP, 2016
2.3.1.4 Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman
1. Rumah layak huni
Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kelayakan
Bangunan, Tempat Tinggal di Kabupaten Tangerang pada Tahun
2017 dapat dilihat pada grafik 2.49.
Gambar 2.49 Persentase Rumah Layak Huni dan Tidak Layak Huni Tahun
2017
Sumber : BPS Provinsi Banten
NO Uraian 2015 2016
1 Jumlah Bangunan ber-
IMB
13 .069
unit. 850
2 Jumlah Bangunan 460.536
Unit. 20.636
3 Rasio Bangunan ber-IMB
(1:2) 2.9% 4,12%
-123-
2.3.1.5 Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat
Dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di
Kabupaten Tangerang pada saat ini Perangkat Daerah Satuan Polisi
Pamong Praja didukung oleh jumlah pegawai sebanyak 67 orang PNS,
yang terdiri dari kualifikasi pendidikan SD sebanyak 1 orang, SLTP
sebanyak 2 orang, SLTA sebanyak 39 orang dan Sarjana sebanyak 25
orang. Sedangkan Berdasarkan Pangkat dan Golongan adalah
Golongan I sebanyak 2 orang, Golongan II sebanyak 36 orang,
Golongan III sebanyak 24 orang dan Golongan IV sebanyak 5 orang.
Cakupan pelayanan bencana kebakaran dengan tingkat waktu
tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen
Kebakaran (WMK) selama 20 menit.
Penegakan Perda dan Perbup dilaksanakan dalam rangka
menciptakan kesadaran masyarakat untuk mentaati undang-undang
serta untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah operasi yang bersifat pembinaan
(non yustisi) dan Operasi Yustisi (diselesaikan secara hukum).
Penegakan Perda dan Perbub untuk menciptakan kondisi yang aman,
tertib dan sadar hukum di masyarakat sehingga hal ini akan
mendukung pelaksanaan pembangunan. Adapun kondisi pelanggaran
Perda dapat dilihat di bawah ini Tabel tersebut diatas menunjukkan
bahwa pada tahun 2012 dan tahun 2013 pelanggaran yang
ditegakkan terhadap terjadinya pelanggaran lebih banyak daripada
jumlah pelanggarannya. Dimulai 2017 jumlah pelanggaran yang
ditegakkan masih jauh dari jumlah pelanggaran yang dilaporkan atau
yang dipantau yaitu sebanyak 146 pelanggaran.
Keberadaan Organisasi Sosial, Organisasi Masyarakat, LSM
dan Partai Politik diperlukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan politik masyarakat dan keterlibatan lembaga swadaya
masyarakat/organisasi masyarakat dalam rangka percepatan
pembangunan.
-124-
Tabel 2.63 Capaian Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
Tahun 2012-2017
No. Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Jumlah pelanggaran
Perda dan/atau Perkada yang diselesaikan
160 176 124 136
127 132
2 Jumlah pelanggaran Perda dan/atau
Perkada yang dilaporkan dan/atau dipantau
150 170 121 135
137
146
Sumber : Satpol PP Kab. Tangerang, Tahun 2012-2017
2.3.1.6 Sosial
Berdasarkan hasil updating data PMKS dan PSKS di
Kabupaten Tangerang pada tahun 2017, dapat disimpulkan
bahwa jumlah PMKS di Kabupaten Tangerang pada tahun 2017
masih tinggi, terutama fakir miskin/kemiskinan.
Tabel 2.64 Rekapitulasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) Kabupaten Tangerang Tahun 2017
NO JENIS PMKS L P JUMLAH
1 Fakir Miskin 224,850 202,521 427,371
2 Perempuan Rawan Sosial Ekonomi
- 27,078 27,078
3 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi
- - 756
4 Anak Balita Terlantar 5,901 5,343 11,244
5 Anak Terlantar 33,921 31,129 65,050
6 Anak Yang Memerlukan Perlindungan Khusus
97 45 142
7 Anak Berhadapan Dengan Hukum
88 4 92
8 Anak Jalanan 75 17 92
9 Anak Dengan Kedisabilitasan 394 301 695
10 Anak Yang Menjadi KTK/ Diperlakukan Salah
- 2 2
11 Lanjut Usia Terlantar 9,700 7,733 17,433
12 Gelandangan 69 17 86
13 Pengemis 62 104 166
14 Pemulung 2,345 439 2,784
15 Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan
223 61 284
-125-
NO JENIS PMKS L P JUMLAH
16 Korban Penyalahgunaan Napza 179 26 205
17 Tuna Susila - 166 166
18 Orang Dengan Penyandang HIV/AIDS (ODHA)
- - 330
19 Kelompok Minoritas - - 350
20 Penyandang Disabilitas 3,974 3,300 7,274
21 Komunikasi Adat Terpencil (KAT)
- - -
22 Korban Tindak Kekerasan (KTK) 17 75 92
23 Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS)
29 39 68
24 Korban Traficking 2 11 13
25 Korban Bencana Alam 2,495 517 3,012
26 Korban Bencana Sosial 56 42 98
JUMLAH 284,477 278,970 564,883
Sumber : Dinas Sosial Kab. Tangerang, 2017
2.3.2. Fokus Layanan Wajib Non Dasar
2.3.2.1 Tenaga Kerja
1.1. Besaran pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan
Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kabupaten Tangerang pada
tahun 2017 sebanyak 50.734 orang, dari jumlah tersebut yang sudah
ditempatkan sebanyak 6.086 orang, jumlah pencari kerja yang
terdaftar di Kabupaten Tangerang tiap tahun meningkat kecuali pada
tahun 2015 mengalami penurunan jumlah pencari kerja di Kabupaten
tangerang.
Tabel 2.65 Jumlah Pencari Kerja dan Pencari Kerja yang ditempatkan
di Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2017
No. Tahun pencari kerja yang
ditempatkan pencari kerja yang terdaftar
1 2013 6.620 33.817
2 2014 6.260 43.401
3 2015 7.742 27.658
4 2016 6.269 47.500
5 2017 6.086 50.734
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kab. Tangerang, 2017
-126-
Besaran pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan di
Kabupaten Tangerang pada tahun 2016 sebesar 13,20%, sedangkan pada
tahun 2017 sebesar 12,00%.
1.2. Besaran pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek
Jumlah tenaga kerja yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
pada tahun 2016 sebanyak 180.851 orang dengan total tenaga kerja
yang ada sebanyak 518.876 orang.
Tabel 2.66 Jumlah Tenaga Kerja Peserta BPJS Ketenagakerjaan
No. Uraian 2016
1 Peserta BPJS Ketenagakerjaan 180.851
2 Jumlah Tenaga Kerja 518.876
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kab. Tangerang, 2017
1.3. Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan
kewirausahaan
Jumlah tenaga kerja yang dilatih pada tahun 2017 sebanyak
140 orang dengan pendaftar pelatihan kewirausahaan sebanyak 140
orang, jumlah ini cenderung menurun dibandingkan tahun
sebelumnya yang berjumlah 240 orang.
Tabel 2.67 Pendaftar Tenaga Kerja yang Dilatih Tahun 2013-2017
No. Tahun Tenaga kerja yang dilatih
Pendaftar pelatihan
kewirausahaan
1 2013 380 380
2 2014 360 360
3 2015 620 620
4 2016 240 240
5 2017 140 140
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kab. Tangerang, 2017
-127-
2.3.2.2 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1. Indeks Pembangunan Gender (IPG)
Indeks Pembangunan Gender (IPG) digunakan untuk mengukur
pencapaian dimensi dan variabel yang sama seperti IPM, tetapi
mengungkapkan ketidakadilan pencapaian laki-laki dan
perempuan. Capaian IPG Kabupaten Tangerang berada pada angka
91,20 berada diatas angka IPG Provinsi Banten yang hanya 91,14.
Tabel 2.68 Komponen Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kabupaten
Tangerang Tahun 2017
No. Komponen Laki-Laki Perempuan
IPG
Kabupaten Tangerang
IPG
Provinsi Banten
1 Angka Harapan Hidup
67,44 71,39
91,20 91,14
2 Harapan Lama Sekolah
12,46 12,52
3 Rata-Rata Lama Sekolah
8,60 7,53
4 Pengeluaran Per Kapita
17.235 10.308
5 Indeks Pembangunan Manusia
75,00 68,40
Sumber : Kabupaten Tangerang Dalam Angka, 2018
2. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), indikator ini
menunjukkan apakah perempuan dapat memainkan peranan aktif
dalam kehidupan ekonomi dan politik. Angka IDG Kabupaten
Tangerang sekitar 62,43 lebih rendah dibandingkan dengan angka
IDG Provinsi Banten yang mencapai 70.
Tabel 2.69 Komponen Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kabupaten
Tangerang Tahun 2017
No. Komponen Nilai (%) IDG Kab.
Tangerang
IDG
Provinsi
Banten
1 Keterlibatan Perempuan di
Parlemen 71,39
62,43 70
2 Perempuan sebagai Tenaga
Profesional 12,52
-128-
3 Sumbangan Pendapatan
Perempuan 7,53
Sumber : Kabupaten Tangerang Dalam Angka, 2018
3. Partisipasi perempuan di lembaga pemerintah
Berdasarkan data dari BKPSDM, dan Sekretariat DPRD
jumlah pekerja perempuan dilembaga pemerintah pada tahun 2017
sebanyak 6.232 orang. Sedangkan jumlah angkatan kerja
perempuan sejumlah sebanyak 548.311 jiwa (sumber : Sakernas,
2017). Sehingga Tingkat partisipasi perempun dilembaga
pemerintah sekitar 1,14%.
4. Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPR
Berdasarkan data dari Sekretariat DPRD Jumlah kursi DPRD
yang diduduki oleh perempuan di DPRD Kabupaten Tangerang dari
tahun 2013-2017 sebanyak 7 orang perempuan, dengan jumlah
kursi di DPRD sebanyak 50 kursi, proporsi kursi yang diduduki
oleh perempuan di DPRD sekitar 14%.
5. Partisipasi angkatan kerja perempuan
Jumlah partisipasi angkatan kerja perempuan pada tahun
2016 di Kabupaten Tangerang sebanyak 4.408 orang dengan
angkatan kerja perempuan sebanyak 20.530 orang. Partisipasi
angkatan kerja perempuan sekitar 21,47% pada tahun 2016.
6. Rasio APM perempuan/laki‐ laki di SD
Indikator kesempatan memperoleh pendidikan antara
perempuan dan laki-laki diukur dari rasio APM yang menunjukkan
kesetaraan dan keadilan gender di bidang pendidikan. APM SD
perempuan lebih besar dibandingkan dengan APM SD laki-laki
sehingga rasio 1,01 menunjukan bahwa kesempatan memperoleh
pendidikan perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki.
Tabel 2.70 Rasio Perempuan/Laki-laki di SD
No. Uraian APM 2016 APM 2017
1 Laki-Laki 97,76 98,75
2 Perempuan 98,42 99,40
Rasio 1,01 1,01
-129-
Sumber : DPPA Kab. Tangerang, 2017
7. Rasio APM perempuan/laki‐ laki di SMP
Pada tahun 2016 APM SMP perempuan lebih besar
dibandingkan dengan APM SMP laki-laki sehingga rasio 1,03
menunjukan bahwa kesempatan memperoleh pendidikan
perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki, sedangkan pada
tahun 2017 APM SMP laki-laki lebih besar dibandingkan APM
SMP perempuan, sehingga rasionya sebesar 0,99, artinya
kesempatan memperoleh pendidikan perempuan lebih kecil
dibandingkan laki-laki.
Tabel 2.71 Rasio Perempuan/Laki-laki di SMP
No. Uraian APM 2016 APM 2017
1 Laki-Laki 81,13 82,10
2 Perempuan 83,29 81,67
Rasio 1,03 0,99
Sumber : DPPA Kab. Tangerang, 2017
8. Rasio APM perempuan/laki‐ laki di SMA
Pada tahun 2016 APM SMA perempuan lebih besar
dibandingkan dengan APM SMA laki-laki sehingga rasio 1,09
menunjukan bahwa kesempatan memperoleh pendidikan perempuan
lebih besar dibandingkan laki-laki, sedangkan pada tahun 2017 APM
SMA laki-laki lebih besar dibandingkan APM SMA perempuan,
sehingga rasionya sebesar 0,95, artinya kesempatan memperoleh
pendidikan perempuan lebih kecil dibandingkan laki-laki.
Tabel 2.72 Rasio Perempuan/Laki-laki di SMA
No. Uraian APM 2016 APM 2017
1 Laki-Laki 52,63 58,36
2 Perempuan 57,41 55,31
Rasio 1,09 0,95
Sumber : DPPA Kab. Tangerang, 2017
-130-
9. Rasio melek huruf perempuan terhadap laki‐ laki pada
kelompok usia 15‐ 24 Tahun
Rasio melek huruf perempuan terhadap lelaki pada usia 15-
24 tahun pada 2017 sebesar 0,98, sedangkan pada tahun 2016
sebesar 0,96 artinya perempuan lebih sedikit yang telah melek huruf
dibandingkan laki-laki.
Tabel 2.73 Rasio melek huruf perempuan terhadap laki‐ laki pada
kelompok usia 15‐ 24 tahun
No. Melek Huruf 2016 2017
1 Laki-Laki 97,81 97,05
2 Perempuan 94,25 94,73
Rasio 0,96 0,98
Sumber : DPPA Kab. Tangerang, 2017
2.3.2.3 Pangan
Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya
dijamin oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Tidak hanya sekedar memenuhi kuantitas pangan tetapi juga
kualitasnya. Pangan sangat berkaitan dengan keberlangsungan hidup
manusia. Kurangnya ketersediaan pangan yang mencukupi kebutuhan
masyarakat dalam suatu negara akan mengakibatkan menurunnya
kesejahteraan hidup, penyakit, kelaparan, bahkan bencana. Selain itu,
peringatan akan perubahan kondisi iklim global telah mengganggu
pertumbuhan harga pangan sehingga terjadi potensi kenaikan harga
pada beberapa komoditas. Bahkan beberapa lembaga internasional
telah memberikan peringatan dini tentang adanya fluktuasi harga
pangan, sehingga, ketahanan pangan (food security), kemandirian
pangan (food self-help), dan kedaulatan pangan (food souverenity)
nasional penting untuk digalakan.
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi
negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat,
-131-
aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketahanan pangan
merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai
subsistem. Subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan,
distribusi pangan dan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan
pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut.
1. PENGUATAN CADANGAN PANGAN
Cadangan pangan utama di Kabupaten Tangerang pada tahun
2017 sekitar 476.074 ton, cadangan pangan ini cenderung mengalami
peningkatan dari tahun 2016 yang sebesar 355.743 ton.
Tabel 2.74 Penguatan Cadangan Pangan, Tahun 2013-2017
Tahun Ketersediaan Pangan Utama
2013 416.653
2014 422.650
2015 353.451
2016 355.743
2017 476.047
Sumber : DPKP Kabupaten TangerangTahun 2017
2. Subsistem ketersediaan pangan.
Subsistem ketersediaan pangan yaitu ketersediaan pangan
dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang
dalam suatu negara yang mencakup aspek produksi, cadangan serta
keseimbangan antara impor dan ekspor pangan. Ketersediaan pangan
harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun produksi pangan
bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume
pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan
jenisnya serta stabil penyediaannya dari waktu ke waktu.
Ketersediaan pangan per kapita yaitu ketersediaan jenis
pangan yang tersedia untuk di konsumsi oleh rumah tangga,
pedagang eceran, perusahaan/industri makanan jadi, rumah makan
dan sejenisnya pada periode tertentu. Ketersediaan pangan
mengisyaratkan adanya rata-rata pasokan pangan yang cukup
tersedia setiap saat. faktor-faktor yang mempengaruhi ketersedian
pangan antara lain:
-132-
a. Produksi: peningkatan produksi pangan dan kualitas pangan
dapat dilakukan dengan program intensifikasi budidaya dan
diversifikasi pangan antara lain dengan usaha pengolahan bahan
pangan menjadi produk pangan yang mempunyai nilai tambah.
b. Pasokan pangan dari luar (impor).
c. Cadangan pangan merupakan salah satu sumber penyediaan
pangan penting bagi pemantapan ketahan pangan. Pengelolaan
cadangan yang baik akan dapat menanggulangi masalah pangan
seperti adanya gejolak harga yang tidak wajar, atau keadaan
darurat karena adanya bencana atau paceklik yang
berkepanjangan, sehingga membatasi aksesibilitas pangan
masyarakat.
Untuk mengukur ketersediaan pangan di suatu daerah,
ditunjukkan dengan tingkat ketersediaan energi dan protein yang
merupakan indikator dari standar pelayanan minimal untuk
ketersediaan pangan. Berikut grafik perkembangan ketersediaan
energi dan protein di Kabuaten Tangerang tahun 2014-2017.
Gambar 2.50 Ketersediaan Energi dan Protein Perhari (%)
Sumber : DPKP Kabupaten TangerangTahun 2017
Catatan: Ketersediaan Energi/kap/hari ideal = 2200 kkal/kap/hari
Ketersediaan Protein/kap/hari ideal = 57 g/kap/hari
Berdasarkan grafik di atas, terlihat tingkat ketersediaan energi
dan protein perkapita perhari di Kabupaten Tangerang sudah melebihi
angka ideal yang ditetapkan pemerintah. Hal tersebut menunjukkkan
di Kabupaten Tangerang sudah cukup terpenuhi dalam dalam hal
aspek ketersediaan baik energi maupun protein.
Undang – undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan
menjelaskan bahwa: “Cadangan Pangan Nasional terdiri atas
-133-
Cadangan Pangan Pemerintah Pusat, Cadangan Pangan Pemerintah
Daerah dan Cadangan Pangan Masyarakat”. Selanjutnya dalam Pasal
23 dijelaskan bahwa Cadangan Pangan Pemerintah Daerah terdiri
atas Cadangan Pemerintah Daerah Provinsi, Cadangan Pangan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Cadangan Pangan
Pemerintah Desa. Pasal 33 menjelaskan bahwa : “ masyarakat
mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya
mewujudkan Cadangan Pangan Masyarakat “. Karena itu maka
pemerintah Pusat dan Daerah memfasilitasi pengembangan cadangan
pangan masyarakat sesuai kearifan lokal. Kegiatan Pengembangan
Cadangan Pangan Daerah Tahun 2017 pada Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang adalah untuk penyediaan
Cadangan Pangan Pemerintah (CBP) berupa beras atau Cadangan
Beras Pemerintah (CBP). Berikut grafik perkembangan cadangan
pangan sejak tahun 2014 – 2017 di Kabupaten Tangerang.
Gambar 2.51 Penguatan Cadangan Pangan (%)
3. Subsistem distribusi pangan
Subsistem distribusi pangan mencakup aspek aksesibilitas
secara fisik dan ekonomi atas pangan secara merata. Sistem distribusi
bukan semata-mata menyangkut aspek fisik dalam arti pangan
tersedia di semua lokasi yang membutuhkan, tetapi juga masyarakat.
Surplus pangan di tingkat wilayah belum menjamin kecukupan
pangan bagi individu masyarakatnya. Sistem distribusi ini perlu
dikelola secara optimal dan tidak bertentangan dengan mekanisme
pasar terbuka agar tercapai efisiensi dalam proses pemerataan akses
pangan bagi seluruh penduduk.
-134-
Aspek Akses Pangan (Food Acces): yaitu kemampuan semua
rumah tangga dan individu dengan sumber daya yang dimiliki untuk
memperoleh pangan yang cukup untuk kebutuhan gizinya yang dapat
diperoleh dari produksi pangannya sendiri, pembelian atupun melalui
bantuan pangan. Akses rumah tangga dari individu terdiri dari akses
ekonomi, fisik dan sosial. Akses ekonomi tergantung pada,
pendapatan, kesempatan kerja dan harga. Akses fisik menyangkut
tingkat isolasi daerah (sarana dan prasarana distribusi), sedangkan
akses sosial menyangkut tentang referensi pangan. Atau dapat
dikatakan keterjangkauan dalam pengukuran ketahanan pangan
pada tingkat rumah tangga dilihat dari kemudahan rumah tangga
memperoleh pangan yang dapat diukur dari pemilikan lahan. Cara
memperoleh pangan juga dapat dengan produksi sendiri dan membeli.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Akses pangan dapat
dikategorikan dalam faktor-faktor yang bersifat fisik antara lain
kelancaran sistem distribusi, terpenuhinya sarana dan prasana
transportasi sehingga tidak menimbulkan terjadinya isolasi daerah.
Faktor yang bersifat ekonomi antara lain kemampuan atau
peningkatan daya beli masyarakat atau individu dikarenakan adanya
kesempatan kerja menyebabkan pendapatan tinggi sehingga harga
pangan terjangkau. Faktor yang bersifat sosial antara lain tidak
adanya konflik sosial yang disebabkan oleh buruknya adat atau
kebiasaan, tinggi-rendahnya pengetahuan sehingga berpengaruh pada
preferensi atau pemilihan jenis pangan. Suatu contoh adanya
pengetahuan tentang asupan gizi pada komoditas pangan yang
seharusnya dikonsumsi maka rumah tangga atau individu dengan
pendapatan yang tinggi maka tidak mustahil rumah tangga/individu
akan memilih komoditas pangan yang memiliki mutu dan kualitas.
Standar Pelayanan Minimal untuk subsistem distribusi pangan
adalah mengukur aspek ketersediaan informasi Pasokan, Harga dan
Akses Pangan. Berikut gambaran yang menunjukkan ketersediaan
informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Kabupaten
Tangerang dari tahun 2014 – 2017.
-135-
Gambar 2.52 Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan
(%)
Sumber : DPKP Kabupaten TangerangTahun 2017
Ketersediaan informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di
Kabupaten Tangerang diperoleh dengan cara mengambil data langsung
dari pedagang di beberapa pasar besar yang mewakili setiap daerah di
Kabupaten Tangerang. Data tersebut berupa informasi pasokan dan
harga beberapa bahan makanan utama yang banyak dibutuhkan
masyarakat. Data tersebut yang kemudian seharusnya disebarluaskan
kepada masyarakat terutama yang berlokasi cukup jauh dari pasar,
sehingga akses masyarakat terhadap kebutuhan informasi tersebut dapat
terpenuhi.
Selain itu, data yang diperoleh juga diolah sehingga didapati
informasi kestabilan harga dan pasokan barang kebutuhan pangan
pokok. Dengan kestabilan tersebut, diharapkan tidak ada gejolak yang
membuat masyarakat harus membayar lebih untuk mencukupi
kebutuhan pangan pokok mereka. Berikut data yang menunjukkan
kestabilan harga dan pasokan barang kebutuhan pangan pokok selama
kurun waktu tahun 2014 – 2017.
-136-
Gambar 2.53 Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan (%)
Sumber : DPKP Kabupaten TangerangTahun 2017
Dari grafik diatas terlihat bahwa harga dan pasokan barang
kebutuhan pangan pokok di Kabupaten Tangerang selama empat tahun
terakhir sudah sangat stabil. Meskipun ada fluktuasi harga maupun
pasokan yang terjadi di lapangan, hal tersebut tidak terlalu signifikan dan
tidak mempengaruhi kestabilan pasokan dan harga kebutuhan pangan
pokok tersebut.
4. Subsistem konsumsi pangan
Subsistem konumsi pangan menyangkut upaya peningkatan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mempunyai
pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga
dapat mengelola konsumsinya secara optimal. Konsumsi pangan
hendaknya memperhatikan asupan pangan dan gizi yang cukup dan
berimbang, sesuai dengan kebutuhan bagi pembentukan manusia
yang sehat, kuat, cerdas dan produktif. Dalam subsistem konsumsi
terdapat aspek penting lain yaitu aspek diversifikasi. Diversifikasi
pangan merupakan suatu cara untuk memperoleh keragaman
konsumsi zat gizi sekaligus mengurangi ketergantungan masyarakat
atas satu jenis pangan pokok tertentu, yaitu beras. Ketergantungan
yang tinggi dapat memicu instabilitas apabila pasokan pangan
tersebut terganggu. Sebaliknya agar masyarakat menyukai pangan
alternatif perlu peningkatan cita rasa, penampilan dan kepraktisan
-137-
pengolahan pangan agar dapat bersaing dengan produk-produk yang
telah ada.
Dalam kaitan ini peranan teknologi pengolahan pangan sangat
penting. Efektifitas dari konsumsi pangan tergantung pada
pengetahuan rumah tangga/individu sanitasi dan ketersediaan air,
fasilitas kesehatan, serta penyuluhan gizi dan pemeliharaan balita.
Konsumsi pangan terkait dengan kualitas dan keamanan jenis
pangan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi. Ukuran
kualitas pangan seperti ini sulit dilakukan karena melibatkan
berbagai jenis makanan dengan kandungan gizi yang berbeda-beda,
sehingga ukuran keamanan hanya dilihat dari ada atau tidaknya
bahan makanan yang mengandung protein hewani dan/atau nabati
yang dikonsumsi dalam rumah tangga. Oleh karena itu, ukuran
kualitas pangan dilihat dari data pengeluaran untuk konsumsi
makanan (lauk-pauk) sehari-hari yang mengandung protein hewani
dan/atau nabati.
Adalah Pola pangan harapan (PPH) yang dijadikan model
pendekatan untuk mencerminkan susunan konsumsi pangan
anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Dengan pendekatan
PPH dapat dinilai mutu pangan berdasarkan skor pangan dari 9
bahan pangan. Pola Pangan Harapan berguna sebagai instrumen
sederhana menilai situasi ketersediaan dan konsumsi pangan
berupa jumlah dan komposisi menurut jenis pangan secara agregat.
Disamping itu juga berguna sebagai basis untuk penghitungan skor
Pola Pangan Harapan yang digunakan sebagai indikator mutu gizi
pangan dan keragaman konsumsi pangan baik pada tingkat
ketersediaan maupun tingkat konsumsi. Selain itu digunalan untuk
perencanaan konsumsi dan ketersediaan pangan. Dengan
pendekatan Pola Pangan Harapan dapat dinilai mutu pangan
penduduk berdasarkan skor pangan (dietary score). Semakin tnggi
skor mutu pangan, menunjukkan situasi pangan yang semakin
beragam dan semakin baik komposisi dan mutu gizinya. Berikut
data skor pola pangan harapan di Kabupaten Tangerang selama
kurun waktu empat tahun ke belakang.
-138-
Gambar 2.54...
Gambar 2.54 Skor Pola Pangan Harapan (%)
Sumber : DPKP Kabupaten TangerangTahun 2017
Keragaman konsumsi pangan masyarakat di Kabupaten
Tangerang dengan indikator skor Pola Pangan Harapan (PPH)
menunjukkan bahwa skor mutu konsumsi pangan penduduk
Indonesia periode 2014 – 2017 terjadi kenaikan. Peningkatan mutu
konsumsi pangan penduduk menunjukkan sudah baiknya kesadaran
masyarakat akan pangan yang beragam, bergizi, berimbang, dan aman.
Baiknya kesadaran masyarakat tersebut kemungkinan lebih
disebabkan oleh tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Tangerang
yang semakin tinggi serta banyaknya akses pangan selain beras yang
semakin mudah di peroleh, sehingga konsumsi pangan yang lain selain
beras sudah hampir memenuhi komposisi ideal yang dianjurkan.
Konsumsi pangan juga erat kaitannya dengan mutu dan
keamanan pangan. Mutu dan keamanan pangan tidak hanya
berpengaruh terhadap kesehatan manusia, tetapi juga terhadap
produktivitas ekonomi dan perkembangan sosial baik individu,
masyarakat maupun negara. Selain itu mutu dan keamanan pangan
terkait erat juga dengan kualitas pangan yang dikonsumsi, yang secara
langsung berpengaruh terhadap kualitas kesehatan serta pertumbuhan
fisik dan intelgensi manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan antara lain
fasilitas dan layanan kesehatan dengan cara peningkatan fasilitas
-139-
kesehatan yang memadai dan mempermudah layanan kesehatan,
sanitasi dan ketersediaan air dengan kecukupan air bersih hal ini
dikarenakan air yang kurang bersih rentan penyakit.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan yaitu
pengetahuan ibu rumah tangga tentang pola makan dan pola asuh
kesehatan berdampak pada seberapa besar jumlah asupan gizi yang
dikonsumsi. Apabila faktor-faktor tersebut terpenuhi tidaklah mustahil
bahwasannya hasil yang diharapkan seperti peluang harapan hidup
dari terpenuhinya gizi balita akan meminimalkan angka kematian bayi
sebagi penerus generasi.
Berkaitan dengan keamanan pangan, dari instansi atau badan
pengawasan pangan telah melakukan beberapa kegiatan antara lain:
a. penyuluhan kepada produsen makanan jajanan dan pedagang;
b. pengawasan bahan pangan melalui pengujian bahan pangan segar;
c. penyebaran dan publikasi informasi keamanan dan mutu pangan
melalui media cetak maupun elektronik;
d. penetapan dan pengusulan peraturan daerah tentang pengendalian
Keamanan, mutu dan gizi pangan;
e. inventarisasi institusi yang memiliki kompetensi dalam menangani
keamanan, mutu, dan gizi pangan segar, olahan, siap saji dan
pangan jajanan.
Bentuk dari ketahanan pangan menitikberatkan pada pola
konsumsi yang diharapkan mampu memenuhi gizi maupun energi,
diversifikasi pangan dan adanya jaminan keamanan pangan. Kebijakan
penanganan keamanan pangan diarahkan untuk menjamin tersedianya
pangan segar yang aman untuk dikonsumsi agar masyarakat terhindar
dari bahaya, baik karena cemaran kimia maupun mikroba yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat
sehingga aman untuk dikonsumsi dan mendukung terjaminnya
pertumbuhan/perkembangan kesehatan dan kecerdasan manusia.
Berikut data pengawasan dan pembinaan keamanan pangan di
Kabupaten Tangerang dari tahun 2014 – 2017.
-140-
Gambar 2.55 Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan (%)
Sumber : DPKP Kabupaten TangerangTahun 2017
Dari grafik terlihat bahwa pengawasan dan pembinaan keamanan
pangan di Kabupaten Tangerang sudah berjalan baik sebagaimana
mestinya. Hal tersebut tercermin dari sample yang diuji seluruhnya
terbebas dari cemaran residu pestisida, logam berat, dan mikroba.
Pembangunan ketahanan pangan memerlukan keharmonisan dari
ketiga subsistem tersebut. Pembangunan sub sistem ketersediaan pangan
diarahkan untuk mengatur kestabilan dan kesinambungan ketersediaan
pangan, yang berasal dari produksi, cadangan dan impor. Pembangunan
sub sistem distribusi pangan bertujuan menjamin aksesibilitas pangan
dan stabilitas harga pangan. Pembangunan sub sistem konsumsi
bertujuan menjamin setiap rumah tangga mengkonsumsi pangan dalam
jumlah yang cukup, bergizi dan aman. Keberhasilan pembangunan
masing-masing sub-sistem tersebut perlu didukung oleh faktor ekonomi,
teknologi dan sosial budaya yang pada akhirnya akan berdampak pada
status gizi.ngerang, 2017
2.3.2.4 Pertanahan
Produksi sertipikat tanah yang diterbitkan oleh BPN Kabupaten
Tangerang pada tahun 2016 seluas 185.895.539 Ha dengan rincian
sertipikat berupa Hak Milik, HGU, HGB, Hak Pakai, Hak Pengelolaan,
dan Hak Sarusun. Sertipikat yang paling banyak diterbitkan adalah
sertipikat Hak Milik dengan sebanyak 334.211 bidang.
-141-
Tabel 2.75 Rekapitulasi Produksi Sertifikat Tanah di Kabupaten
Tangerang oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), 2016
No. Sertipikat Bidang Luas
1 Hak Milik 334.211 136.472.018
2 Hak Guna Usaha
3 Hak Guna Bangunan 219.106 5.591.926
4 Hak Pakai 441 4.392.154
5 Hak Pengelolaan 37 39.427.328
6 Hak Sarusun 14 12.113
7 Tanah Wakaf - -
Total 553.809 185.895.539
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2017
2.3.2.5 LINGKUNGAN HIDUP
1. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk
Untuk Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) di Kabupaten
Tangerang pada tahun 2016 sebesar 1,381 % dibandingkan
jumlah penduduk yang ada. secara lebih lengkap dapat dilihat
pada tabel 2.76 berikut :
Tabel 2.76 Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah
Penduduk di Kabupaten Tangerang Tahun 2016 No Uraian Jumlah
1. Jumlah TPS 16
2. Jumlah Daya Tampung TPS 48.000
3. Jumlah Penduduk 3.476.431
4. Rasio Daya Tampung TPS thd Jumlah penduduk 1.381%
Sumber : DLHK Kab. Tangerang. 2017
2. Persentase jumlah sampah yang tertangani
Untuk menghitung persentase penanganan sampah dapat disusun
tabel 2.77 sebagai berikut:
Tabel 2.77 Jumlah Volume Sampah dan Produksi Sampah Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016
NO Uraian 2015 2016
1. Jumlah sampah yang ditangani (Ton) 945 1.136
2. Jumlah volume produksi sampah 3.500 4.807
3. Persentase 27% 23.63
Sumber : DLHK Kab. Tangerang. 2017
-142-
Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang yang sampai dengan
tahun 2016 ini sudah mencapai 3.477.495 jiwa (sumber BPS Kab.
Tangerang 2017) tentu saja mempengaruhi timbulan sampah yang ada.
Dengan metode pendekatan diasumsikan bahwa volume timbulan
sampah di Kab. Tangerang sebesar 5.216 m3/hari (asumsi : sampah
yang dihasilkan = 1.5 liter/org/hari). Satu-satunya tempat pembuangan
akhir yang dimiliki adalah TPA Jatiwaringin dengan luas lahan 18 Ha
dan yang sudah terpakai sekitar 7 Ha. Kondisi ini tidak serta merta
mampu menyelesaikan masalah atau menampung volume sampah yang
ada karena disebabkan oleh beberapa factor. Diantaranya adalah
infrastruktur yang kurang memadai seperti akses masuk ke TPA,
teknologi pengelolaan sampah yang masih open dumping (yang
menyebabkan rendahnya penilaian TPA pada P1 adipura yaitu 36.27).
Berikutnya disebabkan oleh kurangnya armada sampah. Adapun data
armada pengangkut sampah vs volume sampah dapat dilihat dari tabel
2.79.
Tabel 2.78 Sampah yang terangkut Tahun 2017
Armada Jumlah (unit)
Sampah yang terangkut (m3/hari)
Dinas 190 2.280
Kecamatan 46 552
Total 236 2.832 Catatan :
Volume bak : 6 m3
Ritase : 2
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa timbulan sampah
yang terangkut adalah 2.832 m3 atau sekitar 54,29% dari total sampah
yang ada. Hal inilah yang menyebabkan masih banyaknya kawasan
kumuh dan titik-titik sampah liar.
Hal lain yang juga menyumbang permasalahan sampah adalah
masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku budaya 3R.
Kabupaten Tangerang telah membangun dan memfasilitasi masyarakat
dengan pembangunan TPST. dalam kurun waktu tahun 2013 s/d 2017
telah dibangun 14 TPST di beberapa kecamatan. Namun dari sekian
jumlah yang ada. hanya sebagian kecil yang berjalan diantaranya TPST
3R Gemah Ripah yang berlokasi di Kecamatan Tigaraksa. Adapun Bank
-143-
Sampah juga sudah mulai dikembangkan dan terdapat 2 (dua) Bank
sampah yang sudah berjalan dengan baik. yaitu Bank Sampah
Kemuning (Binong) dan bank Sampah Puri Permai (Tigaraksa). TPST dan
Bank Sampah inilah yang masih perlu mendapatkan perhatian serius
dari Pemerintah Daerah.
3. Kondisi Lingkungan Hidup
Kabupaten Tangerang dialiri 4 (empat) sungai besar yaitu :
Sungai Cisadane, Sungai Cimanceuri, Sungai Cirarab, dan Sungai
Cidurian. Selain itu dikenal juga sebagai daerah seribu industri, hal
ini didukung dengan adanya data jumlah industri yang beroperasi
di Kabupaten Tangerang. Dari data yang dihimpun tercatat terdapat
4.965 industri yang tersebar baik di kawasan maupun zona
industri. Mayoritas industri sekitar ± 53,5% merupakan industri
pengolahan dengan jumlah 2.657 industri, dan 613 industri ini
berada di sepanjang DAS.
Sayangnya. peningkatan penanaman modal/investasi dari
sektor industri juga berimbas pada penurunan kualitas lingkungan
dalam hal ini kualitas air permukaan/sungai. Masih rendahnya
ketaatan industri dalam pengelolaan lingkungan menyebabkan
terjadinya pencemaran. Menurut data yang diperoleh dikatakan
bahwa dari 613 industri di sepanjang DAS, terdapat 276 industri
penghasil air limbah dan mirisnya hanya terdapat 138 industri
yang memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Tabel 2.79 Data Indeks Pencemaran/Status Mutu Air Sungai
No. Nama Sungai
Status Mutu Titik Pantau Keterangan
1. Cisadane Tercemar ringan
- Jembatan Cisauk Ringan
(29 industri) - Jembatan PT Indorama
Ringan
- Jembatan Gading Ringan
- Jembatan Cikokol Ringan
- Jembatan Robinson Ringan
- Bendungan Pintu air
Ringan
2. Cirarab Tercemar ringan s/d
berat
- Jembatan Bitung Berat
(420 industri) - Jembatan Pasarkemis
Sedang
- Jembatan Permata Tangerang
Berat
-144-
No. Nama Sungai
Status Mutu Titik Pantau Keterangan
- Jembatan Kutabumi
Berat
- Cadas Kukun Berat
- Cirarab Hilir Berat
- Jembatan Sarakan Ringan
- Jembatan Cirarab Ringan
3. Cimanceuri Tercemar ringan s/d
sedang
- Jembatan Kutruk Ringan
(162 industri) - Jembatan Ruko Millenium
Ringan
- Jembatan Surya Toto
Ringan
- Jembatan Balaraja Ringan
- Jembatan Baduk Anom
Sedang
- Jembatan Barong Sedang
4. Cidurian Tercemar ringan s/d
sedang
- Jembatan Kopo Maja
Ringan
(2 industri) - Ranca Sumur Ringan
- Cikande Asem Ringan
- Jembatan Koper Sedang
- Jembatan Kresek Ringan
- Kronjo Ringan
Sumber data : Bidang PPKLH DLHK 2017
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keempat sungai di
Kabupaten Tangerang sudah tercemar mulai dari ringan sampai berat.
Dan kondisi terparah adalah sungai Cirarab.
Kondisi air sungai ini juga mempengaruhi kuantitas air baku bagi
penyediaan air minum untuk masyarakat. dimana saat ini baru 32%
masyarakat yang dapat mengakses air minum dari target minimum 40%.
Meskipun begitu. pemerintah daerah tidak hanya berpangku tangan.
pembinaan bahkan pelaksanaan penegakan hukum sudah dilakukan
terhadap 1203 industri dan 753 industri sudah ditindaklanjuti mulai dari
pemberian sanksi administrasi s/d paksaan pemerintah. Masih
rendahnya capaian pengawasan industri ini dikarenakan terbatasnya
SDM yang ada dimana jumlah Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
Daerah (PPLHD) yang dimiliki di DLHK hanya 2 (dua) orang.
Gambar 2.56 Kasus Pengaduan Masalah Lingkungan Hidup
-145-
Dari grafik tersebut menyatakan bahwa seluruh pengaduan
terkait masalah lingkungan hidup tertangani oleh DLHK, baik yang
masih dalam tahap pembinaan maupun sudah selesai kasusnya.
2.3.2.7 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
1. Persentase Posyandu Aktif
Jumlah posyandu pada tahun 2017 mencapai 2.276 dengan
jumlah posyandu aktif sebanyak 1.167 atau sekitar 51,21%.
Tabel 2.80 Persentase Posyandu aktif di Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
No. Tahun Posyandu Posyandu
Aktif
Persentase Posyandu Aktif
(%)
1 2013 2.181 677 31.04
2 2014 2.207 1.191 53.96
3 2015 2.241 969 43.23
4 2016 2.173 1.084 49.88
5 2017 2.279 1.167 51,21
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tangerang, 2017
2.3.2.8 Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
1. Laju pertumbuhan penduduk (LPP)
Laju pertumbuhan penduduk (LPP) di Kabupaten Tangerang
selama tahun 2013-2016 cenderung mengalami kenaikan sebesar
3,17%, jumlah penduduk sampai tahun 2016 sebanyak 3.477.495
jiwa.
Tabel 2.81 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2016
No. Tahun Jumlah
Penduduk
Laju Pertumbuhan
(%)
1 2013 3.157.780 3.34
2 2014 3.264.776 3.39
3 2015 3.370.594 3.24
4 2016 3.477.495 3.17
-146-
Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
2.Total Fertility...
2. Total Fertility Rate (TFR)/Angka Fertilitas Total
TFR merupakan jumlah anak rata-rata yang akan dilahirkan
oleh seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya apabila
perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas. Angka Fertilitas Total
(TFR) membantu para perencana program pembangunan untuk
meningkatkan rata-rata usia kawin, meningkatkan program
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan Ibu hamil
dan perawatan anak, serta untuk mengembangkan program
penurunan tingkat kelahiran. TFR merupakan indikator untuk
membandingkan keberhasilan antar wilayah dalam melaksanakan
pembangunan sosial ekonomi, menunjukkan tingkat keberhasilan
program KB, membantu para perencana program pembangunan
untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, meningkatkan program
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan ibu hamil
dan perawatan anak, serta mengembangkan program penurunan
tingkat kelahiran.
Tabel 2.82 Angka Fertilitas Total Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 TFR 2,2 2,2 2,32 2,32 2,32
Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
TFR sebesar 2,32 berarti bahwa wanita (usia 15-49 tahun)
secara rata-rata mempunyai 2-3 anak selama masa usia suburnya.
TFR yang tinggi merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang
rendah, tingkat pendidikan rendah terutama wanitanya dan tingkat
sosial ekonomi rendah (tingkat kemiskinan tinggi).
-147-
3. Persentase sektor yang tersosialisasi konsep
Pembangunan Berwawasan Kependudukan dan alat
ukurnya (IPBK/indeks Pembangunan Berwawasan
Kependudukan)
Organisasi Perangkat Daerah yang terpapar pada tahun
2017 sebanyak 13 perangkat daerah dengan total perangkat daerah
yang ada sebanyak 33 perangkat daerah, persentase sebanyak
39,39%. Jumlah perangkat daerah yang terpapar sebelumnya
sebanyak 10 perangkat daerah.
Tabel 2.83 Persentase sektor yang tersosialisasi konsep
Pembangunan Berwawasan Kependudukan dan alat ukurnya
(IPBK/indeks Pembangunan Berwawasan Kependudukan)
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1
Jumlah Organisasi
Perangkat Daerah yang terpapar
0 0 3 10 13
2 Jumlah Organisasi Perangkat Daerah yang ada
0 0 33 33 33
Persentase 0 0 9,09 30,30 39,39
Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
4. Persentase Perangkat Daerah (Dinas/Badan) yang berperan aktif
dalam pembangunan Daerah melalui Kampung KB
Kampung KB merupakan salah satu “senjata pamungkas”
baru pemerintah dalam mengatasi masalah kependudukan,
terutama di wilayah-wilayah yang jarang “terlihat” oleh pandangan
pemerintah. Kampung KB, kedepannya akan menjadi ikon program
kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).
Kehadiran Kampung KB bertujuan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat di tingkat kampung atau yang setara melalui program
KKBPK serta pembangunan sektor lain dalam rangka mewujudkan
keluarga kecil berkualitas. Kabupaten Tangerang pada tahun 2017
memiliki 29 kampung KB, pada tahun 2016 sebanyak 26 kampung
KB yang tersebar dibeberapa kecamatan.
-148-
Tabel 2.84 Persentase Perangkat Daerah yang berperan aktif dalam
pembangunan Daerah melalui Kampung KB
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 Jumlah perangkat daerah yang berperan aktif di kampung KB
0 0 0 15 15
2 Jumlah semua perangkat daerah
0 0 0 33 33
Persentase 0 0 0 45 45
Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
5. Rata-rata jumlah anak per keluarga
Jumlah anak di Kabupaten Tangerang pada tahun 2016 sebanyak
1.301.443 dengan jumlah keluarga sebanyak 853.246 keluarga persentase
sekitar 1,53%.
Tabel 2.85 Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga
No. Uraian 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah Anak 1.419.250 1.273.659 1.301.443 1.301.443
2 Jumlah
Keluarga 771737 827.015 853.246 853.246
Persentase 1,84 1,54 1,53 1,53
Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
6. Angka pemakaian kontrasepsi/CPR bagi perempuan menikah usia 15 –
49
Peserta KB aktif di Kabupaten Tangerang tahun 2017 mencapai
468.341 peserta dengan banyaknya pasangan usia subur (PUS) sebanyak
676.723. Persentase antara PUS dengan peserta KB aktif sekitar 69,21%.
Tabel 2.86 Angka Pemakaian Kontrasepsi Bagi Perempuan Menikah
Usia 15-49 Tahun
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 Jumlah peserta KB aktif
407.565 418.025 452.811 464.204 468.341
2 Jumlah pasangan usia subur
620.188 627.163 661.295 674.810 676.723
-149-
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Persentase 65,72 66,65 68,47 68,79 69,21
Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
7. Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15–19) per 1.000 perempuan
usia 15–19 tahun (ASFR 15–19)
ASFR 15-19 diperoleh dari jumlah remaja perempuan melahirkan
di usia 15-19 tahun dibandingkan dengan 1.000 perempuan yang berusia
15-19 tahun di Kabupaten Tangerang.Angka kelahiran remaja dengan usia
perempuan antara 15-19 tahun di Kabupaten Tangerang pada tahun 2017
mencapai 39,6 orang per 1000 perempuan berusia 15-19 tahun. Secara
lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.87 Angka Kelahiran Remaja di Kabupaten Tangerang Tahun 2013-
2017
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 ASFR 15-19
tahun 23 23 39,6 39,6
39,6
Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
8. Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang istrinya dibawah 20 tahun
Pasangan usia subur dengan istri diumur kurang 20 tahun di
Kabupaten Tangerang pada tahun 2017 mencapai 46.814 jiwa dengan
jumlah pasangan usia subur ditahun yang sama sebanyak 676.723
pasangan atau sekitar 6,92%.
Tabel 2.88 Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) Tahun 2013-2017
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1
Jumlah pasangan usia subur dengan istri di umur kurang 20
th
47.025 47.462 471.38 47.138 46.814
2 Jumlah pasangan usia subur
590.392 627.163 661.295 661.295 676.723
Persentase 7,97 7,57 7,13 7,13 6,92
Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
-150-
9. Cakupan PUS yang ingin ber-KB tidak terpenuhi (unmet need)
Pasangan usia subur yang ingin ber KB tetapi tidak terlayani di
Kabupaten Tangerang tahun 2017 sebanyak 102.432 pasangan, dengan
jumlah PUS sebanyak 676.723 pasangan atau sekitar 15,44%.
Tabel 2.89 Cakupan PUS yang ingin ber-KB tidak terpenuhi
Tahun 2013-2017
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1
Jumlah PUS yang ingin ber-KB tetapi tidak terlayani
98.928 99.802 99.802 104.194 102.432
2 Jumlah pasangan usia subur
620.188 627.163 661.295 661.295 676.723
Persentase 15,95 15,91 15,45 15,44 15,44
Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
10. Persentase Penggunaan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Akseptor KB yang menggunakan pola metode kontrasepsi jangka
panjang atau MKJP diKabupaten Tangerang tahun 2017 sebanyak
116.322 akseptor dengan jumlah akseptor KB yang ada sebanyak
468.341 dengan persentase 24,84%.
Tabel 2.90 Persentase Penggunaan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Tahun 2013-2017
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1
Jumlah akseptor KB
yang
menggunakan
MKJP
111.938 108.398 111.187 115.747 116.322
2 Jumlah
akseptor KB 407.565 418.025 452.811 464.204 468.341
Persentase 27,47 25,93 24,55 24,93 24,84
Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
-151-
11. Persentase tingkat keberlangsungan pemakaian kontrasepsi
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB jumlah akseptor KB 468.341 pasangan, jumlah
pasangan usia subur yang tidak lagi menggunakan kontrasepsi 22.721
pasangan artinya 4,85% pasangan yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi.
12. Cakupan anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber-KB
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB jumlah anggota kelompok BKB yang ber-KB 5.996
kelompok, dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 7.080 atau sekitar
84.69%.
13. Cakupan anggota Bina Keluarga Remaja (BKR) ber-KB
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB jumlah anggota kelompok BKR yang ber-KB sebanyak
4.491 kelompok dengan jumlah anggota kelompok BKR sebanyak 4.987
kelompok, cakupan anggota Bina Keluarga Remaja mencapai 90.05%.
14. Cakupan anggota Bina Keluarga Lansia (BKL) ber-KB
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB jumlah anggota kelompok BKL yang ber-KB sebanyak
5.569 anggota dengan jumlah anggota kelompok BKL mencapai 6.565
anggota dengan cakupan anggota Bina Keluarga lansia adalah 84.83%.
15. Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) di setiap Kecamatan
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB jumlah Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS)
sebanyak 2 unit dengan jumlah kecamatan 29 kecamatan dengan rasio
sekitar 6,90%.
-152-
16. Cakupan Remaja dalam Pusat Informasi dan Konseling
Remaja/Mahasiswa
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB jumlah PIK R/M sebanyak 8 PIK, dengan jumlah
kecamatan yang ada sebanyak 29 kecamatan, sehingga cakupannya
mencapai 27,59%.
17. Cakupan PKB/PLKB yang didayagunakan Perangkat Daerah KB untuk
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah di bidang
pengendalian penduduk
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB jumlah petugas KB dan Penyuluh KB yang
didayagunakan pada tahun 2017 sebanyak 7 orang, dengan jumlah
PLKB/PKB sebanyak 7 dengan cakupan 100%.
Tabel 2.91 Cakupan PKB/PLKB yang didayagunakan Perangkat Daerah KB
untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah di bidang
pengendalian penduduk
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1
Jumlah PKB
dan PLKB yang
didayagunakan
12 10 9 8 7
2 Jumlah
PKB/PLKB 12 10 9 8 7
Persentase 100 100 100 100 100 Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
18. Cakupan PUS peserta KB anggota Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber-KB mandiri
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB jumlah anggota kelompok UPPKS yang ber-KB mandiri
sebanyak 1.476 anggota, dengan jumlah anggota kelompok UPPKS
sebanyak 1.594, cakupan pasangan usia subur peserta KB anggota
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber-KB
mandiri sekitar 92.60%.
-153-
19. Rasio petugas Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) setiap
desa/kelurahan
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB jumlah petugas pembantu Pembina KB desa di
Kabupaten Tangerang pada tahun 2017 sebanyak 274 petugas, dengan
jumlah desa/kelurahan sebanyak 274 desa/kelurahan, dengan rasio 1:1
artinya 1 desa/kelurahan ada 1 orang petugas Pembina KB di desa
tersebut.
Tabel 2.92 Rasio Petugas Pembantu Pembina KB Desa
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 Jumlah petugas Pembantu
Pembina KB Desa
274 274 274 274 274
2 Jumlah
Desa/Kelurahan 274 274 274 274 274
3 Rasio 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1
Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
20. Cakupan ketersediaan dan distribusi alat dan obat kontrasepsi di
gudang Kabupaten/Kota
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB persediaan alat dan obat Kontrasepsi sebanyak
362.838 dengan Rata Rata Pemakaian alat dan obat Kontrasepsi per
bulan sekitar 167.797 cakupan ketersediaan sekitar 216.24%.
21. Cakupan ketersediaan dan distribusi alat dan obat kontrasepsi di
Faskes
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB persediaan alat dan obat Kontrasepsi sebanyak
16.681 dengan Rata Pemakaian alat dan obat Kontrasepsi per bulan
11.097 cakupan ketersediaan sekitar 150.32%.
22. Persentase Faskes dan jejaringnya (diseluruh tingkatan wilayah)
yang bekerjasama dengan BPJS dan memberikan pelayanan KBKR
-154-
sesuai dengan standarisasi pelayanan
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB jumlah Faskes dan jejaring yang bekerjasama dengan
BPJS sebanyak 68 dengan jumlah Faskes dan jejaring 93, persentase
Faskes dan jejaringnya sekitar 73.12%.
23. Cakupan penyediaan Informasi Data Mikro Keluarga di setiap desa
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB jumlah informasi data mikro keluarga yang tersedia
sebanyak 274 dengan jumlah seluruh informasi data mikro keluarga 274,
cakupan sekitar 100.00%
24. Cakupan kelompok kegiatan yang melakukan pembinaan keluarga
melalui 8 fungsi keluarga
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB jumlah kelompok kegiatan yang melakukan
pembinaan sebanyak 626 kelompok kegiatan dengan keluarga melalui 8
fungsi keluarga 658 dengan cakupan sekitar 93.62%.
25. Cakupan keluarga yang mempunyai balita dan anak yang memahami
dan melaksanakan pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang
anak
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB, jumlah keluarga yang mempunyai balita dan anak
yang memahami dan melaksanakan pengasuhan dan pembinaan tumbuh
kembang sebanyak 7.992 keluarga dengan jumlah keluarga mempunyai
balita dan anak sebanyak 24.706, cakupan keluarga yang mempunyai
balita dan anak yang memahami dan melaksanakan pengasuhan dan
pembinaan tumbuh kembang anak sekitar 32.35%.
26. Rata-rata usia kawin pertama wanita
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB rata-rata usia kawin pertama wanita di Kabupaten
Tangerang tahun 2015-2017 rata-rata pada usia 18 tahun.
Tabel 2.93 Rata-rata Usia Kawin pertama Wanita
-155-
No. Uraian 2015 2016 2017
1 Rata-rata Usia Kawin
Pertama Wanita 18 18 18
Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
27. Persentase Pembiayaan Program Kependudukan, Keluarga
Bencana dan Pembangunan Keluarga melalui APBD dan
APBDes
Pada tahun 2017 data yang bersumber dari Dinas Pengendalian
Penduduk dan KB pengganggaran untuk program kependudukan, KB
dan Pembangunan Keluarga di APBD Kabupaten Tangerang pada
tahun 2017 sebesar Rp. 15.421.805.584, dengan APBD sebesar Rp.
5.590.682.471.500, dengan persentase sekitar 0,28%.
Tabel 2.94 Persentase Pembiayaan Program Kependudukan, KB
dan Pembangunan Keluarga
Uraian 2014 2015 2016 2017
Jumlah
anggaran
untuk
urusan
PPKB
8.401.125.600 11.862.519.981 15.665.642.137 15.421.805.584
Jumlah APBD dan
APBDes
4.181.100.523.20
2
4.867.750.687.55
7
4.957.841.202.27
4
5.590.682.471.50
0
Persentas
e 0,20 0,24 0,32 0,28
Sumber : DPPKB Kab. Tangerang, 2017
2.3.2.9 PERHUBUNGAN
a. Izin Trayek di Kabupaten Tangerang
Angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang
digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif.
Sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat, banyak orang
yang mampu membeli kendaraan pribadi. Banyak alasan untuk
memiliki kendaraan pribadi, antara lain karena masalah privasi dan
kenyamanan.
Namun dibalik kebaikannya, kepemilikan kendaraan pribadi
terlalu banyak juga menimbulkan masalah diantaranya masalah
kemacetan. Oleh karena itu semakin banyak masyarakat yang
menggunakan kendaraan umum, semakin efektif pula penggunaan
-156-
jalan raya. Dengan kata lain, kendaraan umum merupakan salah satu
pemecahan masalah kemacetan di jalan raya.
Berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang No.551.2/Kep.230-
Huk/2012, tentang Penetapan Jaringan Trayek dan Jumlah Mobil
Penumpang Umum Angkutan Perdesaan Kabupaten Tangerang.
Menurut data yang ada, di Kabupaten Tangerang setidaknya ada 42
trayek angkutan umum dari berbagai jurusan. Seperti trayek
angkutan umum jurusan Curug-Bitung-Balaraja PP, Legok-
Pagedangan-Kelapadua PP, Serpong-Cisauk-Cicangkal PP, dan
seterusnya. Untuk lebih jelasnya mengenai jaringan trayek dan
jumlah kendaraan sebagaimana terlihat pada tabel 2.95.
Tabel 2.95 Rekapitulasi Data Angkutan Umum Kabupaten Tangerang
Tahun 2018
No. Jenis Kendaraan Jumlah
A. Mobil Barang :
1 Truck 6.732
2 Pick Up 27.112
3 Light Truck 17.661
B. Mobil Bis :
4 Bis 266
5 Micro 554
6 Mini 2.379
C. Mobil Penumpang:
7 Taxi 147
8 Tempelan 202
Total 55.053
Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Tangerang 2019
Tabel 2.96 Trayek Angkutan Perdesaan di Kabupaten Tangerang
Tahun 2017
NO KODE
TRAYEK TRAYEK / RUTE
WARNA
KENDARAAN
JUMLAH KENDARAAN SESUAI KEP.
BUPATI Nomor 551.2/Kep/230-
Huk/2012
JUMLAH KENDARAAN YANG DAPAT
IZIN DARI DINAS
PERHUBUNGAN
KET.
1 A.07 CURUG - BITUNG - BALARAJA. PP
KUNING UNGU 100 100
2 A.08 LEGOK -
PAGEDANGAN - HIJAU 50 28
-157-
NO KODE
TRAYEK TRAYEK / RUTE
WARNA KENDARAAN
JUMLAH KENDARAAN SESUAI KEP.
BUPATI Nomor
551.2/Kep/230-Huk/2012
JUMLAH KENDARAAN YANG DAPAT IZIN DARI
DINAS PERHUBUNGAN
KET.
KELAPA DUA . PP
3 A.09
BALARAJA - CIBADAK
- TIGARAKSA - DARU. PP
BIRU HIJAU 50 50
4 A.10
PERUM DASANA
INDAH - LEGOK - CURUG. PP
KUNING BIRU
TUA 50 4
TDK
AKTIF
5 A.11
LEGOK - RANCA IYUH
- PS.KORELET - SOLONG - DARU. PP
40 40
TDK
AKTIF
6 D.20 SERPONG - CISAUK - CICANGKAL. PP
PUTIH ORANGE
140 130
7 D.20A LEGOK - PERT.ASEM - PERT.CISAUK - SERPONG. PP
UNGU HITAM 100 61
8 E.01 BALARAJA - CIKANDE - GINTUNG.PP
PUTIH STRIP KUNING
150 150
9 E.02 BALARAJA - KRONJO.
PP
PUTIH STRIP
KUNING 115 24
TDK
AKTIF
10 E.03 BALARAJA - KRESEK. PP
HIJAU MUDA HIJAU TUA
150 150
11 E.04 BALARAJA - CISOKA. PP
PUTIH STRIP KUNING
50 4 TDK
AKTIF
12 E.05 BALARAJA - CIKUPA - PASAR KEMIS. PP
PUTIH STRIP KUNING
65 52
13 E.06
BALARAJA - PERT.CANGKUDU -
PS.CISOKA - TMN. ADYASA.PP
PUTIH HIJAU 200 195
14 E.07
CIKUPA - CIBADAK -
PS.TIGARAKSA - TENJO. PP
65
TDK
AKTIF
15 E.09 KRONJO - RAJEG -
PASAR KEMIS. PP
BIRU MUDA
BIRU TUA 45 26
16 E.10
CURUG-SERDANG ASRI-MEKAR ASRI-CITRA RAYA-
TIGARAKSA.PP
KUNING HIJAU 100 87
17 E.12
CIKUPA-CITRA RAYA-PANONGAN-SERDANG
ASRI-MEKAR ASRI- PS.KORELET-BUGEL-KATOMAS-PS.GUDANG-
TIGARAKSA.PP
HIJAU ORANGE
75 42
18 E.15
BALARAJA - CISOKA - TIGARAKSA -
KOMP.PEMDA - JEUNJING.PP
HIJAU HINO 50 21
19 E.16
TERM.SENTIONG-
RSUD BALARAJA-KAWASAN OLEK- PUSPEM TIGARAKSA.PP
HIJAU HINO 70 21 TDK
AKTIF
20 F.03 TANJUNG PASIR - KP. MELAYU - DADAP. PP
PUTIH STRIP KUNING
115 106
21 F.04 KP.MELAYU - CITUIS -
SANGRILA. PP BIRU KUNING 70 40
22 F.05 KP.MELAYU - KALIBARU - KEDAUNG
- SEPATAN. PP
UNGU KUNING 50 50
23 F.06 KP.MELAYU - KP.BESAR - DS.LEMO -
KP.MUARA.PP
PUTIH HIJAU 50 10
24 F.07
SEPATAN - PASAR PAKUHAJI - JL.H.UNUB -
KP.MELAYU.PP
HIJAU STRIP KUNING
150 1 TDK
AKTIF
25 G.05 TANJUNG KAIT - MAUK - PASAR KEMIS. PP
BIRU MUDA BIRU TUA
42 42
26 G.07 KOTABUMI - BITUNG - CIKUPA - BALARAJA. PP
BIRU MUDA BIRU TUA
155 155
27 G.08 DAON - CADAS - SEPATAN. PP
BIRU MUDA BIRU TUA
25 10 TDK
AKTIF
-158-
NO KODE
TRAYEK TRAYEK / RUTE
WARNA KENDARAAN
JUMLAH KENDARAAN SESUAI KEP.
BUPATI Nomor
551.2/Kep/230-Huk/2012
JUMLAH KENDARAAN YANG DAPAT IZIN DARI
DINAS PERHUBUNGAN
KET.
28 G.09
KOTABUMI-JL.PAJAJARAN-
DS.DUMPIT-PRM.HARKIT-LIPPO KARAWACI. PP
BIRU KUNING 60 17
29 G.15
PS.KEMIS-TMN.SUKAMANTRI-RAJEG-PS.SEPATAN. PP
BIRU MUDA BIRU TUA
50 11
30 G.16
PS.SEPATAN-KP.PISANGAN-JATIMULYA-LEBAK
WANGI-CADAS-NAGRAK.PP
PUTIH HIJAU 50 5
31 G.17
CURUG-SK.BAKTI-
BOJONG NANGKA-SUMARECON MALL SERPONG. PP
PUTIH HIJAU 150 25
32 R.07 CIMONE-PALASARI-
BINONG-CURUG.PP
PUTIH STRIP
BIRU 150 150
33 R.07A CIMONE-KAV.PEMDA-CURUG.PP
PUTIH STRIP BIRU
110 110
JUMLAH 2892 1917
Sumber: Dinas Perhubungan, Kab. Tangerang Tahun 2019
b. Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB/KIR)
Unit pelaksana Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) atau uji KIR di
Kabupaten Tangerang hanya 1 unit yang dimiliki oleh Dinas Perhubungn yaitu
yang berlokasi di Kecamatan Balaraja. Selama tahun 2013 sampai dengan
2017 telah dilaksanakan Pengujian Kendaraan Bermotor di UPT PKB
sebanyak 244.447 unit kendaraan dengan rincian mobil barang sebanyak
217.890 unit, mobil bis sekitar 22.646 unit, mobil penumpang sebanyak 3.574
unit kendaraan, dan tempelan sebanyak 337 unit.
Selama tahun 2013 telah di uji berbagai kendaraan di UPT PKB sebanyak
45.244 unit kendaraan, pada tahun 2014 sebanyak 44.815, sedangkan tahun
2015 telah di uji sebanyak 51.735, dan tahun 2016 telah dilakukan uji KIR
sebanyak 51.192 unit kendaraan, dan pada tahun 2017 telah dilakukan
pengujian terhadap kendaraan sebanyak 51.461 unit.
Tabel 2.97 Perkembangan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) di UPT
PKB Dinas Perhubungan, Kab. Tangerang Tahun 2013-2017
Jenis Kendaraan 2013 2014 2015 2016 2017
MOBIL BARANG 38,859 40,078 45,832 45,639 47,482
MOBIL BIS 5,276 4,188 4,850 4,812 3,520
MOBIL PENUMPANG 1,057 482 1,053 741 241
TEMPELAN 52 67 - - 218
Jumlah 45,244 44,815 51,735 51,192 51,461
-159-
Sumber : UPT PKB Dinas Perhubungan, tahun 2017
Gambar 2.57 Perkembangan Pengujian Kendaraan Bermotor
Tahun 2013-2017
Sumber : Dinas Perhubungan,Kab. Tangerang 2017, diolah.
2.3.2.10 Komunikasi dan Informatika
a. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Menggunakan Telepon
Selular (HP)
Persentase penduduk 5 tahun ke atas yang menggunakan
Telepon Seluler di Kabupaten Tangerang tahun 2017 sekitar 61,67
persen, sedangkan yang tidak memiliki telepon seluler sekitar 38,33
persen, kecenderungan penggunaan HP di Kabupaten Tangerang per
tahun cenderung fluktuatif.
Tabel 2.98 Persentase penduduk yang menggunakan HP Tahun
2015-2017 di Kabupaten Tangerang
Penguasaaan Telepon
Seluler 2015 2016
2017
Memiliki 59.68 60.59 61,67
Tidak Memiliki 40.32 39.41 38,33
Sumber : Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Banten Tahun 2015-2017
-160-
Gambar 2.58 Persentase Penggunaan HP di Kabupaten Tangerang
Tahun 2012-2016
b. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Menggunakan Komputer
dan Akses terhadap Internet
Persentase penduduk 5 tahun ke atas yang memiliki komputer di
Kabupaten Tangerang cenderung naik-turun, pada tahun 2016
penduduk yang memiliki komputer sekitar 14,27 persen, sedangkan
pada tahun 2017 persentase penduduk yang memiliki/menggunakan
komputer sekitar 18,08 persen.
Aktivitas penduduk yang mengakses internet pada tahun 2016
sekitar 25,53 persen dan pada tahun 2017 naik menjadi 35,53 persen.
Kebutuhan akan akses internet lebih tinggi dibandingkan kepemilikan
terhadap komputer atau telepon pintar.
Tabel 2.99 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas yang Menggunakan
Komputer (PC/Desktop, Laptop/Note Book, Tablet), Tahun 2012-2017
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Memiliki Komputer
(Desktop/Laptop/Notebook) 18.99 22.97 18.33 19,79 14,27 18,08
Akses Internet 16.03 16.64 18.93 26,47 25,53 35,53
Sumber : Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Banten Tahun 2012-2017
-161-
Gambar 2.59 Persentase Penduduk 5 Tahun ke atas yang memiliki
Kompter dan Akses Internet Tahun 2012-2017
2.3.2.11 Koperasi, Usaha kecil, dan Menengah
Terdapat 1.227 koperasi di Kabupaten Tangerang pada tahun 2016.
Dari jumlah tersebut 942 koperasi merupakan koperasi aktif dan mampu
menyerap 2.240 karyawan. Jumlah anggota yang terdaftar pada
keseluruhan koperasi tersebut adalah 614.261 orang. Berdasarkan
modalnya, koperasi di Kabupaten Tangerang lebih banyak menggunakan
modal dari luar dibandingkan modal sendiri. Jumlah asset yang dimiliki
perusahaan koperasi mencapai 527 miliar rupiah dengan volume
usaha728 miliar rupiah.
Tabel 2.100 Jumlah Koperasi di Kabupaten Tangerang
Tahun 2016
No. Jenis
Koperasi
Tahun 2016
Koperasi Aktif Anggota Karyawan
1 Angkutan 11 9 1,564 21
2 Distribusi 29 3 1,071 6
3 Inkra 19 9 3,106 20
4 Kopkar 244 224 194,325 748
-162-
No. Jenis
Koperasi
Tahun 2016
Koperasi Aktif Anggota Karyawan
5 Koppas 23 23 9,397 56
6 KPRI 58 56 24,926 59
7 KSU 376 296 135,246 308
8 KUD 24 10 19,422 48
9 Masjid 7 7 3,026 32
10 Pedagang
K-5 6 3 12,458 2
11 Pembiayaan 23 14 1,226 19
12 Pemuda 2 1 349 2
13 Pensiunan 21 16 1,621 32
14 Perikanan 7 5 2,875 3
15 Pertanian 37 28 20,154 12
16 Perumahan 28 20 3,254 52
17 Peternakan 5 3 297 16
18 Polisi/TNI 10 7 2,293 17
19 Pontren 79 9 21,546 100
20 Profesi 5 4 185 5
21 Pusat 7 6 371 26
22 Simpan
Pinjam 88 86 138,864 714
23 Wanita 18 18 4,595 39
24 Wisata 2 2 224 4
25 Lain-Lain 98 83 11,866 99
TOTAL
1,227 942 614,261 2,440
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, tahun 2018
2.3.2.12 PENANAMAN MODAL
6.1. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
Jumlah investor Penanaman Modal Asing/PMA dan Investor dalam
negeri yang berinvestasi di Kabupaten Tangerang sebanyak 313
investor, dengan 181 investor dalam negeri, 132 investor asing.
Tabel 2.101 Jumlah Investor PMDN/PMA di Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 PMDN 33 37 53 115 181
2 PMA 52 55 62 110 132
Jumlah 85 92 115 225 313
Sumber : DPMPTSP Kab. Tangerang, 2017
-163-
6.2. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
Nilai investasi PMA di Kabupaten Tangerang pada tahun 2016
senilai Rp. 421.420,7 (ribu US$), sedangkan Penanaman Modal Dalam
Negeri tahun 2016 mencapai 6,153,530.8 (juta Rp.) Untuk PMDN
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya Rp.
2,064,418. Sedangkan PMA mengalami penurunan dari tahun 2015
yang sekitar 508.607 (Ribu US$).
Tabel 2.102 Nilai Investasi PMA/PMDN di Kabupaten Tangerang
Tahun 2012-2016
URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016
PMA
Nilai Investasi (ribu US$)
673,331.0 726,460.0 460,144.0 508,607.0 421,420.7
Perluasan (Ribu US$) 10,000.0 1,232,507.5
Jumlah Proyek 7.0 247 403 822 815
Perluasan Proyek 26.0 178
Tenaga Kerja (Orang) 14,259 20,392 220 24,476 18,870
Perluasan (Orang) 4,358 19,610
PMDN
Nilai Investasi (juta Rp) 592,159.7 572,5840 4,845,967.0 2,064,418.0 6,153,530.8
Perluasan (Juta Rp.) 661,250.0 4,591,972.9
Jumlah Proyek 10 39 46.0 143 212
Perluasan Proyek 7 73
Tenaga Kerja (Orang) 1,595 19,982 220.0 16,551 23
Perluasan (Orang) 1,870 15,158
Sumber : Indikator Ekonomi Banten, tahun 2012-2017, BPS Provinsi Banten, diolah.
6.3. Rasio daya serap tenaga kerja
Jumlah proyek PMA di Kabupaten Tangerang tahun 2016
mencapai 815 proyek dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 18.870
orang, dengan investasi PMDN sebanyak 212 proyek, dengan menyerap
tenaga kerja sebanyak 23 orang. Rasio pennyerapan tenaga kerja
terhadap jumlah proyek pada tahun 2016 sekitar 23,15 untuk PMA,
sedangkan untuk PMDN sekitar 0,11.
Tabel 2.103 Rasio Daya Serap Investasi PMA dan PMDN di Kabupaten
Tangerang Tahun 2012-2016
PMA 2012 2013 2014 2015 2016
Rasio daya serap tenaga kerja
2,037.00 82.56 0.55 29.78 23.15
-164-
PMDN 2012 2013 2014 2015 2016
Rasio daya serap tenaga kerja
159.50 512.36 4.78 115.74 0.11
Sumber : Indikator Ekonomi Banten, tahun 2012-2017, BPS Provinsi Banten, diolah.
6.4. Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah)
Perkembangan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri di
Kabupaten Tangerang selama kurun waktu lima tahun antara 2013-
2017 cenderung fluktuatif kenaikan investasi PMDN terjadi pada tahun
2015 dan tahun 2016, terjadi penurunan investasi di tahun 2013-
2014, dan tahun 2016-2017.
Tabel 2.104 Perkembangan Investasi PMDN di Kabupaten
Tangerang Tahun 2013-2017
No. Tahun Investasi PMDN (RP.
Juta) Kenaikan/Penurunan
1 2013 2.405.714,2 -
2 2014 1.551.782,7 -36,28%
3 2015 3.401.518,4 119,61%
4 2016 3.986.356,3 159,97%
5 2017 6.413.641,5 -26,71%
Sumber : DPMPTSP Kabupaten Tangerang, 2017
Penanaman Modal menjadi aktivitas investasi yang sangat penting
bagi pertumbungan ekonomi suatu wilayah. Aktivitas penanaman modal
ini menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Dampak/efek
pengganda (mulitiplier effect) yang ditimbulkan dari aktivitas tersebut
memungkinkan terjadinya dorongan pertumbuhan ekonomi dalam suatu
sistem perekonomian. Aktivitas investasi pada berbagai sektor
memungkinan perekonomian menghasilkan output yang banyak,
pemanfaatan sumberdaya lokal secara optimal dan terjadinya dinamika
dalam proses pertukaran produksi antar daerah maupun lintas sektor.
Jika dilihat dari daya saing daerah, Kabupaten Tangerang
memiliki daya tarik tersendiri bagi penanam modal baik luar maupun
dalam negeri. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah pertumbuhan
investor yang penanamkan modal di Kabupaten Tangerang ini dari
tahun ke tahun terus meningkat. Penanaman modal di Kabupaten
Tangerang dalam kurun waktu 2013 hingga 2017 terus menunjukkan
perkembangan, jika dilihat dari jumlah unit usahanya. Sedangkan jika
dilihat dari nilai investasinya cenderung fluktuatif setiap tahunya. Hal
ini menunjukkan bahwa iklim investasi di Kabupaten Tangerang
cenderung kondusif. Pertumbuhan penanaman modal di Kabupaten
-165-
Tangerang sampai dengan tahun 2017 meliputi investasi PMA 411 unit
dengan nilai investasi US$ 2.975.900,2, investasi PMDN 399 unit
dengan nilai investasi Rp 17.759.022,1 juta lebih jelasnya terlihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.105 Perkembangan Penanaman Modal Tahun 2013-2017
Kabupaten Tangerang
URAIAN
SATUAN
REALISASI
TAHUN
2013
REALISASI
TAHUN
2014
REALISASI
TAHUN
2015
REALISA
SI TAHUN
2016
REALISASI
TAHUN
2017
Realisasi Investasi PMDN dan PMA
Juta Rupiah (PMDN)
2.405.714,2 1.551.782,7 3.401.518,4 3.986.356,3 6.413.641,5
Ribu Dollar (PMA)
1.261.165,6 269.259,3 472.486,6 560.327,5 412.661,5
Jumlah
Investor
Perusahaa
n PMDN
33 37 53 115 181
Perusahaan PMA
52 55 62 110 132
Sumber : DPMPTSP Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2017
Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Tangerang Nomor : 800/59.2-
DPMPTSP/2017 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Non
Perizinan Bidang Pada Lingkup Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Tangerang.
Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Bidang pada
Lingkup Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
sebagai berikut:
A. Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan A
meliputi perizinan :
1. Izin Prinsip
2. Izin Lokasi
3. Izin Pemanfaatan Penatagunaan Tanah (IPPT)
4. Izin Trayek Dalam Wilayah Daerah
5. Izin Jalan Masuk
6. Izin Usaha Angkutan
7. Izin Penyelenggaraan Parkir
8. Izin Usaha Pertanian yang Kegiatan Usahanya Dalam Daerah
9. Izin Usaha Pengecer (Toko, Retail, Sub Distributor) Obat Hewan
10. Izin Usaha Peternakan
-166-
B. Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan B meliputi
Pelayanan perizinan :
1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
2. Izin Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
3. Izin Pemasangan Tiang Pancang
4. Izin Usaha JasaKontruksi (IUJK)
5. Izin Reklame
6. Izin Usaha Toko Modern
7. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan
8. Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional
9. Perpanjangan IMTA
10. Izin Lembaga Pelatihan Kerja Skala Daerah
11. Izin Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta Dalam Satu Daerah
Kabupaten
12. Izin Penyelenggaraan dan Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan
I3. Izin Usaha Perikanan (Pembudidayaan Ikan dan Penangkapan Ikan)
14. Surat Izin Penangkap Ikan 5-10 GT
15. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan
Sedangkan pelayanan non perizinan :
1. Surat Tanda daftar Kapal 0-5 GT
2. Tanda Daftar Gudang
3. Surat Tanda Pendaftaran Waralaba
4. Tanda Daftar Usaha Pariwisata
5. Sertifikat Laik Fungsi
C. Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan C meliputi
pelayanan perizinan :
1. Izin Pembuangan Limbah Cair
2. Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3. Izin Gangguan
4. Izin Sarana Kesehatan (RumahSakit, Klinik, Apotik, Optik, Pengobatan
Tradisional, Laboratorium, Toko Obat, Pedagang Obat Eceran, Radiologi)
5. Izin Usaha Mikro Obat Tradisional
6. Izin Usaha Simpan Pinjam Untuk Koperasi dengan Wilayah Keanggotaan
Dalam Daerah Kabupaten
-167-
7. Izin Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor
Kas Simpan Pinjam Wilayah Keanggotaan Dalam Daerah Kabupaten;
8. Izin Pendaurulangan Sampah/Pengolahan sampah, pengangkutan
Sampah dan Pemprosesan Akhir Sampah yang diselenggarakan Oleh
Swasta
Sedangkan Pelayanan Non Perizinan :
1. Rekomendasi Usaha Kecil Obat Tradisional;
2. Rekomendasi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
3. Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi Rumah Makan/Restaurant/Jasa Boga
4. Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi Depot Air Minum
5. Rekomendasi Penyalur Alat Kesehatan
6. Rekomendasi Pengusaha Besar Farmasi
7. Sertifikat Produk Pangan Industri Rumah Tangga
8. Rekomendasi Pest Control
D. Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dan Informasi
Penanaman Modal meliputi perizinan :
1. Izin Prinsip Penanaman Modal
2. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal
3. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal
4. Izin Prinsip Penggabungan Penanaman Modal Perusahaan
5. Izin Usaha Tetap
6. Izin Usaha Industri
7. Izin Perluasan Industri
8. Izin Usaha Industri Kecil
9. Izin Usaha Kawasan Industri
-168-
E. Bidang Perencanaan, Pengembangan Iklim dan Promosi Penanaman Modal,
meliputi perizinan Izin Usaha Perdagangan, sedangkan non perizinan
meliputi Tanda Daftar Perusahaan.
Tabel 2.106 Rekapitulasi Penerbitan Izin Januari s.d Desember 2017
No Jenis Izin Izin Masuk Izin Terbit Dalam Proses
1 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 333 282 51
2 Perpanjangan IMTA 582 470 112
3 Izin Reklame 482 268 214
4 Izin Usaha Toko Modern 49 27 22
5 Tanda Daftar Usaha Pariwisata 90 89 1
6 Sertifikat Laik Fungsi 17 11 6
7 Izin Usaha Jasa konstruksi 148 124 24
8 Tanda Daftar Gudang 21 13 8
9 Izin Lembaga Pelatihan Kerja 3 2 1
10 Izin Usaha Perdagangan 1.367 1.298 69
11 Tanda Daftar Perusahaan 1.660 1.571 89
12 Izin Prinsip Penanaman Modal 382 362 20
13 Izin Usaha Industri 90 46 44
14 Izin Apotek 38 36 2
15 Izin Lingkungan 143 139 4
16 Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) 35 31 4
17 Izin Klinik dan Kecantikan 36 31 5
18 Izin Laboratorium 1 1 -
19 Sertifikat Laik Higiene 16 14 2
20 Izin Mendirikan Klinik dan Kecantikan 21 17 4
Sumber : DPMPTSP Kabupaten Tangerang Tahun 2017
2.3.2.13 Kepemudaan dan Olah raga
Pada tahun 2014, Peserta Pertukaran Pemuda Antar Negara
(PPAN) dari Kabupaten Tangerang yang mengikuti seleksi sebanyak 1
orang dengan tujuan Negara Malaysia, di tahun 2016 peserta yang
mengikuti seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) sebanyak 1
orang dengan tujuan Negara Tiongkok. Seleksi Peserta yang mengikuti
Bhakti Pemuda Antar Provinsi (BPAP) pada tahun 2014 sebanyak 1 orang
dengan tujuan DIY, sedangkan pada tahun 2015 yang mengikuti seleksi
sebanyak 3 orang dengan tujuan Tanjung Pinang, Kepri, tahun 2016 yang
mengikuti seleksi sebanyak 1 orang dengan tujuan Palangkaraya,
Kalimantan Tengah. Peserta yang mengikuti Seleksi Peserta Kapal
Pemuda Nusantara (KPN) pada tahun 2014 sebanyak 1 orang dengan
tujuan SAIL RAJA AMPAT (Jakarta - Raja Ampat Papua Barat-Jakarta ),
-169-
sedangkan pada tahun 2015 di ikuti peserta sebanyak 1 orang dengan
tujuan SAIL TOMINI ( Jakarta – Kota Baru – Pulau Siau – Pulau Tahuma –
Marampit – Ternate – Parigi Moutong – Pulau Muria - Jakarta), sedangkan
pada tahun 2016 telah dikuti sebanyak 1 orang dengan tujuan SAIL
KARIMATA Jakarta –Belinyu – Dabo Singkep –Pulau Bintan –Tarempa –
Pulau Laut – Pontianak -Karimata – Jakarta. Jumlah organisasi pemuda
di Kabupaten Tangerang tahun 2016 -2017 sebanyak 68 kelompok
organisasi pemuda.
Tabel 2.107 Data Kepemudaan Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2017
No. Uraian Satuan Tahun
2014
Tahun
2015
Tahun
2016
Tahun
2017
1
Peserta
Pertukaran
Pemuda
Antar Negara
(PPAN)
Orang 1 - 1 -
2
Peserta
Bhakti
Pemuda
Antar Provinsi
(BPAP)
Orang 1 3 1 -
3
Peserta
Kapal
Pemuda
Nusantara
(KPN)
Orang 1 1 1 -
4 Jumlah organisasi
pemuda
Kelompok
68 68
Sumber : Disporabudpar, 2014-2017
2.3.2.14 KEBUDAYAAN
1. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan
Benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan
maupun yang di miliki, yang ada di kabupaten Tangerang sampai
dengan tahun 2017 sebanyak 49 situs, rata-rata situs budaya
berupa makam keramat yang tersebar dibeberapa kecamatan di
Kabupaten Tangerang.
Tabel 2.108 Jumlah Sanggar Seni dan Budaya Tahun 2013-2017
di Kabupaten Tangerang
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 Sanggar Seni 255 264 264 264
-170-
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
2 Seni Tradisional 26 26 8 8
3 Seni Tradisi 33 33 33 33
4 Seni Modern 8 6 72 72
5 Seniman 12 12 33 33
6 Lembaga Seni 1 1 2 1
7 Galeri 1 1 1 1
Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2018
2.3.2.15 PERPUSTAKAAN
1. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
Pada tahun 2017 berdasarkan Dinas Perpustakaan dan Arsip
jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 1 tahun sebanyak
249,793 orang, dengan jumlah orang dalam populasi yang harus
dilayani sebanyak 3.476.431 atau sekitar 5,77%.
2. Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah
Pada tahun 2017 berdasarkan Dinas Perpustakaan dan Arsip
jumlah koleksi judul buku yang tersedia di perpustakaan daerah
pada tahun 2017 sekitar 7.775 buah, dengan jumlah koleksi buku
sebanyak 128.777 , dengan pertumbuhan koleksi buku dari 2013-
2017 sekitar 181,27 persen dan 36,60 persen rata-rata pertumbuhan
judul buku yang tersedia di perpustakaan Kabupaten Tangerang,
sementara kunjungan ke perpustakaan sebanyak 249.793 orang
dengan rata-rata kunjungan per tahun sekitar 55,41 persen.
Kapasitas perpustakaan yang baru dimiliki oleh Kabupaten
Tangerang baru 6 unit, sedangkan populasi yang harus dilayani
sekitar 651.760 jiwa/tahun dengan didukung oleh 1 orang
Pustakawan.
Tabel 1.109 Kondisi Perpustakaan di Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Pengunjung
Perpustakaan 39,750 59,033 84,344 161,221 249,793
Populasi yang harus dilayani
651,760 651,760 651,760 651,760 651,760
Rasio 0.06 0.09 0.13 0.25 0.38
Koleksi Judul Buku 4,305 2,448 5,629 3,336 7,775
Koleksi Buku 8,605 8,037 16,888 18,000 128,777
-171-
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Rasio 0.50 0.30 0.33 0.19 0.06
Jumlah
Perpustakaan 6 6 6 6 6
Jumlah Penduduk 3,050,929 3,157,780 3,264,776 3,264,776 3.476.431
Rasio 0.00020 0.00019 0.00018 0.00018 0.00240
Rata-Rata jumlah
pengunjung 39,750 59,033 84,344 161,221 249,793
Sumber : Dinas Perpustakaan dan Arsip Kab. Tangerang Tahun 2013-2017
2.3.2.16 KEARSIPAN
Indikator Urusan ke-arsipan meliputi indicator Persentase Perangkat
Daerah yang mengelola arsip secara baku dengan data tahun 2016
jumlah Perangkat Daerah yang menerapkan arsip secara baku sebanyak
23 Perangkat Daerah, dari 64 perangkat daerah atau sekitar 35,94%.
Tabel 2.110 Penerapan Arsip Secara Baku Tahun 2013-2017
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 Penerapan Arsip Baku
10 15 25 35 45
2 Perangkat Daerah
66 66 66 66 66
Persentase 15,15 22,72 37,87 53,03 68,18 Sumber : Dinas Perpustakaan dan Arsip Kab. Tangerang Tahun 2018
2.3.3 FOKUS LAYANAN URUSAN PILIHAN
2.3.3.1 PERTANIAN
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan
masyarakat, maka kebutuhan terhadap jenis dan kualitas produk juga
semakin meningkat dan beragam. Oleh karena itu, selain upaya untuk
mencapai peningkatan produksi berkelanjutan dan peningkatan
diversifikasi pangan menjadi sangat penting, terutama untuk
meningkatkan kebutuhan pangan yang semakin tinggi.
Potensi usaha di Bidang Pertanian di Kabupaten Tangerang sangat
ditentukan oleh penggunaan lahan sawah dan lahan kering, dimana
jumlah lahan pertanian terus menyusut seiring dengan kebutuhan
masyarakat akan perumahan dan pertumbuhan industri. Rinciannya
sebagaimana pada grafik.
Terlihat dari grafik, luas lahan sawah terus menyusut dari tahun
ke tahun. Mayoritas lahan yang telah berkurang beralih fungsi
menjadi pergudangan dan perumahan. Lahan produktif dijual
warga kepada pengembang. Penjualan lahan produktif oleh warga
-172-
ke pengembang tidak dapat dibendung karena sudah merupakan
hak warga. Pemerintah hanya dapat menyarankan kepada pemilik
tanah supaya tidak menjual bila memang tidak untuk memenuhi
kebutuhan yang mendesak.
Gambar 2.60 Luas Lahan Sawah (Ha)
Disamping itu pemerintah juga sudah memberi sosialisasi bagi
petani untuk meningkatkan hasil panen dan bantuan berbagai alat.
Termasuk memberikan benih dan pelatihan. Di mana sebagian besar alat
juga didapat dari Kementerian Pertanian.
Sementara itu penggunaan lahan menurut status penggunaan lahan
di Kabupaten Tangerang selama tahun 2014-2017 sebagaimana pada grafik
berikut :
Gambar 2.61 Status Penggunaan Lahan (Ha)
25.657
13.520
0 0
24857
12163
55 52
24805
12161
55 52
24217
11869
55 52
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
Irigasi Tadah Hujan Pasang Surut Lebak
2014 2015 2016 2017
-173-
Seperti terlihat di grafik, rata-rata penggunaan lahan juga berkurang
disebabkan oleh lahannya sendiri yang berkurang akibat alih fungsi lahan
yang tidak terbendung ditambah generasi muda yang ambil bagian dalam
bidang pertanian juga semakin sedikit sehingga lahan yang ada juga banyak
yang dibiarkan menganggur tidak diusahakan, atau hanya sekedar dijadikan
kebun tanaman keras yang tumbuh apa adanya. Berkurangnya lahan
pertanian akibat alih fungsi dan jumlah petani yang menggarap lahan mereka
sangat terlihat pada lahan ladang/huma yang turun sangat tajam.
Tabel 2.111 Penggunaan Lahan Sawah dan Non Sawah (Ha)
di Kabupaten Tangerang Tahun 2012-2017
No. Penggunaan Lahan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 2017
I LAHAN BUKAN
PERTANIAN
1 Bangunan, Pekarangan, dan
halaman sekitar
22,075 27,873 27,657 37,935 37,917 38,731
II LAHAN PERTANIAN
2 Lahan Sawah
39,177 39,177 37,127 37,073 36,193
3 Lahan Bukan Sawah
4 Tegal, kebon 13,725 13,725 13,275 10,319 10,319 10,176
5 Ladang, Huma 3,217 3,217 3,878 18 18 -
6 Penggembalaan,padang
rumput 15 15 126 136 136 136
7 Rawa (tidak ditanam) 249 249 249 - - -
8 Tanah Sementara tidak
diusahakan 870 870 1,210 1,066 122 1,237
9 Tanaman kayu-kayuan
dan hutan rakyat 120 120 324 1,547 1,654 1,654
10 Hutan Negara - - - -
11 Perkebunan - - 54 154 154 154
12 Tambak 2,489 2,489 1,721 7,740 1,078 7,680
13 Kolam 131 131 163
14 Lainnya 13,840 8,042 8,042
TOTAL 56,731 95,908 95,876 96,042 88,471 95,961
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2018
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan
masyarakat, maka kebutuhan terhadap jenis dan kualitas produk juga
semakin meningkat dan beragam. Oleh karena itu, selain upaya untuk
mencapai peningkatan produksi berkelanjutan dan peningkatan
diversifikasi pangan menjadi sangat penting, terutama untuk
meningkatkan kebutuhan pangan yang semakin tinggi. Produksi hasil
pertanian untuk tahun 2014-2017 terlihat pada grafik dibawah ini:
-174-
Gambar 2.62 Produksi Hasil Pertanian (ton) Tahun 2014-2017
Produksi padi mengambil porsi 95,44 persen dari total keseluruhan
produksi hasil pertanian, dimana komoditi yang berkontribusi langsung
yakni dari padi sawah dan padi lahan kering (gogo). Penurunan produksi
pada tahun 2015 dari tahun sebelumnya tidak hanya terjadi pada padi,
namun juga pada palawija serta sayuran, yang masing-masing terjadi
penurunan 53,72 % dan 28,44 %. Komoditi palawija yang berkontribusi
yaitu jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar, sedangkan komoditi
sayuran yang berkontribusi yakni bawang merah, petsai, kacang panjang,
cabe besar, cabe rawit, terung, ketimun, kangkung, serta bayam.
Satu-satunya peningkatan produksi yang terjadi pada tahun 2015
ada pada komoditi buah-buahan sebesar 5,61 %, dan komoditi yang
berkontribusi yaitu alpukat, belimbing, jambu biji, jambu air, jeruk siam,
jeruk besar, mangga, nenas, pepaya, pisang, rambutan, sawo, sirsak,
sukun, melinjo, petai, serta jengkol. Kondisi penurunan total produksi
hasil pertanian pada tahun 2015 secara signfikan terjadi akibat fenomena
alam El Nino dimana terjadi kenaikan suhu permukaan laut melebihi
rata-rata dan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia. Berdasarkan
apa yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
bahwa musim kemarau di Tahun 2015 lebih panjang dibandingkan
dengan yang terjadi di Tahun 2014 dan menyebabkan awal musim hujan
2015/2016 akan mengalami kemunduran. Patut diketahui bahwa periode
-175-
penanaman padi dan palawija yang biasa dilaksanakan oleh para petani
yakni pada Musim Kemarau (Bulan April – September) dan Musim
Penghujan (Oktober – Maret). Dampak perubahan iklim ini juga
menyebabkan banyak pula lahan pertanian yang puso akibat kekeringan
yang panjang. Meski program dan kegiatan yang mendukung produksi
pertanian ini terus digalakkan, terutama penggunaan alat dan mesin
pertanian, baik traktor maupun pompa air, namun dikarenakan banyak
sumber air irigasi yang mengering, maka tidak bisa dilakukan
pompanisasi ke areal sawah yang membutuhkan. Periode musim tanam
yang harusnya dilaksanakan pada bulan Oktober harus mundur
beberapa bulan dikarenakan ketidaktersediaan air di lahan sawah petani.
Faktor kekeringan sebagai dampak fenomena alam El Nino juga
dirasakan oleh petani palawija dan yang mengusahakan komoditi
hortikultura seperti sayur-sayuran, dikarenakan lahan yang digunakan
merupakan lahan darat/kering dan lebih sulit dalam mengairi, apalagi
sebagian besar mengandalkan hujan sebagai sumber air tanaman
mereka. Dengan demikian kedepannya program dan kegiatan seyogyanya
tidak saja mendukung dalam meningkatkan produksi hasil pertanian,
namun pula harus dilakukan persiapan kegiatan dalam mengurangi
dampak perubahan iklim yang kian dirasakan oleh para petani dalam
mengusahakan budidaya tanaman pangan dan hortikultura.
Pada tahun 2016 terjadi Kenaikan produksi padi dan sayuran
yang mencapai 124,35 persen, sedangkan produksi komoditi palawija
turun cukup signifikan sebesar 71,52 persen dikarenakan lahan yang
digunakan lebih banyak lahan bekas sawah, sehingga apabila hujan
atau ketersediaan air cukup maka yang didahulukan adalah budidaya
padi sawah. Komoditi palawija yang berkontribusi yaitu jagung, kacang
tanah, ubi kayu dan ubi jalar, sedangkan komoditi sayuran yang
berkontribusi yakni bawang merah, petsai, kacang panjang, cabe besar,
cabe rawit, terung, ketimun, kangkung, serta bayam. Penurunan
produksi terjadi pula pada buah-buahan sebesar 21,22 %, dan komoditi
yang berkontribusi yaitu alpukat, belimbing, jambu biji, jambu air, jeruk
siam, jeruk besar, mangga, nenas, pepaya, pisang, rambutan, sawo,
sirsak, sukun, melinjo, petai, serta jengkol.
-176-
Kenaikan produksi padi pada tahun 2017 dibandingkan tahun
2016 disebabkan oleh ketersediaan air yang cukup meski sempat terjadi
gejolak iklim dimana adanya curah hujan yang tiba-tiba tinggi yang
menyebabkan beberapa area persawahan tergenang dan ada pula
kekeringan di akhir tahun, namun sudah masuk masa panen. Ada pula
peningkatan produktivitas perhektarnya sehingga apabila dikali dengan
luasan panen yang ada maka jumlah produksi padi pun meningkat.
Pendampingan kegiatan-kegiatan yang mendukung intensifikasi padi
yakni penggunaan benih unggul, pemupukan yang berimbang,
penerapan sarana dan prasarana teknologi, pengelolaan lahan dan air
serta pengolahan hasil panen yang semakin meminimalkan kehilangan
hasil panen padi turut serta dalam kenaikan produksi padi. Kenaikan
produksi tidak hanya terjadi pada padi, namun juga pada palawija
mencapai 234,77 persen. Kenaikan yang signifikan ini dikarenakan
adanya penambahan penanaman palawija yakni jagung, kacang tanah,
ubi kayu dan ubi jalar di lahan kering pada musim kemarau. Produksi
komoditi sayuran turun cukup signifikan sebesar 35,39 persen
dikarenakan adanya cuaca yang berubah-ubah, seringnya hujan,
adanya hujan besar yang tiba-tiba, dan ada pula panas terik yang agak
panjang di beberapa tempat terutama di sentra-sentra sayuran.
Komoditi sayuran yang berkontribusi yakni bawang merah, petsai,
kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, terung, ketimun, kangkung,
serta bayam. Kenaikan produksi terjadi pula pada buah-buahan sebesar
19,31 % dikarenakan dengan adanya musim kemarau yang cukup,
buah-buahan berproduksi cukup baik dan banyak.
Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB pada
tahun 2016 sekitar 6,88%, mengalami kenaikan dari tahun 2015 sekitar
6,64%, pada tahun 2013-2014 mengalami penurunan dari 6,66%
menjadi 6,55%. Sektor pertambangan dan penggalian berkontribusi
sebesar 0,05% pertahun terhadap PDRB Kabupaten Tangerang,
sedangkan sector Industri mempunyai kontribusi sebesar 37,25% pada
tahun 2016, sedangkan pada tahun 2015 sebesar 37,95%, kontribusi
sector industri cenderung fluktuatif. Sedangkan sector Perdagangan
mengalami hal yang sama dengan sector industry yang cenderung
fluktuatif dengan kontribusi pada tahun 2016 sebesar 10,76%.
-177-
Tabel 2.112 Peranan PDRB Per Sektor terhadap PDRB (persen),
Tahun 2012 - 2016
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015* 2016**
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
6,40 6,66 6,55 6,64 6,88
2 Pertambangan dan Penggalian
0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
3 Industri Pengolahan 42,54 42,51 39,30 37,95 37,25
4 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
11,61 11,16 10,94 10,82 10,76
Sumber : BPS Kabupaten TangerangTahun 2017
Produktivitas sector pertanian yang terdiri dari padi dan non padi
pada tahun 2016 mencapai 387.768 ton, sedangkan pada tahun 2015
produksi sektor pertanian mencapai 294.676,31 ton. Produksi sector
pertanian rentang tahun 2014 sampai dengan tahun 2015 mengalami
penurunan produksi, tetapi mengalami kenaikan kembali pada rentang
tahun 2015 sampai dengan tahun 2016.
Tabel 2.113 Produksi Sektor Pertanian Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2016
No. Tahun Produksi (Ton Gkg)
1 2013 371.503,00
2 2014 387.393,00
3 2015 294.676,31
4 2016 387.768,00
Sumber : BPS Kabupaten TangerangTahun 2017
Produksi hasil peternakan berperan penting dalam penyediaan
pangan protein hewani, terutama daging, telur, dan susu. Protein hewani
bermanfaat sebagai sumber energi dalam beraktifitas, pertumbuhan sel
dan jaringan serta cadangan energi tubuh. Hingga kini pemenuhan protein
hewani tidak dapat digantikan dengan zat yang lain. Peternakan
merupakan bagian dari sektor pertanian, yaitu mencakup perunggasan
(misalnya ayam dan itik), ruminansia kecil (misalnya kambing dan domba)
dan ruminansia besar (misalnya sapi dan kerbau). Disamping itu, juga
termasuk produk turunannya seperti susu dan telur. Berikut data
produksi hasil peternakan yang berupa daging dan telur.
-178-
Gambar 2.63 Produksi Hasil Peternakan Tahun 2014-2017 (ton)
Kenaikan produksi telur pada tahun 2015 meskipun tidak terlalu
tinggi dikarenakan para pelaku usaha giat mengusahakan bisnisnya dan
didukung dengan musim kemarau yang panjang, menjadikan produksi
telur lebih stabil apabila dibandingkan produksi telur di musim hujan.
Kenaikan produksi daging yang sangat tipis dibandingkan tahun lalu
dikarenakan selama ini ketersediaan daging di Kabupaten Tangerang
lebih banyak dan sebagian besar berasal dari bakalan sapi impor yang
digemukkan, sedangkan populasi ternak ruminansia yang dimiliki
peternak tidak kontinu dalam menyediakan daging. Sehingga apabila
menilik pada Tahun 2015, permintaan daging yang sangat tinggi untuk
wilayah Jabodetabek, namun terjadi kebijakan penghentian impor daging
atau impor sapi bakalan, yang menyebabkan persediaan daging tidak
meningkat secara signifikan.
Kenaikan produksi telur pada tahun 2016 dan 2017 tidak terlalu
tinggi dikarenakan para pelaku usaha giat mengusahakan bisnisnya
dengan memperbaiki manajemen usaha, menjadikan produksi telur lebih
stabil apabila dibandingkan produksi telur di musim hujan, dan juga
dikarenakan adanya serangan penyakit pada ayam petelur yang meski
tidak menyebabkkan kematian namun cukup membuat produksi telur
menjadi terganggu. Kenaikan produksi daging yang cukup baik
dibandingkan tahun lalu dikarenakan selama ini ketersediaan daging di
Kabupaten Tangerang lebih banyak dan sebagian besar berasal dari
bakalan sapi impor yang digemukkan, sedangkan populasi ternak
ruminansia yang dimiliki peternak tidak kontinu dalam menyediakan
daging. Fluktuasi dalam produksi peternakan biasanya hanya bersifat
sementara, namun apabila terjadi musim yang berubah-ubah drastis dan
adanya serangan hama penyakit yang mewabah bisa mengancam
-179-
keberlangsungan produksi sehingga produksi akan turun. Manajemen
dan sistem budidaya ternak yang baik, dan adanya konsumsi daging dan
telur yang terus meningkat diperkirakan akan menuntut produksi daging
dan telur mengalami kenaikan pula di tahun-tahun mendatang.
2.3.3.2 PERDAGANGAN
Pengelolaan pasar di Kabupaten Tangerang di kelola oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Pemerintah Desa, dan Perusahaan
Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja.
Tabel 2.114 Pengelola Pasar di Kabupaten Tangerang
No. Pasar Pengelola
1 PASAR CEPLAK Dinas Perindustrian dan Perdagangan
2 PASAR JAMBE Dinas Perindustrian dan Perdagangan
3 PASAR CISAUK Dinas Perindustrian dan Perdagangan
4 Pasar Kelapa Dua PD. Pasar Niaga KR
5 Pasar Bojong Nangka
PD. Pasar Niaga KR
6 Pasar Curug PD. Pasar Niaga KR
7 Pasar Korelet PD. Pasar Niaga KR
8 Pasar Ps. Kemis PD. Pasar Niaga KR
9 Pasar Tigaraksa/Gudang
PD. Pasar Niaga KR
10 Pasar Cisoka PD. Pasar Niaga KR
11 Pasar Balaraja PD. Pasar Niaga KR
12 Pasar Kronjo PD. Pasar Niaga KR
13 Pasar Kemiri PD. Pasar Niaga KR
14 Pasar Mauk PD. Pasar Niaga KR
15 Pasar Sepatan PD. Pasar Niaga KR
16 Pasar Cituis PD. Pasar Niaga KR
17 Pasar Kp. Melayu PD. Pasar Niaga KR
18 Pasar Kutabumi PD. Pasar Niaga KR
19 Pasar Segitiga Balaraja
PD. Pasar Niaga KR
20 Pasar Karawaci PD. Pasar Niaga KR
21 Pasar Bayam PD. Pasar Niaga KR
22 Pasar Sipansa Swasta
23 Pasar Paramount Swasta
24 City Market Swasta
25 Pasar Mutiara Swasta
26 Pasar Cikupa Desa
27 Pasar Legok Desa
28 Pasar Jayanti Desa
29 Pasar Gembong Desa
30 Pasar Daru Desa
-180-
No. Pasar Pengelola
31 Pasar Panongan Desa
32 Pasar Adiyasa Desa
33 Pasar Ciung Desa
34 Pasar Jati Desa
35 Pasar Daon Desa
36 Pasar Kresek Desa
37 Pasar Kosambi Desa
38 Pasar Ranca Buaya Desa
39 Pasar Tapos Desa
40 Pasar Cayur Desa
41 Pasar Bedeng Desa
42 Pasar Pakuhaji Desa
43 Pasar Dadap Desa
44 Pasar Kukun Desa
45 Pasar Cisauk Desa
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2016
2.3.3.3 PERINDUSTRIAN
Perindustrian dan perdagangan merupakan sektor sektor riil yang
sangat besar perannya terhadap perekonomian Kabupaten Tangerang . Pada
sisi industri, Kabupaten Tangerang memiliki semua basis baik industri besar,
menengah maupun kecil. Sektor perindustrian merupakan sector penyumbang
PDRB terbesar pertama di Kabupaten Tangerang. Kontribusi sector
perindustrian sendiri dalam periode tahun 2013 hingga 2017 selalu bernilai
di atas 35%. Nilai tambah dari sector industry pengolahan jumlahnya terus
meningkat dari Rp. 34,24 Triliun menjadi Rp, 43,98 Triliun pada tahun 2017.
Walaupun demikian persentase kenaikan nilai tambah dari sektor
perindustrian terus mengalami penurunan dalam jangka waktu 2013 – 2017,
persentase kenaikan nilai tambah turun dari 42,51% menjadi 36,87%. .
Gambar 2.11 berikut menyajikan informasi perkembangan sektor industri
Kabupaten Tangerang.
-181-
Gambar 2.64 Perkembangan Sektor Industri di Kabupaten Tangerang
Sumber: BPS, Kabupaten Tangerang dalam angka
Dalam sebuah perekonomian yang sehat, kontribusi sektor pertanian
akan terus mengalami kemunduran digantikan oleh sektor industri, dengan
demikian maka sektor rindustri haruslah sektor yang terus tumbuh dan
membesar pangsanya pada perekonomian. Tabel 2.3 berikut menyajikan detail
kinerja sektor industri.
Tabel 2.115 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Golongan
Pokok Industri di Kabupaten Tangerang Tahun 2017
No Sektoral Jumlah
Perusahaan
Jumlah Tenaga
Kerja
1 Industri Makanan 74 10.021
2 Industri Minuman 5 4.126
3 Industri Tekstil 57 11.101
4 Industri Pakaian Jadi 34 15.132
5 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan
Alas Kaki 52 39.172
6
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan
Gabus, Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan
dan Sejenisnya
33 7.151
7 181ndustry Kertasdan Barang dari
Kertas 34 4.672
8 Industri Pencetakan dan Reproduksi
Media Rekaman 10 659
9 181ndustry Produk dari Batu Bara dan
Penggilingan Minyak Bumi 4 481
10 Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
66 8.613
11 Industri Farmasi, Produk Obat Kimia
dan Obat Tradisional 7 862
12
Industri Barang Karet, Barang dari
Karet
dan Plastik
109 21.556
13 Industri Barang Galian Bukan Logam 44 15.646
14 Logam Dasar 15 3.430
15 Industri Barang Logam, Bukan Mesin
dan Peralatanya 66 9.759
-182-
No Sektoral Jumlah
Perusahaan Jumlah Tenaga
Kerja
16 Industri Komputer, Barang Elektronik,
dan Optik 8 1.103
17 Industri Peralatan Listrik 20 7.779
18 Industri Mesin dan perlengkapannya
ytdl 25 4.696
16 Industri Kendaraan bermotor, Trailer,
dan semi trailer 16 3.084
17 Industri Alat Angkutan Lainnya 21 4.706
18 Industri Furniture 36 4.784
19 Industri Pengolahan Lainnya 21 3.775
Jumlah 757 182.308 Sumber: BPS, Kabupaten Tangerang dalam Angka 2018
Dari sisi pemodal, berdasarkan hasil Survei Perusahaan Industri besar
dan Sedang Tahun 2014, terdapat 800 perusahaan industry besar dan sedang
di Kabupaten Tangerang pada tahun 2014. Jumlah sebenarnya adalah 740
perusahaan. Jumlah ini berbeda karena suatu perusahaan bisa memiliki
modal dua atau lebih sumber modal.
Lebih dari 80 persen merupakan perusahaan dengan modal yang
berasal dari swasta nasional. Hanya 2 perusahaan dengan modal berasal
daerah pemerintah daerah dan sisanya dimodali oleh perusahaan asing.
Perusahaan terbanyak adalah perusahaan pada sektor barang galian
bukan logam (kode 22) yaitu 104 perusahaan dan paling sedikit adalah
perusahaan pada sektor daur ulang (kode 33) yaitu 1 perusahaan.
Perusahaan industri besar dan sedang di Kabupaten Tangerang
sebagian besar yaitu 326 perusahaan (44,05 persen) berada di Kecamatan
Cikupa. Kemudian di Kecamatan Curug sebesar 119 perusahaan (16,08
persen) dan Kecamatan Pasar Kemis 67 perusahaan (9,05 persen). Sektor
perdagangan merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar ketiga setelah
sektor Industri dan konstruksi di Kabupaten Tangerang, Kontribusi sektor
perdagangan sendiri dalam kurun waktu 2014 – 2017 terhadap PDRB
Kabupaten Tangerang selalu bernilai di atas 10%. Nilai tambah dari sektor
perdagangan jumlahnya terus meningkat dari Rp. 8,98 Triliun menjadi 13,02
Triliun pada tahun 2017. Walaupun demikian persentase proporsi nilai
tambah dari sektor perdagangan mengalami peningkatan yang kurang begitu
besar sejak tahun 2014 sampai dengan 2017.
-183-
Tabel 2.116 Kinerja Sektor Perdagangan, Tahun 2011-2017
Kabupaten Tangerang
No Indikator
2013 2014 2015 2016 2017
A Kontribusi Sektor Perdagangan terhadap PDRB (Juta Rp)
1 Atas harga berlaku 8.989.484,26 10.003.287,53 10.966.623,39 11.707.838,73 13.027.256,20
2 Atas Harga Konstan 8.110.604,99 8.629.025,19 9.121.795,75 9.439.636,98 9.949.894,84
B Nilai Ekspor Bersih
(milyar) 10,728,114.31 12,345,538.37 12,974,748.15 13,733,408.93 14,492,069.71
Sumber: BPS, Kabupaten Tangerang dalam Angka, beberapa penerbitan, diolah
2.3.3.4 PERIKANAN
Tren produksi perikanan (tangkap dan Budidaya) Kabupaten Tangerang
selama periode 2013 -2017 terus mengalami peningkatan secara signifikan di
tahun 2017. Pada tahun 2013 tercatat 43.773,05 ton meningkat menjadi
49.654,74 ton. Selain itu julah konsumsi ikan masyarakat Kabupaten
Tangerang perkapita sudah menunjukkan capaian yang baik pada tahun
2013-2017 dengan jumlah konsumsi ikan yang terus meningkat tiap
tahunnya.
Untuk indicator cakupan bina kelompok nelayan masih perlu
ditingkatkan cakupannya, pada tahun 2013 terdapat 20,93% nelayan yang
dibina, kemudian cakupan mengalami penurunan tahun 2014 sampai dengan
0 % artinya tidak ada nelayan yang dibina, namun kemudian pada tahun
2015 sampai dengan 2017 mengalami peningkatan.
Tabel 2.117 Indikator Kinerja urusan Perikanan Tahun 2013-2017
No Indikator 2013 2014 2015 2016 2017
A Produksi Perikanan
1 Produksi Perikanan Tangkap (ton)
22.866,85 20.186,78 21.703,91 22.543,50 22.606,10
2 Produksi Perikanan Budidaya (ton)
20.906,20 21.243,50 20.666,42 22.841,54 26.918,64
Jumlah Produksi Ikan (ton)
43.773,05 41.430,28 42.370,33 45.385,04 49.654,74
B Konsumsi Ikan (%) 125.44 152.35 100.81 101.26 100.8
C Cakupan Bina Kelompok (%)
20.93 0 53.66 30.95 34.47
Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang Tahun 2018
Pembinaan kelompok nelayan di Kabupaten Tangerang pada
tahun 2017 dilakukan dengan pemberian bantuan kepada 14 kelompok
nelayan dengan jumlah nelayan 41 atau sekitar 34,47%.
Tabel 2.118 Cakupan Bina Kelompok
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1
Jumlah Kelompok Nelayan yang
mendapatkan bantuan pemda Tahun n
9 0 22 13 14
2 Jumlah Nelayan 43 0 41 42 41
-184-
Persentase 20,93 0 53,66 30,95 34,47
Sumber : Dinas Perikanan Kab. Tangerang, 2017
Produksi ikan hasil kontribusi kelompok nelayan pada tahun 2017
sebanyak 10.200 ton dengan jumlah produksi ikan 47.506,74 ton sehingga
persentase produksi ikan mencapai 21,47%.
Tabel 2.119 Produksi Perikanan Kelompok Nelayan
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1
Jumlah produksi
ikan (ton) kontribusi hasil
kelompok
nelayan
10.000 13.000 13.000 10.000 10.200
2 Jumlah produksi
ikan di daerah 41.760,05 41.430,28 40.355,33 43.369,04 47.506,74
Persentase 23,95 31,38 32,21 23,06 21,47
Sumber : Dinas Perikanan Kab. Tangerang, 2017
Tangkapan ikan pada tahun 2017 sebanyak 20.506,74 ton dengan
tangkapan yang berada dalam batasan biologis yang aman mencapai 26.250
ton sehingga proporsi tangkapan ikan mencapai 97,65%.
Tabel 2.120 Proporsi Tangkapan Ikan Maksimum Lestari
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 Jumlah tangkapan ikan
20.780,50 20.070,26 19.596,70 20.449,19 20.506,74
2
80% dari tangkapan maksimum lestari
24.375 24.375 25.000 25.625 26.250
Persentase 106,56 102,92 97,98 99,75 97,65 Sumber : Dinas Perikanan Kab. Tangerang, 2017
Nilai tukar nelayan merupakan nilai yang diperoleh dari indeks
yang diterima nelayan dan indeks yang dibayar nelayan, nilai tukar
nelayan pada tahun 2017 sebesar 119,68%.
Tabel 2.121 Nilai Tukar Nelayan Kabupaten Tangerang
Tahun 2014-2017
No. Uraian 2014 2015 2016 2017
1 Indeks yang diterima
nelayan
132,86 152,65 144,52 152,51
2 Indeks yang dibayar nelayan
115,61 119,04 122,03 127,43
Persentase 115 119,9 118,5 119,68
-185-
Sumber : Dinas Perikanan Kab. Tangerang, 2017
2.3.3.5 Pariwisata
Pada aspek industri pendukung pengembangan pariwisata, Kabupaten
Tangerang didukung oleh keberadaan rumah makan dan restoran, hotel juga
biro biro perjananan dan jasa pendukung lainnya seperti bank. Tahun 2017
tercatat ada 22 usaha perjalanan wisata dengan 23 hotel yang beroperasi di
Kabupaten Tangerang dengan 5 hotel berbintang (BPS, 2017). Untuk rumah
makan belum memiliki data terbaru. Berdasarkan catatan Dinas Pemuda
Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata setidaknya Kabupaten Tangerang tahun
2016 tercatat 132 rumah makan.
Berdasarkan data BPS Provinsi Banten tahun 2017 setidaknya
Kabupaten Tangerang memiliki 72 obyek wisata yang meliputi 8 situ/danau,
dan kolam renang sebanyak 9, 7 wisata marina pantai beach, 14 wisata
sejarah, 34 obyek wisata lainnya. Segala potensi yang ada telah menghasilkan
peningkatan kunjungan wisata. Data kunjungan wisata di Kabupaten
Tangerang terus meningkat jumlah kunjungan wisata. Dalam kurun waktu
2013 sampai dengan 2017 jumlah kunjungan wisata mengalami peningkatan
tercatat tahun 2013 jumlah kunjungan wisata sebesar 4.135.997 dan pada
tahun 2017 sebanyak 5.105.545 wisatawan.
Gambar 2.65 Kunjungan Wisata Kabupaten Tangerang
2.3.
4
Foku
s Layanan Fungsi Penunjang dan Administrasi Pemerintahan
2.3.4.1 Administrasi Pemerintahan
Kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah dapat dilihat dari nilai
akuntabilitas kinerja pemerintah yang diberikan oleh kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atas laporan kinerja
yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. Laporan kinerja
-186-
merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang
dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran.
Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah
pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara
memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Komponen nilai
akuntabilitas kinerja pemerintah itu sendiri terdiri dari unsur perencanaan,
pengukuran pelaporan, evaluasi dan capaian kinerja.
Hasil evaluasi atas akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tahun 2017
oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia menunjukkan bahwa nilai akuntabilitas kinerja
pemerintah Kabupaten Tangerang tahun 2017 telah mencapai predikat B,
sebagaimana yang tersaji pada tabel 2.122.
Tabel 2.122 Hasil evaluasi dan penilaian AKIP Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1. Nilai LAKIP 55,23 57,99 58,20 61,97 62,11
2. Predikat CC C C B B
Sumber: Bagian Ortala Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa, nilai kinerja Pemerintah
Kabupaten Tangerang dari tahun 2013-2017 ada peningkatan. Tata
pemerintahan yang baik dapat dinilai dari penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang baik. Secara rinci hasil penilaian terhadap AKIP Kabupaten
Tangerang adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan Kinerja dikategorikan “Cukup/Memadai”, dengan nilai
10,16 atau 67,72% dari nilai maksimal 30,00.
2. Pengukuran Kinerja dikategorikan “Sangat Baik”, dengan nilai 7,37 atau
58,96% dari nilai maksimal 25,00.
3. Pelaporan Kinerja dikategorikan “Baik”, dengan nilai 5,33 atau 71,13%
dari nilai maksimal 15,00.
4. Evaluasi Internal dikategorikan “kurang” dengan nilai 4,24 atau 42,42
dari nilai masimal 10,00.
5. Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi dikategorikan “Sangat Baik”,
dengan nilai 9,99 atau 49,96% dari nilai maksimal 20,00.
-187-
Terwujudnya pemerintahan yang efektif dan efisien, dicapai dengan
peningkatan efektivitas pelaksanaan reformasi birokrasi yang ditandai dengan
diperolehnya nilai IRB (IndeksReformasi Birokrasi) yang “Baik”, yaitu dalam
kategori nilai B ke atas. Selain itu, didukung pula dengan tingginya tingkat
persepsi masyarakat terhadap program Reformasi Birokrasi yang sedang
dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang. Pemerintahan yang efisien
juga harus dapat diwujudkan dalam struktur kelembagaan dan tata laksana
yang tepat fungsi, tepat ukuran, dan tepat proses. Kualitas ketatalaksanaan
lembaga pemerintahan perlu ditingkatkan dengan diterapkannya teknologi
informasi dan komunikasi, yang akan mengefisienkan operasionalisasi
pemerintahan. Capaian IRB Kabupaten Tangerang Tahun 2017 berada pada
nilai 81,9. Nilai ini terdiri dari penilaian Proses dengan nilai 50,19 dan Hasil
dengan nilai 31,75.
Tabel 2.123 Indeks Reformasi Birokrasi (IRB) Kabupaten Tangerang Tahun
2017
Penilaian Nilai Prosentase
(Bobot/Nilai)
A A. PROSES (60). 50,19 83,65
I Manajemen Perubahan 4,07 81,31
II PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN 5 100
III PENATAAN DAN PENGUATAN ORGANISASI 6 100
IV PENATAAN TATALAKSANA 4,51 90,1
V PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM (15) 14,15 94,34
VI PENGUATAN AKUNTABILITAS 5,54 92,27
VII PENGUATAN PENGAWASAN 6,41 53,38
VIII PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN
PUBLIK 4,53 75,47
B HASIL 31,71 79,27
I KAPASITAS DAN AKUNTABILITAS KINERJA
ORGANISASI 14,21 71,05
II PEMERINTAH YANG BERSIH DAN BEBAS
KKN 10 100
III KUALITAS PELAYANAN PUBLIK 7,5 75
INDEKS RB (Total) 81,9
Sumber : Bagian Ortala Kab. Tangerang Tahun 2018
Tabel 2.124 Nilai EKPPD Kabupaten Tangerang tahun 2013-2017
No Uraian EKPPD 2013
EKPPD 2014
EKPPD 2015
EKPPD 2016
EKPPD 2017
1 Nilai EKPPD 2.8562 2.5141 3.0140 3.0339 3.1191
2 Status Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
3 Peringkat 93 252 137 130 123
Sumber : Dirjen Otda Tahun 2017
-188-
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa nilai penyelenggaraan
pemerintah daerah Kabupaten Tangerang meningkat dibandingkan pada
tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pemerintah daerah
mengalami peningkatan rentang tahun 2015-2017. Kabupaten
Tangerang berada pada posisi ketiga (3) diantara kabupaten/kota di
Provinsi Banten dengan nilai 3.1191 dan diurutan 123 kabupaten
secara nasional.
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Kabupaten
Tangerang memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) baru mencapai
56 OPD atau sekitar 90,32%. Di samping itu belum terintegrasinya
aplikasi e-government di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten
Tangerang menambah lambatnya kinerja pemerintahan daerah. Bahkan
sampai dengan tahun 2017 baru ada 35 aplikasi sistem informasi
daerah yang dikelola oleh OPD, itu pun masih secara parsial. (Tabel 29).
Tabel 2.125 Jumlah Aplikasi yang dimiliki OPD
No Uraian Tahun
2016 2017
1 Jumlah Aplikasi
yang dimiliki OPD
37 35
Sumber: Diskominfo Kabupaten Tangerang, 2018
Tabel 2.126 Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Publik
Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2017
No. Tahun IKM
1 2014 74,2
2 2015 71,25
3 2016 76,39
4 2017 75,05 Sumber : Bagian Ortala Kab. Tangerang Tahun 2017
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan publik
Pemerintah Kabupaten Tangerang cenderung fluktuatif, pada tahun
2014 indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik
mencapai 74,2 sedangan pada tahun 2015 menurun menjadi 71,25.
Rata-rata Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan
publik di Kabupaten Tangerang tahun 2014-2017 mencapai 74,22.
-189-
2.3.4.2 Kepegawaian
Sumber daya manusia aparatur merupakan faktor pendukung
yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Pembangunan dan pengembangan aparatur di Kabupaten Tangerang
dilakukan dengan berlandaskan pada strategi Meningkatakan
kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah dengan kebijakan
Peningkatan pembinaan dan pengembangan aparatur pemerintah
daerah. Adapun perkembangan aparatur yang mengikuti
penjenjangan karir dan mengikuti izin belajar dan tugas belajar di
Kabupaten Tangerang dari Tahun 2013 s.d. 2017 adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.127 Jumlah Pegawai yang Mengikuti Penjejanggan Karir, Izin
Belajar dan Tugas Belajar di Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2017
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah
1. Jumlah Pegawai Yang
Mengikuti Penjejangan
Karir
- DIKLATPIM II
- DIKLATPIN III
- DIKLATPIM
5
23
23
2
15
117
3
41
3
65
-
10
25
7
54
568
2. Jumlah Pegawai Yang
Mengikuti Izin Belajar
Dan Tugas Belajar (D3,
S1, S2)
- D1
- D III
- S.1
- S.2
6
2
6
2
1
1
12
8
Sumber Data: BKPSDM Kabupaten Tangerang.
Dari sisi kualifikasi pendidikan pegawai khususnya ASN pada tahun 2017
telah cukup memadai yaitu pegawai berpendidikan D4/S1 sebanyak 5.303
pegawai, Pendidikan D1/D3 sebanyak 2053 pegawai, SLTA sebanyak
2.946 pegawai dan SMP sebanyak 203 pegawai yang berpendidikan SD
151 pegawai. Dari komposisi kualifikasi pendidikan dapat terlihat secara
-190-
kualitas sudah cukup memadai untuk mengatasi beban kerja yang ada di
Pemerintah Kabupaten Tangerang. Hanya penempatan pegawai belum
sesuai dengan kompetensi dan belum berdasarkan hasil analisis jabatan,
analisis beban kerja, standar kompetensi jabatan dan evaluasi jabatan
sebagaimana yang diamanahkan oleh Peraturan Pemerintah nomor 11
tahun 2017 tentang manajemen PNS. Sehingga banyak pekerjaan yang
belum dapat diselesaikan dengan baik. Dari sisi komposisi golongan sudah
cukup baik, sebanyak 6.036 diduduki oleh pegawai golongan III, 3.012
pegawai golongan IV, 2.175 pegawai golongan II dan hanya 98 pegawai
dengan golongan I (Diagram 8).
Gambar 2.66 Kualifikasi ASN di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten
Tangerang Tahun 2017
Sumber : BKPSDM Kabupaten Tangerang, 2018
Gambar 2.67 komposisi golongan ASN di lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Sumber : BKPSDM Kabupaten Tangerang, 2018
-191-
2.3.4.3 Keuangan dan Aset Daerah
Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungajawaban dan pengawasan keuangan daerah (Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006). Berdasarkan Laporan
No. 20a/LHP/XVIII.SRG/05/2018; Nomor
20b/LHP/XVIII.SRG/05/2018; 20c/LHP/XVIII.SRG/05/2018 masing-
masing tertanggal 23 Mei 2018, telah dilakukan pemeriksaan terhadap
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang tahun
2017. Realisasi kinerja pengelolaan keuangan daerah Kabupaten
Tangerang dapat dilihat dari opini BPK RI atas laporan keuangan
pemerintah daerah. Tahun 2017 pemerintah daerah Kabupaten
Tangerang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (WTP).
Walaupun opini yang diraih dari BPK tahun 2017 masih sama dengan
tahun 2016, namun mendapatkan empat catatan atas laporan
keuangan pemerintah daerah tahun 2017. Catatan tersebut terkait
dengan penatausahaan dan pelaporan penerimaan Lain-Lain PAD
yang Sah yang bersumber dari pengembalian belanja sesuai SAP,
kedua terkait pengawasan, pengendalian atas pengelolaan aset milik
Pemerintah Kabupaten Tangerang, ketiga terkait joint opname atas
seluruh aset yang akan diserahterimakan kepada Pemerintah Kota
Tangerang, dan yang keempat, terkait pembinaan dan pengawasan
pengelolaan Keuangan Desa.
Tabel 2.128 Opini BPK Atas Laporan Keuangan Daerah Kabupaten
Tangerang Tahun 2013-2017
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 Opini BPK atas Laporan
Keuangan Daerag WTP WTP WTP WTP WTP
Sumber data:BPKAD Kabupaten Tangerang Tahun 2017
-192-
Laporan Hasil Pemeriksaan No. 12/LHP/XVIII.SRG/05/2014, telah
dilakukan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Tangerang tahun 2013. Dalam pemeriksaan tersebut, BPK
memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf
Penjelas(WTP-DPP), Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan No.
16/LHP/XVIII.SRG/05/2015, telah dilakukan pemeriksaan terhadap
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang tahun
2014. Dalam pemeriksaan tersebut, BPK memberikan opini Wajar Tanpa
Pengecualian dengan Paragraf Penjelas(WTP-DPP), Berdasarkan Laporan
Hasil Pemeriksaan No. 14/LHP/XVIII.SRG/05/2016, telah dilakukan
pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Tangerang tahun 2015. Dalam pemeriksaan tersebut, BPK memberikan
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Berdasarkan Laporan Hasil
Pemeriksaan No. 24/LHP/XVIII.SRG/05/2017, telah dilakukan
pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Tangerang tahun 2016. Dalam pemeriksaan tersebut, BPK memberikan
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Berdasarkan laporan No.
20a/LHP/XVIII.SRG/05/2018; Nomor 20b/LHP/XVIII.SRG/05/2018;
20c/LHP/XVIII.SRG/05/2018, Pemerintah Kabupaten Tangerang
mendapatkan Opini dari BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Tangerang Tahun Anggaran 2017 adalah Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Terkait dengan kinerja pendapatan daerah tahun 2017, tingkat
kemandirian fiskal daerah Kabupaten Tangerang cukup tinggi. Hal ini
terlihat dari kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah sekitar 53,05%.
Sekitar 34,56% pendapatan masih didominasi dari pajak daerah,
kemudian disusul Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebesar
15,63%, Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar 22,12% dan Dana Bagi Hasil
Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya sebesar 9,43%.
Pada sisi belanja, secara keseluruhan realisasi belanja masih berada di
bawah pagu dana yang ditetapkan dengan prosentase penyerapan
anggaran belanja sebesar 89,17% dengan realisasi sebesar Rp. 4,9 triliun
dari anggaran sebesar Rp. 5,5 triliun. Apabila dibandingkan dengan
-193-
tahun sebelumnya, maka terdapat penurunan realisasi belanja sebesar
2,31%, hal ini dikarenakan anggaran belanja daerah Kabupaten
Tangerang Tahun 2017 mengalami kenaikan sekitar 12,76%.
Berdasarkan akumulasi realisasi pendapatan dikurangi dengan realisasi
belanja, kemudian ditambah dengan realisasi penerimaan pembiayaan
serta dikurangi dengan realisasi pengeluaran pembiayaan, maka SILPA
TA 2017 sesuai hasil pemeriksaan BPK RI perwakilan provinsi Banten
sebesar Rp. 881.734.602.258.
2.3.4.4 PENGAWASAN
a. Tingkat Maturitas SPIP Kabupaten Tangerang
Pemerintah Kabupaten Tangerang telah melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur
dalam menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan dalam
rangka pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP).
Kebijakan yang ditempuh adalah “Meningkatkan Fungsi
Pengawasan“ dengan program pembinaan aparatur pemerintah
yang bersih, berwibawa dan bebas KKN. Adapun kegiatan yang
dilakukan dalam rangka meningkatkan fungsi pengawasan
adalah:
1. Pemeriksaan reguler secara komprehensip;
2. Pembangunan sarana dan prasarana Badan Pengawas;
3. Monitoring tindak lanjut temuan hasil pemeriksaan; dan
4. Peningkatan kualitas SDM.
Tingkat maturitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah adalah tingkat kematangan/kesempurnaan
penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dalam
mencapai tujuan pengendalian intern sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah.
Kerangka maturitas SPIP terpola dalam enam tingkatan
yaitu: “Belum Ada”, “Rintisan”, “Berkembang”, “Terdefinisi”,
“Terkelola dan Terukur”, “Optimum”. Tingkatan dimaksud setara
masing-masing dengan level 0, 1, 2, 3, 4 dan 5. Setiap tingkat
maturitas mempunyai karakteristik dasar yang menunjukkan
peran atau kapabilitas penyelenggaraan SPIP dalam mendukung
pencapaian tujuan instansi pemerintah.
-194-
Tabel 2.129 Interval Skor Tingkat Maturitas SPIP
No. Tingkat Maturitas Interval Skor
0 Belum Ada Kurang dari 1,0 (0 < skor <1,0)
1 Rintisan 1,0 s/d kurang dari 2,0 (1,0 ≤ skor < 2,0)
2 Berkembang 2,0 s/d kurang dari 3,0 (2,0 ≤ skor < 3,0)
3 Terdefinisi 3,0 s/d kurang dari 4,0 (3,0 ≤ skor < 4,0)
4 Terkelola dan Terukur 4,0 s/d kurang dari 4,5 (4,0 ≤ skor < 4,5)
5 Optimum Antara 4,5 s/d 5,0 (4,5 ≤ skor ≤ 5)
Sumber : Perka BPKP No. 4 Tahun 2016
Hasil kinerja pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat belum
cukup memuaskan. Hal ini terlihat dari nilai maturitas sistim
pengendalian intern pemerintah (SPIP) Kabupaten Tangerang yang masih
pada posisi 1,3148 dengan peringkat maturitas rintisan pada tahun 2016,
begitu pula pada tahun 2017 masih pada posisi yang sama, sebagaimana
yang tersaji pada tabel berikut ini.
Tabel 2.130 Nilai Maturias Sistim Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2017
No Nilai Maturitas SPIP
2013 2014 2015 2016 2017
Skor Tingkat
Maturitas
Skor Tingkat Maturita
s
Skor Tingkat
Maturitas
Skor Tingkat Maturita
s
Skor Tingkat Maturitas
1 N/A N/A N/A N/A N/A N/A 1,3148 Rintisan 1,3148 Rintisan
Sumber: Inspekorat Kabupaten Tangerang, 2017
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa tingkat pengawasan di
Kabupaten Tangerang masih rendah. Hal ini disebabkan masih adanya
temuan berbagai kasus bahkan jumlah kasus setiap tahunnya
meningkat, masih ditemukannya OPD yang berindikasi korupsi dan
belum semua hasil rekomendasi pemeriksaan terselesaikan. (tabel 33).
b. Peningkatan Kapabilitas APIP Kabupaten Tangerang
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi
pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan
intern (internal audit) di lingkungan pemerintah daerah, terdiri atas
Inspektorat. APIP pada setiap instansi pemerintah memiliki kondisi yang
berbeda-beda, baik dari sisi tata kelola, sumber daya yang dimiliki, serta
lingkungan yang melingkupi.
Hal ini mengakibatkan APIP di Indonesia memiliki kapabilitas yang
beragam. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pola umum pengembangan
kapabilitas APIP yang dapat digunakan sebagai langkah yang logis dalam
mewujudkan APIP yang efektif, sebagaimana yang diamanahkan di dalam
PP 60 Tahun 2008. Institute of Internal Auditors (IIA) telah
-195-
mengembangkan Model Kapabilitas Pengawasan Intern atau Internal
Audit Capability Model (IA-CM), yaitu suatu kerangka kerja yang
mengindentifikasi aspek-aspek fundamental yang dibutuhkan untuk
pengawasan intern yang efektif di sektor publik.
IA-CM menggambarkan jalur evolusi untuk organisasi sektor
publik dalam mengembangkan pengawasan intern yang efektif untuk
memenuhi persyaratan tata kelola organisasi dan harapan profesional.
IA-CM menunjukkan langkahlangkah untuk maju dari tingkat
pengawasan intern yang kurang kuat menuju kondisi yang kuat,
efektif, kapabilitas pengawasan intern umumnya, terkait dengan
organisasi yang lebih matang dan kompleks. Di dalam model IA-CM,
APIP dibagi menjadi lima level kapabilitas, yaitu Level 1 (Initial), Level 2
(Infrastructure), Level 3 (Integrated), Level 4 (Managed), dan Level 5
(Optimizing).
Pada tahun 2010, BPKP telah melaksanakan pemetaan
kapabilitas APIP dengan menggunakan pendekatan IA-CM. Dari hasil
pemetaan diketahui bahwa 93% APIP masih berada pada Level 1
(Initial), sedangkan sisanya 7% berada pada Level 2 (Infrastructure).
Pimpinan Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang memiliki
kewajiban untuk menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk
penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya.
Salah satu subunsur yang harus dibangun dalam rangka menciptakan
lingkungan pengendalian yang baik adalah perwujudan peran aparat
pengawasan intern pemerintah yang efektif.
Kondisi APIP saat ini yang mayoritas masih berada pada level 2,
seluruh APIP diharapkan berada pada level 2 (Infrastructure),
selanjutnya dapat ditingkatkan pada level 3 (Integrated). Dengan
capaian kapabilitas APIP pada level 3, APIP diharapkan mempunyai
karakteristik:
1. APIP mampu memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan,
kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah (assurance
activities);
-196-
2. APIP mampu memberikan peringatan dini dan meningkatkan
efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah (anti corruption activities); dan
3. APIP mampu memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah (consulting
activities).
Kapabilitas APIP Kabupaen Tangerang masih sangat rendah
terbukti tingkat kapabilitas APIP masih pada level 2. (tabel 34)
Tabel 2.131 Nilai Kapabilitas APIP Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
No Uraian
Nilai Kapabilitas APIP
2013 2014 2015 2016 2017
Level Level Level Level Level
1 Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang
- 2 2 2 2
Sumber: Inspektorat Kabupaten Tangerang, 2017
Nilai Kapabilitas APIP Kabupaten Tangerang berada pada posisi level
2 yang berarti masih belum optimalnya praktik pengendalian intern, tapi
tidak terdokumentasi dengan baik dan belum melibatkan semua unit
organisasi serta efektivitas pengendalian belum dievaluasi. APIP
Kabupaten Tangerang yang berada pada level 2, mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
APIP membangun dan memelihara proses secara berulang-ulang
dengan demikian kemampuan akan meningkat;
APIP telah memiliki aturan tertulis mengenai pelaporan kegiatan
pengawasan intern, infrastruktur manajemen dan administrasi, serta
praktik profesional dan proses yang sedang dibangun;
Perencanaan audit ditentukan berdasarkan prioritas manajemen;
Masih ketergantungan pada keterampilan dan kompetensi dari
orangorang
tertentu; serta
Penerapan standar masih parsial.
Secara umum rendahnya kapabilitas APIP ini disebabkan:
1. Independensi dan objektivitas APIP belum dapat diterapkan
sepenuhnya.
-197-
2. Lemahnya manajemen/tata laksana/bisnis proses APIP.
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan formasi Auditor.
4. Kurangnya alokasi anggaran belanja APIP dibandingkan dengan
total belanja dalam APBD.
5. Struktur organisasi dan pola hubungan kerja belum sepenuhnya
sesuai dengan strategi dalam mencapai tujuan APIP yang efektif.
6. Kurangnya kegiatan pengembangan kompetensi dan lemahnya
manajemen SDM APIP terutama rekrutmen dan pola karier.
7. Organisasi profesi auditor belum terbentuk sehingga standar audit,
kode etik, dan peer review belum sepenuhnya tersedia dan belum
dapat dilaksanakan dengan efektif.
2.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH
2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Analisis kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah
dilakukan terhadap indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga
per kapita, pengeluaran konsumsi non pangan per kapita,
produktivitas total daerah, dan nilai tukar petani.
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Secara empiris, kemampuan konsumsi rumah tangga
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masih terbatas karena
sangat dipengaruhi oleh kemampuan atau daya beli masyarakat.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di wilayah Tangerang
dalam empat tahun terakhir cukup berfluktuasi. Tahun 2013
mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 4,12 persen dan di
tahun 2014 tumbuh menjadi 4,77 persen. Pada tahun 2015
mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 5,71 persen, dan di
tahun terakhir 2016 tumbuh melambat menjadi 5,32 persen.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat
perkembangan daya beli masyarakat Kabupaten Tangerang
diantaranya kenaikan harga tidak diimbangi kenaikan tingkat
pendapatan, fluktuasi kenaikan suku bunga kredit yang dapat
berimbas kepada kehilangan kesempatan masyarakat untuk
-198-
mendapatkan kredit konsumsi yang murah, dan masih banyak
penduduk Tangerang berpenghasilan menengah bahkan rendah.
Tabel 2.132 Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah tangga
Kabupaten Tangerang, Tahun 2013 – 2017
U r a i a n 2013 2014 2015 2016* 2017**
Total Konsumsi Rumah Tangga a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar
Rp)
46.299,17 40.607,43
49.211,18 42.544,31
53.042,19 44.727,80
56.938,17 47.094,64
61.120,07 49.248,58
Proporsi terhadap PDRB
( % ADHB)
57,46 53,84 52,18 52,07 51,24
Rata-rata Konsumsi perkapita :
a. ADHB (miliar Rp) 14.661,94 15.073,37 15.736,75 16.373,33 17.049,93
b. ADHK 2010 (miliar Rp.)
12.859,49 13.031,31 13.270,00 13.542,69 13.738,28
Pertumbuhan :
a. Total konsumsi RT 4,12 4,77 5,13 5,29 4,57
b. Perkapita 0,76 1,34 1,83 2,05 1,44
Jumlah Penduduk 3.157.780 3.264.776 3.370.594 3.477.495 3.584.770
Sumber : BPS Kabupaten TangerangTahun 2018
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Data diatas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2013 – 2017
konsumsi akhir rumahtangga mengalami peningkatan signifikan baik
dalam nominal (adh Berlaku) maupun riil (adh Konstan), sejalan dengan
kenaikan jumlah penduduk. Kenaikan jumlah penduduk mendorong
terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya
akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Porsi
pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB periode 2013-2017
cukup berfluktuatif. Titik tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 57,46%
dan titik terendah terjadi pada tahun 2017 yaitu 51,24%.
Tabel 2.133 Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Tahun 2013-2017
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
-199-
1
Total
Pengeluaran
RT
46,313,617 49,211,183.03 53,042,186 56,938,168.95 61,120,071.51
2 Jumlah RT 737,566 794,813 827,015 853,246 879,566
3 Rasio 62.79 61.92 64.14 66.73 69.49
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, Tahun 2018
Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang
menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga.
Semakin besar rasio atau angka konsumsi RT semakin atraktif bagi
peningkatan kemampuan ekonomi daerah.
Rasio konsumsi rumah tangga per kapita per tahun meningkat dari
tahun ke tahun, ini menunjukan kemampuan ekonomi daerah semakin
atraktif.
Sementara itu rata-rata konsumsi perkapita juga menunjukkan
kecenderungan yang searah dengan kenaikkan jumlah penduduk, dan
selalu diikuti pula oleh kenaikkan nilai konsumsinya. Pertumbuhan
ratarata konsumsi perkapita menunjukkan peningkatan, baik adh
berlaku maupun adh konstan 2010. Kondisi ini menunjukkan bahwa
rata-rata konsumsi setiap penduduk di kabupaten Tangerang
meningkat, baik secara kuantitas (volume) maupun secara nilai
(termasuk juga peningkatan kualitas). Peningkatan rata-rata konsumsi
perkapita secara riil berkisar antara 1 s.d 2 persen. Peningkatan ini
secara otomatis akan berpengaruh terhadap perubahan struktur pada
konsumsi rumahtangga.
Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh konstan
sebesar 4,12 persen pada tahun 2013. Kemudian, terus meningkat
padatiga tahun berikutnya yaitu berturut-turut sebesar 4,77 persen
(2014); 5,13 persen (2015); 5,29 persen (2016) dan pada tahun 2017
mengalami penurunan yaitu 4,57 persen. Sementara itu, pertumbuhan
konsumsi perkapita cenderung meningkat dari tahun 2013 sampai
dengan 2017 dengan kisaran laju pertumbuhan antara 0,76 – 2,05
persen.
2. Rasio Ekspor + Impor terhadap PDB (indikator keterbukaan
ekonomi)
-200-
Perekonomian Tangerang setiap tahunnya selalu didominasi oleh
Sektor Industri Pengolahan yang kebanyakan berorientasi ekspor dan
juga mendominasi ekspor Tangerang pada setiap tahunnya. Oleh
karena itu, perekonomian Tangerang sangat rentan terhadap gangguan
yang berasal dari luar provinsi/luar negeri.
Sementara itu, impor dilakukan karena adanya dua motivasi atau
alasan. Pertama, dalam rangka memenuhi permintaan dari dalam
maupun luar terhadap barang dan jasa hasil produksi Kabupaten
Tangerang yang dibutuhkan oleh sektor-sektor ekonomi terutama
Sektor Industri Pengolahan. Sektor ini membutuhkan bahan baku
(intermediate demand) maupun barang modal yang didatangkan dari
luar Kabupaten Tangerang, mungkin karena ketiadaan pasokan dari
dalam atau untuk memenuhi suatu standar tertentu yang ditentukan
oleh pihak importir untuk jenis produk yang akan diekspor. Kedua,
impor dilakukan atas barang-barang konsumsi (final demand), yang
didorong oleh meningkatnya permintaan domestik sebagai akibat
meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Tabel 2.134 Perkembangan Ekspor dan Impor Barang dan Jasa Kabupaten
Tangerang Tahun 2013 - 2016
U r a i a n 2013 2014 2015 2016* 2017**
Total Nilai Ekspor a. ADHB (Miliar Rp)
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
68.754,96 60.097,26
79.291,20 64.464,83
81.403,81 65.837,91
82.128,34 69.385,29
89.189,41 74.415,11
Total Nilai Impor a. ADHB (Miliar Rp)
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
60.097,26 49.506,11
64.464,83 52.119,29
65.837,91 52.504,33
69.385,29 55.299,92
74.415,11 59.802,53
Proporsi Ekspor terhadap
PDRB (% ADHB) 85,34 86,74 80,08 75,11 74,76
Proporsi Impor terhadap PDRB (% ADHB)
68,54 65,72 57,73 53,08 52,82
LPE Ekspor (% ADHK 2010)
3,08 7,27 2,13 5,39 7,25
LPE Impor (% ADHK 2010)
-1,68 5,28 0,74 5,32 8,14
Sumber : BPS Kabupaten TangerangTahun 2018
*) Angka Sementara
-201-
**) Angka Sangat Sementara
Nilai total ekspor barang dan jasa Kabupaten Tangerang untuk
harga berlaku dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini lebih besar
dibandingkan dengan nilai impornya. Tahun 2017 menurut harga dasar
berlaku nilai ekspor mencapai 89,19 triliun rupiah, lebih besar
dibanding nilai impornya yang mencapai 74,41 triliun rupiah.
Sedangkan menurut harga konstan 2010, total ekspor tahun 2017
mencapai 74,42 triliun rupiah, lebih besar dibanding nilai impornya
yang mencapai 59,80 triliun rupiah. Sedangkan untuk laju
pertumbuhannya, ekspor pada tahun 2017 mencapai 7,25 persen,
mengalami pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya yang hanya
mencapai level 5,39 persen. Berbanding lurus dengan laju pertumbuhan
impor yang mengalami pertumbuhan tidak jauh dari ekspornya dalam
lima tahun terakhir. Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2013
yang mengalami perlambatan sampai pada level -1,68 persen.
Pada tahun 2017 kontribusi total komponen ekspor terhadap total
PDRB menurut tahun dasar baru 2010 sebesar 74,76 persen, lebih
tinggi dibandingkan kontribusi total komponen impornya sebesar 52,82
persen. Hal ini diakibatkan karena net ekspor luar negeri maupun antar
daerah positif karena total nilai ekspor lebih besar dibandingkan total
nilai impornya. Data ekspor impor diatas sesungguhnya belum
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari kegiatan ekspor impor
yang dilakukan perusahaan-perusahaan di Tangerang. Salah satu
kendalanya adalah tidak lengkapnya ketersediaan data data ekspor
maupun impor baik antar negara, antar daerah maupun antar propinsi.
3. PINJAMAN DAN DANA SIMPANAN DI BANK UMUM
Posisi pinjaman rupiah dan valutas asing yang diberikan Bank
Umum dan BPR di Kabupaten Tangerang pada tahun 2017
diperuntukan untuk Modal Kerja sebesar Rp. 117.522.663 juta,
investasi Rp. 45.187.413 juta dan konsumsi Rp. 24.524.628 juta.
Tabel 2.135 Posisi Pinjaman Rupiah dan Valuta Asing Yang Diberikan
dari Bank Umum dan BPR di Kabupaten Tangerang dan Jenis Penggunaan (juta rupiah)
Uraian 2014 2015 2016 2017
Modal 38.702.643 42.373.521 44.201.333 117.522.663
-202-
Kerja
Investasi 23.451.567 24.371.260 24.891.300 45.187.413
Konsumsi 36.203.267 39.641.795 43.715.134 24.524.628
98.357.477 106.386.576 112.807.767 47.810.622
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2018
Posisi dana simpanan Rupiah dan valuta asing dari bank umum dan
BPR di Kabupaten Tangerang pada tahun untuk Giro sebesar 9.011.005
juta dengan jumlah rekening 23.524, simpan berjangka sebesar
19.242.795 juta, dengan jumlah rekening 61.936, tabungan sebesar
16.161.421 juta dengan jumlah rekening sebanyak 2.142.347, kondisi
posisi dana simpanan Rupiah dan valuta asing dari bank umum dan
BPR tahun 2016-2017 relatif meningkat.
Tabel 2.136 Posisi Dana Simpanan Rupiah dan Valuta Asing dari Bank Umum dan BPR di Kabupaten Tangerang Berdasarkan Lokasi Kantor
Penghimpun Dana (juta rupiah)
Uraian 2014 2015 2016 2017
Giro Jumlah Nominal
5.306.137 6.211.917 7.677.207 9.011.005
Jumlah Rekening
21.111 16.884 19.403 23.524
Simpan
Berjangka
Jumlah
Nominal 14.154.611 16.441.844 17.532.908 19.242.795
Jumlah Rekening
34.859 46.218 54.628 61.936
Tabungan Jumlah Nominal
10.640.520 11.888.795 14.358.159 16.161.421
Jumlah Rekening
1.391.758 1.535.890 1.779.786 2.142.347
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2018
Posisi pinjaman rupiah dan valuta asing yang diberikan dari bank
umum dan BPR menurut sektor ekonomi pada tahun 2017 di Kabupaten
Tangerang diberikan kepada sektor bukan lapangan usaha sebesar Rp.
47.810.622 juta, kedua diberikan kepada sektor industry pengolahan
sebesar Rp. 31.758.643 juta, pinjaman menurut sector ekonomi dalam
kurun waktu mengalami kenaikan.
Tabel 2.137 Posisi Pinjaman Rupiah dan Valuta Asing Yang Diberikan dari Bank Umum dan BPR Menurut Sektor Ekonomi (juta rupiah)
Sektor 2014 2015 2016 2017
Pertanian, dll 873.352 1.326.099 1.138.696 1.184.925
Pertambangan,
Penggalian 235.988 147.806 157.541 195.772
Industri Pengolahan 29.987.212 32.250.454 31.942.164 31.758.643
-203-
Sektor 2014 2015 2016 2017
Listrik, Gas, Air
Bersih 5.723.698 5.186.131 5.756.271 4.958.563
Konstruksi 2.951.268 3.974.748 4.461.518 4.281.652
Perdagangan, Hotel, Restoran
12.993.643 13.321.668 12.559.088 14.256.078
Pengangkutan,
Komunikasi 1.972.822 1.761.536 2.084.805 2.057.254
Keuangan, Real
Estate, Jasa
Perusahaan
5.364.157 6.180.726 8.236.117 8.458.511
Jasa-Jasa 2.052.071 2.595.612 2.756.434 2.560.642
Bukan Lapangan
Usaha 36.203.267 39.641.795 43.715.134 47.810.622
Total 98.357.478 106.386.575 112.807.768 22.463.372
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2018
Pemberian kredit yang diberikan Bank Umum dan BPR kepada usaha
UMKM di Kabupaten Tangerang pada tahun 2017 untuk usaha mikro
sebesar 1.472.629 juta, kredit paling besar diberikan kepada usaha
menengah sebesar 11.700.130 juta.
Tabel 2.138 Posisi Kredit Mikro, Kecil dan Menengah Yang Diberikan
Bank Umum dan BPR (juta rupiah)
Uraian 2014 2015 2016 2017
Mikro 983.719 1.157.499 1.034.435 1.472.629
Kecil 2.072.330 2.229.284 2.666.222 3.155.701
Menengah 9.528.221 10.657.942 10.634.197 11.700.130
TOTAL 12.584.270 14.044.725 14.334.854 16.328.459
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2018
Tabel 2.139 Posisi Kredit Mikro, Kecil dan Menengah Yang Diberikan
Bank Umum dan BPR Menurut Jenis Penggunaan (juta rupiah)
Uraian 2014 2015 2016 2017
Modal Kerja 9.151.722 10.425.525 10.807.027 11.656.773
Investasi 3.432.547 3.619.199 3.527.827 3.959.325
Tidak Teridentifikasi
- - - -
TOTAL 12.584.269 14.044.724 14.334.854 15.616.098
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2018
Posisi kredit Mikro, Kecil dan Menengah yang diberikan Bank Umum
dan BPR menurut sektor ekonomi pada tahun 2017 paling besar diberikan
kepada sector perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 6.112.769 juta,
kedua industry pengolahan sebesar Rp. 4.970.467 juta.
Tabel 2.140 Posisi Kredit Mikro, Kecil dan Menengah Yang Diberikan
Bank Umum dan BPR Menurut Sektor Ekonomi (juta rupiah)
-204-
Sektor 2014 2015 2016 2017
Pertanian, dll 131.614 128.095 89.552 151.957
Pertambangan, Penggalian 64.789 66.798 64.374 44.821
Industri Pengolahan 3.968.194 4.749.013 4.638.304 4.970.467
Listrik, Gas, Air Bersih 32.441 26.300 21.574 65.395
Konstruksi 1.346.964 1.266.449 1.223.724 1.353.586
Perdagangan, Hotel, Restoran 5.273.924 5.959.476 5.880.034 6.112.769
Pengangkutan, Komunikasi 306.219 257.457 497.516 923.875
Keuangan, Real Estate, Jasa Perusahaan
952.684 988.866 1.217.859 1.244.378
Jasa-Jasa 507.440 602.269 701.916 630.379
Bukan Lapangan Usaha - - - -
TOTAL 12.584.269 14.044.723 14.334.853 15.616.098
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2017
2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
1) Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan
Volume kendaraan yang ada di wilayah Kabupaten
Tangerang sesuai data yang masuk di Polda Banten setiap
tahunnya terus bertambah, ditahun 2015 jumlah kendaraan yang
ada di Kabupaten Tangerang berjumlah 106.034 unit untuk mobil
penumpang, dan paling banyak adalah kendaraan motor yang
mencapai 1.233.878 unit. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah
mobil menumpang meningkat menjadi 150.003 unit, dan
kendaraan motor sebanyak 1.224.583 unit.
Jaringan jalan yang ada di Kabupaten Tangerang terdiri dari
Jalan Nasional sepanjang 27,93 Km sebanyak 1 ruas, Jalan
Propinsi sepanjang 105,44 Km sebanyak 9 ruas, dan 992,61 Km
merupakan jalan kabupaten yang terbagi menjadi 301 ruas dengan
jalan strategis sebanyak 50 ruas sepanjang 279,55 Km, dan jalan
Lintas Umum sebanyak 251 ruas sepanjang 713,06 Km. Sebagian
besar jalan-jalan yang ada sudah di beton, bahkan sampai ke jalan
lingkungan dengan kondisi konblok.
Berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang
mengindikasikan kerapatan jalan (Road Density) pada tahun 2017,
kerapatan jalan di Kabupaten Tangerang sebesar 1,18 Km/Km²,
sementara itu, dilihat dari sisi ketersediaan panjang jalan per
jumlah penduduk yang ditunjukkan melalui indikator panjang jalan
per 1000 penduduk (Km/1000 orang), sebesar
0,000294491Km/1000 Orang.
-205-
Tabel 2.141 Perkembangan Jumlah Kendaraan di Kabupaten
Tangerang Tahun 2015-2017
Jenis Kendaraan 2015 2016 2017
Mobil Penumpang 106,034 140,989 150,003
Bus 1,684 181 210
Truk 46,084 45,204 46,980
Sepeda Motor 1,233,878 1,108,514 1,224,583
Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2015-2018
Gambar 2.68 Perkembangan Jumlah Kendaraan Tahun 2015-2017
2) jenis, kelas, dan jumlah penginapan/hotel;
Tingkat penghunian kamar hotel dapat dijadikan sebagai salah
satu tolok ukur perkembangan pariwisata, karena besarnya tingkat
penghunian kamar hotel dapat dijadikan sebagai salah satu indikator
mengenai banyaknya kunjungan wisatawan baik domestik maupun
mancanegara. Kegunaan Indeks Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel
antara lain adalah :
1. Untuk memberikan gambaran berapa persen kamar yang tersedia
pada akomodasi terisi oleh tamu yang menginap dalam suatu waktu
tertentu.
2. Angka ini menunjukkan apakah suatu akomodasi diminati oleh
pengunjung atau tidak, sehingga dapat dilihat apakah di suatu
daerah masih kurang keberadaan akomodasi atau tidak untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat (wisatawan).
-206-
3. Apabila TPK memiliki nilai yang cukup besar berarti akomodasi hotel
di suatu daerah diminati oleh pengunjung, begitu pula sebaliknya,
apabila TPK memiliki nilai yang kecil, berarti akomodasi di suatu
daerah kurang diminati oleh pengunjung.
Secara umum jumlah hotel selama kurun waktu 2016 – 2017
mengalami peningkatan dari tahun 2016 ke tahun 2017. Tahun
2016 jumlah hotel dan akomodasi lainya di Kabupaten Tangerang
mengalami penurunan menjadi 13 unit, ditahun 2017 mengalami
kenaikan kembali menjadi 23 Unit.
Tabel 2.142...
Tabel 2.142 Jumlah Akomodasi Hotel di Kabupaten Tangerang
Tahun 2014-2017
No. Uraian 2014 2015 2016 2017
1 Hotel 12 18 13 23
2 Kamar 817 1,456 1,487 2,372
3 Tempat
Tidur 1,025 1,608 1,658 2,962
Sumber : BPS Provinsi Banten, tahun 2014-2018
Tabel 2.143 Jumlah Tamu Asing dan Dalam Negeri pada Usaha Akomodasi
Tahun 2015-2016 (000)
No. Klasifikasi Hotel 2015 2016
1 Bintang 283,60 280,70
2 Non Bintang 7,82 13,49
Jumlah 291,42 294,19
Sumber : Statistik Hotel dan Akomodasi Lainnya Provinsi Banten, 2016-2017
Jumlah tamu asing dan dalam negeri yang datang dan menginap
pada tahun 2016 tercatat sebanyak 294.190 orang yang terdiri dari tamu
hotel berbintang sebanyak 280.700 orang dan tamu hotel non berbintang
sebanyak 13.490 orang.
Tabel 2.144 Rata-rata Lama Menginap Tamu Asing dan Tamu Dalam
Negeri Dirinci Menurut Klasifikasi Hotel Tahun 2015 – 2017 (%)
No. Klasifikasi Hotel 2015 2016 2017
1 Bintang 1,96 1,75 1,67
2 Non Bintang 1,23 1,22 1,54
Jumlah 1,94 1,73 1,66
Provinsi Banten 1,56 1,51 1,47 Sumber : Statistik Hotel dan Akomodasi Lainnya Provinsi Banten, 2016-2017
-207-
Selama rentang waktu 2015 hingga 2017, Rata-rata Lama Menginap
Tamu (RLMT) asing maupun dalam negeri mengalami penurunan untuk
hotel bintang tetapi kenaikan terjadi pada hotel non bintang rata-rata lama
menginap Kabupaten Tangerang mencapai 1,66 masih dibawah rata-rata
lama menginap tamu asing di Provinsi Banten tahun 2017 mencapai 1,47.
3) Rumah tangga (RT) yang menggunakan air bersih;
Rumah tangga dikatakan menggunakan/mempunyai akses air
layak apabila sumber air minum yang digunakan rumah tangga berasal
dari :
air leding.
sumur bor/pompa dengan jarak ke tempat
penampungan limbah/kotoran/tinja terdekat >= 10 m.
sumur terlindung dengan jarak ke tempat penampungan
limbah/kotoran/tinja terdekat >= 10 m.
mata air terlindung dengan jarak ke tempat penampungan
limbah/kotoran/tinja terdekat >= 10 m.
air hujan.
Serta dikombinasikan dengan penggunaan air mandi/cuci yang
bersumber dari air terlindung (leding meteran, leding eceran, sumur
bor/pompa, sumur
terlindung, mata air terlindung, dan air hujan) bila sumber air minum
utama menggunakan air kemasan/isi ulang dan air tidak terlindungi (
air terlindung dengan jarak <10 m dan air tidak terlindung).
Indikator ini digunakan untuk memantau akses penduduk
terhadap sumber air berkualitas berdasarkan asumsi bahwa sumber
air berkualitas menyediakan air yang aman untuk diminum bagi
masyarakat. Air yang tidak berkualitas adalah penyebab langsung
berbagai sumber penyakit.
Tabel 2.145 Persentase Akses Rumah Tangga terhadap Sumber Air Minum Tahun 2013-2017
-208-
Tahun Air
Kemasan Bermerk
Air Isi
Ulang
Ledeng Meteran
Ledeng Eceran
Sumur Bor/Pompa
Sumur terlindung
2013 22.8 35.85 1.33 1.76 28.26 7.94
2014 20.57 39.91 2.63 4.14 26.24 3.15
2015 16.68 36.13 3.03 4.78 27.97 9.44
2016 16.4 35.07 1.83 2.72 32.65 8.32
2017 16.59 46.25 4.18 28.66 3.33 0.59
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2018
Tabel 2.145 ...
Tabel 2.145 Persentase Akses Rumah Tangga terhadap Sumber Air Minum
Tahun 2013-2017 (lanjutan)
Tahun Sumur
Tak Terlindung
Mata Air Terlindung
Mata Air Tak
Terlindung
Air Sungai
Air Hujan
Lainnya
2013 1,92 0.13 0 0 0 0
2014 3.37 0 0 0 0 0
2015 1.73 0.11 0 0.12 0 0
2016 2.4 0.32 0 0.23 0.06 0
2017 0 0 0 0 0 0.39
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2018
4). Rumah tangga yang menggunakan listrik
Berdasarkan data BPS dari persentase rumah tangga di
Kabupaten Tangerang yang menggunakan listrik PLN sebanyak
98,87%. Sementara sisanya sebanyak 0,13% menggunakan listrik non-
PLN ataupun tidak/bukan menggunakan listrik sama sekali untuk
penerangan tempat tinggal mereka.
Tabel 2.146 Persentase Rumah Tangga Menggunakan Penerangan Tahun
2015-2018
No. Tahun Persentase
Listrik PLN
Persentase Listrik
Non PLN
1 2015 99,94 1,19
2 2016 100 0,99
3 2017 99,99 0,15
4 2018 99,87 0,13
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2018
a. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Menggunakan Telepon
Selular (HP)
Persentase penduduk 5 tahun ke atas yang menggunakan Telepon
Seluler di Kabupaten Tangerang tahun 2016 sekitar 60,59 persen,
-209-
sedangkan yang tidak memiliki telepon seluler sekitar 39,41 persen,
kecenderungan penggunaan HP di Kabupaten Tangerang per tahun
cenderung fluktuatif.
Tabel 2.147 Persentase penduduk yang menggunakan HP Tahun 2012-
2016 di Kabupaten Tangerang
Penguasaaan Telepon
Seluler 2012 2013 2014 2015 2016
Memiliki 91.63 91.26 92.74 59.68 60.59
Tidak Memiliki 8.37 8.74 7.26 40.32 39.41
Gambar 2.69 Persentase Penggunaan HP di Kabupaten Tangerang
Tahun 2012-2016
b. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Menggunakan Komputer
dan Akses terhadap Internet
Persentase penduduk 5 tahun ke atas yang memiliki komputer di
Kabupaten Tangerang cenderung naik-turun, pada tahun 2016
penduduk yang memiliki komputer sekitar 14,27 persen, sedangkan
pada tahun 2017 persentase penduduk yang memiliki/menggunakan
komputer sekitar 18,08 persen.
Aktivitas penduduk yang mengakses internet pada tahun 2016
sekitar 25,53 persen dan pada tahun 2017 naik menjadi 35,53 persen.
Kebutuhan akan akses internet lebih tinggi dibandingkan kepemilikan
terhadap komputer atau telepon pintar.
Tabel 2.148 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas yang Menggunakan Komputer (PC/Desktop, Laptop/Note Book, Tablet), Tahun
2012-2017
-210-
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Memiliki Komputer (Desktop/Laptop/Notebook)
18.99 22.97 18.33 19,79 14,27 18,08
Akses Internet 16.03 16.64 18.93 26,47 25,53 35,53
Sumber : Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Banten Tahun 2012-2017
Gambar 2.70 Persentase Penduduk 5 Tahun ke atas yang memiliki
Kompter dan Akses Internet Tahun 2012-2017
2.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi
1. Kriminalitas (Angka Kriminalitas yang Tertangani)
Angka kriminalitas yang ada di Kabupaten Tangerang meliputi
jumlah tindak pidana yang terjadi sepanjang tahun 2016
sebanyak 759 tindak pidana, cenderung menurun yang tahun
2016 terjadi 3.681 tindak pidana. Pada tahun 2017 jumlah tindak
pidana di wilayah Kabupaten Tangerang meningkat menjadi 1.082
tindak pidana.
Tabel 2.149 Jumlah Tindak Pidana Menurut Kepolisian Resort
di Provinsi Banten, 2014‒2017
No. Tahun Jumlah
1 2014 4.295
2 2015 3.681
3 2016 759
4 2017 1.082
-211-
Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2018
Persentase penyelesaian tindak pidana menurut kepolisian
resort di Provinsi Banten pada tahun 2016 mencapai 71,15%,
tahun 2015 sebesar 78% dan tahun 2014 sebesar 80%.
Tabel 2.150 Persentase Penyelesaian Tindak Pidana Menurut Kepolisian Resort di Provinsi Banten, 2014‒2016
No. Tahun Jumlah
1 2014 80
2 2015 78
3 2016 71,15
4 2017 74,1
Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2017
Tabel 2.151 Resiko Penduduk Terjadi Tindak Pidana per 100.000 Penduduk Menurut Wilayah Kepolisian Resort di Provinsi Banten,
2014‒2016
No. Tahun Jumlah
1 2014 144
2 2015 98
3 2016 22,52
Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2017
Tabel 2.152 Angka Kriminalitas di Kabupaten Tangerang Tahun 2016-2017
No. Jenis Kriminal 2016 2017
1 Jumlah Kasus Narkoba 146 200
2 Jumlah kasus pembunuhan
4 1
3 Jumlah kejahatan seksual
1
4 Jumlah kasus penganiayaan
92 66
5 Jumlah kasus pencurian
371 291
6 Jumlah kasus penipuan
139 162
7 Jumlah Penduduk 3.477.495 3.584.770
Angka Kriminalitas (6/7)
0,000040 0,000045
Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2017
-212-
Rasio angka kriminalitas di wilayah Kabupaten Tangerang pada tahun
2016 mencapai 0,000040 dan pada tahun 2017 sekitar 0,000045.
Jumlah aksi demo yang terjadi di Kabupaten Tangerag cenderung
fluktuatif, dari tahun 2016-2018 telah terjadi aksi unjuk rasa sebanyak 122
unjuk rasa, paling banyak terjadi aksi unjuk rasa pada tahun 2017 sebanyak
64 aksi, menurun di tahun 2018 menjadi 18 kali unjuk rasa.
Tabel 2.153 Jumlah Demo di Kabupaten Tangerang Tahun 2016-2018
No Uraian TAHUN
2016 2017 2018
1 Bidang Politik 6 29 2
2 Ekonomi 9 6 5
3 Kasus Pemogokan Kerja 25 29 11
Jumlah Unjuk Rasa 40 64 18
Sumber : Satuan Polisi Pamong Praja, Kab. Tangerang Tahun 2019
2. Jumlah dan Macam Pajak dan Retribusi
Daerah
Jenis Pajak Daerah yang direncanakan menjadi bagian
Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung meliputi: Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Parkir, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Penerimaan
Pajak Daerah pada Tahun 2017 dapat direalisasikan sebesar Rp.
1,836,701,036,018. Rincian hasil pajak daerah dapat dilihat pada tabel
di bawah ini. Sedangkan untuk retribusi di Kabupaten Tangerang
meliputi Retribusi Pelayanan Kesehatan – Puskesmas, Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan, Retribusi Pelayanan
Penguburan/Pemakaman, Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan
Umum, Retribusi PKB - Mobil Penumpang – Sedan, Retribusi PKB -
Mobil Penumpang – Minibus, Retribusi PKB - Mobil Bus – Microbus,
Retribusi PKB - Mobil Bus – Bus, Retribusi PKB - Mobil Barang/ Beban -
Pick Up, Retribusi PKB - Mobil Barang/ Beban - Light Truck, Retribusi
PKB - Mobil Barang/ Beban – Truck, Retribusi Alat Penanggulangan
Kebakaran, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta Penyediaan Peta
Foto, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta Penyediaan Peta Teknis
-213-
(Struktur), Retribusi Pelayanan Kesehatan Non Kapitasi Jaminan
Kesehatan, Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang, Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah - Penyewaan Tanah dan Bangunan, Retribusi
Pemakaian, Kekayaan Daerah – Laboratorium, Retribusi Tempat
Pelelangan Ikan, Retribusi Terminal - Tempat Parkir untuk Kendaraan
Penumpang dan Bis Umum, Retribusi Pelayanan Kepelabuhan, Retribusi
Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus, Retribusi Izin Mendirikan
Bangunan, Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol,
Retribusi Izin Gangguan tempat Usaha/Kegiatan kepada Orang Pribadi,
Retribusi Pemberian Izin Trayek kepada Orang Pribadi, dan Pemberian
Perpanjangan IMTA kepada Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing. Realisasi
retribusi tahun 2017 sekitar Rp. 97,333,570,576.
Tabel 2.154 Perincian Pendapatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Kabupaten Tangerang Tahun 2017
No. Jenis Pajak dan Retribusi Realisasi
A. PAJAK
1 Pajak Hotel 18,301,814,225.00
2 Pajak Restoran 204,366,841,892.00
3 Pajak HIburan 40,282,299,088.00
4 Pajak Reklame 16,583,146,777.00
5 Pajak Penerangan Jalan 232,761,501,282.00
6 Pajak Parkir 44,105,527,561.00
7 Pajak Air Bawah Tanah 3,379,805,549.00
8 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 350,935,656,410.00
9 Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) 925,984,443,234.00
B. RETRIBUSI
1 Retribusi Pelayanan Kesehatan -
Puskesmas 5,315,844,000.00
2 Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan 3,343,236,500.00
3 Retribusi Pelayanan
Penguburan/Pemakaman 181,800,000.00
4 Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi
Jalan Umum 80,025,000.00
5 Retribusi PKB - Mobil Penumpang - Sedan
20,988,000.00
6 Retribusi PKB - Mobil Penumpang -
Minibus 137,669,000.00
7 Retribusi PKB - Mobil Bus - Microbus 36,087,000.00
8 Retribusi PKB - Mobil Bus - Bus 12,428,000.00
9 Retribusi PKB - Mobil Barang/ Beban
- Pick Up 1,326,792,000.00
10 Retribusi PKB - Mobil Barang/ Beban
- Light Truck 1,095,653,000.00
11 Retribusi PKB - Mobil Barang/ Beban
- Truck 295,032,000.00
12 Retribusi Alat Penanggulangan
Kebakaran 487,714,592.00
-214-
No. Jenis Pajak dan Retribusi Realisasi
13 Retribusi Penggantian Biaya Cetak
Peta Penyediaan Peta Foto 294,630,000.00
14 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta Penyediaan Peta Teknis
(Struktur)
77,120,000.00
15 Retribusi Pelayanan Kesehatan Non
Kapitasi Jaminan Kesehatan 3,030,309,000.00
16 Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang 3,408,038,925.00
17
Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah - Penyewaan Tanah dan
Bangunan
1,300,157,313.00
18 Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah - Laboratorium 349,733,675.00
19 Retribusi Tempat Pelelangan Ikan 432,234,198.00
20
Retribusi Terminal - Tempat Parkir
untuk Kendaraan Penumpang dan Bis Umum
7,310,000.00
21 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan 61,290,000.00
22 Retribusi Penyediaan dan/atau
Penyedotan Kakus 175,330,000.00
23 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 50,922,978,372.00
24 Retribusi Izin Tempat Penjualan
Minuman Beralkohol 17,813,000.00
25
Retribusi Izin Gangguan tempat
Usaha/Kegiatan kepada Orang
Pribadi
6,354,576,201.00
26 Retribusi Pemberian Izin Trayek
kepada Orang Pribadi 47,550,600.00
27
Pemberian Perpanjangan IMTA
kepada Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing
18,521,230,200.00
Sumber : LRA Tahun 2017
2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia
1. Rasio Ketergantungan (Defendency Ratio)
Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk
membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan
semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk
membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Penduduk usia<15 th+usia>64 1,114,783 jiwa, penduduk usia 15-64
sebanyak 2,469,987 dengan rasio ketergantungan (defendency ratio) sekitar
45% artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif
mempunyai tanggungan sebanyak 45 orang yang belum produktif dan
dianggap tidak produktif lagi.
Tabel 2.155 Rasio Ketergantungan di Kabupaten Tangerang
-215-
Tahun 2013-2017
NO KELOMPOK
UMUR 2013 2014 2015 2016 2017
1 0 - 4 337,802 346,808 353,020 356,597 359,755
2 5 - 9 295,822 307,305 320,048 333,806 346,097
3 10 - 14 278,519 282,703 288,274 295,245 304,061
4 15 - 19 303,790 308,426 312,317 315,795 318,935
5 20 - 24 313,583 318,035 321,923 326,367 331,433
6 25 - 29 311,727 318,095 324,681 330,823 336,370
7 30 - 34 309,200 318,077 325,477 333,038 339,651
8 35 - 39 279,535 290,185 301,138 310,662 320,570
9 40 - 44 226,508 237,711 248,430 259,767 270,510
10 45 - 49 165,196 175,616 186,053 196,837 207,698
11 50 - 54 119,755 128,328 137,401 146,573 156,223
12 55 - 59 81,161 88,220 95,303 103,085 110,896
13 60 - 64 54,400 59,373 64,946 71,028 77,701
14 65 - 69 34,807 37,525 40,662 43,840 47,484
15 70 - 74 23,748 25,016 26,348 27,992 29,871
16 75 + 22,227 23,353 24,573 26,040 27,515
Jumlah 3,157,780 3,264,776 3,370,594 3,477,495 3,584,770
Jumlah Penduduk usia < 15 Tahun
912,143 936,816 961,342 985,648 1,009,913
Jumlah Penduduk
usia >64 Tahun 80,782 85,894 91,583 97,872 104,870
Jumlah Penduduk
usia tidak produktif
(1) & (2)
992,925 1,022,710 1,052,925 1,083,520 1,114,783
Jumlah Penduduk
usia 15-64 tahun 2,164,855 2,242,066 2,317,669 2,393,975 2,469,987
Defedency Ratio 0.46 0.46 0.45 0.45 0.45
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018, diolah
2.5 Capaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun
2013-2018
Hasil pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan
daerah terhadap RPJMD Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018
didapatkan hasil bahwa :
Tabel 2.156 Rata-Rata Capaian Kinerja Tiap Program Unggulan
Sampai Dengan 2018
-216-
-217-