bab ii data dan analisa - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00275-ds bab...

20
3 BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari sumber-sumber berikut: 1. Literatur : Pencarian data melalui buku psikologi anak, buku meningkatkan kecerdasan optimal anak, artikel-artikel baik dari majalah maupun dari blog dan website yang berhubungan dengan materi Tugas Akhir. Adapun website yang mendukung materi didapat dari sbb : http://www.scribd.com/doc/25251662/an-Anak-Usia-6-12-Tahun http://www.anneahira.com/perkembangan-anak-usia-6-12-tahun.htm http://www.pustaka-lebah.com/ 2. Survey : Dengan mewawancarai beberapa narasumber yakni guru les anak usia 6-9 tahun dan beberapa anak kelas 1-3 SD serta melakukan survey ke sebuah instansi yang memberikan les bahasa Inggris. 2.2 Apa itu berkreasi ? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari kata kreasi sebagai berikut, kre.a.si [n] (1) hasil daya cipta; hasil daya khayal (penyair, komponis, pelukis, dsb): lukisan Monalisa merupakan besar Leonardo da Vinci; (2) ciptaan buah pikiran atau kecerdasan akal manusia ber·kre·a·si v menghasilkan sesuatu sbg hasil buah pikiran; mencipta Berkreasi merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan anak-anak. Pada anak berusia 2 tahun pun anak sudah bisa berkreasi menurut pemikiran mereka sendiri. Kreativitas bisa dipupuk semenjak dini, terlebih bila sang anak memiliki bakat yang bisa dilihat sejak kecil. Orang tua disini memiliki tugas yakni mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki anak semenjak dini. Para ahli menyebutkan bahwa cara optimal mengembangkan potensi itu adalah dengan selalu merangsang kelima panca inderanya. Banyak hal yang dapat dilakukan. Namun sesungguhnya mem-bacakan buku sejak dini pada anak merupakan cara paling mudah. Anak belajar dari apa yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Kelima panca indranya merespon dan otak meyerap semua informasi yang diterima. Membacakan buku merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

Upload: doanliem

Post on 09-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

 

 

3  

BAB II

DATA DAN ANALISA

2.1 Sumber Data

Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari sumber-sumber berikut:

1. Literatur :

Pencarian data melalui buku psikologi anak, buku meningkatkan kecerdasan optimal anak, artikel-artikel baik dari majalah maupun dari blog dan website yang berhubungan dengan materi Tugas Akhir. Adapun website yang mendukung materi didapat dari sbb :

• http://www.scribd.com/doc/25251662/an-Anak-Usia-6-12-Tahun • http://www.anneahira.com/perkembangan-anak-usia-6-12-tahun.htm • http://www.pustaka-lebah.com/ 2. Survey :

Dengan mewawancarai beberapa narasumber yakni guru les anak usia 6-9 tahun dan beberapa anak kelas 1-3 SD serta melakukan survey ke sebuah instansi yang memberikan les bahasa Inggris.

2.2 Apa itu berkreasi ? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari kata kreasi sebagai berikut,

kre.a.si  [n]  (1)  hasil  daya  cipta;  hasil  daya  khayal  (penyair,  komponis,  pelukis,  dsb):  lukisan  Monalisa  merupakan  -­‐-­‐  besar  Leonardo  da  Vinci;  (2)  ciptaan  buah  pikiran  atau  kecerdasan  akal  manusia  ber·kre·a·si  v  menghasilkan  sesuatu  sbg  hasil  buah  pikiran;  mencipta  Berkreasi merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan anak-anak. Pada anak berusia 2 tahun pun anak sudah bisa berkreasi menurut pemikiran mereka sendiri. Kreativitas bisa dipupuk semenjak dini, terlebih bila sang anak memiliki bakat yang bisa dilihat sejak kecil. Orang tua disini memiliki tugas yakni mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki anak semenjak dini. Para ahli menyebutkan bahwa cara optimal mengembangkan potensi itu adalah dengan selalu merangsang kelima panca inderanya. Banyak hal yang dapat dilakukan. Namun sesungguhnya mem-bacakan buku sejak dini pada anak merupakan cara paling mudah. Anak belajar dari apa yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Kelima panca indranya merespon dan otak meyerap semua informasi yang diterima. Membacakan buku merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

 

 

4  

kecerdasan emosi. Kegiatan membaca-kan buku sambil memeluk dan berbaring di tempat tidur, atau duduk di pangkuan ibu membuat anak merasa dicintai, aman dan nyaman. Kegiatan ini menjalin ikatan emosi yang hangat antara ibu dan anak sehingga dapat memberikan pengaruh positif bagi perkembangan emosional anak di kemudian hari.

2.3 Perkembangan Anak usia 6 – 9 tahun Pada usia 6-9 tahun adalah usia anak bersekolah 1 sampai 3 SD. Anak berada

pada lingkungan yang baru dan berbeda dengan lingkungan sebelum anak masuk sekolah. Pada usia ini, anak harus belajar mandiri dan bersosialisasi dengan teman sebayanya. Pada usia ini pula, anak mulai duduk di bangku sekolah dasar. Biasanya anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum sekolah. Perilaku anak telah tenang dan anak juga bersemangat. Anak mulai mengembangkan wawasan dan pengalaman, emosinya pun mulai terkendali.

Menurut Yaya Suharya, S.Kom dalam artikel yang dimuat di www.scribd.com , anak pada usia 6-9 tahun memiliki perkembangan fisik, kognitif dan sosial yang meningkat. Anak juga meningkatkan kemampuan komunikasi mereka. Berikut perkembangan yang bisa diperhatikan dari sikap dan sifat sehari-hari sang anak :

Anak usia 6-7 tahun :

• ketangkasan meningkat  • melompat tali  • Membaca seperti mesin  • menguraikan objek-objek dengan gambar  • bermain sepeda • Mengulangi tiga angka mengurut ke belakang • Membaca waktu untuk seperempat jam • mungkin menentang dan tidak sopan • Cemas terhadap kegagalan • Kadang malu atau sedih • Peningkatan minat pada bidang spiritual • suka bertanya-tanya dengan keingintahuan yang tinggi

Pada anak usia 8-9 tahun:

• kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat • menggunakan alat-alat seperti palu • ketrampilan lebih individual • ingin terlibat dalam segala sesuatu • menyukai kelompok dan mode • mencari teman secara aktif

 

 

5  

• tunduk pada aturan permainan • cenderung memuji diri sendiri • suka membandingkan diri dengan anak lain • menginginkan pencapaian prestasi atau nilai rapor yang baik.

2.4 Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)

Menurut buku Psikologi Perkembangan Peserta Didik karangan Dra. Desmita , M.si mengemukakan usia rata-rata anak Indonesia saat masuk SD adalah 6 tahun dan selesai umur 12 tahun yang berarti anak usia sekolah berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun).

Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak-anak yang usianya lebih muda. Mereka senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengusahakan si anak berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.

Menurut Havighurst dalam buku “Psikologi   Perkembangan   oleh   Robert  Havighurst”  , tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi :

1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.

2. Membina hidup sehat. 3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok. 4. Belajar menjalankan peranan sosial dengan jenis kelamin. 5. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi

dalam masyarakat. 6. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif. 7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai. 8. Mencapai kemandirian pribadi.

Dalam upaya mencapai tugas perkembangan tersebut, pembimbing dituntut untuk memberikan bantuan berupa :

1. Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik.

2. Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosialnay berkembang.

3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep.

 

 

6  

4. Melaksankan pembelajaran yang dapat memngembangkan nilai-nilai, sehingga anak mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.

2.5 Teori Psikologis anak umur 6 – 12 tahun

Untuk melihat perkembangan anak usia 6 -12 tahun dengan tepat, adalah solusi tercepat dengan mempelajarinya dari analisis para pakar, Berikut teori analisis yang di kemukaan oleh Piaget dan Kolhberg :

Teori Piaget Piaget membagi perkembangan anak usia 6 12 tahun dalam tiga tahapan : Tahapan pertama: Anak yang berusia 6-7 tahun biasanya sedang dalam tahap perkembangan kognitif praoperasional. Sehingga ia memiliki beberapa ciri khas yang cukup kentara. Yaitu:

1. Memusatkan pada akibat-akibat perbuatan. 2. Aturan selalu dipandang dengan statis. Tidak bisa berubah, 3. Hukuman terhadap pelanggaran kerap dinilai bersifat otomatis.

Maka tak heran jika anak-anak pada usia seperti ini berasumsi bahwa moral adalah suatu hal yang rill dalam kehidupan sosial. Mereka selalu takut dengan hukuman.

Tahapan kedua: Anak yang berusia 7-10 tahun. Anak yang dalam usia sepert ini sedang berada dalam kondisi transisi. Meminjam bahasa formalnya Pieget, mereka berada dalam tahap perkembangan kognitif konkret-operasional Tahapan ketiga: Anak yang berusia 11-12 tahun. Anak yang berada dalam usia seperti ini mulai mempertimbangkan tujuan-tujuan perilaku moral. Ia juga sudah bisa menilai bahwa aturan-aturan moral yang ada hanyalah kesepakatan tradisi dan hal ini sangat dapat diubah.

Teori Kolhberg Kolhberg dalam menganalisis perkembangan anak usia 6-12 tahun juga membaginya menjadi dua tahapan : Tahapan pertama: usia 6-10 tahun. Dalam usia ini, ia menilai anak sudah bisa menilai hukuman atau akibat yang diterimanya berdasarkan tingkat hukuman dari kesalahan yang dilakukannnya. Sehingga ia sudah bisa mengetahui bahwa berperilaku baik akan mampu membuatnya jauh atau tak mendapatkan hukuman Tahapan kedua: usia 10-12 tahun. Dalam usia ini, menurut Kolhberg, ia sudah bisa berpikir bijaksana. Hal ini ditandai dengan ia berperilaku sesuai dengan aturan moral

 

 

7  

agar disukai oleh orang dewasa, bukan karena takut dihukum. Sehingga berbuat kebaikan bagi anak usia seperti ini lebih dinilai dari tujuannya. Ia pun menjadi anak yang tahu akan aturan.

2.6 Teori Perkembangan Anak Poin-poin dasar pemilihan buku cerita anak, sebagaimana dikemukakan Joko D.Muktiono dalam bukunya yang brjudul “Aku Cinta Buku” sebagai berikut :

• Pada usia 6 – 8 tahun Sebagian anak usia sekolah awal sudah mampu membaca dengan lancar pada fase ini. Disini buku bergambar dengan plot cerita kuat diserai dengan pengembangan karakter tokoh dan cerita yang to the point, tidak bertele-tele, dengan menggunakkan kata-kata yang dipakai sehari-hari merupakan pilihan yang tepat. Buku informatif bertema juga merupakan pilihan tepat karena dapat memuaskan rasa ingin tahu anak tentang subyek-subyek yang beragam.

• Pada usia 9 – 12 tahun Pada usia ini anak mulai menunjukkan kecenderungan sikap dan keragaman. Disini penulis perlu mempertimbangkan karakter dan kesukaan anak. Buku-buku informative atau novel dengan jenis minat – seperti : horror, petualangan, fantasi, fiksi-ilmiah, detektif, atau humor, sangat mereka sukai. Pemilihan buku dengan ilustrasi yang bagus juga perlu dipertimbangkan, agar mereka dapat mengapresiasikan gambar-gambar tersebut, sehingga cita rasa estetika anak-anak juga terlatih, selain mendapat pengalaman membaca yang bermanfaat.

Pada buku ini akan penulis ciptakan karakter yang akan mengajak dan menuntun anak untuk mempraktekan step-by step yang akan dilakukan bersama. Karena bila memakai karakter dapat memuaskan rasa ingin tahu anak dalam mengerjakan kreasi tersebut.

2.7 Masalah yang dihadapi anak-anak usia SD zaman sekarang

Dua puluh tahun lalu, ahli psikologi Amerika, Elkind, memperkenalkan sebuah istilah baru, yakni hurried children, untuk menggambarkan fenomena anak yang dipercepat perkembangannya. Salah satu cirinya adalah anak diberi berbagai aktivitas ekstrakurikuler setiap minggu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan di bidang akademis, sosial, olahraga, budaya, dan kemampuan psikologi.

Menurut Dr. Ir. Diah K Pranadji seorang Peneliti IPB Anak-anak masa kini menghadapi apa yang seharusnya menjadi masalah orang dewasa lebih dini dalam kehidupannya. Tidak seperti anak-anak pada generasi lalu yang memiliki banyak waktu untuk bermain setelah pulang sekolah bersama teman-temannya, anak-anak sekarang sulit untuk mendapatkan waktu seperti itu. Penelitian Imam (2007) melaporkan bahwa

 

 

8  

sekitar 60 persen anak-anak di Jabodetabek lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mengikuti kegiatan les sepulang dari sekolah.

Salah satu fenomena menarik adalah semakin mudanya usia penderita stres. Jika beberapa tahun yang lalu, stres lebih banyak dialami oleh usia produktif di atas 20 tahun, kini stres banyak diderita oleh anak usia remaja. Bahkan, dalam beberapa kasus, anak-anak diperkirakan telah mengalami stres. Beragam kegiatan yang tak jarang "dipaksakan" orang tua terhadap anak di luar jam sekolah antara lain adalah les privat, les piano, les musik, les kumon, klub olahraga, dan les ngaji. Fenomena yang tak kalah menariknya adalah riset yang dilakukan tim peneliti dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (Fema),Institut Pertanian Bogor (IPB), Diah K Pranadji dan Nurlaela (2009). Riset di kawasan Bogor itu melaporkan bahwa persentase anak yang masuk sekolah dasar ketika berumur kurang dari enam tahun cukup besar, yakni sekitar 40 %. Dari penelitian ini juga dilaporkan bahwa gejala stres yang sering kali dialami oleh anak sibuk yakni sebagai berikut :

1. Jantung berdebar kencang dan keras (46,7 %) 2. Merasa sukar berkonsentrasi pada saat melakukan kegiatan (43,3 %) 3. Merasa sangat lemas/lesu/tidak memiliki tenaga (43,3 %) 4. Mimpi buruk (33,3 persen); merasa sedih sekali dan ingin menangis

(30,0 %) 5. Merasa pegal-pegal pada leher/punggung/bahu (23,3 %) 6. Merasa bingung/takut bila bertemu dengan orang lain (20,0 %) 7. Merasa tidak tenang/tegang/cemas/terancam (20 %) 8. Sering menjatuhkan/memecahkan barang/tersandung/terjatuh (20,0 %) 9. Mengalami sulit tidur/tidak dapat tidur nyenyak seperti biasanya (16,7

%) 10. Merasa tidak memiliki harapan/putus asa (16,7 persen) 11. Merasa dipaksa dengan sangat oleh orang lain (tertekan) (16,7 persen) 12. Merasa pusing/sakit kepala tanpa alasan yang jelas (6,7 persen) 13. Mengalami perubahan nafsu makan (6,7 persen) 14. Merasa tidak sabar dan cepat marah tanpa sebab (6,7 persen).

Sebanyak 73,3 % anak sibuk berada dalam ketegori tingkat stres sedang. Tingkat stres sedang memberi arti bahwa gejala stres kadang-kadang dialami oleh anak. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat stres anak dalam penelitian ini antara lain adalah jumlah aktivitas di luar sekolah (dalam satu minggu); alokasi aktivitas di luar sekolah; serta alokasi waktu menonton televisi.

Penelitian ini juga melaporkan bahwa alokasi waktu terkait erat dengan persepsi anak terhadap suatu kegiatan. Jika anak menyukai kegiatan tersebut, waktu

 

 

9  

melaksanakannya tidak terasa lama dan melelahkan. Oleh karena itu, peneliti menyarankan aktivitas di luar sekolah anak sebaiknya beragam jenis dan tidak dilakukan lebih dari satu jam setiap harinya. Sebelum menganjurkan untuk melakukan kegiatan di luar sekolah, sebaiknya orang tua menumbuhkan persepsi yang positif dalam diri anak terhadap kegiatan yang akan dilakukannya tersebut. Misalnya, memaparkan manfaat kegiatan tersebut bagi anak (menyalurkan hobi, menambah teman, dan sebagainya). Orang tua tidak diperbolehkan menekan atau memaksa anak untuk mengikuti kegiatan di luar sekolah. Sebaiknya orang tua memberi pengarahan dan bimbingan serta menanyakan apa kegiatan favorit si anak agar mereka bisa lakukan bersama, Bisa dengan jalan-jalan, membaca buku cerita secara bergantian, bermain peran-peranan, dll, sehingga membuat anak tidak jenuh ataupu stress.

2.8 Analisa Kompetitor

1. Yuk, Buat Sendiri Mainan-mainan Tradisional Anak!

Sebagai buku yang memiliki target konsumen anak-anak, Buku Yuk, Buat Sendiri Mainan-mainan Tradisional Anak terbitan Diva Press ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu :

1. Saat melihat covernya mungkin anak-anak akan senang namun saat membuka halaman per-halaman buku ini sangat terlihat monoton dan membosankan.

2. Gambar dan ilustrasi yang dimuat dalam buku ini tidak memiliki keseragaman / kesatuan yang sama.

3. Pada cover buku imi disebutkan full color, pada kenyataanya buku ini di dominasi dengan warna abu-abu pada tiap lembarnya.

 

 

10  

4. Fotografi dan Ilustrasi yang kurang digarap secara total pada tiap lembarnya, sehingga membuat buku ini menjadi minim akan gambar yang menarik minat anak-anak .

2. Membuat Mainan Edukatif dari Limbah Kayu

Sebagai buku yang memiliki target konsumen anak-anak, Buku Membuat Mainan Edukatif dari Limbah Kayu terbitan Agromedia Pustaka ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu :

1. Layout Cover yang memiliki banyak teks di bawah judul sebaiknya dihilangkan saja karena membuat rancu dan pembeli tidak fokus membaca judul.

2. Dari segi font, dengan target anak-anak font sheriff ini sangat tidak menunjukkan sifat bermain dan ceria khas anak-anak.

3. Dari segi warna, warna-warna yang digunakan sangat minim dan kurang catchy untuk menarik minat anak-anak agar membaca.

3. Aneka Kreasi Unik dari Barang Bekas

 

 

11  

Sebagai buku yang memiliki target konsumen anak-anak, Buku Aneka Keterampilan terbitan Adicita Karya Nusa ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu :

1. Dari segi cover, shape grafik yang digunakan sebagai background tidak memiliki kesatuan yang selaras bila dipadukan dengan fotografi pada cover tersebut, sehingga membuat buku ini tidak menarik minat anak.

2. Sebagian besar ilustrasi dalam buku ini kurang informatif. 3. Dan tone warna pada tiap halaman terlalu monoton sehingga kurang

menarik minat baca anak.

2.9 Hasil survey yang didapat melalui kuesioner

2.9.1 Survey terhadap orang dewasa ( pembimbing anak )

Survey yang di dapat dari 2 point of view ini akan dijelaskan berupa infografik dan juga dijelaskan lebih detail dengan adanya persentase yang telah ditabulasikan secara akurat. Pertama kita akan membahas dari sisi orang dewasa :

1. Menurut anda apa yang membuat anak kecil tertarik membeli buku?

Menurut peserta kuesioner hal apa yang membuat anak kecil memilih buku karena tokoh kartun yang mereka gemari kedua karena warna yang menarik dan ketiga karena memiliki bonus mainan yang menarik perhatian anak-anak. Ketiga hal ini bisa menjadi panduan Penulis dalam menciptakan sebuah buku yang menarik minat anak.

2. Menurut anda buku anak macam apa, yang membuat anda tertarik untuk membelikan keponakan, adik atau anak kalian?

 

 

12  

Pengisi kuesioner disini banyak memilih membeli buku tentang pengetahuan untuk anak-anak, peringkat kedua dicapai oleh buku menggambar/ mewarnai dan peringkat ke 3 diduduki oleh buku tentang membuat mainan sendiri. Disini membuktikan bahwa buku ini diminati oleh para pemimbing untuk di berikan kepada anak-anak. Tugas penulis untuk bisa menciptakan buku yang mengandung unsur edukasi namun tetap fun sehingga pembimbing mengajarkan kepada anak-anak mereka.

3. Siapakah tokoh favorite mereka?

Peringkat pertama dimenangkan oleh tokoh kartun seperti : spongebob, Barbie, ben 10, sinchan dll. Ini membuktikan bahwa anak-anak sangat menyukai karakter kartun yang mereka sukai. Disini mendukung keinginan penulis untuk membuat karakter yang akan memandu dan mengajak anak membuat mainan sendiri dalam buku ini.

4. Apa yang sering dilakukan mereka dikala waktu senggang?

 

 

13  

Peringkat pertama dicapai oleh other yang kebanyakan menyatakan bahwa anak-anak memiliki kegiatan luar sekolah, seperti les ballet, les piano, bela diri. Ini juga yang membuat anak-anak mengalami stress ringan karena terlalu banyak kegiatan yang membuat mereka terlalu lelah

5. Menurut anda seberapa antusias anak-anak pada zaman sekarang untuk merakit mainan sendiri ?

Menurut survey yang telah penulis lakukan kepada 101 peserta kuesioner, hasil menujukkan bahwa minat anak untuk merakit / membuat mainan pada batas biasa saja. Seharusnya pada usia 6 – 12 tahun anak memiliki jiwa eksplore yang tinggi dan keingintahuan akan hal baru yang tinggi. Maka dari itu, penting untuk para orang tua untuk membimbing anaknya untuk selalu kritis dan kreatif dalam berpikir serta bertindak. Salah satunya dengan membeli buku yang berguna untuk mengasah dan membangkitkan jiwa kreatifitas sang anak.

Menurut pengamatan hasil kuesioner yang dibagikan kepada range umur 15-40 tahun ini, hal yang sering dilakukan anak-anak di waktu senggang yakni bermain, nonton televisi dan bermain komputer.

2.9.2 Survey terhadap anak-anak umur 6 - 12 tahun

 

 

14  

Kebanyakan anak memiliki hobby yang sama yakni olah raga seperti : basket, tennis, badminton, berenang dan bersepeda. Kegiatan olah raga outdoor ini sangat baik untuk pertumbuham anak. Dan kediua diduduki oleh membaca, sangat disayangkan perbedaan angka yang didapat jauh dengan hasil yg memilih olahraga, padahal membaca merupakan jendela pengetahuan dan harus dipupuk semenjak dini ke anak-anak. Disini penulis bertugas membuat bacaan yang bisa menggugah minat anak-anak dengan tampilan kemasan dan isi yang bermanfaat.

Nomor satu diduduki oleh peringkat nonton televisi, kedua main komputer dan ketiga olah raga. Televisi merupakan salah satu media yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, maka dari itu sudah menjadi kewajiban para pembimbing untuk membimbing anak saat nonton televisi, pastikan anak menonton channel yang menunjukkan hiburan dan tontonan yang baik untuk mereka.

 

 

15  

Kegiatan yang sering dilakukan anak-anak bersama teman sebaya yakni bersepeda, kedua bermain game online dan ketiga jalan-jalan bersama teman / keluarga. Disini bisa disimpulkan kurangnya antusias anak dalam merakit mainan, padahal pada zaman dulu semua mainan dibuat oleh anak-anak sendiri tidak seperti zaman sekarang yang semuanya serba instan dan sudah dijual dimana-mana. Ada baiknya sebagai pembimbing kita mengajari anak untuk tidak konsumtif dan belajar membuat mainannya sendiri, biarkan imajinasi anak yang menuntut kemana arah permainan itu, pembimbing yang akan memberi arahan sehingga kekompakan antara orang tua dan anak akan terjalin erat.

63% anak masih dibimbing orang tuanya saat membuat tugas. Ini berarti pada usia 6-12 tahun anak masih dibawah bimbingan orang tua dalam mengerjakan segala hal, buku ini kelak akan menjadi panduan yang bisa dipraktekan anak dan dibimbing bersama orang tua dalam membuat mainan itu sendiri.

 

 

16  

Disini anak anak usia 6 -12 tahun memiliki antusiasme sebesar 76% ke toko buku, karena pada usia ini anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan buku adalah salah satu jendela pengetahuaan yang bisa menyalurkan segala kegemaran anak.

Peringkat pertama disini diduduki oleh komik dan kedua oleh buku tentang pengetahuan. Disini penulis berusaha membuat buku yang bisa fun seperti komik tapi juga memiliki nilai edukasi seperti yang ada dalam buku pengetahuan. Dan dikemas dalam 1 buku dengan visual yang lucu dan ceria untuk anak-anak.

 

 

17  

Menurut survey anak-anak sangat senang karena isinya yang informatif, kedua karena ingin tahu apa isi konten buku tersebut. Disini penulis akan membuat layout dan konten dengan typografi yang mudah diserap oleh anak-anak. Hingga mata anak tidak cepat lelah dan jenuh saat membaca.

79% anak usia 6-12 tahun menyukai dan tertarik untuk membeli buku yang akan penulis buat. Ini menunjukkan bahwa antusiasme anak akan kegiatan Do It Yourself dalam membuat mainan sendiri masih diminati.

Menurut hasil survey yang penulis rangkum, anak pada usia rentang 6-12 tahun memiliki taraf perkembangan berkarya yang berbeda. Dari survey ini penulis mendapatkan usia target yang sesuai dengan buku yang akan dibuat yakni 6-9 tahun. Pada usia tersebut anak-anak masih memiliki jiwa imajinasi yang kuat dan penuh rasa ingin tahu pada hal-hal baru. Menurut survey 79% anak-anak berminat dan tertarik pada buku tentang tutorial pembuatan mainan, ini menunjukkan antusiasme mereka terhadap buku yang akan dibuat.

2.10 Pemilihan Mainan

Pemilihan permainan yang akan dibuat disini dipilih berdasarkan tingkat kesulitan yang dikerjakan.Serta pemakaian alat-alat yang semakin sulit dan berat. Dan

 

 

18  

pemilihan permainan ini disaring berdasarkan kemampuan anak usia 6-9 tahun yang pada masa itu masih belajar dalam merangkai atau membangun sesuatu.

Tingkat mudah :

1. Boneka Jari

2. Kincir angin

3. Kacamata Pantai

4. Topi Kostum

5. Pesawat tempur

6. Moncong menggigit

7. Taring ular

8. Topeng singa

Tingkat Sedang :

1. Layangan

2. Panah

3. Bendera ikan

4. Mahkota merak

5. Naga

6. Laba-laba

7. Box panggung

8. Lempar bola

Tingkat Sulit

 

 

19  

1. Kaleng pijak

2. Bakiak

3. Ketapel

4. Dinosaurus

5. Kapal boat

6. Pesawat terbang

7. Tamborin

8. Golf

 

 

20  

2.11 Target Audience

Yang menjadi target audience dari buku ini adalah : 2.11.1 Target Primer

• Demografi Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan. Usia : 6 – 9 tahun Pendidikan : SD ( Sekolah Dasar ) Kelas ekonomi : Menengah ke atas S.E.S : A, B, C

• Geografi

- Tinggal di perkotaan, sub-urban

- Sekolah kelas 1 – 3 SD

- Bersekolah di sekolah negeri percontohan, swasta atau international school

• Psikografi

- Suka jalan-jalan bersama teman atau keluarga

- Anak yang senang mencoba hal baru

- Anak yang masih dalam pengawasan orang tua

2.11.2 Target sekunder • Anak usia 9-12 tahun yang masih memiliki ketertarikan terhadap buku

tutorial mainan. • Orang Tua yang memiliki anak usia 6 – 12 tahun, yang ingin

membiasakan budaya gemar membaca dan berkarya pada anak-anaknya. Para instansi yang berkecimpung di dunia anak-anak, baik sekolah ataupun tempat les yang menyediakan perpustakaan bagi para guru dan siswanya.

2.12 Data Penerbit

 

 

21  

Pustaka lebah adalah penerbit media/sarana bermain sambil belajar untuk anak-anak (edutainment), berupa buku-buku cerita dengan berbagai ragam permainan dan kreativitas, hingga multimedia. Penerbit yang mendedikasikan semua produknya untuk menunjang tumbuh kembang anak, terutama anak pra sekolah (usia 2-6 tahun) dan anak Sekolah Dasar (usia 7-12 tahun). Konsepnya mengangkat lingkungan dan alam sekitar untuk memberikan dasar-dasar pendidikan, pengetahuan dan moral yang baik kepada anak. PUSTAKA LEBAH terbentuk pada tahun 2002 dan merupakan salah satu unit usaha LEMBAGA MANAJEMEN FORMASI.

VISI Visi Pustaka Lebah adalah mencerdaskan anak-anak Indonesia dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak sejak usia dini dengan memberikan dasar-dasar pendidikan, pengetahuan, budi pekerti, moral dan perilaku yang baik, dengan mengangkat lingkungan dan alam sekitar yang dekat di hati anak-anak melalui konsep bermain sambil belajar. MISI Berperan aktif meningkatkan minat baca anak sejak usia dini dengan menyediakan buku dan media edukasi yang berkualitas tetapi dengan harga yang terjangkau masyarakat luas. Mengembangkan produk pendidikan bagi anak-anak sejak usia dini dalam berbagai media, dari buku-buku, permainan dan kreatifitas, hingga multimedia dengan konsep bermain sambil belajar. Mengembangkan produk yang mampu menghangatkan dan mempererat hubungan antara orangtua dan anak.

2.13 Spesifikasi Buku Desainer : Marcella Ayu P. Ilustrasi : Marcella Ayu P. Penerbit : Pustaka Lebah Ukuran : 20cm x 20cm Tebal : 70 halaman Harga : Rp. 150.000,- - 200.000,-

Isi : Materi tentang pembuatan mainan anak beserta bagaimana cara dan tahap-tahap membuat mainan tersebut. Karakteristik produk bersifat edukatif, ceria, mudah dipahami, ringkas, dan menggunakan ilustrasi yang sesuai kebutuhan anak.

 

 

22  

2.14 S.W.O.T Strenght :

• Buku ini bisa menjadi buku edukasi yang meningkatkan daya kreativitas dan imajinasi anak usia 6 – 9 tahun.

• Materi yang akan disampaikan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Baik dari segi visual maupun segi verbal.

• Buku ini bersifat jangka panjang.

Weakness : • Kurangnya buku tentang Do It Yourself untuk anak-anak yang dilahirkan

oleh penerbit lokal. • Karena banyaknya orang tua yang memanjakan anaknya dengan peralatan

gadget yang semestinya tidak dimiliki pada anak usia tersebut. Opportunities :

• Belum adanya buku kumpulan membuat ketrampilan tentang berkreasi untuk anak yang dikemas dengan baik.

• Anak-anak masih memiliki peluang untuk mendapatkan berbagai macam materi tentang kreativitas lewat suatu media menarik minat mereka.

Threat :

• Banyaknya media lain yang lebih menarik perhatian anak, seperti game online dan televisi.

• Kurangnya dukungan dari pihak pembimbing yang beranggapan bahwa materi ini kurang penting untuk anak-anak.

• Banyaknya buku import yang memiliki kualitas penyajian yang lebih baik.