bab ii cinta dalam psikologi dan tasawuf a. cinta...

22
13 BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta Dalam Perpektif Psikologi 1. Pengertian Cinta Melihat cinta sebagai salah satu bentuk sikap dan perilaku manusia, maka tidak bisa dimungkiri bahwa cinta merupakan salah satu lahan garapan bagi kajian psikologi. Secara psikologis cinta adalah sebuah perilaku manusia yang emosional di mana wujudnya adalah tanggapan atau reaksi emosional seseorang terhadap rangsangan tertentu. Dalam hal ini cinta dipengaruhi oleh interasi antara pecinta dengan lingkungannya, kemampuan pecinta tersebut, serta tipe dan kekuatan unsur pendorongnya. 1 Dalam mendefinisikan cinta belum pernah ditemui satu rumusan tentang cinta yang singkat padat dan mewakili pemahaman akan cinta itu sendiri secara tepat. Ini dikarenakan bahwa pendefinisian itu merupakan suatu hasil pemahaman seseorang terhadap realitas yang dihadapinya, maka sangat mungkin jika definisi yang dilontarkan seseorang sangat tergantung latar belakang historis yang membuat definisi dan kondisi yang melingkupi ketika definisi tersebut dilontarkan. Jika melihat cinta sangat erat berkait dengan dimensi perasaan, maka sangat tidak mustahil jika pendefinisian tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman seseorang dalam cinta. Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali, sayang benar, kasih sekali, terpikat (antara laki-laki dan perempuan), ingin sekali, berharap sekali, rindu, susah hati, (khawatir). 2 Sedangkan dalam 1 Fahruddin Faiz, Filosofi Cinta Kahlil Gibran, Tinta, Yogyakarta, 2002, hlm. 16. 2 Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 168.

Upload: vuxuyen

Post on 12-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

13

BAB II

CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF

A. Cinta Dalam Perpektif Psikologi

1. Pengertian Cinta

Melihat cinta sebagai salah satu bentuk sikap dan perilaku

manusia, maka tidak bisa dimungkiri bahwa cinta merupakan salah satu

lahan garapan bagi kajian psikologi.

Secara psikologis cinta adalah sebuah perilaku manusia yang

emosional di mana wujudnya adalah tanggapan atau reaksi emosional

seseorang terhadap rangsangan tertentu. Dalam hal ini cinta dipengaruhi

oleh interasi antara pecinta dengan lingkungannya, kemampuan pecinta

tersebut, serta tipe dan kekuatan unsur pendorongnya.1

Dalam mendefinisikan cinta belum pernah ditemui satu rumusan

tentang cinta yang singkat padat dan mewakili pemahaman akan cinta itu

sendiri secara tepat. Ini dikarenakan bahwa pendefinisian itu merupakan

suatu hasil pemahaman seseorang terhadap realitas yang dihadapinya,

maka sangat mungkin jika definisi yang dilontarkan seseorang sangat

tergantung latar belakang historis yang membuat definisi dan kondisi

yang melingkupi ketika definisi tersebut dilontarkan. Jika melihat cinta

sangat erat berkait dengan dimensi perasaan, maka sangat tidak mustahil

jika pendefinisian tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman seseorang

dalam cinta.

Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

sayang benar, kasih sekali, terpikat (antara laki-laki dan perempuan), ingin

sekali, berharap sekali, rindu, susah hati, (khawatir).2 Sedangkan dalam

1 Fahruddin Faiz, Filosofi Cinta Kahlil Gibran, Tinta, Yogyakarta, 2002, hlm. 16. 2 Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 168.

Page 2: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

14

kamus psikologi, cinta adalah perasaan khusus yang menyangkut

kesenangan terhadap atau melekat pada objek, cinta berwarna emosional

bila muncul dalam pikiran dan dapat membangkitkan keseluruhan emosi

primer, sesuai dengan emosi di mana objek itu terletak atau berada.3

Banyak sekali tokoh-tokoh psikologi yang mencoba

mendefinisikan cinta, dan harus diakui bahwa definisi-definisi tersebut

sangatlah beragam dan tidak senada. Diantaranya adalah Sigmund Freud,

yang mengungkapkan bahwa cinta dan hal-hal lain yang sama sifatnya

dengan cinta tidak lebih dari salah satu kemampuan psikis manusia.

Sumber dan pusat pendorong yang paling utama dalam cinta dan hal-hal

lain tersebut adalah libido seksual. Berbagai pandangan yang muluk-

muluk tentang cinta sebenarnya bermuara pada cinta seksual dan bertujuan

pada penyatuan seksual. Jika objek cinta yang dimaksud bukan lawan

jenis, maka pusat yang sebenarnya tetap libido seksual, hanya saja itu

diproyeksikan kepada hal lain. Apabila energi yang berpusat pada libido

seksual itu diproyeksikan kepada hal lain atau aktifitas lain, energi tersebut

akan mengalami perubahan dari kehendak mewujudkan tujuan seksual,

menjadi bentuk lain yang kreatif.4 Freud adalah orang pertama yang

mengajukan teori cinta koheren yang dilandaskan pada prinsip-prinsip

ilmiah. Dia menyimpulkan bahwa kita jatuh cinta karena kita mengikuti

aturan-aturan yang tertanam di alam bawah sadar kita.5

Erich Fromm, pakar Psikoanalisis, melihat adanya unsur-unsur

mendasar dalam segala bentuk cinta sejati. Unsur-unsur itu mencakup

kepedulian, tanggung jawab, rasa hormat dan pengetahuan. Rasa hormat

hanya mungkin muncul pada individu yang merasa tidak perlu

mendominasi, mengendalikan atau memanfaatkan orang lain. Cinta

3 James Drever, Kamus Psikologi, Terj. Nancy Simanjuntak dari The Penguin

Dictionary of Psychology, Bina Aksara, Jakarta, 1998, hlm. 263. 4 Fahruddin Faiz, op.cit., hlm. 36. 5 Megan Tresidder, Risalah Cinta dan Nafsu, Kata Hati, Yogyakarta, 2005, hlm. 35.

Page 3: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

15

adalah bocahnya kemerdekaan. Dan jelas, orang tidak bisa mencintai apa

yang tidak diketahuinya.6

Sementara itu, tokoh psikologi Humanistik, Abraham Maslow,

memiliki gagasan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan

dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, untuk berubah, dan berasal

dari sumber genetik atau naluriah. Kebutuhan dasar tersebut tersusun

secara hirarkhis dalam lima strata yang bersifat relatif, yaitu :

a. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (fa’ali)

b. Kebutuhan akan keselamatan

c. Kebutuhan akan rasa aman

d. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki

e. Kebutuhan akan aktualisasi diri.7

Bagi Maslow, perasaan cinta dan memiliki tidak hanya didorong

oleh kebutuhan seksualitas. Namun lebih banyak didorong oleh kebutuhan

kasih sayang. Ia sepakat dengan definisi cinta yang dikemukakan oleh

Karl Roger, bahwa cinta adalah “Keadaan dimengerti secara mendalam

dan menerima dengan sepenuh hati”. Perasaan cinta yang sesungguhnya

adalah perasaan saling percaya dengan hubungan sehat penuh kasih. Tanpa

adanya perasaan saling percaya, maka hubungan cinta seseorang akan

menjadi rapuh dan rusak. Kebutuhan cinta adalah meliputi cinta yang

memberi dan cinta yang menerima.8

2. Macam-macam Cinta

Beragam sekali orang di dalam mendefinisikan cinta, dan semua

itu tergantung dari pengalaman mereka masing-masing. Ada yang

mengatakan bahwa cinta ialah garam. Hidup tanpa cinta bagaikan sayur

tanpa garam. Jadi, kalau orang dalam hidupnya tidak memiliki cinta, maka

6 Lynn Wilcox, Sufism and Psychology, terj. IG. Harimurti Bagoesaka, Ilmu Jiwa Berjumpa Tasawuf Sebuah Upaya Spritualisasi Psikologi, PT. Serumbi Ilmu Semesta, Jakarta, 2003, hlm. 282.

7 Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi Telaah atas Pemikiran Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2002, hlm. 70-71.

8 Ibid., hlm. 76-77.

Page 4: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

16

hidupnya tidak berarti. Supaya kita tidak condong dan hanyut pada

ekstremitas tertentu, maka cinta perlu dibagi dalam beberapa jenis dan

kategori. Muhidin M. Dahlan dalam bukunya “Mencari Cinta”, membagi

cinta dalam empat kategori, yaitu cinta erotis (erotic love), cinta rasional

(rational love), cinta romantis (romantic love), dan cinta agape (god

love).9

a. Cinta Erotis

Disebut cinta erotis atau cinta biologis, dikarenakan pada

cinta ini daya tarik manusia antara satu dengan yang lain bersifat

badaniah. Titik orientasi cinta ini berpusat pada kepuasan diri sendiri

(egosentrisme). Seseorang dicintai sejauh ia dapat memenuhi

kenikmatan seksual. Dalam hal ini, cinta dilihat sebagai suatu

perbuatan biologis atau fisiologis. Cinta seperti ini akan cepat hilang

manakala pasangannya sudah tidak menarik lagi.

Cinta erotis hampir sama dengan cinta binatang.

Kesamaannya sama-sama bertumpu pada dorongan “instingtif”.

Perbedaanya terletak pada cara mengendalikan unsur intingtif tersebut.

Pada manusia masih memiliki kesanggupan untuk mengendalikan daya

seksualnya sesuai dengan hakekat dan martabat kemanusiaannya.

Maka bisa saja manusia akan sama dengan binatang apabila manusia

tidak sanggup mengendalikan dorongan seksualnya itu. Megan

Tresidder berpendapat bahwa cinta erotis pada esensinya adalah

simfoni mempertentangkan impuls-impuls dan sensasi-sensasi.10

b. Cinta Rasional

Jenis cinta semacam ini bersifat rasional atau dapat dipersepsi

oleh nalar. Biasanya cinta rasional ini berbentuk material. Orang yang

menganut cinta ini beranggapan bahwa apresiasi terhadap keindahan

sebagai bentuk cinta yang merupakan perpaduan jiwa dan akal. Seperti

9 Muhidin M. Dahlan, Mencari Cinta, Melibas, Jakarta, 2004, hlm. 68. 10 Megan Tresidder, op.cit., hlm. 30.

Page 5: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

17

ucapan Pitirin Sorokin dalam pengantar bukunya The Ways and Power

of Love: “Pikiran yang waras tidak mempercayai sama sekali kekuatan

cinta. Bagi kita, cinta tampak sebagai suatu hal yang menyesatkan.

Kita menyebutnya penipuan diri, merupakan candu yang meracuni

pikiran manusia, omong kosong yang tidak ilmiah dan khayalan yang

tidak ilmiah pula”.11

c. Cinta Romantis

Cinta romantis adalah cinta yang tidak hanya difikirkan tetapi

juga dirasakan. Bagi penganut cinta ini memandang bahwa cinta

adalah untaian bait-bait puisi yang menepuk-nepuk jiwa yang sedang

dilanda perindu. Cinta adalah pemilik rasa dan hanya rasa. Maka tiba-

tiba saja orang yang mangalami cinta semacam ini berubah manjadi

pujangga yang bisa mengubah kepedihan menjadi barisan kata-kata

yang indah.

d. Cinta Religius / Agape

Cinta ini merupakan sebentuk ritus penyerahan diri total

kepada sang kekasih. Penganut cinta seperti ini tidak pernah berkeluh

kesah sedikitpun karena jenis cinta ini adalah lebih tinggi tingkatannya

dari jenis cinta yang lain. Bahkan penganut cinta ini bebas menari di

dalam kesadaran yang tanpa batas dan tanpa harus terganggu oleh

batas ideologi, agama, ras, dan sebagainya.

Sementara itu, Rollo May, menyebut empat jenis cinta dalam

tradisi barat yang berasal dari khasanah budaya Yunani. Pertama

adalah seks, yaitu cinta yang hanya mementingkan nafsu, libido.

Kedua adalah eros, yaitu dorongan cinta untuk berkreasi atau dorongan

ke arah bentuk-bentuk kehidupan dan hubungan yang lebih tinggi.

Ketiga adalah cinta persaudaraan atau philia. Keempat adalah agape,

11 Muhidin M. Dahlan, op.cit., hlm. 74 – 75.

Page 6: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

18

atau memberikan dengan tanpa pamrih, sebagai contoh adalah cinta

Tuhan pada manusia.12

Sifat cinta memang misterius, karena cinta hanya dapat

dirasakan dan hanya orang-orang yang mengalaminya saja yang

merasakan nikmatnya cinta. Bahkan belum pernah seorang pun yang

sungguh-sungguh merasa puas dengan definisi cinta. Oleh sebab itu,

Scott membagi cinta ke dalam tiga kategori yaitu : eros (cinta birahi),

philia (cinta kasih pada anak), dan agape (cinta kasih sejati).13

Erich Fromm, dalam bukunya The Art of Loving, membagi

cinta berdasarkan objeknya,14 yaitu:

a. Cinta Persaudaraan

Jenis cinta paling fundamental yang mendasari semua tipe

cinta adalah persaudaraan (brotherly love). Cinta persaudaraan

maksudnya adalah cinta terhadap semua manusia. Ciri khas dari

cinta ini adalah tidak adanya eksklusifitas. Jika cinta kita telah

mengembangkan kemampuan untuk mencintai, berarti mau tidak

mau kita harus mencintai saudara-saudara kita. Dalam cinta

persaudaraan terdapat pengalaman kesatuan dengan sesama

manusia, pengalaman perdamaian, dan solidaritas antara manusia.

b. Cinta Keibuan

Cinta ibu adalah suatu peneguhan tanpa syarat terhadap

hidup dan kebutuhan-kebutuhan seorang anak. Hubungan antara

ibu dan anak pada dasarnya merupakan hubungan yang tidak

seimbang, di mana yang satu memerlukan segala bantuan,

sedangkan yang lain memberikan semua. Karena inilah cinta ibu

12 DR. Lynn Wilcox, op.cit., hlm. 285. 13 M. Scott Peck, Tiada Mawar Tanpa Duri, Psikologi Baru Tentang Cinta, Nilai

Tradisional dan Pertumbuhan Spritual, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1990, hlm. 55 14 Erich Fromm, The Art of Loving, Fresh Book, Jakarta, hlm. 79-119.

Page 7: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

19

dianggap sebagai jenis cinta yang tinggi dan ikatan emosional yang

paling luhur.

c. Cinta Erotis

Cinta erotis adalah cinta yang mendambakan suatu

peleburan secara total dan penyatuan dengan pribadi lain. Pada

hakekatnya, cinta erotis bersifat eksklusif dan tidak universal.

Cinta erotis bersifat eksklusif ketika ia hanya dapat meleburkan

diri sepenuhnya dengan satu pribadi. Bagi penganut cinta ini,

keintiman atau kemesraan ditentukan melalui hubungan seksual.

d. Cinta Diri

Bagi Fromm, mencintai diri sendiri adalah buruk. Ia

menganggap bahwa selama kita mencintai diri sendiri, maka

selama itu pula kita tidak mencintai orang lain. Karena cinta pada

diri sendiri sama dengan mementingkan diri.

e. Cinta Tuhan

Ialah cinta yang tidak memohon atau mengharap apa-apa

dari Tuhan. Orang yang benar-benar religius telah mencapai

kerendahan hati untuk merasakan keterbatasan-keterbatasannya

sampai pada tahap menyadari bahwa dia tidak mengetahui apa-apa

tentang Tuhan. Bagi dirinya, Tuhan menjadi simbol pada dunia

spritual, cinta, kebenaran dan keadilan.

3. Pengaruh Cinta

Cinta sebagai klimaks perasaan dan hubungan sangatlah beragam

dan ia menimbulkan pengaruh yang beragam pula pada pencinta. Secara

umum, cinta menimbulkan pengaruh-pengaruh sebagai berikut :

a. Cinta membuat orang lamban dan malas menjadi lincah dan terampil,

bahkan membuat orang yang berfikir lamban menjadi gesit.

Page 8: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

20

b. Cinta mengubah si kikir menjadi dermawan, si pemberang dan kaku

menjadi penyabar dan penuh toleransi serta pengertian.

c. Cinta dapat membawa seorang petani yang sendirian harus

menghadapi lumpur di sawah pagi-pagi buta, atau mengurus saluran

airnya tengah malam agar padi bisa hijau dan panen menguning.

d. Cinta mampu membangunkan tenaga yang tidur, membebaskan daya

kekuatan yang dirantai belenggu. Cinta berkobar dengan inspirasi dan

membina pahlawan. Betapa banyak penyair, filsuf, dan seniman

diciptakan oleh energi cinta yang gaib, kuat dan kuasa ini.15

Menurut Muhsin Labib, ada tujuh pengaruh yang ditimbulkan

oleh cinta, 16 yaitu :

1. Menghilangkan kesombongan dari diri pencinta

Cinta diri membuat lingkup pemikirannya terbatas, dan

kecenderungan-kecenderungan pribadinya terkurung karena pikiran

dan hatinya hanya terfokus pada dirinya sendiri sedemikian rupa

sehingga ia menjadi kerdil.

2. Menciptakan daya dan kekuatan

Konsistensi yang merupakan energi dan daya survive dan

kesabaran dalam menghadapi tekanan dan menanggung derita adalah

akibat dari cinta.

3. Mengkonsentrasikan semua daya

Cinta telah menyatukan semua potensi manusia, karena

pikiran, perilaku dan sepak terjang pecinta akan dikerahkan untuk

mencari sesuatu yang tidak terjangkau oleh indra lahiriah. Karena

itulah benaknya hanya terisi oleh pikiran tentang ma’syuq (yang

dicinta).

15 Muhidin M. Dahlan, op.cit., hlm. 81-83. 16 Muhsin Labib, Jatuh Cinta Puncak Pengalaman Mistis, Penerbit Lentera, Jakarta,

2004, hlm. 44-46.

Page 9: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

21

4. Melembutkan hati dan menghindarkan jiwa dari kekerasan

Manusia yang telah tertawan cinta, betapa pun berwatak

keras, pasti akan merasakan kelembutan dalam batas-batas tertentu,

minimal ia bisa lebih bersabar di depan kekasihnya, sehingga secara

perlahan membuat hatinya menjadi lembut. Andaikan hatinya lembut,

maka ia akan menjadi lebih lembut setelah menjadi pecinta.

5. Mencabut kebebasan dan memasung kreatifitas

Seorang pecinta akan mengabaikan kepentingan dirinya demi

kepentingan kekasihnya, bahkan ia tidak membedakan antara

kepentingan dirinya dan kepentingan kekasihnya.

6. Membuat pecinta menjadi dermawan, tangkas dan cerdas

Cinta telah membuat manusia keluar dari lingkaran egonya.

Karena cinta, manusia menyandang sifat-sifat tertentu yang merupakan

akibat cinta, seperti kedermawanan, ketangkasan dan kecerdasan.

7. Melupakan kekurangan kekasihnya dan membutakan matanya

Karena tengelam oleh kekaguman pada keindahan

kekasihnya, ia tidak melihat kekurangannya. Bahkan ia menganggap

semua kelemahan sebagai keindahan dan kesempurnaan semata.

Muhammad Muhyidin menambahkan bahwa pengaruh dari cinta

bisa membuat si pecinta mengenali dirinya sendiri.17 Inilah cinta yang

menjadikan si pecinta untuk bisa tampil sebaik-baiknya di depan

kekasihnya. Dia akan selalu mengaca untuk menemukan kelemahan dan

kekuatan yang ada di dalam dirinya. Dia akan membuat kekasihnya

semangat dan bahagia.

Pengaruh cinta memang luar biasa dahsyatnya. Bahkan tidak

seorang pun yang bisa menghindarinya ketika si pecinta benar-benar

berada dalam cinta yang tulus dan sejati. Pengaruh-pengaruh cinta yang

17 Muhammad Muhyadin, op.cit., hlm. 191.

Page 10: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

22

kuat akan menggetarkan dan menyingkap dimensi-dimensi hati manusia

yang paling menakjubkan.

Megan Tresidder mengungkapkan bahwa ada gejala-gejala klasik

yang dialami oleh orang yang tengah dimabuk cinta, diantaranya adalah

tidak bisa tidur, bermimpi buruk, berhalusinasi, pucat, kurang konsentrasi

dan kehilangan nafsu makan.18

Kebahagiaan yang meluap-luap yang dirasakan si pecinta bisa

berubah atau diikuti oleh penderitaan yang luar biasa dalam perasaan tak

berdaya ketika orang yang dicintai meninggalkannya atau berada jauh dari

pecinta.

Perubahan-perubahan yang dialami oleh pecinta tersebut bisa

membawa dampak pada penyakit fisik, seperti sesak nafas, jantung

berdegub cepat, perilaku lamban dan malas, serta keluh kesah.19 Namun,

penyakit ini bisa hilang dan hanya bisa diobati ketika pecinta bertemu

dengan kekasihnya.

Menurut keterangan-keterangan orang yang memadu cinta, bila

mereka sedang bersama pasangannya, mereka dapat menghayati

kepribadian sendiri untuk berperilaku tulus. Tingkah laku yang tulus. itu

juga termasuk membiarkan terjadinya kesalahan, kelemahan dan segala

cacat fisik dan psikologis pasangannya.20

B. Cinta Dalam Perpektif Sufi

1. Pengertian Cinta

Dalam estetika sufisme, cinta mempunyai makna luas. Cinta

bukan dimaknakan secara umum, melainkan lebih pada keadaan dan

18 Megan Tresidder, The Hand book of Love, Bacaan Wajib Bagi Para Pecinta Untuk

Meningkatkan Kualitas Cinta, Lotus, hlm. 59. 19 Ibid., hlm. 60. 20 Abraham Maslow, Motivasi dan Kepribadian - 2, LPPM dan PT. Pustakan Binaman

Pressindo, 1993, hlm. 44.

Page 11: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

23

tingkatan rohani yang membawa seseorang mencapai pengetahuan

ketuhanan. Kita menemukan bahwa di dalam bahasa Arab cinta

diungkapkan dalam berbagai macam kata, dengan pengertian yang

berbeda-beda secara substansial dan kontekstual, diantaranya adalah :

a. Mahabbah

Secara etimologi, ‘al-hubb’ (cinta) adalah bentuk generik dari

‘al-habb’ yang berarti inti hati. Al-Hujwiri mengatakan bahwa kata

mahabbah berasal dari kata habbah berarti “benih-benih yang jatuh di

padang pasir”. Diartikan demikian karena memang cinta adalah

sumber kehidupan.21

Ada juga yang mengatakan bahwa kata mahabbah yang

berasal dari kata hubb berarti “tempayan yang berisi penuh dan

tenang”. Dikatakan demikian karena cinta memenuhi hati dengan

objek yang dicintai sehingga tidak memungkinkan hati gelisah

terhadap objek yang lain.22

Al-Qusyairi berpendapat bahwa cinta (mahabbah) dapat

dikatakan dengan kata hubab yang berarti gelembung-gelembung yang

terbentuk di atas permukaan air ketika hujan besar. Jadi cinta

(mahabbah) menggelembungkan hati ketika ia haus dan berputus asa

untuk bertemu dengan kekasihnya. Dia juga mengatakan bahwa cinta

berasal dari kata hibb (kendi air) karena ia berisi air, dan manakala ia

penuh, tidak ada lagi tempat untuk sesuatu yang lain. Manakala hati

penuh dengan cinta, tidak ada lagi tempat di dalamnya untuk apapun

selain dari kekasih.23

Pendapat lain mengatakan, al-mahabbah adalah gerakan hati

yang tiada henti mengingat sang kekasih dan ketenangannya tatkala

21 Muhammad Muhyidin, op.cit., hlm. 100. 22 Ibid. 23 Asfari MS. Dan Otto Sukatno CR, Mahabbah Cinta Rabi’ah al-Adawiyah, Logung

Pustaka, Yogyakarta, 2005, hlm. 57-58.

Page 12: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

24

bersanding dengannya. Artinya berdampingan dengan orang yang

dicintai selama-lamanya, seperti yang dikatakan dalam sebuah syair:

“Aku merasa aneh terhadap diriku karena aku mencintai mereka kutanya setiap orang yang berlalu padahal mereka bersanding bersama mataku mencari-cari selalu padahal mereka tetap di tempatnya hatimu dirundung rindu padahal mereka ada di antara tulang iga”24

Ada tiga pengertian dasar dari kata mahabbah (cinta).

Pertama, “kesenantiasaan dan ketetapan”. Kedua, “cinta terhadap

sesuatu” (al-abbat min al-syai’). Ketiga, “sifat berkecukupan” (walk

al-qitr). Pengertian dasar ini memberikan arti bahwa mahabbah,

merupakan suatu wujud ketetapan arti yang tidak mau berpisah (al-

luzm) dengan sesuatu yang dicintainya, dan sesuatu yang dicintainya

itu sudah cukup baginya sehingga ia tidak akan mungkin lagi

mencintai yang lain.25

b. ‘Isyq

Menurut Rumi, ‘isyq adalah mahabbah yang tidak terbilang

banyaknya. Dalam literatur tasawuf, ‘isyq diilustrasikan sebagai “cinta

majazi” yang diharapkan menjadi eskalator menuju tower “cinta

sejati”. Menurut Ibn ‘Arabi, ‘isyq merupakan fase tertinggi dari jiwa

manusia, sekaligus awal pencapaian kesempurnaannya, hingga

kemudian cinta itu “lenyap” dan melebur dalam daya tarik Allah.26

c. Syauq

Kata ini termasuk salah satu istilah cinta. Di dalam Ash-

Shahhah dikatakan, “Asy-Syauqu wal-Isytiyaq” adalah pergumulan

24 Ibnu Qayyim Al-jauziyyah, Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu,

Darul Falah, Jakarta, hlm. 7. 25 Eko Harianto, Mencari Cinta Sejati, Hakikat, Makna, dan Pencari Jati Diri, Saujana,

Yogyakarta, 2005, hlm. 37. 26 Muhsin Labib, op.cit., hlm. 29-30.

Page 13: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

25

jiwa terhadap sesuatu. Jika dikatakan “Syaqani asy-syai’u”, artinya

Dia merindukanku dan aku merindukan-Nya. Jika dikatakan,

“Tasyawwaqtu”, artinya kerinduan terhadap dirimu bergejolak.27

Kerinduan merupakan bara dan kobaran api cinta yang

bersemayam di dalam hati orang yang mencinta. Kerinduan inilah

yang mendorong seseorang untuk selalu berdekatan dan berhubungan

dengan orang yang dicintai.

d. Mawaddah

Kata lain yang mendekati cinta adalah mawaddah. Ia berasal

dari kata wudd yang berarti al-hubb al-katsir (cinta yang deras).

Menurut pakar leksikografi28 Al-Qur’an ar-Raghib al-Ishfahani, bila

mahabbah hanya sebatas kasih yang tersembunyi dalam lubuk hati

seorang insan, maka mawaddah lebih dari itu.29

e. Rahmah

Kata lain yang juga bersignifikasi dengan mahabbah adalah

rahmah. Ia berasal dari kata rahm, yang berarti rasa kasih yang

mendorong munculnya perbuatan baik terhadap yang dikasihi (objek

kasih).30

f. Uns

Uns berarti kenikmatan (kemesraan) karena bercumbu

dengan kekasih, Allah swt. Imam Ali bin Abi Thalib pernah berkata,

“Ketahuilah, Allah mempunyai hembusan di hari-harimu”. Itu berarti

setiap hari, Allah memberikan hembusan kepada kita.31

27 Ibnul Qayyim, op.cit., hlm. 15-16. 28 Leksikografi yaitu penyusunan kamus. 29 Muhsin Labib, op.cit., hlm. 32. 30 Ibid., hlm. 33. 31 Ibid.

Page 14: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

26

g. Ulfah

Kata ulfah berasal dari kata kerja alifa, yang berarti

mencintai. Ia mewakili subjek (pecinta). Kata benda ilf mewakili objek

(yang dicintai, kekasih). Sedangkan kata alafa berarti “memadukan”.

Menurut ad-Dailami, kata kerja alafa lebih signifikan karena secara

harfiah lebih mencakup kedua pihak, pecinta dan yang dicintai.32

Orang yang mempunyai rasa cinta pasti punya rasa rindu.

Kerinduan untuk berjumpa dan kehendak melepaskan rasa kangen

selalu hidup di dalam hati manusia. Sudah dijelaskan di atas

bagaimana rasa rindu itu mendorong untuk cepat berjumpa dalam

keadaan tenang dan damai di dalam hati seseorang ingin

menyampaikan perasaan hatinya dan keluh kesah atau rasa gembira

kepada yang dirindukannya.

Orang yang mabuk dalam bercinta dengan asyik masyuk-nya,

ia berada di dalam suasana tanpa batas. Dengan seluruh kerinduannya

ia menyampaikan perasaan dan isi hatinya, bahagia dan

kenikmatannya berjumpa serta memandang wajahnya sepenuh hati.

Demikian halnya seorang mukmin yang sedang bercinta dengan Allah

Al-khalik Rabbul ’Alamin, ketika ia bermuwajjahah (bertatap muka)

dengan Rabb-nya itu, menyampaikan seluruh kerinduannya, lalu

memandang-Nya dengan sepuas hati tanpa ada satupun yang

menghalanginya. Karena ia berada dalam posisi berhadapan melalui

ma’rifat yang sempurna. Makin besar kerinduannya, makin besar pula

nikmat yang diperolehnya.33

Dalam mendefinisikan cinta, hingga saat ini tak seorang pun

yang dapat mendefinisikannya secara tepat dan sempurna. Karena

ketika orang mendefinisikan cinta, sesungguhnya ia

32 Ibid., hlm. 33-34. 33 Djamaluddin Ahmad Al-Buny, Menelusuri Taman-Taman Mahabbah Shufiah,

Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2002, hlm. 41-42.

Page 15: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

27

mendefinisikannya hanya dari sudut pandang yang mampu ia serap.

Artinya, ada bagian dari “tubuh’ cinta yang tidak mampu mereka serap

hingga tidak bisa mendefinisikannya. Seperti kata Ibn ‘Arabi, “Jika

seseorang mengaku bisa mendefinisikan cinta, jelaslah ia masih belum

mengenalnya. Jika ada orang yang berkata, “Aku sudah kenyang

dengan cinta”, ketahuilah, ia masih buta tentang cinta, kerena tak

seorangpun dikenyangkan oleh cinta”.34

2. Macam-macam Cinta

Sayid Muhammad Husain Fadhlullah dalam bukunya yang

berjudul “Dunia Wanita Dalam Islam”, membagi cinta menjadi empat

macam, 35 yaitu:

a. Cinta Spiritual

Cinta ini bertitik tolak dari sifat-sifat yang berharga (mulia)

yang terwujud dalam diri Kekasih (al-Mahbub). Kita terkadang

mencintai seorang pahlawan, orang yang dermawan, orang yang alim,

orang yang ikhlas, dan lain-lain. Cinta semacam ini adalah suatu

perasaan yang berasal dari akal dan sampai ke hati, lalu ia bergerak

dalam bentuk penghormatan dan hubungan emosional terhadap orang

lain.

b. Cinta Inderawi (al-hub al-hissy)

Yaitu cinta yang dibangkitkan secara naluriyah oleh sifat-

sifat keindahan yang ada pada orang lain, persis sebagaimana keadaan

cinta pria pada wanita, atau cinta wanita kepada pria. Cinta ini

biasanya bertitik tolak dari nurani yang terkadang terjadi di bawah

alam sadar, namun ia melepaskan perasaan ini secara ringan, yang

terkadang tidak dirasakannya oleh keduabelah pihak (laki-laki dan

perempuan).

34 Muhammad Muhyidin, op.cit., hlm. 109. 35 Sayid Muhammad Husain Fadhlullah, Dunia Wanita Dalam Islam, Penerbit Lentera,

Jakarta, hlm. 143.

Page 16: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

28

c. Cinta Naluri (al-hub al-gharizy)

Cinta ini ada pada keadaan ketidakseimbangan jiwa. Atau

cinta yang menyimpang dari tempatnya yang alami ke jenis kelamin

yang sama. Misalnya wanita akan mencintai sesama wanita,

sebagaimana terjadi keadaan penyimpangan seksual antara sesama

wanita (lesbian), atau lelaki yang mencintai sesama lelaki (homo).

d. Cinta Rohaniah dan Emosional (al-hub ar-ruhy al-‘athify)

Yaitu cinta ayah dan ibu kepada anak-anak mereka, serta

cinta seseorang kepada temen-temannya dan kaum kerabatnya dan

lain-lain. Cinta tersebut bersifat fitri, karena manusia akan tertarik

dengan orang yang ada ikatan dengannya, seperti ikatan kebapakan,

keibuan, kekeluargaan dan persahabatan.

Sedang Ibn ‘Arabi membedakan cinta menjadi tiga macam,36

yaitu:

a. Cinta Ilahiah (hibb Ilahi)

Yaitu cinta Khalik kepada makhluk di mana Dia menciptakan

diri-Nya, yaitu menerbitkan bentuk tempat Dia mengungkapkan diri-

Nya, dan sisi lain cinta makhluk kepada Khaliknya, yang tidak lain

adalah hasrat Tuhan yang tersingkap dalam makhluk, rindu untuk

kembali kepada Dia, setelah Dia merindukan sebagai Tuhan yang

tersembunyi, untuk dikenal dalam diri makhluk inilah dialog abadi

antara pasangan Ilahi manusia.

b. Cinta Spiritual (hibb ruhani)

Cinta yang terletak pada makhluk yang senantiasa mencari

wujud di mana bayangannya dia cari di dalam dirinya, atau yang

didapati olehnya bahwa bayangan (citra, image) itu adalah dia sendiri.

Inilah cinta yang tidak mempedulikan, mengarah, atau menghendaki

apapun selain kekasih agar terpenuhi apa yang dia kehendaki.

36 Henry Corbin, Imajinasi Kreatif Sufisme Ibn ‘Arabi, Lkis, Yogyakarta, 2002, hlm.

187.

Page 17: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

29

c. Cinta Alami (hibb tabi’i)

Yaitu cinta yang berhasrat untuk memiliki dan mencari

kepuasan hasratnya sendiri tanpa mempedulikan kepuasan kekasih.

Dilihat dari segi subjek dan objeknya, cinta dapat dibagi menjadi

dua macam,37 yaitu :

a. Cinta Allah Kepada Hamba-Nya

Yaitu kehendak-Nya untuk melimpahkan rahmat secara

khusus kepada hambanya, sebagimana kasih sayang-Nya bagi hamba

adalah kehendak pelimpahan nikmat-Nya. Jadi cinta lebih khusus

daripada rahmat. Kehendak Allah dimaksudkan untuk menyampaikan

pahala dan nikmat kepada si hamba. Inilah yang disebut rahmat.

Sedangkan kehendak-Nya untuk mengkhususkan kepada hamba, suatu

kedekatan dan ikhwal ruhani yang luhur disebut sebagai mahabbah.

b. Cinta Hamba Kepada Allah

Yaitu keadaan yang dialami dalam hati si hamba yang

mendorong untuk ta’zhim kepada Allah, mempreoritaskan ridha-Nya,

hanya memiliki sedikit saja kesabaran dalam berpisah dengan-Nya,

merasakan kerinduan yang mendesak kepada-Nya, tidak menemukan

kenyamanan dalam sesuatu pun selain-Nya dan mengalami keceriaan

hatinya dengan melakukan dzikir terus-menerus kepada-Nya di dalam

hatinya.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, seorang ahli hukum Islam dan

psikolog yang pakar mengenai cinta, membagi mahabbah (cinta) menjadi

empat macam, yaitu:

a. Mencintai Allah

Dengan mencintai Allah seseorang belum tentu selamat dari

adzab Allah, atau mendapat pahala-Nya, karena orang-orang musyrik,

penyembah salib, yahudi dan lain-lain juga mencintai Allah.

37 Syamsun Ni’am, Cinta Ilahi Perpestif Rabi’ah al-Adawiyah dan Jalaluddin Rumi,

Risalah Gusti, Surabaya, 2001, hlm. 120.

Page 18: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

30

b. Mencintai Apa Yang Dicintai Allah

Cinta inilah yang dapat menggolongkan orang yang telah

masuk Islam dan mengeluarkannya dari kekafiran. Manusia yang

paling cinta kepada Allah adalah paling kuat dengan cinta ini.

c. Cinta Untuk Allah Dan Kepada Allah

Cinta ini termasuk perkembangan dari mencintai apa-apa

yang dicintai Allah

d. Cinta Bersama Allah

Cinta jenis ini syirik, setiap orang mencintai sesuatu bersama

Allah dan bukan untuk Allah, maka sesungguhnya dia telah

menjadikan sesuatu selain Allah. Inilah cinta orang-orang musyrik.38

Menurut Ibnu Miskawaih, cinta dibagi menjadi empat jenis.

Pertama, adalah cinta yang terjalin dengan cepat, tapi pupusnya juga

cepat. Cinta ini timbul karena kenikmatan. Kedua, cinta yang terjalin

dengan cepat tapi pupusnya lambat. Cinta ini timbul karena kebaikan.

Ketiga, adalah cinta yang terjalin lambat, tapi pupusnya cepat cinta ini

ditimbulkan karena manfaat. Keempat, adalah cinta terjalin lambat, dan

pupusnya lambat. Cinta ini timbul karena panduan sebab-sebab di atas,

dan paduan ini mencakup kebaikan.39

Dalam ajaran agama Islam juga dikenal dua cinta, yaitu cinta

majazi dan cinta hakiki. Cinta majazi adalah cinta yang mendefinisikan

dirinya sendiri dalam kesenangan dan kenikmatan badani, atau kenikmatan

ragawi, atau kenikmatan jasadi. Tujuannya adalah “pemuasan” nafsu.

Sedang cinta hakiki ialah apa yang sebaliknya dari cinta majazi. Pusat

cinta hakiki bukan ego atau nafsu individual, tetapi pusat cinta tersebut

adalah yang Ilahi.40

38 Ibid., hlm. 122. 39 Ibnu Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Trej, Helmi Hidayat, Mizan,

Bandung, 1997, hlm. 133-134. 40 Muhammad Muhyidin, op.cit., hlm. 143-145.

Page 19: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

31

Cinta majazi membuat si pecinta dalam kejenuhan. Sebaliknya,

cinta hakiki akan menjadikan si pecinta kian bahagia dengan cintanya.

Dalam cinta majazi, si pecinta berusaha agar objek yang dicintainya

tergila-gila padanya. Artinya, bahwa ketertarikan itu harus terjalin secara

mutlak. Apabila si pecinta memburu cinta kekasihnya., tetapi kekasihnya

tidak peduli akan cintanya, atau sebaliknya, maka itulah pengkhianatan.

Kalau sudah begitu, tali cinta akan terputus dan perpisahan pun tak akan

terelakakan lagi. Namun, dalam cinta hakiki semua itu tidak berlaku.

Pecinta tetap memburu cinta Tuhannya, dan semakin diburu, Sang Maha

Pecinta akan menyambut cinta si pecinta dengan agungnya. Cinta pecinta

kepada-Nya bukan tidak terbatas, tidak pula mengalami kepedihan dan

kesedihan. Akibat penolakan atau kecemburuan, apalagi kehancuran.

Namun cinta majazi bisa menjadi jalan untuk mencapai cinta

hakiki, apabila si pecinta dengan kesaksiannya yang mendalam,

mengetahui hakikat keindahan. Untuk mengetahui itu, ia harus kembali ke

dalam dirinya dan menyaksiannya, karena pengenalan terhadap bentuk

keindahan itu hanya mungkin dilakukan dalam dirinya. Dari kesaksian itu

ia harus melanjutkan perjalanan cintanya pada keindahan maha tinggi

Tuhannya. Dengan kata lain, manusia mampu menemukan cinta sejatinya

lewat cinta majazinya. Metode ini memang sangat sulit untuk diterapkan,

kecuali oleh insan-insan istimewa saja.

3. Pandangan Sufi Tentang Cinta

Mahabbah adalah sebuah khasanah rohani yang sangat penting

yang digali dari pengalaman mistik para pemuka sufi. Cinta makin

berkembang dalam mistisme Islam, setelah muncul sejumlah sufi besar

seperti al-Ghozali, Ibn ‘Arabi, Jailani, Rumi, Rabi’ah, dan lain sebagainya.

Menurut para sufi, cinta adalah salah satu konsep yang sulit

sekali untuk dipahami. Cinta hanya dapat dihayati dan tidak dapat disifati.

Setiap orang mampu merasakan cinta, mamun mustahil untuk

Page 20: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

32

mendefinisikannya. Ibn ‘Arabi berkata. “Jika seorang mengaku bisa

mendefinisikan cinta, jelaslah ia masih belum mengenalnya. Jika ada

orang yang mengatakan ‘aku kenyang dengan cinta’, ketahuilah, ia masih

buta tentang cinta, karena tak seorang pun dikenyangkan oleh cinta”.41

Di dalam dada sufi terdapat kata-kata yang menggoncangkan,

“Tiada Tuhan selain cinta”. Bagi para sufi, Tuhan adalah cinta dan cinta

adalah Tuhan. Seperti yang dikatakan Ibn ‘Arabi, bahwa Islam itu adalah

agama cinta, sebagaimana Rosul Muhammad adalah yang dikasihi Allah.42

Menurut al-Ghazali, mahabbah adalah maqam paling tinggi,

mengingat tujuan semua tingkat lainnya adalah demi mencapainya.

Menyucikan diri dari tempat-tempat kotor, menyibukkan diri dalam

mencintai Allah semata, taubat, zuhud, kesabaran, takut dan lainnya

merupakan pengantar menuju maqam tertinggi ini. Cinta kepada Allah

sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan. Al-Ghazali mengumpamakan

cinta yang mensucikan ini sebagai “pohon yang baik, akarnya teguh dan

batangnya menjulang ke langit, buahnya menampakkan dirinya di hati, di

lidah dan di anggota badan.43 Buah itu adalah ketaatan akan perintah

Tuhan, dan kenangan terus menerus pada kekasih yang memenuhi hati dan

melimpah ke lidah.

Hadrat Bayazid Bustami sering mengatakan bahwa mahabbah

adalah melepaskan apa yang dimiliki seseorang (kepada kekasih),

meskipun itu besar, dan menganggap besar apa yang diperoleh dari

kekasih seseorang, meskipun itu sedikit.44 Begitulah ketika seseorang

benar-benar merasakan nikmatnya cinta, maka apapun yang ia punya akan

diberikan pada kekasihnya.

41 Ibid., hlm. 109. 42 Reynold A. Nicholson, Mistik Dalam Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, hlm. 86. 43 Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik dalam Islam, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2000,

hlm. 171. 44 Faqir Zulfiqar Ahmad Naqshbandi, Cinta Abadi Para Kekasih Allah, Marja’,

Bandung, 2002, hlm. 26.

Page 21: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

33

Sementara itu, mahabbah menurut Al-Junayd adalah masuknya

sifat-sifat yang dicintai (ke dalam diri yang mencintai), sebagai ganti dari

sifat-sifat yang mencintai.45 Pengertian ini dapat dijelaskan bahwa apabila

seorang sufi telah benar-benar jatuh cinta kepada Allah, maka seluruh

perhatiannya hanya tertuju pada Allah. Tidak ada lagi perhatian yang

tertuju pada hal-hal yang lain. Karena yang ada dihatinya hanyalah Allah

semata.

Syaikh Abu al-Hasan Kharqani, salah satu tokoh besar tariqat

cinta, dalam sebagian ucapannya berkata, “Cinta adalah tetesan air

samudera yang tidak dapat diarungi makhluk-Nya. Cinta adalah api.

Siapapun tidak akan selamat bila berada di dalamnya. Cinta menghadirkan

keyakinan. Bila seseorang berada di dalamnya, kabar tentang dirinya tidak

akan kunjung datang. Siapa pun yang tersembunyi di dasar samudera ini

tidak akan pernah tersingkap, kecuali oleh dua hal yaitu kesedihan dan

rasa butuh. Setiap yang menjadi pecinta berarti telah menemukan

Tuhannya; yang menemukan Tuhannya, pasti telah menjadikan dirinya

sebagai permadani yang dibentangkan”.46

Syibli juga mengatakan bahwa “disebut cinta, karena ia

menghapuskan segalanya dari hati kecuali sang kekasih” dan “ cinta

adalah api dalam hati yang memusnahkan semuanya kecuali kehendak

sang kekasih”. Orang menjadi fana dalam sang kekasih.47

Al-Qusyayri mendefinisikan cinta sebagai kecenderungan hati

yang telah diracuni oleh cinta, pilihan sang kekasih terhadap hamba-

hamba, kehormonisan dengan sang kekasih, penghapusan semua kualitas

dari pecinta, penegakkan esensi Sang Kekasih (Allah), dan akhirnya

terjalinlah hati sang pecinta itu dengan kehendak Ilahi.48

45 Hamdani Anwar, Sufi Al-Junayd, PT. Fikahati Aneska, Jakarta, 1995, hlm. 73. 46 Muhsin Labib, op.cit., hlm. 121. 47 Lynn Wilcox, op.cit., hlm. 294. 48 Jamilah Baraja, Rabi’ah: Pergulatan Spiritual Perempuan, Risalah Gisti, Surabaya,

2001, hlm. 107.

Page 22: BAB II CINTA DALAM PSIKOLOGI DAN TASAWUF A. Cinta …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1...Kata cinta dalam bahasa Indonesia dapat berarti: suka sekali,

34

Wanita sufi terbesar, Rabi’ah al-Adawiyah berdialog dengan

Kekasihnya dalam sebuah syair:

Kucintai kau dengan dua cinta Cinta untuk diriku, dan cinta sebab Kau patut dicinta Cinta untuk diriku ialah karena aku karam Di dalam ingatan kepada-Mu semata, membuang yang lain Cinta sebab Kau patut dicinta, karena Kau singkap Penghalang sehingga aku dapat memandang-Mu Segala pujian tidak perlu lagi bagiku Sebab semua pujian untuk-Mu semata

Menurut Al-Ghazali, yang dimaksudkan Rabi’ah dengan “cinta

untuk diriku” ialah cinta pada Allah disebabkan oleh kebaikan dan

keindahan dan keagungan-Nya yang menyingkap rahasia diri-Nya”. Kedua

cinta tersebut merupakan cinta paling luhur dan dalam, dan merupakan

kelezatan dalam menyaksikan keindahan Tuhan.49

Sementara itu, cinta menurut Rumi adalah lenyapnya kedirian,

yaitu kesatuan sempurna antara kekasih Tuhan dengan Tuhan. Dengan

ketiadaan diri (fana) berarti terbuka bagi memencarnya cahaya Ilahi,

dengan kata lain Tuhan adalah segala-galanya tak ada selain Dia.50

Oleh sebab itu, seorang sufi yang sudah benar-benar mencintai

Tuhan, maka sepenuhnya hanya mengingat Dia yang dicintainya itu.

Seluruh perhatiannya tidak pernah lepas dari-Nya. Semua perasaannya

pada benda atau makhluk lain, akan terhapus dari hatinya hingga dalam

keadaan yang demikian ini, dia tidak akan pernah melihat atau

memikirkan sesuatu yang lain, kecuali Tuhan.

49 Muhsin Labib, op.cit., hlm. 197-198. 50 Ibid., hlm. 200.