bab ii cevi
DESCRIPTION
skripsi biologi cevi unsilTRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Pengertian belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli
psikologi pendidikan sesuai dengan latar belakang teori yang dianutnya.
Meskipun setiap ahli mengemukakan pengertian yang berbeda, tetapi pada
dasarnya semua mengartikan bahwa belajar merupakan suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku
yang menyangkut segi-segi pengetahuan dan sikap keterampilan.
Surya, Mohammad (2003 : 11) mengungkapkan pengertian belajar
sebagai berikut :
Suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar merupakan perbanyakan materi pengetahuan atau perkayaan pola-pola sambutan prilaku baru.
Menurut Gagne (dalam Sagala, Syaiful. 2005 : 17) belajar dapat
didefinisikan sebagai “Perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia
yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan
7
oleh proses pertumbuhan saja.” Hal ini juga didukung oleh Slameto
(2003 : 2) yang menyatakan, “Belajar ialah suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dengan interaksi
dengan likungannya.”
Dalam proses belajar ini, seseorang dikatakan melakunkan
kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil, yaitu terjadinya perubahan
tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek
sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin.
Beberapa ahli mengungkapakan pendapat tentang belajar, di
antaranya Hamalik, Oemar (dalam Muchdan, Erik, 2005 : 12) yang
mengemukakan bahwa, “Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan,
dan bukan suatu hasil dan tujuan.” Sedangkan menurut Cronbach (dalam
Surya, Moch. 1992 : 22) menyatakan bahwa, “Belajar ditunjukkan oleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil daripada pengalaman.” Senada
dengan pernyataan tersebut Morgan (dalam Surya, Moch. 1992 : 22)
mengemukakan bahwa, “Belajar ialah perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman yang lampau.”
8
Dari beberapa pengertian menurut para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan seluruh
tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dari interaksi
dengan linkungan.
b. Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan suata proses yang kompleks. Tidak hanya
sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak
kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil
belajar lebih baik pada seluruh siswa, dan pada dasarnya merupakan suatu
usaha untuk menciptakan kondisi ataupun linkungan yang mendukung dan
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Mengajar
merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang
cukup berat. Karena dalam proses belajar mengajar ini melibatkan peran
guru sebagai pendidik, dan siswa yang diajar.
Segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan
bagi siswa yang untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang
telah dirumuskan. Menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara
paling singkat dan tepat.
9
Beberapa pendapat para ahli tentang mengajar adalah :
1) Chauhan (dalam Ali, Muhammad, 2005 : 13) mengemukan bahwa,
”Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus),
bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi
proses belajar.”
2) Hamalik, Oemar (dalam Sutikno, Sobry, 2004 :10) mengemukakan
bahwa, ”Mengajar adalah proses penyampaian pengetahuan dan
kecakapan pada siswa.”
3) Sutikno, Sobry (2004 : 10) mengemukakan bahwa, ”Mengajar adalah
upaya pengajaran dalam memberikan pengetahuan, baik afektif,
kognitif, maupun psikomotorik kepada peserta didik.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
mengajar adalah upaya yang disengaja untuk terjadinya proses belajar
dengan memberikan pengetahuan baik afektif, kognitif, maupun
psikomotor.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada halikatnya adanya perubahan pola-pola
sambutan dalam tingkah laku individu. Perubahan tingkah laku ini
merupakan menifestasi perubahan belajar. Hal ini menjelaskan kepada kita
bahwa tujuan akhir belajar yang kita harapkan adalah adanya perubahan
10
tingkah laku ke arah yang lebih baik. Sudjana, Nana (1989 : 3)
mengemukakan bahwa penilaian hasil belajar adalah “proses pemberian
nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan kriteria
tertentu.”
Djamarah, Syaiful (1996 : 44) menyatakan bahwa, ”Belajar pada
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah
berakhirnya melakukan aktivitas belajar”.
Sejalan dengan pendapat di atas, dalam hal ini Bloom, Benyamin
(dalam Sudjana, Nana. 2005 : 22) menggunakan klasifikasi hasil belajar
dengan membaginya menjadi tiga ranah, yaitu :
1) Ranah kognitif (cognitive domain)berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.a) Pengeta
huan. Istilah pengetahuan dimaksudkan pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat. Pengetahuan merupakan tipe hasil belajar yang termasuk kognitif tingkat rendah. Tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.
b) Pemahaman merupakan tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.
c) Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi
11
khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk-petunjuk teknis.
d) Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan ketiga tipe sebelumnya. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.
e) Sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan.
f) Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materiil, dan lain-lain. Evaluasi ini perlu adanya suatu kriteria atau standar tertentu.
2) Ranah afektif (affective domain)berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.a) Reciving/
attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulas yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
12
d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ke dalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
3) Ranah psikomotor (psychomotor domain)Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni:a) gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar);b) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;c) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain;d) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan;e) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai
pada keterampilan yang kompleks; danf) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
dapat dilihat dari hasil akhir yang ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku ke arah yang lebih baik yang mungkin dapat disebabkan
oleh terjadinya perubahan pada tingkat kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
13
Menurut Slameto (2003 : 54) faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
1) Faktor InternFaktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar meliputi : faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan) dan faktor kelelahan.
2) Faktor EksternFaktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern meliputi : faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), dan faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, dan sebagainya).
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Dahlan (dalam Sutikno, Sobry, 2004 : 15) ”Model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk
kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran maupun setting lainnya”.
Model pembelajaran itu banyak jumlahnya. Salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).
Tim MKPBM (dalam Maharani, Utari. 2005 : 7) menyatakan bahwa,
”Bukanlah cooperative learning jika para siswa duduk bersama dalam kelompok - kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang di
14
antaranya untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok. Cooperative Learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas”.
Karli, H dan Margaretha (dalam Maharani, Utari, 2005 : 7)
menyatakan bahwa ”Model cooperative learning adalah suatu strategi belajar
mengajar yang menekankan pada sikap dan perilaku bersama dalam bekerja
atau membantu di antara sesamanya dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih”. Model pembelajaran
kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada prinsip-
prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan
pengelompokkan yang sering dilakukan oleh guru pada umumnya.
Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, Anita, 2005 : 31) agar
mencapai hasil yang maksimal, ada lima prinsip dasar yang harus diterapkan
dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :
a. saling ketergantungan positif;b. tanggung jawab perseorangan;c. tatap muka;d. komunikasi antar anggota; dane. evaluasi proses kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif untuk mendapatkan hasil yang optimal
hendaknya dilakukan secara bersama-sama. Dalam pelaksanaannya di kelas
ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan. Berikut ini tahap-tahap
15
pelaksanaan cooperative learning menurut Slavin (dalam Herawan, Dedi.
2005 : 86).
a. Tahap persiapan1) Merancang materi pelajaran sedemikian rupa untuk pembelajaran
secara berkelompok. Sebelum menyajikan materi pelajaran dibuat terlebih dahulu lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok kooperatif.
2) Menetapkan siswa dalam kelompok. Kelompok belajar kooperatif beranggotakan 4-5 orang siswa yang terdiri dari siswa tinggi, sedang, dan rendah prestasi belajarnya.
3) Menentukan skor awal secara individual pada tes sebelumnya atau nilai akhir siswa pada catur wulan sebelumnya.
4) Menyiapkan siswa untuk bekerja kooperatif. Sebaiknya dimulai dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk lebih saling mengenal masing-masing anggota kelompoknya.
b. Tahap pembelajaranDimulai dengan guru mempelajari tujuan-tujuan dari pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah ini diikuti dengan menyajikan informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal.
a. Model Pembelajaran Mencari Pasangan (Make A Match)
Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match)
dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keunggulan
teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. (Lie, Anita. 2002 :
55).
Permainan make a match ini bertujuan untuk memperluas
wawasan serta kecermatan siswa dalam menyelami suatu konsep. Sebelum
16
permainan dimulai, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi
belajar, pokok bahasan, mengorganisasikan siswa, menyampaikan
langkah-langkah permainan, membimbing siswa, dan mengevaluasi hasil
serta memberikan penghargaan.
Penggunaan model pembelajaran ini mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut (Lie, Anita. 2002 : 55) :
1) guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian);
2) setiap siswa mendapat satu buah kartu sebanyak siswa yang ada dalam kelas;
3) guru membagi kartu tersebut menjadi dua bagian yang sama;4) pada sebagian kartu ditulis pertanyaan tentang materi yang akan
diajarkan, setiap kartu berisi satu pertanyaan;5) pada sebagian kartu yang lain, ditulis jawaban dari pertanyaan yang
tadi dibuat;6) guru mengocok semua kartu sehingga akan tercampur antara soal dan
jawaban;7) setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang berisi soal urutan saluran pencernaan adalah akan berpasangan dengan pemegang kartu jawaban mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, dan anus;
8) siswa yang menemukan pasangan sebelum waktu yang ditentukan akan mendapat point; dan
9) proses terakhir model pembelajaran ini adalah dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
Model pembelajaran mencari pasangan (make a match) ini
mempunyai kelebihan dan kelemahan.
17
1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif mencari pasangan (make a
match) adalah dapat melatih ketelitian, kecermatan, dan ketepatan
serta kecepatan.
2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif mencari pasangan (make a
match) adalah waktu yang cepat, kurang konsentrasi, dan dapat
menimbulkan kegaduhan bagi kelas yang lain.
18
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (Dua Tamu
Dua Tinggal)
Model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu (two stay
two stray) yaitu pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Kagen, Spencer yang dikutif Lie, Anita (2007 : 61)
Stuktur model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu (two stay two stray) memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah kooperatif tipe dua tinggal dua tamu (two stay
two stray) menurut Lie, Anita (2007 : 62) dibagi lima tahap kegiatan
yaitu :
1) siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa;2) setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain;
3) dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka;
4) tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan laporkan temuan mereka dari kelompok lain; dan
5) kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
19
Prosedur pengelaompokan pada model pembelajaran kooperatif
tipe dua tinggal dua tamu (two stay two stray) ini dibagi ke dalam
kelompok berempat. Di dalam pembagian kelompok ini Lie, Anita
(2007 : 47) mengemukakan kelebihan dan kelemahan dari kelompok
berempat sebagai berikut :
1) kelebihan kelompok berempat di antaranya :a) mudah dipecah menjadi berpasangan;b) lebih banyak ide muncul;c) lebih banyak tugas yang bisa dilakukan; dan d) guru mudah memonitor.
2) kekurangan kelompok berempat diantaranya :a) membutuhkan lebih banyak waktu;b) membutuhkan sosialisasi yang lebih baik;c) jumlah genap bisa menyulitkan proses pengambilan suara;d) kurang kesempatan untuk konstribusi individu; dane) siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak
memperhatikan.
Dalam evaluasi (penilaian) model pembelajaran kooperatif
menurut Lie, Anita (2002 : 88) bahwa “Penilaiannya siswa mendapat nilai
pribadi dan nilai kelompok.” Siswa bekerjasama dengan metode
cooperative learning. Mereka saling membantu dalam mempersiapkan diri
untuk tes. Kemudian, masing-masing mengerjakan tes sendiri-sendiri dan
menerima nilai pribadi.
20
3. Deskripsi Materi Sub Konsep Sistem Pencernaan
pada Manusia
Secara umum, pencernaan makanan pada manusia melalui dua proses,
yaitu pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanik
adalah pencernaan yang dilakukan oleh gigi di dalam mulut, sedangkan
pencernaan kimiawi adalah pencernaan yang melibatkan enzim yang terjadi
mulai dari mulut, lambung, dan usus.
Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat
pencernaan, terdiri dari mulut (kavum oris), kerongkongan (esophagus),
lambung (ventrikulus), usus halus (intestinum tenue), usus besar (kolon), dan
anus. Sedangkan kelenjar pencernaan berfungsi menghasilkan enzim-enzim
yang dibutuhkan dalam proses pencernaan. Kelenjar pencernaan terdapat di
air liur atau ludah, lambung, pankreas, dan hati (hepar).
21
Gambar 2.1 Sistem Pencernaan ManusiaSumber : Pearce, Evelyn (2006:177)
a) Pencernaan di mulut
Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanik oleh gigi
dengan jalan dikunyah. Makanan yang dimakan dalam bentuk besar
diubah menjadi ukuran kecil. Makin lama mengunyah makin baik, sebab
proses penghancuran lebih efektif. Apabila makanan menjadi lebih kecil
ukurannya, maka luas pemukaan bertambah.
Selama penghancuran secara mekanis ini belangsung, kelenjar
yang ada di sekitar mulut mengeluarakan cairan yang disebut saliva atau
ludah. Ada tiga kelenjar yang mengeluarkan saliva, yaitu kelenjar parotis,
kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual. Saliva adalah cairan
22
yang lebih kental daripada air biasa. Saliva terdiri atas 99,24% air dan
0,58%, terdiri atas ion-ion Ca++, Na++, Mg++, K++, dan zat-zat organik
seperti musin dan enzim amilase atau ptialin.
Enzim ptialin dalam saliva adalah suatu enzim amilase, yang
berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltosa dengan
proses hidrolisis. Proses ini berjalan lebih baik apabila makanan dikunyah
lebih halus. Pada proses pencernaan makanan karbohidrat mengalami
proses hidrolisis, baik dalam mulut, lambung maupun usus. Enzim ptialin
bekerja secara optimal pada pH 6,6.
b) Pencernaan di kerongkongan
Makanan yang telah dikunyah pada dalam mulut di telan oleh
esofagus masuk kedalam lambung. Perpindahan makanan dari mulut ke
lambung di sebabkan oleh adanya gerakan peristaltik pada esofagus yang
dibantu oleh adanya mukus yaitu suatu mukoprotein yang merupakan
pelumas dan juga melindungi esofagus dengan membentuk pada esofagus.
Mukus ini tahan terhadap semua carian yang terlibat dalam proses
percernaan pada makanan.
c) Pencernaan di Lambung
Makanan yang telah dikunyah dalam mulut ditelan melalui
esophagus masuk ke dalam lambung. Protein merupakan zat makanan
23
yang dicerna di lambung. Perpindahan makanan dari mulut hingga ke
lambung disebabkan oleh adanya gerak peristaltik pada esophagus yang
dibantu oleh adanya mukus, yaitu suatu mukoprotein yang merupakan
pelumas dan juga melindungi esophagus dengan membentuk lapisan tipis
pada esophagus.
Dalam lambung terdapat cairan yang berfungsi terutama untuk
pencernaan protein, yaitu pemecahan molekul protein dengan cara
hidrolisis. Cairan lambung terdiri atas 99,4% air dan sisanya terdiri atas
zat anorganik maupun zat organik. Zat organik yang ada dalam cairan
lambung adalah HCl, NaCl, KCl, dan fospat, sedangkan zat organik yang
terdapat dalam cairan tersebut ialah enzim peptin, renin, dan lipase.
(1) HCl berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin,
mempermudah penyerapan Fe, merangsang pengeluaran sekretin suatu
hormon yang terdapat dalam usus duabelas jari (duodenum), dan
mencegah terjadinya fermentasi dalam lambung oleh mikro
organisme.
(2) NaCl berfungsi untuk memelihara keseimbangan pH dan asam-asam.
(3) KCl berfungsi untuk memelihara keseimbangan asam dan basa dalam
tubuh.
24
(4) Fospat berperan dalam metabolisme zat-zat makanan, termasuk
absorpsi zat makanan, tranportasi, dan penggunaannya.
(5) Pepsin yang berguna untuk memecah molekul protein menjadi
molekul yang lebih kecil yaitu pepton dan proteosa.
(6) Lipase berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
(7) Renin sangat penting dalam pencernaan makanan pada bayi, yang
berfungsi dalam menggumpalkan kasein dalam susu.
Dinding lambung terdiri atas tiga lapis otot, yaitu otot
memanjang, otot melingkar, dan otot miring. Bila dinding lambung
berkontraksi, maka ketiga otot itu akan bergerak secara peristaltik
mengaduk dan mencampur makanan dengan getah lambung. Sesudah
kira-kira 3 jam, makanan menjadi berbentuk bubur lambung (kim).
Akibat adanya gerakan peristaltik, bubur lambung (kim) terdorong ke
bagian pilorus. Di pilorus terdapat sfinkter pilori yang merupakan
jalan masuknya kim dari lambung ke usus halus. Jadi, dalam lambung
terjadi pencernaan secara mekanik dan pencernaan secara kimiawi.
25
Gambar 2.2 Struktur LambungSumber : Aryulina, Diah. (2007:170)
d) Pencernaan dalam Usus Dua Belas Jari
Makanan yang telah dicerna dalam lambung, berupa campuran
yang kental. Campuran ini secara berkala dikeluarkan dari lambung dan
masuk ke dalam usus du belas jari (duodenum) melalui suatu katup
pengatur yang disebut katup pilorus. Katup ini dapat terbuka dan tertutup
untuk mengatur masuknya campuran makanan tersebut ke dalam
duodenum.
26
Gambar 2.3 Usus 12 JariSumber : http://images.google.co.id/images?gbv=2&hl=id&client=firefox-
a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&q=anatomy+of+anal&btnG
e) Pencernaan dalam Usus Halus
Dalam usus halus, proses-proses pencernaan lemak dan protein
dituntaskan, dan hasil-hasil pencernaan diabsorpsi oleh vili (jonjot) usus
halus. Dinding usus halus banyak mengandung kelenjar-kelenjar mukosa
halus yang menghasilkan getah. Getah ini mengandung enzim sakarase
(mencerna sakarosa menjadi glukosa dan fruktosa), maltase (mencerna
maltosa menjadi glukosa), laktase (mencerna laktosa menjadi galaktosa),
serta erepsinogen yang belum aktif (eripsin adalah suatu enzim peptidase
yang mengubah pepton menjadi asam amino). Bubur lambung (kim) yang
berasal dari lambung bersuasana asam karena mengandung HCl. Suasana
asam merangsang dinding usus 12 jari untuk mengeluarkan hormon
27
sekretin (berfungsi merangsang timbulnya cairan pankreas yang encer dan
mengandung sedikit enzim) dan kolesitokinin (berfungsi mempengaruhi
kantung empedu untuk berkontraksi sehingga dapat mengeluarkan cairan
dari dalamnya). Kerjasama kedua hormon ini merangsang pankreas
mengeluarkan sekretnya dan juga merangsang kantung empedu
mengeluarkan empedu. Hasil pencernaan kimiawi usus halus adalah sari-
sari makanan berupa asam amino, glukosa, asam lemak, dan gliserol. Jadi,
di usus halus selain terjadi pencernaan secara kimiawi juga terjadi
penyerapan sari-sari makanan.
Gambar 2.5 Usus HalusSumber :Aryulina, Diah (2007:173)
28
f) Pencernaan di Usus Besar
Materi yang tidak dapat diserap di usus halus didorong menuju
usus besar (colon). Usus besar dilapisi oleh membran mukosa tanpa
lipatan, kecuali pada bagian rektum. Di dalam usus besar ini terdapat
bakteri Eschericia coli yang hidup pada makanan yang tidak dapat dicerna
oleh manusia, misalnya selulosa. Bakteri tersebut mensintesis vitamin K
dan biotin yang diserap masuk ke dalam tubuh melalui dinding colon.
Jadi, di dalam colon tidak terjadi pencernaan mekanik maupun kimiawi,
yang terjadi adalah penyerapan air dan pembentukan feses. Feses yang
terbentuk terdorong ke rektum secara peristaltik dan dikeluarkan lewat
anus (proses defekasi).
Gambar 2.6 Usus BesarSumber : Aryulina, Diah (2007:173)
29
g) Pencernaan dalam Anus
Anus merupakan saluran akhir dari saluran pencernaan makanan.
Anus mempunyai dua otot yaitu otot sadar pada bagian internal dan otot
sadar pada bagian eksternal. Feses yang menyentuh dinding rektum akan
meregang relaksasi (mengendur) pada otot tak sadar, sehingga ada
keinginan untuk membuang air besar. Pada saat bersamaan secara sadar
(atas keinginan sendiri) akan terjadi kontraksi (mengerut) pada otot sadar,
sehingga kita bisa menahan untuk membuang air besar jika kita menekan
refleks itu akan hilang beberapa menit, dan baru timbul lagi beberapa jam
kemudian. Mekanisme inilah yang mengakibatkan kita dapat menahan
membuang air besar jika keadaannya tidak memungkinkan.
Gambar 2.4 AnusSumber:http://images.google.co.id/images?gbv=2&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&q=anatomy+of+anal&btnG
30
h) Hasil Akhir Pencernaan
Setelah mengalami proses pencernaan pada ketiga organ tubuh
yaitu mulut, lambung, dan usus, maka diperoleh beberapa hasil akhir
pencernaan makanan. Hasil akhir untuk karbohidrat ialah monosakarida,
untuk protein asam-asam amino, sedangkan untuk lemak ialah asam-asam
lemak, gliserol, monogliserida, dan diggliserida. Jadi pada hakikatnya
pencernaan makanan ialah proses pengubahan molekul besar menjadi
molekul yang lebih kecil dan dapat diabsorpsi melalui dinding usus.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Deliana, Mira (2006)
mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu
(two stay two stray) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep
kerja ilmiah. Dapat diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
C. Kerangka Berpikir
Adapun kerangka pemikiran penulis adalah bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) adalah suatu teknik belajar
mengajar dengan siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
31
atau topik dalam suasana yang menyenangkan dengan langkah pembelajarannya
yaitu setiap siswa mendapat 1 buah kartu yang sebagian berisi soal dan sebagian
lain berisi jawaban, kemudian masing-masing siswa mencari pasangan sesuai
dengan kartu yang dipegangnya.
Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu (two
stay two stray) adalah siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa
setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan
kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua kelompok yang lainm, dua
orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok
mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, kelompok
mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Dari uraian di atas, diduga terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari
pasangan) dengan dua tinggal dua tamu (two stay two stray) pada sub konsep
Sistem Pencernaan pada Manusia.
32
D. Hipotesis
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (make a match)
dengan dua tinggal dua tamu (two stay two stray) pada sub konsep Sistem
Pencernaan pada Manusia.
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) dengan two
stay two stray (dua tinggal dua tamu) pada sub konsep Sistem Pencernaan
pada Manusia.
33