bab ii cevi

40
BAB II LANDASAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Pengertian Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Pengertian belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan sesuai dengan latar belakang teori yang dianutnya. Meskipun setiap ahli mengemukakan pengertian yang berbeda, tetapi pada dasarnya semua mengartikan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut segi-segi pengetahuan dan sikap keterampilan. Surya, Mohammad (2003 : 11) mengungkapkan pengertian belajar sebagai berikut : 7

Upload: cevi-nugraha

Post on 18-Jun-2015

362 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

skripsi biologi cevi unsil

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Cevi

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Pengertian belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli

psikologi pendidikan sesuai dengan latar belakang teori yang dianutnya.

Meskipun setiap ahli mengemukakan pengertian yang berbeda, tetapi pada

dasarnya semua mengartikan bahwa belajar merupakan suatu proses yang

dilakukan seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku

yang menyangkut segi-segi pengetahuan dan sikap keterampilan.

Surya, Mohammad (2003 : 11) mengungkapkan pengertian belajar

sebagai berikut :

Suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar merupakan perbanyakan materi pengetahuan atau perkayaan pola-pola sambutan prilaku baru.

Menurut Gagne (dalam Sagala, Syaiful. 2005 : 17) belajar dapat

didefinisikan sebagai “Perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia

yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan

7

Page 2: BAB II Cevi

oleh proses pertumbuhan saja.” Hal ini juga didukung oleh Slameto

(2003 : 2) yang menyatakan, “Belajar ialah suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dengan interaksi

dengan likungannya.”

Dalam proses belajar ini, seseorang dikatakan melakunkan

kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil, yaitu terjadinya perubahan

tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek

sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti

menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin.

Beberapa ahli mengungkapakan pendapat tentang belajar, di

antaranya Hamalik, Oemar (dalam Muchdan, Erik, 2005 : 12) yang

mengemukakan bahwa, “Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan,

dan bukan suatu hasil dan tujuan.” Sedangkan menurut Cronbach (dalam

Surya, Moch. 1992 : 22) menyatakan bahwa, “Belajar ditunjukkan oleh

suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil daripada pengalaman.” Senada

dengan pernyataan tersebut Morgan (dalam Surya, Moch. 1992 : 22)

mengemukakan bahwa, “Belajar ialah perubahan tingkah laku yang relatif

menetap sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman yang lampau.”

8

Page 3: BAB II Cevi

Dari beberapa pengertian menurut para ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan seluruh

tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dari interaksi

dengan linkungan.

b. Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan suata proses yang kompleks. Tidak hanya

sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak

kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil

belajar lebih baik pada seluruh siswa, dan pada dasarnya merupakan suatu

usaha untuk menciptakan kondisi ataupun linkungan yang mendukung dan

memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Mengajar

merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang

cukup berat. Karena dalam proses belajar mengajar ini melibatkan peran

guru sebagai pendidik, dan siswa yang diajar.

Segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan

bagi siswa yang untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang

telah dirumuskan. Menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara

paling singkat dan tepat.

9

Page 4: BAB II Cevi

Beberapa pendapat para ahli tentang mengajar adalah :

1) Chauhan (dalam Ali, Muhammad, 2005 : 13) mengemukan bahwa,

”Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus),

bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi

proses belajar.”

2) Hamalik, Oemar (dalam Sutikno, Sobry, 2004 :10) mengemukakan

bahwa, ”Mengajar adalah proses penyampaian pengetahuan dan

kecakapan pada siswa.”

3) Sutikno, Sobry (2004 : 10) mengemukakan bahwa, ”Mengajar adalah

upaya pengajaran dalam memberikan pengetahuan, baik afektif,

kognitif, maupun psikomotorik kepada peserta didik.”

Berdasarkan pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

mengajar adalah upaya yang disengaja untuk terjadinya proses belajar

dengan memberikan pengetahuan baik afektif, kognitif, maupun

psikomotor.

c. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada halikatnya adanya perubahan pola-pola

sambutan dalam tingkah laku individu. Perubahan tingkah laku ini

merupakan menifestasi perubahan belajar. Hal ini menjelaskan kepada kita

bahwa tujuan akhir belajar yang kita harapkan adalah adanya perubahan

10

Page 5: BAB II Cevi

tingkah laku ke arah yang lebih baik. Sudjana, Nana (1989 : 3)

mengemukakan bahwa penilaian hasil belajar adalah “proses pemberian

nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan kriteria

tertentu.”

Djamarah, Syaiful (1996 : 44) menyatakan bahwa, ”Belajar pada

hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah

berakhirnya melakukan aktivitas belajar”.

Sejalan dengan pendapat di atas, dalam hal ini Bloom, Benyamin

(dalam Sudjana, Nana. 2005 : 22) menggunakan klasifikasi hasil belajar

dengan membaginya menjadi tiga ranah, yaitu :

1) Ranah kognitif (cognitive domain)berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.a) Pengeta

huan. Istilah pengetahuan dimaksudkan pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat. Pengetahuan merupakan tipe hasil belajar yang termasuk kognitif tingkat rendah. Tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.

b) Pemahaman merupakan tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.

c) Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi

11

Page 6: BAB II Cevi

khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk-petunjuk teknis.

d) Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan ketiga tipe sebelumnya. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.

e) Sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan.

f) Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materiil, dan lain-lain. Evaluasi ini perlu adanya suatu kriteria atau standar tertentu.

2) Ranah afektif (affective domain)berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.a) Reciving/

attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulas yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

12

Page 7: BAB II Cevi

d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ke dalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

3) Ranah psikomotor (psychomotor domain)Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni:a) gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar);b) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;c) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan

visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain;d) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan

ketepatan;e) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai

pada keterampilan yang kompleks; danf) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

dapat dilihat dari hasil akhir yang ditandai dengan adanya perubahan

tingkah laku ke arah yang lebih baik yang mungkin dapat disebabkan

oleh terjadinya perubahan pada tingkat kognitif, afektif, maupun

psikomotor.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

13

Page 8: BAB II Cevi

Menurut Slameto (2003 : 54) faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu :

1) Faktor InternFaktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar meliputi : faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan) dan faktor kelelahan.

2) Faktor EksternFaktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern meliputi : faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), dan faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, dan sebagainya).

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Dahlan (dalam Sutikno, Sobry, 2004 : 15) ”Model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam

menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk

kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran maupun setting lainnya”.

Model pembelajaran itu banyak jumlahnya. Salah satunya adalah model

pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).

Tim MKPBM (dalam Maharani, Utari. 2005 : 7) menyatakan bahwa,

”Bukanlah cooperative learning jika para siswa duduk bersama dalam kelompok - kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang di

14

Page 9: BAB II Cevi

antaranya untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok. Cooperative Learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas”.

Karli, H dan Margaretha (dalam Maharani, Utari, 2005 : 7)

menyatakan bahwa ”Model cooperative learning adalah suatu strategi belajar

mengajar yang menekankan pada sikap dan perilaku bersama dalam bekerja

atau membantu di antara sesamanya dalam struktur kerjasama yang teratur

dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih”. Model pembelajaran

kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada prinsip-

prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan

pengelompokkan yang sering dilakukan oleh guru pada umumnya.

Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, Anita, 2005 : 31) agar

mencapai hasil yang maksimal, ada lima prinsip dasar yang harus diterapkan

dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :

a. saling ketergantungan positif;b. tanggung jawab perseorangan;c. tatap muka;d. komunikasi antar anggota; dane. evaluasi proses kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif untuk mendapatkan hasil yang optimal

hendaknya dilakukan secara bersama-sama. Dalam pelaksanaannya di kelas

ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan. Berikut ini tahap-tahap

15

Page 10: BAB II Cevi

pelaksanaan cooperative learning menurut Slavin (dalam Herawan, Dedi.

2005 : 86).

a. Tahap persiapan1) Merancang materi pelajaran sedemikian rupa untuk pembelajaran

secara berkelompok. Sebelum menyajikan materi pelajaran dibuat terlebih dahulu lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok kooperatif.

2) Menetapkan siswa dalam kelompok. Kelompok belajar kooperatif beranggotakan 4-5 orang siswa yang terdiri dari siswa tinggi, sedang, dan rendah prestasi belajarnya.

3) Menentukan skor awal secara individual pada tes sebelumnya atau nilai akhir siswa pada catur wulan sebelumnya.

4) Menyiapkan siswa untuk bekerja kooperatif. Sebaiknya dimulai dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk lebih saling mengenal masing-masing anggota kelompoknya.

b. Tahap pembelajaranDimulai dengan guru mempelajari tujuan-tujuan dari pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah ini diikuti dengan menyajikan informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal.

a. Model Pembelajaran Mencari Pasangan (Make A Match)

Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match)

dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keunggulan

teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu

konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. (Lie, Anita. 2002 :

55).

Permainan make a match ini bertujuan untuk memperluas

wawasan serta kecermatan siswa dalam menyelami suatu konsep. Sebelum

16

Page 11: BAB II Cevi

permainan dimulai, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi

belajar, pokok bahasan, mengorganisasikan siswa, menyampaikan

langkah-langkah permainan, membimbing siswa, dan mengevaluasi hasil

serta memberikan penghargaan.

Penggunaan model pembelajaran ini mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut (Lie, Anita. 2002 : 55) :

1) guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian);

2) setiap siswa mendapat satu buah kartu sebanyak siswa yang ada dalam kelas;

3) guru membagi kartu tersebut menjadi dua bagian yang sama;4) pada sebagian kartu ditulis pertanyaan tentang materi yang akan

diajarkan, setiap kartu berisi satu pertanyaan;5) pada sebagian kartu yang lain, ditulis jawaban dari pertanyaan yang

tadi dibuat;6) guru mengocok semua kartu sehingga akan tercampur antara soal dan

jawaban;7) setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang berisi soal urutan saluran pencernaan adalah akan berpasangan dengan pemegang kartu jawaban mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, dan anus;

8) siswa yang menemukan pasangan sebelum waktu yang ditentukan akan mendapat point; dan

9) proses terakhir model pembelajaran ini adalah dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

Model pembelajaran mencari pasangan (make a match) ini

mempunyai kelebihan dan kelemahan.

17

Page 12: BAB II Cevi

1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif mencari pasangan (make a

match) adalah dapat melatih ketelitian, kecermatan, dan ketepatan

serta kecepatan.

2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif mencari pasangan (make a

match) adalah waktu yang cepat, kurang konsentrasi, dan dapat

menimbulkan kegaduhan bagi kelas yang lain.

18

Page 13: BAB II Cevi

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (Dua Tamu

Dua Tinggal)

Model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu (two stay

two stray) yaitu pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Menurut Kagen, Spencer yang dikutif Lie, Anita (2007 : 61)

Stuktur model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu (two stay two stray) memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Langkah-langkah kooperatif tipe dua tinggal dua tamu (two stay

two stray) menurut Lie, Anita (2007 : 62) dibagi lima tahap kegiatan

yaitu :

1) siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa;2) setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain;

3) dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka;

4) tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan laporkan temuan mereka dari kelompok lain; dan

5) kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

19

Page 14: BAB II Cevi

Prosedur pengelaompokan pada model pembelajaran kooperatif

tipe dua tinggal dua tamu (two stay two stray) ini dibagi ke dalam

kelompok berempat. Di dalam pembagian kelompok ini Lie, Anita

(2007 : 47) mengemukakan kelebihan dan kelemahan dari kelompok

berempat sebagai berikut :

1) kelebihan kelompok berempat di antaranya :a) mudah dipecah menjadi berpasangan;b) lebih banyak ide muncul;c) lebih banyak tugas yang bisa dilakukan; dan d) guru mudah memonitor.

2) kekurangan kelompok berempat diantaranya :a) membutuhkan lebih banyak waktu;b) membutuhkan sosialisasi yang lebih baik;c) jumlah genap bisa menyulitkan proses pengambilan suara;d) kurang kesempatan untuk konstribusi individu; dane) siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak

memperhatikan.

Dalam evaluasi (penilaian) model pembelajaran kooperatif

menurut Lie, Anita (2002 : 88) bahwa “Penilaiannya siswa mendapat nilai

pribadi dan nilai kelompok.” Siswa bekerjasama dengan metode

cooperative learning. Mereka saling membantu dalam mempersiapkan diri

untuk tes. Kemudian, masing-masing mengerjakan tes sendiri-sendiri dan

menerima nilai pribadi.

20

Page 15: BAB II Cevi

3. Deskripsi Materi Sub Konsep Sistem Pencernaan

pada Manusia

Secara umum, pencernaan makanan pada manusia melalui dua proses,

yaitu pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanik

adalah pencernaan yang dilakukan oleh gigi di dalam mulut, sedangkan

pencernaan kimiawi adalah pencernaan yang melibatkan enzim yang terjadi

mulai dari mulut, lambung, dan usus.

Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat

pencernaan, terdiri dari mulut (kavum oris), kerongkongan (esophagus),

lambung (ventrikulus), usus halus (intestinum tenue), usus besar (kolon), dan

anus. Sedangkan kelenjar pencernaan berfungsi menghasilkan enzim-enzim

yang dibutuhkan dalam proses pencernaan. Kelenjar pencernaan terdapat di

air liur atau ludah, lambung, pankreas, dan hati (hepar).

21

Page 16: BAB II Cevi

Gambar 2.1 Sistem Pencernaan ManusiaSumber : Pearce, Evelyn (2006:177)

a) Pencernaan di mulut

Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanik oleh gigi

dengan jalan dikunyah. Makanan yang dimakan dalam bentuk besar

diubah menjadi ukuran kecil. Makin lama mengunyah makin baik, sebab

proses penghancuran lebih efektif. Apabila makanan menjadi lebih kecil

ukurannya, maka luas pemukaan bertambah.

Selama penghancuran secara mekanis ini belangsung, kelenjar

yang ada di sekitar mulut mengeluarakan cairan yang disebut saliva atau

ludah. Ada tiga kelenjar yang mengeluarkan saliva, yaitu kelenjar parotis,

kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual. Saliva adalah cairan

22

Page 17: BAB II Cevi

yang lebih kental daripada air biasa. Saliva terdiri atas 99,24% air dan

0,58%, terdiri atas ion-ion Ca++, Na++, Mg++, K++, dan zat-zat organik

seperti musin dan enzim amilase atau ptialin.

Enzim ptialin dalam saliva adalah suatu enzim amilase, yang

berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltosa dengan

proses hidrolisis. Proses ini berjalan lebih baik apabila makanan dikunyah

lebih halus. Pada proses pencernaan makanan karbohidrat mengalami

proses hidrolisis, baik dalam mulut, lambung maupun usus. Enzim ptialin

bekerja secara optimal pada pH 6,6.

b) Pencernaan di kerongkongan

Makanan yang telah dikunyah pada dalam mulut di telan oleh

esofagus masuk kedalam lambung. Perpindahan makanan dari mulut ke

lambung di sebabkan oleh adanya gerakan peristaltik pada esofagus yang

dibantu oleh adanya mukus yaitu suatu mukoprotein yang merupakan

pelumas dan juga melindungi esofagus dengan membentuk pada esofagus.

Mukus ini tahan terhadap semua carian yang terlibat dalam proses

percernaan pada makanan.

c) Pencernaan di Lambung

Makanan yang telah dikunyah dalam mulut ditelan melalui

esophagus masuk ke dalam lambung. Protein merupakan zat makanan

23

Page 18: BAB II Cevi

yang dicerna di lambung. Perpindahan makanan dari mulut hingga ke

lambung disebabkan oleh adanya gerak peristaltik pada esophagus yang

dibantu oleh adanya mukus, yaitu suatu mukoprotein yang merupakan

pelumas dan juga melindungi esophagus dengan membentuk lapisan tipis

pada esophagus.

Dalam lambung terdapat cairan yang berfungsi terutama untuk

pencernaan protein, yaitu pemecahan molekul protein dengan cara

hidrolisis. Cairan lambung terdiri atas 99,4% air dan sisanya terdiri atas

zat anorganik maupun zat organik. Zat organik yang ada dalam cairan

lambung adalah HCl, NaCl, KCl, dan fospat, sedangkan zat organik yang

terdapat dalam cairan tersebut ialah enzim peptin, renin, dan lipase.

(1) HCl berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin,

mempermudah penyerapan Fe, merangsang pengeluaran sekretin suatu

hormon yang terdapat dalam usus duabelas jari (duodenum), dan

mencegah terjadinya fermentasi dalam lambung oleh mikro

organisme.

(2) NaCl berfungsi untuk memelihara keseimbangan pH dan asam-asam.

(3) KCl berfungsi untuk memelihara keseimbangan asam dan basa dalam

tubuh.

24

Page 19: BAB II Cevi

(4) Fospat berperan dalam metabolisme zat-zat makanan, termasuk

absorpsi zat makanan, tranportasi, dan penggunaannya.

(5) Pepsin yang berguna untuk memecah molekul protein menjadi

molekul yang lebih kecil yaitu pepton dan proteosa.

(6) Lipase berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

(7) Renin sangat penting dalam pencernaan makanan pada bayi, yang

berfungsi dalam menggumpalkan kasein dalam susu.

Dinding lambung terdiri atas tiga lapis otot, yaitu otot

memanjang, otot melingkar, dan otot miring. Bila dinding lambung

berkontraksi, maka ketiga otot itu akan bergerak secara peristaltik

mengaduk dan mencampur makanan dengan getah lambung. Sesudah

kira-kira 3 jam, makanan menjadi berbentuk bubur lambung (kim).

Akibat adanya gerakan peristaltik, bubur lambung (kim) terdorong ke

bagian pilorus. Di pilorus terdapat sfinkter pilori yang merupakan

jalan masuknya kim dari lambung ke usus halus. Jadi, dalam lambung

terjadi pencernaan secara mekanik dan pencernaan secara kimiawi.

25

Page 20: BAB II Cevi

Gambar 2.2 Struktur LambungSumber : Aryulina, Diah. (2007:170)

d) Pencernaan dalam Usus Dua Belas Jari

Makanan yang telah dicerna dalam lambung, berupa campuran

yang kental. Campuran ini secara berkala dikeluarkan dari lambung dan

masuk ke dalam usus du belas jari (duodenum) melalui suatu katup

pengatur yang disebut katup pilorus. Katup ini dapat terbuka dan tertutup

untuk mengatur masuknya campuran makanan tersebut ke dalam

duodenum.

26

Page 21: BAB II Cevi

Gambar 2.3 Usus 12 JariSumber : http://images.google.co.id/images?gbv=2&hl=id&client=firefox-

a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&q=anatomy+of+anal&btnG

e) Pencernaan dalam Usus Halus

Dalam usus halus, proses-proses pencernaan lemak dan protein

dituntaskan, dan hasil-hasil pencernaan diabsorpsi oleh vili (jonjot) usus

halus. Dinding usus halus banyak mengandung kelenjar-kelenjar mukosa

halus yang menghasilkan getah. Getah ini mengandung enzim sakarase

(mencerna sakarosa menjadi glukosa dan fruktosa), maltase (mencerna

maltosa menjadi glukosa), laktase (mencerna laktosa menjadi galaktosa),

serta erepsinogen yang belum aktif (eripsin adalah suatu enzim peptidase

yang mengubah pepton menjadi asam amino). Bubur lambung (kim) yang

berasal dari lambung bersuasana asam karena mengandung HCl. Suasana

asam merangsang dinding usus 12 jari untuk mengeluarkan hormon

27

Page 22: BAB II Cevi

sekretin (berfungsi merangsang timbulnya cairan pankreas yang encer dan

mengandung sedikit enzim) dan kolesitokinin (berfungsi mempengaruhi

kantung empedu untuk berkontraksi sehingga dapat mengeluarkan cairan

dari dalamnya). Kerjasama kedua hormon ini merangsang pankreas

mengeluarkan sekretnya dan juga merangsang kantung empedu

mengeluarkan empedu. Hasil pencernaan kimiawi usus halus adalah sari-

sari makanan berupa asam amino, glukosa, asam lemak, dan gliserol. Jadi,

di usus halus selain terjadi pencernaan secara kimiawi juga terjadi

penyerapan sari-sari makanan.

Gambar 2.5 Usus HalusSumber :Aryulina, Diah (2007:173)

28

Page 23: BAB II Cevi

f) Pencernaan di Usus Besar

Materi yang tidak dapat diserap di usus halus didorong menuju

usus besar (colon). Usus besar dilapisi oleh membran mukosa tanpa

lipatan, kecuali pada bagian rektum. Di dalam usus besar ini terdapat

bakteri Eschericia coli yang hidup pada makanan yang tidak dapat dicerna

oleh manusia, misalnya selulosa. Bakteri tersebut mensintesis vitamin K

dan biotin yang diserap masuk ke dalam tubuh melalui dinding colon.

Jadi, di dalam colon tidak terjadi pencernaan mekanik maupun kimiawi,

yang terjadi adalah penyerapan air dan pembentukan feses. Feses yang

terbentuk terdorong ke rektum secara peristaltik dan dikeluarkan lewat

anus (proses defekasi).

Gambar 2.6 Usus BesarSumber : Aryulina, Diah (2007:173)

29

Page 24: BAB II Cevi

g) Pencernaan dalam Anus

Anus merupakan saluran akhir dari saluran pencernaan makanan.

Anus mempunyai dua otot yaitu otot sadar pada bagian internal dan otot

sadar pada bagian eksternal. Feses yang menyentuh dinding rektum akan

meregang relaksasi (mengendur) pada otot tak sadar, sehingga ada

keinginan untuk membuang air besar. Pada saat bersamaan secara sadar

(atas keinginan sendiri) akan terjadi kontraksi (mengerut) pada otot sadar,

sehingga kita bisa menahan untuk membuang air besar jika kita menekan

refleks itu akan hilang beberapa menit, dan baru timbul lagi beberapa jam

kemudian. Mekanisme inilah yang mengakibatkan kita dapat menahan

membuang air besar jika keadaannya tidak memungkinkan.

Gambar 2.4 AnusSumber:http://images.google.co.id/images?gbv=2&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&q=anatomy+of+anal&btnG

30

Page 25: BAB II Cevi

h) Hasil Akhir Pencernaan

Setelah mengalami proses pencernaan pada ketiga organ tubuh

yaitu mulut, lambung, dan usus, maka diperoleh beberapa hasil akhir

pencernaan makanan. Hasil akhir untuk karbohidrat ialah monosakarida,

untuk protein asam-asam amino, sedangkan untuk lemak ialah asam-asam

lemak, gliserol, monogliserida, dan diggliserida. Jadi pada hakikatnya

pencernaan makanan ialah proses pengubahan molekul besar menjadi

molekul yang lebih kecil dan dapat diabsorpsi melalui dinding usus.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Deliana, Mira (2006)

mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu

(two stay two stray) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep

kerja ilmiah. Dapat diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

C. Kerangka Berpikir

Adapun kerangka pemikiran penulis adalah bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) adalah suatu teknik belajar

mengajar dengan siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep

31

Page 26: BAB II Cevi

atau topik dalam suasana yang menyenangkan dengan langkah pembelajarannya

yaitu setiap siswa mendapat 1 buah kartu yang sebagian berisi soal dan sebagian

lain berisi jawaban, kemudian masing-masing siswa mencari pasangan sesuai

dengan kartu yang dipegangnya.

Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu (two

stay two stray) adalah siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa

setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua kelompok yang lainm, dua

orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan

informasi mereka ke tamu mereka, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok

mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, kelompok

mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Dari uraian di atas, diduga terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari

pasangan) dengan dua tinggal dua tamu (two stay two stray) pada sub konsep

Sistem Pencernaan pada Manusia.

32

Page 27: BAB II Cevi

D. Hipotesis

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (make a match)

dengan dua tinggal dua tamu (two stay two stray) pada sub konsep Sistem

Pencernaan pada Manusia.

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) dengan two

stay two stray (dua tinggal dua tamu) pada sub konsep Sistem Pencernaan

pada Manusia.

33