bappeda.jatimprov.go.idbappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/dokren/rkpd_jatim_2020.pdfbab...

839

Upload: others

Post on 16-Jan-2020

51 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 1

    BAB 1 P E N D A H U L U A N

    1.1 Latar Belakang

  • BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 2

    1.2 Dasar Hukum

  • BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 3

  • BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 4

  • BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 5

    1.3 Hubungan Antar Dokumen

  • BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 6

    Gambar 1Error! No text of specified style in document..1 Hubungan antar

    Dokumen Perencanaan

  • BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 7

    1.4 Maksud dan Tujuan

  • BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 8

    1.5 Sistematika Dokumen RKPD

  • BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 9

  • BAB I – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 10

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 29

    Untuk mengurangi tingginya alih fungsi lahan pertanian, maka

    Implementasi sinergi pembangunan antar sektor antar wilayah dalam

    pengembangan pertanian (agropolitan / Kawasan Pertanian Terpadu) dapat

    digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan kebijakan penyediaan

    kebutuhan pangan dan gizi penduduk menuju kemandirian dan kestabilan pangan.

    Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur * Angka Ramalan I (ARAM I) Tanaman Pangan 2018

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 30

    Sub Sub Sektor tanaman pangan meliputi komoditi : padi dan palawija

    (jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedele, ubi kayu, ubi jalar, dan palawija

    lainnya). Pertumbuhan Sub sektor ini pada tahun 2014 sebesar 2,98 persen dan

    meningkat pada tahun 2015 menjadi 3,13 persen. Kemudian terus menurun pada

    tahun 2016 menjadi 1,76 persen dan tahun 2017 menjadi (-2,18) persen, sehingga

    dibutuhkan upaya optimalisasi produksi dan produktivitas pertanian (tanaman

    pangan dan hortikultura).

    Tabel 2.7 Produksi Sektor Pertanian di Jawa Timur (Ton)

    Komoditi Tahun

    2014 2015 2016 2017 2018 *) a. Padi 12.397.049 13.154.967 13.633.701 13.060.464 13.000.476

    b. Jagung 5.737.382 6.131.163 6.278.264 6.335.252 6.543.358

    c. Kedelai 355.464 344.998 274.317 200.916 244.442 Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur * Angka Ramalan I (ARAM I) Tanaman Pangan 2018

    Capaian produksi padi tahun 2014-2017 mengalami pertumbuhan 1,75

    persen dengan produksi tertinggi dicapai pada tahun 2016. Produksi Kedelai juga

    menurun jika dibandingkan tahun 2016, namun komoditas jagung justru mengalami

    peningkatan. Perkembangan produksi padi dan kedelai tahun 2017 melambat

    disebabkan menurunnya tingkat produktivitas padi dan kedelai akibat menurunya

    jumlah curah hujan pada tahun 2017 sebanyak 1.547,3 mm hanya 52 persen dari

    jumlah curah hujan tahun 2016 yang mencapai 2.976,8 mm.

    Pada beberapa daerah di Jawa Timur masih ditemui adanya daerah rentan

    pangan, sehingga dibutuhkan upaya optimalisasi ketersediaan pangan (food

    availaibility), akses pangan (food access), pemanfaatan pangan (food security) dan

    stabilitas pangan (food stability) adalah untuk memenuhi kebutuhan seluruh

    penduduk dari segi kuantitas, kualitas keragaman dan keamanannya. Ketersediaan

    pangan dapat dipenuhi dari 3 (tiga) sumber yaitu : (1) produksi regional Jawa

    Timur, yaitu pemanfaatan potensi sumber daya pangan lokal; (2) pemasokan

    pangan; (3) pengelolaan cadangan pangan. Ketersediaan pangan dapat diamati pada

    berbagai tingkatan yang secara hirarkhi mencakup rumah tangga, regional

    (Kabupaten, Kota, Provinsi) Dan Nasional. Jawa Timur merupakan lumbung

    pangan dan pendukung terbesar terhadap ketersediaan pangan nasional.

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 31

    Ketersediaan beras di Jawa Timur pada tahun 2015 sebesar 7.637.107 ton,

    hingga tahun 2017 menjadi 7,450.100 ton dan tahun 2018 (angka sementara)

    menjadi 6.002.140 ton. Secara umum kebutuhan bahan pokok di Jawa Timur

    surplus, begitu juga ketersediaan Jagung kecuali kedele. Surplus kebutuhan bahan

    pokok tersebut digunakan untuk mensuplai provinsi lain yang defisit, seperti

    Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Selatan, NTT, NTB, Maluku dan wilayah lain di

    kawasan Indonesia Timur.

    Ketersediaan Beras

    Ketersediaan Jagung

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 32

    Gambar 2.13 Peta Potensi Pengembangan Kawasan Jagung

    Provinsi Jawa Timur

    Sumber : Kementerian Pertanian

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 33

    Gambar 2.14 Peta Potensi Pengembangan Kawasan Kedelai

    Provinsi Jawa Timur

    Sumber : Kementerian Pertanian

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 34

    Gambar 2.15 Ketersediaan Kedelai

    Kurangnya produksi kedelai selain disebabkan oleh tingginya alih fungsi

    lahan pertanian juga keengganan petani untuk menanam, karena harga kedelai

    impor jauh lebih murah, sehingga petani beralih ke tanaman lain yang lebih

    menguntungkan. Situasi ketersediaan pangan wilayah antara lain tercermin dari

    jumlah ketersediaan pangan, yang digambarkan dari ketersediaan pangan maupun

    mutu keanekaragaman ketersediaan pangan yang digambarkan oleh skor Pola

    Pangan Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern

    (DDP) adalah susunan keragaman pangan yang didasarkan pada sumbangan

    energi dari kelompok pangan utama pada tingkat ketersediaan maupun konsumsi

    pangan. PPH merupakan instrumen untuk menilai situasi konsumsi pangan wilayah

    yang dapat digunakan untuk menyusun perencanaan kebutuhan konsumsi pangan

    ke depan, dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya dan preferensi

    konsumsi pangan masyarakat.

    Skor PPH Jawa Timur mencapai 81,6 pada tahun 2014 dan meningkat

    dibandingkan tahun 2017 sebesar 84,8. Hal ini menunjukkan bahwa Pola konsumsi

    pangan masyarakat Jawa Timur belum beragam, bergizi seimbang dan aman

    berdasarkan Pola Pangan Harapan (Skor PPH). Namun demikian, masyarakat Jawa

    Timur sudah semakin memahami dan mempunyai kesadaran akan pentingnya

    kualitas konsumsi pangan untuk hidup sehat, namun demikian perlu untuk lebih

    mengoptimalkan gerakan percepatan pengenekaragaman konsumsi pangan melalui

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 35

    upaya meningkatkan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan

    Aman (B2SA), maka perlu didorong melalui sosialisasi, promosi dan kegiatan yang

    dapat memberi wawasan dan pengetahuan untuk percepatan pencapaian Pola

    Pangan Harapan.

    Gambar 2.16 Skor Pola Harapan Pangan

    Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

    ➢ Potensi Pengembangan Kawasan Agropolitan

    Agropolitan adalah sebuah konsep pendekatan perencanaan

    pengembangan desa dari bawah yang menjamin pemberdayaan secara ekonomis

    dan sosial-psikologis bagi masyarakat desa miskin. Agropolitan juga merupakan

    sebuah kebijakan pemerintah pusat yang merupakan pendekatan terpadu beberapa

    departemen bidang ekonomi untuk pembangunan perdesaan (khususnya

    pertanian) dengan jalan melengkapi infrastruktur, memperluas akses terhadap

    kredit usaha untuk meningkatkan pendapatan petani dan mendorong pertumbuhan

    industri guna meningkatkan nilai tambah sektor pertanian. Program ini dirancang

    dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk

    mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,

    berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.

    Di Provinsi Jawa Timur, hingga awal tahun 2019 ini, gerakan

    Pengembangan Kawasan Agropolitan di Jawa Timur tercatat masih diikuti oleh 25

    Kabupaten/Kota dan 2 Kabupaten yang masih dalam proses penetapan sebagai

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 36

    kawasan agropolitan yaitu Kabupaten Magetan. Dua puluh enam Kabupaten/Kota

    yang telah memiliki kawasan Agropolitan tersebut adalah Kota Batu, Kabupaten

    Mojokerto, Ngawi, Banyuwangi, Lumajang, Bangkalan, Tulungagung, Trenggalek,

    Pamekasan, Pasuruan, Madiun, Ponorogo, Blitar, Pacitan, Nganjuk, Probolinggo,

    Malang, Lamongan, Tuban, Bondowoso, Bojonegoro, Jombang, Sumenep, Sampang,

    Sidoarjo, dan Situbondo. Diharapkan pada tahun 2020 terdapat 29 Kabupaten/Kota

    di Jawa Timur dapat mengikuti gerakan Agropolitan atau setidaknya telah memiliki

    dokumen perencanaan kawasan Agropolitan yang memiliki kekuatan hukum.

    Selain kawasan Agropolitan, di Jawa Timur juga telah berkembang Kawasan

    Minapolitan di beberapa wilayah kabupaten. Kawasan laut di Jawa Timur hampir

    empat kali luas daratannya dengan garis pantai kurang lebih 2.916 km. Sektor

    perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Timur seharusnya dapat menjadi sumber

    ekonomi yang berkontribusi tinggi sehingga harus dikelola dengan baik agar

    menjadi sumber kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.

    Gambar 2.17 Konsep Penangananan Kawasan Perdesaan

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 37

    2.1.2.2 Potensi Perkebunan

    Pengamanan ketahanan pangan dan peningkatan daya saing potensi

    pengembangan komoditi produk perkebunan tahun 2019, dilakukan melalui

    kegiatan untuk meningkatkan produktivitas, jaminan kemudahan akses perbankan,

    perlindungan asuransi, mekanisasi sarana dan prasarana perkebunan serta upaya

    peningkatan kesejahteraan petani kebun. Sektor perkebunan juga menyediakan

    lapangan kerja yang terus bertambah. Pertambahan lapangan kerja bagi tenaga

    kerja disektor perkebunan dapat diartikan sebagai seberapa banyak orang yang

    terlibat di bidang perkebunan.

    Semakin bertambahnya luas areal perkebunan di Jawa Timur berbanding lurus

    denga keterlibatan tenaga kerja di dalamnya, sehingga selama kurun waktu 5 tahun

    terjadi pertumbuhan keterlibatan tenaga kerja rata-rata 1,39%.

    Secara umum beberapa produktivitas dari komoditi perkebunan di Jawa

    Timur masih dibawah standar optimal,dan kedepan akan dilakukan upaya -upaya

    peningkatan produktivitas komoditi seperti optomalisasi budaya tanaman,

    penanganan gangguan hama serta penyakit tanaman dan penanganan pasca panen

    tanaman. Dalam rangka pengawasan dan pengujian mutu benih, Pemerintah

    provinsi telah melakukan sertifikasi benih tanaman perkebunan melalui uji

    laboratorium dan uji lapang;

    Kawasan perkebunan di Jawa Timur dikembangkan berdasarkan fungsi

    kawasan dan potensi yang ada pada daerah masing-masing berdasarkan prospek

    ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk

    meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan.

    Berdasarkan komoditasnya, pengembangan perkebunan dibagi dalam 2

    (dua) kelompok, yaitu:

    ➢ Perkebunan tanaman tahunan : tebu, tembakau, kapas, serat karung dan wijen;

    ➢ Perkebunan tanaman semusim antara lain berupa: kelapa, kopi, kakao, cengkeh,

    jambu mete, cabe jamu, kapok randu, teh, kenanga, panili, lada, kemiri, jarak

    kepyar, jarak pagar, siwalan, serat nanas, pinang, kayu manis, asam jawa, aren,

    mendong, janggelan, nilam, pandan, nipah, pala, melinjo, karet, dsb.

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 38

    Pengembangan potensi perkebunan diarahkan melalui implementasi

    sinergi antar sektor antar wilayah dalam pengembangan perkebunan (agropolitan

    / Kawasan Pertanian Terpadu).

    Gambar 2.18 Produksi Komoditas Perkebunan

    Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan III 2018

    Tabel 2.8 Potensi Produktivitas Komoditi Perkebunan

    No Komoditi Realisasi Produktivitas (Ton/Ha)

    2014 2015 2016 2017 2018

    1 Tebu 6,350 6,499 5,963 6,186 -

    - Gula Kristal 5,753 5,976 5,186 5,624 5,265

    - Gula Merah 6,947 7,022 6,739 6,747 6,412

    2 Tembakau 912 927 886 997 835

    3 Kopi 739 787 802 795 795

    - Kopi Arabika 718 810 824 807 806

    - Kopi Robusta 761 763 779 782 783

    4 Kakao 1,078 909 899 892 2,661

    5 Kelapa 1,377 1,328 1,360 1,356 3,971

    6 Jambu Mete 706 665 671 675 685

    7 Cengkeh 406 392 411 412 410

    Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan III 2018

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 39

    Untuk meningkatkan daya saing Petani Kebun (Pekebun), akan dilakukan

    upaya-upaya untuk mengembangkan Industri Primer yang diarahkan untuk

    pengembangan pasar baik internasional maupun domestik yang dilakukan dengan

    memperluas promosi komoditas dan produk perkebunan. Strategi yang bisa

    diterapkan adalah dengan mengefektifkan penerapan teknologi perkebunan dan

    mengefisienkan usaha perkebunan untuk menghasilkan output dengan biaya

    minimum. Potensi perkebunan lainnya dalam mendukung Peningkatan Daya Saing

    adalah adanya program pengembangan Industri Primer Pemerintah Provinsi Jawa

    Timur yang berupaya untuk Meningkatan Nilai Tambah Komoditi Perkebunan yang

    fokus kegiatan pada Kopi dan Kakao serta adanya kesediaan Perhutani bila lahannya

    ditanami kopi pada lereng Gunung Wilis.

    Gambar 2.19 Kontribusi Sektor Perkebunan (Tanaman Keras) terhadap PDRB

    Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan III 2018

    Tanaman perkebunan terbagi menjadi tanaman perkebunan rakyat dan

    tanaman perkebunan besar. Tanaman perkebunan rakyat mencakup hasil tanaman

    perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mete, kelapa, kopi, kapok,

    kapas, tebu, tembakau, cengkeh, dan tanaman perkebunan lainnya. Sedangkan

    perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh,

    kopi, coklat, tebu, rami, serat manila dan tanaman lainnya.

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 40

    Pada tahun 2014, pertumbuhan sub sektor perkebunan terhadap PDRB

    sebesar 4,97 persen. Kemudian menurun pada tahun 20152016, yaitu masing-

    masing 1,25 persen (2015) dan (-0,74) persen (2016). Setelah itu meningkat

    kembali pada tahun 2017 menjadi 1,36 persen.

    Gambar 2.20 Persentase Pertumbuhan Sub Kategori Perkebunan terhadap PDRB

    Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Data Diolah

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 41

    Gambar 2.21 Potensi Pengembangan Kawasan Kopi Provinsi Jawa Timur

    Sumber : Kementerian Pertanian

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 42

    2.1.2.3 Potensi Perikanan

    Kewenangan Daerah Provinsi dalam penyelenggaraan pengaturan tata

    ruang untuk mengelola sumber daya alam di laut, telah tertuang dalam Perda I

    tahun 2018, tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-

    3-K) tahun 2018-2038. RZWP3K adalah alat yang efektif untuk menangani

    permasalahan pengelolaan potensi Kelautan dan Perikanan, Jawa Timur.

    Pengendalian Pemanfaatan RZWP-3-K berorientasi pada peningkatan

    kesejahteraan dan terjaganya lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil, peningkatan

    partisipasi dan kesadaran masyarakat, peran swasta, dan juga instansi pemerintah

    pusat dan daerah sesuai dengan kewenangannya serta berperan penting dan aktif

    dalam pemantauan dan pengendalian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil agar

    dapat mengoptimalisasi pengelolaan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil serta

    maraknya kegiatan llegal, unreported dan unregulated fishing.

    RZWP-3-K juga berperan strategis dalam mendukung pengembangan

    investasi dan pembangunan potensi kelautan dan perikanan, memberikan jaminan

    kepastian hukum dan berfungsi sebagai acuan pemberian izin lokasi perairan yang

    diberikan untuk melakukan kegiatan di sebagian wilayah pesisir dan/atau pulau-

    pulau kecil agar tidak menimbulkan dampak negatif pada terganggunya

    keseimbangan ekosistem, membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

    khususnya di pesisir dan pulau-pulau kecil dalam mengatasi berbagai

    permasalahan.

    Permasalahan Pengelolaan Laut diantaranya adalah : permasalahan Tata

    ruang laut, Sengketa garis batas laut, IUU Fishing, Stok ikan berada pada posisi yang

    tidak melampaui Maximum Sustainable Yield (Posisi MSY), Pengawasan dan

    pengendalian, Pengelolaan sumberdaya perikanan, Penambangan pesisir dan

    pulau-pulau kecil, Problem kemanusiaan. Dampak pengelolaan laut yang buruk

    diantaranya adalah menyebabkan : Kerusakan sumberdaya hayati laut,

    berkurangnya Ketersediaan stok Sumber Daya Ikan (SDI), menurunya daya dukung

    dan daya tampung pulau-pulau kecil, Ketidakstabilan daerah intersterial, Laut

    sebagai pintu-pintu kejahatan, Ketidakberlanjutan sumberdaya laut.

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 43

    Gambar 2.22 Peta Rencana Alokasi Ruang Laut Provinsi Jawa Timur

    Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 44

    ➢ Potensi Dan Karakteristik Perairan Jawa Timur

    Jawa Timur memiliki wilayah perairan yang memiliki potensi pengelolaan,

    seperti pada sub zona pasir laut, sub zona minyak bumi, kawasan konservasi, alur

    laut dan potensi pengelolaan pencemaran di zona pertambangan, disekitar Laut

    Jawa yaitu pada Kabupaten Tuban, Lamongan, Bangkalan, Sumenep serta Selat

    Madura yaitu Kabupaten Sampang dan Sumenep. Pada kawasan tersebut telah

    diatur aktivitas yang diperbolehkan, aktivitas yang tidak diperbolehkan dan

    aktivitas diperbolehkan setelah memperoleh ijin, setelah dipenuhinya syarat

    administratif, teknis, dan operasional.

    Gambar 2.23 Overlay Tol Laut Indonesia dan Potensi Sumber Daya Ikan Indonesia

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 45

    IKAN

    PALAGIS

    BESAR

    IKAN

    PALAGIS

    KECIL

    IKAN

    DEMERSAL

    IKAN

    KARANG

    UDANG

    PANAEIDLOBSTER KEPITING RAJUNGAN

    CUMI

    CUMIJUMLAH

    Potensi (Ton) 79.008 101.969 102.751 119.756 58.910 711 11.12 3.065 7.125 484.414

    JTB (Ton) 63.206 81.575 82.201 95.805 47.128 569 8.896 2.452 5.700

    Potensi (Ton) 412.945 364.83 366.066 48.098 8.249 1.297 11.582 955 14.579 1.228.601

    JTB (Ton) 330.356 291.864 292.853 38.478 6.599 1.037 9.265 764 11.663

    Potensi (Ton) 294.092 505.942 103.501 8.778 6.854 844 465 659 8.195 929.330

    JTB (Ton) 235.274 404.754 82.801 7.022 5.483 675 372 527 6.556

    Potensi (Ton) 395.451 198.994 400.517 24.300 78.005 979 502 9.437 35.155 1.143.341

    JTB (Ton) 316.361 159.195 320.432 19.440 62.404 784 402 7.550 28.124

    Potensi (Ton) 303.886 104.017 320.432 59.146 58.39 952 10.077 22.637 102.142 981.680

    JTB (Ton) 243.109 83.214 256.346 47.317 46.712 762 8.062 18.110 81.714

    Potensi (Ton) 104.546 419.342 77.238 365.420 37.268 1.02 5.016 6.740 10.010 1.026.599

    JTB (Ton) 83.637 335.474 61.790 292.336 29.814 816 4.013 5.392 8.008

    Potensi (Ton) 116.516 43,062 99.800 164.165 2.252 155 1.151 2.180 1.788 431.069

    JTB (Ton) 93.213 34.450 79.840 131.332 1.802 124 921 1.744 1.430

    Potensi (Ton) 378.734 51.394 114.005 69.975 6.089 710 490 643 9.664 631.703

    JTB (Ton) 302.987 41.115 91.204 55.980 4.871 568 392 515 7.731

    Potensi (Ton) 222.946 154.329 34.650 54.194 8.465 685 1.969 424 1.103 478.765

    JTB (Ton) 178.357 123.463 27.720 43.355 6.772 548 1.575 339 882

    Potensi (Ton) 391.126 56.067 111.619 32.376 8.669 1.065 620 22 2.124 603.688

    JTB (Ton) 312.901 44.854 89.295 25.901 6.935 852 496 18 1.699

    Potensi (Ton) 823.328 489.795 586.277 30.555 53.502 386 1.507 1.911 5.470 1.992.730

    JTB (Ton) 658.662 391.836 469.022 24.444 42.802 309 1.205 1.529 4.376

    3.522.578 2.489.741 2.316.856 326.653 326.653 8.804 44.499 48.673 197.355 9.931.922

    2.818.063 1.991.794 1.853.486 261.322 261.322 7.044 35.599 38.94 157.883 7.945.541

    SAMUDERA PASIFIK

    (WPPNRI 717)LAUT ARAFURA - LAUT

    TIMOR (WPPNRI 718)

    POTENSI PER KELOMPOK SDI DI WPP-RI (2015)

    JUMLAH POTENSI SDI

    JUMLAH JTB

    SAMUDERA HINDIA

    (WPPNRI 572 &

    WPPNRI 573)

    SELAT MALAKA

    (WPPNRI 571)

    LAUT CINA SELATAN

    (WPPNRI 711)LAUT JAWA

    (WPPNRI 712)SELAT MAKASAR - LAUT

    FLORES (WPPNRI 713)LAUT BANDA

    (WPPNRI 714)TELUK TOMINI - LAUT

    SERAM (WPPNRI 715)LAUT SUKAWEI

    (WPPNRI 716)

    WILAYAH PENGELOLAAN

    PERIKANAN (WPP) NEGARA

    REPUBLIK INDONESIA

    Overfishing beberapa stok SDI terjadi di banyak wilayah perairan dan

    underfishing di beberapa wilayah perairan menjadi tempat IUU fishing nelayan

    asing. Kondisi tersebut, secara tidak langsung akan memberi kesempatan kepada

    pemilik kapal untuk melakukan Illegal Unreported and Unregulated Fishing IUUF.

    Ketiadaan izin bagi kapal kecil akan berkonsekuensi pada sulitnya melakukan

    penelusuran hasil dan lokasi tangkapan serta berpotensi berkontribusi pada

    terjadinya overfishing. Perlu diwaspadai adalah wilayah Selatan Jawa Timur yang

    berbatasan dengan Negara Australia, dimana untuk pemberantasan IUUF peran

    pelabuhan perikanan dan kondisi dermaga serta Kapasitas Tenaga Kapal Patroli

    harus diperkuat.

    Tabel 2.9 Potensi Per Kelompok SDI WPP – RI (2015)

    Berdasarkan karakteristik perairan, nelayan Jawa Timur dibagi menjadi

    empat wilayah yaitu: (1) nelayan Laut Jawa yang meliputi wilayah Tuban,

    Lamongan, Gresik, pantai utara Madura; (2) nelayan Selat Madura meliputi nelayan

    Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, dan pantai Selatan Madura;

    (3) nelayan Selat Bali meliputi nelayan Banyuwangi; (4) nelayan Selatan Jawa Timur

    meliputi wilayah Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek dan

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 46

    PANTAI

    SELATAN

    PANTAI

    UTARA

    SELAT

    MADURASELAT BALI

    Sedang Tinggi Tinggi Sedang

    Sedang Tinggi Tinggi Tinggi

    Rendah Sedang Rendah Sedang

    Tinggi Rendah Rendah Tinggi

    Rendah Tinggi Tinggi Sedang

    Rendah Tinggi Tinggi Tinggi

    Terumbu Karang Sedang Rusak Rusak Rusak

    Mangrove Sedang Rusak Sedang Sedang

    Lamun Rusak Rusak Rusak Rusak

    KENAIKAN

    TEMPRATUR

    Hasil Tangkapan

    Ikan MenurunTinggi Tinggi Tinggi Tinggi

    PERUBAHAN

    POLA

    Alur Migrasi dan

    Musim Ikan

    Selalu Berubah

    Tinggi Sedang Rendah Tinggi

    KEJADIAN

    EKSTRIM

    Keselamatan

    Nelayan Dilaut

    Terancam

    Tinggi Sedang Rendah Sedang

    KENAIKAN

    MUKA AIR LAUT

    Banjir ROB di

    Perkampungan

    Nelayan

    Rendah Tinggi Tinggi Rendah

    EXPOSURE Jumlah Nelayan /

    PendudukRendah Tinggi Tinggi Sedang

    Tingkat

    KemiskinanRendah Tinggi Tinggi Sedang

    Nelayan Kecil

    (Kapal < 10 GT)Sedang Tinggi Tinggi Sedang

    Tingkat

    PendidikanSedang Rendah Rendah Rendah

    Infrastruktur

    PerikananSedang Sedang Sedang Sedang

    Keberagaman

    Pekerjaan Tinggi Sedang Rendah Rendah

    Sumber : Hasil Lokakarya Kajian Kerentaan Provinsi Jawa Timur 2017

    EKONOMI

    EKOLOGI

    SENSITIVITY

    ADAPTIVE

    CAPACITY

    KARAKTERISTIK KERENTAAN PERAIRAN JAWA TIMUR

    INDIKATOR

    PERIKANAN TANGKAP

    PENGOLAHAN IKAN

    BUDIDAYA PERIKANAN

    POTENSI WISATA BAHARI

    SOSIAL

    Pacitan. Wilayah perairan Laut Jawa, Selat Madura dan Selat Bali terkenal dengan

    penghasil perikanan pelagis kecil seperti ikan layang, tembang, selar, lemuru, dan

    cumi-cumi. Perairan Selatan Jawa Timur dikenal sebagai penghasil ikan pelagis

    besar seperti ikan tuna, tongkol dan cakalang.

    Kenaikan suhu permukaan air laut menyebabkan kerusakan ekosistem

    pantai seperti terumbu karang dan lamun dan akan berdampak terhadap hilangnya

    beberapa ikan karang karena hilangnya rantai makanan. Kenaikan suhu permukaan

    laut membuat lapisan air yang dingin turun lebih dalam. Respon Ikan Permukaan /

    Pelagis, Ikan bermigrasi horizontal mencari perairan yang lebih sesuai (dingin),

    Ikan bermigrasi vertikal ke kedalaman yang bersuhu lebih dingin. Ikan yang suka

    pada air dingin akan mengikuti lapisan ini sehingga menyulitkan nelayan untuk

    menentukan lokasi penangkapan ikan sehingga menyebabkan menyebabkan

    meningkatnya kemiskinan nelayan dibeberapa sentra perikanan di Brondong

    Lamongan, Muncar Banyuwangi, Lekok Pasuruan, Prigi Trenggalek dan Madura.

    Tabel 2.10 Karakteristik Kerentanan Perairan Jawa Timur

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 47

    Produk Olahan Ikan

    Udang Segar

    Daging

    Udang Kaleng

    Udang Beku

    Kerupuk Udang

    Limbah Kulit

    Khitin Khitosan

    Fotografi

    Pembuatan Kertas

    Farmasi

    Kosmetik

    Pengolahan Air

    Pengawetan Kayu

    Ikan Segar

    Daging

    Hati

    Sirip

    Kepala

    Silase

    Kulit

    Tulang

    Ikan Kaleng

    Ikan Beku

    Tepung Ikan

    Minyak Ikan

    Minyak Goreng

    Pharmasi

    Pakan Ternak

    Makanan - Sirip Ikan

    Pakan Ternak

    Tepung Ikan

    Kulit Samak

    Gelatin

    Kerajinan Tulang

    Barang Kulit

    Pharmasi

    Emulsifier

    Rumput Laut

    Gracllarla Eucheuma Sargasum

    Agar-Agar Karaginan Alginat

    Farmasi Grade

    Bahan Gigi Buatan

    Shampo

    Pasta Gigi

    Sabun

    Farmasi

    Industrial Grade

    Pakan Ternak

    Pengeboran

    Cat

    Printing Tekstil

    Kertas

    Keramik

    Food Grade

    Soft Drink

    Ice Cream

    Susu Coklat

    Roti

    Jam

    POTENSI PERIKANAN

    Potensi perikananan Jawa Timur sangat tinggi. Banyak terdapat Ikan pelagis

    besar maupun kecil yang biasanya membentuk gerombolan (schooling) dan

    melakukan migrasi/ruaya sesuai dengan daerah migrasinya. Ikan pelagis kecil

    tersebuta adalah Ikan Selar dan Sunglir, Klupeid Teri, Japuh, Tembang, Lemuru dan

    Siro, serta kelompok Scrombroid seperti Kembung dan lain-lain, ditangkap

    menggunakan jaring, seperti jaring insang (gillnet), jaring lingkar, pukat cincin

    (purse seine), payang, dan bagan. Untuk Ikan pelagis besar seperti kelompok Ikan

    Tuna dan Cakalang, kelompok Marlin, kelompok Tongkol dan Tenggiri, dan cucut,

    ditangkap dengan cara dipancing menggunakan pancing trolling atau tonda (pole

    and line) serta rawai (longline). Sementara Ikan demersal, yaitu jenis ikan yang

    habitatnya berada di bagian dasar perairan, ditangkap dengan menggunakan trawl

    dasar (bottom trawl), jaring insang dasar (bottom gillnet), rawai dasar (bottom long

    line), bubu, seperti ikan kakap merah/bambangan, peperek, tiga waja, bawal dan

    lain-lain.

    Gambar 2.24 Produk Olahan Ikan

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 48

    Gambar 2.25 Nilai Tambah Produk Rumput Laut (e. COTTONII)

    Potensi perikanan Nasional terus meningkat setiap tahun. Sejak 2013, stok

    perikanan meningkat dari 6,5 juta ton, hingga tahun 2017 menjadi 12,51 juta ton.

    Distribusi ikan dari seluruh Indonesia masuk ke Pulau Jawa, selain karena tingginya

    konsumsi, Pulau Jawa memiliki pabrik pengolahan ikan terbanyak, dimana angka

    ekspor tertinggi dihasilkan dari Provinsi Jawa Timur.

    Angka konsumsi ikan Nasional Tahun 2017 ditargetkan sebesar 47,12

    Kg/Kapita, naik jika dibandingkan Tahun 2016 mencapai 43,94 Kg/Kapita (setara

    ikan utuh segar). Sementara Tingkat konsumsi ikan tertinggi di Jawa Timur, terjadi

    di Kabupaten Sumenep, sebesar 53 Kg per Kapita/Tahun, diatas rata-rata Jawa

    Timur sebesar 31 Kg per Kapita/Tahun.

    Gambar 2.26 Potensi Produksi Perikanan (ton)

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 49

    Gambar 2.27 Produksi Hasil Penangkapan Ikan dan Perikanan Budidaya

    Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Data Diolah Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan IV 2018

    Potensi produksi perikanan Indonesia terbesar di dunia (100 juta ton/tahun)

    dengan panjang garis pantai 81.000 Km, namun nilai ekspor perikanan Nasional

    hanya 3,5 milyar US$/tahun (peringkat-12 dunia), sedangkan Vietnam yang

    memiliki garis pantainya hanya 3.000 Km, total nilai ekspor perikanannya mencapai

    7 milyar US$/tahun.

    WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 129.860,50 89.981,50 108.682,90 110.155,10

    SELATAN 273.396,40 300.287,80 305.961,60 306.536,50

    JUMLAH 403.256,90 390.269,30 414.644,50 416.691,60

    PRODUKSI PERIKANAN LAUT JAWA TIMURWILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 2.354,80 11.181,90 3.985,50 3.245,60

    SELATAN 5.630,60 6.363,40 8.828,40 9.408,90

    JUMLAH 7.985,40 17.545,30 12.813,90 12.654,50

    PRODUKSI PERIKANAN PERAIRAN UMUM

    WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 7.520,76 7.932,79 1.856,33 2.251,18

    SELATAN 607.944,87 632.886,13 539.066,25 658.464,69

    JUMLAH 615.465,63 640.818,92 540.922,58 660.715,87

    PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA LAUTWILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 18.999,02 21.961,27 22.502,68 26.299,82

    SELATAN 187.363,00 192.063,69 277.696,83 195.439,77

    JUMLAH 206.362,02 214.024,96 300.199,51 221.739,59

    PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA TAMBAK

    WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 369,92 97,50 404,72 858,19

    SELATAN 1.116,69 1.501,94 1.475,82 1.754,48

    JUMLAH 1.486,61 1.599,44 1.880,54 2.612,67

    PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA KERAMBAWILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 91.466,01 98.945,17 92.350,81 101.302,49

    SELATAN 118.744,50 130.455,35 180.378,93 158.167,17

    JUMLAH 210.210,51 229.400,52 272.729,74 259.469,66

    PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA KOLAM

    WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 9.675,05 9.814,05 9.427,08 7.788,04

    SELATAN 1.685,77 1.740,77 1.461,08 1.309,08

    JUMLAH 11.360,82 11.554,82 10.888,16 9.097,12

    PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA JARING APUNG

    WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 82,76 99,42 100,63 90,56

    SELATAN 48.153,16 61.670,56 62.721,60 60.609,56

    JUMLAH 48.235,92 61.769,98 62.822,23 60.700,12

    PRODUKSI PERIKANAN MINA PADI

    370.000,0

    380.000,0

    390.000,0

    400.000,0

    410.000,0

    420.000,0

    430.000,0

    440.000,0

    2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    PRODUKSI HASIL PENANGKAPAN IKAN (Ton)

    Laut Perairan Umum

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 50

    Gambar 2.28 Nilai Ekspor Indonesia Menurut Negara Tujuan (2012 – 2116)

    Peningkatan nilai ekspor Jawa Timur dilakukan melalui sinergi antar sektor

    antar wilayah dalam pengembangan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

    (MINAPOLITAN), sedangkan rendahnya nilai tambah produksi hasil kelautan dan

    perikanan akan dioptimalkan melalui peningkatan kualitas mutu, produk,

    komoditas, Sumber Daya Manusia (Pembudidaya Ikan, Nelayan, Petambak Garam)

    serta sarana dan prasarana kelautan dan perikanan, maupun kapasitas pelaku usaha

    sektor kelautan dan perikanan (pembudidaya ikan, nelayan, petambak garam).

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 51

    Gambar 2.29 Produk Olahan dengan Nilai Produk Tertinggi

    Untuk meningkatkan produksi penangkapan Tuna, dibutuhkan revitalisasi

    Pelabuhan Ikan yang dikhususkan untuk penangkapan Ikan Tuna pada Wilayah

    Pantai Selatan yaitu Muncar di Kabupaten Banyuwangi, Pondok Dadap di Malang

    dan Tamperan di Pacitan. Waktu yang efektif untuk melakukan operasi

    penangkapan yaitu diatas 100% yang terjadi pada bulan april, Mei, Juni , Juli,

    Agustus, September, dan Oktober. Ikan Tuna adalah Ikan berlemak rendah yang

    berdaging tebal, tingkat migrasinya tinggi, kaya asam lemak omega 3, sangat bagus

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 52

    untuk menurunkan kolesterol jahat dan resiko penyakit jantung. Jenis Ikan Tuna

    sirip kuning banyak diburu. Ikan Tuna menduduki komoditas nomor dua setelah

    udang dalam nilai ekspor hasil perikanan. Selain dijual untuk pasar lokal, juga

    diekspor ke China, Jepang sampai Amerika Serikat (AS) untuk kebutuhan restoran,

    seperti di Jepang disajikan dalam bentuk sashimi. Harga Tuna Sirip Kuning dengan

    berat 7 Kg pada pasar lokal di kisaran Rp. 33.000 – 180.000/Kg sedangkan pada

    Pasar Eksport mencapai Rp. 1.100.000/Kg.

    Pengembangan produksi Perikanan Tangkap memiliki prospek yang bagus

    untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, namun besarnya kebutuhan terhadap

    produksi perikanan tangkap tersebut belum didukung oleh Penanganan mutu

    komoditas ekspor dengan Cold Chain System (CCS), pengolahan serta pemasaran

    produk kelautan dan perikanan armada penangkapan ikan Nelayan Jawa Timur

    yang hingga saat ini masih didominasi oleh kapal berukuran kecil di bawah 10 gros

    ton (GT) yang tidak memiliki kewajiban untuk melakukan registrasi dan perizinan.

    ➢ Potensi Dan Karakteristik Nelayan Jawa Timur

    Pemangku Kepentingan Utama penghasil ikan terbesar adalah para

    pengguna sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai kepentingan

    langsung dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-

    pulau kecil, seperti nelayan tradisional, nelayan modern, pembudi daya ikan,

    pengusaha pariwisata, pengusaha perikanan, dan masyarakat yang masing-masing

    mempunyai kearifan lokal yang harus dilindungi. Masyarakat nelayan tersebut

    berperan ganda, selain berupaya memenuhi kebutuhan penghidupan

    (meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan), juga berperan dalam penyediaan

    pangan khusus protein hewani, dan dapat meningkatkan pendapatan negara.

    Sementara sekitar 38% nelayan, terutama nelayan ABK, hidup di bawah garis

    kemiskinan (pengeluaran < Rp 380.000/orang/bulan) (BPS, 2017). Sebagian besar

    nelayan tradisional “low technology and management” dan belum menerapkan Best

    Handling Practices ikan hasil tangkapannya, sehingga kualitas ikan buruk, yang

    berarti harga jual rendah, sementara banyak pabrik pengolahan hasil perikanan

    (UPI) kekurangan bahan baku, sehingga posisi nelayan dalam sistem rantai suplai

    (tataniaga) sangat tidak diuntungkan. Belum lagi hasil tangkapan ikan banyak yang

    dibuang kembali kelaut (ikan non-target, bernilai ekonomis rendah) atau

    membusuk selama transportasi dan distribusi, dari lokasi porduksi ke konsumen

    (pasar) akhir.

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 53

    Gambar 2.30 Sistem Tata Niaga Bisnis Perikanan Tangkap

    Karakteristik nelayan Jawa Timur juga sangat terkait dengan potensi yang

    ada di daratan. Nelayan Laut Jawa dan Selat Madura pada musim paceklik mencari

    pekerjaan alternatif disektor informal seperti menjadi kuli bangunan, sopir becak,

    pekerja tambak, dan buruh pabrik. Nelayan di Selatan Jawa Timur bekerja di sektor

    pertanian dan perkebunan pada saat musim paceklik. Perbedaan lapangan kerja

    alternatif ini dipengaruhi oleh potensi yang ada di sekitar kawasan pesisir Jawa

    Timur. Jika dilihat dari ketersediaan potensi yang ada di daratan, maka nelayan di

    Selatan Jawa Timur mempunyai ketangguhan yang lebih besar dibandingkan

    dengan nelayan pantai Utara Jawa Timur. Dengan kata lain, nelayan pantai Utara

    Jawa Timur lebih rentan terhadap perubahan iklim jika dilihat dari ketersediaan

    lapangan kerja alternatif, terutama Tuban dan Pamekasan, serta pada pulau-pulau

    kecil di Utara.

    NELAYAN

    EKOSISTEM LAUT DAN POPULASI

    IKAN

    HASIL TANGKAP

    PP1

    PP2

    PPn

    KONSUMEN PASAR

    SARANA PRODUKSI :

    • Jaring• Alat Tangkap Lain• BBM• Beras/Mie• Minyak Goreng• Kopi, Teh, Gula• dll

    PPn

    PP2

    PP1

    PABRIK (PRODUSEN)

    SISTEM TATA NIAGA BISNIS PERIKANAN TANGKAP

    KET :PP = Pedagang Perantara (Midle Man)

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 54

    Gambar 2.31 Karakteristik Musim Ikan Pada Pantai Utara Dan Selatan Jawa

    Nelayan Jawa Timur lebih banyak didominasi oleh nelayan tradisional

    dengan kapal ukuran di bawah 10 GT (Gross Ton) yang dalam melakukan

    aktivitasnya hanya pada radius 0-2 mil dan untuk nelayan kecil (kapal

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 55

    kepada juragan. Nelayan kecil meminjam uang kepada juragan untuk modal usaha

    penangkapan dengan syarat hasil tangkapan mereka harus dijual kepada juragan

    dan harga ikan ditentukan oleh juragan. Ketergantungan nelayan pada juragan dan

    ketidakpastian usaha menjadi penyebab utama kemiskinan nelayan. Perlu

    dikembangkan kapasitas skala usaha nelayan dan pengolah hasil perikanan Di

    seluruh kecamatan pesisir Jawa Timur.

    Jawa Timur mempunyai panjang garis pantai 3.498,12 Km2 dengan total luas

    perairan laut 126.672 Km2. Wilayah Laut dan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Jawa

    Timur yang terdiri dari 438 pulau-pulau kecil. Pada tahun 2015 terdapat 91 Tempat

    Pelelangan Ikan (TPI), 77 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), 12 Pelabuhan

    Perikanan Pantai (PPP) dan 2 Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang tersebar

    di 23 kabupaten/kota di Jawa Timur. Jumlah pelabuhan perikanan pantai untuk

    melayani nelayan di Jawa Timur bertambah menjadi 22 unit pada tahun 2019,

    diantaranya ada 8 pelabuhan perikanan yang akan dikembangkan berstandar

    internasional sesuai permintaan Uni Eropa, yaitu Pelabuhan Muncar Banyuwangi,

    Tamperan Pacitan, Tambak Rejo Blitar, Bulu Tuban, Mayangan Probolinggo,

    Pasongsongan Madura, Pelabuhan Paiton dan Pondok Dadap Blitar.

    Pada awal bulan November sampai bulan Februari, angin kencang bertiup

    dari Australia menuju Samudra Hindia dan masuk ke perairan Indonesia, termasuk

    perairan Jawa Timur. Angin kencang tersebut terjadi tidak menentu dan datang

    secara tiba-tiba, hal ini menyebabkan nelayan tidak berani melaut dan periode ini

    dikenal dengan musim paceklik bagi nelayan. Nelayan kecil terkena dampak paling

    besar dan harus mencari pekerjaan alternatif lain pada musim ini. Gelombang bisa

    mencapai ketinggian 4 meter. Ombak ini dapat membuat perahu kecil terbalik dan

    membahayakan nyawa nelayan. Selain itu ombak besar dan hujan juga dapat

    menyebabkan banjir rob di pemukiman nelayan dan merusak alat-alat produksi

    yang ada di pantai.

    Pada musim paceklik atau diidentikkan dengan musim Barat, sebagian

    besar nelayan tidak dapat melaut karena kondisi perairan yang tidak

    menentu. Musim paceklik ditandai dengan hembusan angin yang kencang, ombak

    besar dan bahkan terkadang terjadi badai. Kondisi cuaca yang ekstrim tersebut

    merupakan ancaman keamanan dan keselamatan bagi nelayan yang melaut. Musim

    Barat umumnya terjadi pada bulan Nopember hingga Maret, namun dengan adanya

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 56

    perubahan iklim global, musim penangkapan yang dahulu lebih mudah diprediksi

    kini semakin tidak menentu. Umumnya nelayan tradisional tidak memiliki usaha

    sampingan (alternatif) yang dapat dilakukan ketika sedang terjadi musim Barat

    (Musim Susah ikan). Pada musim “Susah Ikan”, nelayan lebih menggantungkan

    kehidupan pada bantuan dari pemerintah atau pinjaman swasta, sehingga

    menyebabkan etos kerja rendah karena tidak melaut. Terhadap problem rutin yang

    dihadapi nelayan tersebut, Pemerintah Jawa Timur telah melakukan upaya melalui

    pengembangan usaha produktif di kalangan masyarakat pesisir dan nelayan dengan

    usaha pengolahan berbagai jenis produk berbahan baku ikan atau budidaya laut

    (MARIKULTUR).

    Tingkat kerentanan nelayan terhadap perubahan iklim di Jawa Timur masih

    cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dari jumlah nelayan kecil yang cukup besar yaitu

    mencapai 85 % dari total nelayan di Jawa Timur (BPS). Selain itu, tingkat pendidikan

    nelayan masih rendah dan ketersediaan lapangan kerja alternatif masih belum

    memadai. Sebagaian besar nelayan di Jawa Timur hanya lulusan Sekolah Dasar (SD)

    dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) bahkan banyak juga yang putus sekolah

    dasar. Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah melakukan langkah-langkah program

    untuk menekan tingkat kerentanan nelayan. Pemberdayaan masyarakat pesisir

    menjadi program utama untuk mengurangi kerentanan nelayan terhadap

    perubahan iklim. Program ini dilakukan di 23 Kabupaten/Kota pesisir di Jawa

    Timur berupa bantuan langsung pada saat paceklik, pengembangan usaha alternatif,

    pembangunan sarana perikanan dan beasiswa bagi anak nelayan.

    Dalam upaya mengoptimalkan potensi Sumberdaya Kelautan, Pemerintah

    Jawa Timur telah mengimplementasikan Kebijakan dengan prinsip-prinsip

    pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (TPB/SDGs),

    khususnya dalam hal bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

    penghapusan kemiskinan dan kesenjangan ekonomi, dan menjamin kebercukupan

    pangan yang bergizi bagi masyarakat. Diantara kebijakan tersebut antara lain

    adalah pemberian alat tangkap ikan ramah lingkungan (Bubu, Gillnet, Jaring

    Millenium) sebagai pengganti Cantrang yang selama ini merusak ekosistem laut dan

    menghabiskan sumber daya ikan Jawa Timur. Upaya tersebut adalah untuk

    melindungi kelestarian pemanfaatan sumber daya laut yang berpengaruh

    terhadap peningkatan skala usaha dan kesejahteraan stakeholder kemaritiman dan

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 57

    perikanan seperti nelayan, pembudidaya ikan, pelaku usaha perikanan, dan

    sebagainya. Upaya peningkatan produksi juga dilakukan pada perikanan budidaya,

    baik melalui pemeliharaan atau produksi ikan, hewan air serta spesies tanaman

    bawah air lainnya yang ramah lingkungan dan memperhatikan aspek keberlanjutan.

    Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan adaptasi nelayan dalam

    menghadapi perubahan iklim adalah ketersediaan sarana perikanan. Nelayan yang

    tinggal di kawasan perikanan yang mempunyai sarana yang lengkap akan lebih

    mudah dalam meningkatkan daya adaptasinya menghadapi perubahan iklim.

    Nelayan bisa menyimpan hasil tangkapannya di cold storage pada saat musim ikan

    dan menjualnya pada saat paceklik sehingga harga ikan menjadi stabil. Sarana

    perikanan tangkap di Jawa Timur masih belum memadai. Ketersediaan sarana

    perikanan tangkap di Pelabuhan tersebut diharapkan mampu meningkatkan daya

    adaptasi nelayan dalam menghadapi perubahan iklim.

    ➢ Potensi Produksi Garam

    Potensi pengembangan produksi garam di Jawa Timur sangat besar. Setiap

    orang yang melakukan pemanfaatan sumber daya perairan pesisir dan perairan

    pulau-pulau kecil wajib memiliki Izin Pengelolaan, diantaranya untuk kegiatan

    produksi garam, seperti adanya terminal khusus garam (Kabupaten Pamekasan),

    Konstruksi Pertambangan Garam, Pembangunan Fasilitas Infrastruktur (Saluran

    Primer, Sekunder dan pantai air) pipa intake dan outake industri garam,

    pengangkutan dan penjualan garam di pelabuhan (Tanjung Perak).

    Saat ini produksi garam Jawa Timur dilakukan melalui 3 cara, yaitu

    Konvensional, Geomembran dan Rumah Garam. Petani garam Konvensional selalu

    bergantung pada musim, saat musim hujan atau kemarau basah, hasil garam akan

    menurun. Produksi petani garam konvensional adalah 60 ton/Ha atau 6 Kg/m2,

    melalui innovasi pembuatan Rumah Garam (SALTHOUSE), effisiensi produksi bisa

    ditingkatkan secara signifikant. Produksi garam dengan Rumah Garam

    menyebabkan petani tidak lagi bergantung pada musim atau produksi dapat

    dilakukan setiap musim. Untuk rumah garam ukuran 3x(6m x 40m), panen dapat

    dilakukan 36 kali/musim dengan total panen 140 ton/musim (14 Kg/m2). Lokasi

    rumah garam terdapat pada Kabupaten Pamekasan, Lamongan dan Probolinggo.

    Sejak dipindahkannya penanggung jawab pengelolaan garam, dari

    Kementrian Perdagangan kepada Kementrian Kelautan dan Perikanan, maka

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 58

    Pemerintah Provinsi Jawa Timur, berupaya untuk memenuhi kebutuhan nasional

    dan melakukan berbagai upaya pengembangan usaha garam rakyat ke arah

    industrialisasi melalui mekanisasi pengolahan dan penerapan teknologi yang lebih

    modern, biaya produksi yang lebih efisien.

    Tahun 2018, Produksi garam nasional sebesar 70 persen ditopang dari

    Provinsi Jawa Timur sebesar 952.286,08 Ton. Potensi produksi garam Jawa Timur

    sangat tinggi cenderung stabil dan meningkat karena didukung oleh iklim tropis

    dengan musim kemarau efektif rata-rata 5-6 bulan setiap periodenya dan tekstur

    serta banyak kontur tanah di beberapa wilayah dapat didayagunakan sebagai

    tambak garam.

    Gambar 2.32 Potensi Produksi Garam

    Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Data Diolah Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan IV 2018

    ➢ Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan

    Upaya pengembangan agribisnis yaitu usaha berbasis perikanan dalam arti

    luas, yang pada umumnya ber-locus di kawasan perdesaan yang berbentuk

    Kawasan MINAPOLITAN, sehingga pengembangan kawasan MINAPOLITAN juga

    merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah (perdesaan) yang dapat

    dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir yang

    pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan.

    0,00

    200.000,00

    400.000,00

    600.000,00

    800.000,00

    1.000.000,00

    1.200.000,00

    1.400.000,00

    2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

    POTENSI PRODUKSI GARAM

    Tuban Lamongan Pasuruan Kota Pasuruan

    Gresik Probolinggo Kota Surabaya Pamekasan

    sampang Sumenep Bangkalan Sidoarjo

    Situbondo

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 59

    Gambar 2.33 Overlay Pola Spasial IPM Provinsi Jawa Timur dan Pengembangan Kawasan Minapolitan

    Kawasan Minapolitan yang merupakan turunan Kawasan Agropolitan: adalah

    kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan

    sebagai sistem produksi perikanan dan pengelolaan Sumber Daya Alam tertentu

    yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan

    satuan sistem permukiman dan sistem minabisnis. Sesuai Permen KP 12/2010

    mengamanatkan bahwa dalam rangka mendorong percepatan pembangunan sektor

    kelautan dan perikanan perlu dilakukan pengembangan ekonomi kelautan dan

    perikanan berbasis kawasan yang terintegrasi, efisien, berkualitas, dengan konsepsi

    Minapolitan. Kawasan Minapolitan perlu dikembangkan dalam rangka

    meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan keunggulan komparatif dan

    kompetitif daerah sesuai dengan eksistensi kegiatan pra produksi, produksi,

    pengolahan dan/atau pemasaran secara terpadu, holistik, dan berkelanjutan.

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 29

    Untuk mengurangi tingginya alih fungsi lahan pertanian, maka

    Implementasi sinergi pembangunan antar sektor antar wilayah dalam

    pengembangan pertanian (agropolitan / Kawasan Pertanian Terpadu) dapat

    digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan kebijakan penyediaan

    kebutuhan pangan dan gizi penduduk menuju kemandirian dan kestabilan pangan.

    Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur * Angka Ramalan I (ARAM I) Tanaman Pangan 2018

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 30

    Sub Sub Sektor tanaman pangan meliputi komoditi : padi dan palawija

    (jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedele, ubi kayu, ubi jalar, dan palawija

    lainnya). Pertumbuhan Sub sektor ini pada tahun 2014 sebesar 2,98 persen dan

    meningkat pada tahun 2015 menjadi 3,13 persen. Kemudian terus menurun pada

    tahun 2016 menjadi 1,76 persen dan tahun 2017 menjadi (-2,18) persen, sehingga

    dibutuhkan upaya optimalisasi produksi dan produktivitas pertanian (tanaman

    pangan dan hortikultura).

    Tabel 2.7 Produksi Sektor Pertanian di Jawa Timur (Ton)

    Komoditi Tahun

    2014 2015 2016 2017 2018 *) a. Padi 12.397.049 13.154.967 13.633.701 13.060.464 13.000.476

    b. Jagung 5.737.382 6.131.163 6.278.264 6.335.252 6.543.358

    c. Kedelai 355.464 344.998 274.317 200.916 244.442 Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur * Angka Ramalan I (ARAM I) Tanaman Pangan 2018

    Capaian produksi padi tahun 2014-2017 mengalami pertumbuhan 1,75

    persen dengan produksi tertinggi dicapai pada tahun 2016. Produksi Kedelai juga

    menurun jika dibandingkan tahun 2016, namun komoditas jagung justru mengalami

    peningkatan. Perkembangan produksi padi dan kedelai tahun 2017 melambat

    disebabkan menurunnya tingkat produktivitas padi dan kedelai akibat menurunya

    jumlah curah hujan pada tahun 2017 sebanyak 1.547,3 mm hanya 52 persen dari

    jumlah curah hujan tahun 2016 yang mencapai 2.976,8 mm.

    Pada beberapa daerah di Jawa Timur masih ditemui adanya daerah rentan

    pangan, sehingga dibutuhkan upaya optimalisasi ketersediaan pangan (food

    availaibility), akses pangan (food access), pemanfaatan pangan (food security) dan

    stabilitas pangan (food stability) adalah untuk memenuhi kebutuhan seluruh

    penduduk dari segi kuantitas, kualitas keragaman dan keamanannya. Ketersediaan

    pangan dapat dipenuhi dari 3 (tiga) sumber yaitu : (1) produksi regional Jawa

    Timur, yaitu pemanfaatan potensi sumber daya pangan lokal; (2) pemasokan

    pangan; (3) pengelolaan cadangan pangan. Ketersediaan pangan dapat diamati pada

    berbagai tingkatan yang secara hirarkhi mencakup rumah tangga, regional

    (Kabupaten, Kota, Provinsi) Dan Nasional. Jawa Timur merupakan lumbung

    pangan dan pendukung terbesar terhadap ketersediaan pangan nasional.

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 31

    Ketersediaan beras di Jawa Timur pada tahun 2015 sebesar 7.637.107 ton,

    hingga tahun 2017 menjadi 7,450.100 ton dan tahun 2018 (angka sementara)

    menjadi 6.002.140 ton. Secara umum kebutuhan bahan pokok di Jawa Timur

    surplus, begitu juga ketersediaan Jagung kecuali kedele. Surplus kebutuhan bahan

    pokok tersebut digunakan untuk mensuplai provinsi lain yang defisit, seperti

    Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Selatan, NTT, NTB, Maluku dan wilayah lain di

    kawasan Indonesia Timur.

    Ketersediaan Beras

    Ketersediaan Jagung

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 32

    Gambar 2.13 Peta Potensi Pengembangan Kawasan Jagung

    Provinsi Jawa Timur

    Sumber : Kementerian Pertanian

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 33

    Gambar 2.14 Peta Potensi Pengembangan Kawasan Kedelai

    Provinsi Jawa Timur

    Sumber : Kementerian Pertanian

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 34

    Gambar 2.15 Ketersediaan Kedelai

    Kurangnya produksi kedelai selain disebabkan oleh tingginya alih fungsi

    lahan pertanian juga keengganan petani untuk menanam, karena harga kedelai

    impor jauh lebih murah, sehingga petani beralih ke tanaman lain yang lebih

    menguntungkan. Situasi ketersediaan pangan wilayah antara lain tercermin dari

    jumlah ketersediaan pangan, yang digambarkan dari ketersediaan pangan maupun

    mutu keanekaragaman ketersediaan pangan yang digambarkan oleh skor Pola

    Pangan Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern

    (DDP) adalah susunan keragaman pangan yang didasarkan pada sumbangan

    energi dari kelompok pangan utama pada tingkat ketersediaan maupun konsumsi

    pangan. PPH merupakan instrumen untuk menilai situasi konsumsi pangan wilayah

    yang dapat digunakan untuk menyusun perencanaan kebutuhan konsumsi pangan

    ke depan, dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya dan preferensi

    konsumsi pangan masyarakat.

    Skor PPH Jawa Timur mencapai 81,6 pada tahun 2014 dan meningkat

    dibandingkan tahun 2017 sebesar 84,8. Hal ini menunjukkan bahwa Pola konsumsi

    pangan masyarakat Jawa Timur belum beragam, bergizi seimbang dan aman

    berdasarkan Pola Pangan Harapan (Skor PPH). Namun demikian, masyarakat Jawa

    Timur sudah semakin memahami dan mempunyai kesadaran akan pentingnya

    kualitas konsumsi pangan untuk hidup sehat, namun demikian perlu untuk lebih

    mengoptimalkan gerakan percepatan pengenekaragaman konsumsi pangan melalui

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 35

    upaya meningkatkan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan

    Aman (B2SA), maka perlu didorong melalui sosialisasi, promosi dan kegiatan yang

    dapat memberi wawasan dan pengetahuan untuk percepatan pencapaian Pola

    Pangan Harapan.

    Gambar 2.16 Skor Pola Harapan Pangan

    Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

    ➢ Potensi Pengembangan Kawasan Agropolitan

    Agropolitan adalah sebuah konsep pendekatan perencanaan

    pengembangan desa dari bawah yang menjamin pemberdayaan secara ekonomis

    dan sosial-psikologis bagi masyarakat desa miskin. Agropolitan juga merupakan

    sebuah kebijakan pemerintah pusat yang merupakan pendekatan terpadu beberapa

    departemen bidang ekonomi untuk pembangunan perdesaan (khususnya

    pertanian) dengan jalan melengkapi infrastruktur, memperluas akses terhadap

    kredit usaha untuk meningkatkan pendapatan petani dan mendorong pertumbuhan

    industri guna meningkatkan nilai tambah sektor pertanian. Program ini dirancang

    dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk

    mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,

    berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.

    Di Provinsi Jawa Timur, hingga awal tahun 2019 ini, gerakan

    Pengembangan Kawasan Agropolitan di Jawa Timur tercatat masih diikuti oleh 25

    Kabupaten/Kota dan 2 Kabupaten yang masih dalam proses penetapan sebagai

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 36

    kawasan agropolitan yaitu Kabupaten Magetan. Dua puluh enam Kabupaten/Kota

    yang telah memiliki kawasan Agropolitan tersebut adalah Kota Batu, Kabupaten

    Mojokerto, Ngawi, Banyuwangi, Lumajang, Bangkalan, Tulungagung, Trenggalek,

    Pamekasan, Pasuruan, Madiun, Ponorogo, Blitar, Pacitan, Nganjuk, Probolinggo,

    Malang, Lamongan, Tuban, Bondowoso, Bojonegoro, Jombang, Sumenep, Sampang,

    Sidoarjo, dan Situbondo. Diharapkan pada tahun 2020 terdapat 29 Kabupaten/Kota

    di Jawa Timur dapat mengikuti gerakan Agropolitan atau setidaknya telah memiliki

    dokumen perencanaan kawasan Agropolitan yang memiliki kekuatan hukum.

    Selain kawasan Agropolitan, di Jawa Timur juga telah berkembang Kawasan

    Minapolitan di beberapa wilayah kabupaten. Kawasan laut di Jawa Timur hampir

    empat kali luas daratannya dengan garis pantai kurang lebih 2.916 km. Sektor

    perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Timur seharusnya dapat menjadi sumber

    ekonomi yang berkontribusi tinggi sehingga harus dikelola dengan baik agar

    menjadi sumber kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.

    Gambar 2.17 Konsep Penangananan Kawasan Perdesaan

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 37

    2.1.2.2 Potensi Perkebunan

    Pengamanan ketahanan pangan dan peningkatan daya saing potensi

    pengembangan komoditi produk perkebunan tahun 2019, dilakukan melalui

    kegiatan untuk meningkatkan produktivitas, jaminan kemudahan akses perbankan,

    perlindungan asuransi, mekanisasi sarana dan prasarana perkebunan serta upaya

    peningkatan kesejahteraan petani kebun. Sektor perkebunan juga menyediakan

    lapangan kerja yang terus bertambah. Pertambahan lapangan kerja bagi tenaga

    kerja disektor perkebunan dapat diartikan sebagai seberapa banyak orang yang

    terlibat di bidang perkebunan.

    Semakin bertambahnya luas areal perkebunan di Jawa Timur berbanding lurus

    denga keterlibatan tenaga kerja di dalamnya, sehingga selama kurun waktu 5 tahun

    terjadi pertumbuhan keterlibatan tenaga kerja rata-rata 1,39%.

    Secara umum beberapa produktivitas dari komoditi perkebunan di Jawa

    Timur masih dibawah standar optimal,dan kedepan akan dilakukan upaya -upaya

    peningkatan produktivitas komoditi seperti optomalisasi budaya tanaman,

    penanganan gangguan hama serta penyakit tanaman dan penanganan pasca panen

    tanaman. Dalam rangka pengawasan dan pengujian mutu benih, Pemerintah

    provinsi telah melakukan sertifikasi benih tanaman perkebunan melalui uji

    laboratorium dan uji lapang;

    Kawasan perkebunan di Jawa Timur dikembangkan berdasarkan fungsi

    kawasan dan potensi yang ada pada daerah masing-masing berdasarkan prospek

    ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk

    meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan.

    Berdasarkan komoditasnya, pengembangan perkebunan dibagi dalam 2

    (dua) kelompok, yaitu:

    ➢ Perkebunan tanaman tahunan : tebu, tembakau, kapas, serat karung dan wijen;

    ➢ Perkebunan tanaman semusim antara lain berupa: kelapa, kopi, kakao, cengkeh,

    jambu mete, cabe jamu, kapok randu, teh, kenanga, panili, lada, kemiri, jarak

    kepyar, jarak pagar, siwalan, serat nanas, pinang, kayu manis, asam jawa, aren,

    mendong, janggelan, nilam, pandan, nipah, pala, melinjo, karet, dsb.

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 38

    Pengembangan potensi perkebunan diarahkan melalui implementasi

    sinergi antar sektor antar wilayah dalam pengembangan perkebunan (agropolitan

    / Kawasan Pertanian Terpadu).

    Gambar 2.18 Produksi Komoditas Perkebunan

    Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan III 2018

    Tabel 2.8 Potensi Produktivitas Komoditi Perkebunan

    No Komoditi Realisasi Produktivitas (Ton/Ha)

    2014 2015 2016 2017 2018

    1 Tebu 6,350 6,499 5,963 6,186 -

    - Gula Kristal 5,753 5,976 5,186 5,624 5,265

    - Gula Merah 6,947 7,022 6,739 6,747 6,412

    2 Tembakau 912 927 886 997 835

    3 Kopi 739 787 802 795 795

    - Kopi Arabika 718 810 824 807 806

    - Kopi Robusta 761 763 779 782 783

    4 Kakao 1,078 909 899 892 2,661

    5 Kelapa 1,377 1,328 1,360 1,356 3,971

    6 Jambu Mete 706 665 671 675 685

    7 Cengkeh 406 392 411 412 410

    Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan III 2018

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 39

    Untuk meningkatkan daya saing Petani Kebun (Pekebun), akan dilakukan

    upaya-upaya untuk mengembangkan Industri Primer yang diarahkan untuk

    pengembangan pasar baik internasional maupun domestik yang dilakukan dengan

    memperluas promosi komoditas dan produk perkebunan. Strategi yang bisa

    diterapkan adalah dengan mengefektifkan penerapan teknologi perkebunan dan

    mengefisienkan usaha perkebunan untuk menghasilkan output dengan biaya

    minimum. Potensi perkebunan lainnya dalam mendukung Peningkatan Daya Saing

    adalah adanya program pengembangan Industri Primer Pemerintah Provinsi Jawa

    Timur yang berupaya untuk Meningkatan Nilai Tambah Komoditi Perkebunan yang

    fokus kegiatan pada Kopi dan Kakao serta adanya kesediaan Perhutani bila lahannya

    ditanami kopi pada lereng Gunung Wilis.

    Gambar 2.19 Kontribusi Sektor Perkebunan (Tanaman Keras) terhadap PDRB

    Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan III 2018

    Tanaman perkebunan terbagi menjadi tanaman perkebunan rakyat dan

    tanaman perkebunan besar. Tanaman perkebunan rakyat mencakup hasil tanaman

    perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mete, kelapa, kopi, kapok,

    kapas, tebu, tembakau, cengkeh, dan tanaman perkebunan lainnya. Sedangkan

    perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh,

    kopi, coklat, tebu, rami, serat manila dan tanaman lainnya.

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 40

    Pada tahun 2014, pertumbuhan sub sektor perkebunan terhadap PDRB

    sebesar 4,97 persen. Kemudian menurun pada tahun 20152016, yaitu masing-

    masing 1,25 persen (2015) dan (-0,74) persen (2016). Setelah itu meningkat

    kembali pada tahun 2017 menjadi 1,36 persen.

    Gambar 2.20 Persentase Pertumbuhan Sub Kategori Perkebunan terhadap PDRB

    Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Data Diolah

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 41

    Gambar 2.21 Potensi Pengembangan Kawasan Kopi Provinsi Jawa Timur

    Sumber : Kementerian Pertanian

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 42

    2.1.2.3 Potensi Perikanan

    Kewenangan Daerah Provinsi dalam penyelenggaraan pengaturan tata

    ruang untuk mengelola sumber daya alam di laut, telah tertuang dalam Perda I

    tahun 2018, tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-

    3-K) tahun 2018-2038. RZWP3K adalah alat yang efektif untuk menangani

    permasalahan pengelolaan potensi Kelautan dan Perikanan, Jawa Timur.

    Pengendalian Pemanfaatan RZWP-3-K berorientasi pada peningkatan

    kesejahteraan dan terjaganya lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil, peningkatan

    partisipasi dan kesadaran masyarakat, peran swasta, dan juga instansi pemerintah

    pusat dan daerah sesuai dengan kewenangannya serta berperan penting dan aktif

    dalam pemantauan dan pengendalian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil agar

    dapat mengoptimalisasi pengelolaan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil serta

    maraknya kegiatan llegal, unreported dan unregulated fishing.

    RZWP-3-K juga berperan strategis dalam mendukung pengembangan

    investasi dan pembangunan potensi kelautan dan perikanan, memberikan jaminan

    kepastian hukum dan berfungsi sebagai acuan pemberian izin lokasi perairan yang

    diberikan untuk melakukan kegiatan di sebagian wilayah pesisir dan/atau pulau-

    pulau kecil agar tidak menimbulkan dampak negatif pada terganggunya

    keseimbangan ekosistem, membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

    khususnya di pesisir dan pulau-pulau kecil dalam mengatasi berbagai

    permasalahan.

    Permasalahan Pengelolaan Laut diantaranya adalah : permasalahan Tata

    ruang laut, Sengketa garis batas laut, IUU Fishing, Stok ikan berada pada posisi yang

    tidak melampaui Maximum Sustainable Yield (Posisi MSY), Pengawasan dan

    pengendalian, Pengelolaan sumberdaya perikanan, Penambangan pesisir dan

    pulau-pulau kecil, Problem kemanusiaan. Dampak pengelolaan laut yang buruk

    diantaranya adalah menyebabkan : Kerusakan sumberdaya hayati laut,

    berkurangnya Ketersediaan stok Sumber Daya Ikan (SDI), menurunya daya dukung

    dan daya tampung pulau-pulau kecil, Ketidakstabilan daerah intersterial, Laut

    sebagai pintu-pintu kejahatan, Ketidakberlanjutan sumberdaya laut.

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 43

    Gambar 2.22 Peta Rencana Alokasi Ruang Laut Provinsi Jawa Timur

    Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 44

    ➢ Potensi Dan Karakteristik Perairan Jawa Timur

    Jawa Timur memiliki wilayah perairan yang memiliki potensi pengelolaan,

    seperti pada sub zona pasir laut, sub zona minyak bumi, kawasan konservasi, alur

    laut dan potensi pengelolaan pencemaran di zona pertambangan, disekitar Laut

    Jawa yaitu pada Kabupaten Tuban, Lamongan, Bangkalan, Sumenep serta Selat

    Madura yaitu Kabupaten Sampang dan Sumenep. Pada kawasan tersebut telah

    diatur aktivitas yang diperbolehkan, aktivitas yang tidak diperbolehkan dan

    aktivitas diperbolehkan setelah memperoleh ijin, setelah dipenuhinya syarat

    administratif, teknis, dan operasional.

    Gambar 2.23 Overlay Tol Laut Indonesia dan Potensi Sumber Daya Ikan Indonesia

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 45

    IKAN

    PALAGIS

    BESAR

    IKAN

    PALAGIS

    KECIL

    IKAN

    DEMERSAL

    IKAN

    KARANG

    UDANG

    PANAEIDLOBSTER KEPITING RAJUNGAN

    CUMI

    CUMIJUMLAH

    Potensi (Ton) 79.008 101.969 102.751 119.756 58.910 711 11.12 3.065 7.125 484.414

    JTB (Ton) 63.206 81.575 82.201 95.805 47.128 569 8.896 2.452 5.700

    Potensi (Ton) 412.945 364.83 366.066 48.098 8.249 1.297 11.582 955 14.579 1.228.601

    JTB (Ton) 330.356 291.864 292.853 38.478 6.599 1.037 9.265 764 11.663

    Potensi (Ton) 294.092 505.942 103.501 8.778 6.854 844 465 659 8.195 929.330

    JTB (Ton) 235.274 404.754 82.801 7.022 5.483 675 372 527 6.556

    Potensi (Ton) 395.451 198.994 400.517 24.300 78.005 979 502 9.437 35.155 1.143.341

    JTB (Ton) 316.361 159.195 320.432 19.440 62.404 784 402 7.550 28.124

    Potensi (Ton) 303.886 104.017 320.432 59.146 58.39 952 10.077 22.637 102.142 981.680

    JTB (Ton) 243.109 83.214 256.346 47.317 46.712 762 8.062 18.110 81.714

    Potensi (Ton) 104.546 419.342 77.238 365.420 37.268 1.02 5.016 6.740 10.010 1.026.599

    JTB (Ton) 83.637 335.474 61.790 292.336 29.814 816 4.013 5.392 8.008

    Potensi (Ton) 116.516 43,062 99.800 164.165 2.252 155 1.151 2.180 1.788 431.069

    JTB (Ton) 93.213 34.450 79.840 131.332 1.802 124 921 1.744 1.430

    Potensi (Ton) 378.734 51.394 114.005 69.975 6.089 710 490 643 9.664 631.703

    JTB (Ton) 302.987 41.115 91.204 55.980 4.871 568 392 515 7.731

    Potensi (Ton) 222.946 154.329 34.650 54.194 8.465 685 1.969 424 1.103 478.765

    JTB (Ton) 178.357 123.463 27.720 43.355 6.772 548 1.575 339 882

    Potensi (Ton) 391.126 56.067 111.619 32.376 8.669 1.065 620 22 2.124 603.688

    JTB (Ton) 312.901 44.854 89.295 25.901 6.935 852 496 18 1.699

    Potensi (Ton) 823.328 489.795 586.277 30.555 53.502 386 1.507 1.911 5.470 1.992.730

    JTB (Ton) 658.662 391.836 469.022 24.444 42.802 309 1.205 1.529 4.376

    3.522.578 2.489.741 2.316.856 326.653 326.653 8.804 44.499 48.673 197.355 9.931.922

    2.818.063 1.991.794 1.853.486 261.322 261.322 7.044 35.599 38.94 157.883 7.945.541

    SAMUDERA PASIFIK

    (WPPNRI 717)LAUT ARAFURA - LAUT

    TIMOR (WPPNRI 718)

    POTENSI PER KELOMPOK SDI DI WPP-RI (2015)

    JUMLAH POTENSI SDI

    JUMLAH JTB

    SAMUDERA HINDIA

    (WPPNRI 572 &

    WPPNRI 573)

    SELAT MALAKA

    (WPPNRI 571)

    LAUT CINA SELATAN

    (WPPNRI 711)LAUT JAWA

    (WPPNRI 712)SELAT MAKASAR - LAUT

    FLORES (WPPNRI 713)LAUT BANDA

    (WPPNRI 714)TELUK TOMINI - LAUT

    SERAM (WPPNRI 715)LAUT SUKAWEI

    (WPPNRI 716)

    WILAYAH PENGELOLAAN

    PERIKANAN (WPP) NEGARA

    REPUBLIK INDONESIA

    Overfishing beberapa stok SDI terjadi di banyak wilayah perairan dan

    underfishing di beberapa wilayah perairan menjadi tempat IUU fishing nelayan

    asing. Kondisi tersebut, secara tidak langsung akan memberi kesempatan kepada

    pemilik kapal untuk melakukan Illegal Unreported and Unregulated Fishing IUUF.

    Ketiadaan izin bagi kapal kecil akan berkonsekuensi pada sulitnya melakukan

    penelusuran hasil dan lokasi tangkapan serta berpotensi berkontribusi pada

    terjadinya overfishing. Perlu diwaspadai adalah wilayah Selatan Jawa Timur yang

    berbatasan dengan Negara Australia, dimana untuk pemberantasan IUUF peran

    pelabuhan perikanan dan kondisi dermaga serta Kapasitas Tenaga Kapal Patroli

    harus diperkuat.

    Tabel 2.9 Potensi Per Kelompok SDI WPP – RI (2015)

    Berdasarkan karakteristik perairan, nelayan Jawa Timur dibagi menjadi

    empat wilayah yaitu: (1) nelayan Laut Jawa yang meliputi wilayah Tuban,

    Lamongan, Gresik, pantai utara Madura; (2) nelayan Selat Madura meliputi nelayan

    Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, dan pantai Selatan Madura;

    (3) nelayan Selat Bali meliputi nelayan Banyuwangi; (4) nelayan Selatan Jawa Timur

    meliputi wilayah Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek dan

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 46

    PANTAI

    SELATAN

    PANTAI

    UTARA

    SELAT

    MADURASELAT BALI

    Sedang Tinggi Tinggi Sedang

    Sedang Tinggi Tinggi Tinggi

    Rendah Sedang Rendah Sedang

    Tinggi Rendah Rendah Tinggi

    Rendah Tinggi Tinggi Sedang

    Rendah Tinggi Tinggi Tinggi

    Terumbu Karang Sedang Rusak Rusak Rusak

    Mangrove Sedang Rusak Sedang Sedang

    Lamun Rusak Rusak Rusak Rusak

    KENAIKAN

    TEMPRATUR

    Hasil Tangkapan

    Ikan MenurunTinggi Tinggi Tinggi Tinggi

    PERUBAHAN

    POLA

    Alur Migrasi dan

    Musim Ikan

    Selalu Berubah

    Tinggi Sedang Rendah Tinggi

    KEJADIAN

    EKSTRIM

    Keselamatan

    Nelayan Dilaut

    Terancam

    Tinggi Sedang Rendah Sedang

    KENAIKAN

    MUKA AIR LAUT

    Banjir ROB di

    Perkampungan

    Nelayan

    Rendah Tinggi Tinggi Rendah

    EXPOSURE Jumlah Nelayan /

    PendudukRendah Tinggi Tinggi Sedang

    Tingkat

    KemiskinanRendah Tinggi Tinggi Sedang

    Nelayan Kecil

    (Kapal < 10 GT)Sedang Tinggi Tinggi Sedang

    Tingkat

    PendidikanSedang Rendah Rendah Rendah

    Infrastruktur

    PerikananSedang Sedang Sedang Sedang

    Keberagaman

    Pekerjaan Tinggi Sedang Rendah Rendah

    Sumber : Hasil Lokakarya Kajian Kerentaan Provinsi Jawa Timur 2017

    EKONOMI

    EKOLOGI

    SENSITIVITY

    ADAPTIVE

    CAPACITY

    KARAKTERISTIK KERENTAAN PERAIRAN JAWA TIMUR

    INDIKATOR

    PERIKANAN TANGKAP

    PENGOLAHAN IKAN

    BUDIDAYA PERIKANAN

    POTENSI WISATA BAHARI

    SOSIAL

    Pacitan. Wilayah perairan Laut Jawa, Selat Madura dan Selat Bali terkenal dengan

    penghasil perikanan pelagis kecil seperti ikan layang, tembang, selar, lemuru, dan

    cumi-cumi. Perairan Selatan Jawa Timur dikenal sebagai penghasil ikan pelagis

    besar seperti ikan tuna, tongkol dan cakalang.

    Kenaikan suhu permukaan air laut menyebabkan kerusakan ekosistem

    pantai seperti terumbu karang dan lamun dan akan berdampak terhadap hilangnya

    beberapa ikan karang karena hilangnya rantai makanan. Kenaikan suhu permukaan

    laut membuat lapisan air yang dingin turun lebih dalam. Respon Ikan Permukaan /

    Pelagis, Ikan bermigrasi horizontal mencari perairan yang lebih sesuai (dingin),

    Ikan bermigrasi vertikal ke kedalaman yang bersuhu lebih dingin. Ikan yang suka

    pada air dingin akan mengikuti lapisan ini sehingga menyulitkan nelayan untuk

    menentukan lokasi penangkapan ikan sehingga menyebabkan menyebabkan

    meningkatnya kemiskinan nelayan dibeberapa sentra perikanan di Brondong

    Lamongan, Muncar Banyuwangi, Lekok Pasuruan, Prigi Trenggalek dan Madura.

    Tabel 2.10 Karakteristik Kerentanan Perairan Jawa Timur

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 47

    Produk Olahan Ikan

    Udang Segar

    Daging

    Udang Kaleng

    Udang Beku

    Kerupuk Udang

    Limbah Kulit

    Khitin Khitosan

    Fotografi

    Pembuatan Kertas

    Farmasi

    Kosmetik

    Pengolahan Air

    Pengawetan Kayu

    Ikan Segar

    Daging

    Hati

    Sirip

    Kepala

    Silase

    Kulit

    Tulang

    Ikan Kaleng

    Ikan Beku

    Tepung Ikan

    Minyak Ikan

    Minyak Goreng

    Pharmasi

    Pakan Ternak

    Makanan - Sirip Ikan

    Pakan Ternak

    Tepung Ikan

    Kulit Samak

    Gelatin

    Kerajinan Tulang

    Barang Kulit

    Pharmasi

    Emulsifier

    Rumput Laut

    Gracllarla Eucheuma Sargasum

    Agar-Agar Karaginan Alginat

    Farmasi Grade

    Bahan Gigi Buatan

    Shampo

    Pasta Gigi

    Sabun

    Farmasi

    Industrial Grade

    Pakan Ternak

    Pengeboran

    Cat

    Printing Tekstil

    Kertas

    Keramik

    Food Grade

    Soft Drink

    Ice Cream

    Susu Coklat

    Roti

    Jam

    POTENSI PERIKANAN

    Potensi perikananan Jawa Timur sangat tinggi. Banyak terdapat Ikan pelagis

    besar maupun kecil yang biasanya membentuk gerombolan (schooling) dan

    melakukan migrasi/ruaya sesuai dengan daerah migrasinya. Ikan pelagis kecil

    tersebuta adalah Ikan Selar dan Sunglir, Klupeid Teri, Japuh, Tembang, Lemuru dan

    Siro, serta kelompok Scrombroid seperti Kembung dan lain-lain, ditangkap

    menggunakan jaring, seperti jaring insang (gillnet), jaring lingkar, pukat cincin

    (purse seine), payang, dan bagan. Untuk Ikan pelagis besar seperti kelompok Ikan

    Tuna dan Cakalang, kelompok Marlin, kelompok Tongkol dan Tenggiri, dan cucut,

    ditangkap dengan cara dipancing menggunakan pancing trolling atau tonda (pole

    and line) serta rawai (longline). Sementara Ikan demersal, yaitu jenis ikan yang

    habitatnya berada di bagian dasar perairan, ditangkap dengan menggunakan trawl

    dasar (bottom trawl), jaring insang dasar (bottom gillnet), rawai dasar (bottom long

    line), bubu, seperti ikan kakap merah/bambangan, peperek, tiga waja, bawal dan

    lain-lain.

    Gambar 2.24 Produk Olahan Ikan

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 48

    Gambar 2.25 Nilai Tambah Produk Rumput Laut (e. COTTONII)

    Potensi perikanan Nasional terus meningkat setiap tahun. Sejak 2013, stok

    perikanan meningkat dari 6,5 juta ton, hingga tahun 2017 menjadi 12,51 juta ton.

    Distribusi ikan dari seluruh Indonesia masuk ke Pulau Jawa, selain karena tingginya

    konsumsi, Pulau Jawa memiliki pabrik pengolahan ikan terbanyak, dimana angka

    ekspor tertinggi dihasilkan dari Provinsi Jawa Timur.

    Angka konsumsi ikan Nasional Tahun 2017 ditargetkan sebesar 47,12

    Kg/Kapita, naik jika dibandingkan Tahun 2016 mencapai 43,94 Kg/Kapita (setara

    ikan utuh segar). Sementara Tingkat konsumsi ikan tertinggi di Jawa Timur, terjadi

    di Kabupaten Sumenep, sebesar 53 Kg per Kapita/Tahun, diatas rata-rata Jawa

    Timur sebesar 31 Kg per Kapita/Tahun.

    Gambar 2.26 Potensi Produksi Perikanan (ton)

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 49

    Gambar 2.27 Produksi Hasil Penangkapan Ikan dan Perikanan Budidaya

    Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Data Diolah Ket : *) Angka sementara sampai dengan triwulan IV 2018

    Potensi produksi perikanan Indonesia terbesar di dunia (100 juta ton/tahun)

    dengan panjang garis pantai 81.000 Km, namun nilai ekspor perikanan Nasional

    hanya 3,5 milyar US$/tahun (peringkat-12 dunia), sedangkan Vietnam yang

    memiliki garis pantainya hanya 3.000 Km, total nilai ekspor perikanannya mencapai

    7 milyar US$/tahun.

    WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 129.860,50 89.981,50 108.682,90 110.155,10

    SELATAN 273.396,40 300.287,80 305.961,60 306.536,50

    JUMLAH 403.256,90 390.269,30 414.644,50 416.691,60

    PRODUKSI PERIKANAN LAUT JAWA TIMURWILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 2.354,80 11.181,90 3.985,50 3.245,60

    SELATAN 5.630,60 6.363,40 8.828,40 9.408,90

    JUMLAH 7.985,40 17.545,30 12.813,90 12.654,50

    PRODUKSI PERIKANAN PERAIRAN UMUM

    WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 7.520,76 7.932,79 1.856,33 2.251,18

    SELATAN 607.944,87 632.886,13 539.066,25 658.464,69

    JUMLAH 615.465,63 640.818,92 540.922,58 660.715,87

    PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA LAUTWILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 18.999,02 21.961,27 22.502,68 26.299,82

    SELATAN 187.363,00 192.063,69 277.696,83 195.439,77

    JUMLAH 206.362,02 214.024,96 300.199,51 221.739,59

    PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA TAMBAK

    WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 369,92 97,50 404,72 858,19

    SELATAN 1.116,69 1.501,94 1.475,82 1.754,48

    JUMLAH 1.486,61 1.599,44 1.880,54 2.612,67

    PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA KERAMBAWILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 91.466,01 98.945,17 92.350,81 101.302,49

    SELATAN 118.744,50 130.455,35 180.378,93 158.167,17

    JUMLAH 210.210,51 229.400,52 272.729,74 259.469,66

    PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA KOLAM

    WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 9.675,05 9.814,05 9.427,08 7.788,04

    SELATAN 1.685,77 1.740,77 1.461,08 1.309,08

    JUMLAH 11.360,82 11.554,82 10.888,16 9.097,12

    PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA JARING APUNG

    WILAYAH 2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    UTARA 82,76 99,42 100,63 90,56

    SELATAN 48.153,16 61.670,56 62.721,60 60.609,56

    JUMLAH 48.235,92 61.769,98 62.822,23 60.700,12

    PRODUKSI PERIKANAN MINA PADI

    370.000,0

    380.000,0

    390.000,0

    400.000,0

    410.000,0

    420.000,0

    430.000,0

    440.000,0

    2015 2016 2017 s/d TW IV 2018

    PRODUKSI HASIL PENANGKAPAN IKAN (Ton)

    Laut Perairan Umum

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 50

    Gambar 2.28 Nilai Ekspor Indonesia Menurut Negara Tujuan (2012 – 2116)

    Peningkatan nilai ekspor Jawa Timur dilakukan melalui sinergi antar sektor

    antar wilayah dalam pengembangan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

    (MINAPOLITAN), sedangkan rendahnya nilai tambah produksi hasil kelautan dan

    perikanan akan dioptimalkan melalui peningkatan kualitas mutu, produk,

    komoditas, Sumber Daya Manusia (Pembudidaya Ikan, Nelayan, Petambak Garam)

    serta sarana dan prasarana kelautan dan perikanan, maupun kapasitas pelaku usaha

    sektor kelautan dan perikanan (pembudidaya ikan, nelayan, petambak garam).

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 51

    Gambar 2.29 Produk Olahan dengan Nilai Produk Tertinggi

    Untuk meningkatkan produksi penangkapan Tuna, dibutuhkan revitalisasi

    Pelabuhan Ikan yang dikhususkan untuk penangkapan Ikan Tuna pada Wilayah

    Pantai Selatan yaitu Muncar di Kabupaten Banyuwangi, Pondok Dadap di Malang

    dan Tamperan di Pacitan. Waktu yang efektif untuk melakukan operasi

    penangkapan yaitu diatas 100% yang terjadi pada bulan april, Mei, Juni , Juli,

    Agustus, September, dan Oktober. Ikan Tuna adalah Ikan berlemak rendah yang

    berdaging tebal, tingkat migrasinya tinggi, kaya asam lemak omega 3, sangat bagus

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 52

    untuk menurunkan kolesterol jahat dan resiko penyakit jantung. Jenis Ikan Tuna

    sirip kuning banyak diburu. Ikan Tuna menduduki komoditas nomor dua setelah

    udang dalam nilai ekspor hasil perikanan. Selain dijual untuk pasar lokal, juga

    diekspor ke China, Jepang sampai Amerika Serikat (AS) untuk kebutuhan restoran,

    seperti di Jepang disajikan dalam bentuk sashimi. Harga Tuna Sirip Kuning dengan

    berat 7 Kg pada pasar lokal di kisaran Rp. 33.000 – 180.000/Kg sedangkan pada

    Pasar Eksport mencapai Rp. 1.100.000/Kg.

    Pengembangan produksi Perikanan Tangkap memiliki prospek yang bagus

    untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, namun besarnya kebutuhan terhadap

    produksi perikanan tangkap tersebut belum didukung oleh Penanganan mutu

    komoditas ekspor dengan Cold Chain System (CCS), pengolahan serta pemasaran

    produk kelautan dan perikanan armada penangkapan ikan Nelayan Jawa Timur

    yang hingga saat ini masih didominasi oleh kapal berukuran kecil di bawah 10 gros

    ton (GT) yang tidak memiliki kewajiban untuk melakukan registrasi dan perizinan.

    ➢ Potensi Dan Karakteristik Nelayan Jawa Timur

    Pemangku Kepentingan Utama penghasil ikan terbesar adalah para

    pengguna sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai kepentingan

    langsung dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-

    pulau kecil, seperti nelayan tradisional, nelayan modern, pembudi daya ikan,

    pengusaha pariwisata, pengusaha perikanan, dan masyarakat yang masing-masing

    mempunyai kearifan lokal yang harus dilindungi. Masyarakat nelayan tersebut

    berperan ganda, selain berupaya memenuhi kebutuhan penghidupan

    (meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan), juga berperan dalam penyediaan

    pangan khusus protein hewani, dan dapat meningkatkan pendapatan negara.

    Sementara sekitar 38% nelayan, terutama nelayan ABK, hidup di bawah garis

    kemiskinan (pengeluaran < Rp 380.000/orang/bulan) (BPS, 2017). Sebagian besar

    nelayan tradisional “low technology and management” dan belum menerapkan Best

    Handling Practices ikan hasil tangkapannya, sehingga kualitas ikan buruk, yang

    berarti harga jual rendah, sementara banyak pabrik pengolahan hasil perikanan

    (UPI) kekurangan bahan baku, sehingga posisi nelayan dalam sistem rantai suplai

    (tataniaga) sangat tidak diuntungkan. Belum lagi hasil tangkapan ikan banyak yang

    dibuang kembali kelaut (ikan non-target, bernilai ekonomis rendah) atau

    membusuk selama transportasi dan distribusi, dari lokasi porduksi ke konsumen

    (pasar) akhir.

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 53

    Gambar 2.30 Sistem Tata Niaga Bisnis Perikanan Tangkap

    Karakteristik nelayan Jawa Timur juga sangat terkait dengan potensi yang

    ada di daratan. Nelayan Laut Jawa dan Selat Madura pada musim paceklik mencari

    pekerjaan alternatif disektor informal seperti menjadi kuli bangunan, sopir becak,

    pekerja tambak, dan buruh pabrik. Nelayan di Selatan Jawa Timur bekerja di sektor

    pertanian dan perkebunan pada saat musim paceklik. Perbedaan lapangan kerja

    alternatif ini dipengaruhi oleh potensi yang ada di sekitar kawasan pesisir Jawa

    Timur. Jika dilihat dari ketersediaan potensi yang ada di daratan, maka nelayan di

    Selatan Jawa Timur mempunyai ketangguhan yang lebih besar dibandingkan

    dengan nelayan pantai Utara Jawa Timur. Dengan kata lain, nelayan pantai Utara

    Jawa Timur lebih rentan terhadap perubahan iklim jika dilihat dari ketersediaan

    lapangan kerja alternatif, terutama Tuban dan Pamekasan, serta pada pulau-pulau

    kecil di Utara.

    NELAYAN

    EKOSISTEM LAUT DAN POPULASI

    IKAN

    HASIL TANGKAP

    PP1

    PP2

    PPn

    KONSUMEN PASAR

    SARANA PRODUKSI :

    • Jaring• Alat Tangkap Lain• BBM• Beras/Mie• Minyak Goreng• Kopi, Teh, Gula• dll

    PPn

    PP2

    PP1

    PABRIK (PRODUSEN)

    SISTEM TATA NIAGA BISNIS PERIKANAN TANGKAP

    KET :PP = Pedagang Perantara (Midle Man)

  • BAB II – RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020 54

    Gambar 2.31 Karakteristik Musim Ikan Pada Pantai Utara Dan Selatan Jawa

    Nelayan Jawa Timur lebih banyak didominasi oleh nelayan tradisional

    dengan kapal ukuran di bawah 10 GT (Gross Ton) yang dalam melakukan

    aktivitas