bab ii a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara...

67
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Hubungan Kerja a. Pengertian Hubungan Kerja Hubungan kerja yang terjadi antara pengusaha dan pekerja memiliki beberapa pengertian, yaitu: 1) Dalam Pasal 1 ayat (15) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. 2) Menurut Zainal Asikin adalah Hubungan antara Buruh dan Majikan setelah adanya Perjanjian Kerja, yaitu suatu perjanjian dimana pihak kesatu, siburuh mengikatkan dirinya pada pihak lain, si majikan untuk bekerja dengan mendapatkan upah, dan majikan menyatakan kesanggupannya untuk memperkerjakan si buruh dengan membayar upah. 1 3) Menurut Lalu Husni dalam bukunya yang berjudul Hukum Ketenagakerjaan Indonesiayang disebut dengan hubungan kerja 1 Zainal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT. Grafindo Persada, 1993, Jakarta, hlm. 65.

Upload: tranthuan

Post on 16-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan tentang Hubungan Kerja

a. Pengertian Hubungan Kerja

Hubungan kerja yang terjadi antara pengusaha dan pekerja

memiliki beberapa pengertian, yaitu:

1) Dalam Pasal 1 ayat (15) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa “hubungan kerja

adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh

berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan,

upah, dan perintah”.

2) Menurut Zainal Asikin adalah “Hubungan antara Buruh dan

Majikan setelah adanya Perjanjian Kerja, yaitu suatu perjanjian

dimana pihak kesatu, siburuh mengikatkan dirinya pada pihak lain,

si majikan untuk bekerja dengan mendapatkan upah, dan majikan

menyatakan kesanggupannya untuk memperkerjakan si buruh

dengan membayar upah.1

3) Menurut Lalu Husni dalam bukunya yang berjudul “Hukum

Ketenagakerjaan Indonesia” yang disebut dengan “hubungan kerja

1 Zainal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT. Grafindo Persada, 1993, Jakarta, hlm. 65.

Page 2: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

14

adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang terjadi

setelah adanya perjanjian kerja.”2

Berdasarkan ketentuan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan, hubungan kerja terjadi karena adanya

perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja/buruh. Setiap

hubungan kerja diawali dengan kesepakatan perjanjian kerja.

Perjanjian kerja yang dibuat oleh pekerja dan pengusaha tidak boleh

bertentangan dengan perjanjian kerja bersama yang dibuat oleh

penguasa dengan serikat pekerja yang ada di perusahaannya.

b. Perjanjian Kerja

1) Pengertian Perjanjian Kerja

“Perjanjian kerja merupakan dasar dari terbentuknya hubungan

kerja. Perjanjian kerja adalah sah apabila memenuhi syarat sahnya

perjanjian dan asas-asas hukum perikatan”.3 Bukti bahwa

seseorang bekerja pada orang lain atau pada sebuah perusahaan

adalah adanya perjanjian kerja yang berisi tentang hak-hak dan

kewajiban masing-masing pihak. Berikut ini pengertian tentang

perjanjian kerja :

a) Pengertian perjanjian adalah perjanjian yang diselenggarakan

oleh serikat-serikat buruh yang telah terdaftar pada

Kementerian Perburuhan (Sekarang departemen Tenaga Kerja)

dengan majikan, majikan-majikan, perkumpulan majikan yang

2 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT. Grafindo Persada, , 2003,

Jakarta, hlm. 39. 3 Asri Wijayanti,, Op. Cit, hlm. 41

Page 3: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

15

berbadan hukum yang pada umumnya atau semata-mata

memuat syarat-syarat yang diperhatikan perjanjian kerja.

b) Pengertian perjanjian kerja dalam Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yakni:

“Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/ buruh

dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-

syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak”.

c) Imam Soepomo dalam Lalu Husni

“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu

buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah

pada pihak lain yakni majikan, dan majikan mengikatkan diri

untuk memperkerjakan buruh dengan membayar upah4.

2) Unsur-Unsur dalam Perjanjian Kerja

a) Adanya unsur work atau pekerjaan

Dalam perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang

diperjanjikan (obyek perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah

dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya seizin majikan dapat

menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam KUHPerdata

Pasal 1603 huruf a yang berbunyi: “Buruh wajib melakukan

sendiri pekerjaannya, hanyalah dengan seizin majikan ia dapat

menyuruh seorang ketiga menggantikannya.”

4 Lalu Husni, Op. Cit, hlm. 35.

Page 4: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

16

“Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat

pribadi Karena bersangkutan dengan ketrampilan/keahliannya,

karena itu menurut hukum jika pekerja meninggal dunia, maka

perjanjian kerja tersebut putus demi hukum.”

“Pekerjaan itu bebas sesuai dengan kesepakatan antara

buruh dan majikan, asalkan tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan, kesusilaan, dan ketertiban

umum”5.

b) Adanya unsur perintah

“Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja

oleh pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk

pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai

dengan yang diperjanjikan.”6

“Di dalam hubungan kerja kedudukan majikan adalah

pemberi kerja, sehingga ia berhak dan sekaligus berkewajiban

untuk memberikan perintah-perintah yang berkaitan dengan

pekerjaannya”7

c) Adanya waktu

“Adanya waktu yang dimaksudkan adalah dalam

melakukan pekerjaan harus disepakati jangka waktunya. Unsur

5 Asri Wijayanti, Op. Cit. hlm. 36

6 Lalu Husni, Op. Cit. hlm. 37-38

7 Asri Wijayanti, Op. Cit. hlm. 37

Page 5: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

17

jangka waktunya. Unsur jangka waktu dalam perjanjian kerja

diperbuat.”8

d) Adanya upah

“Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja,

bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama seseorang pekerja

bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah.

Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan

tersebut bukan merupakan hubungan kerja.”9

3) Syarat Sah Perjanjian Kerja

Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan pada Pasal 52 ayat (1) dijelaskan tentang syarat

sahnya perjanjian kerja adalah:

a) Kesepakatan kedua belah pihak;

Sepakat yang dimaksudkan adanya kesepakatan antara

pihak-pihak yang melakukan perjanjian. Kesepakatan yang

terjadi antara buruh dan majikan secara yuridis haruslah

bersifat bebas.10

b) Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;

“Hukum perburuan membagi usia kerja dari tenaga kerja

menjadi anak-anak (14 tahun ke bawah), orang muda (14-18

tahun), dan orang dewasa (18 tahun ke atas)”.11

8 Lalu Husni, Op. Cit. hlm. 37-38

9 Ibid, hlm. 37-38

10 Asri Wijayanti, Op. Cit. hlm. 43

11 Ibid, hlm. 43

Page 6: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

18

Ketentuan Pasal 1320 ayat (2) BW, yaitu adanya

kecakapan untuk membuat perikatan. Orang yang membuat

suatu perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada asasnya

setiap orang yang sudah dewasa atau akil balig dan sehat

pikirannya adalah menurut hukum.

c) Adanya pekerjaan yang diperjanjikan;

Pekerjaan yang diperjanjikan merupakan obyek dari

perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha, yang akibat

hukumnya melahirkan hak dan kewajiban para pihak.

d) Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan

ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

Sebab yang halal menunjuk pada obyek hubungan kerja

boleh melakukan pekerjaan apa saja, asalkan tidak betentangan

dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan dan

ketertiban umum.12

Keempat syarat tersebut bersifat komulatif artinya harus

dipenuhi semuanya baru dapat dikatakan bahwa perjanjian

tersebut sah. Syarat kemauan bebas kedua belah pihak dalam

membuat perjanjian dalam hukum perdata disebut sebagai

syarat subyektif, sedangkan syarat adanya pekerjaan yang

dijanjikan dan pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan

12

Ibid, hlm. 45

Page 7: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

19

perundang-undangan yang berlaku disebut sebagai syarat

obyektif.13

Jika syarat obyektif tidak dipenuhi oleh syarat

subyektif, maka akibat dari perjanjian tersebut adalah dapat

dibatalkan.14

4) Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kerja

a) Kewajiban Buruh/Pekerja

Dalam KUHP Perdata ketentuan mengenai kewajiban

buruh/pekerja diatur dalam Pasal 1603, 1603 huruf a, 1603

huruf b, dan 1603 huruf c KUHP Perdata yang pada intinya

sebagai berikut:

(1) Buruh/pekerja wajib melakukan pekerjaan, melakukan

pekerjaan adalah tugas utama dari seorang pekerja yang

harus dilakukan sendiri, meskipun demikian dengan seizin

pengusaha dapat diwakilkan;

(2) Buruh/pekerja wajib mentaati aturan dan petunjuk

majikan/pengusaha, dalam melakukan pekerjaannya

buruh/pekerja wajib mentaati petunjuk yang diberikan oleh

pengusaha. Aturan yang wajib ditaati oleh pekerja

sebaiknya dituangkan dalam peraturan perusahaan

sehingga menjadi jelas ruang lingkup dari petunjuk

tersebut; dan

13

Lalu Husni, Op. Cit. hlm. 39-40 14

Asri Wijayanti, Op. Cit. hlm. 45

Page 8: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

20

(3) Membayar kewajiban ganti rugi dan denda, jika

buruh/pekerja melakukan perbuatan yang merugikan

perusahaan baik karena kesengajaan atau kelalaian, maka

sesuai dengan prinsip hukum pekerja wajib membayar

ganti-rugi dan denda.

b) Kewajiban Majikan/Pengusaha

Kewajiban Pengusaha menurut Lalu Husni adalah:

“Kewajiban memberikan istirahat/cuti, pihak

majikan/pengusaha diwajibkan untuk memberikan istirahat

tahunan kepada pekerja secara teratur.15”

Waktu istirahat atau cuti sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan ayat (2)

meliputi:

(1) Memberikan istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya

setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus

menerus dan waktu istirahat tidak termasuk jam kerja;

(2) Memberikan istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6

(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari

untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;

(3) Memberikan cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua

belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan

bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus;

15

Lalu Husni, Op. Cit. hlm. 42-43

Page 9: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

21

(4) Memberikan istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua)

bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan

masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah

bekerja selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus pada

perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh

tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2

(dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap

kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.;

(5) Kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan,

majikan/pengusaha wajib mengurus perawatan/pengobatan

bagi pekerja yang bertempat tinggal dirumah majikan

(Pasal 1602 KUHPerdata);

(6) Kewajiban memberikan surat keterangan, kewajiban ini

didasarkan pada ketentuan Pasal 1602 huruf a KUHPerdata

yang menentukan bahwa majikan/pengusaha wajib

memberikan surat keterangan yang diberi tanggal dan

dibubuhi tanda tangan. Dalam surat keterangan tersebut

dijelaskan mengenai sifat pekerjaam yang dilakukan,

lamanya hubungan kerja dan;

(7) Kewajiban membayar upah

“Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan

dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari

Page 10: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

22

pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang

ditetapkan dan dibayarkan menurut perjanjian kerja”16.

5) Hak-hak Buruh Dalam Perjanjian Kerja

Hak adalah sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang

sebagai akibat dari kedudukan atau status dari seseorang. Demikian

buruh juga mempunyai hak-hak karena statusnya itu. Adapun hak-

hak dari buruh itu dapat dirinci sebagai berikut, yaitu:17

a) Hak mendapatkan upah;

b) Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi

kemanusiaan;

c) Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan

kemampuannya;

d) Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta

menambah keahliandan ketrampilan;

e) Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan,

serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan

moral agama;

f) Hak mendapatkan pembayaran penggantian istirahat tahunan,

bila ketika ia di PHK ia sudah mempunyai masa kerja

sekurang-kurangnya 6 bulan terhitung dari saat ia berhak atas

istirahat tahunan yang terakhir;

g) Hak atas upah penuh saat istirahat tahunan;

h) Hak mendirikan dan menjadi anggota Serikat Pekerja Nasional.

c. Perjanjian Kerja Bersama

1) Pengertian Perjanjian Kerja Bersama

Perjanjian Kerja Bersama (Istilah sebelumnya Perjanjian

perburuan, kemudian Kesepakatan Kerja Bersama) memiliki

beberapa pengertian sebagai berikut:

16

Asri Wijayanti, Op. Cit. hlm. 107 17

Nurwati, Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Serikat Pekerja,

Vol. 1, No. 2

Page 11: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

23

a) Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1601 ayat

(1) disebutkan bahwa perjanjian perburuhan adalah “Peraturan

yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang perkumpulan

majikan yang berbadan hukum, mengenai syarat-syarat kerja

yang harus di indahkan pada waktu membuat perjanjian kerja.”

b) Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan

Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan

hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau

beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada

instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan

dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan

pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan

kewajiban kedua belah pihak.

2) Masa Berlakunya PKB

Masa berlakunya PKB paling lama 2 tahun dan hanya dapat

diperpanjang satu kali untuk paling lama 1 tahun dan

pelaksanaannya harus disetujui secara tertulis oleh pengusaha dan

serikat pekerja. Menurut Lalu Husni18

, PKB sekurang-kurangnya

menurut :

a) Hak dan kewajiban pengusaha;

b) Hak dan Kewajiban serikat pekerja serta pekerja;

c) Tata tertib perusahaan;

d) Jangka waktu berlakunya PKB

18

Lalu Husni, Op. Cit. hlm. 46-47

Page 12: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

24

e) Tanggal mulai berlakunya PKB; dan

f) Tanda tangan para pihak pembuat PKB.

3) Hubungan Antara Perjanjian Kerja dengan Perjanjian

Perburuhan/PKB

Hubungan perjanjian kerja dengan PKB menurut Husni

adalah:19

a) Perjanjian perburuan/PKB merupakan perjanjian induk dari

perjanjian kerja;

b) Perjanjian kerja tidak dapat mengenyampingkan perjanjian

perburuan, bahkan sebaliknya perjanjian kerja dapat

dikesampingkan oleh perjanjian perburuhan/PKB jika isinya

bertentangan;

c) Ketentuan yang ada dalam perjanjian perburuhan/PKB secara

otomatis beralih dalam isi perjanjian yang dibuat; dan

d) Perjanjian perburuan/PKB merupakan jembatan untuk menuju

perjanjian kerja yang baik.

B. Tinjauan tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

a. Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Adalah:

1) Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pada Pasal 1

ayat (25) yang dimaksud dengan Pemutusan hubungan kerja

adalah:

“Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang

mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara

pekerja/buruh dan pengusaha.”

19

Ibid, hlm. 49

Page 13: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

25

2) Menurut Asri Wijayanti dalam Bukunya yang berjudul “Hukum

Ketenagakerjaan Pasca Reformasi” yang dimaksud dengan

Pemutusan Hubungan Kerja adalah:

“Suatu keadaan dimana si buruh berhenti bekerja dari

majikannya.”20

3) Menurut Keputusan Menteri dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor: Kep/78/Men/2001 yang dimaksud dengan Pemutusan

hubungan kerja adalah:

“Pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha dengan

pekerja/buruh berdasarkan ijin Panitia Daerah atau Panitia Pusat.”

4) Lalu Husni menyebutkan bahwa “Pemutusan Hubungan Kerja

adalah pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja

karena berbagai sebab.”21

b. Dasar Hukum Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan

pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga

kerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta peningkatan

perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan.

Untuk itulah sangat diperlukan adanya perlindungan terhadap

tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar

pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan

20

Asri Wijayanti, Op. Cit. hlm. 159 21

Lalu Husni, Op. Cit. hlm. 170.

Page 14: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

26

tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan

pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan

perkembangan kemajuan dunia usaha.22

Hukum Pemutusan Hubungan Kerja adalah bagian yang paling

rumit dari Hukum Perburuhan karena mengatur hubungan yang rawan

atau mengatur masalah-masalah to be or not to be. Oleh karena itu

ketentuan tentang PHK bersifat bivalent, yaitu perdata dan publik.

Bersifat perdata berarti cenderung njimet, mengatur secara mendetail,

karenanya sulit memahaminya.23

“Sumber hukum ketenagakerjaan Indonesia yang tertulis tersebar

ke dalam berbagai peraturan perundang-undangan belum

terkondifikasi dengan baik, sehingga kita harus mencari sendiri

berbagai peraturan yang tersebar apabila akan dipergunakan untuk

dasar hukum dalam memecahkan suatu masalah.”24

Agar efektifnya penegakan hukum bidang perburuhan dalam

penyelesaian PHK, perlu didukung dengan peraturan perundangan

yang lengkap dan perubahan, perbaikan Undang-Undang No. 12

Tahun 1984 menjadi Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan, sehingga tenaga kerja mendapat perlindungan. Di

samping itu perlu memper-timbangkan korporasi sebagai subyek

hukum pidana. Di sisi lain perlu adanya pengalaman etika, moral dan

tanggung jawab sosial perusahaan (korporasi) terhadap tenaga kerja

22

Asri Wijayanti, Op. Cit. hlm. 6 23

Darwan Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Alumni, 2000, Bandung, hlm. 169 24

Asri Wijayanti, Op. Cit. hlm. 28

Page 15: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

27

dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula peningkatan Sumber

Daya Manusia (SDM) penegak hukum sebagai petugas yang handal

dan tangguh khususnya dalam praktik penyelesaian PHK mutlak

diperlukan.25

Adapun beberapa dasar hukum pengaturan PHK adalah:

1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan;

2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial;

3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Kepmenakertrans) Nomor Kep-150/MEN/2000 tentang

Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang

Pesangon, Uang penghargaan Masa Kerja, dan ganti Kerugian dari

Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000; dan

4) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Kepmenakertrans) Nomor Kep-150/MEN/2001 ini merupakan

revisi dari Kepmenakertrans Nomor Kep-150/MEN/2001.

c. Jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

1) Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Majikan/ Pengusaha

“PHK oleh majikan dapat terjadi karena alasan apabila buruh

tidak lulus masa percobaan, apabila majikan mengalami kerugian

25

[email protected],6/01/16

Page 16: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

28

sehingga menutup usaha, atau apabila buruh melakukan

kesalahan”.26

Pemberhentian di anggap tidak layak menurut Lalu Husni

apabila:27

a) Tidak menyebut alasan;

b) Alasannya dicari-cari/alasan yang palsu; dan

c) Bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang atau

kebiasaan.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pada Pasal

154 pengusaha tidak perlu melakukan PHK dalam hal:

a) Pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana

telah dipersyaratan secara tertulis sebelumnya;

b) Pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran diri,

secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya

tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja

sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama

kali;

c) Pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan

dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja

bersama, atau peraturan perundang-undangan; atau

d) Pekerja/buruh meninggal dunia

Menurut Djumialdji28

pengusaha dilarang melakukan

pemutusan hubungan kerja dengan alasan:

26

Asri Wijayanti, Op. Cit. hlm. 162 27

Lalu Husni, Op. Cit. hlm. 131-132 28

Djumialdji, Perjanjian Kerja, Sinar Grafika Offset , 2006, Jakarta, hlm. 49-50.

Page 17: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

29

a) Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut

keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua

belas) bulan secara terus-menerus;

b) Pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena

memenuhi kewajiban terhadap Negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c) Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan

agamanya;

d) Pekerja/buruh menikah;

e) Pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur

kandungan, atau menyusui bayinya;

f) Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan

perkawinan dengan pekerja/buruh lainnya di dalam satu

perusahaan, kecuali telah diatur didalam peraturan perusahaan,

atau perjanjian kerja bersama;

g) Pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus

serikat pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh melakukan

kegiatan serikat pekerja/buruh diluar jam kerja, atau di dalam

jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan

ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja atau peraturan

perusahaan atau perjanjian kerja bersama;

h) Pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang

berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan

tindak pidana kejahatan;

i) Karena perbedaan paham, agama, politik, suku, warna kulit,

golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan;

dan

j) Pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat

kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang

menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu

penyembuhannya belum dapat dipastikan.

Menurut Pasal 158 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003, Pengusaha/Majikan dapat melakukan pemutusan hubungan

kerja dengan alasan Pekerja/buruh telah melakukan kesalahan

berat sebagai berikut:

a) Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang

dan/atau milik perusahaan;

Page 18: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

30

b) Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga

merugikan perusahaan;

c) Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan,

memakai dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan

zat adiktif lainnya di lingkungan kerja;

d) Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan

kerja;

e) Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi

teman sekerja atau pengusaha di lingkungan kerja;

f) Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan

perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan;

g) Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam

keadaan bahaya barang milik perusahaan yangmenimbulkan

kerugian bagi perusahaan;

h) Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau

pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja;

i) Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang

seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan Negara;

atau

j) Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang

diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

Page 19: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

31

Pekerja/buruh yang diputus hubungan kerjanya berdasarkan

alasan sebagaimana dimaksud di atas dapat memperoleh uang

penggantian hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 ayat (4)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.

Kesalahan berat di atas berdasarkan ketentuan dalam Pasal 158

ayat (2) harus didukung dengan bukti :

a) Pekerja/buruh tertangkap tangan;

b) Ada pengakuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan; atau

c) Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang

berwenang di perusahaan yang bersangkutan dan didukung

sekurang-kurangnya dua orang saksi.

2) Pemutusan Hubungan Kerja Karena Perubahan Status,

Penggabungan, Peleburan, atau Perubahan Kepemilikan

Perusahaan.

Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja

terhadap pekerja/buruh dalam hal terjadi perubahan status,

penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan

dan pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja,

maka pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu)

kali sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa

kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (4).

Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja

terhadap pekerja/buruh karena perubahan status, penggabungan,

Page 20: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

32

atau peleburan perusahaan, dan pengusaha tidak bersedia

menerima pekerja/buruh di perusahaannya, maka pekerja/buruh

berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156

ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal

156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam

Pasal 156 ayat (4).

3) Pemutusan Hubungan Kerja Karena Perusahaan Tutup

Disebabkan Perusahaan Mengalami Kerugian Secara Terus

Menerus.

Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja

terhadap pekerja/buruh karena perusahaan tutup yang disebabkan

perusahaan mengalami kerugian secara terus-menerus selama 2

(dua) tahun, atau keadaan memaksa (force majeur), dengan

ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang npesangon sebesar 1

(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2) uang penghargaan masa

kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang

penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).

“Uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja perhitungan

didasarkan pada upah sebulan terakhir sebelum terkena PHK.

Upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan yang bersifat tetap

(Pasal 157 ayat (1)). Sedang uang penggantian hak antara lain

Page 21: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

33

berupa cuti tahunan yang belum diambil, biaya ongkos pulang,

penggantian perumahan dan kesehatan.”29

4) Pemutusan Hubungan Kerja Karena Perusahaan Tutup

Bukan Karena Mengalami Kerugian

Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja

terhadap pekerja/buruh karena perusahaan tutup bukan karena

mengalami kerugian 2 (dua) tahun berturut-turut atau bukan

karena keadaan memaksa (force majeur) tetapi perusahaan

melakukan efisiensi, dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas

uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2),

uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal

156 ayat (3) dan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal

156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156

ayat (4).

5) Pemutusan Hubungan Kerja Karena Perusahaan Pailit

Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja

terhadap pekerja/buruh karena perusahaan pailit, dengan ketentuan

pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali

ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar

1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian

hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).

29

Annisrul Nur, Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja Disebabkan Oleh Tutupnya

Perusahaan Karena Mengalami Kerugian (Kajian pada Perusahaan yang berbentuk Badan

Hukum Perseroan Terbatas)”, Vol. 8, No. 1.

Page 22: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

34

6) Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Buruh/ Pekerja

PHK oleh buruh dapat terjadi apabila buruh mengundurkan diri

atau terdapat alasan yang mendesak yang mengakibatkan buruh

minta di PHK. Pengunduran diri buruh dapat dianggap terjadi

apabila buruh mangkir paling sedikit dalam waktu 5 hari kerja

berturut-turut dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 kali secara

tertulis, tetapi pekerja tidak dapat memberikan keterangan tertulis

dengan alat bukti yang sah.30

Seorang buruh yang akan mengakhiri hubungan kerja harus

mengemukakan alasan-alasannya kepada pihak majikan. Alasan

mendesak adalah suatu keadaan sedemikian rupa sehingga

mengakibatkan bahwa buruh tersebut tidak sanggup untuk

meneruskan hubungan kerja. Alasan-alasan mendesak dimaksud di

antaranya:31

a) Apabila majikan menganiaya, menghina secara kasar atau

melakukan ancaman yang membahayakan si buruh atau

anggota keluarganya;

b) Apabila majikan membujuk buruh atau anggota keluarganya

untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan

Undang-Undang atau tata susila; dan

c) Majikan tidak membayar upah sebagaimana mestinya/ tidak

tepat waktu.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,

Pekerja/buruh dapat mengajukan permohonan pemutusan

hubungan kerja kepada lembaga penyelesaian perselisihan

30

Asri Wijayanti, Op. Cit. hlm. 55 31

Lalu Husni, Op. Cit. hlm. 133

Page 23: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

35

hubungan industrial dalam hal pengusaha melakukan perbuatan

sebagai berikut :

a) Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam

pekerja/buruh;

b) Membujuk dan/atau menyuruh pekerja/buruh untuk melakukan

perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan;

c) Tidak membayar upah tepat waktu yang telah ditentukan

selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih;

d) Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada

pekerja/buruh;

e) Memerintahkan pekerja/buruh untuk melaksanakan pekerjaan

di luar yang diperjanjikan; atau

f) Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa,

keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan pekerja/buruh

sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada

perjanjian kerja.

7) Hubungan Kerja Putus demi Hukum

Selain diputuskan oleh majikan atau buruh, hubungan kerja

juga dapat putus/ berakhir demi hukum, artinya hubungan

kerja tersebut harus putus dengan sendirinya. Hubungan kerja

putus demi hukum apabila:32

32

Ibid, hlm. 133-134.

Page 24: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

36

a) Buruh/ pekerja mengundurkan diri tanpa syarat atau karena

memasuki usia pensiun;

b) Buruh/ pekerja mengundurkan diri tanpa syarat atau karena

memasuki usia pensiun;

c) Buruh/ pekerja meninggal dunia;

d) Hubungan kerja/ perjanjian kerja yang diadakan untuk

waktu tertentu dan waktu yang ditentukan itu telah

berakhir/ lampau, jadi dengan selesainya suatu kontrak

kerja, maka hubungan kerja putus dengan sendirinya.

8) Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Pengadilan

Yang dimaksud dengan pemutusan hubungan kerja oleh

pengadilan ialah pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan

perdata biasa atau permintaan yang bersangkutan berdasarkan

alasan penting. Alasan penting adalah disamping alasan mendesak

juga karena perubahan keadaan pribadi atau kekayaan pemohon

atau perubahan keadaan dimana pekerjaan yang dilakukan

sedemikian rupa sifatnya, sehingga adalah layak untuk

memutuskan hubungan kerja.33

d. Prosedur PHK oleh Pengusaha

Menurut Lalu Husni, tata cara PHK yang dilakukan oleh

pengusaha adalah:34

1) Pengusaha harus mengusahakan agar jangan terjadi oleh

pemutusan hubungan kerja;

2) Setelah dilakukan segala usaha dimana pemutusan hubungan kerja

tidak dapat dihindarkan, maka pengusaha harus merundingkan

maksudnya untuk mengadakan pemutusan hubungan kerja dengan

organisasi pekerja yang bersangkutan yang ada diperusahaan atau

dengan karyawan/tenaga kerja/pekerja sendiri dalam hal tenaga

kerja tersebut tidak menjadi anggota salah satu organisasi pekerja;

33

Ibid, hlm. 131-135 34

Ibid, hlm. 127-130

Page 25: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

37

3) Bila perundingan tersebut nyata-nyata tidak menghasilkan

persetujuan paham, pengusaha hanya dapat melakukan pemutusan

hubungan kerja dengan tenaga kerja setelah mendapat izin dari

Panitia Perselisihan Perburuan Daerah (P4D) bagi pemutusan

hubungan kerja perseorangan dan Panitia Perselisihan Perburuhan

Pusat (P4P) bagi pemutusan hubungan kerja secara besar-

besaran;

4) P4D dan P4P menyelesaian permohonan izin pemutusan

hubungan kerja dalam waktu sesingkat-singkatnya menurut tata

cara yang berlaku untuk dalam penyelesaian perselisihan

hubungan industrial. Dalam hal P4D atau P4P memberikan izin,

maka dapat ditetapkan pula kewajiban pengusaha untuk pesangon,

uang jasa, dan ganti kerugian lainnya;

5) Hal-hal yang harus dimuat dalam permohanan izin pemutusan

hubungan kerja oleh pengusaha adalah:

a) Nama dan kedudukan perusahaan;

b) Nama orang yang bertanggung jawab di perusahaan

c) Nama dari karyawan/tenaga kerja yang dimintakan

pemutusaan hubungan kerja;

d) Umur jumlah keluarga si pekerja;

e) Jumlah masa kerja dari setiap tenaga kerja yang dimintakan

pemutusan hubungan kerja;

f) Penghasilan terakhir berupa uang dan catu tiap bulannya;

g) Alasan-alasan pengusulan pemutusan hubungan kerja secara

terperinci.

6) Permohonan izin pemutusan hubungan kerja tidak dapat

diberikan apabila pemutusan hubungan kerja tersebut didasarkan

atas :

a) Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan serikat pekerja

atau dalam rangka pembentukan serikat pekerja dan

melaksanakan tugas-tugas atau fungsi serikat pekerja diluar

jam kerja;

b) Pengaduan pekerja/tenaga kerja kepada yang berwajib

mengenai tingkah laku pengusaha yang terbukti melanggar

peraturan Negara , dan

c) Paham agama, aliran, suku, golongan atau jenis kelamin.

7) Permohonan izin pemutusan hubungan kerja dapat diberikan dalam

hal tenaga kerja/pekerja melakukan kesalahan berat.

Page 26: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

38

e. Kompensasi PHK

1) Hak-hak tenaga kerja yang terkena PHK

Berdasarkan ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 dijelaskan bahwa bila terjadi PHK, pengusaha

diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan

masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.

Menurut Lalu Husni Hak-hak yang diterima oleh pekerja/ buruh

yang mengalami PHK adalah: 35

a) Uang pesangon

“Uang pesangon adalah pembayaran dalam bentuk uang

dari pengusaha kepada pekerja sebagai akibat adanya PHK

yang jumlahnya disesuaikan dengan masa kerja pekerja.36

Menurut Asri wijayanti, besarnya uang pesangon

ditetapkan paling sedikit sebagai berikut:37

(1) Masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan

upah; masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi

kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah;

(2) Masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari

3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah;

(3) Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari

4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan upah;

(4) Masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5

(lima) tahun, 5 (lima) bulan upah;

(5) Masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6

(enam) tahun, 6 (enam) bulan upah;

(6) Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang

dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan upah;

(7) Masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8

(delapan) tahun, 8 (delapan) bulan upah; dan

35

Ibid, hlm. 142 36

Ibid, hlm. 135 37

Asri Wijayanti, Op.Cit, hlm. 173

Page 27: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

39

(8) Masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (Sembilan)

bulan upah.

b) Uang Penghargaan Masa Kerja

“Uang penghargaan masa kerja atau dalam peraturan

sebelumnnya disebut dengan uang jasa adalah uang

penghargaan pengusaha kepada pekerja yang besarnya

dikaitkan dengan lamanya masa kerja”.38

Menurut Asri Wijayanti, besarnya uang penghargaan

masa kerja ditetapkan paling sedikit sebagai berikut:39

(1) Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari

6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah;

(2) Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang

dari 9 (Sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan upah

(3) Masa kerja 9 (Sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang

dari 12 (dua belas) tahun, 4 (empat) bulan upah;

(4) Masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi

kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima) bulan

upah;

(5) Masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi

kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (enam) bulan

upah;

(6) Masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi

kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan

upah;

(7) Masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi

kurang dari 24 (dua puluh empat) tahun, 8 (delapan)

bulan upah; dan

(8) Masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10

(sepuluh) bulan upah.

38

Lalu Husni, Op. Cit, hlm. 135 39

Asri Wijayanti, Op.Cit, hlm. 173

Page 28: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

40

c) Uang Ganti Rugi

“Uang ganti kerugian adalah pemberian berupa uang

dari pengusaha kepada pekerja sebagai pengganti dari hak-

hak yang belum diambil seperti istirahat tahunan, istirahat

panjang, biaya perjalanan pulang ketempat dimana pekerja

diterima bekerja dll.”40

Dalam Pasal 24 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No,

150 tahun 2000 disebutkan bahwa ganti rugi meliputi :

(1) Istirahat tahunan yang belum diambil dan belum gugur;

(2) Ganti kerugian atas istirahat panjang bilamana

perusahaan yang bersangkutan berlaku peraturan

istirahat panjang dan pekerja belum mengambil istirahat

itu menurut perbandingan antara masa kerja pekerja

dengan masa kerja yang ditentukan untuk dapat

mengambil istirahat panjang;

(3) Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya

ketempat dimana pekerja diterima bekerja;

(4) Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan

ditetapkan sebesar 15% (lima belas persen) dari uang

pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja/jasa,

apabila masa kerjanya memenuhi syarat untuk

mendapatkan uang penghargaan masa kerja/jasa; dan

40

Lalu Husni, Op. Cit, hlm. 135

Page 29: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

41

(5) Hal-hal lain yang ditetapkan oleh panitia daerah atau

panitia pusat.

Tabel I :

Hak-hak Pekerja yang di PHK dikaitkan dengan alasan PHK41

Alasan Pesangon Penghargaan

Masa Kerja

Ganti Rugi

Perumahan,

Perawatan

dan

Pengobatan

Keterangan

PHK Demi Hukum

Masa Kontrak

Kerja Habis

Tidak Lulus Masa

percobaan

Meninggal Dunia 2x 1x 1x Pasal 166

PHK Oleh Buruh

Mengundurkan Diri 1x Pasal 162 ayat

(1) dan (2)

(ditambah uang

pisah)

Alasan Mendesak 1x 1x 1x Pasal 169 ayat

(2) (apabila

tuduhan pekerja

tidak terbukti

dinyatakan oleh

lembaga PPHI

maka tidak

berhak uang

pesangon dan

UPMK)

Pensiun 2x 1x 1x Pasal 167 ayat(2)

( pekerja

diikutkan

program pensiun

tidak mendapat

uang pesangon,

tetapi jumlahnya

lebih kecil

selisihnya

41

Asri Wijayanti, Op.Cit, hlm. 174

Page 30: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

42

Dibayarkan

pengusaha Psl

167 ayat (1)

PHK Oleh Majikan

Kesalahan Buruh

Ringan

1x 1x 1x Pasal 162/3

Kesalahan Buruh

Berat

1x 1x Pasal 160/7

Perusahaan Tutup

Pailit

1x 1x 1x Pasal 65

Force mejeur 1x 1x 1x Pasal 164/1

Ada efisiensi 2x 1x 1x Pasal 164/3

Perubahan status,

milik, lokasi, buruh

menolak

1x 1x 1x Pasal 163/1

Perubahan status

milik, lokasi,

majikan menolak

2x

1x 1x Pasal 163/2

Pekerja sakit

berkepanjangan

mengalami cacat

akibat kecelakaan

kerja

2x 2x 1x Pasal 172

Keterangan :

1 x : Hak yang diperoleh dikalikan 1x

2x : Hak yang diperoleh dikalikan 2x

Jika semua hak diperoleh, maka I komponen dikalikan

terlebih dahulu, kemudian dijumlahkan dengan komponen hak

lain yang sudah dikalikan, dan hasilnya adalah seluruh hak

yang diterima.

Page 31: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

43

2) Komponen Upah sebagai Dasar Perhitungan Kompensasi PHK

a) Pengertian Upah

(1) Menurut Darwan Prints yang dimaksud dengan upah

adalah:

“Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan

dari pengusaha kepada buruh atas prestasi berupa

pekerjaan atau jasa yang telah atau akan diakukan oleh

Tenaga Kerja dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk

uang.”42

(2) Menurut Asri Wijayanti, yang dimaksud dengan upah

adalah :

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan

dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari

pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang

ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,

kesepakatan atau peraturan perundang-undangan

termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya

atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan

dilaksanakan.43

Upah pada prinsipnya hanya diberikan apabila pekerja

masuk kerja. Prinsip ini dikenal dengan no work no pay.44

42

Darwan Print, Op. Cit. hlm. 147 43

Asri Wijayanti, Op. Cit. hlm. 102 44

Ibid, hlm. 115

Page 32: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

44

Upah sebagai dasar pemberian uang pesangon,uang jasa

dan uang kerugian terdiri dari:45

(1) Upah pokok;

(2) Segala macam tunjangan yang bersifat tetap yang

diberikan kepada pekerja keluarganya; dan

(3) Harga pembelian dari catu yang diberikan kepada

pekerja secara Cuma-Cuma harus dibayar kepada

pekerja sebagai subsidi maka sebagai upah dianggap

selisih antara harga pembelian dengan yang harus

dibayar oleh pekerja.

C. Tinjauan Tentang Hukum Ketenagakerjaan

a. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan

Batasan Pengertian hukum ketenagakerjaan, yang dulu disebut

hukum perburuhan atau arbeidrechts juga sama dengan pengertian

hukum itu sendiri, yakni masih beragam sesuai dengan sudut pandang

masing-masing ahli hukum. Tidak satu pun batasan pengertian itu

dapat memuaskan karena masing-masing ahli hukum memiliki alasan

sendiri mereka melihat hukum ketenagakerjaan dari berbagai sudut

pandang yang berbeda antara pendapat yang satu dengan pendapat

yang lainya.

45

Lalu Husni, Op. Cit. hlm. 138

Page 33: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

45

Menurut Molenaar, hukum perburuhan adalah bagian dari hukum

yang mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, antara buruh

dengan buruh dan antara buruh dengan penguasa.46

Soetikno,

menyebutkan hukum perburuhan adalah keseluruhan peraturan-

peraturan hukum mengenai hubungan kerja yang mengakibatkan

seorang secara pribadi ditempatkan di bawah pimpinan (perintah)

orang lain dan keadaan-keadaan penghidupan yang langsung

bersangkut paut dengan hubungan kerja tersebut.47

Mengingat istilah tenaga kerja mengandung pengertian amat luas

dan untuk menghindarkan adanya kesalahan persepsi terhadap

penggunaan istilah lain yang kurang sesuai dengan tuntutan

perkembangan hubungan industrial, bahwa istilah hukum

ketenagakerjaan lebih tepat di banding dengan istilah hukum

perburuhan.

Berdasarkan uraian tersebut bila dicermati, hukum ketenagakerjaan

memiliki unsur-unsur berikut :

1. Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis.

2. mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja

pengusaha atau majikan

3. adanya orang bekerja pada dan di bawah orang lain dengan

mendapat upah sebagai balas jasa

46

Imam, Soepomo, Hukum Perburuhan, Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan, Jakarta,

Djambatan, 1972, hlm. 1 47

Soetikno, Hukum Perburuhan, Jakarta, 1977, hlm. 5

Page 34: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

46

4. mengatur perlindungan pekerja atau buruh, meliputi masalah

keadaan sakit, haid, hamil, melahirkan, keberadaan organisasi

pekerja atau buruh,dan sebagainya

Dengan demikian, hukum ketenagakerjaaan adalah peraturan

hukum yang mengatur hubungan kerja antara pekerja atau buruh dn

pengusaha atau majikan dengan segala konsekuensinya. Hal ini jelas

bahwa hukum ketenagakerjaan tidak mencakup pengaturan :

1. Swapekerja (kerja dengan tanggung jawab atau risiko sendiri

2. Kerja yang dilakukan untuk orang lain atas dasar kesukarelaan

3. Kerja seorang pengurus atau wakil suatu organisasi atau

perkumpulan.

Hendaknya perlu di ingat pula bahwa ruang lingkup

ketenagakerjaan tidak sempit dan sederhana kenyataan dalam praktik

sangat kompleks dan multidimensi. Oleh sebab itu, ada benarnya jika

hukum ketenagakerjaan tidak hanya mengatur hubungan kerja, tetapi

meliputi juga pengaturan di luar hubungan kerja, serta perlu di

indahkan oleh semua pihak dan perlu adanya perlindungan pihak

ketiga, yaitu penguasa (pemerintah) bila ada pihak pihak yang

dirugikan.

b. Asas, Tujuan dan Sifat Hukum Ketenagakerjaan

1) Asas Hukum Ketenagakerjaan

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan menegaskan bahwa pembangunan

Page 35: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

47

ketenagakerjaan diselenggarakan atas keterpaduan melalui

koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah. Asas

pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya sesuai dengan asas

pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi, asas adil, dan

merata. Hal ini dilakukan karena pembangunan ketenagakerjaan

menyangkut multidimensi dan terkait dengan berbagai pihak yaitu

antara pemerintah, pengusaha dan pekerja, atau buruh. Oleh

Karena itu pembangunan ketenagakerjaan di lakukan secara

terpadu dalam bentuk kerja sama yang saling mendukung. Jadi,

asas hukum ketenagakerjaan adalah asas keterpaduan melalui

koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah .

2) Tujuan Hukum Ketenagakerjaan

Menurut Manulang, tujuan hukum ketenagakerjaan ialah48

:

a. Untuk mencapai atau melaksanakan keadilan sosial dalam

bidang ketenagakerjaan;

b. Untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tidak

terbatas dari pengusaha;

Butir (a) lebih menunjukan bahwa hukum ketenagakerjaan

harus menjaga ketertiban, keamanan, dan keadilan bagi pihak-

pihak yang terkait dalam proses produksi, untuk dapat mencapai

ketenangan bekerja dan kelangsungan berusaha. Adapun butir (b)

dilatar belakangi adanya pengalaman selama ini yang sering kali

48

Eko Wahyudi, Wiwin Yulianingsih, Moh. Firdaus Sholihin, Hukum Ketenagakerjaan, Sinar

Grafika, 2016, Jakarta, hlm. 7.

Page 36: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

48

terjadi kesewenang-wenangan pengusaha terhadap pekerja atau

buruh. Untuk itu di perlukan suatu perlindungan hukum secara

komprehensif dan konkret dari pemerintah.

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan bahwa pembangunan ketenagakerjaan

bertujuan :

a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara

optimal dan manusiawi

b. mewujudkan pemerataan kesempatan kerja yang sesuai dengan

kebutuhan pembangunan nasional dan daerah

c. memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam

mewujudkan kesejahteraan

d. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya

3) Sifat Hukum Ketenagakerjaan

Telah diuraikan sebelumnya bahwa hukum ketenagakerjaan

mengatur hubungan kerja antara tenaga kerja dan pengusaha,yang

berarti mengatur kepentingan orang perorangan .atas dasar itulah,

maka hukum ketenagakerjaan bersifat privat (perdata). Di samping

itu, dalam pelaksanaan hubungan kerja untuk masalah maslah

tertentu diperlukan campur tangan pemerintah ,antara lain sebagai

berikut:

(a) Dalam bentuk :

(1) Perizinan yang menyangkut bidang ketenagakerjaan;

Page 37: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

49

(2) Penetapan upah minimum;

(3) Masalah penyelesaian perselisihan hubungan kerja dan

sebagainya.

(b) Adanya penerapan sanksi terhadap pelanggaran atau tindak

pidana bidang ketenagakerjaan.

Lebih lanjut Budiono49

membagi sifat hukum ketenagakerjaan

menjadi 2 (dua) yaitu bersifat impreatif dan bersifat fakultatif.

Hukum bersifat imperatif atau dwingenrecht (hukum memaksa)

artinya hukum yang harus di taati secara mutlak dan tidak boleh di

langgar, contoh:

a) Pasal 42 ayat (1) UU No.13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan mengenai perlunya izin penggunaan tenaga

kerja asing

b) Pasal 59 ayat (1) UU No.13 Tahun 2013 tentang

ketenagakerjaan mengenai kerentuan pembuatan perjanjian

kerja waktu tertentu (PKWT)

c) Pasal 153 ayat (1) UU No.13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan, mengenai larangan melakukan PHK terhadap

kasus-kasus tertentu .

Adapun hukuman ketenagakerjaan bersifat fakultatif atau

hukum yang mengatur atau melengkapi (regelend recht atau

49

Ibid, hlm. 8

Page 38: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

50

aanvulled recht) artinya hukum yang dapat dikesampingkan

pelaksanaannya, contoh;

a) Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaantentang ketenagakerjaan, mengenai

perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan

adanya masa percobaan kerja .

b) Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaantentang ketenagakerjaan, mengenai

perjanjian kerja waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa

percobaan 3 (tiga) bulan.

c) Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1981 mengenai

kebebasan pengusaha untuk membayar gaji di tempat yang

lazim.

Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 mengenai

kewajiban ikut serta dalam program jaminan sosial tenaga kerja

(jamsostek), dimana program jaminan pemeliharaan kesehatan

(JPK) dpat diabaikan sepanjang pengusaha telah memberikan

pelayanan kesehatan dengan manfaat yang lebih baik dari standar

dasar jamsostek

Page 39: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

51

D. Tinjauan tentang Kebijakan

a. Teori Kebijakan

Teori yang akan dipergunakan dalam rangka penelitian tentang

Implemetasi Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan (Studi Kasus Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga

Kerja terkena Pemutusan Hubungan Kerja di Kota Gorontalo) sebagai

landasan pemikiran adalah teori kebijakan dari Thomas R. DYE.

Berbicara tentang perspektif kebijakan publik mengarahkan

perhatian kita untuk mengkaji proses pembuatan kebijakan (policy

making process) oleh pemerintah (government) atau pemegang

kekuasaan dan dampaknya terhadap masyarakat luas (public). Thomas

R.Dye mengidentifiksikan kebijakan publik sebagai “is whatever

government choose to do is on not to do“. Secara sederhana

pengertian kebijakan public dirumuskan dalam kalimat sebagai

berikut:50

a. Apa yang dilakukan oleh pemerintah (What government do?)

b. Mengapa dilakukan tindakan itu (Why government do?)

c. Dan apa terjadi kesenjangan antara apa yang ingin diperbuat

dengan kenyataan (what defference it makes?)

Kebijakan publik (public policies) sebagai rangkaian pilihan yang

kurang lebih satu unsur dengan unsur lainnya saling berhubungan

termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat

50

Thomas R Dye, Understanding Public Policy, State Universityt, 1981, Florida, hlm. 77

Page 40: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

52

oleh badan-badan pejabat pemerintah yang diformulaikan ke dalam

isu-isu publik dari masalah pertahanan, energi, kesehatan sampai

permasalahan pendidikan, kesejahteraan dan kejahatan.

Sistem kebijakan publik adalah produk manusia yang subjektif

yang diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh para pelaku

kebijakan sekaligus realitas objektif yang diwujudkan dalam tindakan-

tindakan yang dapat diamati akibat-akibat yang ditimbulkannya,

setidak-tidaknya menyangkut 3 (tiga) unsur penting yaitu:51

(1) Pelaku Kebijakan;

(2) Kebijakan publik;

(3) Lingkungan kebijakan.

Ketertiban antara hukum dan kebijakan publik akan semakin

relevan pada saat hukum diimplementasikan. Proses implementasi

selalu melibatkan lingkungan dan kondisi yang berbeda di tiap

tempat, karena memiliki ciri-ciri struktur sosial yang tidak sama.

Demikian pula keterlibatan lembaga di dalam proses implementasi

selalu akan bekerja di dalam konteks sosial tertentu sehingga

terjadi hubungan timbal balik yang dapat saling mempengaruhi.

Proses implementasi kebanyakan diserahkan kepada lembaga

pemerintah dalam berbagai jenjang/tingkat, baik propinsi maupun

tingkat kabupaten. Setiap jenjang pelaksanaan pun masih

membutuhkan pembentukan kebijaksanaan lebih lanjut dalam

51

Ibid, hlm. 89

Page 41: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

53

berbagai bentuk peraturan perundang-undangan untuk memberikan

penjabaran lebih lanjut.

Apabila sarana yang dipilih adalah hukum sebagai proses

pembentukan kebijaksanaan publik, maka faktor-faktor non hukum

akan selalu memberikan pengaruhnya dalam proses pelaksanaannya.

Untuk mengantisipasi hal ini diperlukan langkah-langkah

kebijaksanaan meliputi :

(1) Menggabungkan rencana tindakan dari suatu program dengan

menetapkan tujuan, standart pelaksana, biaya dan waktu yang

jelas;

(2) Melaksanakan program dengan memobilisasi struktur, staf,

biaya, resources, prosedur, dan metode, dan

(3) Membuat jadwal pelaksanaan (time schedule) dan monitoring

untuk menjamin bahwa program tersebut berjalan terus sesuai

rencana.

Dengan demikian, jika terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan

program tersebut akan segera diambilkan tindakan yang sesuai.

Secara singkat, pelaksanaan suatu program melibatkan unsur

penetapan waktu, perencanaan dan monitoring.

Berangkat dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa

pembentukan peraturan perundang-undangan hendaknya disertai

dengan action plan. Di Indonesia, untuk dapat melakukan

program-program pemerintah, maka perlu dijabarkan lebih konkrit

Page 42: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

54

dalam bentuk peraturan perundangan. Gladden mengklasifikasikan

kebijaksanaan itu menurut tinggi rendahnya tingkatan/level,

yaitu:52

(1) Kebijakan politis (political policy);

(2) Kebijakan eksekutif (executive policy);

(3) Kebijakan administratif (administrative policy); dan

(4) Kebijakan teknis atau operasional (technical or operasional

policy). Mengenai tingkatan kebijaksanaan ini telah tampak di

dalam perundang-undangan di Indonesia.

b. Proses Kebijakan Publik

Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas

intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis.

Aktivitas politis tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang

mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan,

implementasi kebijakan, danpenilaian kebijakan. Sedangkan aktivitas

perumusan masalah, forecasting, rekomendasi kebijakan, monitoring,

dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih versifat

intelektual.

Dalam penyusunan agenda kebijakan ada tiga kegiatan yang perlu

dilakukan yakni:53

(1) Membangun persepsi di kalangan stakeholder bahwa sebuah

fenomena benar-benar dianggap sebagai masalah. Sebab bisa jadi

gejala oleh sekelompok masyarakat tertentu dianggap masalah,

tetapi oleh sebagian masyarakat yang lain atau elite politik bukan

dianggap sebagai masalah;

(2) Membuat batasan masalah; dan

(3) Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut dapat masuk

dalam agenda pemerintah. Memobilisasi dukungan ini dapat

52

Tjokroamidjojo, Kebijakan-Kebijakan Pemerintah, Alumni, 1974, Bandung, hlm. 115 53

A.G. Subarsonoi, Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, 205, Yogyakarta, hlm. 11

Page 43: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

55

dilakukan dengan cara mengorganisir kelompok-kelompok yang

ada dalam masyarakat, dan kekuatan-kekuatan politik,

publikasi melalui media massa dan sebagainya.

Pada tahap formulasi dan legitimasi kebijakan, analisis

kebijakan perlu mengumpulkan dan menganalisis informasi yang

berhubungan dengan masalah yang bersangkutan, kemudian

berusaha mengembangkan alternative-alternatif kebijakan,

membangun dukungan dan melakukan negosiasi, sehingga sampai

pada sebuah kebijakan yang dipilih.

Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan. Pada tahap ini

perl dukungan sumber daya dan penyusunan organisasi pelaksanaan

kebijakan. Dalam proses implementasi sering ada mekanisme intensif

dan sanksi agar implementasi suatu kebijakan berjalan dengan baik.

Dari tindakan kebijakan akan dihasilkan kinerja dan dampak

kebijakan, dan proses selanjutnya adalah evaluasi terhadap

implementasi, kinerja, dan dampak kebijakan Hasil evaluasi ini

bermanfaat bagi penentuan kebijakan baru di masa yang akan datang,

agar kebijakan yang akan datang lebih baik dan lebih berhasil.

c. Lingkungan kebijakan

Lingkungan kebijakan, seperti adanya penggangguran,

kriminalitas, krisis ekonomi, gejolak politik yang ada pada suatu

Negara akan mempengaruhi atau memaksa pelaku atau faktor

kebijakan untuk meresponsnya, yakni memasukkannya ke dalam

agenda pemerintah dan selanjutnya melahirkan kebijakan publik untuk

Page 44: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

56

memecahkan masalah-masalah yang bersangkutan. Misalnya kebijakan

pengembangan investasi yang dapat menyerap tenaga kerja, kebijakan

penegakan hukum untuk mengatasi kriminalitas, kebijakan

pengurangan pajak untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dan

kebijakan keamanan untuk mengatasi gejolak politik.

Teori sistem berpendapat bahwa pembuatan kebijakan publik

tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan. Tuntutan terhadap

kebijakan dapat dilahirkan karena pengaruh lingkungan, dan kemudian

ditransformasikan ke dalam suatu sistem politik. Dalam waktu yang

bersamaan ada keterbatasan dan konstrain dari lingkungan yang akan

mempengaruhi policy makers. Faktor lingkungan tersebut antara

lain: karakteristik geografi, sespefrti sumber daya alam, iklim, dan

topografi; variable demografi seperti: banyaknya penduduk, distribusi

umur penduduk, lokasi spasial, kebudayaan politik; struktur sosial; dan

sistem ekonomi. Dalam kasus tertentu, lingkungan internasional dan

kebijakan internasional menjadi penting untuk dipertimbangkan.54

Prinsipnya ada dua variable lingkungan, yakni variable

kebudayaan politik (political culture variable) dan variable sosial

ekonomi (socio economic variable)

(1) Kebudayaan politik. Setiap masyarakat memiliki budaya yang

berbeda, dan ini berarti nilai dan kebiasaan hidup berbeda dari

satu masyarakat ke masyarakat yang lain. Kebudayaan oleh

54

ibid, hlm. 15

Page 45: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

57

seseorang pakar Antropologi Clyde Kluckhohn didefinisikan

sebagai the total life way of people, the sosial legacy the

individual acquires from his group (keseluruhan cara hidup

masyarakatan dan warisan sosial yang diperoleh dari

kelompoknya). Sebagian besar ilmuwan berpendapat bahwa

kebudayaan masyarakat dapat membentuk atau mempengaruhi

tindakan sosial, tetapi bukan satu-satunya penentu. Kebudayaan

hanya salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku

masyarakat. Kebudayaan politik adalah bagian dari kebudayaan

masyarakat, yang mencakup nilai, kepercayaan dan sikap tentang

apa yang akan dilakukan oleh pemerintah dan bagaimana

melakukannya serta bagaimana menjalin hubunga dengan warga

negaranya.

(2) Kondisi sosial ekonomi. Kebijakan publik sering dipandangi

sebagai instrument untuk menyelesaikan konflik antara berbagai

kelompok dalam masyarakat, dan antara pemerintah dengan

privat. Salah satu sumber konflik, khususnya dalam masyarakat

yang maju, adalah aktivitasekonomi. Konflik dapat berkembang

dari kepentingan yang berbeda antara perusahaan besar dan

kecil, pemilik perusahaan dan buruh, debitor, dan kreditor,

customer dan penjual. Petani dengan pembeli hasil-hasil

petanian, dan sebagainya. Hubungan antara kelompok-

kelompok yang berbeda di atas dapat dikurangi atau diselesaikan

Page 46: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

58

dengan kebijakan pemerintah dalam wujud perubahan ekonomi

atau pembangunan. Kebijakan pemerintah dapat melindungi

kelompok yang lemah dan menciptakan keseimbangan hubungan

antara kelompok yang berbeda.

Dalam pandangan seorang pakar politik David Easton

sebagaimana dikutip oleh Dye (1981), kebijakan publik dapat

dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, konversi, dan

output. Dalam konteks ini ada dua variable makro yang

mempengaruhi kebijakan publik, yakni lingkungan domestik

dan lingkungan internasional.55

Baik lingkungan domestik maupun

lingkungan internasional/global dapat memberikan input yang

berupa dengan dan tuntutan terhadap sebuah sistem politik.

Kemudian para aktor dalam sistem politik akan memproses atau

mengonversi input tersebut menjadi output yang berwujud

peraturan dan kebijakan. Peraturan dan kebijakan tersebut akan

diterima oleh masyarakat, selanjutnya masyarakat akan

memberikan umpan balik dalam bentuk input baru kepada sistem

politik tersebut. Apabila kebijakan tersebut memberikan intensif,

maka masyarakat akan mendukungnya. Sebaliknya, apabila

kebijakan tersebut bersifat disinsentif.

55

Ibid, hlm. 17

Page 47: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

59

d. Sistem Kebijakan Publik

Analisis kebijakan merupakan proses kajianyang mencakup lima

komponen, dan setiap komponen dapat berubah menjadi komponen

yang lain melalui prosedur metodologi tertentu, seperti perumusan

masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan, dan evaluasi. Sebagai

contoh, prosedur peramalan akan menghasilkan masa depan kebijakan,

dan rekomendasi akan melahirkan aksi kebijakan, dan pemantauan

akan menghasilkan hasil-hasil kebijakan, serta evaluasi akan

melahirkan kinerja kebijakan. Melakukan analisis kebijakan berarti

menggunakan kelima prosedur metodologi tersebut, yakni

merumuskan masalah kebijakan, melakukan peramalan, membuat

rekomendasi, melakukan pemantauan, dan melakukan evaluasi

kebijakan.

e. Jenis-jenis Kebijakan

Secara tradisional, pakar ilmu politik mengategorikan

kebijakan publik ke dalam kategori:56

(1) Kebijakan substantive (misalnya: kebijakan perburuhan,

kesejahteraan sosial, hak-hak sipil, masalah luar negeri dan

sebagainya);

(2) Kelembagaan (misalnya : kebijakan legislative, kebijakan judikatif,

kebijakan departemen);

56

Ibid, hlm. 19

Page 48: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

60

(3) Kebijakan menurut kurun waktu tertentu (misalnya : kebijakan

masa reformasi, kebijakan masa Orde baru dan Kebijakan

masa Orde Lama).

Kategori lain tentang kebijakan dibuat oleh James Anderson sebagai

berikut57

:

(1) Kebijakan substantive vs kebijakan procedural. Kebijakan

substantive adalah kebijakan yang menyangkut apa yang akan

dilakukan pemerintah. Sedangkan kebijakan procedural adalah

bagaimana kebijakan substantive tersebut dapat dijalankan.

(2) Kebijakan distributive vs kebijakan regulatori vs kebijakan

redistributive. Kebijakan redistributive menyangkut distribusi

pelayanan atau kemanfaatan pada masyarakat atau segmen

masyarakat tertentu atau individu. Kebijakan regulatori adalah

kebijakan yang berupa pembatasan atau pelarangan terhadap

perilaku individu atau kelompok masyarakat. Sedangkan

kebijakan procedural. Kebijakan re distributive adalah

kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan pendapatan,

pemilikan atau hak-hak diantara berbagai kelompok dalam

masyarakat.

(3) Kebijakan material vs kebijakan simbolis. Kebijakan material

adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya

konkrit pada kelompok sasaran.

57

Ibid, hlm. 26

Page 49: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

61

(4) Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum (public

goods) dan barang privat (privat goods). Kebijakan public

goods adalah kebijakan yang bertujuan mengatur pemberian

barang atau pelayanan public. Sedangkan kebijakan yang

berhubungan dengan private goods adalah kebijakan yang

mengatur penyediaan barang atau pelayanan untuk pasar

bebas.

E. Teori Bekerjanya Hukum

Teori Lawrence Meir Friedman tentang tiga unsur sistem hukum

(Three Elements Of legal System). Ketiga unsur sistem hukum yang

mempengaruhi bekerjanya hukum yaitu58

:

1. Struktur Hukum (Legal Structure)

2. Substansi Hukum (Legal Subtance)

3. Kultur Hukum (Legal Culture)

Selanjutnya Lawrence Meir Friedman, The structure of system is

skeletal framework: it is the permanent shape, the institutional body of the

system, the tough, rigid bones, that keep the process flowing within

bounds.”59 Jadi struktur adalah kerangkanya, bagian yang tetap bertahan,

bagian yang memberi semacam bentuk dan batasan terhadap keseluruhan.

58

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Satu kajian Filosofis dan Sosiologis), PT. Toko Gunung

Agung, Tbk, Jakarta, 2001, hal. 7-9. 59

Esmi Warasih, Pranata Hukum: Sebuah Telaah Sosiologis, PT. Suryandaru Utama Semarang,

2005, hal. 14.

Page 50: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

62

Jelasnya, struktur bagian foto diam yang menghentikan gerak (a kind of

still photograph, with freezes the action).

Komponen struktur yaitu kelembaban yang diciptakan oleh sistem

hukum itu dengan berbagai macam fungsi dalam rangka mendukung

bekerjanya sistem tersebut. Komponen ini dimungkinkan untuk melihat

bagaimana sistem hukum itu memberikan pelayanan terhadap

penggarapan bahan-bahan hukum secara teratur.60

Selanjutnya disebutkan, The substance is composed of substantive

rules and rules about how institutions should be have.

Yang dimaksud dengan subtansi adalah aturan, norma, dan pola

perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Subtansi juga berarti

produk yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum

itu, mencakup keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka

susun. Subtansi juga mencakup living law (hukum yang hidup), dan bukan

hanya aturan yang ada dalam kitab Undang-Undang atau Law Books.

Komponen Subtansi yaitu sebagai output dari system hukum yang

berupa peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan baik

oleh pihak yang mengatur maupun yang diatur. 61

Akhirnya, pemahaman Lawrence Meir Friedman tentang The legal

Culture, System Their beliefs ideas and expectation. Kultur hukum adalah

sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum kepercayaan. Nilai,

pemikiran serta harapannya “Legal Culture refers. The, to those parts of

60

Ibid, hal. 28. 61

Ibid, hal. 20.

Page 51: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

63

general Culture-customs. Opinions, ways of doing and thinking-that bend

social forces to war or away from the law and in particular ways”.

Pemikiran dan pendapat ini sedikit banyak menjadi penentu jalannya

proses hukum. Jadi, dengan kata lain, kultur hukum adalah suasana sopsial

dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana digunakan, dihindari,

atau disalahgunakan. Tanpa kultur hukum maka sistem hukum itu sendiri

tidak berdaya, seperti ikan hidup yang berenang di laut bebas.

Komponen kultur yaitu terdiri dari nilai-nmilai dan sikap-sikap yang

mempengaruhi bekerjanya hukum atau yang disebut kultur hukum. Kultur

hukum inilah yang berfungsi sebagai jabatan yang berfungsi

menghubungkan antara peraturan hukum dengan tingkah laku hukum

seluruh warga masyarakat.62

Secara singkat, menurut Lawrence Meir Friedman cara lain untuk

menggambarkan ketiga unsur sistem hukum itu adalah sebagai berikut:

1. Struktur hukum diibaratkan sebagai mesin.

2. Subtansi hukum adalah apa yang dikerjakan dan dihasilkan oleh mesin

itu.

3. Kultur hukum adalah apa saja atau siapa saja yang memutuskan untuk

menghidupkan dan mematikan mesin itu, serta memutuskan

bagaimana mesin itu digunakan.

62

Ibid, hal. 30.

Page 52: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

64

Selain membangun itu, untuk mengenal hukum sebagai sistem maka

harus dicermati apakah ia memenuhi 8 (delapan) asas atau principal of

legality atau 8 prinsip legalitas63

:

1. Sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan, artinya ia tidak

boleh mengandung sekedar keputusan-keputusan yang bersifat ad-

hock;

2. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan.

3. Peraturan tidak boleh berlaku surut.

4. Peraturan-peraturan disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti.

5. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang

bertentangan satu sama lain

6. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi

apa yang dapat dilakukan.

7. Peraturan tidak boleh sering dirubah-ubah.

8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan

pelaksanaannya sehari-hari.

Untuk memahami bagaiman fungsi hukum itu, ada kaitanya dipahami

terlebih dahulu bidang pekerjaan hukum. Sedikitnya ada 4 (empat) bidang

pekerjaan yang dilakukan oleh hukum, yaitu:

1. Merumuskan hubungan-hubungan di antara anggota masyarakat

dengan menunjukkan perbuatan-perbuatan apa saja yang dilarang dan

yang boleh dilakukan.

63

Ibid, hal. 31.

Page 53: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

65

2. Mengalokasikan dengan menegaskan siapa saja yang boleh melakukan

kekuasaan atau siapa berikut produsernya.

3. Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat.

4. Mempertahankan kemampuan adaptasi nasyarakat dengan cara

mengatur kembali hubungan-hubungan dalam masyarakat manakala

ada. Merumuskan hubungan-hubungan diantara anggota masyarakat

menunjukkan perbuatan-perbuatan apa saja yang dilarang dan yang

boleh dilakukan.

Ada 2 (dua) aspek cara kerja hukum dalam hubungan dengan

perubahan sosial64

, yaitu:

1. Hukum sebagai sarana kontrol sosial (Social control) yaitu

mempengaruhi warga masyarakat agar tingkah laku sejalan dengan apa

yang telah digariskan sebagai urutan hukum, termasuk nilai-nilai yang

hidup didalam masyarakat.

2. Hukum sebagai sarana rekayasa sosial (Social Engeneering)

a. Penggunaan hukum secara sadar untuk mencapai suatu tertib atau

keadaan masyarakat sebagaimana diinginkan oleh pembuat hukum.

b. Berbeda dengan fungsi kontrol sosial yang lebih praktis, yaitu

kepentingan waktu sekarang, maka fungsi rekayasa sosial dari

hukum yang lebih mengarah pada pembahasan sikap dan perilaku

masyarakat di masa mendatang sesuai dengan keinginan pembuat

Undang-Undang.

64

Satjipto Raharjo, Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah, Cetakan 1,

Muhammadiyah University Press, Surakarta, 1997, hal. 122.

Page 54: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

66

Selanjutnya menurut Soerjono Soekanto, dikatakan bahwa pelaksanaan

penegak hukum (yang tentunya juga pelaksanaan suatu kebijaksanaan atau

suatu komitmen) bersangkutan dengan 5 (lima) faktor-faktor pokok

yaitu65

:

1. Faktor hukumnya sendiri;

2. Faktor penegak hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum;

4. Faktor masyarakat atau adresat hukum; yakni lingkungan dimana

hukum berlaku atau diterapkan

5. Faktor budaya yaitu sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya karena

merupakan esensi dari penegakan hukum.

Menurut Radbruch:66

Hukum harus mempunyai 3 (tiga) nilai idealis

atau nilai dasar yang merupakan konsekuensi hukum yang baik, yaitu :

a. Keadilan

b. Kemanfaatan/kegunaan

c. Kepastian hukum.

65

Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologis Hukum, Cetakan XIV, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2004, hal. 8-9 66

Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum: Perkembangan, Metode dan Pilihan Masalah, Jakarta,

Gramedia, 2002, hal. 9-10.

Page 55: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

67

Sehingga nilai idealis atau nilai dasar dan dasar berlakunya hukum

atau Undang-Undang dapat digambarkan sebagai berikut:

Nilai-nilai dasar Berlakunya Hukum

Keadilan Filosofis

Kegunaan HUKUM Sosiologi

Kepastian Yuridis

Gambar 1 : Nilai Idealis atau Nilai dasar dan dasar berlakunya

hukum

Ketertiban yang tampak dari luar dalam didukung oleh lebih dari satu

macam tatanan. Keadaan yang oleh demikian itu memberikan

pengaruhnya tersendiri segi peraturan hukum, sehingga ukuran-ukuran

untuk menilai tingkah laku dan hubungan-hubungan antara orang-orang

yang didasarkan oleh pola hukum dan tatanan hukum. Bahwa masyarakat

kita sesungguhnya merupakan suatu rimba tatanan karena di dalamnya

tidak hanya terdapat satu macam tatanan. Sifat majemuk ini dilukiskan

oleh Chambliss dan Siedman dalam Satjipto Rahardjo, dengan “Teori

Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat”.

Page 56: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

68

Faktor yang turut memberikan respon yang diberikan oleh pemegang

peran dalam mengimplementasikan peraturan adalah sebagai berikut:

a. Saksi-saksi yang terdapat di dalamnya

b. Aktivitas lembaga-lembaga atau badan-badan pelaksana hukum;

c. Seluruh kekuatan sosial, politik dan lainnya yang bekerja atas diri

pemegang peran.

Selain itu, Satjipto Rahardjo.67

Olehnya, bagan itu diuraikan dalam

dalil sebagai berikut:

a) Setiap peraturan hukum memberikan tentang bagaimana seorang

pemegang peranan (role occupant) itu diharapkan bertindak.

b) Bagaimana seorang pemegang peranan itu akan bertindak sebagai

suatu respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-

peraturan yang ditujukan kepadanya, saksi-saksinya, aktivitas dari

lembaga-lembaga pelaksana serta keseluruhan kompleks kekuatan

sosial, politik dan lainnya.

c) Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai

respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-

peraturan yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksi, keseluruhan

kompleks kekuatan-kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya yang

mengenai diri mereka serta umpan-umpan balik yang datang dari

pemegang peranan.

67

Ibid, hal. 48.

Page 57: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

69

d) Bagaimana para pembuat Undang-Undang itu akan bertindak

merupakan fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku

sanksi-sanksinya keseluruhan kompleks kekuatan-kekuatan sosial,

politik, ideologi, dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta

umpan-umpan balik yang datang dari pemegang peranan serta

birokrasi.

e) Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan hukum, C.G.Howward

dalam Soetjipto Rahardjo, yaitu:

1. Mudah tidaknya ketidaktaatan atau pelanggaran hukum itu dilihat

atau disidik.

2. Siapakah yang bertanggungjawab menegakkan hukum yang

bersangkutan.

f) Syarat-syarat yang menentukan kemungkinan hukum menjadi efektif

adalah:

1. Undang-Undang dirancang dengan baik, kaidahnya jelas;

2. Undang-Undang sebaiknya bersifat melarang; (Pro Hibitur) dan

bukan mengharuskan/memperbolehkan (mandatur)

3. Sanksi haruslah tetap dan sesuai tujuan/sifat Undang-Undang itu.

4. Beratnya sanksi tidak boleh berlebihan (Sebanding) dengan macam

pelanggarannya.

5. Mengatur terhadap perbuatan yang mudah dilihat (lahiriah)

Page 58: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

70

g) Mengandung larangan yang berkesesuaian dengan moral.

h) Pelaksana hukum menjalankan tugasnya dengan baik,

menyebarluaskan Undang-Undang, penafsiran seragam-seragam, dan

konsisten.

i) Agar hukum benar-benar dapat mempengaruhi perilaku warga

masyarakat, maka hukum tadi harus disebarkan seluas mungkin

sehingga melembaga dalam masyarakat. Adanya alat-alat komunikasi

tertentu, merupakan salah satu syarat bagi penyebaran serta

pelembagaan hukum. Komunitas hukum tersebut, dapat dilakukan

secara formil, yaitu melalui suatu tata cara yang terorganisasikan

dengan resmi akan tetapi disamping itu, maka ada juga tata cara

informal yang tidak resmi sifatnya. Inilah yang merupakan salah satu

batas di dalam penggunaan hukum. Sebagai saran pengubah dan

pengatur perilaku. Ini semuanya termasuk apa yang dinamakan difusi,

yaitu penyebaran dari unsur-unsur kebudayaan tertentu di dalam

masyarakat bersangkutan. Proses difusi antara lain dapat

mempengaruhi oleh:

a) Pengakuan bahwa unsur kebudayaan yang bersangkutan (di dalam

hal ini hukum) mempunyai kegunaan.

b) Ada tidaknya pengaruh dari unsur-unsur kebudayaan lainnya, yang

mungkin merupakan pengaruh negatif atau positif

Page 59: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

71

c) sebagai suatu unsur yang baru, maka hukum tadi mungkin akan

ditolak oleh masyarakat, karena berlawanan dengan fungsi unsur

lama.

d) Kedudukan dan peranan dari mereka yang menyebar luaskan

hukum, mempengaruhi efektivitas hukum di dalam merubah serta

mengatur.

F. Teori Implementasi Hukum

a. Implementasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi berarti :68

a) Pelaksanaan yaitu Pelaksanaan merupakan kegiatan yang

dilaksanakan oleh suatu badan atau wadah secara berencana,

teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan.

b) Penerapan, Kamus Blacks’s Law merumuskan secara pendek

bahwa to implement (mengimplementasikan) berarti to provide

the means for carrying out (menimbulkan dampak/ akibat

terhadap sesuatu). Kalau pandangan ini diikuti, maka

implementasi kebijakan keputusan dapat dipandang sebagai

suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan (biasanya

dalam bentuk Undang-Undang , peraturan pemerintah,

keputusan peradilan, pemerintah eksekutif atau dekrit

presiden).

68

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2003, Jakarta, hlm. 319

Page 60: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

72

Teori Implementasi yang dipergunakan adalah teori

Implementasi Hans Kelsen. Salah satu ciri yang menonjol pada

teori Kelsen adalah paksaan. Kelsen berpendapat bahwa norma-

norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam

suatu hirarkhi tata susunan, dimana suatu norma yang lebih

rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih

tinggi. Norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai

pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan

bersifat hipotetis dan fiktif yaitu norma dasar (grundnorm).

Sehingga, norma yang lebih rendah memperoleh kekuatannya dari

suatu norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan

semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya, semakin rendah

kedudukannya, akan semakin konkrit norma tersebut. Norma yang

paling tinggi, yang menduduki puncak piramida, disebut oleh

Kelsen dengan nama Grundnorm (norma dasar).

Dalam hubungannya dengan penulisan ini, implementasi diberi

batasan: berlakunya suatu hukum atau peraturan perundang-undangan

di dalam Masyarakat.

Lebih lanjut di jelaskan bahwa proses Implementasi adalah

keputusan dasar biasanya dalam bentuk Undang-Undang namun dapat

pula berbentuk perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang

penting atau keputusan Badan peradilan. Pada umumnya keputusan

tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi dengan

Page 61: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

73

menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran Yang ingin di capai, dan

berbagai cara untuk menstruktur atau mengatur proses

implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui beberapa

tahapan tertentu, yang biasanya diawali dengan kebijakan bentuk

pelaksanaan keputusan oleh badan pelaksananya.

Memperhatikan pendapat tersebut diatas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa pengertian implementasi adalah suatu proses yang

melibatkan sejumlah sumber sumber di dalamnya termasuk manusia,

dana, kemampuan organisional, baik oleh pemerintah maupun oleh

swasta (individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan).

Sebagai suatu pendekatan untuk pengambilan keputusan yang

memperhitungkan baik keputusan yang fundamental maupun

keputusan yang inkramental yang memberikan arahan dasar dan

proses-proses pembuatan kebijaksanaan dan inkramental yang

melapangkan jalan bagi keputusan-keputusan itu tercapai.69

b. Hukum

Hukum dalam arti luas meliputi keseluruhan aturan normatif yang

mengatur dan menjadi pedoman perilaku dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara dengan didukung oleh sistem sanksi

tertentu terhadap setiap pentimpangan terhadapnya.70

69

Ibid, hlm. 193 70

Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Konstitusi Priss, 2006,

Jakarta, hlm. 3

Page 62: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

74

Lebih lanjut, hukum di bagi menjadi 4 (empat) kelompok

pengertian hukum; Pertama, Hukum yang dibuat oleh Institusi

kenegaraan, dapat kita sebut Hukum Negara. Misalnya Undang-

Undang dan Yurisprudensi; Kedua, hukum yang dibuat oleh dinamika

kehidupan masyarakat atau yang berkembang dalam kesadaran hukum

dan budaya hukum, seperti: hukum adat; Ketiga, Hukum yang dibuat

atau terbentuk sebagai bagian dari perkembangan pemikiran di dunia

ilmu hukum, biasanya disebut doktrin, Misalnya Teori Hukum Fiqh

Mazhab Syafi’I yang diberlakukan sebagai hukum bagi umat Islam di

Indonesia; Terakhir atau Keempat, Hukum yang berkembang dalam

praktek dunia usaha dan melibatkan peranan para professional di

bidang hukum, dapat kita sebut praktek, Misalnya perkembangan

praktek hukum kontrak perdagangan.71

Berbicara Implementasi Hukum berarti berbicara mengenai

pelaksanaan hukum itu sendiri dimana hukum diciptakan untuk

dilaksanakan. Hukum tidak bisa lagi disebut sebagai hukum, apabila

tidak pernah dilaksanakan. Pelaksanaan hukum selalu melibatkan

manusia dan tingkah lakunya. Terkait dengan pelaksanaan atau

implementasi hukum ketenagakerjaan menurut Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dapat dilihat dalam

penerapan sanksi atau pemberian upah/pesangon atau uang

penghargaan masa kerja dan atau uang ganti rugi bagi pekerja yang

71

Ibid, hlm. 4

Page 63: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

75

telah dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja oleh perusahaan.

Pencerminan Pasal demi Pasal dalam Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan tersebut menjadi bukti

penerapan atau pelaksanaan suatu kebijakan atau aturan hukum.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Untuk mengimplementasikan

kebijakan publik, maka ada 2 (dua) pilihan langkah yang ada, yaitu

langsung mengimplementasikan dalam bentuk program–program atau

melalui formulasi kebijakan Derivate atau turunan dari kebijakan

tersebut. Kebijakan publik dalam bentuk Undang-Undang atau

peraturan daerah adalah jenis kebijakan yang memerlukan kebijakan

publik penjelas atau sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan.

Kebijakan.

G. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain :

a. Penelitian Tesis Yamitema T.J. Laoly, 2008 : Perlindungan Hukum

Terhadap buruh yang di Dikenakan Pemutusan Hubungan Kerja,

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang meneliti tentang Hak

Pekerja Buruh PT. Panen Lestari Internusa yang terkena Pemutusan

Hubungan Kerja.

b. Penelitian Tesis Annisa Sativa, 200b. Program Pasca Sarjana

Universitas Sumatetra Utara dengan Judul Peranan Pengadilan

Page 64: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

76

Hubungan Industrial dalam memberikan Kepastian Hukum terhadap

perkara Pemutusan Hubungan Kerja (Studi Terhadap Putusan

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan)..

Fokus Penelitiannya tentang Apakah yang menjadi faktor faktor

Penyebab terjadinya PHK, Bagaimana kompensasi yang diberikan

terhadap pekerja/buruh yang di PHK berdasarkan putusan hakim PHI

serta bagaimana peranan hakim PHI dalam memberikan kepastian

hukum terhadap kasus-kasus PHK.

c. Penelitian Tesis Eko Ibnu Fattah, 2014, Program Pascasarjana

Universitas Airlangga , Surabaya dengan judul Pemutusan Hubungan

Kerja (PHK karena Usia Pensiun dan Kompensasinya. Fokus

penelitian yang dilakukan tentang Kompensasi yang diberikan

sehubungan dengan adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena

Usia Pensiun.

Perbedaan dengan penelitian ini bahwa penelitian ini memfokuskan

pada Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan oleh Perusahan di

Gorontalo, apakah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

mengenai ketenagakerjaan, Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja yang

mengalami Pemutusan Hubungan Kerja sesuai dengan peraturan

perundang-undangan tentang ketenagakerjaan.

Page 65: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

77

H. Kerangka Pemikiran

Gambar 2

Kerangka Pemikiran

Teori Bekerjanya Hukum

Keterangan :

Perlindungan hukum bagi buruh sangat diperlukan mengingat

kedudukannya yang lemah. Disebutkan oleh Zainal Asikin, yaitu:

“Perlindungan hukum dari kekuasaan majikan terlaksana apabila

peraturan perundang-undangan dalam bidang perburuhan yang

mengharuskan atau memaksa majikan bertindak seperti dalam perundang-

1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004

3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Kepmenakertrans) Nomor Kep-

150/MEN/2000

4) Kepemenakertrans Nomor Kep-78/MEN/2001

Implementasi Kebijakan Pemerintah

Teori Bekerjanya Hukum

Perusahaan

Pemutusan Hubungan Kerja

Oleh Perusahaan

Alasan PHK Prosedur PHK

Pemberian

Kompensasi

Ada tidaknya perlindungan hukum

terhadap tenaga kerja PHK

Premis Konklusi

(Premis Kesimpulan)

Page 66: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

78

undangan tersebut benar-benar dilaksanakan semua pihak karena

keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yurudis saja, tetapi diukur

secara sosiologis dan filosofis.”72

“Intervensi pemerintah dalam bidang perburuhan/ ketenagakerjaan

dimaksudkan untuk tercapainya keadilan di bidang perburuhan/

ketenagakerjaan karena jika hubungan antara pekerja dengan pengusaha

diserahkan pada para pihak saja, maka pengusaha sebagai pihak yang kuat

akan menekan pekerja sebagai pihak yang lemah secara sosial ekonomi.“73

Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh pengusaha haruslah

memiliki alasan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan kepada para

pekerja/buruh dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia. Prosedur/cara PHK yang dilakukan

pengusaha pun harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan

terjadinya PHK, pekerja/buruh akan mendapatkan haknya, yaitu

konpensasi yang meliputi, uang pesangon, uang penghargaan masa kecil,

dan uang ganti kerugain.

Pemutusan hubungan kerja yang diteliti dalam penulisan hukum ini

adalah pemutusan hubungan kerja yang terjadi kota Gorontalo. Dari

peristiwa hukum yang terjadi di kota Gorontalo akan timbul akibat

hukumnya, yaitu mengenai perlindungan hukum terhadap pekerja yang

mendapatkan PHK. Apakah alasan, prosedur dan kompensasi yang

72

Zainal Asikin, Op. Cit. hlm. 5 73

Lalu Husni, Op. Cit, hlm. 5

Page 67: BAB II a. 1) ³hubungan kerj a adalah hubungan antara ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S311005028_bab2.pdf · Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil

79

diberikan oleh Perusahaan sudah sesuai dengan Peraturan perundang-

undangan yang berlaku mengenai ketenagakerjaan.