bab ii (2)
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Insufisiensi katup aorta (regurgitasi) adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari
aorta selama diastol. Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk
(aliran balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi (4).
Ansietas (cemas) adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak
dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (10).
B. ETIOLOGI
Insufisiensi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat terjadi dalam 2 macam kelainan
artifisial yaitu (8):
1. Dilatasi pangkal aorta seperti yang ditemukan pada :
a. Penyakit kolagen
b. Aortitis sifilitika
c. Diseksi aorta
2. Penyakit katup artifisial
a. Penyakit jantung reumatik
1
b. Endokarditis bakterialis
c. Aorta artificial congenital
d. Ventricular septal defect (VSD)
e. Ruptur traumatik
f. Aortic left ventricular tunnel
3. Genetik
a. Sindrom marfan
b. Mukopolisakaridosis
C. PATOFISIOLOGI
Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk bilah katup
aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan rapat
selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel
kiri .
2
Defek katup ini bisa disebabkan oleh endokarditis, kelainan bawaan, atau penyakit
seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau sobekan aorta
asenden (1).
Karena kebocoran katup aorta saat diastole, maka sebagian darah dalam aorta, yang
biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ventrikel kiri, sehingga ventrikel kiri harus
mengatasi keduanya, yaitu mengirim darah yang secara normal diterima dari atrium
kiri maupun darah yang kembali dari aorta. Ventrikel kiri kemudian melebar dan
hipertrofi untuk mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga akibat
tenaga mendorong yang lebih dari normal untuk memompa darah, menyebabkan
tekanan darah sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha mengkompensasi
melalui refleks dilatasi pembuluh darah dan arteri perifer melemas, sehingga tahanan
perifer menurun dan tekanan diastolik turun drastis (1).
Perubahan hemodinamik keadaan akut dapat dibedakan dengan keadaan kronik.
Kerusakan akut timbul pada pasien tanpa riwayat insufisiensi sebelumnya. Ventrikel
kiri tidak punya cukup waktu untuk beradaptasi terhadap insufisiensi aorta.
Peningkatan secara tiba-tiba dari tekanan diastolik akhir ventrikel kiri bisa timbul
dengan sedikit dilatasi ventrikel.
D. MANIFESTASI KLINIK
Adapun tanda dan gejala yang biasa dirasakan oleh pasien dengan aorta regurgitasi
adalah sebagai berikut :
1. Rasa lelah
2. Dyspnea saat aktivitas
3. Palpitasi
4. Angina dengan hipertropi ventrikel kiri
3
5. Temuan hemodinamik :
a. Pengisian dan pengosongan denyut arteri yang cepat
b. Tekanan nadi melebar disertai peningkatan tekanan sistemik dan penurunan
tekanan diastolik
c. Tekanan diastolik rendah
6. Auskultasi : Bising diastolic, bising austinflint yang khas, Sistolic Ejection Click
disebabkan oleh peningkatan volume ejeksi
DIAGNOSIS REGURGITASI AORTA
Regurgitasi Aorta Akut
Pada regurgitasi aorta berat, volume balik besar yang tiba-tiba mengganggu
ukuran normal ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak punya banyak wktu untuk
mengakomodasikan volume yang berlebih. Dengan kenaikan End Diastolic Volume
(EDV) yang tiba-tiba, ventrikel mengoperasikan bagian yang sulit dalam hubungan
volume-tekanan diastolik normal, dan takanan akhir diastolik ventrikel kiri dan
atrium kiri bertambah dengan cepat dan tiba-tiba. Mekanis Frank-Starling pun
digunakan, tetapi karena ventrikel tidak mampu mendilatasikan ruangan secara tiba-
tiba, terjadi penurunan Stroke Volume selanjutnya. Walaupun takikadia berkembang
menjadi sebagai mekanisme kompensasi untuk memertahankan Cardiac Output, ini
seringnya tidak mencukupi. Karena itu, pasien sering mengalami oedem paru dan
cardiogenic shock. Pasien juga mungkin memliki tanda dan gejala iskemik miokard.
Banyak karakteristik pemeriksaan fisik pada Regurgitasi Aorta Kronik diubah
dan dihilangkan pada regurgitasi aorta akut, yang dapat berujung pada menganggap
remeh keparahannya. Ekokardiografi sangat diperlukan untuk memastikan adanya
4
dan derajat keparahan regurgitasi katup, menentukan penyebabnya, menentukan
apakah kecepatan seimbang antara tekanan aorta dan tekanan diastolik ventrikel kiri.
Bukti untuk keseimbangan tekanan yang cepat termasuk pendeknya waktu paruh
diastolik regurgitasi aorta (kurang dari 300 ms), waktu deselerasi mitral yang pendek
(kurang dari 150 ms), penutupan yang terlalu cepat dari katup mitral.
Regurgitasi aorta akut disebabkan oleh pembedahan akar aorta adalah
pembedahan emergensi terutama sekali identifikasi dan management yang cepat. TEE
diindikasikan saat pemotongan aorta dicurigai. Pada beberapa keadaaan, Computed
Tomogrphic Imaging atau MRI seharusnya dilakukan jika memerlukan yang
diagnosis lebih cepat daripada yang didapatkan TEE. Cardiac catheterization,
aortagraphy, dan coronary angiography jarang dibutuhkan, sehubungan dengan
peningkatan resiko, dan mungkin penundaan pembedahan yang mendesak tidak
dibutuhkan. Angiography perlu dipertimbangkan hanya jika diagnosis tidak bisa
diputuskan oleh pencitraan noninvasive dan saat pasien diketahui memiliki CAD,
terutama dengan CABG sebelumnya.
1. Regurgitasi Aorta Kronik
Regurgitasi aorta adalah suatu kombinasi keadaaan berlebihnya baik volume
maupun tekanan. Ketika penyakit berkembang, pengerahan cadangan preload dan
hipertrofi kompesasi membuat ventrikel mempertahankan keadaan ejeksi normal
walaupun terjadi peningkatan afterload. Mayoritas pasien tetap asimtomatik
walaupun sudah terjadi mekanisme kompensasi ini, yang berlangsung selama
beberapa dekade. Pada banyak pasien, bagaimananpun, keseimbangan antara
peningkatan afterload, cadangan preload, dan hipertrofi tidak bisa dipertahankan
dengan tidak menentu, dan afteroad mismatch atau kontraktilitas yang payahpada
akhirnya menghasilkan penurunan fraksi ejeksi, pertama pada rentang rendah-normal
dan lalu di bawah normal. Pasien seringnya mengalami dypnea pada saat ini, dan
mengurangi cadangan aliran koroner yang menghasilkan exertional angina.
Bagaimanapun, perubahan ini mungkin lebih berbahaya, dan ini memungkinkan
pasien untuk tetap asimtomatik sampai disfungsi ventrikel kiri yang berat terjadi.
5
Untuk beberapa tujuan diskusi berikutnya, pasien dengan fungsi sistolik
normal akan ditetapkan memiliki fraksi ejeksi yang normal saat istirahat. Ini
menandakan bahwa fungsi ventrikel yang lainnya tidak normal pada regurgitasi aorta
kronik, dan keabnormalan hemodinamik mungkin perlu diperhatikan. Ini juga
mengenali bahwa perpindahan disfungsi sistolik ventrikel kiri digambarkan oleh
kelangsungan dan bahwa tidak ada ukuran hemodinamik yang tunggal yang
menandakan batas absolut antara fungsi sistolik ventrikel kiri normal dan disfungsi
sistolik ventrikel kiri.
Disfungsi sistolik ventrikel kiri (dikenal sebagai fraksi ejeksi di bawah normal
saat istirahat) ditandai fenomena reversibel yang berhubungan secara predominan
kepada peningkatan afterload, dan penyembuhan sepenuhnya ukuran dan fungsi
ventrikel kiri adalah mungkin dengan AVR. Seiring dengan berjalannya waktu,
penurunan kontraktilitas miokard yang terutama berakhir pada peningkatan isi yang
berlebihan sebagai penyebab disfungsi sitolik yang progresif. Ini dapat berkembang
luas bahwa keuntungan penuh koreksi pembedahan regurgitasi aorta, pada masa
penyembuhan fungsi ventrikel kiri dan memperbaiki angka harapan hidup, tidak bisa
dicapai lagi.2
Regurgitasi aorta kronik biasanya terjadi akibat proses kronik seperti penyakit
jantung rematik, sehingga artifisial kardiovaskular sempat melakukan meknisme
kompensasi. Tapi bila kegagalan ventrikel sudah muncul, timbullah keluhan sesak
napas pada waktu melakukan aktivitas dan sekali-sekali timbul artificial nocturnal
dyspnea. Keluhan akan semakin memburuk antara 1-10 tahun berikutnya. Angina
pektoris muncul pada tahap akhir penyakit akibat rendahnya tekanan artifisial dan
timbulnya hipertrofi ventrikel kiri.1
Adaptasi fungsional atau maladaptasi dari ventrike kiri saat terjadi regurgitasi
aorta:
6
Fungsi dan ukuran stadium regurgitasi aorta adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menunjukkan nadi selar dengan tekanan nadi yang besar dan
tekanan artfisial yang rendah, gallop dan bising artifisial timbul akibat besarnya curah
sekuncup dan regurgitasi darah dari aorta ke ventrikiel kiri. Bising artifisial lebih
keras terdengar di garis sternal kiri baah atau apeks pada kelainan katup artifisial,
sedang pada dilatasi pangkal aorta, bising terutama terdengar di garis sternal kanan.
7
Bila ada ruptur daun katup, bising ini sangat keras dan musikal. Kadang-kadang
ditemukan juga bising sistolik dan thrill akibat curah sekuncup meningkat (tidak
selalu akibat stenosis aorta). Tabrakan antara regurgitasi aorta yang besar dan aliran
darah dari katup mitral menyebabkan bising mid/late diastolik (bising Austin Flint).
Tanda kebocoran perifer yang dapat ditemukan pada regurgitasi aorta adalah:
1. Tekanan nadi yang melebar
2. Nadi artifici’s
3. Nadi quincke’s
4. Tanda hill’s
5. Pistol shot sound
6. Tanda traube’s
7. Tanda duroziez’s
8. Tanda de musset: tanda muller’s, tanda rosenbach, tanda gerhardt’s, tanda
landolfi’s1
Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiografi menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri dengan strain. Foto
dada memperlihatkan adanya pembesaran ventrikel kiri, elongasi aorta, dan
pembesaran atrium kiri. Ekokardiografi menunjukkan adanya volume berlebih pads
ventrikel kiri dengan dimensi ventrikel kiri yang sangat melebar dan gerakan septum
dan dinding posterior ventrikel kiri yang hiperkinetik. Kadang-kadang daun katup
mitral anterior atau septum interventrikular bergerar halus (fluttering).
Pengobatan Medikamentosa
Digitalis harus diberikan pada regurgitasi berat dan dilatasi jantung walaupun
asimtomatik. Regurgitasi aorta karena penyakit jantung reumatik harus mendapat
pencegahan sekunder dengan antibiotik. Juga terhadap kemungkinan endokarditis
bakterialis bila ada tindakan khusus. Pengobatan dengan vasodilator seperti
nifedipine, felodipine, dan ACE inhibitor dapat mempengaruhi ukuran dan fungsi dari
8
ventrikel kiri dan mengurangi beban di ventrikel kiri, sehingga dapat memperlambat
progresivitas dari disfungsi miokardium.1
Pengobatan Pembedahan
Hanya pada regurgitasi aorta akibat diseksi aorta, reparasi katup aorta bisa
dipertimbangkan. Sedang pada regurgitasi aorta akibat penyakit lainnya, katup aorta
umumnya harus diganti dengan katup artifisial. Timbulnya keluhan, terutama sesak
napas, merupakan indikasi operasi. Tapi pasien dengan regurgitasi berat pun bisa
asimtomatik, padahal ventrikel kiri sudah dilatasi dan hipertrofi sehingga bisa
mengakibatkan fibrosis otot jantung apabila dibiarkan. Bila ekokardiografi
menunjukkan dimensi systolic ventrikel kiri 55 mm atau fractional shortening 25%
dipertimbangkan untuk tindakan operasi, sebelum timbul gagal jantung. Secara umum
rekomendasi untuk tindakan pengobatan dan pembedahan adalah pasien dengan
pembesaran ventrikel kiri (LV end diastolic dimention besar dari 65 mm) dan normal
fungsi sistolik, dapat diterapi dengan vasodilator, Dan nifedipine merupakan pilihan
yang bail. Pembedahan dilakukan terhadap pasien dengan pembesaran ventrikel kiri
yang progresif, dimensi diastolik akhir lebih Dari 70 mm; dimensi sistolik 50 mm dan
EF 50%. Pasien dengan disfungsi ventrikel kiri yang sistomatis, harus dilakukan
penggantian katup setelah periods pengobatan intensif dengan digitalis, diuretic, Dan
vasodilator untuk mencegah timbulnya gagal jantung.1
Pedoman indikator bedah pada pasien regurgitai aorta berat:3
9
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan dalam
preload/peningkatan tekanan atrium dan kongesti vena.
b. Risiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan filtrasi glomerulus.
c. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard.
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan.
10
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiogram : Hipertropi ventrikel kiri
2. Radiogram dada : Pembesaran ventrikel kiri, dilatasi aorta proksimal
11
3. Echocardiogramm : Struktur dan gerakan katup yang abnormal.
4. Kateterisasi jantung : Ventrikel kiri tampak opag selama penyuntikan bahan
kontras kedalam pangkal aorta
5. Aortography
6. Peningkatan cardiac iso enzim (cpk & ckmb)
Elektrokardiografi menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri dengan adanya
strain. Foto dada menunjukkan adanya pembesaran ventrikel kiri, elongasi aorta, dan
pembesaran atrium kiri. Ekokardiografi menunjukkan adanya volume berlebih pada
ventrikel kiri dengan dimensi ventrikel kiri yang sangat melebar dan gerakan septum
12
dan dinding posterior ventrikel kiri yang hiperkinetik. Kadang – kadang daun katup
mitral anterior atau septum interventrikular bergetar halus (fluttering).
F. PENATALAKSANAAN
Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk
penggantian katup masih kontroversial. Pilihan untuk katup buatan ditentukan
berdasarkan umur, kebutuhan, kontraindikasi untuk koagulan, serta lamanya umur
katup. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri
tanpa memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain. Bila pasien mengalami gejala
gagal jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukannya
pembedahan.
3. INTERVENSI
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan dalam
preload/peningkatan tekanan atrium dan kongesti vena.
Tujuan : Menunjukkan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan disritmia.
Intervensi :
1. Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer. R/ Indikator klinis dari keadekuatan curah
jantung. Pemantauan memungkinkan deteksi dini/tindakan terhadap dekompensasi.
2. Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi (misal: berjalan) bila pasien mampu turun
dari tempat tidur aatur posisi saat istirahat dengan posisi semi fowler . R/
Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap
cadangan jantung. Posisi semi fowler memudahkan oksigenasi.
13
3. Berikan oksigen suplemen dan obat-obatan sesuai indikasi. Pantau DGA/nadi
oksimetri.
R/ Memberikan oksigen untuk ambilan miokard dalam upaya untuk mengkompensasi
peningkatan kebutuhan oksigen.
b. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard.
Tujuan : Nyeri hilang/terkontrol.
Intervensi :
1. Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode sebelumnya. Gunakan
skala nyeri (0-10) untuk rentang intensitas. Catat ekspresi verbal/non verbal nyeri,
respons otomatis terhadap nyeri (berkeringat, TD dan nadi berubah, peningkatan atau
penurunan frekuensi pernapasan). R/ Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi
penyebab nyeri. Perilaku dan perubahan tanda vital membantu menentukan derajat/
adanya ketidaknyamanan pasien khususnya bila pasien menolak adanya nyeri.
2. Anjurkan pasien berespons tepat terhadap angina (contoh berhenti aktivitas yang
menyebabkan angina, istirahat, dan minum obat antiangina yang tepat). Berikan
lingkungan istirahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan. R/ Aktivitas yang
meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia (contoh kerja tiba-tiba, stres, makan
banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
3. Berikan vasodilator, contoh nitrogliserin, nifedipin (Procardia) sesuai indikasi. R/
Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardia (vasodilator) menurunkan
angina sehubungan dengan iskemia miokardia.
14
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.
Intervensi :
1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut: frekuensi
nadi 20/menit diatas frekuensi istirahat; catat peningkatan TD, dispnea atau nyeri
dada; kelelahan berat dan kelemahan; berkeringat; pusing; atau pingsan. R/ Parameter
menunjukkan respons fisiologis pasien terhadap stres aktivitas dan indikator derajat
pengaruh kelebihan kerja/jantung.
2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil/frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas
dan perawatan diri. R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual.
3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. R/ Konsumsi oksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada.
Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya. R/ Teknik penghematan energi
menurunkan penggunaan energi sehingga membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
5) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas. R/ Seperti
jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah
kelemahan.
15
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Menunjukkan penurunan ansietas/terkontrol.
Intervensi :
1) Pantau respons fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah.
R/ Membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung. Penggunaan
evaluasi seirama dengan respons verbal dan non verbal.
2) Berikan tindakan kenyamanan (contoh mandi, gosokan punggung, perubahan
posisi).
R/ Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi,
meningkatkan kemampuan koping.
3) Dorong ventilasi perasaan tentang penyakit-efeknya terhadap pola hidup dan
status kesehatan akan datang. Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh
napas dalam, bimbingan imajinasi, relaksasi progresif.
R/ Memberikan arti penghilangan respons ansietas, menurunkan perhatian,
meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping.
4) Libatkan pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong
partisipasi maksimum pada rencana pengobatan.
R/ Keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti positif
dan memberikan rasa kontrol.
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas/istirahat
16
Gejala: Kelemahan, kelelahan, pusing, rasa berdenyut, dispnea karena kerja, palpitasi,
gangguan tidur (ortopnea, dispnea paroksismal nokturnal, nokturia, keringat malam
hari).
Tanda: Takikardi, gangguan pada TD, pingsan karena kerja, takipnea, dispnea.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik, endokarditis bakterial
subakut, infeksi streptokokal; hipertensi, kondisi kongenital (contoh kerusakan atrial-
septal, sindrom Marfan), trauma dada, hipertensi pulmonal, riwayat murmur jantung,
palpitasi, serak, hemoptisis, batuk dengan/tanpa produksi sputum.
Tanda:
Sistolik TD menurun (AS lambat).
Tekanan nadi: penyempitan (SA); luas (IA).
Nadi karotid: lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan pulsasi
arteri terlihat (IA).
Nadi apikal: PMI kuat dan terletak di bawah dan ke kiri (IM); secara lateral kuat
dan perpindahan tempat (IA).
Getaran: Getaran diastolik pada apek (SM), getaran sistolik pada dasar (SA),
getaran sistolik sepanjang batas sternal kiri; getaran sistolik pada titik jugular dan
sepanjang arteri karotis (IA).
Dorongan: dorongan apikal selama sistolik (SA).
17
Bunyi jantung: S1 keras, pembukaan yang keras (SM). Penurunan atau tak ada S1,
bunyi robekan luas, adanya S3, S4 (IM berat). Bunyi ejeksi sistolik (SA). Bunyi
sistolik, ditonjolkan oleh berdiri/jongkok (MVP).
Kecepatan: takikardi (MVP); takikardi pada istirahat (SM).
Irama: tak teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM). Disritmia dan derajat pertama blok
AV (SA). Murmur: bunyi rendah, murmur diastolik gaduh (SM). Murmur sistolik
terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher (SA). Murmur diastolik
(tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar (IA).
c. Integritas ego
Gejala: Tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus menyempit,
gemetar.
d. Makanan/cairan
Gejala: Disfagia (IM kronis), perubahan berat badan, penggunaan diuretik.
Tanda: Edema umum atau dependen, hepatomegali dan asites (SM, IM), hangat,
kemerahan dan kulit lembab (IA), pernapasan payah dan bising dengan terdengar
krekels dan mengi.
e. Neurosensori Gejala: Episode pusing/pingsan berkenaan dengan beban kerja.
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri dada, angina (SA, IA), nyeri dada non-angina/tidak khas (MVP).
18
g. Pernapasan
Gejala: Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal). Batuk menetap atau
nokturnal (sputum mungkin/tidak produktif).
Tanda: Takipnea, bunyi napas adventisius (krekels dan mengi), sputum banyak dan
berbercak darah (edema pulmonal), gelisah/ketakutan (pada adanya edema pulmonal
19
h. Keamanan
Gejala: Proses infeksi/sepsis, kemoterapi radiasi, adanya perawatan gigi
(pembersihan, pengisian, dan sebagainya).
Tanda: Perlu perawatan gigi/mulut.
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Penggunaan obat IV (terlarang) baru/kronis.
j. Pertimbangan pemulangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 4,9 hari.
Bantuan dengan kebutuhan perawatan diri, tugas-tugas rumah tangga/pemeliharaan,
perubahan dalam terapi obat, susunan perabot di rumah
EVALUASI
1. Menunjukkan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan disritmia.
2. Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda
vital dalam rentang normal, dan tak ada edema.
3. Nyeri hilang/terkontrol.
4. Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.
5. Menunjukkan penurunan ansietas/terkontrol.
20
PROGNOSIS
Dari 125 pasien yang diikuti selama 13 tahun, didapatkan mortality rate 2,5% per
pasien setahun. Prediksi yang baik didapatkan pada pasien dengan umur muda, index
end systolic angiografi kurang dari 120 ml/m2 sebelum operasi, dan dimensi end
diastolic berkurang pasca operasi lebih dari 20%. Dari data yang ada ternyata hasil
akhir pembedahan pada perempuan lebih jelek dibandingkan pria. Ebagai contoh dari
suatu studi terhadap 51 perempuan dan 198 pria, didapatkan tindakan bedah lebih
sering terhadap perempuan dengan gejala yang berat, tetapi proporsi kematian setelah
tindakan bedah pada perempuan dan pria adalah sama.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
.
30