bab i.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah atelektasis berasal dari bahasa yunani, ateles dan ektasis, yang berarti
pengembangan tidak sempurna. Atelektasis merupakan suatu keadaan dimana
sebagian atau seluruh paru tidak dapat berkembang secara sempurna, hal ini
mengakibatkan udara dalam alveoli akan berkurang atau menghilang sama sekali
pada bagian yang tidak berkembang tersebut atau sering juga disebut kolaps paru
(lung collaps). (Sunita, 2010)
Atelektasis, yang dikenal sebagai kolaps, adalah berkurangnya volume
paru akibat tidak memadainya ekspansi rongga udara. Kelainan ini menyebabkan
pengalihan darah yang kurang teroksigenasi dari arteri ke vena paru sehingga
terjadi ketidakseimbangan ventilasi perfusi dan hipoksia. (Robbins, 2007)
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru-paru yang tidak
sempurna dan menerangkan arti bahwa alveolus pada bagian paru-paru yang
terserang tidak mengandung udara dan kolaps. Atelektasis adalah pengkerutan
sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus
maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. (Sunita, 2010)
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat
meliputi sub segmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita
atau pria dan dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada
anak yang lebih muda dari pada anak yang lebih tua dan remaja. Stenosis dengan
penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis (kolaps)
dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen
dengan tanda pengempisan lobus. Secara patologik, hampir selalu ada pula
kelainan-kelainan lain di samping tidak adanya udara dari pada lobus dan posisi yang
disebabkannya dari pada dinding-dinding alveolar dan bronkhiolar. (Sharma , 2003)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Berasal dari bahasa Yunani , Ateles dan Ektasis, yang memiliki arti
ekspansi yang tidak sempurna. Atelectasis didefinisikan sebagai keadaan dimana
volume paru berkurang pada sebagian atau semua paru-paru (Medscape, 2012)
Kolapsnya paru atau alveolus disebut atelektasis, alveolus yang
kolaps tidak mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam
pertukaran gas. Kondisi ini mengakibatkan penurunan luas permukaan yang
tersedia untuk proses difusi dan kecepatan pernafasan berkurang. ( Elizabeth
J.Corwin , 2009)
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal. ( Price dan Wilson 2006)
B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
C. PATOFISIOLOGI (Price dan Wilson, 2007)
Terdapat dua penyebab utama terjadinya kolaps paru yaitu atelektasis
absorpsi sekunder dari obstruksi bronkus atau bronkiolus dan atelektasis yang
disebabkan oleh penekanan
1. Atelektasis absorpsi
Pada atelektasis absorpsi obstruksi saluran nafas menghambat
masuknya udrara kedalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan
udara yang sudah terdapat dalam alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi
sedikit ke dalam aliran darah dan alveolus kolaps. (untuk mengembangkan
alveolus yang kolaps total diperlukan tekanan udara yang lebih besar,
seperti halnya seseorang harus meniup balon lebih keras pada waktu mulai
mengembangkan balon). Atelektasis absorpsi dapat disebabkan oleh
obstruksi bronkus intrinsik atau ekstrinsik. Obstruksi bronkus intrinsik
paling sering diakibatkan oleh sekret atau eksudat yang tertahan. Tekanan
ekstrinsik pada bronkus biasanya disebabkan oleh neoplasma, pembesaran
kelanjar getah bening, aneurisma atau jaringan parut.
Pembahasan berikut hanya kana menelaah obstruksi intrinsik yang
diakibatkan oleh sekret yang tertahan, karena jenis ini lebih sering
ditemukan dan dapat dicegah.
Mekanisme pertahanan fisiologik yang bekerja mempertahankan
strerilitas seluruh nafas bagian bawah, beberapa bagian dari mekanisme ini
juga bertindak mencegah atelektasis dengan mneghalangi terjadinya
obstruksi. Mekanisme-mekanisme yang berperan adalah kerja gabungan
dari “tangga berjalan silia” yang dibantu oleh batuk untuk memindahkan
partikel-partikel dan bakteri yang berbahaya kedalam faring posterior,
temoat partikel dan bakteri tersebut ditelan atau dikeluarkan. Mekanisme
lain yang bertujuan mencegah atelektasis adalah ventilasi kolateral.
Penyelidikan eksperimental mengenai ventalasi kolateral telah memastikan
bahwa udara dapat lewat melalui asinus paru yang satu ke asinus paru yang
lain tanpa melalui saluran nafas yang biasa. Sekarang sudah jelas bahwa
terdpat pori-pori kecil yang disebut pori-pori kohn yang ditemukan pada
tahun 1873, terletak diantara alveolus, yang memberikan untuk
memberikan jalan untuk ventilasi kolateral.
Gambar diatas memperlihatkan bagaimana ventilasi kolateral dapat
mencegah atelektasis absorpsi bila terjadi obstruksi bronkiolus akibat
gumpalan mukus. Digambarkan juga salah satu penyebab ventilasi yang tak
efekktif dan akibatnya. Hanya inspirasi dalam saja yang efektif untu
membuka pori-pori kohn dan menimbulkan ventilasi kolateral kedalam
elveolus disebelahnya yang mengalami penyumbatan. Dengan demikian
kolaps akibat absorpsi gas-gas dalam alveolus yang tersumbat dapat
dicegah (dalam keadaan normal absorpsi gas ke dalam darah lebih mudah
karena tekanan parsial total gas-gas darah sedikit lebih rendah daripada
daripada tekanan atmosfer akibat lebih banyaknya O2 yang diabsorpsi
kedalam jaringan daripada CO2 yang diekskresikan). Selama ekspirasi,
pori-pori kohn menutup, akibatnya tekanan didalam alveolus yang
tersumbat meningkat, sehingga membantu pengeluaran sumbat mukus.
Bahkan dapt dihasilkan gaya ekspirasi yang lebih besar, yaitu sesudah
bernafas dalam, glotis tertutup dan kemudian terbuka tiba-tiba seperti pada
proses batuk normal. Sebaliknya por-pori kohn tetap terrutup sewaktu
inspirasi dangkal, sehingga tidak ada ventilasi kolateral menuju alveolus
yang terseumbat dan tekanan yang memadai untuk mengeluarkan sumbat
mukus tidak akan tercapai. Absorpsi gas-gas alveolus kedalam aliran darah
berlangsung terus, dan mengakibatkan kolaps alveolus. Dengan keluarnya
gas dari alveolus, maka tempat yang kosong itu sedikit demi sedikit akan
terisis oleh cairan edema.
Pembahan ini menekankan pentingnya batuk, latihan bernafas
dalam dan aktifitas lainnya untuk mencegah atelektasis terutama pada
mereka yang mempunyai kecenderungan menderita atelaktasis. Hal ini
khususnya penting bagi kasus pasca bedah, pasien yang harus tirah baring,
atau pada pasien-pasien yang lemah, karena atelektasis sering terjadi pada
kelompok ini. Atelektasis pada dasar paru sering kali muncul pada mereka
yang pernafasannya dangkal karena nyeri, lemah atau peregangan
abdominal. Sekret yang tertahan dapat mengakibatkan pnemonia dan
atelektasis yang lebih luas.
Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian
jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.untuk dapat
melakukan tindakan pencegahan yang memadai diperlukan pengenalan
terhadap faktor-faktor yang mnegganggu mekanisme pertahanan
mekanisme paru normal.
2. Atelektasis tekanan
Diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada semua bagian paru atau
bagian dari paru, sehingga mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolaps. Sebab-sebab yang palilng sering adalah efusi pleura, pneumotoraks,
atau peregangan abdominal yang mendorong diafragma keatas. Atelektasis
tekanan lebih jarang terjadi dibandingkan atelektasis absorpsi.
Hilangnya surfaktan dari rongga udara terminal menyebabkan
kegagalan paru untuk mengembang secara menyeluruh dan disebut sebagai
mikro atelektasis. Hilangnya surfaktan merupakan keadaan yang penting
baik pada sindrom distress pernafasan akut (ARDS) pada dewasa maupun
bayi.
D. PATOGENESIS
Tiga set mekanisme telah diusulkan bahwa dapat menyebabkan atau
memberikan kontribusi terhadap perkembangan atelektasis , termasuk kompresi
jaringan paru-paru , penyerapan udara alveolar , dan gangguan fungsi surfaktan . ini
Bagian ketiga menjelaskan mendasari penyebab atelektasis , faktor klinis yang dapat
memodulasi perkembangan atelektasis dijelaskan dalam bagian berikutnya.
1. Kompresi jaringan paru
Kompresi atelektasis terjadi ketika transmural yang tekanan
distending alveolus berkurang ke tingkat yang memungkinkan alveolus
runtuh . Diafragma normal memisahkan rongga perut dan intratoraks dan ,
jika dirangsang , memungkinkan tekanan diferensial di perut dan dada .
Setelah induksi anestesi , yang diafragma santai dan pengungsi cephalad
dan Oleh karena itu kurang efektif dalam mempertahankan tekanan yang
berbeda dalam dua rongga . Secara khusus , tekanan pleural
meningkat secara lebih luas dalam paru-paru tergantung daerah ( gbr. 1 )
dan dapat memampatkan paru-paru yang berdekatan jaringan . Ini disebut
kompresi atelectasis.5 Beberapa bukti mendukung peran diafragma
dalam pengaturan ini . Froese dan Bryan6 digunakan cineradiography
untuk menunjukkan pergeseran cephalad diafragma selama anestesi dan
pernapasan spontan , yang tidak berkembang setelah relaksasi otot .
Namun, perbedaan dalam pola gerakan diafragma tercatat . Pada pasien
terlentang , selama spontan bernapas , semakin rendah , sebagian
tergantung dari diafragma memindahkan sebagian besar , sedangkan
dengan kelumpuhan otot , bagian atas , bagian nondependent menunjukkan
perpindahan terbesar . Dua pola jelas berbeda dari diafragma
perpindahan terlihat dari fungsi baru yang sama
2. Penyerapan udara alveolar
3. Gangguan fungsi surfaktan
4.
E. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan mekanisme yang mendasari atau distribusi kolaps alveolusnya,
atelektasi dibagi menjadi 4 kategori (Robbins, 2007)
- Atelektasis resorpsi
Terjadi jika suatu obstruksi menghambat udara mencapai jalan nafa
sebelah distal. Udara yang sudah ada secara bertahap diserap sehingga
kemudian menjadi kolaps alveolus. Kelainan ini dapat mengenai
seluruh paru, satu lobus, atau satu atau lebih segmen bergantung pada
tingkat obstruksi saluran nafas. Penyebab tersering atelektasis resorpsi
adalah obstruksi sebuah bronkus oleh sumbatan mukopurulen atau
mukus. Hal tersebut sering terjadi pasca operasi walaupun juga dapat
menjadi penyulit pada asma bronkiale, bronkiektasis, atau bronkitis
kronis. Kadang-kadang obtruksi disebabkan oleh aspirasi benda asing,
terutama pada anak, atau bekuan darah pada waktu pembedahan mulut
atau anestesia. Jalan nafas juga dapat tersumbat oleh tumor (terutama
karsinoma bronkogenik), kelenjar getah bening yang membesar (seperti
pada TB), dan (jarang) aneurisma pembuluh darah.
- Atelektasis kompresi
Kadang-kadang disebut atelektasis pasif atau relaksasi. Biasanya
berkaitan dengan penimbunan cairna, darah, atau udara didalam rongga
pleura, yang secara mekanis menyebabkan paru didekatnya kolaps. Hal
ini sering terjadi pada efusi pleura, yang umumnya disebabkan oleh
gagal jantung kongestif. Kebocoran udara kedalam rongga
pleura(pnemotoraks) juga menyebabkan atelektasis kompresi.
Atelekatasi basal akibat posisi diafragma yang meninggi sering terjadi
pada pasien tirah baring, pasien dengan asites, serta selama dan setelah
pembedahan.
- Mikroatelektasis
Atau atelektasis non-obstruktif. Adlah berkurangnya ekspansi paru
secara generalisata akibat serangkaian proses, dan yang terpenting
adalah hilangnya surfaktan. Mikroatelektasis terdapat paa sindrom
gawat nafas akut pada neonatus serta beberapa penyakit paru yang
berkiatan dengan peradangan interstisium. Mikroatelktasis juga terjadi
pada atelektasis pasca bedah.
- Atelektasis kontraksi
disebut juga sikatrisasi. Terjadi jika fibrosis lokal atau generalisata
diparu atau pleura menghambat ekspansi dan meningkatkan recoil
elastik sewaktu ekspirasi.
2. s
F. DIAGNOSIS
G. DIAGNOSIS BANDING
H. PENATALAKSANAAN
I. PROGNOSIS
BAB III
KESIMPULAN