bab i.docx

Upload: ameer-infinity-chavez

Post on 07-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam masa grhasta seseorang akan mendapat melaksanakan kewajibannya baik secara vertical yaitu melaksanakan hubungan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wase mealaui mekasanakan upacara panca yadnya, maupun secara horizontal yakni melakuakan hubungan antara sesama yang diatur dalam ikatan suka duka suatu banjar/desa. Semua hak dan kewajiaban yang dilakukan dalam masa grahasta adalah untuk mendukung proses pencapaian keharmonisan dalam hidup yang dapat dicapai dalam berbagai aspek kehidupan.terwujudnya keluarga yang bahagia dan sejahtra dalam keluarga salah satunya karena hadirnya seorang anak dalam keluarga tersebut. Namaun sebagaia mana ketahui tidak semua keluaraga bisa melahirkan anak, sehinga hal ini sering memicu retaknya perkawinan dalam keluarga.Dari venomena yang terjadi, tidak sedikit rusaknya rumah tangga akibat mereka tidak mempunyai anak. Demikian apula yang terjadi kasusu pologami banyak diakibatkan oleh tidak tidak ada kelahiran anak di dalam keluarga tersebut. Penomena yang terjadi ada yang berhasil melahirkan seorang anak dari perkawinana yang kedua namun tidak jarang juga terjadi tidak ada anak yang lahir meskipun sang suami sudah berpologami. Dari penomena tersemut maka salah satu pillihan sebagai solusi, bagi keluarga yang ditimpah musibah tersebut yakni dengan mengangkat anak atau adopsi.Sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan.Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung kondisi masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar.Aborsi dalam hukum adalah sebuah kegiatan yang ilegal. Tidak hanya dalam pandangan hukum, dalam pandangan setiap agama juga sangat dilarang. Hindu adalah salah satu agama yang melarang tindakan aborsi. Dilansir dari stitidharma.org, aborsi menurut pandangan Hindu adalah perbuatan dosa berikut adalah ulasan pandangan aborsi menurut ajaran Hindu.Aborsi dalam Teologi Hinduisme termasuk perbuatan yang disebut Himsa karma yaitu salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, menyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam adalah menghilangkan nyawa. berdasarkan falsafah atma atau roh yang sudah berada dan melekat pada janin yang masih berbentuk gumpalan darah.Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka Kanda-Pat berubah nama menjadi masing-masing: I Anta, I Preta, I Kala, dan I Dengen. Setelah janin berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai: Ari-ari, Lamas, Getih, dan Yeh-nyom. Nyama Bajang yang artinya saudara yang selalu membujang adalah kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang tidak berwujud. Jika Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara fisik, maka Nyama Bajang yang jumlahnya 108 bertugas menguatkan atma atau roh dalam tubuh bayi.Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa. Kitab-kitab suci Hindu antara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan, Ma no mahantam uta ma no arbhakam yang memiliki arti, janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi. Selain itu pada kitab Atharvaveda X.1.29 juga menyatakan, Anagohatya vai bhima yang berarti jangan membunuh bayi yang tiada berdosa.

B. Rumusan MasalahDari latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:1. Bagaimana Pandangan Agama Hindu terhadap Adopsi ?2. Apakah Makna Mengangkat Anak Menurut Ajaran Agama Hindu ? 3. Bagaimana pandangan Agama Hindu tentang tindak aborsi?

C. TujuanAdapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :1. Untuk mengetahui pandangan Agama Hindu tentang Adopsi.2. Untuk mengetahui makna mengangkat anak menurut ajaran Agama Hindu.3. Untuk mengetahui pandangan Agama Hindu tentang tindak Aborsi.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pandangan Agama Hindu terhadap AdopsiSebagaimana disebutkan, bahwa salah satu tujuan perkawian dilingkungan umat Hindu di bali adalah untuk mendapat keturunan dengan maksud dengan untuk meneruskan warisan orang tua atau keluarganya. Dalam Hukum adat Bali yang dijiwai oleh ajaran Hindu adalah sebagai kewajiban (swadharma) dan hak, baik dengan hubungan dengan parahyangan, pawongan maupun palemahan. Kepada mereka yang tidak mempunyai anak ini tidaklah berarti jalan untuk mencapai kebahagiaan yang sejati, bersatu dengan Tuhan Yang Mahaesa telah tertutup. Keluarga-keluarga ini dapat mengangkat anak, melakukan adopsi yang di dalam bahasa Sanskerta disebut: Parigraha atau Putrkaaam dan anak yang diangkat disebut: Ktakaputra, Datrimasuta atau Putra Dattaka. Jika kedududkan anak angkat sama dengan anak kandung, kehadiran seseorng anak dalam keluargha memiliki makna yang sama dengan anak akandung.Hal ini dapat dilihat dalam Manawadharmasastra IX.141 sebagai berikut:Jika anak laki yang mempunyai anak angkat laki-laki yang mempunyai sifat-sifat mulia yang sama akan mewarisi walaupun lahir dari keluarga yang lain.Kemudian dalam Manawadharmasastra IX.142 menyatakan: Keluarga dan harta warisan dari orang tua yang sebenarnya. Tarpana (upacara persenmbahan kepada kepada orang tua yang meningal), ia arus mengikuti nama keluarga (yang mengangkat) serta menerima warisan dari orang tua angkat (setelah tarpana kepadanya.

B. Makna Mengangkat Anak Menurut Ajaran Agama HinduAda pun beberapa makna yang dapat dikemukakan dalam pengangkatan anak adalah: Meneruskan warisan, Menurut ajaran agama Hindu yang tercemin dalam hukum adat Bali bahwa yang dimaksud dengan warisan adalah segala kewajiaban(swadharma) dan hak, baik dalam hubungannya dengan parahyanagan, pawongan maupun palemahan. Dengan demikian, anak angkat tidak saja berhak mewarisi harta benda orang tua angkatnya, tetapi juga memiliki kewajiban seorng anak yang sama dengan anak kandung. Kewajiaban itu misalnya memelihara merajan dan tempat suci lainya warisan aornag tua angkatnya termasuk melakuakan persembahan roh leluhur orang tua angkatnya (parahyangan), mensuciakn orang tua angkatanya atau roh leluhurnya (upacara ngaben), melaksanakan kewajiaban dengan angota keluarga yang laian dan dalam kaitanya dengan sesoroh, banjar (pawongan) dan memelihara rumah, lingkungan milik orang tua nagkatnya (palemahan).Menyelamatkan roh leluhur, Dengan adanya anak angkat maka sebuah keluaraga tidak mengalami puntung atau putus. Dalam kepercayaan Hindu, keturunna yang berlanjut ini dapat menyelamatkan roh leluhur. Dalam adi parwa menyebutkan tenteng pentingya keturunan untuk menyelamatkan roh leluhur. Dalam Adiparwa disebutkan tentang pentingnya keturunan untuk menyelamatkat roh leluhur. Betapa pentingnya kehadiran seorang anak dalam keluarga sebagai pelanjut keturunan dan dapat menyelamatkan roh leluhur dari neraka. Dalam Manawadharmasastra IX.138 menyebutkan karena anak laki-laki akan mengantarkan pitara dari neraka yang disebut put, karena itu iad di sebut putra dengan kelahirannya sendiri(Puja dan Tjokorda Rai sudharta,1973:564). Sedangkan dalam Adiparwa, 74,38 disebutkanseseorng dapat menundukan dunia dengan lahirnya anak ia memeper oleh kesenagan yang abadi, memperoleh cucu-cucu dan kakek-kekek akan memeperoleh kebahagiaan yang abadi dengan kelahiran cucu-cucunya.Pengingkat tali kasih keluarga, kelairan seorang anak/anak angkat dalam keluarga dapat sebagai pengingkat tali kasih dalam keluarga hal ini diungkapakan dalam sastra hindu, yakni dalam Adiparwa yang di sebutkan seorang anak merupakan pengikat tali kasih yang sangat kuat dalam keluarga, ia merupakan pusat penyatunya cinta kasih orngtuanya. Dalam ajaran agama Hindu dapat dikatakan kehadiran seorag anak/anak angkat sebagai penjain cinta kasih dalam kelurga. Penomena yang ada betapa pun kemulut yang terjadi antaraa orang tua dan anak akan selalu damai dalam pelukan orang tua, anak juga akan menjadi pelekat diantara kemulut orang tau. Anak juga dapat menciptakan kedamian dalam keluarga disamping orang suci dan seorng istri. Dengan melihat begitu pentngya peranan anak dalam kelurag ayang perlu di simak seagi seorang anak adalah menyucikan dan mengagungkan tugas-tugas dan fungsi-fungsi yang melakat pada anak sesuai dengan sastra-sastra Hindu dengan berlakuC. Aborsi dalam Pandangan Agama Hindu Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut Himsa karma yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai menghilangkan nyawa mendasari falsafah atma atau roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun masih berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Segera setelah terjadi pembuahan di sel telur maka atma sudah ada atas kuasa Hyang Widhi. Dalam Lontar Tutur Panus Karma, penciptaan manusia yang utuh kemudian dilanjutkan oleh Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Kanda-Pat dan Nyama Bajang. Selanjutnya Lontar itu menuturkan bahwa Kanda-Pat yang artinya empat-teman adalah: I Karen, sebagai calon ari-ari; I Bra, sebagai calon lamas; I Angdian, sebagai calon getih; dan I Lembana, sebagai calon Yeh-nyom. Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka Kanda-Pat berubah nama menjadi masing-masing : I Anta, I Preta, I Kala dan I Dengen. Selanjutnya setelah berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai : Ari-ari, Lamas, Getih dan Yeh-nyom. Nyama Bajang yang artinya saudara yang selalu membujang adalah kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang tidak berwujud. Jika Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara phisik, maka Nyama Bajang yang jumlahnya 108 bertugas mendudukkan serta menguatkan atma atau roh dalam tubuh bayi. Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa. Kitab-kitab suci Hindu antara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan : Ma no mahantam uta ma no arbhakam artinya : Janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi. Atharvaveda X.1.29 : Anagohatya vai bhima artinya : Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa. Dan Atharvaveda X.1.29 : Ma no gam asvam purusam vadhih artinya : Jangan membunuh manusia dan binatang. Dalam ephos Bharatayuda Sri Krisna telah mengutuk Asvatama hidup 3000 tahun dalam penderitaan, karena Asvatama telah membunuh semua bayi yang ada dalam kandungan istri-istri keturunan Pandawa, serta membuat istri-istri itu mandul selamanya. Pembuahan sel telur dari hasil hubungan sex lebih jauh ditinjau dalam falsafah Hindu sebagai sesuatu yang harusnya disakralkan dan direncanakan. Baik dalam Manava Dharmasastra maupun dalam Kamasutra selalu dinyatakan bahwa perkawinan menurut Hindu adalah Dharmasampati artinya perkawinan adalah sakral dan suci karena bertujuan memperoleh putra yang tiada lain adalah re-inkarnasi dari roh-roh para leluhur yang harus lahir kembali menjalani kehidupan sebagai manusia karena belum cukup suci untuk bersatu dengan Tuhan atau dalam istilah Theology Hindu disebut sebagai Amoring Acintya . Oleh karena itu maka suatu rangkaian logika dalam keyakinan Veda dapat digambarkan sebagai berikut : Perkawinan (pawiwahan) adalah untuk syahnya suatu hubungan sex yang bertujuan memperoleh anak. Gambaran ini dapat ditelusuri lebih jauh sebagai tidak adanya keinginan melakukan hubungan sex hanya untuk kesenangan belaka. Prilaku manusia menurut Veda adalah yang penuh dengan pengendalian diri, termasuk pula pengendalian diri dalam bentuk pengekangan hawa nafsu. Pasangan suami-istri yang mempunyai banyak anak dapat dinilai sebagai kurang berhasilnya melakukan pengendalian nafsu sex, apalagi bila kemudian ternyata bahwa kelahiran anak-anak tidak dalam batas perencanaan yang baik. Sakralnya hubungan sex dalam Hindu banyak dijumpai dalam Kamasutra. Antara lain disebutkan bahwa hubungan sex hendaknya direncanakan dan dipersiapkan dengan baik, misalnya terlebih dahulu bersembahyang memuja dua Deva yang berpasangan yaitu Deva Smara dan Devi Ratih, setelah mensucikan diri dengan mandi dan memercikkan tirta pensucian. Hubungan sex juga harus dilakukan dalam suasana yang tentram, damai dan penuh kasih sayang. Hubungan sex yang dilakukan dalam keadaan sedang marah, sedih, mabuk atau tidak sadar, akan mempengaruhi prilaku anak yang lahir kemudian. Oleh karena hubungan sex terjadi melalui upacara pawiwahan dan dilakukan semata-mata untuk memperoleh anak, jelaslah sudah bahwa aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal dan tidak dibenarkan.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanDari makalah ini dapat kami simpulkan bahwa, agama hindu tidak melarang perkebangan iptek kesehatan, asalakan tidak melanggar kaedah-kaedah yang terdapat dalam kitab suci agama hindu yaitu Weda. Selain itu juga terdapat beberapa perkebangan iptek kesehatan yang menjadi perhatian dalam agama hindu seperti :1. Adopsi : Agama hindu memandang adopsi sebagai sesuatu yang positif, karena dalam dalam agama hindu salah satu tujuan dari masa grahasta adalah untuk mendapatkan keturunan yang suputram, namun jika pada masa grahasta tersebut pasangan suami istri tidak memiliki keturunan maka pasangan suami istri tersebut dapat melakukan adopsi.2. Aborsi : Agama hindu melarang adanya aborsi, karena perbuatan tersebut merupakan melanggar ajaran ahimsa karma

B. Saran Memang kasus aborsi tidak dapat kita hentikan. Tetapi kita dapat mencegah meningkatnya kasus aborsi dengan cara kita sadar akan tindakan aborsi tersebut tidaklah baik. Tindakan aborsi tidak dibenarkan oleh semua agama. Oleh karena itu hendaknya kita sebagai seorang wanita berhati-hati pada hal-hal yang mengarah pada tindak aborsi.Dan sebagai seorang bidan yang berkecimpung pada pertolongan persalinan hendaknya tidak menolong pasien yang meminta persalinan sebelum waktunya (aborsi).

DAFTAR PUSTAKA

Gede Adi Soeryaone. Makna Mengangkat Anak dalam agamaHindu. https://suryawanhindudharma.wordpress.com/dukuments/ajaran/. Diakses pada tanggal 22 September 2015, pukul 18.52 WITA

Kadek Ayu Ristianti, 2014. Cara Pandang Agama Hindu Terhadap Perkembangan Iptek Kesehatan. http://dekayuristianti.blogspot.co.id/2014/02/tugas-agama.html. Diakses pada tanggal 22 September 2015, pukul 19.00 WITA

Putu Eka Irawan, 2013. Aborsi Menurut Pandangan Agama Hindu. http://putubayong.blogspot.co.id/2013/11/aborsi-menurut-pandangan-agama-hindu.html. Diakses pada tanggal 22 September 2015, pukul 19.15 WITA

13