bab i.docx

11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan sains atau ilmu pengetahuan paling fundamental karena merupakan dasar dari semua bidang sains (Tipler,1998 :1-2). Fisika berhubungan dengan materi dan energi; hukum-hukum yang mengatur gerakan partikel dan gelombang; interaksi antar partike; sifat- sifat molekul,atom,dan inti; dan sistem-sistem berskala lebih besar seperti gas,cair dan padat. Hollabaugh dalam Sears & Zemansky (2002 : xii) menyatakan fisika meliputi hal yang besar dan yang kecil, yang lama dan yang baru. Dari atom sampai galaksi,dari rangkaian listrik ke aerodinamika, fisika menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Pendapat tersebut menekankan bahwa fisika sangat penting untuk dipelajari. Akan tetapi, fisika dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit oleh sebagian besar siswa. Hal ini dikarenakan fisika membutuhkan matematika yang rumit ,materi yang terlalu banyak, bergantung pada buku teks, abstrak dan kompleks, membuktikan kegiatan laboratorium dan sering terjadi miskonsepsi. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Fisika juga mempelajari konsep- 1

Upload: bariqul-amalia-nisa

Post on 18-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I

6

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahFisika merupakan sains atau ilmu pengetahuan paling fundamental karena merupakan dasar dari semua bidang sains (Tipler,1998 :1-2). Fisika berhubungan dengan materi dan energi; hukum-hukum yang mengatur gerakan partikel dan gelombang; interaksi antar partike; sifat-sifat molekul,atom,dan inti; dan sistem-sistem berskala lebih besar seperti gas,cair dan padat. Hollabaugh dalam Sears & Zemansky (2002 : xii) menyatakan fisika meliputi hal yang besar dan yang kecil, yang lama dan yang baru. Dari atom sampai galaksi,dari rangkaian listrik ke aerodinamika, fisika menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Pendapat tersebut menekankan bahwa fisika sangat penting untuk dipelajari. Akan tetapi, fisika dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit oleh sebagian besar siswa. Hal ini dikarenakan fisika membutuhkan matematika yang rumit ,materi yang terlalu banyak, bergantung pada buku teks, abstrak dan kompleks, membuktikan kegiatan laboratorium dan sering terjadi miskonsepsi. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Fisika juga mempelajari konsep-konsep dari suatu konsep yang sederhana sampai suatu konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks. Belajar memahami fisika tidak lepas dari konsep. Konsep yang dipahami siswa mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar dapat dikatakan baik jika konsep-konsep yang dipelajari benar-benar dipahami. Semakin baik pemahaman konsep yang dimiliki semakin baik pula hasil belajarnya. Salah satu hasil proses belajar adalah pemahaman konsep ilmiah. Dengan adanya hasil prestasi belajar fisika yang rendah, dapat diketahui bahwa peserta didik belum memahami konsep-konsep fisika dengan benar. Hal ini dimungkinkan bahwa peserta didik tersebut mengalami salah konsep atau miskonsepsi.Menurut Van Den Berg (1991) siswa tidak memasuki pelajaran dengan kepala kosong yang dapat diisi dengan pengetahuan. Tetapi sebaliknya kepala siswa sudah penuh dengan pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan pelajaran yang diajarkan. Intuisi siswa mengenai suatu konsep yang berbeda dengan ilmuwan fisika ini disebut dengan miskonsepsi. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan pada saat mempelajari suatu konsep. Miskonsepsi merupakan Pemahaman materi/konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang tersebut (Suparno,2005). Miskonsepsi tersebut berkaitan dengan tingkat pemahaman siswa dalam menangkap materi pelajaran yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena sebelum mengikuti proses pembelajaran formal di sekolah/instansi, siswa sudah membawa pemahaman tertentu tentang sebuah konsep materi yang mereka kembangkan lewat pengalaman hidup mereka. Konsep yang dibawa ini ada yang sesuai dengan konsep ilmiah yang dikemukakan para ahli, tetapi ada juga yang bertentangan. Tidak jarang konsep siswa, meskipun tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang ada tetapi dapat bertahan lama dan sulit diperbaiki atau diubah. Hal ini biasanya disebabkan konsep yang mereka bawa, meskipun keliru tetapi dapat menjelaskan beberapa persoalan yang sedang mereka hadapi dalam kehidupan mereka (Suparno,2005). Seorang guru harus melihat siswa bukan seperti lembaran kosong, mereka sudah membawa pengetahuan awal, pengetahuan yang mereka miliki adalah dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya, dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa akan terbentuk suatu instuisi dan teori siswa yang belum tentu benar. Instuisi ini membentuk prakonsep yang sederhana sampai yang kompleks, cukup logis, konsisten serta sulit untuk direduksi. Prakonsepsi merupakan konsep awal yang dibawa oleh siswa sebelum siswa mendapat pembelajaran formal di sekolah dan biasanya dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Prakonsepsi ini dapat sesuai dengan konsep ilmiah dan dapat juga tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Hanya saja prakonsepsi ini kurang lengkap sehingga prakonsepsi ini perlu dikembangkan dan dibenahi di dalam pembelajaran formal supaya tidak menimbulkan miskonsepsi. Pembelajaran fisika masih kurang memperhatiakan prakonsepsi yang dimiliki siswa, guru cenderung menganggap siswa tidak mempunyai konsep awal atau prakonsep dan langsung memberikan materi tanpa menanyakan terlebih dahulu konsep apa yang siswa ketahui. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa antara lain disebabkan oleh pemberian konsep-konsep atau fakta-fakta terlepas oleh guru, sehingga siswa didalam menerima konsep tidak utuh atau mengalami kebingungan. Penggunaan metode mengajar oleh guru yang tidak sesuai dengan tujuan materi yang akan diajarkan menyebabkan siswa menerima konsep lain dari yang dimaksud. Guru cenderung masih menggunakn metode yang kurang melibatkan siswa secara aktif, kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah dan siswa hanya mendengarkan. Miskonsepsi juga dapat terjadi pada buku-buku acuan yang digunakan, buku-buku ini menyajikan konsep-konsep yang tidak lengkap atau menggunakan konsep lain yang mungkin para siswa tidak kenal untuk menjelaskan atau mendefinisikan konsep tersebut. Umumnya buku-buku hanya memuat generalisasi- generalisasi tanpa memperhatikan perkecualian- perkecualian sehingga guru mengalami keraguan dalam menjelaskan konsep yang ada dalam buku.Miskonsepsi sendiri perlu diindentifikasi terlebih dahulu sebelum akhirnya menyimpulkan sebuah solusi. Miskonsepsi ini bisa diukur melalui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa terhadap konsep melalui evaluasi diagnostik yang mempunyai tujuan mengidentifikasi kelemahan konsep siswa dan sebab-sebabnya (Arikunto,2009) seperti kelemahan tentang tingkat pemahaman materi siswa, dimana dengan mengetahui kelemahan dan sebabnya, guru juga akan mengambil solusi yang tepat. Menurut Suparno (2013), terdapat 3 garis besar langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi yaitu : 1) mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa, 2) mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut, 3) mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi. Adapun dalam penelitian ini, dilakukan langkah ketiga yaitu mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi. Untuk mengatasi miskonsepsi ini, peneliti melakukan remediasi berupa pembelajaran ulang. Menurut Ischak dan Warji (1987: 34), kegiatan perbaikan (remediasi) bertujuan untuk memberikan bantuan baik yang berupa perlakuan pengajaran maupun yang berupa bimbingan dalam mengatasi kasus-kasus yang dihadapi oleh siswa yang mungkin disebabkan faktor-faktor internal maupun eksternal.Dalam menangani miskonsepsi yang dimiliki siswa, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang sesuai. Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT).Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model pembelajaran TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. TGT memiliki tiga komponen yang terstruktur, yakni kelompok (teams), pemainan (games) dan turnamen (tournament). Setiap kelompok akan mencakup 4-5 siswa di dalam sebuah kelas. Siswa-siswa tersebut akan ditempatkan pada setiap kelompok sehingga sebisa mungkin menghasilkan kelompok yang heterogen (De Vries, 1976). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Pusparini (2011), penggunaan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar rata-rata sebesar 41,40%. Selain itu, Nini (2010) mengungkap bahwa penggunaan model TGT memiliki taraf signifikansi efektifitas sebesar 0,57 (tergolong sedang). Selain model pembelajaran, media pembelajaran yang mendukung juga diperlukan untuk mengatasi miskonsepsi. Berdasarkan hasil pengamatan di SMA Negeri 1 Bulu Sukoharjo, metode yang digunakan oleh guru adalah metode konvensional atau metode ceramah. Hal ini dapat menyebabkan siswa menjadi pasif dan tidak tertarik dalam mempelajari materi fisika yang diberikan. Siswa lebih sering terlihat sibuk sendiri dan tidak memperhatikan materi yang diberikan oleh guru. Kondisi ini dapat menyebabkan siswa sering mengalami miskonsepsi terutama dalam pembelajaran fisika. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan untuk mereduksi miskonsepsi siswa pada materi fluida statis di kelas X MIA 1 SMA Negeri 1 Bulu Sukoharjo dengan menggunakan model pembelajaran TGT. Sehingga, dengan menggunakan model pembelajaran tersebut, diharapkan miskonsepsi yang dimiliki oleh para siswa dapat diatasi. B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah yang terjadi pada pembelajaran Fisika kelas X MIA 1 SMA Negeri 1 Bulu Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 yaitu:1. Pembelajaran fisika masih kurang memperhatikan prakonsepsi yang dimiliki siswa.2. Siswa mengalami miskonsepsi terutama pada materi elastisitas benda.3. Model pembelajaran yang dilakukan guru yang bersangkutan belum merangsang aktivitas belajar siswa didalam pembelajaran yang dapat dilihat dari kurangnya keingintahuan siswa terhadap materi yang disampaikan guru4. Siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan guru sehingga siswa menjadi pasif. Hal ini akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti. Adapun batasan-batasan tersebut meliputi:1. Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri Bulu Sukoharjo semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015.2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat mereduksi miskonsepsi siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 1 Bulu Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 3. Materi pelajaran Fisika dibatasi pada materi Elastisitas Benda4. Objek penelitian yaitu upaya mereduksi miskonsepsi pada siswa.D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah serta untuk memperjelas permasalahan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Miskonsepsi apa saja yang dialami siswa sebelum dan setelah remidiasi?2. Berapa besar perubahan presentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi setelah dilaksanakan remidiasi dengan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode TGTE. Tujuan PenelitianPenelitian yang akan dilakukan peneliti bertujuan sebagai berikut:1. Mengidentifikasi miskonsepsi siswa sebelum dan setelah remidiasi.2. Berapa besar perubahan presentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi setelah dilaksanakan remidiasi dengan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode TGTF. Manfaat PenelitianBerdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi berbagai pihak antara lalin:1. Bagi SiswaAdanya remidiasi dengan menggunakan dengan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode TGT dapat mereduksi miskonsepsi siswa serta dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.2. Bagi GuruRemidiasi dengan menggunakan dengan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode TGT dapat memberikan bahan masukan untuk memperbaiki metode mengajar guna mereduksi miskonsepsi serta meningkatkan penguasaan konsep siswa3. Bagi SekolahHasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif bagi pengembangan sekolah khususnya untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah.4. Bagi PenelitiDalam hal ini sebagai calon guru fisika, penelitian ini sebagai langkah awal yang baik dalam rangka mempersiapkan diri sebagai pengajar fisika yang berkualitas.

1