bab i.docx

14
EVALUASI KEBIJAKAN EARMARKING PAJAK PENERANGAN JALAN UNTUK PENYEDIAAN PENERANGAN JALAN UMUM DI KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fenomena Earmarked Tax di Indonesia secara umum Fenomena earmarking memang sudah bukan merupakan fenomena yang asing lagi, hal ini ditunjukkan karena beberapa Negara di dunia sudah memakai system tersebut, baik Negara maju maupun berkembang. Resistensi yang tinggi dari pembayar pajak serta akuntabilitas yang diinginkan oleh para pembayar pajak tersebut terkait bagaimana uang pajak mereka dibelanjakan merupakan alasan mengapa earmarking dinilai beberapa politisi sebagai system yang baik dalam memperbaiki dan meningkatkan efisiensi anggaran. (Bird dan Jun, 2005, h.15-17) Negara-negara seperti Amerika, Jepang, Korea, Afrika Selatan, Rusia, dan Georgina pada tahun 1960-an sudah memakai system earmarking. Begitu juga pada Negara seperti Guatemana, El Savador, Yordania, Lebanon, dan Pakistan sudah memakai system tersebut pada tahun 1980-an. Negara- negara tersebut masing-masing mempunyai tujuan tersendiri dalam melaksanakan system tersebut, tetapi pada dasarnya Deeran (1965) dalam Mcleary (1991) menjelaskan tentang keuntungan penerapan earmarking system, yaitu earmarking akan

Upload: ruli-arifah-arjun-rampal

Post on 20-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

EVALUASI KEBIJAKAN EARMARKING PAJAK PENERANGAN JALAN UNTUK PENYEDIAAN PENERANGAN JALAN UMUM DI KOTA SURAKARTABAB IPENDAHULUANI.1Latar BelakangFenomena Earmarked Tax di Indonesia secara umumFenomena earmarking memang sudah bukan merupakan fenomena yang asing lagi, hal ini ditunjukkan karena beberapa Negara di dunia sudah memakai system tersebut, baik Negara maju maupun berkembang. Resistensi yang tinggi dari pembayar pajak serta akuntabilitas yang diinginkan oleh para pembayar pajak tersebut terkait bagaimana uang pajak mereka dibelanjakan merupakan alasan mengapa earmarking dinilai beberapa politisi sebagai system yang baik dalam memperbaiki dan meningkatkan efisiensi anggaran. (Bird dan Jun, 2005, h.15-17)Negara-negara seperti Amerika, Jepang, Korea, Afrika Selatan, Rusia, dan Georgina pada tahun 1960-an sudah memakai system earmarking. Begitu juga pada Negara seperti Guatemana, El Savador, Yordania, Lebanon, dan Pakistan sudah memakai system tersebut pada tahun 1980-an. Negara-negara tersebut masing-masing mempunyai tujuan tersendiri dalam melaksanakan system tersebut, tetapi pada dasarnya Deeran (1965) dalam Mcleary (1991) menjelaskan tentang keuntungan penerapan earmarking system, yaitu earmarking akan sesuai dengan prinsip manfaat pada perpajakan, earmarking memberikan jaminan minimum pembiayaan public dan tidak dipengaruhi campur tangan dari birokrasi pemerintah maupun legislative, dan earmarking dapat mendorong peningkatan penerimaan pajak yang baru. Sedangkan kerugian yang di timbulkan dari earmarking ada beberapa hal, yaitu earmarking akan membawa pada kesalahan alokasi sumberdaya (penerimaan), earmarking akan membawa efektivitas atas pemantauan anggaran, dan earmarking akan membuat anggaran tidak fleksibel.Di Indonesia konsep earmarking tax secara eksplisit bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas pengenaan pungutan pajak daerah. Hal ini tercantum dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 memaparkan bahwa ada tiga jenis pajak, yang terdiri dari dua pajak provinsi dan satu pajak kabupaten/kota untuk di earmarked kan pada masing-masing bidangnya. Tabel 1.1 Amanat Earmarking sesuai Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009NoJenis PajakPersentasePeruntukan

1Pajak Kendaraan BermotorMinimal 10%, termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kotaDialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum

2Pajak RokokBaik bagi provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50%Untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hokum oleh aparat yang berwenang

3Pajak Penerangan JalanSebagian Dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan

Sumber : Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009Pada table diatas terlihat bahwa pengaturan earmarking tax yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mengatur mengenai hasil penerimaan atas ketiga jenis pajak tersebut dialokasikan untuk pembiayaan pelayanan public yang berkaitan dengan masing-masing jenis pajak tersebut.Pajak penerangan jalan secara umumTerkait konsep earmarking tax yang berfokus terhadap pajak penerangan jalan, penyediaan penerangan jalan umum menjadi hal yang krusial dalam pengalokasian penerimaan jenis pajak tersebut. Penyediaan penerangan jalan umum yang layak dan sesuai kebutuhan merupakan tanggung jawab pemerintah untuk memenuhi penyediaan pelayanan public.Earmarked tax pada penerangan jalanKota Surakarta sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang RPJPD Kota Surakarta Tahun 2005-2025 memiliki visi dan misi Surakarta Kota Budaya, Mandiri, Maju, dan Sejahtera. Dalam Buku Profil Daerah Kota Surakarta, Kota Surakarta sebagai kota mandiri dalam visi tersebut dapat diartikan bahwa daerah mampu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, dengan mengoptimalkan berbagai potensi sumber daya yang dimiliki. Kemandirian dapat diwujudkan melalui pembangunan yang mengarah pada kemajuan ekonomi yang bertumpu kepada potensi yang dimiliki dengan didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya. Kota Surakarta sebagai Spirit of Java telah meninggalkan pola lama dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk mengatasi tuntutan globalisasi dan kemajuan tingkat pengetahuan. Pola baru yang disokong oleh Kota Surakarta dengan menyelenggarakan tatanan pemerintahan yang baik yang mencakup sistem tata kelola pemerintahan daerah, struktur organisasi, mekanisme kerja, peraturan perundangan, sumber aparatur pemerintah daerah, sarana dan prasarana. Tatanan pemerintahan Kota Surakarta dalam pelaksanaan otonomi daerah memiliki tujuan akhir yaitu memakmurkan rakyatnya dengan memaksimalkan kemampuan serta potensi daerah yang ada. Dalam menyelenggarakan tatanan pemerintahan yang baik dan mewujudkan visi dan misi spirit of java , Kota Surakarta memerlukan sumber pendapatan daerah yang memadai untuk membiayai segala kebutuhan daerah.

PAD di kota solo Gambar 1.1 Realisasi PAD Kota Surakarta Tahun 2009-2013 (dalam Juta Rupiah) Sumber : Dirjen Perimbangan KeuanganBerdasarkan table tersebut dapat terlihat bahwa Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta didominasi oleh sector pajak daerah. Pajak Daerah menguasai lebih dari setengah dari total Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta dalam kurun tahun 2009-2013. Hal ini merupakan prestasi bagi Kota Surakarta itu sendiri karena dinilai baik dalam mengelola sumber Pendapatan Asli Daerah nya khususnya yang bersumber dari pajak daerah.Pajak daerah yang dipungut oleh Kota Surakarta menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 terdiri dari: Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Parkir Pajak Air Tanah Pajak Sarang Burung WaletGambar 1.2 APBD Kota Surakarta per Jenis Pajak Daerah 2009-2013 (dalam Juta Rupiah)

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan

Berdasarkan table tersebut terlihat dari tahun 2009 hingga tahun 2013, anggaran yang ditetapkan untuk penerimaan pajak penerangan jalan di Kota Surakarta selalu meningkat dan selalu ada di peringkat teratas apabila disandingkan dengan jenis pajak daerah lainnya. Hal ini menunjukkan optimisme yang tinggi dari Pemerintah Kota Surakarta atas kontribusi dari sector pajak tersebut.Optimisme yang tinggi dari Pemerintah Kota Surakarta pada sector Pajak Penerangan Jalan setiap tahunnya harusnya diikuti dengan konsep earmarking tax yang baik pula, karena seperti yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 Pasal 32 Nomor 2 disebutkan bahwa sebagian dari penerimaan pajak penerangan jalan dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan. Bapak Kuncoro, Bagian Anggaran Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta mengatakan, PLN sebagai pemungut pajak penerangan jalan melalui tagihan rekening masyarakat Kota Surakarta rutin menyetorkan pajak penerangan jalan yang mereka pungut ke kas daerah Surakarta. Besarannya tidak selalu sama , tetapi rata-rata PLN dapat menyetorkan pajak penerangan jalan sebesar 4,3 Miliar setiap bulannya, penerimaan pajak penerangan jalan di Kota Surakarta setiap tahunnya diperkirakan lebih dari 48 Miliar rupiah. Dengan perolehan Pajak Penerangan Jalan yang cukup tinggi, Kota Surakarta sudah sewajarnya memerhatikan dan memperbaiki kualitas Penyediaan Penerangan Jalan Umum di Kota Surakarta. Karena seiring kemajuan ekonomi yang cukup pesat banyak sector-sektor bisnis baik yang dikelola oleh daerah maupun swasta yang membutuhkan penerangan jalan yang layak dalam operasionalnya. Tidak hanya itu, terkait keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat dalam mengendarai kendaraannya selama melintas di ruas jalan-jalan di Kota Surakarta juga harus diperhatikan karena apabila penerangan jalan umum kurang memadai akibatnya bisa terjadi kecelakaan.

Pengalokasian earmarked tax ppj di kota soloPenunggakanHal tersebut tidak in line dengan kasus penunggakan belanja listrik sebesar kurang lebih 1,3 Miliar pada tahun 2014 lalu untuk penyediaan penerangan jalan umum oleh Pemerintah Kota Surakarta kepada PLN. Karena menurut aturan earmarked tax yang dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 serta Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 sebagian dari penerimaan pajak penerangan jalan dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan. Dengan komposisi penerimaan sebesar 4,3 Miliar rata-rata setiap bulannya, harusnya pemerintah kota Surakarta tidak perlu kebingungan dalam membayar tagihan Pajak Penerangan Jalan yang diberikan oleh PLN. Penunggakan belanja listrik sebesar 1.3 Miliar tersebut mengakibatkan penambahan anggaran pada APBD tahun berikutnya yaitu pada APBD tahun 2015. Hal itu dapat menyebabkaBerdasarkan fenomena tersebut muncul beberapa pertanyaan mengenai bagaimana proses penentuan besaran alokasi dalam kebijakan pengalokasian pajak penerangan jalan di Kota Surakarta mengingat pajak penerangan jalan merupakan salah satu sektor pajak daerah yang diandalkan oleh Pemerintah Kota Surakarta serta factor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan besaran alokasi dalam kebijakan earmarked pajak penerangan jalan di Kota Surakarta. Seharusnya dengan besaran penerimaan pajak penerangan jalan yang sudah cukup memadai serta didukung dengan aturan mengenai earmarked tax yang dijelaskan di Undang-Undang serta Peraturan Daerah , hal-hal seperti penunggakan belanja listrik dan pemadaman listrik di Kota Surakarta tidak patut untuk terjadi.I.2Rumusan MasalahUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah serta Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah menyebutkan bahwa hasil penerimaan pajak penerangan jalan sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan, meskipun dalam peraturan tersebut tidak disebutkan besaran presentase secara pasti. Penerimaan pajak penerangan jalan di Kota Surakarta juga tidak sedikit, hampir dua kali lipat dari pencadangan awal Pemerintah Kota Surakarta dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik di Kota Surakarta (APBD Kota Surakarta 2014). Dalam implementasinya, pada tahun 2014 Kota Surakarta malah menunggak tagihan rekening listrik dari PLN sebesar 1,3 Miliar per Desember 2014 . Hal tersebut terlihat aneh karena pendapatan pajak penerangan jalan di Kota Surakarta terbilang tinggi dalam komposisi pajak daerah bagi Kota Surakarta. Pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:1. Bagaimana evaluasi atas kebijakan alokasi anggaran Pajak Penerangan Jalan (earmarked tax) untuk Penyediaan Penerangan Jalan Umum di Kota Surakarta?I.3Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah:1. Untuk mengevaluasi kebijakan alokasi anggaran Pajak Penerangan Jalan (earmarked tax) untuk Penyediaan Penerangan Jalan Umum di Kota Surakarta.I.4Signifikansi Penelitian1. Signifikansi AkademisPenelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang perpajakan khususnya dalam bidang Pajak Daerah mengenai evaluasi kebijakan earmarking Pajak Penerangan Jalan untuk Penyediaan Penerangan Jalan Umum di Kota Surakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam bentuk sumbangan pemikiran di bidang perpajakan terutama di bidang Pajak Daerah, khususnya mengenai Pajak Penerangan Jalan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau sumber informasi bagi penulis lainnya yang melakukan penelitian serupa.2. Signifikansi PraktisPenelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam bentuk masukan bagi pemerintah Kota Surakarta dan instansi-instansi terkait dalam pembuatan kebijakan terkait Pajak Penerangan Jalan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka menciptakan dinamika yang balance antara pemerintah dan masyarakat, dimana pemerintah dapat memberikan pelayanan publik lebih baik dan masyarakat dapat memantau penggunaan anggaran oleh pemerintah yang diterima dari Pajak Daerah.I.5Sistematika PenulisanSistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam bab yang masing-masing bab terbagi menjadi beberapa sub-bab agar dapat mencapai suatu pembahasan atas pokok permasalahan yang lebih mendalam dan mudah diikuti. Garis besar penulisan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:BAB IPENDAHULUANPada bab ini peneliti akan menggambarkan mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahan dan tujuan penelitian, signifikansi penelitian baik dari sisi akademis maupun praktis, serta sistematika penulisan yang menjelaskan susunan masing-masing bab pada penelitian ini.BAB IIKERANGKA TEORIBab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian serta penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini yang dapat digunakan sebagai kerangka pemikiran.BAB IIIMETODE PENELITIANBab ini menjelaskan mengenai pendekatan penelitian, jenis atau tipe penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, narasumber, site penelitian, batasan penelitian, dan keterbatasan penelitian.BAB IV GAMBARAN UMUM PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTABab ini akan menjelaskan gambaran umum Kota Surakarta, kondisi Penerangan Jalan Umum di Kota Surakarta, serta Pajak Penerangan Jalan di Kota SurakartaBAB VEVALUASI KEBIJAKAN EARMARKING PAJAK PENERANGAN JALAN UNTUK PENYEDIAAN PENERANGAN JALAN UMUM DI KOTA SURAKARTABab ini merupakan penjabaran hasil penelitian, perolehan data, serta hasil wawancara terkait evaluasi kebijakan earmarking Pajak Penerangan Jalan untuk penyediaan penerangan jalan umum di Kota Surakarta.BAB VISIMPULAN DAN SARANPada bab ini akan dipaparkan simpulan penelitian serta saran peneliti berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.