bab i.docx

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah lahirnya Ikhwan Al Shafa Ikhwan Al-Shafa adalah nama sekelompok pemikir islam yang bergerak secara rahasia dari sekte syi’ah isma’iliyah yang lahir pada abad ke 4 H (10 m) di basrah. Kerahasiaan kelompok ini yang juga menamakan dirinya khulan al-wafa’, ahl al-adl, dan abna’ al- hamd boleh jadi karena tendensi politik, dan baru terungkap setelah berkuasanya dinasti buaihi di bagdad pada tahun 983 m. Ada kemungkinan kerahasiaan organisasi ini di pengaruhi oleh paham takiyah, karena basis kegiatannya berada ditengah masyarakat mayoritas sunni. Boleh jadi juga kerahasiaan ini karena mereka mendukung pemikiran mu’tazilah yang telah dihapus oleh khalifah abbasiyah al-mutawakkil, sebagai mazhab negara. Menurut hana al-fahuri, nama ikhwan as-safa diekspresikan dari kisah merpati dalam cerita kalillah wa dumna’ yang diterjemahkan oleh ibn mugaffa’. Nama ikhwan al-Shafa diambil dari sebuah kelompok yang mengolah saint dan filsafat, bukan untuk kepentingan saint dan filsafat, tetapi untuk sebuah bentuk dari pada komunitas etnik spiritual, yang hidup ditengah–tengah masyarakat muslim yang sangat heterogen, perebutan kekuasan diantara jama’ah dalam satu komunitas, dan sekte mereka. Asas berdirinya organisasi ini sesuai dengan namanya ikhwan as-shafa’, persaudaraan yang dibangun atas persaudaraan yang tulus dan

Upload: nyonk-benyalo-al-qoyim

Post on 16-Nov-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1.Sejarah lahirnya Ikhwan Al ShafaIkhwan Al-Shafa adalah nama sekelompok pemikir islam yang bergerak secara rahasia dari sekte syiah ismailiyah yang lahir pada abad ke 4 H (10 m) di basrah. Kerahasiaan kelompok ini yang juga menamakan dirinya khulan al-wafa, ahl al-adl, dan abna al-hamd boleh jadi karena tendensi politik, dan baru terungkap setelah berkuasanya dinasti buaihi di bagdad pada tahun 983 m. Ada kemungkinan kerahasiaan organisasi ini di pengaruhi oleh paham takiyah, karena basis kegiatannya berada ditengah masyarakat mayoritas sunni. Boleh jadi juga kerahasiaan ini karena mereka mendukung pemikiran mutazilah yang telah dihapus oleh khalifah abbasiyah al-mutawakkil, sebagai mazhab negara.Menurut hana al-fahuri, nama ikhwan as-safa diekspresikan dari kisah merpati dalam cerita kalillah wa dumna yang diterjemahkan oleh ibn mugaffa. Nama ikhwan al-Shafa diambil dari sebuah kelompok yang mengolah saint dan filsafat, bukan untuk kepentingan saint dan filsafat, tetapi untuk sebuah bentuk dari pada komunitas etnik spiritual, yang hidup ditengahtengah masyarakat muslim yang sangat heterogen, perebutan kekuasan diantara jamaah dalam satu komunitas, dan sekte mereka. Asas berdirinya organisasi ini sesuai dengan namanya ikhwan as-shafa, persaudaraan yang dibangun atas persaudaraan yang tulus dan ikhlas, kesetiakawanan yang suci murni serta saling menasehati antar sesama anggota organisasi dalam menuju ridho ilahi. Oleh sebab itulah dalam risalah yang mereka kumpulkan para penulis selalu memulai nasehatnya dengan kalimat ya ayyuhal akh (hai saudara!) Atauya ayyuhal akh al-fadhil(wahai saudara yang budiman) suatu tanda kesetiakawanan antara sesama anggota.Tujuan filsafat dalam pengajaran mereka adalah upaya menyerupai Tuhan (at-tasyabuh billah) sejauh kemampuan manusia. Untuk mencapai tujuan itu, manusia haruslah berijtihad (berupaya sunguh-sungguh) menjauhkan diri mereka: dari berkata bohong dan meyakini kaidah bathil, dari pengetahuan yang keliru dan akhlak yang rendah, serta dari berbuat jahat dan melakukan pekerjaan secara tak sempurna. Aktivitas filsafat dikatakan sebagai upaya menyerupai Tuhan karena Tuhan tidaklah mengatakan kecuali yang benar dan tidak melakukan kecuali kebaikan. Dalam penilaian mereka, syariat (agama) telah dikotori oleh kebodohan dan kesesatan manusia dalam memahaminya, dan menurut mereka tidak ada jalan untuk membersihkannya kecuali dengan filsafat, karena filsafat mengandung hikmat dan kemaslahatan; bila ditata, filsafat yunani dengan agama islam niscaya dihasilkan kesempurnaan. Pusat organisasi juga menurunkan instruksi agar anggota-anggota yang berada didaerah mengadakan pertemuan berkala dalam jadwal tertentu guna mendiskusikan ilmu pengetahuan dan kepentingan anggota. Di dalam risalah mereka juz ke IV halaman 105 tertulis, sepantasnya bagi saudara-saudara kita, yang semoga mereka dikuatkan Allah dimana saja mereka berada, agar mengadakan majelis khusus yang tidak boleh dihadiri oleh selain anggota dalam waktu yang dijadwalkan untuk mendiskusikan ilmu pengetahuan dan membicarakan rahasia-rahasia ikhwan.

1.2. Karya-karyanyaPertemuan yang dilakukan sekali dalam 12 hari dirumah zaid ibn rifaah (ketua) secara sembunyi-sembunyi tanpa menimbulkan kecurigaan, telah melahirkan 52 risalah, yang dimuilai dengan kajian tentang matematik, ilmu logika, ilmu fisika dan terakhir membahas tentang tasawuf. jumlah rasail tersebut adalah 50 risalah dengan satu ringkasan dan satu lagi ringkasan dari ringkasan, kemudian mereka menamakan karya tersebut denganrasail ikhwan as-safa/ Ar-risalah al-jamiah,karena risalah ini mencakup secara keseluruhan risalah-risalah yang mereka telah tulis dengan memasukkan pokok-pokoknya saja tanpa merinci kandungan ilmu seperti yang terdapat pada aslinya. Tujuan utamanya ialah agar para pembaca yang telah membacaar-risalah al-jamiahini, seolah-olah telah membaca keseluruhan risalah ini. rasail ini merupakan inseklopedi populer tentang ilmu dan filsafat yang ada pada waktu itu. Dilihat dari isi, rasail tersebut dapat diklasifikasikan kepada empat bidang yaitu:1. 14 risalah tentang matematika, yang mencakup geometri, astronomi, musik, geografi, teori dan praktek seni,moral dan logika.2. 17 risalah tentang fisika dan ilmu alam, meliputi geonologi, minerologi, botani, hidup dan matinya alam, senang dan sakitnya alam, keterbatasan manusia, dan kemampuan kesadaran.3. 10 risalah tentang ilmu-ilmu jiwa, meliputi metafisika mazhab pytagoreanisme dan kebangkitan alam.4. 11 risalah tentang ilmu-ilmu ketuhaanan, mencakup kepercayaan dan keyakinan, hubungan alam dengan Tuhan, keyakinan ihwanu al-safa kenabian, dan keadaannya, tindakan rohani, bentuk konstitusi politik, kekuasaan Tuhan, magic, dan jimatTeksrisalah ikhwan al-Shafaterbit secara utuh pertamakali di Bombay pada tahun 1305-1306 H/ 1887-1889 M, sedang tahun 1928 di Cairo (diedit oleh zikrili), kemudian pada tahun 1957 diterbitkan di Beirut.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pemikiran FilsafatIkhwan al- ShafaMenurut anggotaIkhwan As-Shafa,Filsafatmemiliki 3 taraf, yaitu:1. Taraf Permulaan , yakni mencintai pengetahuan2. Taraf pertengahan, yakni mengetahui sejauh mana hakikat manusia dari segala yang ada3. Taraf akhir, yakni berbicara dan beramal dengan sesuatu yang sesuai dengan penngetahuan.Menurut merekafilsufatau orang bijak (hakim) adalah orang yang perbuatan , aktivitas dan akhlaknya kokoh, pengetahuannya hakiki, tidak melakukan sesuatu yang menimbulkan bahaya dan tidak pula meletakan sesuatu bukan pada tempatnya. Tujuanfilsafatdalam pengajaran mereka adalah menyerupai Tuhan(at-tasyabbuh bi al-Illah)sejauh kemampuan manusia. Untuk mencapai tujuan itu, manusia harusberijtihad(bersungguh-sungguh) menjauhkan diri dari: berkata yang bohong atau meyakiniaqidahyang batil, pengetahuan yang keliru dan akhlak yang rendah, serta berbuat jahat dan melakukan pekerjaan secara tak sempurna. Aktivitas filsafat dikatakan sebagai upaya menyerupai Tuhan karena Tuhan tidaklah mengatakan, kecuali yang benar dan tidak melakukan kecuali kebaikan. Dalam penilaian mereka, syariat telah dikotori oleh kebodohan dan kesesatan manusia dalam memahaminya, dan tidak ada jalan untuk membersihkannya, kecuali denganfilsafat,karenafilsafatmengandung hikmah dan kemaslahatan. Disamping ituIkhwan al-Shafajuga memadukan agama-agama yang berkembang pada waktu itu dengan berasaskanfilsafat, seperti Islam, Kristen, Majusi, Yahudi dll. Karena menurut mereka tujuan agama adalah sama, yaitu untuk mendekatkandiri kepadaTuhan. Usahaat-Taufiqini akan menghasilkan kesatuanfilsafatdan kesatuanmadzhab. Implikasinya akan melahirkan apa yang disebut denganat-Talfiq (elektik),yang memadukan semua pemikiran yang berkembang pada waktu itu, seperti pemikiran Persia, Yunani dan semua agama.

-2.2 Filsafat Alam Sebagaimana Al-Farabi, Ikhwan As-Shafa juga menganut paham penciptaan alam olehTuhan melalui cara emanasi[18]. namun, paham emanasi mereka berbeda dengan paham emanasi Al-Farabi. Menurut paham emanasi mereka, Tuhan memancarkan akaluniversalatau akal aktif. Akaluniveralmemancarkan jiwauniversal.Jiwauniversallalu memancarkan materi pertama, yaitu bentuk dan jiwa dan dari materi yang pertama, yaitu bentuk dan jiwa dan dari materi pertama, muncul tabiat-tabiat yang menyatu dengan jiwa. Jiwa universal dengan bantuan akal universal menggerakkan materi pertama sehingga mengambil bentuk yang memilikki dimensi panjang, lebar dan tinggi. Dengan demikian, terwujud tubuh yang mutlak, dan dengan tubuh mutlak itu, tersusun alam falak/langit dan unsur yang empat (tanah, air, udara, dan api). Karena pengaruh gerakan langit yang berputar, terjadi percampuran unsur yang empat sehingga muncul mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Di alam langit, yang lebih dahulu muncul adalah wujud yang lebih mulia (akal universal, kemudianjiwa universal, dan seterusnya). Adapun di bumi yang paling akhir muncul adalah yang paling mulia (didahului oleh mineral, kemudian tumbuhan, kemudian hewan, dan terakhir baru muncul manusia). Bila diurutkan kemunculan wujud itu dari yang pertama sampai yang terakhir adalah: Tuhan, Akal Universal, materi pertama dan bentuk, tabiat, tubuh mutlak, falak/langit, unsur yang empat (tanah, air, udara, dan api), dan yang dilahirkan dari empat unsur seperti benda-benda mineral, tumbuhan, binatang, dan manusia.Menurut Al-Farabi, penciptaan alam merupakan akibat aktivitas Tuhan, berfikir tentang diri-Nya, maka padafilsafat Ikhwan As-Shafa, penciptaan alam oleh Tuhan adalah manivestasi kepemurahan Tuhan. Tuhan menciptakan segenap alamrohani,dan potensi alam raga yang tersusun, Ia menciptakan segenap alam rohani sekaligus, sedangkan alam raga yang tersusun diciptakan-Nya berangsur-angsur dengan mengubahnya dari keberadaan potensial pada keberadaan aktual. Keberadaan ayah secara aktual lebih dahulu daripada keberadaan anak secara aktual, tetapi keberadaan keduanya secara potensial adalah sama. Tuhan sebagai sebab pertama dan langsung bagi keberadaan akal universal, tetapi hanya sebagai sebab pertama dan langsung bagi keberadaan dan terjadinya perubahan pada segenap cipta-Nya yang lain. Tuhan adalah wujud yang sempurna. Sejak azali, pada diri-Nya terdapat bentuk-bentuk dari pengetahuan tentang segala wujud yang ada. Bentuk-bentuk dari segala yang ada itu dilimpahkan-Nya kepada akal universal secara langsung, dan kepada jiwa universal melalui akaluniversal.Itulah sebabnya dikatakan bahwa Tuhan adalah guru akal universal, akaluniversaladalah guru jiwa universal, jiwa universal adalah guru para malaikat, para malaikat adalah guru para Nabi dan filsuf, sedangkan para Nabi dan filsuf adalah guru segenap manusia. Pada jiwa manusia, bentuk-bentuk atau segenap pengetahuan itu, pada mulanya belum ada secara aktual, tetapi ada secara potensial saja. Melalui berbagai jalan (tangkapan indra, pemikiran akal instingtif, akal yang diupayakan, atau melalui ilham dan wahyu) pengetahuan itu mengaktual dalam jiwa manusia secara bertahap. -2.3 Filsafat Angka Membaca selintas teksRasailakan menemukan bahwa betapa besar perhatian Ikhwan pada angka. Sebaliknya, seseorang mempelajari terlebih dahulu matematika dan bilangan sebelum mempelajari cabang-cabang pengetahuan lain (yang lebih tinggi), seperti fisika, logika dan ketuhanan(Rasail, 1:49).Ikhwan memegangkeyakinan Phytagorean bahwa sifat dasar hal-hal yang diciptakan adalah sesuai dengan sifat dasar bilangandan menyatakaninilah mazhab pemikiran Ikhwan kami(Netton, 1982 : 10). Mereka juga mengikuti kaum Phytagorean dalam hal kepeduliannya yang besar pada angka- angka tertentu. Secara khusus, Ikhwan memberikan perhatian khusus terhadap angka empat, suatu penghormatan yang melampaui bidang matematika murni: mereka menaruh perhatian, misalnya; pada empat musim, empat angin, empat arah mata angin, dan empat unsur empodoclean. Terdapat empat sifat dasar dan empat jenis cairan dalam diri manusia. Kecapi mempunyai empat senar dan bahkan materi dapat dibagi menjadi empat jenis. Alasan dibalik pemuliaan terhadap angka tertentu semacam ini mudah ditemukan, Tuhan menciptakanbanyak hal dalam kelompok empat-empat dan ...materi-materi alam tersusun secara empat-empat yang pada dasarnya berkaitan, atau selaras, dengan prinsip spiritual yang berkedudukan diatas mereka, yang terdiri atas Sang Pencipta, Akal Universal, Jiwa Universal, dan Materi Pertama(Netton, 1982:11). Menurut Ikhwan al-Shafa seseorang dapat belajar tentang keesaan Tuhan dengan mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan angka dan mereka menyatakanPhythaghoras percaya bahwa yang kedua menuntun ke yang pertama (Rasail, 3:200).Kendatipun mencurahkan perhatian mereka pada bilangan, ikhwan berusaha menghindarkan diri dari kesalahan utama kaum Phythagorean seperti dicatat oleh Aristoteles, ketika angka dan hal yang diangkakan dirancukan. Mereka juga menolak gagasan-gagasan Phythagorean tentang perpindahan jiwa(reinkarnasi)dan lebih berpegang pada gagasan bahwa penyucian yang tercapai dalam satu kali kehidupan di bumilah yang dapat memasukan manusia ke dalam surge.Bilangan merupakan kendaraan bagi doktrinIkhwan al- Shafa. Teori dariPhythagoras(sifat-sifat bilangan : Proporsi, progresi dll) dan hubungannya (yakni hubungan mistik) dengan kehidupan manusia dan dengan kondisi manusia setelah hidup didunia ini, sangat menarik bagi imajinasiIkhwan. Ikhwan al- Shafamembagi bilangan menjadi dua kelompok, faktor yaknisatudan seri yaknimulai dari dua sampai tak terhingga.Satu merupakan kesatuan mutlak, tidak bisa dibagi tidak dapat diperkecil dan tidak dapat di perbesar. Semua bilangan berasal dari satu, dua terbentuk dengan cara mengulangi satu dua kali, bilangan-bilangan lainnya dibentuk dengan menambahkan satu, jadi karakter satu itu merupakan faktor bagi setiap bilangan berikutnya.Akrobatismeyang lihai ini tidak pelak lagi membuahkan statemen berikut ini, yakni statemen yang separuh bersifat teologis dan yang satu bersifat metafisik, karena pada hakikatnya satu itu berbeda dari segala bilangan yang berasal daripadanya, maka yang Satu (Tuhan) pun tidak sama dengan atau berbeda dari segala wujud (makhluk) yang berasal dari Dia.[22]

2.4 Filsafat Agama Dibidang keyakinan praktis,Ikhwan al-Shafamembicarakan tentang agama dan hukum-hukum.Ikhwan al-Shafatidak merasa puas terhadap agama-agama yang ada. Namun demikian mereka menekankan pada setiap orang untuk memilih salah satu agama. Menganut agama yang tidak sempurna lebih baik daripada menjadi kafir, sebab dalam setiap agama terdapat unsur kebenaran. Ikhwan al- Shafa memandang Islam sebagai agama terbaik (par excellence), agama yang paling baik dan sempurna dari segala agama. Dengan dasar ini,Ikhwan al- Shafamenyatakan bahwa segala tema metafisika didalam kitab-kitab suci misalnya mengenai penciptaan, mengenai Adam, setan, pohon pengetahuan, kebangkitan kembali, Hari Perhitungan, dan surga dianggap sebagai simbol-simbol dan harus dipahami secara alegoris. Hanya orang-orang awam yang tidak dapat berpikir mandiri secara memadai, yang memahami tema-tema ini secara harfiah.Seperti ketika AllohBerfirman,bahwasanya AllohSubhanahuwataalamenurunkan hujan dari langit, maka mereka mengartikannya bahwasanya yang dimaksud hujan adalah Quran. Setiap orang harus diberi kebebasan untuk menganut agama yang dipilihnya, dia boleh pula mengubah (mengganti) agamanya, barangkali bahkan sering, sekalipun diharapkan dia dapat mencari agama terbaik dizamannya. Namun demikian, dia harus menghindari pendapat-pendapat yang bertentangan dengan dan doktrin-doktrin yang tidak benar. Ikhwan al- Shafa memformulasikan suatu sikap yang pasti terhadap semua agama, sekte dan madzhab-madzhab teologi yang ada. Islam dipandang oleh Ikhwan al-Shafa sebagai agama terbaik, agama yang paling baik dan paling sempurna dari segala agama. Al-Quran menghapuskan semua kitab yang diturunkan sebelumnya. Al-Quran sebagai kitab terakhir mengukuhkan isi kitab-kitab sebelumnya dan menghapuskan apa-apa yang bertentangan dengan ajarannya. Nabi Muhammad adalah pemimpin semua Nabi dan beliau adalah Nabi terakhir.[23] Dari sini dapat diketahui bahwa Ikhwan memandang semua agama memiliki kebenaran yang harus di hargai, oleh karena itu tidak ada fanatisme terhadap kelompok agama tertentu. Sehingga para pengikutnya bisa mempelajari pengetahuan dari agama mana saja. Hanya saja mereka mengklaim bahwaAgamaIslam yang terbaik.

BAB IIIKESIMPULAN

1. Ikhwan al-Shafa merupakan organisasi Islam rahasia yang telah berhasil menghimpun pemikiran-pemikiran mereka dalam sebuah ensiklopedi, Rasail Ikhwan al-Shafa. Melalui karya ini kita dapat memperoleh jejak-jejak ajaran mereka, baik tentang ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama. Ikhwan al-Shafa telah menjadi bagian kajian filsafat pendidikan Islam, Filsafat Islam, bahkan Tafsir Al-Quran Esotoris.2. Mereka lebih menekankan pada ilmu pengetahuan yang bersifat mutlak, jangan sampai ajaran agama menjadikan manusia terkungkung pada suatu pemikiran. Mereka membolehkan mengambil hikmah dari ajaran manapun juga. Dan juga selalu menempatkan segala sesuatu pada pemikiran/akal karena menurut keyakinan mereka bahwa akal adalah bentuk emanasi dari Alloh. Dalam teori FilsafatnyaIkhwan al-Shafamemiliki perhatian besar terhadap angka. Secara khusus,Ikhwanmemberikan perhatian terhadap angka empat, suatu penghormatan yang melampaui bidang matematika murni: mereka menaruh perhatian, misalnya,; pada empat musim, empat angin, empat arah mata angin, dan empat unsurempodoclean. MenurutIkhwan al-Shafaseseorang dapat belajar tentang keesaan Tuhan dengan mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan angka.

.

Daftar Pustaka1.Hasyim Syah Nasution,filsafat islam, (Jakarta: gaya media pertama 2002), cet. ke-3.2.Adenan,Filsafat Islam Klasik, Renaisance dan Modern, (Medan: Duta Azhar 2007)3.H. A. Mustafa,Filsafat islam, (Bandung: pustaka setia 2004), cet. ke-14.Ismail asy-syarafa,ensklopedi filsafat,(Jakarta:penerbit Khalifa 2005), cet. ke-15.http://www.labibsyauqi.blogspot.com/6.http://faridfann.wordpress.com/2008/05/21/biografi-dan-pemikiran-ikhwan-al-shafa/7.http://mirarami.wordpress.com/2009/11/03/ikhwan-al-shafa-sejarah-dan-pemikirannya/. Diakses pada hari sabtu, 28 Maret 2015 pukul 10:56