bab iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · web viewefisiensi produksi dapat...

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, industri mie instan adalah salah satu sektor industri pangan yang sudah cukup pesat perkembangannya dan memiliki prospek yang baik. Perkembangan industri mie instan dapat dilihat dari beberapa faktor. Faktor pertama adalah dilihat dari jumlah konsumsi mie instan per kapita di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika tahun 2000 konsumsi mie instan per kapita hanya mencapai 3,7 kilogram (sama dengan 53,1 bungkus), pada tahun 2005 meningkat 46% menjadi 5 kilogram. Meningkatnya jumlah konsumsi mie instan memberikan kesan bahwa industri mie instan merupakan industri yang tahan krisis dan memiliki peluang yang lebih besar pada masa yang datang. Faktor kedua adalah meningkatnya jumlah perusahaan yang menjadi produsen mie instan di Indonesia. Jika pada tahun 2001 terdapat 57 perusahaan yang terjun ke dalam industri ini, setahun kemudian terjadi peningkatan menjadi 59 perusahaan dan pada tahun 2005 terdapat 84 perusahaan. Faktor ketiga adalah meningkatnya volume produksi mie instan setiap tahunnya. Jika pada tahun 2004 volume produksi mencapai 975.000 ton, pada tahun 2005 meningkat 30% menjadi 1.272.000 ton. PT Indofood Sukses Makmur (PT ISM), Tbk merupakan produsen mie instan di Indonesia yang memproduksi mie instan dengan 40 citarasa dan beberapa merek. PT ISM, Tbk pada awalnya menguasai pangsa pasar mie instan di Indonesia 80%, namun seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang menjadi produsen mie instan, pangsa pasar PT ISM, Tbk menurun menjadi 70%. Banyaknya produk mie instan yang beredar di pasaran dan

Upload: ngonga

Post on 18-Mar-2018

225 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini, industri mie instan adalah salah satu sektor industri pangan yang sudah

cukup pesat perkembangannya dan memiliki prospek yang baik. Perkembangan industri mie

instan dapat dilihat dari beberapa faktor. Faktor pertama adalah dilihat dari jumlah konsumsi

mie instan per kapita di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika tahun 2000

konsumsi mie instan per kapita hanya mencapai 3,7 kilogram (sama dengan 53,1 bungkus),

pada tahun 2005 meningkat 46% menjadi 5 kilogram. Meningkatnya jumlah konsumsi mie

instan memberikan kesan bahwa industri mie instan merupakan industri yang tahan krisis

dan memiliki peluang yang lebih besar pada masa yang datang. Faktor kedua adalah

meningkatnya jumlah perusahaan yang menjadi produsen mie instan di Indonesia. Jika pada

tahun 2001 terdapat 57 perusahaan yang terjun ke dalam industri ini, setahun kemudian

terjadi peningkatan menjadi 59 perusahaan dan pada tahun 2005 terdapat 84 perusahaan.

Faktor ketiga adalah meningkatnya volume produksi mie instan setiap tahunnya. Jika pada

tahun 2004 volume produksi mencapai 975.000 ton, pada tahun 2005 meningkat 30%

menjadi 1.272.000 ton.

PT Indofood Sukses Makmur (PT ISM), Tbk merupakan produsen mie instan di Indonesia

yang memproduksi mie instan dengan 40 citarasa dan beberapa merek. PT ISM, Tbk pada

awalnya menguasai pangsa pasar mie instan di Indonesia 80%, namun seiring dengan

semakin banyaknya perusahaan yang menjadi produsen mie instan, pangsa pasar PT ISM,

Tbk menurun menjadi 70%. Banyaknya produk mie instan yang beredar di pasaran dan

persaingan tingkat produsen yang semakin tinggi, menyebabkan PT ISM, Tbk harus dapat

bertahan dengan baik dan meningkatkan daya saing. Salah satu cara meningkatkan daya

saing adalah perusahaan harus mengoptimalkan kinerja dari fungsi-fungsi yang ada di

perusahaan.

Fungsi produksi dan operasi memegang peranan yang cukup penting dalam kelangsungan

hidup perusahaan, karena 50-60% kegiatan perusahaan merupakan aktifitas produksi dan

operasi (Render dan Heizer, 2005). Oleh sebab itu, perusahaan harus memperhatikan setiap

kegiatan produksinya dan meningkatkan efisiensi produksi agar dapat menekan biaya secara

keseluruhan. Efisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian

persediaan bahan baku dengan baik. Bahan baku perlu mendapat perhatian ekstra dari

perusahaan, karena bahan baku sangat menentukan mutu produk mie instan itu sendiri.

Page 2: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

Sebaik apapun proses produksi mie instan suatu perusahaan, tidak akan menghasilkan

produk mie instan yang baik dan bermutu, jika bahan baku yang digunakan tidak bermutu

atau dalam kondisi yang tidak baik. Hal ini menyebabkan pengendalian persediaan bahan

baku mutlak perlu dilakukan perusahaan, baik dari saat pemesanan sampai dengan

penyimpanan di gudang.

Selain itu, sebagian besar perusahaan melibatkan investasi yang besar pada aspek

persediaan bahan baku, yaitu 30-40% (Hill, 1994). Divisi Noodle, PT ISM, Tbk menggunakan

bahan baku tepung terigu dan tepung tapioka dalam jumlah yang cukup besar yaitu sebesar

1.394.837 zak per tahun dan 10.902 zak per tahun. Jumlah persediaan bahan baku yang

berlebihan akan meningkatkan biaya penyimpanan dan akan menyebabkan opportunity cost

atas modal yang seharusnya dapat diinvestasikan pada sektor lain yang lebih

menguntungkan. Sebaliknya, jumlah persediaan bahan baku yang tidak mencukupi

kebutuhan akan menyebabkan terganggunya kontinuitas proses produksi dan operasi

perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan biaya pengadaan darurat

yang lebih mahal. Selain itu juga mengakibatkan mutu pelayanan perusahaan kepada

konsumen berkurang dan dapat membuat konsumen kecewa, serta beralih kepada merek

atau perusahaan lain. Oleh sebab itu, pengendalian persediaan bahan baku mutlak harus

dilakukan perusahaan mengingat konsukuensi yang dihadapi perusahaan atas kekurangan

dan kelebihan persediaan bahan baku.

Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode simulasi.

Metode simulasi adalah suatu metode yang mampu menganalisa situasi dunia nyata yang

kompleks dan rumit menjadi sebuah model manajemen operasi sederhana sehingga dapat

memecahkan permasalahan. Tipe simulasi yang menunjukan peluang dari perusahaan untuk

menyelesaikan masalah dengan pengambilan contoh secara acak adalah simulasi Monte

Carlo. Metode simulasi ini perlu dikembangkan untuk dapat menentukan jumlah pemesanan

dan waktu pemesanan yang dapat meminimalkan total biaya persediaan pada saat

permintaan dan waktu tunggu yang tidak konstan. Di dalam penelitian ini model simulasi

yang dikembangkan adalah model simulasi skenario 1 dan model simulasi skenario 2. Model

simulasi skenario 1 adalah model simulasi berdasarkan reorder point perhitungan penulis.

Model simulasi skenario 2 adalah model simulasi berdasarkan reorder point perusahaan.

Page 3: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Perusahaan

PT ISM, Tbk bergerak dalam bidang industri makanan olahan yaitu pembuatan mie instan

dan pengemasannya. PT ISM, Tbk didirikan pada tahun 1970 dengan nama PT Sanmaru Food

Manufacturing Co, Ltd. Perusahaan ini mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1971

dengan jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak 70 orang.

Pada tahun 1994, perusahaan ini merubah namanya menjadi PT ISM berdasarkan akta

pendirian No. 51, tanggal 5 Februari 1994. Seminggu kemudian yaitu pada tanggal 12

Februari 1994, perusahaan melakukan merger atau penggabungan dengan 18 perusahaan

lain yang juga bergerak dalam bidang industri makanan. Perusahaan-perusahaan yang

melakukan merger tersebut selanjutnya dibagi menjadi beberapa divisi di PT ISM. Divisi-divisi

tersebut, antara lain Divisi Noodle, Divisi Ingredient, Divisi Packaging, Divisi Baby Food, Divisi

Beverage, Divisi Snack, Divisi Distribusi, dan Divisi Pastry.

Pada tanggal 7 Maret 1994, PT ISM mengubah statusnya dari Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) menjadi berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) dan pada tahun yang

sama, PT ISM telah menjadi perusahaan yang go public dengan nama PT ISM, Tbk.

Divisi Noodle yang merupakan salah satu divisi dalam PT ISM, Tbk mempunyai 15 kantor

cabang yang tersebar di seluruh Indonesia yaitu di Medan, Lampung, Palembang, Pontianak,

Pekanbaru, Banjarmasin, Semarang, Cibitung, Ancol, Bandung, Surabaya, Beji, Teluk Kumai,

Menado, dan Ujung Pandang. Divisi Noodle cabang Ancol tergolong berskala besar dan

merupakan pabrik yang pertama kali berdiri.

2.2 Sistem Persediaan Bahan Baku Divisi Noodle, PT ISM, Tbk

Divisi Noodle, merupakan divisi dari PT ISM, Tbk yang melaksanakan proses produksinya

dengan menggunakan bahan baku yang cukup besar kuantitasnya. Mengingat begitu

pentingnya pengadaan bahan baku untuk mendukung aktivitas produksi, maka perusahaan

memandang perlu untuk dilakukan sistem persediaan bahan baku yang terpadu sehingga

efektifitas pengadaan bahan baku dapat tercapai.

Divisi Noodle, PT ISM, Tbk menggunakan beberapa bahan baku dalam pembuatan mie

instan. Bahan baku yang digunakan didatangkan dari beberapa perusahaan yang telah

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun bahan baku yang

digunakan antara lain yaitu tepung terigu, tepung tapioka dan bahan tambahan lain seperti

air.

Page 4: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

2.3 Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku

Secara umum total biaya persediaan di Divisi Noodle, PT ISM, Tbk terdiri dari biaya

pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya kekurangan bahan. Biaya penyiapan tidak

diperhitungkan, karena biaya tersebut timbul apabila perusahaan memproduksi bahan

bakunya sendiri, sedangkan Divisi Noodle, PT ISM, Tbk tidak memproduksi sendiri bahan

bakunya. Komponen biaya pemesanan bahan baku tepung terigu dan tepung tapioka per

pemesanan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Biaya pemesanan bahan baku per pemesanan

No Jenis Bahan

Baku Komponen Biaya

Jumlah Biaya

(Rp/Pemesanan)

1 Cakra Kembar

Biaya Telepon dan Faksimili 12.000

Biaya Administrasi Pesan 6.000

Total 18.000

2 Segitiga Biru

Biaya Telepon dan Faksimili 12.000

Biaya Administrasi Pesan 6.000

Total 18.000

3 Segitiga Hijau

Biaya Telepon dan Faksimili 12.000

Biaya Administrasi Pesan 6.000

Total 18.000

4 Tepung Tapioka

Biaya Telepon dan Faksimili 18.000

Biaya Administrasi Pesan 6.000

Total 24.000

Harga pembelian tepung terigu Cakra Kembar Rp 88.800 per zak, tepung terigu Segitiga

Biru sebesar Rp 79.200 per zak, tepung terigu Segitiga Hijau sebesar Rp 66.300 per zak dan

tepung tapioka sebesar Rp 222.000 per zak. Pemasok tidak membatasi jumlah pembelian

karena selama ini pemasok mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.

Biaya modal atau disebut dengan opportunity cost of capital merupakan alternatif

pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan. Biaya modal dihitung dari

harga bahan baku dikalikan dengan suku bunga simpanan. Suku bunga simpanan berjangka

rupiah menurut kelompok Bank Umum, pada tahun 2007 adalah sebesar 9,25%

(www.bi.go.id,2007). Besarnya biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun dapat

dilihat pada Tabel 6.

Page 5: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

Tabel 6. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun (Rp/zak/tahun)

No Jenis Bahan Baku Komponen Biaya Jumlah Biaya

(Rp/zak/tahun)

1 Terigu Cakra

Kembar

Biaya Utilitas 9.360

Biaya Upah 5.928

Biaya Maintenance dan

Equipment 4.680

Biaya Modal 8.112

Total 28.080

2 Terigu Segitiga

Biru

Biaya Utilitas 9.360

Biaya Upah 5.928

Biaya Maintenance dan

Equipment 4.680

Biaya Modal 7.488

Total 27.456

3 Terigu Segitiga

Hijau

Biaya Utilitas 9.360

Biaya Upah 5.928

Biaya Maintenance dan

Equipment 4.680

Biaya Modal 6.240

Total 26.208

4 Tepung Tapioka Biaya Utilitas 15.600

Biaya Upah 9.360

Biaya Maintenance dan

Equipment

5.616

Biaya Modal 20.592

Total 51.168

Simulasi yang digunakan pada sistem persediaan bahan baku di Divisi Noodle, PT ISM,

Tbk, adalah per hari, sehingga biaya penyimpanan bahan baku yang digunakan dalam

simulasi adalah biaya harian. Sehingga biaya penyimpanan untuk setiap jenis bahan baku di

Divisi Noodle, PT ISM, Tbk per zak per hari dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari (Rupiah /zak/hari)

Page 6: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

No Jenis Bahan Baku Biaya penyimpanan

(Rupiah/zak/hari)

1 Terigu Cakra Kembar 90

2 Terigu Segitiga Biru 88

3 Terigu Segitiga Hijau 84

4 Tepung Tapioka 164

Biaya kekurangan bahan adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi

adanya kebutuhan pemakaian bahan baku. Biaya kekurangan bahan yang diperhitungkan

adalah biaya pemesanan khusus dan biaya kehilangan kesempatan menerima keuntungan.

Biaya pemesanan khusus adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengadakan

pemesanan khusus sejumlah bahan baku yang dibutuhkan dimana terdiri dari biaya

pengiriman secara kilat dan biaya tambahan pengepakan. Biaya kehilangan kesempatan

mendapatkan keuntungan adalah sejumlah keuntungan yang hilang, karena tidak ada produk

yang diproduksi dan dijual kepada konsumen. Besarnya biaya kekurangan bahan per zak

dapat dilihat pada Tabel. 8

Tabel 8. Biaya kekurangan bahan baku per zak (Rupiah/zak)

No Jenis Bahan Baku Komponen Biaya Jumlah Biaya (Rp/zak)

1 Terigu Cakra Kembar

Biaya Pemesanan Khusus 2.500

Biaya Kehilangan

Keuntungan

24.361

Total 26.861

2 Terigu Segitiga Biru

Biaya Pemesanan Khusus 2.500

Biaya Kehilangan

Keuntungan

24.361

Total 26.861

3 Terigu Segitiga Hijau

Biaya Pemesanan Khusus 2.500

Biaya Kehilangan

Keuntungan

24.361

Total 26.861

4 Tepung Tapioka Biaya Pemesanan Khusus 10.000

Biaya Kehilangan 48.722

Page 7: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

Keuntungan

Total 58.722

2.4 Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Pada tahun 2006, Divisi Noodle, PT ISM, Tbk melakukan pemesanan dengan frekuensi

yang berbeda untuk setiap jenis bahan baku. Untuk bahan baku tepung terigu, baik tepung

terigu Cakra Kembar, Segitiga Biru maupun Segitiga hijau perusahaan memesan sebanyak 51

kali pemesanan selama satu tahun atau 0,16 kali pemesanan per hari. Sedangkan untuk

bahan baku tepung tapioka perusahaan memesan sebanyak 13 kali pemesanan atau 0,04 kali

pemesanan per hari. Jumlah unit bahan baku yang dipesan adalah bervariasi setiap kali

pemesanan. Rataan jumlah persediaan bahan baku dan rataan jumlah kekurangan bahan per

hari bervariasi untuk setiap jenis bahan baku. Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah

persediaan bahan baku dan rataan kekurangan bahan per hari dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah persediaan bahan baku dan rataan

kekurangan bahan per hari pada tahun 2006

Jenis Bahan

Baku

Frekuensi

Pemesanan /

Hari

Jumlah

Persediaan

Bahan Baku

(zak)

Rataan Jumlah

Kekurangan Bahan

(zak)

Cakra Kembar 0,16 14.126 92

Segitiga Biru 0,16 673 4

Segitiga Hijau 0,16 4.710 31

Tepung

Tapioka 0,04 589 0,6

Total biaya persediaan bahan baku di Divisi Noodle, PT ISM, Tbk pada tahun 2006 adalah

Rp 5.278.980 per hari atau Rp 1.647.041.622 per tahun. Biaya persediaan bahan baku

terbesar selama tahun 2006 adalah biaya persediaan bahan baku jenis tepung terigu Cakra

Kembar, yaitu Rp 3.745.432 per hari atau Rp. 1.168.574.784 per tahun. Sementara itu yang

terendah adalah jenis bahan baku tepung tapioka Rp 132.789 per hari atau Rp 41.430.230

per tahun. Besarnya biaya persediaan bahan baku tepung terigu Cakra Kembar dikarenakan

jumlah persediaan rataan bahan baku tepung terigu Cakra Kembar cukup besar, yaitu 14.126

zak dan rataan kekurangan bahan yang juga besar, yaitu 92 per hari. Sedangkan rendahnya

Page 8: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

biaya persediaan bahan baku tepung tapioka dikarenakan jumlah persediaan rataan bahan

baku tepung tapioka rendah yaitu 589 zak dan rataan kekurangan bahan yang rendah, yaitu

0,6 zak per hari. Total biaya persediaan bahan baku per hari untuk masing-masing bahan

baku dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Total biaya persediaan bahan baku per hari (Rupiah / hari)

Jenis Bahan

Baku

Total Biaya

Pemesanan

Total Biaya

Penyimpanan

Total Biaya

Stock Out

Total Biaya

Persediaan

Cakra Kembar 2.880 1.271.340 2.471.212 3.745.432

Segitiga Biru 2.880 59.224 107.444 169.548

Segitiga Hijau 2.880 395.640 832.691 1.231.211

Tepung Tapioka 960 96.596 35.233 132.789

Total 9.600 1.822.800 3.446.580 5.278.980

Berdasarkan total biaya persediaan bahan baku per hari, maka total biaya persediaan

bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan per tahun dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Total biaya persediaan bahan baku pada tahun 2006 (Rupiah / tahun)

Jenis Bahan

Baku

Total Biaya

Pemesanan

Total Biaya

Penyimpana

n

Total Biaya

Stock Out

Total Biaya

Persediaan

Cakra

Kembar

898.560 396.658.080 771.018.144 1.168.574.784

Segitiga Biru 898.560 18.477.888 33.522.528 52.898.976

Segitiga

Hijau

898.560 123.439.680 259.799.592 384.137.832

Tepung

Tapioka

299.520 30.137.952 10.992.758 41.430.230

Total 2.995.200 568.713.600 1.075.333.022 1.647.041.82

2

2.5 Peramalan Permintaan Produk Mie Instan

Berdasarkan data perusahaan tahun 2005-2006, pola data permintaan atau penjualan

produk mie instan Divisi Noodle, PT ISM, Tbk cenderung berfluktuatif. Rataan jumlah

Page 9: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

penjualan produk mie instan 345.907 karton mie instan per minggu. Gambar 9 dan 10

menyajikan jumlah penjualan produk mie instan mulai bulan Januari 2005-Desember 2006.

Gambar 9. Data penjualan mie instan tahun 2005

Jumlah penjualan mie instan tertinggi adalah 468.251 karton pada minggu ke 40.

Tingginya penjualan mie instan ini disebabkan oleh peningkatan permintaan pasar atas

produk mie instan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Penjulan mie instan terendah adalah 33.290

karton pada minggu 44. Rendahnya penjualan mie instan ini dikarenakan minggu 44

bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri, dimana seluruh kegiatan pada Divisi Noodle, PT ISM,

Tbk diliburkan.

Jika data penjualan mie instan Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk tahun

2005-2006 diplotkan menurut Time Series Plot dapat terlihat seperti Gambar 11.

Page 10: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

Gambar 11. Times series plot data penjualan mie instan pada tahun 2005-2006

Dari plot di atas terlihat adanya data yang memencil pada minggu ke 44 dan minggu ke

95, serta pencilan tersebut terjadi karena pada minggu-minggu tersebut bertepatan dengan

Hari Raya Idul Fitri tahun 2005 dan tahun 2006, sehingga jumlah penjualan produk mie instan

menjadi lebih sedikit dibandingkan minggu-minggu lainnya. Dari data yang diketahui, diambil

kesimpulan secara kasar bahwa data tersebut cenderung sebagai data musiman, dengan

panjang musim selama satu tahun.

Model dari data musiman dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu model multiplikatif

dan model aditif. Model multiplikatif pada prinsipnya mengandung penggandaan antara

komponen trend dengan komponen musim sedangkan untuk model aditif mengandung

penjumlahan komponen trend dengan komponen musim. Model multiplikatif biasanya

digunakan jika data pada musim tertentu proporsional terhadap musim-musim sebelumnya.

Sedangkan model aditif biasanya digunakan jika perbedaan data pada setiap musim relatif

konstan. Untuk data jumlah penjualan ini lebih cocok jika menggunakan metode Winters

dengan jenis model multiplikatif.

Untuk melakukan peramalan dengan menggunakan metode Winters, maka perlu

dilakukan adalah menentukan smoothing constanta (konstanta pemulusan). Konstanta

pemulusan untuk metode Winters terdapat tiga jenis, yaitu Alpha, Gamma dan Delta. Alpha

adalah komponen dasar, Gamma adalah komponen trend dan Delta adalah komponen

musim. Nilai masing-masing konstanta adalah 0-1.

Kombinasi nilai konstanta pemulusan ditentukan secara subyektif. Untuk menghasilkan

peramalan yang akurat, maka ditentukan beberapa kombinasi nilai konstanta pemulusan.

Setelah ditentukan beberapa kombinasi nilai konstanta pemulusan, maka dibandingkan nilai

Page 11: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

MAPE, MAD dan MSD output dari masingmasing kombinasi nilai konstanta pemulusan.

Kombinasi konstanta yang paling baik adalah pada saat nilai MAPE, MAD, dan MSD paling

kecil.

Empat kombinasi nilai konstanta pemulusan dan nilai MAPE, MAD, dan MSD yang

dihitung dengan menggunakan software Minitab 14 dapat dilihat pada Tabel 12

Tabel 12. Kombinasi nilai konstanta pemulusan

Konstanta Pemulusan

MAPE MAD MSD

Alpha Gamma Delta

0.2 0.2 0.2 8 27.939 1.268.301.859

0.1 0.1 0.1 8 26.750 1.127.981.288

0.05 0.05 0.05 8 25.709 1.065.180.080

0.05 0.04 0.01 7 25.139 1.018.871.416

Berdasarkan Tabel 12, nilai MAPE, MAD dan MSD terkecil diperoleh pada saat kombinasi

nilai konstanta pemulusan alpha = 0,05, Gamma = 0,04 dan dan Delta = 0,01. Selanjutnya

dilakukan peramalan dengan metode Winters multiplikatif dengan menggunakan kombinasi

nilai konstanta pemulusan tersebut. Hasil peramalan penjualan produk mie instan dapat

dilihat pada Tabel 13.

Gambar 12. Nilai peramalan beserta nilai selang kepercayaan 95%

Page 12: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

Tabel 13. Hasil peramalan jumlah penjualan produk mie instan

Minggu ke- Jumlah penjualan (karton) Batas Atas Batas Bawah

105 298.912 237.323 360.502

106 387.970 326.322 449.617

107 350.837 289.129 412.545

108 311.687 249.916 373.457

109 433.195 371.360 495.029

110 406.496 344.596 468.397

111 409.419 347.451 471.388

112 391.018 328.980 453.056

113 356.379 294.269 418.488

114 335.280 273.098 397.463

115 361.703 299.444 423.961

116 320.575 258.240 382.910

117 353.575 291.161 415.989

118 260.371 197.876 322.866

119 372.569 309.992 435.147

120 302.294 239.633 364.956

121 359.175 296.427 421.923

122 337.095 274.259 399.931

123 345.903 282.977 408.829

124 355.084 292.067 418.101

125 422.987 359.876 486.097

126 392.436 329.230 455.641

127 374.298 310.996 437.600

Lanjutan Tabel 13

Page 13: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

Minggu ke- Jumlah penjualan (karton) Batas Atas Batas Bawah

128 386.586 323.186 449.987

129 396.247 332.746 459.748

130 407.527 343.924 471.130

131 396.071 332.364 459.777

132 405.952 342.140 469.765

133 419.414 355.495 483.334

134 420.843 356.815 484.872

135 359.334 295.195 423.472

136 441.531 377.280 505.781

137 348.113 283.748 412.478

138 439.479 374.999 503.959

139 451.069 386.472 515.667

140 409.100 344.384 473.816

141 443.114 378.278 507.951

142 491.767 426.808 556.726

143 467.409 402.326 532.491

144 470.661 405.453 535.869

145 447.808 382.474 513.143

146 38.033 -27.430 103.496

147 361.818 296.225 427.411

148 430.994 365.269 496.719

149 382.474 316.616 448.332

150 404403 338410 470396

151 428.372 362.243 494.501

152 426.190 359.924 492.457

153 416.686 350.279 483.092

154 425.074 358.527 491.621

155 361.748 295.059 428.438

156 310.092 243.259 376.925

Page 14: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

Hasil peramalan penjualan produk mie instan pada Tabel 13 menunjukkan bahwa dari

minggu ke minggu jumlah penjualan produk mie instan semakin meningkat. Peningkatan ini

disebabkan karena peramalan penjualan didasarkan pada jumlah penjualan sebelumnya. Hal

ini yang menjadi salah satu alasan peramalan hanya dilakukan selama satu tahun. Semakin

panjang waktu peramalan, maka tingkat keakuratan hasil peramalan akan semakin kecil. Hal

lain yang menjadi alasan peramalan dilakukan selama satu tahun adalah pola data yang

menunjukan pola data musiman dengan panjang musim satu tahun.

2.6 Perhitungan Lead Time, Safety Stock dan ROP

1. Lead Time atau Waktu Tunggu

Lead time atau waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan oleh perusahaan

sejak pemesanan bahan baku sampai dengan bahan baku sampai di gudang. Lamanya

lead time atau waktu tunggu untuk bahan baku tepung terigu, baik tepung terigu

Cakra Kembar, Segitiga Biru maupun Segitiga Hijau adalah 3 hari. Sedangkan lamanya

lead time untuk bahan baku tepung Tapioka adalah 7 hari. Perbedaan lamanya waktu

tunggu antara tepung terigu dan tepung tapioka disebabkan pemasok tepung tapioka

berasal dari Lampung, sedangkan pemasok tepung terigu berasal dari Jakarta.

2. Safety Stock atau Persediaan Pengaman

Safety stock atau persediaan pengaman adalah unit tambahan persediaan yang

diadakan untuk menjaga atau mengurangi kemungkinan kekurangan bahan. Safety

stock diperoleh dengan mengalikan service level yang diinginkan (z) dan akar lead

time ( L) dengan deviasi atau standar penyimpangan pemakaian bahan baku per hari

(σd) untuk masing-masing bahan baku. Perhitungan safety stock untuk masing-

masing bahan baku dapat dilihat pada Tabel 14. Perhitungan simpangan baku

pemakaian bahan baku per hari disajikan pada Lampiran 2.

Tabel 14. Perhitungan safety stock skenario 1 untuk masing-masing bahan baku

Jenis Bahan

Baku

Service Level

(Z = 98%)

Akar Lead

Time

Simpangan

Pemakaian Bahan

Baku per Hari.

Safety

Stock

Cakra

Kembar

2,06 1,732 852 3.040

Segitiga Biru 2,06 1,732 41 146

Page 15: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

Segitiga Hijau 2,06 1,732 284 1.013

Tapioka 2,06 2,65 9 49

Safety stock skenario 2 merupakan safety stock yang selama ini digunakan oleh

perusahaan dalam pengendalian persediaan bahan bakunya. Safety stock skenario 2

dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 . Safety stock Skenario 2 untuk masing-masing bahan baku

No Jenis Bahan Baku Safety Stock (Zak)

1. Tepung Terigu Cakra Kembar 2.460

2. Tepung Terigu Segitiga Biru 97

3. Tepung Terigu Segitiga Hijau 855

4. Tepung Tapioka 39

3. Reorder Point

ROP merupakan titik dimana perusahaan harus melakukan pemesanan bahan

baku lagi, sehingga bahan baku yang dipesan tersebut datang tepat pada saat

persediaaan bahan baku sama dengan safety stock. Perhitungan ROP skenario 1

dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Perhitungan ROP skenario 1 untuk masing-masing bahan baku

Jenis Bahan

Baku

Pemakaian Bahan

Baku Per Hari (d)

Lead Time

(L)

Safety

Stock

(SS)

Reorder Point

(dL + SS)

Cakra Kembar 3.441 3 3.040 12.783

Segitiga Biru 164 3 146 638

Segitiga Hijau 1.147 3 1.013 4.454

Tapioka 37 7 49 308

ROP skenario 2 merupakan ROP yang selama ini digunakan oleh perusahaan

dalam pengendalian persediaan bahan bakunya. Perhitungan ROP skenario 2 untuk

masing-masing bahan baku dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Perhitungan ROP skenario 2 untuk masing-masing bahan baku

Jenis Bahan

Baku

Pemakaian

Bahan Baku Per

Lead

Time

Safety

Stock

Reorder

Point

Page 16: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

Hari (d) (L) (SS) (dL + SS)

Cakra

Kembar

3.441 3 2.460 12.783

Segitiga Biru 164 3 97 589

Segitiga

Hijau

1.147 3 855 4.296

Tapioka 37 7 39 298

2.7 Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Simulasi

Model simulasi bertujuan untuk merumuskan skenario kebijakan pembelian bahan baku

terbaik berdasarkan kriteria biaya persediaan. Simulasi dilakukan dengan menggunakan dua

skenario. skenario 1 adalah simulasi dengan menggunakan data safety stock dan ROP

perhitungan skenario 1. Skenario 2 adalah simulasi dengan menggunakan data safety stock

dan ROP yang telah digunakan oleh perusahaan dalam pengendalian persediaaan bahan

bakunya selama ini.

2.7.1 Metode Simulasi Skenario 1

1. Bahan Baku Tepung Terigu Cakra Kembar

Perhitungan simulasi Skenario 1 untuk bahan baku tepung terigu Cakra Kembar

menghasilkan biaya tertinggi Rp. 95.733.000 per hari atau Rp 29.868.696.000 per

tahun, yaitu pada saat jumlah pemesanan bahan baku 26 zak per pesan. Jumlah

pemesanan ini terlalu kecil, sehingga mengakibatkan rataan kekurangan bahan

menjadi besar. Rataan kekurangan bahan yang semakin banyak dapat meningkatkan

biaya kekurangan bahan dan meningkatkan total biaya persediaan bahan baku

secara keseluruhan.

Biaya persediaan total terendah bahan baku tepung terigu Cakra Kembar Rp.

1.886.100 per hari atau Rp. 588.463.200 per tahun, yaitu pada saat jumlah

pemesanan 18.772 zak per pesan. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya

kekurangan bahan tidak terlalu besar.

Berdasarkan hasil simulasi untuk bahan baku tepung terigu Cakra Kembar,

semakin besar jumlah pembelian bahan baku akan menyebabkan jumlah

persediaan yang disimpan akan semakin besar, sehingga meningkatkan biaya

penyimpanan bahan baku. Semakin kecil jumlah pembelian bahan baku akan

menyebabkan jumlah kekurangan bahan semakin besar, sehingga meningkatkan

Page 17: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

biaya kekurangan bahan. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu

Cakra Kembar Skenario 1 dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembar

skenario 1 (dalam Rupiah)

Q

(zak)

Rataan

Persediaa

n

Akhir

(zak)

Rataan

Kekurangan

Bahan

(zak)

Rataan

Frekuensi

Pemesana

n (zak)

Biaya

Penyimpanan

Biaya

Kekurangan

Bahan

Biaya

Pemesan

an

Total

Biaya

Persedia

an

26 0 4 0,25 0 95.728.000 4.500 95.733.0

00 b

18.772 8.536 41 0,185 768.250 1.114.500 3.330 1.886.10

0 a

Keterangan : a : Total biaya persediaan harian terendah

b : Total biaya persediaan harian tertinggi

2. Bahan Baku Tepung Terigu Segitiga Biru

Perhitungan simulasi Skenario 1 untuk bahan baku tepung terigu Segitiga Biru

menghasilkan biaya tertinggi Rp 4.451.100 per hari atau Rp 1.388.743.200 per

tahun, yaitu pada saat jumlah pemesanan 6 (enam) zak per pemesanan. Jumlah

pemesanan ini terlalu kecil, sehingga mengakibatkan rataan kekurangan bahan

menjadi besar. Rataan kekurangan bahan yang semakin banyak dapat meningkatkan

biaya kekurangan bahan dan meningkatkan total biaya persediaan.

Biaya persediaan total terendah bahan baku tepung terigu Segitiga Biru Rp

115.510 per hari atau Rp 36.039.120 per tahun yaitu pada saat jumlah pemesanan

670 zak per pemesanan. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya kekurangan

bahan tidak terlalu besar.

Berdasarkan hasil simulasi untuk bahan baku tepung terigu Segitiga Biru,

semakin besar jumlah pembelian bahan baku akan menyebabkan jumlah

persediaan yang disimpan akan semakin besar, sehingga meningkatkan biaya

penyimpanan bahan baku. Semakin kecil jumlah pembelian bahan baku akan

menyebabkan jumlah kekurangan bahan semakin besar, sehingga meningkatkan

Page 18: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

biaya kekurangan bahan. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu

Segitiga Biru Skenario 1 dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biru

skenario 1(dalam Rupiah)

Q

(zak)

Rataan

Persediaa

n

Akhir

(zak)

Rataan

Kekurangan

Bahan

(zak)

Rataan

Frekuensi

Pemesana

n (zak)

Biaya

Penyimpan

an

Biaya

Kekuranga

n Bahan

Biaya

Pemesana

n

Total Biaya

Persediaa

n

6 16 165 0,25 1.418 4.445.100 4.500 4.451.100 b

670 1.094 0,55 0,25 96.290 14.720 4.500 115.510 a

Keterangan : a : Total biaya persediaan mingguan terendah

b : Total biaya persediaan mingguan tertinggi

3. Bahan Baku Tepung Terigu Segitiga Hijau

Perhitungan simulasi Skenario 1 untuk bahan baku tepung terigu Segitiga

Hijau menghasilkan biaya tertinggi Rp 31.851.000 per hari atau Rp 9.937.512.000

per tahun, yaitu pada saat jumlah pemesanan 14 zak per pemesanan. Jumlah

pemesanan ini terlalu kecil, sehingga mengakibatkan rataan kekurangan bahan

menjadi besar. Rataan kekurangan bahan yang semakin besar dapat meningkatkan

biaya kekurangan bahan dan meningkatkan total biaya persediaan.

Biaya persediaan total terendah bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau Rp

440.430 per hari atau Rp 137.414.160 per tahun yaitu pada saat jumlah

pemesanan sebesar 6.122 zak per pemesanan. Hal ini disebabkan besarnya biaya

kekurangan bahan tidak terlalu besar.

Berdasarkan hasil simulasi untuk bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau,

semakin besar jumlah pembelian bahan baku akan menyebabkan jumlah

persediaan yang disimpan, maka dapat semakin besar, sehingga meningkatkan

biaya penyimpanan bahan baku. Semakin kecil jumlah pembelian bahan baku dapat

menyebabkan jumlah kekurangan bahan semakin besar, sehingga meningkatkan

biaya kekurangan bahan.

Page 19: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

Tabel 20. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga

Hijau skenario 1(dalam rupiah)

Q

(zak)

Rataan

Persediaan

Akhir

(zak)

Rataan

Kekurangan

Bahan

(zak)

Rataan

Frekuensi

Pemesana

n (zak)

Biaya

Penyimpan

an

Biaya

Kekurangan

Bahan

Biaya

Pemesana

n

Total

Biaya

Persedia

an

14 0 1.186 0,25 0 31.846.000 4.500 31.851.0

00 b

6.122 2.874 7 0,191 241.390 195.600 3.438 440.430 a

Keterangan : a : Total biaya persediaan mingguan terendah

b : Total biaya persediaan mingguan tertinggi

4. Bahan Baku Tepung Tapioka

Perhitungan simulasi Skenario 1 untuk bahan baku tepung tapioka menghasilkan

biaya tertinggi Rp 2.166.900 per hari atau Rp 676.072.800 per tahun, yaitu pada

saat jumlah pemesanan 1 (satu) zak per pemesanan. Jumlah pemesanan ini terlalu

kecil, sehingga mengakibatkan rataan kekurangan bahan menjadi besar. Rataan

kekurangan bahan yang semakin besar dapat meningkatkan biaya kekurangan

bahan dan meningkatkan total biaya persediaan.

Biaya persediaan total terendah bahan baku tepung tapioka Rp 91.918 per hari

atau Rp 28.678.416 per tahun yaitu pada saat jumlah pemesanan 147 zak per

pemesanan. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya kekurangan bahan tidak

terlalu besar.

Berdasarkan hasil simulasi untuk bahan baku tepung tapioka, semakin besar

jumlah pembelian bahan baku dapat menyebabkan jumlah persediaan yang

disimpan akan semakin besar, sehingga meningkatkan biaya penyimpanan bahan

baku. Semakin kecil jumlah pembelian bahan baku akan menyebabkan jumlah

kekurangan bahan semakin besar, sehingga meningkatkan biaya kekurangan bahan.

Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka Skenario 1 dapat dilihat

pada Tabel 21.

Tabel 21. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 1

(dalam rupiah)

Page 20: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

Q

(zak)

Rataan

Persediaa

n

Akhir

(zak)

Rataan

Kekurangan

Bahan

(zak)

Rataan

Frekuensi

Pemesana

n (zak)

Biaya

Penyimpan

an

Biaya

Kekurangan

Bahan

Biaya

Pemesan

an

Total Biaya

Persediaa

n

1 13 37 0,25 2.145 2,158,700 6.000 2.166.900 b

147 427 0,271 0,25 70.005 15,914 6.000 91.918 a

Keterangan : a : Total biaya persediaan mingguan terendah

b : Total biaya persediaan mingguan tertinggi

5. Total Biaya Persediaan Bahan Baku

Total biaya persediaan per tahun terendah dengan menggunakan metode

simulasi pada skenario 1 dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 1

No Bahan Baku Total Biaya Persediaan Tahunan

1. Tepung Terigu Cakra Kembar 588.463.200

2. Tepung Terigu Segitiga Biru 36.039.120

3. Tepung Terigu Segitiga Hijau 137.414.160

4. Tepung Tapioka 28.678.416

Total 790.594.896

Biaya persediaan total terendah berdasarkan hasil perhitungan simulasi

skenario 1 untuk semua bahan baku Rp. 790.594.896 per tahun. Berdasarkan hasil

simulasi untuk semua bahan baku semakin sedikit jumlah pembelian bahan baku,

maka akan semakin besar biaya kekurangan bahannya dan semakin besar jumlah

pembelian bahan baku, maka semakin besar biaya total penyimpanan bahan baku.

2.8 Perbandingan Biaya Persediaan antara Model Pengendalian Persediaan di Perusahaan

dengan Model Simulasi

Total biaya persediaan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk bahan baku tepung

terigu Cakra Kembar Rp 1.168.574.784 per tahun. Biaya persediaan total ini lebih besar

Page 21: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

dibandingkan dengan model simulasi, baik model simulasi skenario 1 maupun model simulasi

skenario 2. Pengendalian persediaan bahan baku dengan model simulasi skenario 1

menghasilkan total biaya persediaan bahan baku tepung terigu Cakra Kembar yang terendah,

(Rp 588.463.200 per tahun). Besarnya penghematan perusahaan apabila menggunakan

metode simulasi pada skenario 1 dalam pengendalian persediaan bahan baku Rp

580.111.584 per tahun atau 33%. Sedangkan total biaya persediaan bahan baku dengan

model simulasi skenario 2 adalah Rp 607.932.000 per tahun. Besarnya penghematan

perusahaan apabila menggunakan metode simulasi pada skenario 2 dalam pengendalian

persediaan bahan baku Rp 560.642.784 per tahun atau 32%.

Total biaya persediaan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk bahan baku tepung

terigu Segitiga Biru Rp 52.898.976 per tahun. Biaya persediaan total ini lebih besar

dibandingkan dengan model simulasi, baik model simulasi skenario 1 maupun model simulasi

skenario 2. Pengendalian persediaan bahan baku dengan model simulasi skenario 1

menghasilkan total biaya persediaan bahan baku tepung terigu Segitiga Biru yang terendah,

(Rp 36.039.120 per tahun). Besarnya penghematan perusahaan apabila menggunakan

metode simulasi pada skenario 1 dalam pengendalian persediaan bahan baku Rp 16.859.856

per tahun atau 19%. Sedangkan total biaya persediaan bahan baku dengan model simulasi

skenario 2 adalah Rp 39.377.520 per tahun. Besarnya penghematan perusahaan apabila

menggunakan metode simulasi pada skenario 2 dalam pengendalian persediaan bahan baku

Rp 13.521.456 per tahun atau 15%.

Total biaya persediaan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk bahan baku tepung

terigu Segitiga Hijau Rp 384.137.832 per tahun. Biaya persediaan total ini lebih besar

dibandingkan dengan model simulasi, baik model simulasi skenario 1 maupun model simulasi

skenario 2. Pengendalian persediaan bahan baku dengan model simulasi skenario 1

menghasilkan total biaya persediaan bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau yang terendah,

(Rp 137.414.160 per tahun). Besarnya penghematan perusahaan apabila menggunakan

metode simulasi pada skenario 1 dalam pengendalian persediaan bahan baku Rp

246.723.672 per tahun atau 47%. Sedangkan total biaya persediaan bahan baku dengan

model simulasi skenario 2 adalah Rp 154.480.560 per tahun. Besarnya penghematan

perusahaan apabila menggunakan metode simulasi pada skenario 2 dalam pengendalian

persediaan bahan baku sebesar Rp 229.657.272 per tahun atau 43%.

Total biaya persediaan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk bahan baku tepung

tapioka Rp 41.430.230 per tahun. Biaya persediaan total ini lebih besar dibandingkan dengan

Page 22: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

model simulasi, baik model simulasi skenario 1 maupun model simulasi skenario 2.

Pengendalian persediaan bahan baku dengan model simulasi skenario 1 menghasilkan total

biaya persediaan bahan baku tepung tapioka yang terendah (Rp 28.678.416 per tahun).

Besarnya penghematan perusahaan apabila menggunakan metode simulasi pada skenario 1

dalam pengendalian persediaan bahan baku Rp 12.751.814 per tahun atau 18%. Sedangkan

total biaya persediaan bahan baku dengan model simulasi skenario 2 adalah Rp 29.653.416

per tahun. Besarnya penghematan perusahaan apabila menggunakan metode simulasi pada

skenario 2 dalam pengendalian persediaan bahan baku Rp 11.776.814 per tahun atau 17%.

Perbandingan biaya persediaan bahan baku antara model pengendalian persediaan

perusahaan dengan model simulasi dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Perbandingan biaya persediaan model kebijakan perusahaan dan model

Simulasi

No Bahan

Baku

Kebijakan

Perusahaan

Model

Simulasi 1

Model

Simulasi 2 Keterangan

1 Cakra

Kembar 1.168.574.784 588.463.200 607.932.000

Model simulasi 1

paling optimal

2 Segitiga

Biru 52.898.976 36.039.120 39.377.520

Model simulasi 1

paling optimal

3 Segitiga

Hijau 384.137.832 137.414.160 154.480.560

Model simulasi 1

paling optimal

4 Tepung

Tapioka 41.430.230 28.678.416 29.653.416

Model simulasi 1

paling optimal

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Page 23: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

1. Bahan baku utama yang digunakan oleh Divisi Noodle, PT ISM, Tbk adalah tepung

terigu dan tepung tapioka. Tepung terigu yang digunakan oleh Divisi Noodle, PT ISM,

Tbk terdiri dari tiga jenis, yaitu strong flour (tepung keras cap Cakra Kembar), medium

flour (tepung setengah keras cap Segitiga Biru) dan soft flour (tepung lunak cap

Segitiga Hijau). Penentuan jumlah bahan baku yang dipesan didasarkan oleh perkiraan

perusahaan terhadap jumlah penjualan produk mie instan pada masa mendatang dan

rataan pemakaian bahan baku pada tiga periode sebelumnya. Sistem pengendalian

persediaan bahan baku di Divisi Noodle, PT ISM, Tbk menghasilkan total biaya

persediaan untuk semua bahan baku Rp 1.647.041.822 per tahun

2. Total biaya persediaan bahan baku dengan menggunakan model simulasi skenario 1

Rp 790.594.896 per tahun. Total biaya persediaan bahan baku dengan menggunakan

model simulasi skenario 2 Rp 831.443.496 per tahun. Penghematan biaya perusahaan

apabila menggunakan model simulasi pada skenario 1 adalah 35% dan simulasi

skenario 2 adalah 33%.

3. Hasil anasisis dari biaya persediaan bahan baku, adalah :

a. Biaya persediaan bahan baku tepung terigu Cakra Kembar yang paling optimal

diperoleh dengan metode simulasi skenario 1, yaitu Rp 588.463.200 per tahun.

Biaya ini diperoleh pada saat perusahaan melakukan pemesanan tepung terigu

Cakra Kembar 18.722 zak per pesanan dan pada titik pemesanan kembali 13.363

zak.

b. Biaya persediaan bahan baku tepung terigu Segitiga Biru yang paling optimal

diperoleh dengan metode simulasi skenario 1, yaitu Rp 36.039.120 per tahun.

Biaya ini diperoleh pada saat perusahaan melakukan pemesanan tepung terigu

Segitiga Biru 670 zak per pesanan dan pada titik pemesanan kembali 638 zak.

c. Biaya persediaan bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau yang paling optimal

diperoleh dengan metode simulasi skenario 1, yaitu Rp 137.414.160 per tahun.

Biaya ini diperoleh pada saat perusahaan melakukan pemesanan tepung terigu

Segitiga Hijau 6.122 zak per pesanan dan pada titik pemesanan kembali 4.454 zak.

d. Biaya persediaan bahan baku tepung tapioka yang paling optimal diperoleh

dengan metode simulasi skenario 1, yaitu Rp 28.678.416 per tahun. Biaya ini

diperoleh pada saat perusahaan melakukan pemesanan tepung tapioka 147 zak

per pesanan dan pada titik pemesanan kembali 308 zak.

Page 24: BAB Iblog.ub.ac.id/.../files/2013/05/makalah-ppic-me.docx · Web viewEfisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik. Bahan

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, R. 2007. Skripsi Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan

Di Pt Indofood Sukses Makmur, Tbk. Bogor : Institut Pertanian Bogor