bab i(2).docx

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kerusakan lingkungan merupakan kaidah atau norma maupun koridor hukum Lingkungan Hidup, dimana tetap saja terjadi pelanggaran terhadap pencemaran Lingkungan Hidup, yang sewaktu-waktu dapat mengganggu kehidupan manusia di bumi ini, seperti berbagai bencana alam yang ditimbulkan akibat pencemaran tersebut. Lingkungan hidup merupakan karunia dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia yang merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek sesuai dengan Wawasan Nusantara, dan dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam UUD 1945, serta untuk mencapai kebahagian hidup berdasarkan Pancasila perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan. Berdasarkan masalah tersebut dibutuhkan kesadaran dan kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup telah berkembang sedemikian rupa sehingga pokok materi sebagaimana 1

Upload: rina

Post on 15-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kerusakan lingkungan merupakan kaidah atau norma maupun koridor

hukum Lingkungan Hidup, dimana tetap saja terjadi pelanggaran terhadap

pencemaran Lingkungan Hidup, yang sewaktu-waktu dapat mengganggu

kehidupan manusia di bumi ini, seperti berbagai bencana alam yang ditimbulkan

akibat pencemaran tersebut.

Lingkungan hidup merupakan karunia dan rahmat dari Tuhan Yang Maha

Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia yang merupakan ruang bagi kehidupan

dalam segala aspek sesuai dengan Wawasan Nusantara, dan dalam rangka

mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum

seperti diamanatkan dalam UUD 1945, serta untuk mencapai kebahagian hidup

berdasarkan Pancasila perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang

berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu

dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan

generasi masa depan.

Berdasarkan masalah tersebut dibutuhkan kesadaran dan kehidupan

masyarakat dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup telah

berkembang sedemikian rupa sehingga pokok materi sebagaimana diatur dalam

UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup (LN Tahun 1982 No. 12, Tambahan Lembaran Negara No.

3215) untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan.

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lain, dengan disertai pengelolaan lingkungan hidup sebagai upaya

terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan

penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan

dan pengendalian lingkungan hidup. Oleh sebab itu sangat diperlukan untuk

1

dilakukannya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup

sebagai upaya dasar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup termasuk

sumber daya kedalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,

kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan,

dengan mempersiapkan sumber daya yang merupakan sebagai unsur lingkungan

hidup yang terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam baik hayati

maupun non hayati dan sumber daya buatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah pengertian dari lingkungan ?

2. Apa sajakah faktor-faktor kerusakan lingkungan ?

3.   Apa sajakah dampak dari kerusakan lingkungan ?

4. Apa sajakah sanksi-sanksi terhadap pelanggaran kerusakan lingkungan ?

5.   Bagaimanakah upaya pelestarian lingkungan hidup dalam pembangunan

berkelanjutan ?

1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diperoleh tujuan sebagai berikut:

1. Untuk memahami mengenai pengertian lingkungan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor kerusakan lingkungan.

3. Untuk memahami dampak dari kerusakan lingkungan.

4. Untuk mengetahui sanksi-sanksi terhadap pelanggaran kerusakan lingkungan.

5. Untuk mengetahui upaya pelestarian lingkungan hidup dalam pembangunan

berkelanjutan.

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN LINGKUNGAN

Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Baik

lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari

lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya

memerlukan lingkungan.

            Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia

yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun

tidak langsung. Lingkungan dapat dibedakan menjadi lingkungan biotik dan

abiotik. Jika kita berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman

sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah,

juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang

ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan

tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.

Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai

lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan

yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.

Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk

menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup

segenap makhluk hidup di bumi.

            Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di

dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

            Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Unsur Hayati (Biotik)

Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari

makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika

kalian berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh

3

tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang

dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.

2. Unsur Sosial Budaya

Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat

manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku

sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat

adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota

masyarakat.

3. Unsur Fisik (Abiotik)

Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-

benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan

lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap

kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka

bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak

akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan

dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai

penyakit, dan lain-lain.

2.2 FAKTOR-FAKTOR KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup

dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam

Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda

Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya

gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias,

serta gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya,

merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk

muka bumi.

Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup

antara lain:

a. Letusan gunung berapi

4

Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang

menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang

ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa:

1) Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.

2) Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.

3) Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.

4) Gas yang mengandung racun.

5) Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-

lain.

b. Gempa bumi

Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena

beberapa hal, diantaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya

tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat

mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia sama sekali tidak dapat

memprediksikan kapan terjadinya gempa.

Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat

dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi

beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:

1) Berbagai bangunan roboh.

2) Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.

3) Tanah longsor akibat guncangan.

4) Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.

5) Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang

pasang).

c. Angin topan

Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi

menuju ke kawasan bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena

perbedaan suhu udara yang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-negara

di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan hal yang biasa terjadi. Bagi

wilayah-wilayah di kawasan California, Texas, sampai di kawasan Asia seperti

Korea dan Taiwan, bahaya angin topan merupakan bencana musiman. Tetapi bagi

5

Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa

telah terjadi perubahan iklim di Indonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya

gejala pemanasan global.

Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang

menggambarkan keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin

topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat

menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:

1) Merobohkan bangunan.

2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.

3) Membahayakan penerbangan.

4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.

2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia

Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam

menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan

Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan

sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun

sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran

akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih

oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.

Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:

a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai

dampak adanya  kawasan industri.

b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan

air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan

hutan.

c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.

Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung

membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:

a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).

b. Perburuan liar.

6

c. Merusak hutan bakau.

d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.

e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.

f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).

g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.

2.3 DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN

1. Dampak Kerusakan Lingkungan Terhadap Pemanasan Global

Kerusakan demi kerusakan tersebut menyebabkan terjadinya pemanasan

global. Konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal sebagai gas rumah kaca, terus

bertambah di udara akibat tindakan manusia melalui kegiatan industri, khususnya

CO2 dan chloro fluorocarbon. Yang terutama adalah karbon dioksida, yang

umumnya dihasilkan dari penggunaan batubara, minyak bumi, gas, penggundulan

hutan, serta pembakaran hutan. Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi

industri, sedangkan emisi metan disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian.

Chlorofluorocarbon (CFC) merusak lapisan ozon seperti juga gas rumah kaca

menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang dihapus dalam Protokol

Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas

polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari matahari.

Proses pemanasan global dipicu oleh adanya efek rumah kaca, dimana

energi dari matahari memacu cuaca dan iklim bumi serta memanasi permukaan

bumi, sebaliknya bumi mengembalikan energi tersebut ke angkasa. Gas rumah

kaca pada atmosfer (uap air, karbon dioksida dan gas lainnya) menyaring

sejumlah energi yang dipancarkan, menahan panas seperti rumah kaca. Tanpa

efek rumah kaca natural ini maka suhu akan lebih rendah dari yang ada sekarang

dan kehidupan seperti yang ada sekarang tidak mungkin ada. Jadi gas rumah kaca

menyebabkan suhu udara di permukaan bumi menjadi lebih nyaman sekitar

60°F/15°C. Tetapi permasalahan akan muncul ketika terjadi konsentrai gas rumah

kaca pada atmosfer bertambah. Sejak awal revolusi industri, konsentrasi karbon

dioksida pada atmosfer bertambah mendekati 30%, konsetrasi metan lebih dari

dua kali, konsentrasi asam nitrat bertambah 15%. Penambahan tersebut telah

7

meningkatkan kemampuan menjaring panas pada atmosfer bumi. Mengapa

konsentrasi gas rumah kaca bertambah? Para ilmuwan umumnya percaya bahwa

pembakaran bahan bakar fosil dan kegiatan manusia lainnya merupakan penyebab

utama dari bertambahnya konsentrasi karbon dioksida dan gas rumah kaca.

Sementara lautan dan vegetasi yang bertugas menangkap banyak CO2 tidak

mampu mengimbangi pertambahan CO2 dari kegiatan manusia di bumi, hal ini

berarti bahwa jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara

bertambah setiap tahunnya dan berarti mempercepat pemanasan global. Sepanjang

seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara spektakuler, dimana

sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut

berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang

mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras habis dan yang lainnya mereguk

keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk pemanfaatan ”energi tak dapat

habis” seperti matahari, angin, biogas, air, khususnya hidro mini dan makro, baik

di negara maju maupun miskin tetaplah rendah (dalam perbandingan dengan

bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil dan

energi nuklir). Padahal sumber energi ini dapat mengurangi penggunaan bahan

bakar fosil.

Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon,

menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro

lokal dan siklus hidrologis, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah. Padahal

tanah mengandung karbon sebanyak 24 milyar ton dan hutan Indonesia

menyumbangkan emisi CO2 sebesar 2.6 milliar ton per tahun, walaupun juga

mengandung 19 milliar ton carbon.

Jika diamati maka sumber pencemaran utama adalah transportasi, kebakaran

hutan, limbah rumah tangga, limbah tambang, dan limbang industri. Selama 1985

– 2000 jumlah kendaraan sebagai sarana transportasi meningkat dari 1.2 juta

menjadi 19 juta. Pada tahun 1985 – 1997 seluas 20 juta hektar hutan terbakar dan

dibakar, dan pada tahun 1997-1998 luas hutan yang terbakar dan dibakar sebesar

10 juta hektar. Dalam hal limbah rumah tangga – hanya 3-5% yang punya akses

saluran limbah rumah tangga, sehingga menyumbangkan Emisi CO2 sebanyak 35

8

juta ton CO2. Pertambangan menyumbang limbah seperti tailing dan merkuri

dalam jumlah yang besar, sedangkan industri lainnya menyumbangkan limbah

cair (black liquor) karena system daur ulang limbah yang tidak ada, tidak lengkap,

atau tidak baik dan juga menyumbangkan Emisi CO2 sebanyak 275 juta ton per

tahun.

Terjadinya Global Warming diakibatkan oleh adanya kebijakan pemerintah

yang tidak tepat. Pengelolaan hutan yang salah dan menyebabkan hutan tropis

hancur serta tidak memberikan manfaat yang signifikan baik bagi pemerintah

maupun bagi penduduk di sekitarnya. Yang mengeruk keuntungan adalah

pengusaha yang secara semena-mena telah menghancurkan hutan yang menjadi

tempat menyimpan air dan penghasil oksigen bagi mahluk hidup dan tempat

hidup flora dan fauna. Pengelolaan yang salah menyebabkan bencana banjir dan

dampak lingkungan lain, rakyat yang sudah miskin tetap miskin dan bahkan

menjadi lebih miskin karena hutannya sudah hancur. Bertambahanya suhu global

yang tidak dapat dicegah lagi dan bahwa perubahan iklim mungkin sudah terjadi

sekarang. Selain itu penyebab utamanya adalah adanya konsumsi yang berlebihan.

Bukan oleh 80% penduduk miskin di 2/3 belahan bumi, tetapi oleh 20% penduduk

kaya yang mengkonsumsi 86% dari seluruh sumber alam dunia. Program konversi

minyak tanah menjadi gas juga dapat diambil sebagai contoh bahwa ketidaksiapan

pemerintah secara infrastruktur dan juga sosialisasi, menyebabkan banyak orang

desa menggunakan lagi kayu bakar dengan merambah hutan, karena untuk

memasak mereka sulit memperoleh minyak tanah dan gas, serta harga gas terus

membumbung tinggi. Kampanye dalam rangka Pemilu juga memacu kerusakan

lingkungan, karena penyumbang dana pemilu bisa jadi disumbang oleh pengusaha

pembakaran hutan liar sebagai upaya pencucian uang.

Situasi seperti ini bahkan menjadi lebih buruk lagi dikarenakan banyak dan

luasnya areal hutan alam menurun, begitu juga dengan manfaatnya bagi

masyarakat. Banyak tanaman liar yang juga komersial, telah dieksploitasi secara

berlebihan. Cadangan hutan dan area yang dilindungi oleh pemerintah, dikelola

oleh pihak yang dalam pengelolaannya tidak melibatkan komunitas setempat,

sehingga mengakibatkan konflik sosial yang seharusnya tidak perlu terjadi.

9

Banyak spesies tumbuh-tumbuhan yang manfaat potensialnya belum diketahui,

tetapi spesies tersebut telah berkurang pada tingkat yang membahayakan dan

punah lebih cepat dibandingkan laju pengumpulan tumbuhan tersebut untuk dapat

diteliti, dikenal dan diregenasikan kembali.

Gaya hidup manusia modern juga menjadi penyebab rusaknya lingkungan.

Sampah yang dihasilkan perumahan atau kota turut menyumbang kematian sungai

yang mengaliri perkotaan. Bencana itu masih ditambah dengan tumbuhnya

industri di sepanjang sungai yang sering digunakan sebagai sarana pembilasan dan

pembuangan sampah industri. Hampir semua sungai di Indonesia mengalami

tekanan kerusakan fungsi ekosistemnya.

2. Dampak Pemanasan Global Dan Perubahan Iklim

Perubahan Iklim merupakan tantangan yang paling serius yang dihadapi

dunia di abad 21. Sejumlah bukti baru dan kuat yang muncul dalam studi

mutakhir memperlihatkan bahwa masalah pemanasan yang terjadi 50 tahun

terakhir disebabkan oleh tindakan manusia. Pemanasan global di masa depan lebih

besar dari yang diduga sebelumnya. Saat ini kita menghadapi bertambahnya suhu

global yang tidak dapat dicegah lagi dan bahwa perubahan iklim mungkin sudah

terjadi sekarang.

Dalam Panel Antar Pemerintah Mengenai Perubahan Iklim yang

diselenggarakan pada bulan Desember 1977 dan Desember 2000, badan yang

terdiri dari 2000 ilmuwan tersebut menyebutkan sejumlah realitas yang terjadi

saat ini, diantaranya :

» Mencairnya es di kutub utara dan selatan sebagai akibat dari pemanasan global

menyebabkan dampak yang sangat besar, karena air mempunyai konsep bejana

berhubungan, sehingga menyebabkan naiknya permukaan air laut rata-rata 0.57

cm/tahun yang dapat menyebabkan banyak pulau di Indonesia akan terendam dan

tenggelam. Diperkirakan bahwa pada tahun 2050 seluruh pesisir Indonesia bakal

tenggelam 0.28 – 4.17 meter. Bahkan di DAS Citarum 26 ribu hektar kolam dan

10 ribu hektar sawah terancam terendam air laut,

» Curah hujan rata-rata naik 2-3%, tetapi ada di beberapa tempat di Indonesia

yang justru menurun. Serangan angin kencang yang sebelumnya jarang terjadi

10

menjadi lebih sering. Musim hujan menjadi berubah dan selalu terlambat, hal ini

menyebabkan petani di beberapa tempat seperti di Subang dan Pati gagal panen.

Musim hujan juga menjadi lebih pendek, sebagaimana yang dirasakan di

Manggarai – NTT.

» Suhu rata-rata udara di Indonesia naik 0.3 o C per tahun sejak tahun 1990.

» Terumbu karang menjadi rusak karena suhu air laut meningkat 0.2 – 2.5 derajat

Celcius setiap tahun, bahkan di pulau Pari – Kep. Seribu terjadi pemutihan 50%

terumbu karangnya.

» Kesuburan tanah pertanian merosot hingga 2-8%, sehingga produksi padi

menurun 4% per tahun. Pasokan beras lokal di Karawang dan Subang menurun

95%, dan produksi jagung menurun 59% per tahun. Produksi kacang-kedelai

turun 10% per tahun.

» Permukaan tanah turun 0.8 cm per tahun

» Bencana-bencana alam lebih sering terjadi dan lebih dahsyat seperti gempa

bumi, banjir, angin topan, siklon dan kekeringan akan terus terjadi. Bencana badai

besar terjadi empat kali lebih besar sejak tahun 1960.

» Suhu global meningkat sekitar 5 derajat C (10 derajat F) sampai abad berikut,

tetapi di sejumlah tempat dapat lebih tinggi dari itu.

» Permukaan es di kutub utara makin tipis.

» Penggundulan hutan, yang melepaskan karbon dari pohon-pohon, juga

menghilangkan kemampuan untuk menyerap karbon.

» 20% emisi karbon disebabkan oleh tindakan manusia dan memacu perubahan

ilim.

» Sejak Perang Dunia II jumlah kendaraan motor di dunia bertambah dari 40 juta

menjadi 680 juta; kendaraan motor termasuk merupakan produk manusia yang

menyebabkan adanya emisi carbon dioksida pada atmosfer.

» Selama 50 tahun ini kita telah menggunakan sekurang-kurangnya setengah dari

sumber energi yang tidak dapat dipulihkan dan telah merusak 50% dari hutan

dunia.

» Negara-negara miskin akan dilanda kekeringan dan banjir, dimana sekitar tahun

2020 penduduk dunia akan terancam bahaya kekeringan dan banjir dan akan

11

menderita luar biasa akibat perubahan iklim karena letak geografisnya serta

kekurangan sumber alam untuk penyesuaian dengan perubahan dan melawan

dampaknya.

» Biaya tahunan untuk menangkal pemanasan global dapat mencapai 300 miliar

dollar, 50 tahun ke depan jika tidak diambil tidakan untuk mengurangi emisi gas

rumah kaca. Jika pemimpin politik kita dan pembuat kebijaksanaan politik tidak

bertindak cepat, dunia ekonomi akan menderita kemunduran serius. Selama

dekade lalu bencana alam telah mengeruk dana sebesar 608 milliar dollar.

» Panen makanan pokok seperti gandum, beras dan jagung dapat merosot sampai

30% seratus tahun mendatang akibat pemanasan global (Wakil PBB untuk

Program Lingkungan Hidup pada Konferensi Perubahan Iklim ke-7 di Maroko

November 2001)

» Para petani akan beralih tempat olahan ke pegunungan yang lebih sejuk,

menyebabkan terdesaknya hutan dan terancamnya kehidupan di hutan dan

terancamnya mutu serta jumlah suplai air. Penemuan baru ini menunjukkan

bahwa sebagian besar dari rakyat pedesaan di negara berkembang sudah

mengalami dan menderita kelaparan dan gizi buruk tersebut. Pengungsi akibat

lingkungan hidup sudah berjumlah 25 juta di seluruh dunia

2.4 SANKSI HUKUM TERHADAP PELANGGARAN LINGKUNGAN

HIDUP

Mengenai sanksi hukum terhadap pelaku pelanggaran lingkungan hidup,

dari apa yang telah diatur oleh Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 mengatur

mengenai sanksi berupa sanksi Administrasi diatur oleh Pasal 25 sampai dengan

Pasal 27 dan sanksi Pidana diatur oleh Pasal 41 sampai dengan Pasal 48.

Penggunaan sanksi administrasi merupakan hukuman yang dijatuhkan bagi pelaku

pelanggaran terhadap lingkungan hudup, yang berupa pencabutan perizinan

usaha/kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan berakibat

usaha/kegiatan tersebut berhenti secara total, dengan berkewajiban memulihkan

kembali lingkungan hidup yang telah tercemar tersebut.

12

Dapat dikenakan pula sanksi pidana yang merupakan sebagai hukuman yang

dilakukan dengan sengaja, kealpaannya atau informasi palsu melakukan perbuatan

yang mengakibatkan pencemaran atau pengrusakan terhadap lingkungan hidup

dapat di pidana penjara sekurang-kurangnya 5 tahun atau sampai seberat-

beratnya15 tahun atau denda sekurang-kurangnya Rp.100.000.000,- atau sampai

sebesar Rp. 500.000.000,- sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh

pelaku usaha lingkungan hidup. Telah diuraikan diatas bahwa terhadap masalah

dampak pencemaran, akibat, landasan hukum serta sosial kontrol pencemaran

terhadap lingkungan hidup adalah merupakan suatu lingkaran yang tidak terputus

didalam kehidupan manusia.

Jika masalah-masalah tersebut diabaiakan maka akan mengakibatkan

bencana yang tidak dapat dihindari atau dicegah oleh manusia, walaupun dengan

teknologi yang modern sekalipun, mengingat pemulihan terhadap lingkungan

hidup yang telah rusak akibat pencemaran memerlukan berbulan-bulan bahkan

bertahun-tahun untuk melakukan tindakan pemulihkan lingkungan hidup tersebut.

Walaupun sudah terdapat Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang lingkungan

hidup yang merupakan sebagai payung hukum yang membatasi segala tindak

tanduk pelaku usaha atau kegiatan dengan diatur pula mengenai sanksi

administratif dan sanksi pidananya, akan tetapi tetap harus diperhatikan pula

dengan tidankan koordinasi dengan dasar surat keputusan bersama antara menteri

lingkungan hidup, menteri dalam negeri, menteri luar negeri dan Kapolri untuk

melakukan pemantauan terhadap lingkungan hidup dan berdasarkan suatu

kebijakan secara internal merupakan sebagai kewenangan Menteri Lingkungan

Hidup dengan UU No. 23 Tahun 1997, akan tetapi secara eksternal harus ikut

sertanya instansi-instansi yang terkait, seperti disebutkan diatas agar terciptanya

lingkungan hidup yang terhindar dari pencemaran disegala sector seperti

penebangan hutan baik legal maupun ilegal, pencemaran limbah kimia dari rumah

sakit/pabrik kimia, pemboran gas alam dan lain-lain.

Masalah ini harus dilakukan pemantauan oleh instansi terkait, yang masing-

masing mempunyai tanggung jawab terhadap pencegahan pencemaran lingkungan

hidup, maka dapat dimungkinkan akan terhindarnya dari berbagai macam bencana

13

seperti bencana banjir, longsong, polusi terhadap bahan kimia maupun polusi

udara akibat industri-industri maupun kendaran bermotor.

2.5 UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa

ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin

negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai

manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan

hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun

usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang

layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.

Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi

rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan

menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai

pembangunan berwawasan lingkungan.

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas

manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan

berwawasan lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan.

Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di

Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan penting, yaitu:

a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang

hidup.

b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk

memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Menjamin pemerataan dan keadilan.

b. Menghargai keanekaragaman hayati.

c. Menggunakan pendekatan integratif.

d. Menggunakan pandangan jangka panjang.

14

Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan

tidak lagi berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun

2000, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:

a. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

berkeadilan, dan berkelanjutan.

b. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan, dan pengawasan.

1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah

Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya

memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan

terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah

antara lain:

a. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang

Tata Guna Tanah.

b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL

(Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).

d. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan,

dengan tujuan pokoknya:

1) Menanggulangi kasus pencemaran.

2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).

3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

e. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.

15

2. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah

Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian

yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan

kemampuan masing-masing. Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat

berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:

a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang

berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan

tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan

tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor

disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya

sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung,

maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus.

Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan

kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah

yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi

tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu

menghambat laju aliran air hujan.

b. Pelestarian udara

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme

bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung

beranekaragam gas, salah satunya oksigen. Udara yang kotor karena debu atau

pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini

sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu

diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih,

segar, dan sehat.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan

sehat antara lain:

1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita.

Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman

mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan

16

menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer

jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga

kelembapan udara akan tetap terjaga.

2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik

pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot

kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di

perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas

berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi

lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.

3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat

merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin

pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah

gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan

ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai

filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar

angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan

merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara.

Pemanasan global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di

atmosfer.

c. Pelestarian hutan

 Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini

tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan

menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu

penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang

kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan

pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan

lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.

Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:

1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.

2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.

3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.

17

4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.

5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan

mengenai pengelolaan hutan.

d. Pelestarian laut dan pantai

Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial.

Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia.

Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan

kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai.

Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya

hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran

ombak.

Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan

cara:

1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal

sekitar pantai.

2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar

laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.

3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari

ikan.

4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.

e. Pelestarian flora dan fauna

 Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia,

hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari

sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan. Oleh karena itu,

kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi

kelangsungan hidup manusia.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di

antaranya adalah:

1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.

2) Melarang kegiatan perburuan liar.

BAB III

18

KESIMPULAN

Kita sebagai generasi muda yang baik harus ikut serta dalam upaya

melestarikan lingkungan karena lingkungan adalah tempat dimana kita hidup.

Dengan melestarikan lingkungan berarti kita telah menyelamatkan beribu bahkan

berjuta juta nyawa. Karena banyak nyawa yang melayang disebabkan adanya

kerusakan lingkungan. Lingkungan hidup merupakan tempat berinteraksi makhluk

hidup yang membentuk suatu sistem jaringan kebutuhan, yaitu: jenis dan jumlah

masing-masing unsur lingkungan, interaksi antar unsur dalam lingkungan hidup,

perilaku dan kondisi unsur lingkungan hidup dan faktor material, seperti suhu dan

cahaya.

Lingkungan hidup sering disebut sebagai istilah yang dapat mencakup

segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di bumi atau bagian dari

bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.

Lawan dari lingkungan hidup adalah lingkungan buatan, yang mencakup wilayah

dan komponen-komponennya yang banyak dipengaruhi oleh manusia.

Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Baik

lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari

lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehataan, semuanya

memerlukan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

19

Nugraha R Adrian. 2009. Hidup Dengan Pengelolaan Sampah. Bekasi: Cahaya

Pustaka Raga

R. Weni DKK. 2009. Letusan Gunung Berapi. Jawa Tengah: PT Intan Sejati

Klaten

Yuwanto Nugroho. 2010. Akrab Dengan Bencana Alam. Yogyakarta: Empat Pilar

Pendidikan

20