bab i precast) sangat berkembang dalam pendahuluan...

16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir – akhir ini sering sekali metode pracetak ( precast) digunakan pada pekerjaan struktur dalam bidang teknik sipil di Indonesia. Hal ini dilakukan karena semakin besarnya tuntutan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang efisien. Metode pracetak (precast) memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dibandingkan metode cor setempat (cast in site ). mempercepat waktu penyelesaian pr oyek sehingga pengembalian investasi lebih cepat, lebih praktis, dan biaya semakin hemat pada jumlah pemakaian elemen yang semakin banyak dengan tipe yang berulang. Kekurangannya adalah pada ketidakmampuannya didalam menahan gaya lateral kurangnya jumlah tenaga pelaksana di Indonesia yang terlatih dan berpengalaman pada proyek konstruksi dengan menggunakan sistem ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Perbandingan sistem konvensional dengan sistem pracetak Sumber : M.Ali Affandi (2004) Sebagai metode konstruksi, metode pracetak ( precast) sangat berkembang dalam pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan teknologi peralatan konstruksi yang ada semakin berkembang. Salah satu peralatan konstruksi adalah tower crane. Dengan adanya alat tower crane ini, sangat membantu dan mendukung dalam pelaksanaan metode pracetak (precast). Kegiatan yang dilakukan dengan alat tow er crane adalah pada proses pengangkatan dan pemasangan elemen pracetak pada pekerjaan konstruksi suatu gedung. Pada pengaplikas iannya, metode pracetak ( precast) lebih tepat dan efisien apabila diaplikasikan pada beberapa hal. Diantaranya adalah pengaplikasian pada gedung yang berada pada daerah dengan zona gempa relatif rendah (zona gempa I dan zona II) serta pada gedung yang bertipe tipikal. Zona gempa relatif rendah (I dan II) memiliki frekuensi gempa yang tidak terlalu sering dengan intensitas yang tidak terlalu besar. Maka dari itu metode pracetak sangat sesuai, karena pada metode pracetak (precast) ikatan yang terjadi tidak terlalu kaku. Sedangkan pengaplikasian metode pracetak pada gedung dengan tipe tipikal (typical) lebih efisien karena pada gedung dengan tipe ini mempunyai elemen yang tipikal sehingga lebih mudah dalam pengerjaan dan pelaksanaannya. 1.2 PERMASALAHAN Dalam perancangan struktur gedung apartemen dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System) menggunakan metode pracetak ( precast) terdapat permasalahan yang timbul. Permasalahan yang timbul antara lain : 1. Bagaimana merancang dimensi dari beton pracetak sehingga mampu mendapatkan dimensi yang efisien ? 2. Bagaimana merancang struktur bangunan yang mampu menahan beban lateral dan gravit as i ? 3. Bagaimana merancang detailing sambungan pada komponen pracetak ? 4. Bagaimana menuangkan hasil perhitungan dan perancangan ke dalam gambar teknik? 1.3 TUJUAN Perancangan struktur apartemen pada daerah Kelampis dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System) menggunakan metode pracetak ( precast) mempunyai tujuan diantaranya : 1. Merancang dimens i dar i beton pracetak sehingga mampu mendapatkan dimensi yang efisien. 2. Merancang struktur bangunan yang mampu menahan beban lateral dan gravitasi. ITEM KO NVENSIO NAL PRACET AK Desai n Sederhana M em butuhk an wawasan yang lu as terutama yan g ad a k ait annya dengan fabrikasi sistem, transport asi sert a pel aksanaan at au pemas an gan kom pon en, sist em sambungan dan sebagainya. Bentu k dan ukurannya Efisi en u ntuk b ent uk yan g tidak terat ur dan bentang-bentang yang tidak mengul ang. Efisien untuk bentuk yang teratu r/rel ati f bes ar d eng an jum lah bentuk-bentuk yang berulang Waktu pel aks anaan Lebih lama. Lebih cepat, karena d ap at dilaksanakan secara pararel sehi ngga hem at waktu 2 0-25% Teknol ogi pel aks anaan Kon vensio nal Butuh ten ag a yang m em punyai keahli an Koo rdi nasi pel aks anaan Kom pleks Lebih sed erh ana, karen a sem ua pengecoran elemen struktur pracetak telah dilakukan di pabrik. Pengawasan/ kontrol kerj a Bersi fat kom pleks, sert a dil aku k an dengan cara terus menerus. Sifatnya lebi h mudah karena telah dilak ukan pengawas an ol eh kualit as k ontrol di pabri k. Kondisi lahan Butuh area yang relati f lu as k arena butuh adanya penimbunan material dan ruang gerak. Tidak memerlukan lahan yang luas untuk pen yim pan an mat eri al sel am a proses peng erjaan konst ruksi berlangsung, sehingga lebih bersih terhadap lingkungan. Kondisi cu aca Ban yak dip eng aruhi oleh keadaan cuaca. Tidak dip en garu hi cu aca karen a dibuat di pabrik. Ket ep at an/ ak urasi ukuran Sang at terg ant ung keahlian pel aks ana. Karen a dilaks an akan di p ab rik, m aka ket epatan uku ran lebih terjam in. Kualitas Sang at terg ant ung ban yak fakto r, terutama keahli an pek erja d an pengawasan. Lebih terj am in kualit asn ya k arena di kerjakan di pabrik dengan m enggunakan sistem pengawasan pabrik.

Upload: dotram

Post on 09-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Akhir – akhir ini sering sekali metode pracetak (precast) digunakan pada pekerjaan struktur dalam bidang teknik sipil di Indonesia. Hal ini dilakukan karena semakin besarnya tuntutan pelaksanaan pekerjaan konstruks i yang efisien. Metode pracetak (precast) memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dibandingkan metode cor setempat (cast in site). mempercepat waktu penyelesaian proyek sehingga pengembalian investasi lebih cepat, lebih praktis, dan biaya semakin hemat pada jumlah pemakaian elemen yang semakin banyak dengan tipe yang berulang. Kekurangannya adalah pada ketidakmampuannya didalam menahan gaya lateral kurangnya jumlah tenaga pelaksana di Indonesia yang terlatih dan berpengalaman pada proyek konstruksi dengan menggunakan sistem ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Perbandingan sistem konvensional dengan sistem pracetak Sumber : M.Ali Affandi (2004)

Sebagai metode konstruks i, metode pracetak

(precast) sangat berkembang dalam pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan teknologi peralatan konstruksi yang ada semakin berkembang. Salah satu peralatan konstruksi adalah tower crane. Dengan adanya alat tower crane ini, sangat membantu dan mendukung dalam pelaksanaan metode pracetak (precast). Kegiatan yang dilakukan dengan alat tow er crane adalah pada proses pengangkatan dan pemasangan elemen pracetak pada pekerjaan konstruks i suatu gedung.

Pada pengaplikas iannya, metode pracetak (precast) lebih tepat dan efisien apabila diaplikasikan pada beberapa hal. Diantaranya adalah pengaplikasian pada gedung yang berada pada daerah dengan zona gempa relatif rendah (zona gempa I dan zona II) serta pada gedung yang bertipe tipikal. Zona gempa relatif rendah (I dan II) memiliki frekuens i gempa yang tidak terlalu sering dengan intensitas yang tidak terlalu besar. Maka dari itu metode pracetak sangat sesuai, karena pada metode pracetak (precast) ikatan yang terjadi tidak terlalu kaku. Sedangkan pengaplikas ian metode pracetak pada gedung dengan tipe tipikal (typical) lebih efisien karena pada gedung dengan tipe ini mempunyai elemen yang tipikal sehingga lebih mudah dalam pengerjaan dan pelaksanaannya. 1.2 PERMASALAHAN

Dalam perancangan struktur gedung apartemen dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System) menggunakan metode pracetak (precast) terdapat permasalahan yang timbul. Permasalahan yang timbul antara lain :

1. Bagaimana merancang dimensi dari beton pracetak sehingga mampu mendapatkan dimensi yang efisien ?

2. Bagaimana merancang struktur bangunan yang mampu menahan beban lateral dan gravitas i ?

3. Bagaimana merancang detailing sambungan pada komponen pracetak ?

4. Bagaimana menuangkan hasil perhitungan dan perancangan ke dalam gambar teknik?

1.3 TUJUAN

Perancangan struktur apartemen pada daerah Kelampis dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System) menggunakan metode pracetak (precast) mempunyai tujuan diantaranya :

1. Merancang dimens i dari beton pracetak sehingga mampu mendapatkan dimens i yang efisien.

2. Merancang struktur bangunan yang mampu menahan beban lateral dan gravitasi.

ITEM KONVENSIONAL PRACETAK

Desain Sederhana

Membutuhkan wawasan yang luas terutama yang ada kaitannya dengan fabrikasi sistem, transportasi serta pelaksanaan atau pemasangan komponen, sistem sambungan dan sebagainya.

Bentuk dan ukurannya

Efisien untuk bentuk yang tidak teratur dan bentang-bentang yang tidak mengulang.

Efisien untuk bentuk yang teratur/relati f besar dengan jumlah bentuk-bentuk yang berulang

Waktu pelaksanaan Lebih lama.

Lebih cepat, karena dapat dilaksanakan secara pararel sehingga hemat waktu 20-25%

Teknologi pelaksanaan

Konvensional Butuh tenaga yang mempunyai keahlian

Koordinasi pelaksanaan Kompleks

Lebih sederhana, karena semua pengecoran elemen struktur pracetak telah dilakukan di pabrik.

Pengawasan/kontrol kerja

Bersi fat kompleks, serta dilakukan dengan cara terus menerus.

Sifatnya lebih mudah karena telah dilakukan pengawasan oleh kualitas kontrol di pabrik.

Kondisi lahan

Butuh area yang relati f luas karena butuh adanya penimbunan material dan ruang gerak.

Tidak memerlukan lahan yang luas untuk penyimpanan material selama proses pengerjaan konst ruksi berlangsung, sehingga lebih bersih terhadap lingkungan.

Kondisi cuaca

Banyak dipengaruhi oleh keadaan cuaca.

Tidak dipengaruhi cuaca karena dibuat di pabrik.

Ketepatan/akurasi ukuran

Sangat tergantung keahlian pelaksana.

Karena dilaksanakan di pabrik, maka ketepatan ukuran lebih terjamin.

Kualitas

Sangat tergantung banyak faktor, terutama keahlian pekerja dan pengawasan.

Lebih terjamin kualitasnya karena di kerjakan di pabrik dengan menggunakan sistem pengawasan pabrik.

2

3. Merancang detailing sambungan pada komponen pracetak.

4. Menuangkan hasil perhitungan dan perancangan ke dalam gambar teknik.

1.4 BATASAN MASALAH Dalam perancangan ini diambil batasan :

1. Dalam perancangan struktur apartemen ini direncanakan penggunaan teknologi pracetak pada : balok, pelat dan tangga. Sedangkan untuk overtopping dan dinding geser (shearwall) menggunakan s istem cor ditempat (cast in site).

2. Perhitungan analisa struktur menggunakan program ETABSv9.

3. Tidak membahas gap Analisa biaya menggunakan metode pracetak dibandingkan dengan metode cor setempat.

4. Tidak membahas kecepatan pelaksanaan konstruks i menggunakan metode pracetak dibandingkan dengan metode cor setempat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembebanan 2.1.1 Beban Gravitasi

Beban-beban yang akan dipakai pada perencanaan gedung ini dalah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 (PPIUG 1983) dan Revisi SNI 03-1727-1989 seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Jenis pembebanan

Jenis Beban

Beban-beban Besar beban

1. Berat volume beton bertulang 2400 kg/m3 2. Penutup lantai ubin, per cm tebal 11 kg/m2 3. Spesi dari campuran semen, per cm tebal 21 kg/m2 4. Dinding partisi 30 kg/m2 5. Plafon asbes tebal 4 mm dengan rangka

dan penggantung dari kayu 18 kg/m2

Mati 6. Pipa-pipa dan ducting untuk pekerjaan mekanikal dan elektrikal

30 kg/m2

7. Berat tanah urug 1700 kg/m3 8. Aspal per cm tebal 14 kg/m2 9. Pasangan dinding setengah bata 250 kg/m2

Hidup 1. Beban hidup pada rumah apartemen 479 kg/m2 2. Beban hidup pekerja 100 kg/m2

2.1.2 Beban Angin Menurut SNI 03-1727-2002, tekanan angin diambil berdasarkan metode 1 yaitu 48 kg/m2. 2.1.3 Beban Gempa Kota Surabaya termasuk dalam wilayah gempa II. Maka analisa respon spektrum gempa rencana berdasarkan zona gempa II. Untuk

menentukan pengaruh Gempa Rencana pada struktur, yaitu berupa beban geser dasar nominal statik ekivalen pada struktur beraturan menurut SNI 03-1726-2002 Pasal 6.1.2, gaya geser dasar nominal sebagai respon dinamik ragam pertama pada struktur gedung tidak beraturan menurut SNI 03-1726-2002 Pasal 7.1.3 dan gaya geser dasar nominal sebagai respon dinamik seluruh ragam yang berpartis ipasi pada struktur gedung tidak beraturan. Untuk masing-masing Wilayah Gempa ditetapkan Spektrum Respon Gempa Rencana C-T seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Dalam gambar tersebut C adalah Faktor Respons Gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi dan T adalah waktu getar alami struktur gedung dinyatakan dalam detik.

Gambar 2.1 Respon spektrum gempa rencana

(SNI 03-1726-2002, gambar 2)

Gambar 2.2 Wilayah Gempa Indonesia

2.1.4 Kombinasi Pembebanan Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 11.2 adalah sebagai berikut :

U = 1.4D U = 1.2D + 1.6L + 0.5(A atau R) U = 1.2D + L ± 1.6W + 0.5(A atau R) U = 0.9D ± 1.6W U = 1.2D + 1.0L ± 1.0E U = 0.9D ± 1.0E

3

2.6 Jenis Sambungan 2.6.1 Sambungan Dengan Cor Setempat

Sambungan ini merupakan sambungan dengan menggunakan tulangan biasa sebagai penyambung / penghubung antar elemen beton baik antar pracetak ataupun antara pracetak dengan cor ditempat. Elemen pracetak yang sudah berada di tempatnya akan di cor bagian ujungnya untuk menyambungkan elemen satu dengan yang lain agar menjadi satu kesatuan yang monolit. Sambungan jenis ini disebut dengan sambungan basah seperti ter lihat pada Gambar 2.2.

Gambar

2.2 Sambungan daktail dengan cor setempat 2.6.2 Sambungan Dengan Menggunak an Las

Ochs dan Ehsani (1993) mengusulkan dua sambungan las pada penempatan di lokasi sendi plastis pada permukaan kolom sesuai dengan konsep Strong Column Weak Beam. Pada konsep ini, sendi plastis direncanakan terjadi pada ujung balok dekat kolom. Seperti Gambar 2.3 akan dicontohkan sambungan balok dengan kolom dengan menggunakan las.

Gambar 2.3 Sambungan dengan menggunakan las 2.6.3 Sambungan Mek anik

French and Friends (1989) mengembangkan sambungan yang menggunakan post-tension untuk menghubungkan antara balok dan kolom. Pada sambungan post-tension ini dirancang pelelehan terjadi pada daerah lokas i

antara pertemuan balok dan kolom. Sebagai alat penyambung, digunakanlah treaded coupler yang dipasang pada ujung tulangan. Dengan adanya treaded coupler, maka ujung tulangan baja dapat dimasukkan pada lubang tersebut seperti ter lihat pada Gambar 2.4. Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah ketelitian, ketrampilan dan keahlian khusus dalam memasang alat ini.

Gambar 2.4 Sambungan mekanik

2.6.4 Sambungan Dengan Menggunakan Baut

Englekirk dan Nakaki, Inc. Irvine California dan Dywidag System International USA, Inc. Long Beach California telah mengembangkan sistem dengan menggunakan penyambungan daktail yang dikenal dengan DPCF System (Ductile Precast Concrete Frame System). Penyambungan ini dilakukan menggunakan baut untuk menghubungkan elemen satu dengan yang lain seperti pada Gambar 2.5. Dari hasil percobaan, system DPCF ini berperilaku monolit lebih baik, khususnya untuk moment Res isting Space Frame karena memberikan drift gedung 4% tanpa kehilangan kekuatan pada saat terjadi post yield cycles

Balok

Baut Kolom

Gambar 2.5 Sambungan dengan menggunakan

baut

2.8 Titik Angkat dan Sokongan 2.8.1 Pengangkatan Pelat

Dalam pemasangan pelat pracetak harus pula diingat bahwa pelat akan mengalam i pengangkatan sehingga perlu direncanakan tulangan angkat untuk pelat. Seperti pada Gambar

post-tensioning rod

grout

cou pler

bearing strips

cor ditempatPenampang A

Penampang B

Sambungan Daktail dengan Cor Ditempat

Penampang B

Penampang Acor ditempat

Expected Relocated Hinging Zone

Top of Beam

Bottom of Beamd1.5 d

Skematis dari detail balok dengan penempatan sendi plastis

Las antara pelat kolom dan balok Pelat baja tertanam

pada kolom

Pelat baja tertanam pada balok

4

2.11 pengangkatan pelat menggunakan 4 titik angkat dan pada Gambar 2.12 adalah pengangkatan pelat dengan 8 titik angkat. Maka akan terjadi momen-momen pada elemen pelat. w = beban per unit luas

(a) Empat titik angkat Maksimum Momen (pendekatan) : +Mx = -Mx = 0.0107 w a2 b +My =-My = 0.0107 w a b 2 MX ditahan oleh penampang dengan lebar yong terkec il dan 15t atau b/2 My ditahan oleh penampang dengan lebar a/2

Gambar 2.11 Pengangkatan pelat dengan 4 titik

(b) Delapan titik angkat

Maksimum Momen (pendekatan) : + Mx= -Mx = 0.0054 w a2b + My =- My = 0.0027 w a b2 MX ditahan oleh penampang dengan lebar yang terkec il dari 15t atau b/4 My ditahan oleh penampang dengan lebar a/2

Gambar 2.12 Pengangkatan Pelat Dengan 8 Titik

(Sumber :PCI Design Handbook, Precast and Prestress Concrete)

BAB III METODOLOGI

3.1 Diagram Alir

BAB IV

PERANCANGAN STRUKTUR SEKUND ER 4.1 Preliminary Design 4.1.1 Perencanaan Dimensi Balok Dimensi balok yang disyaratkan pada SNI 03-2847-2002 pasal 11.5 tabel 8

Lbxh161

min

( SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2.1 )

hb32

balok B H balok induk lb = 10,2 m 60 90 balok induk lb = 7.8 m 60 90 balok anak lb = 10.2 m 45 70 balok anak lb = 340 m 25 35 balok anak lb = 260 m 25 35

Tabel 4.1 dimensi balok

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi

OK

PENGUMPULAN DAN PENCARIAN LITERATUR

SERTA DATA

MULAI

PENENTUAN KRITERIA DESAIN

PRELIMINARY DESIGN

PEMBEBANAN HORISONTAL DAN VERTIKAL

ETABSv9

ANALISA STRUKTUR SEKUNDER

ANALISA STRUKTUR UTAMA

GAMBAR RENCANA

SELESAI

Not OK

Not OK

OK

5

2 6 0 cm

6 0 / 9 0

6 0 /9 0

2 5 /3 5

4 5/ 7 0A

5 1 0 cm

2 6 0 c m

6 0 /9 0

4 5 /7 0

25 / 3 5

4 5 / 7 0B

5 1 0 c m

340 c m

60/ 90

25/35

45/ 70C510 c m

60/90

340 c m

45/70

25/35

45/70D510 cm

60/90

0 ,5 5 m 0 ,5 5 m1 m1 ,5 m 1 , 5 m

0 ,5 5 m 1 , 5 m 0 , 5 5 m

4.1.2 Perancangan Tebal Pelat Pelat A dan B ukuran 260 cm x 510 cm Pelat C dan D ukuran 340 cm x 510 cm

Gambar 4.1 Tipe Pelat pelat tipe A (satu arah) dan pelat tipe C (dua arah), tebal awalnya direncanakan 13 cm. Perinc ian elemen pelat yang merupakan pelat pracetak adalah :

Untuk lantai 1-16 a. Tebal pelat pracetak = 8 cm b. Tebal overtopping = 5 cm Untuk lantai atap a. Tebal pelat pracetak = 8 cm b. Tebal overtopping = 5 cm

4.1.3 Perancangan Tebal Dinding Geser

Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 16.5.3.(1) : ketebalan dinding pendukung tidak boleh kurang daripada 1/25 tinggi atau panjang bagian dinding yang ditopang secara lateral, diambil yang terkec il, dan tidak kurang daripada 100 mm. Direncanakan: Tebal Dinding Geser = 40 cm Panjang bentang dinding : 1020 cm Tinggi total : 67,2 m

cmHt 8,1625

42025

cmLt 8,4025

102025

* Jadi tebal dinding geser diambil 60 cm

4.1.4 Perencanaan Dimensi Kolom Gambar 4.9 pembebanan kolom Didaptkan dimensi kolom digunakan 100/100 cm . 4.2 Perancangan Pelat Desain Pelat direncanakan pada beberapa keadaan, yaitu : 1. Sebelum Komposit, keadaan ini terjadi pada saat

aw al pengecoran topping yaitu komponen pracetak dan komponen topping belum menyatu dalam memikul beban.

2. Sesudah Komposit, keadaan ini terjadi apabila topping dan elemen pracetak pelat telah bekerja bersama-sam dalam memikul beban.

Tulangan Terpasang pada Pelat tipe A (satu arah) Tipe Pelat Tulangan Terpasang mm2

Tulangan Lapangan Tulangan Tumpuan Arah X Arah Y Arah X Arah Y

B : 2,6 m x 5,1m

D10-200 As =

392,5 mm2

D10-200 As = 392,5

mm2

D10-200 As = 392,5

mm2

D10-200 As = 392,5

mm2 Tulangan Terpasang pada Pelat tipe C (dua arah) Tipe Pelat Tulangan Terpasang mm2

Tulangan Lapangan Tulangan Tumpuan Arah X Arah Y Arah X Arah Y

B : 3,4 m x 5,1 m

D10-200 As =

392,5 mm2

D10-200 As = 392,5

mm2

D10-200 As = 392,5

mm2

D10-200 As = 392,5

mm2 Tabel 4.2 Tulangan Terpasang Perhitungan Tulangan Angkat Perhitungan Tulangan Angkat pelat tipe A

Dipasang tulangan angkat 10 mm

Gambar 4.2 Jarak titik angkat pelat tipe A

KOLOM

9000

10200

BALOK INDUK 60/90

BALOK ANAK 45/70BALOK ANAK 25/35

6

0 ,5 5 m 0 ,5 5 m1 m1 ,5 m 1 ,5 m

0 ,7 m 2 m 0 ,7 m

As As'b h d' d terpa sa ng te rpasang As As'

SBK 45 0 570 57.0 513 .0 Lapan gan 24 626. 86 2.60 0.006 77 0. 0039 5 0 .0067 7 1562 .37 5 D 2 2 1899 .70 OK 781 .19 3 D 22 113 9.82 OK45 0 700 57.0 643 .0 Tumpuan 30 269. 46 2.03 0.005 25 0. 0039 5 0 .0052 5 1517 .95 5 D 2 2 1899 .70 OK 758 .97 5 D 22 189 9.7 OK 5 D 22 5 D 2245 0 700 57.0 643 .0 Lapan gan 15 517. 65 1.04 0.002 65 0. 0039 5 0 .0039 5 1142 .93 5 D 2 2 1899 .70 OK 571 .47 4 D 22 151 9.76 OK 5 D 22 3 D 22

SBK 45 0 570 57.0 513 .0 Lapan gan 31 937. 70 3.37 0.008 89 0. 0039 5 0 .0088 9 2052 .91 6 D 2 2 2279 .64 OK 10 26.46 4 D 22 151 9.76 OK45 0 700 57.0 643 .0 Tumpuan 46 554. 50 3.13 0.008 22 0. 0039 5 0 .0082 2 2377 .47 7 D 2 2 2659 .58 OK 11 88.74 6 D 22 227 9.64 OK 7 D 22 6 D 2245 0 700 57.0 643 .0 Lapan gan 30 088. 70 2.02 0.005 21 0. 0039 5 0 .0052 1 1508 .59 5 D 2 2 1899 .70 OK 754 .29 4 D 22 151 9.76 OK 6 D 22 4 D 22

SBK 45 0 570 57.0 513 .0 Lapan gan 23 825. 30 2.51 0.006 54 0. 0039 5 0 .0065 4 1509 .40 5 D 2 2 1899 .70 OK 754 .70 3 D 22 113 9.82 OK45 0 700 57.0 643 .0 Tumpuan 27 217. 34 1.83 0.004 70 0. 0039 5 0 .0047 0 1360 .39 5 D 2 2 1899 .70 OK 680 .20 5 D 22 189 9.7 OK 5 D 22 5 D 2245 0 700 57.0 643 .0 Lapan gan 16 609. 50 1.12 0.002 84 0. 0039 5 0 .0039 5 1142 .93 4 D 2 2 1519 .76 OK 571 .47 3 D 22 113 9.82 OK 5 D 22 3 D 22

SBK 25 0 220 43.0 177 .0 Lapan gan 1 34.0 0 0.21 0.000 54 0. 0039 5 0 .0039 5 174. 79 2 D 1 6 401.9 2 OK 87 .39 2 D 16 401 .92 OK25 0 350 43.0 307 .0 Tumpuan 1 42.1 2 0.08 0.000 19 0. 0039 5 0 .0039 5 303. 16 2 D 1 6 401.9 2 OK 151 .58 2 D 16 401 .92 OK 2 D 16 2 D 1625 0 350 43.0 307 .0 Lapan gan 7 1.10 0.04 0.000 09 0. 0039 5 0 .0039 5 303. 16 2 D 1 6 401.9 2 OK 151 .58 2 D 16 401 .92 OK 2 D 16 2 D 16

SBK 25 0 220 43.0 177 .0 Lapan gan 19 90.00 3.18 0.008 35 0. 0039 5 0 .0083 5 369. 49 2 D 1 6 401.9 2 OK 184 .75 2 D 16 401 .92 OK25 0 350 43.0 307 .0 Tumpuan 30 27.41 1.61 0.004 11 0. 0039 5 0 .0041 1 315. 81 2 D 1 6 401.9 2 OK 157 .90 2 D 16 401 .92 OK 2 D 16 2 D 1625 0 350 43.0 307 .0 Lapan gan 14 21.03 0.75 0.001 91 0. 0039 5 0 .0039 5 303. 16 2 D 1 6 401.9 2 OK 151 .58 2 D 16 401 .92 OK 2 D 16 2 D 16

SBK 45 0 570 57.0 513 .0 Lapan gan 24 650. 00 2.60 0.006 77 0. 0039 5 0 .0067 7 1563 .91 5 D 2 2 1899 .70 OK 781 .95 3 D 22 113 9.82 OK45 0 700 57.0 643 .0 Tumpuan 75 181. 00 5.05 0.013 74 0. 0039 5 0 .0137 4 3975 .05 11 D 2 2 4179 .34 OK 19 87.52 6 D 22 227 9.64 OK 11 D 22 6 D 2245 0 700 57.0 643 .0 Lapan gan 36 125. 70 2.43 0.006 30 0. 0039 5 0 .0063 0 1823 .30 6 D 2 2 2279 .64 OK 911 .65 4 D 22 151 9.76 OK 6 D 22 4 D 22

SBK 25 0 220 43.0 177 .0 Lapan gan 3 64.1 4 0.58 0.001 47 0. 0039 5 0 .0039 5 174. 79 2 D 1 6 401.9 2 OK 87 .39 2 D 16 401 .92 OK25 0 350 43.0 307 .0 Tumpuan 68 97.00 3.66 0.009 70 0. 0039 5 0 .0097 0 744. 54 4 D 1 6 803.8 4 OK 372 .27 2 D 16 401 .92 OK 4 D 16 4 D 1625 0 350 43.0 307 .0 Lapan gan 58 63.00 3.11 0.008 17 0. 0039 5 0 .0081 7 626. 93 4 D 1 6 803.8 4 OK 313 .46 2 D 16 401 .92 OK 4 D 16 2 D 16

TypeDi me nsi (mm)

M omen (k g.m) Rn r perlu rmin r paka i As pe rlu T ula nga n As' perlu T ula nga nKondisi Ket Ket

BA 1

BPN

BA 2SDK

SDKBA 4

BA 5SDK

SDK

SDK

Tul . te rpasang

BA 3SDK

BPGSDK

Yt =Yb Yc X X*L L-2XL TsinØ=P T=Pu s tar ik ijin Ø tul.angkat dipakai f'rb h Ln (cm) (c m) (cm) (cm) (cm) 1.2*k*Wt (Kg) fy/1,5 (cm²) (mm ) Lap Tump Lap Tump Mpa

BA 1 45 57 960.0 28. 50 36.12 0.23 224 512 6036. 4 4346. 179 5107. 7 2667 0.51905 Ø10 1851. 6 1543 0.7599 0. 6332 4. 427 OKBA 2 45 57 960.0 28. 50 36.12 0.23 224 512 6036. 4 4346. 179 5107. 7 2667 0.51905 Ø10 1851. 6 1543 0.7599 0. 6332 4. 427 OKBA 3 45 57 960.0 28. 50 36.12 0.23 224 512 6036. 4 4346. 179 5107. 7 2667 0.51905 Ø10 1851. 6 1543 0.7599 0. 6332 4. 427 OK

25 22 207.5 11. 00 18.62 0.27 56 96 400.5 288. 36 338.9 2667 0.03444 Ø8 24. 482 20.401 0.1214 0. 1012 4. 427 OK25 22 215.0 11. 00 18.62 0.27 57 101 410.4 295. 488 347.3 2667 0.03529 Ø8 25. 885 21.571 0.1284 0.107 4. 427 OK25 22 287.5 11. 00 18.62 0.25 72 143 506.1 364. 392 428.2 2667 0.04352 Ø8 41. 41 34.508 0.2053 0. 1711 4. 427 OK25 22 295.0 11. 00 18.62 0.25 74 147 516 371. 52 436.6 2667 0.04437 Ø8 43. 22 36.016 0.2143 0. 1786 4. 427 OK

BPN 45 57 960.0 28. 50 36.12 0.23 224 512 6036. 4 4346. 179 5107. 7 2667 0.51905 Ø10 1851. 6 1543 0.7599 0. 6332 4. 427 OKBPG 25 22 207.5 11. 00 18.62 0.27 56 96 400.5 288. 36 338.9 2667 0.03444 Ø8 24. 482 20.401 0.1214 0. 1012 4. 427 OK

f (Mpa) ketDi mens i (cm)

BA 4

BA 5

Type Wt(kg) Momen

X=2h X+dX+12dbx+(Ln/16)l terpakaib h d' d Ln (m) (m) (m) (m) (m)

BA 1 450 700 49.5 650.5 9600 1.4 2.05 1.66 2 2.2BA 2 450 700 49.5 650.5 9600 1.4 2.05 1.66 2 2.2BA 3 450 700 49.5 650.5 9600 1.4 2.05 1.66 2 2.2

250 350 42.5 307.5 2075 0.7 1.01 0.89 0.8297 1.2250 350 42.5 307.5 2150 0.7 1.01 0.89 0.8344 1.2250 350 42.5 307.5 2875 0.7 1.01 0.89 0.8797 1.2250 350 42.5 307.5 2950 0.7 1.01 0.89 0.8844 1.2

BPN 450 700 49.5 650.5 9600 1.4 2.05 1.66 2 2.2BPG 250 350 42.5 307.5 3400 0.7 1.01 0.89 0.9125 1.2

Type

BA 5

Dimensi (mm)

BA 4

S(mm) Smaxb h d' d Av.fy.d/Vs (mm)

BA 1 450 700 57 643.0 176415.9 402 235221 439.5 16 - 200 321.5 OKBA 2 450 700 57 643.0 247138.8 402 329518 313.7 16 - 200 321.5 OKBA 3 450 700 57 643.0 146740.2 402 195654 528.4 16 - 200 321.5 OKBA 4 250 350 43 307.0 3279.6 157 4372.8 4409.0 10 - 150 153.5 OKBA 5 250 350 43 307.0 53424.7 157 71232.9 270.7 10 - 150 153.5 OKBPN 450 700 57 643.0 466159.6 402 621546 166.3 16 - 150 321.5 OKBPG 250 350 43 307.0 91720 157 122293 157.7 10 - 150 153.5 OK

Type As Vu(N) Vs(N)Dimensi (mm) Tulangan

Geserket

1 3 0 c m 2 50 c m

1 7 0 c m

1 7 0 c m

2 5 c m

1 8 , 5 c m2 1 0 c m

3 6 ,5 '

1 5 c m

1 3 0 c m

1 3 0 c m 2 50 c m 1 3 0 c m

Perhitungan Tulangan Angkat pelat tipe C Dipasang tulangan angkat 10 mm

Gambar 4.3 Jarak titik angkat pelat tipe C 4.2 Perancangan Tangga

Gambar 4.4 Dimensi tangga

Tulangan arah y Tulangan positif arah y digunakan tulangan lentur 16-250 mm Tulangan negatif arah y digunakan tulangan lentur 16-250 mm Tulangan arah x Digunakan tulangan lentur 16-250 mm Tulangan angkat Dipakai tulangan angkat diameter 16

Gambar 4.5 pengangkatan tangga

4.3 Perancanaan Balok Sekunder (45/70) Penulangan Lentur Tabel 4.3 penulangan lentur balok anak Perhitungan Tulangan Geser

Tabel 4.4 tulangan geserbalok anak Pemutusan Tulangan Lentur

Tabel 4.5 Pemutusan tulangan balok anak Tulangan Angk at Tabel 4.6 tulangan angkat balok anak

25 cm

18,5 cm210 cm

36,5'

15 cm

130 cm 250 cm 130 cm

100 cm

100 cm

170 cm

7

Asb h d' d terpasang

450 570 49.5 520.5 Tumpuan 1543 0.16 0.00040 92.86 2 D 10 157.00 OK450 570 49.5 520.5 Lapangan 1851.60 0.19 0.00048 111.48 2 D 10 157.00 OK450 569 49.5 519.5 Tumpuan 1543.00 0.16 0.00040 93.04 2 D 10 157.00 OK450 570 49.5 520.5 Lapangan 1851.60 0.19 0.00048 111.48 2 D 10 157.00 OK450 569 49.5 519.5 Tumpuan 1543.00 0.16 0.00040 93.04 2 D 10 157.00 OK450 570 49.5 520.5 Lapangan 1851.60 0.19 0.00048 111.48 2 D 10 157.00 OK250 220 44.5 175.5 Tumpuan 21.57 0.04 0.00009 3.84 2 D 8 100.48 OK250 220 44.5 175.5 Lapangan 25.89 0.04 0.00011 4.61 2 D 8 100.48 OK250 220 44.5 175.5 Tumpuan 36.02 0.06 0.00015 6.42 2 D 8 100.48 OK250 220 44.5 175.5 Lapangan 43.22 0.07 0.00018 7.70 2 D 8 100.48 OK450 570 49.5 520.5 Tumpuan 1543.00 0.16 0.00040 92.86 2 D 10 157.00 OK450 570 49.5 520.5 Lapangan 1851.60 0.19 0.00048 111.48 2 D 10 157.00 OK250 350 44.5 305.5 Tumpuan 20.40 0.01 0.00003 2.09 2 D 8 100.48 OK250 350 44.5 305.5 Lapangan 24.48 0.01 0.00003 2.50 2 D 8 100.48 OK

r perlu As perlu Tulangan KetTypeDimensi(m m)

Mo men (kg.m) Rn

BPG

BPN

BA 5

BA 2

BA 1

BA 3

BA 4

Penulangan Lentu Akibat Pengangk atan Tabel 4.7 tulangan lenturbalok anak akibat pengangkatan 4.3 Perancangan Balok Lift

Gambar 4.13 Denah Sangkar Lift Perhitungan kebutuhan tulangan balok penumpu depan(BPN),balok penggantung(BPG), dapat ilihat pada table 4.3 sampai tabel 4.7

BAB V ANALISA STRUKTUR UTA MA

5.1 Perhitungan pembebanan vertikal pada struktur Pembebanan vertikal struktur pada Sistem Rangka Gedung (Building Frane System) hanya diterima oleh frame saja, Selanjutnya beban yang bekerja pada balok dianalisa langsung memakai program ETABSv9. 5.2 Perhitungan pembebanan horizontal pada struktur Gaya-gaya horizontal ini disebabkan oleh adanya angin dan gempa, selanjutnya gaya-gaya horizontal ini semuanya dibebankan pada shearwall.

momen inersia(masa(b²+d²))/12

16 1493370.0 152384.69 38995243.1615 1934031.0 197350.10 50501891.1114 1934031.0 197350.10 50501891.1113 1934031.0 197350.10 50501891.1112 1934031.0 197350.10 50501891.1111 1934031.0 197350.10 50501891.1110 1934031.0 197350.10 50501891.119 1934031.0 197350.10 50501891.11

8 1934031.0 197350.10 50501891.117 1934031.0 197350.10 50501891.116 1934031.0 197350.10 50501891.115 1934031.0 197350.10 50501891.114 1934031.0 197350.10 50501891.113 1934031.0 197350.10 50501891.112 1780663.3 181700.34 46497116.171 1550713.8 158236.10 40492617.21

Tingkat W Masa(g=9,8)

Tabel 5.1 masa dan inersia bangnan tiap lantai

5.3 Pembenanan Gempa Menentuk an Eksentrisitas Rencana Bangunan

1. koordinat pusat masa: Koordinat arah X = 15,3 m Koordinat arah Y = 23,1 m

2. koordinat pusat rotasi: Koordinat arah X = 15,3 m Koordinat arah Y = 23,1 m

Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Ps. 5.4.3, bahwa antara pusat massa dan dan pusat rotas i lantai tingkat harus ditinjau suatu eksentris itas rencana ed sebagai berikut,

Untuk 0 ≤ e ≤ 0,3 b, maka : ed = 1,5 e + 0,05 b atau ed = e – 0,05 b dipilih nilai yang terbesar dari keduanya

Untuk e > 0,3 b, maka : ed = 1,33 e + 0,1 b atau ed = 1,17 e – 0,1 b

Untuk koordinat arah X

X = 15,3 + 1,53 = 16,83 m Untuk koordinat arah Y Y = 23,1 + 2,31 = 25,41 m Jadi koordinat eksentris itas (ed) untuk tingkat 1 s/d 16 adalah: ed = (X=16,83 m,Y=25,41 m) Kontrol partisipasi masa Sesuai dengan SNI 1726 Pasal 7.2.1 jumlah ragam vibras i ( jumlah mode shape) yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam harus sedemikian rupa sehingga partis ipasi massa (Modal participating Mass Ratios) dalam menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-kurangnya 90 % .

Ba lok Induk 60/90

Ba lok Pe numpu D epan45/70

Shea rw all Pe numpu Be lakang

Bal ok Pemisa h Sa ngkar15/20

R1

R2

R1

R2

R1

R2

R1

R2

8

Mode Period UX UY SumUX SumUY1 2.924 67.92 0.0073 67.9204 0.00732 2.2523 0.0256 64.769 67.946 64.7763 1.8435 0.1221 2.7983 68.0681 67.5754 0.6545 17.979 0.0015 86.0473 67.5765 0.4943 0.0055 18.487 86.0528 86.0636 0.4088 0.0262 0.8848 86.079 86.9487 0.2813 6.4886 0.0006 92.5676 86.9488 0.2175 0.0021 6.0986 92.5697 93.0479 0.1788 0.0068 0.2712 92.5765 93.318

10 0.1674 3.0204 0.0006 95.5969 93.31911 0.1336 0.0012 2.6685 95.5981 95.98712 0.1169 1.5787 0.0001 97.1768 95.98713 0.1089 0.0083 0.1096 97.185 96.09714 0.0957 0.0007 1.3555 97.1857 97.45215 0.0898 0.925 0.0001 98.1107 97.45216 0.0775 0.0042 0.0577 98.1149 97.51

Tabel 5.2 Modal participating Mass Ratios Kontrol wak tu getar alami

Mode Period selisih %1 2.923992 2.25234 0.6717 67.173 1.84347 0.4089 40.894 0.65449 1.189 118.95 0.49431 0.1602 16.026 0.40884 0.0855 8.5487 0.28133 0.1275 12.758 0.21754 0.0638 6.3799 0.17881 0.0387 3.873

10 0.1674 0.0114 1.14111 0.13365 0.0338 3.37512 0.11692 0.0167 1.67313 0.10892 0.008 0.79914 0.09574 0.0132 1.31915 0.08976 0.006 0.59816 0.0775 0.0123 1.226

Tabel 5.3 prosentase selisih antar periode Karena selisih waktu getar alami lebih dominan yang kurang dari 15%, maka asumsi awal perhitungan metoda penjumlahan ragam respons dengan menggunakan metoda CQC sudah benar Kontrol Simpangan (∆) Terhadap Beban Gempa

Arah X Arah Y Arah X Arah Y16 98.2 22.2 29.5 73.815 91.2 20.5 27.4 68.314 84 18.9 25.2 62.713 76.7 17.2 23 5712 69.3 15.4 20.8 51.311 61.8 13.7 18.6 45.610 54.3 12 16.3 39.99 46.9 10.3 14.1 34.28 39.5 8.6 11.9 28.77 32.4 7.1 9.7 23.56 25.6 5.6 7.7 18.55 19.2 4.2 5.8 13.84 13.4 2.9 4 9.73 8.4 1.8 2.5 6.12 4.3 0.9 1.3 3.21 1.4 0.3 0.4 1.1

RSPX(mm) RSPY(mm)tingkat

. Tabel 5.4 Simpangan struktur akibat beban gempa Terhadap Kinerja Batas Layan dan Kinerja Batas Ultimate Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 8.1.2 bahwa simpangan antar tingkat yang telah dibagi faktor skala (∆s) tidak boleh melebihi

xhR03,0 atau 30 mm

(diambil yang terkec il). Maka dengan R = 5,5 dan hx= 3500 mm(tipikal tiap lantai) = 0,03/5,5 × 3500 = 19,09 atau 30 mm. Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 8.2.1 untuk gedung tidak beraturan, ∆m=

sSkalaFaktorR

7,0 , tidak

boleh melebihi 0,02 × hx = 0,02× 3500 = 70 mm (SNI 03-2847-2002 pasal 8.2.2) ∆m=

ss 85,31

5,57,0

Tingkat Dri ft (∆s) Drift (∆s) (mm) syarat Drift (∆m) Drift (∆m) (mm) syarat (mm) antar tingkat Drift (∆s) (mm) antar tingkat Dri ft (∆m)

16 98.2 7 22.91 378.07 26.95 84 ok15 91.2 7.2 22.91 351.12 27.72 84 ok14 84 7.3 22.91 323.4 28.105 84 ok13 76.7 7.4 22.91 295.295 28.49 84 ok12 69.3 7.5 22.91 266.805 28.875 84 ok11 61.8 7.5 22.91 237.93 28.875 84 ok10 54.3 7.4 22.91 209.055 28.49 84 ok9 46.9 7.4 22.91 180.565 28.49 84 ok8 39.5 7.1 22.91 152.075 27.335 84 ok7 32.4 6.8 22.91 124.74 26.18 84 ok6 25.6 6.4 22.91 98.56 24.64 84 ok5 19.2 5.8 22.91 73.92 22.33 84 ok4 13.4 5 22.91 51.59 19.25 84 ok3 8.4 4.1 22.91 32.34 15.785 84 ok2 4.3 2.9 22.91 16.555 11.165 84 ok1 1.4 1.4 22.91 5.39 5.39 84 ok

ket

Tabel 5.5 Kontrol kinerja batas layan dan batas ultimate akibat beban gempa dinamik arah X

9

b h d' d 1=2 3=4 1=2 3=4 A B A B A B Av.fy.d/Vs d/2 8db 2d >2dBI 1 600 900 58.5 841.5 96.2 72.2 1557.0 1185.5 368 293.3 293.3 74.7 661.4 661.4 74.7 661.36 401.9 532.2 349.6 387.0 16 - 200 2128.8 1064.4 420.75 200 OK Ø16- 200 Ø16-200BI 2 600 900 58.5 841.5 96.2 72.2 1946.3 1185.5 498 335 335 163 833.2 833.2 163 833.21 401.9 532.2 578.7 233.8 16 - 200 2128.8 1064.4 420.75 200 OK Ø16- 200 Ø16-200BI 3 600 900 58.5 841.5 96.2 72.2 1557.0 1185.5 272 293.3 293.3 -20.9 565.8 565.8 -21 565.75 401.9 0.0 754.3 179.3 16 - 150 2128.8 1064.4 420.75 200 OK Ø16- 150 Ø16-150BI 4 600 900 58.5 841.5 96.2 72.2 1946.3 1185.5 507 335 335 172 842.2 842.2 172 842.16 401.9 532.2 590.7 229.0 16 - 200 2128.8 1064.4 420.75 200 OK Ø16- 200 Ø16-200BI 5 600 900 58.5 841.5 96.2 72.2 1946.3 1185.5 472 335 335 137 807.2 807.2 137 807.21 401.9 532.2 544.1 248.7 16 - 200 2128.8 1064.4 420.75 200 OK Ø16- 200 Ø16-200BI 6 600 900 58.5 841.5 96.2 72.2 1557.0 1185.5 358 293.3 293.3 65.1 651.8 651.8 65.1 651.77 401.9 532.2 336.8 401.7 16 - 200 2128.8 1064.4 420.75 200 OK Ø16- 200 Ø16-200BI 7 600 900 58.5 841.5 96.2 72.2 2530.2 1580.6 711 439.7 439.7 272 1151 1151 272 1150.8 401.9 532.2 1002 135.0 16 - 125 2128.8 1064.4 420.75 200 OK Ø16- 125 Ø16-125BI 8 600 900 58.5 841.5 96.2 72.2 2530.2 1383.1 945 418.5 418.5 526 1363 1363 526 1363.4 401.9 532.2 1286 105.2 16 - 100 2128.8 1064.4 420.75 200 OK Ø16- 50 Ø16-100BI 9 600 900 58.5 841.5 96.2 72.2 2530.2 1383.1 729 563.1 563.1 166 1292 1292 166 1291.9 401.9 532.2 1190 113.7 16 - 100 2128.8 1064.4 420.75 200 OK Ø16- 50 Ø16-100

ketTu lan gan

G eserVs max

Smax (mm ) Tul.G eser t erpas angM n1 ,2 D+1,

6 LAs Vs( N)

S(m m)V u

V u ren cMn (kn, ki ri) M n kn +1,2 D+ 1,6L Mn k r+1,2 D+ 1,6L VcType

Dim ensi (m m) a'..

31

fcdbw

b h d' d 1=2 3=4 5 1=2 3=4 5 Vu q A B 1 2 2d X+d X+12db l pakaiBI 1 600 900 58.5 841.5 72.15 72.15 36.08 1185 1185.48 606.017 209.37 24.47 48.3 467 37 1.28 1.68 2.53 1.983 2.6BI 2 600 900 58.5 841.5 96.2 72.15 48.1 1557 1185.48 606.017 235.27 24.47 56.5 527 41 1.89 1.68 2.73 2.1872 2.75BI 3 600 900 58.5 841.5 72.15 72.15 36.08 1185 1185.48 606.017 137.05 26.1 110 384 28 1.6 1.68 2.53 1.983 2.6BI 4 600 900 58.5 841.5 72.15 72.15 36.08 1185 1185.48 606.017 172.01 26.43 80.2 424 31 1.43 1.68 2.53 1.7296 2.6BI 5 600 900 58.5 841.5 72.15 72.15 36.08 1185 1185.48 606.017 156.22 28.66 96 408 27 1.5 1.68 2.53 1.7974 2.6BI 6 600 900 58.5 841.5 72.15 72.15 36.08 1185 1185.48 606.017 131.78 25.8 126 389 29 1.57 1.68 2.53 1.983 2.5BI 7 600 900 58.5 841.5 144.3 108.2 60.13 2265 1738.4 995.278 312.48 18.39 113 738 79 1.76 1.68 2.6 2.0578 2.6BI 8 600 900 58.5 841.5 144.3 108.2 60.13 2265 1738.4 995.278 287.34 18.4 130 704 75 1.85 1.68 2.69 2.147 2.7BI 9 600 900 58.5 841.5 108.2 72.15 48.1 1738 1185.48 606.017 255.6 11.66 150 662 112 1.74 1.68 2.58 2.038 2.6

TypeDimens i (mm) V uMn l(0,9D) X

Yt =Yb Yc X*L L-2XL TsinØ=P T=Pu starik ijin Øtul.ang kat dipakai f 'r

b h Ln (cm) (cm ) (cm ) (cm) 1.2*k *Wt (Kg) fy /1,5 (cm ) (m m) Lap Tump Lap Tump M pa

BI 1 60 77 920 38.50 46.12 0.24 222 475 10327. 6 7435. 843 8738.8 2666. 7 0.88804 Ø 16 3289.7 2741.4 0.555 0.462 4.427 OKBI 2 60 77 940 38.50 46.12 0.24 227 487 10549. 3 7595.51 8926.4 2666. 7 0.90711 Ø 16 3413.9 2844.9 0.576 0. 48 4.427 OKBI 3 60 77 960 38.50 46.12 0.24 231 499 10771. 1 7755. 178 9114.1 2666. 7 0.92618 Ø 16 3540.4 2950.3 0.597 0.498 4.427 OKBI 4 60 77 940 38.50 46.12 0.24 227 487 10549. 3 7595.51 8926.4 2666. 7 0.90711 Ø 16 3413.9 2844.9 0.576 0. 48 4.427 OKBI 5 60 77 940 38.50 46.12 0.24 227 487 10549. 3 7595.51 8926.4 2666. 7 0.90711 Ø 16 3413.9 2844.9 0.576 0. 48 4.427 OKBI 6 60 77 920 38.50 46.12 0.24 222 475 10327. 6 7435. 843 8738.8 2666. 7 0.88804 Ø 16 3289.7 2741.4 0.555 0.462 4.427 OKBI 7 60 77 940 38.50 46.12 0.24 227 487 10549. 3 7595.51 8926.4 2666. 7 0.90711 Ø 16 3413.9 2844.9 0.576 0. 48 4.427 OKBI 8 60 77 960 38.50 46.12 0.24 231 499 10771. 1 7755. 178 9114.1 2666. 7 0.92618 Ø 16 3540.4 2950.3 0.597 0.498 4.427 OKBI 9 60 77 720 38.50 46.12 0.25 181 359 8109.96 5839. 171 6862.3 2666. 7 0.69735 Ø 16 2173.4 1811.2 0.367 0.305 4.427 OK

TypeDimensi (cm)

Wt(kg)Momen f (Mpa)

ketX

A s

b h d' d terpasang600 770 58.5 712 Tumpuan 2818.9 0.12 0.00029 124.02 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Lapangan 3382.70 0.14 0.00035 148.88 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Tumpuan 2818.9 0.12 0.00029 124.02 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Lapangan 3382.70 0.14 0.00035 148.88 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Tumpuan 2818.9 0.12 0.00029 124.02 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Lapangan 3382.70 0.14 0.00035 148.88 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Tumpuan 2818.9 0.12 0.00029 124.02 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Lapangan 3382.70 0.14 0.00035 148.88 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Tumpuan 2818.9 0.12 0.00029 124.02 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Lapangan 3382.70 0.14 0.00035 148.88 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Tumpuan 2818.9 0.12 0.00029 124.02 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Lapangan 3382.70 0.14 0.00035 148.88 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Tumpuan 2818.9 0.12 0.00029 124.02 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Lapangan 3382.70 0.14 0.00035 148.88 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Tumpuan 2818.9 0.12 0.00029 124.02 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Lapangan 3382.70 0.14 0.00035 148.88 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Tumpuan 1708.30 0.07 0.00018 75.11 2 D 16 401.92600 770 58.5 712 Lapangan 2049.90 0.08 0.00021 90.15 2 D 16 401.92

As perl u Tul anganType

BI 9

Dimensi(mm)Momen (kg.m) Rn r perlu

BI 1

BI 2

BI 3

BI 4

BI 5

BI 6

BI 7

BI 8

Drift (∆s) Drift (∆s) (mm) syarat Drift (∆m) Drift (∆m) (mm) syarat (mm) antar ti ngkat Drift (∆s) (mm) antar tingkat Drift (∆m)

16 73.8 5.5 22.91 284.13 21.175 84 ok15 68.3 5.6 22.91 262.955 21.56 84 ok14 62.7 5.7 22.91 241.395 21.945 84 ok13 57 5.7 22.91 219.45 21.945 84 ok12 51.3 5.7 22.91 197.505 21.945 84 ok11 45.6 5.7 22.91 175.56 21.945 84 ok10 39.9 5.7 22.91 153.615 21.945 84 ok9 34.2 5.5 22.91 131.67 21.175 84 ok8 28.7 5.2 22.91 110.495 20.02 84 ok7 23.5 5 22.91 90.475 19.25 84 ok6 18.5 4.7 22.91 71.225 18.095 84 ok5 13.8 4.1 22.91 53.13 15.785 84 ok4 9.7 3.6 22.91 37.345 13.86 84 ok3 6.1 2.9 22.91 23.485 11.165 84 ok2 3.2 2.1 22.91 12.32 8.085 84 ok1 1.1 1.1 22.91 4.235 4.235 84 ok

ketTingkat

Tabel 5.5Kontrol kinerja batas layan dan batas ultimate akibat beban gempa dinamik arah Y Prosentase antara base shear rangk a dengan shearwall dalam menahan gempa:

Rangka shearwall Rangka shearwall1 RSPx 5.708149 94.29185 3.955756 96.044242 RSPy 5.908271 94.09173 3.905591 96.09441

No loadFx Fy

Tabel 5.6 prosentase antara base shear rangka dengan shearwall dalam menahan gempa 5.4 Perancangan Balok Induk Perancangan tulangan balok induk dihitung dalam dua kondisi. Kondis i yang pertama adalah kondis i pada saat balok induk dalam berkomposit dengan elemen struktur lain, dan keadaan yang kedua adalah pada saat balok telah berkomposit. Dari dua keadaan ini dihitung tulangan yang lebih kritis untuk digunakan.

Tabel 5.7 penulangan lentur balok induk

Tabel 5.8 perhitungan penulangan geser balok induk Tabel 5.9 perhitungan pemutusan tulangan negative balok induk Tabel 5.10 perhitungan tulangan angkat balok induk

Tabel 5.11 perhitungan tulangan lentur balok induk akibat pengangkatan

As As'b h d ' d terp asang te rp asang As As'

SBK 600 770 58. 5 7 11.5 La pang an 53 028. 29 2.1 8 0.0 0564 0. 0039 5 0 .005 64 24 09.0 4 6 D 25 294 3.75 OK 12 04.52 3 D 25 1471 .875 OK600 900 58. 5 8 41.5 Tum puan 37 151. 66 1.0 9 0.0 0278 0. 0039 5 0 .003 95 19 94.3 6 6 D 25 294 3.75 OK 99 7.18 6 D 25 2943 .75 OK 6 D 2 5 6 D 2 5600 900 58. 5 8 41.5 La pang an 66 091. 50 1.9 4 0.0 0501 0. 0039 5 0 .005 01 25 28.8 9 6 D 25 294 3.75 OK 12 64.44 3 D 25 1471 .875 OK 6 D 2 5 3 D 2 5

SBK 600 770 58. 5 7 11.5 La pang an 53 028. 29 2.1 8 0.0 0564 0. 0039 5 0 .005 64 24 09.0 4 6 D 25 294 3.75 OK 12 04.52 4 D 25 196 2.5 OK600 900 58. 5 8 41.5 Tum puan 91 322. 60 2.6 9 0.0 0701 0. 0039 5 0 .007 01 35 37.1 2 8 D 25 392 5.00 OK 17 68.56 6 D 25 2943 .75 OK 8 D 2 5 6 D 2 5600 900 58. 5 8 41.5 La pang an 45 144. 70 1.3 3 0.0 0339 0. 0039 5 0 .003 95 19 94.3 6 5 D 25 245 3.13 OK 99 7.18 3 D 25 1471 .875 OK 6 D 2 5 4 D 2 5

SBK 600 770 58. 5 7 11.5 La pang an 21 301. 28 0.8 8 0.0 0222 0. 0039 5 0 .003 95 16 86.2 6 4 D 25 196 2.50 OK 84 3.13 2 D 25 981 .25 OK600 900 58. 5 8 41.5 Tum puan 34 587. 70 1.0 2 0.0 0258 0. 0039 5 0 .003 95 19 94.3 6 6 D 25 294 3.75 OK 99 7.18 6 D 25 2943 .75 OK 6 D 2 5 6 D 2 5600 900 58. 5 8 41.5 La pang an 23 453. 53 0.6 9 0.0 0174 0. 0039 5 0 .003 95 19 94.3 6 6 D 25 294 3.75 OK 99 7.18 3 D 25 1471 .875 OK 6 D 2 5 3 D 2 5

SBK 600 770 58. 5 7 11.5 La pang an 33 543. 85 1.3 8 0.0 0352 0. 0039 5 0 .003 95 16 86.2 6 4 D 25 196 2.50 OK 84 3.13 2 D 25 981 .25 OK600 900 58. 5 8 41.5 Tum puan 73 207. 10 2.1 5 0.0 0557 0. 0039 5 0 .005 57 28 10.6 6 6 D 25 294 3.75 OK 14 05.33 6 D 25 2943 .75 OK 6 D 2 5 6 D 2 5600 900 58. 5 8 41.5 La pang an 33 334. 17 0.9 8 0.0 0249 0. 0039 5 0 .003 95 19 94.3 6 6 D 25 294 3.75 OK 99 7.18 3 D 25 1471 .875 OK 6 D 2 5 3 D 2 5

SBK 600 770 58. 5 7 11.5 La pang an 37 308. 51 1.5 4 0.0 0393 0. 0039 5 0 .003 95 16 86.2 6 4 D 25 196 2.50 OK 84 3.13 2 D 25 981 .25 OK600 900 58. 5 8 41.5 Tum puan 52 276. 87 1.5 4 0.0 0394 0. 0039 5 0 .003 95 19 94.3 6 6 D 25 294 3.75 OK 99 7.18 6 D 25 2943 .75 OK 6 D 2 5 6 D 2 5600 900 58. 5 8 41.5 La pang an 27 610. 25 0.8 1 0.0 0206 0. 0039 5 0 .003 95 19 94.3 6 6 D 25 294 3.75 OK 99 7.18 3 D 25 1471 .875 OK 6 D 2 5 3 D 2 5

SBK 600 770 58. 5 7 11.5 La pang an 33 543. 85 1.3 8 0.0 0352 0. 0039 5 0 .003 95 16 86.2 6 4 D 25 196 2.50 OK 84 3.13 2 D 25 981 .25 OK600 900 58. 5 8 41.5 Tum puan 38 318. 45 1.1 3 0.0 0287 0. 0039 5 0 .003 95 19 94.3 6 6 D 25 294 3.75 OK 99 7.18 6 D 25 2943 .75 OK 6 D 2 5 6 D 2 5600 900 58. 5 8 41.5 La pang an 25 626. 85 0.7 5 0.0 0191 0. 0039 5 0 .003 95 19 94.3 6 6 D 25 294 3.75 OK 99 7.18 3 D 25 1471 .875 OK 6 D 2 5 3 D 2 5

SBK 600 770 58. 5 7 11.5 La pang an 93 309. 00 3.8 4 0.0 1021 0. 0039 5 0 .010 21 43 60.2 2 9 D 25 441 5.63 OK 21 80.11 5 D 25 2453 .125 OK600 900 58. 5 8 41.5 Tum puan 133 438 .50 3.9 3 0.0 1046 0. 0039 5 0 .010 46 52 80.2 0 12 D 25 588 7.50 OK 26 40.10 9 D 25 4415 .625 OK 1 2 D 25 9 D 2 5600 900 58. 5 8 41.5 La pang an 68 801. 20 2.0 2 0.0 0522 0. 0039 5 0 .005 22 26 35.9 6 6 D 25 294 3.75 OK 13 17.98 5 D 25 2453 .125 OK 9 D 2 5 5 D 2 5

SBK 600 770 58. 5 7 11.5 La pang an 93 309. 00 3.8 4 0.0 1021 0. 0039 5 0 .010 21 43 60.2 2 9 D 25 441 5.63 OK 21 80.11 5 D 25 2453 .125 OK600 900 58. 5 8 41.5 Tum puan 133 844 .60 3.9 4 0.0 1049 0. 0039 5 0 .010 49 52 97.4 0 12 D 25 588 7.50 OK 26 48.70 9 D 25 4415 .625 OK 1 2 D 25 9 D 2 5600 900 58. 5 8 41.5 La pang an 64 386. 48 1.8 9 0.0 0488 0. 0039 5 0 .004 88 24 61.6 6 6 D 25 294 3.75 OK 12 30.83 5 D 25 2453 .125 OK 9 D 2 5 5 D 2 5

SBK 600 770 58. 5 7 11.5 La pang an 55 137. 82 2.2 7 0.0 0588 0. 0039 5 0 .005 88 25 08.4 3 6 D 25 294 3.75 OK 12 54.21 4 D 25 196 2.5 OK600 900 58. 5 8 41.5 Tum puan 101 028 .89 2.9 7 0.0 0779 0. 0039 5 0 .007 79 39 31.9 3 9 D 25 441 5.63 OK 19 65.97 6 D 25 2943 .75 OK 9 D 2 5 6 D 2 5600 900 58. 5 8 41.5 La pang an 54 960. 73 1.6 2 0.0 0414 0. 0039 5 0 .004 14 20 92.0 1 5 D 25 245 3.13 OK 10 46.01 3 D 25 1471 .875 OK 6 D 2 5 4 D 2 5

BI 7SDK

BI 8SDK

BI 9SDK

BI 3SDK

BI 4SDK

BI 6SDK

BI 5SDK

Tu lang an KetTul . terp asa ng

BI 2SDK

r paka i As p erlu Tula ngan K et As' perluDi men si(mm)

Momen (kg.m) Rn r perlu rmin

BI1SDK

Typ e Ko nd isi

10

5.5 Perancangan Kolom Pada perencanaan kolom kolom ini dibedakan menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama kolom lantai 1-5 baik eksterior dan interior, dan selanjutnya yaitu kolom lantai 6-10 dan kolom lantai 11-16

Jenis Beban Axial (kN)Mu (kNm) Axial (kN) Mu (kNm)1 Mati (D) 11790.83 114.39 14225.76 97.742 Hidup (L) 1567.419 15.856 2484.7467 31.7813333 RSPx 346.99 426.48 914.85 409.744 RSPy 1024.58 316.56 1158.47 364.875 1,2D+1,6L 16656.87 162.6376 21046.507 168.13813

0,9D+1RSPX 10958.74 529.431 13718.034 497.7060,9D-1RSPX 10264.76 -323.529 11888.334 -321.7740,9D+1RSPY 11636.33 419.511 13961.654 452.8360,9D-1RSPY 9587.167 -213.609 11644.714 -276.904

1,2D+1L+1RSPX 16063.4 579.604 20470.509 558.809331,2D+1L-1RSPX 15369.42 -273.356 18640.809 -260.670671,2D+1L+1RSPY 16740.99 469.684 20714.129 513.939331,2D+1L-1RSPY 14691.83 -163.436 18397.189 -215.80067

9

No eksterior interior

6

7

8

Tabel 5.12 beban aksial dan momen untuk desain kolom lantai 1-5

Jenis Beban Axial (kN) Mu (kNm) Axial (kN)Mu (kNm)1 Mati (D) 7968.04 127.18 9454.4 179.792 Hidup (L) 1063.483 18.869333 1646.027 53.482673 RSPx 277.98 461.88 717.21 391.384 RSPy 820.21 220.82 922.39 314.145 1,2D+1,6L 11263.22 182.80693 13978.92 301.3203

0,9D+1RSPX 7449.216 576.342 9226.17 553.1910,9D-1RSPX 6893.256 -347.418 7791.75 -229.5690,9D+1RSPY 7991.446 335.282 9431.35 475.9510,9D-1RSPY 6351.026 -106.358 7586.57 -152.329

1,2D+1L+1RSPX 10903.11 633.36533 13708.52 660.61071,2D+1L-1RSPX 10347.15 -290.39467 12274.1 -122.1491,2D+1L+1RSPY 11445.34 392.30533 13913.7 583.37071,2D+1L-1RSPY 9804.921 -49.334667 12068.92 -44.9093

6

7

9

eksterior interiorNo

8

Tabel 5.13beban aksial dan momen untuk desain kolom Lantai 6-10

Jenis Beban Axial (kN) Mu (kNm) Axial (kN) Mu (kNm)1 Mati (D) 4268.48 109.92 5038.81 210.52 Hidup (L) 576.2667 17.296 879.632 60.323 RSPx 153.4 461.88 385.69 395.294 RSPy 820.21 220.82 506.13 324.125 1,2D+1,6L 6044.203 159.5776 7453.983 349.112

0,9D+1RSPX 3995.032 560.808 4920.619 584.740,9D-1RSPX 3688.232 -362.952 4149.239 -205.840,9D+1RSPY 4661.842 319.748 5041.059 513.570,9D-1RSPY 3021.422 -121.892 4028.799 -134.67

1,2D+1L+1RSPX 5851.843 611.08 7311.894 708.211,2D+1L-1RSPX 5545.043 -312.68 6540.514 -82.371,2D+1L+1RSPY 6518.653 370.02 7432.334 637.041,2D+1L-1RSPY 4878.233 -71.62 6420.074 -11.2

6

7

eksterior interiorNo

9

8

Tabel 5.14 beban aksial dan momen untuk desain kolom lantai 11-16

5.7.2 Perhitungan Tulangan Longitudinal Dengan Menggunakam Program Bantu PCACOL

Gambar 5.11 Diagram interaksi desain kolom eksterior lantai 1-5

Gambar 5.12 Diagram interaksi desain kolom interior lantai 1-5

Gambar 5.13 Diagram interaksi desain kolom eksterior lantai 6-10

11

Gambar 5.14 Diagram interaksi desain kolom interior lantai 6-10

Gambar 5.15 Diagram interaksi desain kolom eksterior lantai 11-16

Gambar 5.16 Diagram interaksi desain kolom interior lantai 11-16

Table 5.15 tulangan pengekang dan geser kolom

Table 5.16 tulangan longitudinal kolom 5.5 Perancangan Dinding Geser 5.5.1 Perhitungan Penulangan Dinding Geser Lw=10.2 m

Data-data perancangan dan gaya-gaya dalam pada lantai dasar: Tinggi tiap lantai = 4.2 m Tinggi total dinding = 6720 cm Tebal Dinding = 60 cm Mutu Beton (fc’) = 40 Mpa Mutu Baja (fy) = 400 Mpa Lw = 1020 cm

Gaya dalam Shearwall JENIS BEBAN AKSIAL (KN) Mu(KNm) Vu (KN)

Mati (D) 37200.39 705 303.94

Hidup (L) 11129.63 260.08 112.31

RSPx 3168.24 39843.81 1327.14RSPy 953.98 128318.2 4267.22

1,2D+1,6L 62447.876 1262.128 544.4240,9D+1RSPX 36648.591 40478.31 1600.690,9D-1RSPX 30312.111 -39209.3 -1053.60,9D+1RSPY 34434.331 128952.7 4540.770,9D-1RSPY 32526.371 -127684 -3993.7

1,2D+1L+1RSPX 58938.338 40949.89 1804.181,2D+1L-1RSPX 52601.858 -38737.7 -850.11,2D+1L+1RSPY 56724.078 129424.3 4744.261,2D+1L-1RSPY 54816.118 -127212 -3790.2 Pu = 62447,876 KN Mu = 129424 KNm Vu = 4744,26 KN

Cek Kekuatan Shearwall ØPnw = 0,55 . 0,7 . 40 (600 x 10200)

2

600.3210200.8,01

= 77224455 N Pu = 62447876 N < Ø Pnw Jadi dinding geser mampu menahan beban aks ial

K olomlant ai b w d s Ash tul As Mn Vu Ve Vc V s 1/3.(f 'c) bw.d 2/3.(f 'c) bw.d ΦV n ket

1-5 ekst erio r 1000 928 120 924. 48 5Φ 16 1005 220 0 185 .1 133 3.33 2147 .91 18 64.909 1956.4 0 3912.7 9 3009.6 16 Φ16- 120 ok1- 5 int erior 1000 928 120 924. 48 5Φ 16 1005 220 0 183 .5 133 3.33 2425 .52 18 64.909 1956.4 0 3912.7 9 3217.8 22 Φ16- 120 ok

6-1 0 ekst erio r 1000 928 120 924. 48 5Φ 16 1005 220 0 314 .35 133 3.33 1777 .9 18 64.909 1956.4 0 3912.7 9 2732.1 03 Φ16- 120 ok6- 10 int erior 1000 928 120 924. 48 5Φ 16 1005 220 0 347 .18 133 3.33 1950 .37 18 64.909 1956.4 0 3912.7 9 2861.4 56 Φ16- 120 ok

11-1 6 ekster ior 1000 928 120 924. 48 5Φ 16 1005 220 0 342 .6 133 3.33 1433 .66 18 64.909 1956.4 0 3912.7 9 2473 .93 Φ16- 120 ok11- 16 int erio r 1000 928 120 924. 48 5Φ 16 1005 220 0 402 .89 133 3.33 1497 .5 18 64.909 1956.4 0 3912.7 9 2521 .81 Φ16- 120 ok

dim ensi Tul pe ngekangan Tu langan Geser( KN)tul

Kolomlantai bw d As ρ ρ%

1-5 eksterior 1000 928 16 D 32 12861.44 0.013 1.31-5 interior 1000 928 20 D 32 16076.8 0.016 1.6

6-10 eksterior 1000 928 16 D 32 12861.44 0.013 1.36-10 interior 1000 928 16 D 32 12861.44 0.013 1.3

11-16 eksterior 1000 928 16 D 32 12861.44 0.013 1.311-16 interior 1000 928 16 D 32 12861.44 0.013 1.3

Tultulangan longi tudinal kolomdimensi

12

Gaya Geser Rencana Dipakai 2 lapis Ø 25 mm tulangan vertikal dengan S 170 mm.

Desain Komponen Batas Pada pasal 23.6(6(2a)) menentukan dinding structural (DS) perlu komponen batas bila:

w

u

w

h

lc

.600

mmc 66,3021

6720007,378.600

10200

c=a/β1

a= 996,1220600 x 40 x 0,85

400 x 62180,5c.b0,85.f'

As.fy

mmmm 66,30217,16060,76

1220,996c

Dari perumusan SNI 2847 pasal 23.6.6.2a diatas menunjukkan bahwa dinding geser tersebut tidak membutuhkan komponen batas , hal ini disebabkan baban aksial yang bekerja pada dinding geser relatif kecil. 5.5.2 Perhitungan Penulangan Dinding Geser Lw=7.8 m

Data-data perancangan dan gaya-gaya dalam pada lantai dasar: Tinggi tiap lantai = 4.2 m Tinggi total dinding = 6720 cm Tebal Dinding = 60 cm Mutu Beton (fc’) = 40 Mpa Mutu Baja (fy) = 400 Mpa Lw = 7800 cm Gaya dalam Shearwall

JENIS BEBAN AKSIAL (KN) Mu(KNm) Vu (KN)

Mati (D) 19290.2 1455.58 505.88

Hidup (L) 3069.14 579.99 190.5

RSPx 1440.36 74661.16 2955.96

RSPy 1742.54 24385.89 968.071,2D+1,6L 28058.864 2674.68 911.856

0,9D+1RSPX 18801.54 75971.18 3411.250,9D-1RSPX 15920.82 -73351.1 -2500.70,9D+1RSPY 19103.72 25695.91 1423.360,9D-1RSPY 15618.64 -23075.9 -512.78

1,2D+1L+1RSPX 27657.74 76987.85 3753.521,2D+1L-1RSPX 24777.02 -72334.5 -2158.4

1,2D+1L+1RSPY 27959.92 26712.58 1765.631,2D+1L-1RSPY 24474.84 -22059.2 -170.51 Pu = 28058,86 KN Mu = 76987 KNm Vu = 3753 KN

Cek Kekuatan Shearwall

ØPnw = 0,55 . 0,7 . 40 (600 x 7800)

2

600.327800.8,01

= 644593955 N Pu = 62447876 N < Ø Pnw = 644593955 N Jadi dinding geser mampu menahan beban aks ial

Gaya Geser Rencana Dipakai 2 lapis Ø 25 mm tulangan vertikal dengan S=175 mm. Desain Komponen Batas Pada pasal 23.6(6(2a)) menentukan dinding structural (DS) perlu komponen batas bila:

w

u

w

h

lc

.600

Grafik5.13 Diagram interaksi desain dinding struktural lw 7800 mm

mmc 68,231067200

07,378.600

7800

13

c=a/β1

a = 8,931600 x 40 x 0,85400 x 46890,2

c.b0,85.f'As.fy

mmmm 66,30211,12260,76931,8c

Dari perumusan SNI 2847 pasal 23.6.6.2a diatas menunjukkan bahwa dinding geser tersebut tidak membutuhkan komponen batas , hal ini disebabkan baban aksial yang bekerja pada dinding geser relatif kecil.

BAB VI PERANCANGAN SAMBUNGAN

6.1Perencanaan sambungan balok induk 60/90

Sambungan balok induk dengan kolom

Sambungan balok induk dengan shearwall

6.2 Perencanaan Sambungan Balok Aanak 45/70

Sambungan balok anak 45/70 dengan balok induk pinggir

Sambungan balok anak 45/70 dengan balok induk tengah 6.3 Perencanaan Sambungan Balok Aanak 25/35

6.4 Perencanaan Sambungan pelat

600

S engkang Ø 16-200

T ul. Utama 6D22

Balok Induk

P ela t Prace tak

Overtopping

Tul. Utama K olom 16 Ø 32

Tul. Utam a 8D22

Ah = 4 Ø 16

1000

770

8050

T ul. Utama 6D22

6D22

T ul. Utama 6D22

As = 4 D 25600

S engkang Ø 16-200

T ul. Utama 6D22

Balok Induk

P ela t Prace tak

Overtopping

Tul. Utama K olom 16 Ø 32

Ah = 4 Ø 16

1000

8050

770

Sengkang Ø 16-200

Tul. Utama 6D22

Balok Induk

Pelat Pracetak

Overtopping

Tul. VERTIKALSHEARWALL D25-175

Tul. Utama 6D22

Ah = 4 Ø 16

770

8050

Tul. HORIZONTALSHEARWALL D16-170

As = 4 D 25

At = 2 Ø 16

600

5080

570

Tul. Utama 6D25

Bal ok Anak(BA 2)

Balok Induk(BI 2)

Pel at Pracet akOvertopping

7D22

Ash = 2 Ø 16

Ah = 3 Ø 12As = 4 D 16

6D22

Ø 16 - 150

5080

570

600Tul. Utama 8 Ø 22

Balok Induk(BI 7)

Overtopping

5 Ø 19

Ah = 3 Ø 12As = 4 D 16

450

2Ø1250

8057

0

Tul. Utama 8 Ø 22

Balok Anak

Balok Induk

Pelat PracetakOvertopping

Ash = Ø 10

Ah = 2 Ø 10As = 2 D 16

A

A

SKETSA TULANGAN STUD PELATskala 1: 20

45

57 cm

Shear ConnectorPelat

Pelat Pracet akT = 8 cm

14

BAB VII ANALISA PONDASI

7.1 Perhitungan Tiang Pancang Untuk Kolom

Gambar 7.1 Gambar pengaturan jarak tiang

Pe nulangan Lentur Poer Tulangan arah X

Asperlu = . b . d = 0,0035 x 6000 x 1412 = 29652 mm2 Dipakai tulangan 40 D 32 (As ada = 32153,6) Jarak Pemasangan Tulangan :

S = 40

)402(6000 x = 148 mm

Tulangan arah X Asperlu = . b . d = 0,0035 x 6000 x 1412 = 29652 mm2 Dipakai tulangan 40 D 32 (As ada = 32153,6) Jarak Pemasangan Tulangan :

S = 40

)402(6000 x = 148 mm

Penulangan Susut Poer Pondasi K olom Asperlu = . b . d

= 0,0018 x 1000 x 1412 = 2541,6 mm2

Pakai Tulangan 4D32 – 250 mm (As pakai = 3215,36 mm)

7.2 Perhitungan Tiang Pancang Pada Shearwall LW=10,2 M

Gambar 7.2 Pengaturan jarak tiang pancang

shearwall Penulangan Arah X As = b d

= 0,0035102001412 = 50408,4 mm2

Digunakan Tulangan Lentur 80 32 (As = 64307,2 mm2)

S = ଵଶି(ସାସ )଼

= 127 mm Penulangan Arah Y As = b d

= 0,003560001412 = 29652 mm2

Digunakan Tulangan Lentur 40 32 (As = 32153,6 mm2) S = ି(ସାସ)

ସ = 148 mm ≈ 15 cm

7.3 Perhitungan Tiang Pancang Pada Shearwall LW=7,8m

Gambar 7.3 Pengaturan jarak tiang pancang

shearwall Penulangan Arah X As = b d

= 0,003545001412 = 6489 mm2

Digunakan Tulangan Lentur 10 32 (As = 8034 mm2)

S = ସହ ି(ସାସ)ଵ

= 442 mm

75 150 150 150 75

75150

150

15075

75150

150

150

150

150

150

150

150

75 150 150 150

15075

15075

450

1050

15

Pe nulangan Arah Y As = b d

= 0,0035105001412 = 51891 mm2

Digunakan Tulangan Lentur 70 32 (As = 56268,8 mm2)

S = ଵହି(ସାସ )

= 148,8 mm ≈ 15 cm

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN

8..1 Proses produksi elemen beton pracetak Setelah pelaksanaan pengecoran, pada beton pracetak dilakukan curing untuk menghindari penguapan air semen secara drastis sehingga mutu beton yang direncanakan terpenuhi. Pembukaan bekisting dilakukan setelah kekuatan beton antara 20% – 60% dari kekuatan akhir yang dapat tercapai, kurang lebih umur 3 – 7 hari pada suhu kamar. Adapun syarat dari cetakan elemen beton pracetak adalah : 1. Volume dari cetakan stabil untuk percetakan berulang 2. Mudah ditangani dan tidak bocor 3. Mudah untuk dipindahkan, khusus untuk

pelaksanaan pengecoran di lapangan/ proyek.

Gambar 8.1 Skema Proses Produksi Elemen Pracetak

8.2 Pengangkatan Element Pracetak Dalam perencanaan ini penulis memakai peralatan crane untuk mengangkat elemen pracetak di lapangan. Untuk pemilihan crane harus disesuaikan antara kemampuan angkat crane dengan berat elemen pracetak yang akan diangkat. Data-data crane yang digunakan Jenis crane type JIP L7 Jarak jangkau 58 m dengan beban 12 ton Luas dasar bangunan = 30,6 m x 46,2 m Agar crane dapat menjangkau seluruh areal konstruks i maka direncanakan menggunakan 2 crane. 8.3 Proses pemasangan elemen beton pracetak Secara garis besar tahapan pelaksanaan proses pemasangan elemen beton pracetak adalah sebagai berikut : 1. Pekerjaan tiang pancang 2. Pekerjaan poer 3. Pekerjaan sloof 4. Pemasangan elemen balok 5. Pemasangan elemen tangga 6. Pemasangan tulangan stud pada pelat 7. Pengecoran sambungan antar elemen pracetak

dan overtopping Untuk pekerjaan pada level-level berikutnya adalah pengulangan langkah nomor 4 hingga nomor 7, seperti dapat dilihat pada gambar. Gambar 8.2 Proses Pemancangan Elemen Beton

Pracetak

Pem asangan balok

Pemasangan tangga

Pemancangan

Pembuat an bekisting poer & sloof

Penulangan poer dan s loof

Pembuatan bekisting dan pengecoran kolom dan

shearwall

Pemasangan pelat Pengecoran sambungan &

Overtopping

Pembuatan Aneka Tulangan

Membuat Campuran Beton

Persiapan Cetakan

Pemasangan Tulangan Dalam Cetakan

Pengecoran beton pada cetakan elemen

Curing & Quality Control

Pembongkaran Cetakan

Finishing

Penyimpanan dan Pengangkatan

ELEMEN PRACETAK

Sampling

16

Keberhasilan pelaksanaan metode pracetak tergantung pada organisas i pelaksanaan, koordinas i yang baik, teknikal skill personil yang terlibat, kerjasama yang baik dan kontrol yang baik dalam organisasi tersebut. 8.4 Transportasi elemen beton pracetak 8.4.1 Sistem Transportasi Sistem transportas i di sini meliputi : 1. Pemindahan beton pracetak di areal pabrik 2. Pemindahan dari pabrik ke tempat

penampungan di proyek 3. Pemindahan dari penampungan sementara di

proyek ke posis i akhir 8.4.2 Jadwal Pengangkutan Elemen Beton Pracetak Dalam jadwal pengangkuatan/ pemindahan perlu dipertimbangkan beberapa hal-hal sebagai berikut : 1. Ijin penggunaan jalan utama untuk mobil jenis

truk yang diperbolehkan untuk dilew ati ke areal proyek.

2. Tersedianya peralatan angkat mobile crane atau tower crane yang siap pakai untuk menurunkan/ menaikkan komponen beton pracetak dari dan ke alat angkut baik di areal pabrik maupun di lokas i proyek.

BAB IX PENUTUP

9.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perencanaan yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas akhir ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam melakukan perencanaan struktur gedung yang menggunakan elemen beton pracetak terlebih dahulu direncanakan metode pelaksanaan yang akan digunakan untuk menetapkan asumsi-asumsi dalam melakukan analisa pembebanan dan permodelan struktur gedung.

2. Pengaturan beban hidup atau pembebanan yang benar ialah yang sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 10.9.2 ialah sistem catur karena momen yang terjadi tidak sebesar momen akibat beban merata yang dibebankan ke seluruh bentang : Pasal 10.9.2.1 Beban mati terfaktor pada

semua bentang dengan beban hidup penuh terfaktor yang bekerja pada dua bentang yang berdekatan.

Pasal 10.9.2.2 Beban mati terfaktor pada semua bentang dengan beban hidup penuh terfaktor pada bentang yang berselang-seling.

3. Pelat lantai yang terpasang di atas balok induk maupun balok anak dikasarkan permukaannya, yang berfungs i sebagai penahan geser dan sebagai pengikat antara bagian pracetak dan bagian topping agar dapat bers ifat monolit dalam satu kesatuan struktur atau bangunan.

4. Penggunaan elemen beton pracetak pada struktur gedung cocok digunakan pada gedung yang memiliki denah tipikal sehingga perencanaan dan pembuatan dapat dilakukan secara tipikal dan massal.

5. Sambungan antara elemen pada struktur, seperti sambungan balok dan kolom serta balok induk dan balok anak diusahakan supaya memenuhi kriteria jenis sambungan agar dapat bekerja sesuai dengan yang direncanakan.

6. Pelaksanaan metode pracetak menjadi suatu hal yang sangat mungkin dilakukan di Indones ia, hanya saja diperlukan ketelitian dan keahlian dalam penggarapannya.

9.2 Saran 1. Masih perlu lagi pengembangan teknologi Pracetak agar lebih efis ien lagi dalam penggunaannya, serta lebih mudah dalam pengaplikasiannya.