bab i praproposal tanah lonsor

30
Proposal Skripsi 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Timor Leste merupakan salah satu wilayah dari kawasan Asia Tenggara, Luas keseluruhan wilayah Timor Timur ± 14.609,38 Km 2 yang menpunyai 13 Kabupaten. Salah Satunya Kabupaten Baucau, yang mengalami peningkatkatan jumlah penduduk sehingga bertambahnya kebutuhan akan lahan. Sementara luas lahan terbatas sehingga okupasi penduduk terhadap lahan, baik direncanakan maupun tidak direncanakan tidak di kendali. Contohnya menyakinkan dari okupasi penduduk terhadap lahan yaitu adanya gerakan penduduk turun ke laut (pantai) atau naik ke lereng (yang rentang terhadap gerakan massa batuan), saluran irigasi, bendungan dan pasaran fisik lainya, sehingga bertambah banyaknya penduduk yang menempati daerah rawan bencana longsor, seperti pada Kabupaten Baucau. Memprediksi daerah rawan bencana longsor di Kabupaten Baucau-Timor Leste, sangat penting karena potensi lahan longsor di Kabupaten Bacau sangat besar, yang disebabkan oleh lokasi, kondisi dan proses geologi seperti pengangkatan, patahan gempa bumi dan aktifitas vulkanisme masih terus berlangsung. Karena pentingnya memprediksi daerah rawan bencana longsor di Timor leste maka perlu dilaksanakan survei daerah rawan 1

Upload: mintu-belovexim

Post on 20-Oct-2015

102 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

longsor

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Timor Leste merupakan salah satu wilayah dari kawasan Asia Tenggara , Luas

keseluruhan wilayah Timor Timur ± 14.609,38 Km2 yang menpunyai 13 Kabupaten. Salah

Satunya Kabupaten Baucau, yang mengalami peningkatkatan jumlah penduduk sehingga

bertambahnya kebutuhan akan lahan. Sementara luas lahan terbatas sehingga okupasi

penduduk terhadap lahan, baik direncanakan maupun tidak direncanakan tidak di kendali.

Contohnya menyakinkan dari okupasi penduduk terhadap lahan yaitu adanya gerakan

penduduk turun ke laut (pantai) atau naik ke lereng (yang rentang terhadap gerakan massa

batuan), saluran irigasi, bendungan dan pasaran fisik lainya, sehingga bertambah banyaknya

penduduk yang menempati daerah rawan bencana longsor, seperti pada Kabupaten Baucau.

Memprediksi daerah rawan bencana longsor di Kabupaten Baucau-Timor Leste, sangat

penting karena potensi lahan longsor di Kabupaten Bacau sangat besar, yang disebabkan oleh

lokasi, kondisi dan proses geologi seperti pengangkatan, patahan gempa bumi dan aktifitas

vulkanisme masih terus berlangsung.

Karena pentingnya memprediksi daerah rawan bencana longsor di Timor leste maka

perlu dilaksanakan survei daerah rawan bencana longsor. Sehingga masyarakat dapat

mengetahui informasi daerah rawan bencana longsor di Kabupaten Baucau-Timor Leste.

Kegiatan survei daerah rawan bencana longsor akan dilanjutkan dengan pengolahan

data untuk memprediksi daerah rawan bencana longsor. Kegiatan Survei ini akan

menghasilkan Peta yang di namakan Peta Tematik Rawan Bencana Longsor.Dengan adanya

Pembuatan Peta Rawan Bencana Longsor maka dapat memberikan informasi/gambaran

kepada masyarakat mengenai daerah rawan bencana longsor yang ada di Kabupaten

Baucau,Timor Leste.

1

Page 2: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

1.2 Rumusan Masalah

Pada penelitian ini rumusan masalah yang dibahas adalah

1. Bagaimana memprediksi daerah yang berpotensi terjadinya Rawan Bencana

Longsor di Kabupaten Baucau

2. Bagaiman membuat Peta Tematik Rawan Bencana Longsor di Kabupaten Baucau

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini ruang lingkup yang ingin dikaji yaitu:

1. Pembuatan Peta Tematik Rawan Bencana Longsor di Kabupaten Baucau

2. Daerah yang dikaji adalah daerah Rawan Bencana di Kabupaten Baucau

3. Data yang digunakan adalah data tahun 2010 dan 2011

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui daerah yang berpotensi terjadinya Rawan Bencana Longsor di

Kabupaten Baucau

3. Untuk menghasilkan Peta Rawan Bencana Longsor Kabupaten Baucau

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat menambah wawasan di bidang Geodesi khususnya di bidang pembuatan

peta.

2. Dapat memberikan informasi mengenai daerah yang berpotensi terjadinya rawan

bencana longsor kepada masyarakat.

1.6 Tinjauan pustaka

Perkembangan jumlah penduduk di Timor Leste setelah kemerdekaan terjadi sangat

cepat. Sejalan dengan pertambahan penduduk, terjadilah peningkatan kebutuhan hidup, baik

secara kuantitas maupun kwalitas dan ketersediaan sumberdaya lahan tetap dan terbatas, Jika

pada suatu saat, yang pada saat itu telah terjadi di beberapa tempat, tekanan melebihi daya

dukung lahan terjadilah kerusakan lahan. Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas

2

Page 3: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

menduduki sebagaian besar permikaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan

memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jazad hidup yang bertindak terhadap bahan

induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1997).

Tanah longsor adalah gerakan masa batuan induk atau lapisan hasil sedimentasi yang

belum terkonsolidasi atau lapisan tanah pada bagian lereng dengan kemiringan landai sampai

sangat curam ke arah kaki lereng sebagai akibat terlampauinya keseimbangan daya tahan

lereng.

Basis data Sistem Informasi Geografi adalah suatu kumpulan informasi unsur-unsur

geografik serta hubungan (relasi) berupa basis data spasial (grafis) dan basis data tekstual

(deskriptif), struktur data yang disimpang dalam bentuk tabel (Amadilaga dan Suharyadi,

1993).

Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem berkompter yang menpunyai kempauan

untuk menbagaun, menyimpan memanupulasi, dan menanyangkan informasi dengan

bereferensi geografis. Teknologi Sistem Informasi Geografi dapat digunakan untuk investigasi

ilmiah, perencanaan pembangunan, manajemen sumberdaya dan lainya, sebagai contoh sebuah

Sistem Informasi Geografi dapat digunakan seorang perencana penanggulangan bencana alam.

(Aronoff, 1993).

3

Page 4: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Tanah Longsor

Tanah longsor adalah gerakan masa batuan induk atau lapisan hasil sedimentasi yang

belum terkonsolidasi atau lapisan tanah yang bagian lereng dengan kemiringan landai sampai

dengan curam ke arah kaki lereng sebagai akibat terlampauinya keseimbangan daya tahan

lereng. Gerakan massa itu merupakan proses dinamika pembentukan permukaan bumi yaitu

melalui proses agradasi (pengangkatan)dan proses degradasi (perataan buka bumi) sebagai

akibat adanya tenaga endogen dan tenga eksogen yang bekerja membentuk bentang alam

(landscape)dengan berbagai bentuk lahan seperti pegunungan, perbukitan, dan dataran.

Bencana alam tanah longsor sering terjadi di Indonesia juga disebabkan oleh

ketidakestabilan lereng akibat beban, kemiringan dan kandungan air yang berlebihan. Bentuk

ancaman dari bencana ini bisa bisa berupa korban jiwa dan harta benda dari penduduk

diwilayah bencana akibat tertimbun atau tertimpa material

Tidak semu bentuk lahan dengan morfologi miring menpunyai potensi untuk longsor

dan itu tergantung karater lereng (beserta materi penyusunannya) terhadap respon tenaga

pemicu terutama respon lereng terhadap curah hujan yang jatuh ke permukaan lereng dapat

sebagai air permukaan (run off) atau merembes masuk ke dalam materi penyusun lereng

dengan bagian air yang terfilterasi ini merupakan pemicu terjadinya tanah longsor (Direktorat

Geologi Tata Lingkungan 1981). Faktor yang menentukan terjadinya infiltrasi tergantung pada

beberapa faktor meliputi antara lain celah atau rongga pada permukaan batuan, struktur, dan

struktur tanah. Sedangakan kemiringan tanah mengurangi laju infiltrasi.

Gerakan tanah adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang

menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batauan ke tempat yang lebih rendah. (Diktorat

Geologi Tata Lingkungan, 1981) Terjadinya gerakan tanah dapat ditimbulkan oleh

bertambahnya tegangan geser atau berkurangnya hamabatan geser.

4

Page 5: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

2.1.1 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Massa Batuan

1. Topografi/lereng yaitu perubahan gradien/sudut lereng dan tinggi lereng secara almi

(erosi vertikal) maupun secara buatan (pengalian tebing);

2. Material (batuan dan tanah, beban lain);

3. Goncangan dan getaran oleh gempa

4. Curah hujan dan air tanah, yang pengaruh berupa kandungan air pada tanah menambah

beban/tekanan atau terhadap lereng (tekanan hidrostatik), efek elektrokosmotik antar

lapisan batuan/tanah, aliran air tanah mengahasilkan tekanan pada partikel tanah yang

memperbaruhi kestabilang lereng, pencucian kandungan semen dapat larut (soluble

cement), gerakan akibat pengankatan lapisan atas oleh volme air tanah yang meningkat

pada akifer tertekan (cofined aquifer), peningakatan laju pelapukan batuan

menurunkan daya kohesi;

Gambar 2.1Curah hujan dan air tanah

5. Evek vegetasi, yaitu pengaruh berupa penguatan dan penyerapan kandungan air pada

tanah.

6. pelongsoran (land slide) berdasarkan cara terjadinya dapat digolongakan menjadi 5

a. Rayapan (Creep)

Longsor jenis ini disebabkan oleh kandungan air (over Saturated) pada bagian

yang lunak. Dan juga terjadi secara perlahan seperti adukan beton yang sedang

dicor. Cara yang efektif mengatasi adalah dengan cara reboisasi (pengawetan tanah

5

Page 6: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

dengan vegetasi). Suatu rayapan yang mengenai daerah luas pada solpe lebih besar

dari 4 akan berubah menjadi banjir lumpur.

Gambar 2.2 Rayapan (Creep)

b. Nendatan (Slumping)

Longsor jenis ini terjadi pada sudut lereng yang terjadi dimana sejulah massa

tanah kehilangan tahanan gesernya melalui bidang rotasi. Mekanisme nendatan

lebih cepat dari rayapan, cara mengatasinya yang baik adalah dengan cara menbuat

tekuk lereng yang sama (slice cricular method), perbaikan lereng dengan vegetasi

dan drainase.

Gambar 2.3 Nendatan (Slumping)

6

Page 7: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

c. Longsoran (Sliding)

Bila nendatan, penggelinciran massa melalui bidang longsor (sliding zone)

secara berputar, maka slideng bersifat meluncur. Terjadi pada kemiringan (slope)

yang terjal dan pada kemiringan (dip) lapisan batuan yang lebih lunak ke arah

bawah. Cara mengatasi yaitu dengan relokasi (pemindahan letak) dan drainase yang

baik agar tidak terjadi lubrikasi.

d. Amblesean (Subsidence)

Amblesean atau ambolangan menpunyai mekanisme dengan arah vertikal. Pada

penembagan yang kurang baik akan menyebabkan turunnya massa di atasnya.

Pemompaan air yang berlebihan akan menyebabkan terikutnya massa pasir di

bagain bawah sehingga massa tanah tidak menjadi stabil.

e. Jurungan (Fall)

Jurungan dapat terjadi secara kering (tampa air). Umumnya terjadi pada

kelerenagan tebing yang menggantung (over hanging) atau Curam sekali (over

steping). Terutama pada batuan yang keras pengaliang atau pengguatan lereng yang

tidak menpelajari pola retakan yang ada akan menyebabkan jurungan penyebab

terjadinya suatu longsor.

Gambar 2.4 Jurungan (Fall)

7

Page 8: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Massa Tanah

1. Faktor berkurangnya hambatan geser

a. Material

Pengaruh material terhadap terjadinya tanah longsor adalah lapisan dasar berkurang

hambatan gesernya bila kandungan air meningkat, kohesi internal rendah pada batuan

induk, patahan, bidang perlapisan, kekar goliasi pada skiss, retakan, zone beraksi, dan

gerakan masa lalu.

b. Perubahan akibat pelapukan

Pelapukan mengurangi kohesi efektif dan terhadap sudut geser dalam, penyerapan air

mendorong perubahan dalam daya serap lempung.

c. Meningkatnya tekanan air pori

Muka air tanah yang tinggi sebagai akibat meningkatnya presipitasi atau akibat campur

tangan manusia.

2. Faktor meningkatnya tekanan geser

a. Gerakan pedukung lateral atau lapisan bawah yang berupa pemotongan bawah

(undercutting) oleh air atau es glasial, pencucian material granuler oleh air atau oleh

erosi rembesan (seepage erotion), pemotongan buatan dan penggalian, drainase danau

atau waduk.

b. peningkatan beban (tekanan eksternal), yang disebabkan oleh: akumulasi air, salju,

talus secara alami, tekanan buatan.

c. Tekanan dari tanah yang bergerak.

2.2 Prediksi Tanah Longsor

Dalam prediksi tanah longsor diperlukan beberapa parameter antara lain (Purwadi

1997) :

1. Kemiringan lereng

2. ketinggian

3. Jenis tanah

4. Penggunaan lahan

5. Curah hujan

8

Page 9: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

2.3 Kriteria Daerah Potensi Bencana

Kriteria dari memprediksi daerah yang rawan terhadap bahaya tanah longsor, nilai

pengaharkatan / skoring adalah ;

Tabel kriteria pengharkatan daerah potensi longsor dibagi menjadi 5 kelas yaitu;

1. Tabel 2.1 Klasifikasi Kelerengan

Kelerengan (%) Deskripsi Skoring

0-8

8-15

15-25

25-40

>40

Datar

Landai

Agak Curam

Curam

Sangat Curam

10

20

30

40

50

(Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak “Kriteria Lokasi & Standar Teknik”, Dept. Kimpraswil)

2. Tabel 2.2 Klasifikasi Ketinggian

Ketingian Deskripsi Skoring

0-500 m

500-1000 m

1000-1500 m

1500-2000 m

> 2000 m

Rendah

Sedang

Agak besar

Besar

Sangat besar

10

20

30

40

50

(Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak “Kriteria Lokasi & Standar Teknik”, Dept. Kimpraswil)

3. Tabel 2.3 Klasifikasi Jenis Tanah

Kelas

TanahJenis tanah Klasifikas kepekaan skoring

1 Aluvial, glei planosol, hidomorf kelabu, laterita air tanah Tidak peka 10

2 Latosol Agak peka 20

3 Brown forest soil, noncalsic brown, mediteran Kurang peka 30

4 Andosol, Laterit, Grumusol, Podsol, Podsolik Peka 40

5 Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka 50

(Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak “Kriteria Lokasi & Standar Teknik”, Dept. Kimpraswil).

9

Page 10: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

4. Tabel 2.4 Klasifiaksi Pengunaan Lahan

No Kelas Pengunaan Lahan Skoring

1

2

3

4

5

Hutan pengunungan

Perkebunan

Pemukiman

Tegalan

Sawah

10

20

30

40

50

(Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak “Kriteria Lokasi & Standar)

5. Tabel 2.5 Klasifikasi Nilai Curah Hujan

Deskripsi Nilai RD Skoring

Rendah

Sedang

Agak Besar

Besar

Sangat Besar

<2500

2500-3500

3500-4500

4500-5500

>5500

10

20

30

40

50

(Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak “Kriteria Lokasi & Standar)

Mencari interval kelas untuk kesesuaian bencana longsor

=∑ Skor Tertinggi−∑ SkorTerendah

∑ Kelas

=

250−505

=40

tidak rawan/aman = 49-89

kerawan rendah = 90-130

kerawanan sedang = 131-171

kerawanan tinggi = 172 -212

sangat rawan = 213-253

Kriteria tingkat Kerentanan terhadap bahaya tanah longsor diklasifikasi menjadi lima

kelas yaitu tidak rawan, kerawanan rendah, kerawanan sedang, kerawanan tinggi, sangat

rawan (Subayo, 1995).

10

Page 11: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

No Daerah Scorig

1 tidak rawan/aman 49-89

2 kerawan rendah 90-130

3 Kerawanan sedang 131-171

4 kerawanan tinggi 172 -212

5 Sangat rawan 213-253

sumber : hail perhitungan

2.4 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang

digunakan untuk menyimpan, manipulasi dan keluaran informasi geografi (Aronoff, 1993).

Banyak lagi pengertian-pengertian tentang SIG yang dikemukakan oleh para ahli namun pada

prinsipnya mempunyai kesamaan unsur yaitu berupa komponen perangkat keras, perangkat

lunak, data geografis, data personel yang saling berkaitan dalam suatu sistem yang

memungkinkan untuk perekaman, penyimpanan, analisis dan penayangan dari data geografis

secara penuh.

2.4.1 Komponen SIG

Banyak komponen dan faktor yang saling terkait guna mengembangkan Sistem Informasi

Geografis terdiri atas lima komponen dasar yaitu data, perangkat keras, perangkat lunak,tata

cara / prosedur dan pelaksana. Kelima komponen tersebut merupakan satu-kesatuan yang

tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling berhubungan atau dengan kata lainnya, komponen

utama dalam SIG adalah :

1. Perangkat Keras

Komponen utama perangkat keras SIG adalah alat untuk masukan data, alat

penyimpanan data, pengolah data dan alat untuk penampil dan penyajian hasil dari proses

SIG. Perangkat keras dalam Sistem Informasi Geografi dapat dikonfigurasikan sebagai

berikut :

1. Komputer; untuk memasukan, mengelola, menyajikan informasi data serta kompilasi

akhir.

2. Plotter atau printer, merupakan peralatan yang digunakan untuk pencetakan dari hasil

proses yang berupa hardcopy dari data spasial dan data atribut.

11

Page 12: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

3. Digitizer atau scanner, alat yang berfungsi untuk input data spasial.

4. Peralatan pendukung lainnya seperti keyboard, mouse, disket dan lain sebagainya

yang mendukung dalam pekerjaan.

2. Perangkat Lunak

Perangkat lunak adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan berbagai macam

program yang digunakan pada sistem komputer, perangkat lunak dalam sistem informasi

mempunyai fungsi melakukan operasi-operasi dalam SIG seperti :

1. Masukan dan pembentukan data;

2. Penyimpanan data dan pengolahan data dasar;

3. Keluaran data dan penyajian hasil.

3. Data

Data adalah kumpulan data tentang suatu benda atau kejadian yang saling

berhubungan satu sama lain, sedangkan data merupakan fakta yang mewakili suatu obyek

seperti manusia, hewan, peristiwa, konsep, keadaan yang dapat dicatat atau direkam dalam

bentuk angka, huruf, simbol, gambar atau kombinasi keduanya.

Pengertian basis data diatas masih sangat umum didalam praktek penggunaan istilah basis

data (Elmasari R. 1994) lebih dibatasi pada arti yang khusus yaitu :

1. Basis data merupakan penyajian suatu aspek dari dunia nyata misalnya basis

data perbankan, perpustakaan dan sebagainya.

2. Basis data merupakan kumpulan data dari berbagai sumber secara logika

mempunyai arti implisit sehingga data yang terkumpul secara acak dan tanpa

mempunyai arti tidak dapat disebut basis data.

3. Basis data perlu dirancang, dibangun dan data dikumpulkan untuk suatu tujuan,

basis data dapat digunakan oleh pemakai dan beberapa aplikasi yang sesuai

dengan kepentingan pemakai.

Dari batasan diatas dapat dikatakan bahwa basis data mempunyai berbagai sumber data

dalam pengumpulan data, bervariasi derajat interaksi kejadian dari dunia nyata, dirancang

dan dibangun agar dapat digunakan oleh beberapa pemakai untuk berbagai kepentingan.

Data input SIG terdiri atas data spasial yang berupa data vektor, raster dan data non

spasial yang berupa tabular alfa numerik.

12

Page 13: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

1. Data Spasial

Data yang berisi informasi tentang lokasi dan bentuk-bentuk dari unsur-unsur geografi

serta hubungannya yang dibuat dalam bentuk peta. Ada dua macam format data spasial

yaitu format vektor dan raster.

a. Format Data Raster.

Struktur data dalam bentuk sel yang terbentuk atas baris dan kolom, setiap sel

mempunyai satu nilai dan terisi satu informasi, grup dari sel mewakili unsur-unsur.

Gambar 2.1. Peta Raster

b. Format Data Vektor

Merupakan tipe data yang menggunakan luasan, garis dan titik untuk menampilkan

obyek.

Gambar 2.2 Peta vector

13

Page 14: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

2. Data Non Spasial

Yaitu data yang berupa angka atau teks yang bersumber dari catatan statistik atau

sumber lainnya seperti hasil survey, data non spasial ini merupakan pelengkap bagi

data spasial karena berfungsi sebagai deskripsi tambahan pada titik, garis, poligon atau

batas wilayah.

2.4.2 Pelaksanan (Manusia)

Teknologi SIG tidaklah menjadi bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem dan

membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi dunia nyata. Sama seperti

pada Sistem Informasi lain pemakai SIG pun memiliki tingkatan tertentu, dari tingkat spesialis

teknis yang mendesain dan memelihara sistem sampai pada pengguna yang menggunakan SIG

untuk menolong pekerjaan mereka sehari-hari

2.4.3 Tata Cara (Metode)

SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan aturan dunia

nyata, dimana metode, model dan implementasi akan berbeda-beda untuk setiap

permasalahan. Prosedur atau tata cara dalam Sistem Informasi Geografi merupakan bentuk

kegiatan yang berhubungan dengan pengoperasian interaksi sistem informasi dan penanganan

data, dalam hal ini merupakan aturan yang telah ditentukan untuk pelaksanaan suatu

pekerjaan.

2.5 Analisa Spasial

Kekuatan SIG sebenarnya tereletak pada kemampuan untuk menganalisis dan mengolah

data dengan volume yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak data dan

bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis di dalam SIG. Kemampuan analisis

berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan oleh SIG (Prahasta, 2003), antara lain :

1. Klasifikasi, yaitu mengelompokan data spasial menjadi data spasial yang baru,

contohnya adalah mengklasifikasi tata guna lahan untuk pemukiman, pertanian,

perkebunan, ataupun hutan berdasarkan analisa data kemiringan atau data ketinggian.

2. Overlay, yaitu menganalisis dan mengintegrasi dua atau lebih data spasial yang

berbeda, misalnya menganalisis daerah rawan erosi dengan meng-overlay-kan data

ketinggian, jenis tanah dan kadar air.

14

Page 15: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

3. Networking, yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari garis-garis

dan titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini sering dipakai dalam berbagai bidang,

misalnya pada sistem jaringan telepon, kabel listrik, pipa minyak atau gas.

4. Buffering, yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer atau penyangga yang bisa

berbentuk lingkaran atau polygon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya

sehingga kita bisa mengetahui beberapa para meter objek dan luas wilayahnya.

Buffering dapat digunakan menentukan jalur hijau, menggambarkan Zona

EkonomiEkslusif (ZEE) ataupun mengetahui daerah yang terjangkau batas untuk

daerah telepon seluler.

5. Analisa 3 (tiga) dimensi, analisa ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman,

karena data divisualisasikan dalam 3 dimensi, contohnya penggunaannya adalah untuk

menganalisis daerah yang terkena aliran lava.

2.6 Proses Sistem Informasi Geografis

Sebelum data geografi digunakan dalam SIG, data tersebut harus dikonversi kedalam

format digital. Proses tersebut dinamakan digitasi. Proses digitasi memerlukan sebuah

hardware tambahan yaitu sebuah digitizer lengkap dengan mejanya. Untuk mendigitasi peta

harus dilekatkan pada peta digitasi titik dan garis ditelusuri dengan kursor digitasi atau keypad.

Digitasi ini memerlukan software tertentu seperti ARC/INFO Autocad, MapInfo atau software

lain yang dapat mensupport proses digitasi tersebut. Untuk SIG dengan teknologi yang lebih

modern, proses konversi data dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi scanning.

Gambar 2.3 Proses Sistem Informasi Geografis

15

Page 16: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Persiapan

Sebelum melakukan sebuah penelitian diperlukan persiapan yang cukup untuk

mendapatkan hasil yang optimal dalam proses penelitian, yaitu :

3.1.1 Materi Penelitian

Adapun materi yang digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini meliputi :

A. Data Spasial

Skala 1: 25.000

1. Peta kemiringan

2. Peta curah hujan

3. Peta jenis tanah

4. peta ketinggian

5. Peta pengunaan lahan

6. Peta administrasi

B. Data Non Spasial

1. Data kemiringan

2. Data curah hujan

3. Data jenis tanah

4. Data ketinggian

5. Data pengunaan lahan

6. Batas administrasi

3.1.2 Peralatan Penelitian

Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses penelitian ini baik perangkat lunak

(software) maupun perangkat keras (hardware) antara lain :

A. Perangkat keras (Hardware) terdiri dari :

1. Keyboard

2. Mouse

3. Monitor

16

Page 17: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

4. Printer

5. CPU

1) Intel(R) Core (TM)2 Duo

2) RAM 2.00 GB

3) CD ROOM ASUS 52x

4) Hardisk 500 GB

B. Perangkat Lunak (Software) terdiri dari :

1. Autodesk Land Desktop 2004

2. ArcGis 10

3. Microsoft excel 2003

4. Microsoft Word 2007

3.2 Langkah Penelitian

Dalam proses penelitian haruslah dibuat suatu kerangka pekerjaan yang sistematis agar

mudah dipahami dan mempermudah dalam penelitian. Adapun langkah atau alur penelitian

yang akan dilakukan sebagai berikut :

17

Page 18: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

Data Spasial Data Non Spasial

18

Ya

Persiapan

Skala 1: 25.000-Peta kemiringan -Peta curah hujan-Peta jenis tanah -Peta ketinggian -Peta pengunaan lahan

- Data kemiringan - Data curah hujan- Data jenis tanah - Data ketinggian - Data pengunaan lahan

Digitasi

Editing

Penyusunan Database

Editing

Chek Kebenaran Data?

Pengumpulan Data

BA

Hasil Editing

TidakTidak

Ya

Klasifikasi data

Page 19: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

19

Topologi

Hasil topologi

Eksport Ke Arcgis

Basis Data Non Spasial

Join/Item

RDBMS

Peta Tematik Rawan Bencana

B

Selesai

A

Analisa Overlay dengan skoring

Ya

Tidak

Ya

Ya

Page 20: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

Keterangan diagram alir (Flowchart)

1. Persiapan : dalam penelitian ini dilakukan persiapan-persiapan sebelum penelitian antara

lain pengumpulan literatur yang berhubungan dengan topik penelitian.

2. Pengumpulan Data : tahap ini berisikan pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian baik itu data spasial maupun non spasial.

3. Data spasial : data spasial pada penelitian ini yaitu;

Skala 1: 25.000

a. Peta kemiringan

b. Peta curah hujan

c. Peta jenis tanah

d. peta ketinggian

e. Peta pengunaan lahan

4. Data non spasial : data non spasial pada penelitian ini adalah data-data yang berupa :

a. Data kemiringan

b. Data curah hujan

c. Data jenis tanah

d. Data ketinggian

e. Data pengunaan lahan

Data-data ini, kemudian dipilih dan dikelompokan kemudian disusun ke dalam suatu

database dengan menggunakan program Microsoft Excel.

5. Digitasi : dalam digitasi data spasial menggunakan metode On Screen, yaitu menggunakan

software Autodesk Land Dekstop 2004. Pada proses digitasi dapat dipilih perintah yang

sesuai dengan bentuk objeck seperti Line, polyline, text dan lain-lain.

6. Editing : Editing dilakukan untuk mengecek dan memperbaiki kembali apakah dalam

proses digitasi masih ada kesalahan seperti overshoot dan undershoot.

7. Topologi : pembuatan topologi berfungsi untuk membentuk hubungan eksplisit diantara

feature geografi pada coverage, (meliputi connectivity, contiguity, dan definisi area).

Proses pembuatan topologi ini membantu untuk mengidentifikasi kesalahan yang terdapat

20

Page 21: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

pada data, misalnya : Arc yang tidak berhubungan dengan arc lainnya dan poligon yang

tidak tertutup.

8. Export data : data yang ditopologi di export ke format. shp supaya nanti dibaca oleh

software ArcGis.

9. Join item : menggabunkan data spasial dan data non spasial.

10. RDBMS : relational database management system yaitu penggambungan data spasial

yang memiliki relasi dengan data non spasial menggunakan perangkat lunak ArcGis 10.

11. Analisa Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara

sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer

untuk digabungkan secara fisik.

12. Peta Tematik Rawan Bencana adalah peta yang memberikan gambaran utuh potensi dan

riwayat kebencanaan di Kabupaten Baucau.

21

Page 22: BAB I Praproposal Tanah Lonsor

Proposal Skripsi 2013

22