bab i pendahuluan.docx

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) serta kecenderungan akan kelangkaan minyak tanah menjadikan pemanfaatan sumber energy alternatif mulai diperhitungkan. Salah satu sumber energi alternatif yang besar peluangnya untuk dikembangkan pemanfaatannya di Indonesia adalah energy biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia dan kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobic digestion. Pembuatan biogas dari kotoran hewan, khususnya sapi ini berpotensi sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan, karena selain dapat memanfaatkan limbah ternak, sisa dari pembuatan biogas yang berupa slurry dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. sumber bahan baku untuk pembuatan biogas sangat banyak. Untuk satu ekor sapi rata-rata dapat menghasilkan 20 kg kotoran per hari yang setara dengan 1-1,2 m3. Kotoran sapi paling banyak dipilih sebab selain mudah didapat juga karena mengandung bakteri penghasil gas metana yang berguna dalam proses fermentasi. (Sufyandi, A., 2001). Selama ini pemanfaatan kotoran sapi masih belum optimal.Biasanya hanya digunakan sebagai pupuk kandang atau bahkan hanya ditimbun sehingga dapat menimbulkan masalah lingkungan. Padahal kotoran sapi dapat dijadikan bahan baku untuk menghasilkan energi terbarukan (renewable) dalam bentuk biogas. Permasalahannya adalah masyarakat belum mampu memanfaatkan limbah kotoran sapi sebagai penghasil energi alternatif pengganti kayu dan BBM, karena kegiatan sehari-hari mereka sangat tergantung pada BBM dan kayu, baik untuk memasak maupun penerangan.Hal ini sangat berdampak terhadap pendapatan dari masyarakat desa (peternak) itu sendiri. 1

Upload: aan-nurhasanah

Post on 18-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) serta kecenderungan akan kelangkaan minyak

tanah menjadikan pemanfaatan sumber energy alternatif mulai diperhitungkan. Salah satu sumber

energi alternatif yang besar peluangnya untuk dikembangkan pemanfaatannya di Indonesia adalah

energy biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran

manusia dan kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobic

digestion. Pembuatan biogas dari kotoran hewan, khususnya sapi ini berpotensi sebagai energi

alternatif yang ramah lingkungan, karena selain dapat memanfaatkan limbah ternak, sisa dari

pembuatan biogas yang berupa slurry dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang kaya akan

unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. sumber bahan baku untuk pembuatan biogas sangat

banyak. Untuk satu ekor sapi rata-rata dapat menghasilkan 20 kg kotoran per hari yang setara dengan

1-1,2 m3. Kotoran sapi paling banyak dipilih sebab selain mudah didapat juga karena mengandung

bakteri penghasil gas metana yang berguna dalam proses fermentasi. (Sufyandi, A., 2001).

Selama ini pemanfaatan kotoran sapi masih belum optimal.Biasanya hanya digunakan sebagai

pupuk kandang atau bahkan hanya ditimbun sehingga dapat menimbulkan masalah lingkungan.

Padahal kotoran sapi dapat dijadikan bahan baku untuk menghasilkan energi terbarukan (renewable)

dalam bentuk biogas. Permasalahannya adalah masyarakat belum mampu memanfaatkan limbah

kotoran sapi sebagai penghasil energi alternatif pengganti kayu dan BBM, karena kegiatan sehari-hari

mereka sangat tergantung pada BBM dan kayu, baik untuk memasak maupun penerangan.Hal ini

sangat berdampak terhadap pendapatan dari masyarakat desa (peternak) itu sendiri.

Dengan demikian pembuatan biodigester merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

kesulitan masyarakat akibat kenaikan harga BBM, teknologi ini bisa segera diaplikasikan, terutama

untuk kalangan peternak sapi.Alat ini dapat menghasilkan biogas dengan mencampurkan kotoran sapi

dan air kemudian disimpan dalam tempat tertutup (anaerob). Kotoran ternak ini akandiubah dulu

menjadi gas oleh bakteri metanogen yang selanjutnya akan menghasilkan gas dengan kandungan gas

metana yang cukup tinggi. Dalam rumah tangga biogas ini dapat dimanfaatkansebagai bahan bakar

untuk memasak dengan menggunakan kompor gas biasa yang telah dimodifikasi atau dengan membuat

kompor biogas sendiri.Selain itu biogas ini dapat digunakan sebagai bahan bakar penerangan.Dalam

rangka memenuhi keperluan energi rumah tangga, teknologibiogas ini diharapkan dapat membantu

masyarakat dalam menghadapikelangkaan minyak dan mahalnya harga bahan bakar di masyarakat.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN.docx

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah proses pembuatan biogas dari kotoran sapi dan caramembuat biodigester?

2. Bagaimanakah cara penggunaan biogas sebagai bahan bakar alternatif ?

3. Berapakah kadar metana yang terkandung dalam biogas ?

C. Tujuan

1. Mempelajari proses pembuatan biogas dari kotoran sapi

2. Menggunakan biogas yang dihasilkan sebagai bahan bakar alternatif.

3. Mengukur kadar metana yang terkandung dalam biogas.

D. Manfaat

1. Manfaat bagi mahasiswa

Mahasiswa dapat menambah wawasan tentang bahan alternatif penghasil biogas dan cara

pengaplikasiannya.

2. Manfaat bagi masyarakat

a. Masyarakat dapat mengetahui cara-cara membuat alat penghasil biogas.

b. Masyarakat dapat memanfaatkan limbah kotoran sapi yang dapat menghasilkan biogas.

c. Masyarakat dapat membuat bahan bakar alternatif.

2

Page 3: BAB I PENDAHULUAN.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Biogas

Biogas merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang

didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, dan tumbuhan)

oleh bakteri metanogen. Untuk menghasilkan biogas, bahan organik yang dibutuhkan, ditampung

dalam biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Biogas

terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah biodigester terisi penuh dan mencapai puncak pada hari ke 20-

25.Biogas yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida

(CO2) dan gas lainnya dalam jumlah kecil (Fitria, B., 2009).

Biogas dihasilkan apabila bahan-bahan organik terurai menjadi senyawa-senyawa

pembentuknya dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob).Fermentasi anaerobik ini biasa terjadi secara

alami di tanah yang basah, seperti dasar danau dan di dalam tanah pada kedalaman tertentu. Proses

fermentasi adalah penguraian bahan-bahan organik dengan bantuan mikroorganisme. Fermentasi

anaerob dapat menghasilkan gas yang mengandung sedikitnya 50% metana.Gas inilah yang biasa

disebut dengan biogas.Biogas dapat dihasilkan dari fermentasi sampah organik seperti sampah pasar,

daun daunan, dan kotoran hewan yang berasal dari sapi, babi, kambing, kuda, atau yang lainnya,

bahkan kotoran manusia sekalipun. Gas yang dihasilkan memiliki komposisi yang berbeda tergantung

dari jenis hewan yang menghasilkannya (Firdaus,U.I., 2009).

Biogas dapat dijadikan sebagai bahan bakar karena mengandung gas metana (CH4) dalam

prosentase yang cukup tinggi.

Sifat–sifat kimia dan fisika dari biogas antara lain :

1. Tidak seperti LPG yang bisa dicairkan dengan tekanan tinggi pada suhu normal, biogas hanya

dapat dicairkan pada suhu –178 oC sehingga untuk menyimpannya dalam sebuah tangki yang

praktis mungkin sangat sulit.Jalan terbaik adalah menyalurkan biogas yang dihasilkan untuk

langsung dipakai baik sebagai bahan bakar untuk memasak, penerangan dan lain–lain.

2. Biogas dengan udara (oksigen) dapat membentuk campuran yang mudah meledak apabila

terkena nyala api karena flash point dari metana (CH4)yaitu sebesar -188 ºC dan autoignition

dari metana adalah sebesar 595 ºC.(www.encyclopedia.com, 2009)

3. Biogas tidak menghasilkan karbon monoksida apabila dibakar sehingga aman dipakai untuk

keperluan rumah tangga.

4. Komponen metana dalam biogas bersifat narkotika pada manusia, apabiladihirup langsung

dapat mengakibatkan kesulitan bernapas danmengakibatkan kematian(Purnama, C., 2009).

3

Page 4: BAB I PENDAHULUAN.docx

Kotoran hewan lebih sering dipilih sebagai bahan pembuat biogas karena banyak tersedia dan

mudah diperoleh.Bahan ini memiliki keseimbangan nutrisi, mudah diencerkan dan relatif dapat

diproses secara biologi. Selain itu kotoran yang masih segar lebih mudah diproses dibandingkan

dengan kotoran yang lama dan telah mengering (Pambudi, A.,2008).Kotoran sapi merupakan substrat

yang paling cocok sebagai sumber penghasil biogas, karena telah meengandung bakteri penghasil gas

metana yang terdapat dalam perut ruminansia. Bakteri tersebut membantu dalam proses fermentasi

sehingga mempercepat proses pembentukan biogas (Sufyandi, A., 2001).

B. Mikroba Yang Berperan Dalam Pembentukan Biogas

Ada tiga kelompok dari bakteri dan Arkhaebakteria yang berperan dalam proses pembentukan

biogas, yaitu :

Kelompok Bakteri Fermentatif : Steptococci, Gbacteriodes, dan

beberapa jenis Enterobactericeae;

Kelompok Bakteri Asetogenik : Desulsofovibro;

Kelompok arkhaebakteria dan bakteri metanogen :Mathanobacterium,

Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus.

C. Proses Pembentukan Biogas

Ada 3 tahap dalam pembentukan biogas yaitu Pemecahan polimer atau hidrolisis,

Pembentukan asam (asidogenesis), Pembentukan metan (metanogenesis).

Pemecahan polimer atau hidrolisis. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan

organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana,

perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer (Tarumengkeng dan

Purwantara, 2003). Komponen organik sederhana yang larut dalam air (monomer-

monomer) digunakan oleh bakteri pembentuk asam. Digesti pada fase ini mengubah

protein menjadi asam amino, karbohidrat menjadi gula sederhana, dan lemak menjadi asam

lemak rantai panjang. Laju hidrolisis tergantung pada jumlah substrat yang tersedia dan

konsentrasi bakteri serta faktor lingkungan seperti suhu dan pH

Pembentukan asam (asidogenesis). Pada tahap pengasaman komponen monomer (gula

sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri

pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan

asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida,

hidrogen, dan amonia

Pembentukan metan (metanogenesis). Bakteri-bakteri anaerob yang berperan dalam

ketiga fase diatas terdiri dari: 1) bakteri pembentuk asam ( acidogenic bacteria) yang

merombak senyawa organik menyadi senyawa yang lebih sederhana, yaitu berupa asam

4

Page 5: BAB I PENDAHULUAN.docx

organik, CO2, H2, H2S, 2) bakteri pembentuk asetat (Acetogenic bacteria), yang merubah

asam organik, dan senyawa netral yang lebih besar dari metanol menjadi asetat dan

hidrogen, 3) bakteri penghasil metan (metanogen), yang berperan dalam merubah asam-

asam lemak dan alkohol menjadi metan dan karbondioksida. Bakteri pembentuk metan

antara lain methanococcus, methanobacterium, dan methanosarcina.

D. Cara Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak

Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup

dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang

memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.

Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan.

Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55°C, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme

mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh

bakteri adalah gas metan .

Berikut adalah contoh proses pembuatan biogas dari kotoran ternak.

MEMBANGUN INSTALASI BIOGAS

Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan

hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan

adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukansecara kontinu setiap

hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknyaÿ biogas

yang diinginkan.

1. Yang pertama dilakukan adalah menyediakan wadah atau bejana untuk mengolah kotoran

organik menjadi biogas. Kalau hanya diperuntukkan secara pribadi, cukup menggunakan bak

yang terbuat dari semen yang cukup lebar atau drum bekas yang masih cukup kuat. Selain itu

perlunya kesediaan kotoran hewan (baik sapi maupun kambing) yang merupakan bahan baku

biogas. Kalau sulit mencari kotoran hewan, maka percuma aja. Untuk itu diperlukan survey

terlebih dahulu. Atau kalau mau sedikit niat, septik tank bisa dimanfaatkan seperti yang

dilakukan di India.

2. Proses kedua adalah mencampurkan kotoran organik tersebut dengan air. Biasanya campuran

antara kotoran dan air menggunakan perbandingan 1:1 atau bisa juga menggunakan

perbandingan 1:1,5. Air berperan sangat penting di dalam proses biologis pembuatan biogas.

Artinya jangan terlalu banyak (berlebihan) juga jangan terlalu sedikit (kekurangan).

3. Temperatur selama proses berlangsung, karena ini menyangkut "kesenangan" hidup bakteri

pemroses biogas antara 27 - 28 derajat celcius. Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas

5

Page 6: BAB I PENDAHULUAN.docx

akan berjalan sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda kalau nilai temperatur terlalu rendah

(dingin), maka waktu untuk menjadi biogas akan lebih lama.

4. Kehadiran jasad pemroses, atau jasad yang mempunyai kemampuan untuk menguraikan bahan-

bahan yang akhirnya membentuk CH4 (gas metan) dan CO2. Dalam kotoran kandang, lumpur

selokan ataupun sampah dan jerami, serta bahan-bahan buangan lainnya, banyak jasad renik,

baik bakteri ataupun jamur pengurai bahan-bahan tersebut didapatkan. Tapi yang menjadi

masalah adalah hasil uraiannya belum tentu menjadi CH4 yang diharapkan serta mempunyai

kemampuan sebagai bahan bakar.

5.  Untuk mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung (bejana) kotoran organik harus

bersifat anaerobik. Dengan kata lain, tangki itu tak boleh ada oksigen dan udara yang masuk

sehingga sampah-sampah organik yang dimasukkan ke dalam bioreaktor bisa dikonversi

mikroba. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak akan terbentuk. Untuk itu maka

bejana pembuat biogas harus dalam keadaan tertutup rapat.

6. Setelah proses ini selesai, maka selama dalam kurun waktu 1 minggu didiamkan, maka gas

metan sudah terbentuk dan siap dialirkan untuk keperluan memasak. Namun ada beberapa hal

yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan biogas. Seperti misalnya sifat biogas yang tidak

berwarna, tidak berbau dan sangat cepat menyala. Karenanya kalau lampu atau kompor

mempunyai kebocoran, akan sulit diketahui secepatnya. Berbeda dengan sifat gas lainnya,

sepeti elpiji, maka karena berbau akan cepat dapat diketahui kalau terjadi kebocoran pada alat

yang digunakan. Sifat cepat menyala biogas, juga merupakan masalah tersendiri. Artinya dari

segi keselamatan pengguna. Sehingga tempat pembuatan atau penampungan biogas harus

selalu berada jauh dari sumber api yang kemungkinan dapat menyebabkan ledakan kalau

tekanannya besar.

Desain Alat

Cara membuat alat sebagai berikut :

a. Tabung Produksi

Dua drum (200 liter) dibuka salah satu sisinya, dengan sebuah drum yang dibuka separo (0,5

diameter). Kemudian sisi yang terbuka penuh dan sisi yang terbuka sebagian tersebut disambungkan.

Pada sisi drum yang lain dibuat lubang masing-masing dengan diameter 5 cm . Satu lubang

dihubungkan dengan pipa pemasukan, dan lubang yang lain dengan pipa pembuangan (masing-masing

pipa berdiameter 5 cm). Dan perkuat tiap-tiap pipa tersebut dengan sebuh penopang. Usahakan

ketinggian pipa pemasukan dengan sebuah corong, untuk mempermudah proses pengisian, agar tidak

terguling (menggelinding) , sebaiknya tabung produksi diberi kaki penyangga, usahakan posisi kedua

pipa tegak keatas. Pada sisi atas tabung dibuat lubang dengan diameter 1,25 cm dan disambungkan

dengan pipa seukuran yang sudah dipasang kran. Tabung produksi sudah jadi dan bisa dihubungkan

dengan tabung penyimpanan dengan selang melalui kran.

6

Page 7: BAB I PENDAHULUAN.docx

b. Tabung penyimpan

Buka salah satu sisi drum (120 liter dan 200 liter). Untuk drum kecil (120 Lt) pada sisi yang

lain dibuat 2 lubang berdiameter 1,25 cm, satu lubang untuk pemasukan gas dan yang lain untuk

pengeluaran. Sambungkan kedua lubang tersebut dengan pipa seukuran, dan untuk pipa pengeluaran

pasang kran. Letakkan drum besar dengan sisi terbuka menghadap keatas,lalu masukkan drum kecil

dengan posisi terbalik. Tabung penyimpanan sudah jadi dan bisa diisi dengan air.Yang perlu

diperhatikan dalam pembuatan alat adalah kekedapannya, jadi sebelum alat degunakan sebaiknya diuji

drlr kekegapannya, kalau ada yang bocor harus ditambal atau diganti.

Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untukmemasak juga

mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan

yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak

bumi yang tidak bisa diperbaharui.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Biogas

Laju proses anaerob yang tinggi sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi

mikroorganisme, diantaranya temperatur, pH, salinitas dan ion kuat, nutrisi, inhibisi dan kadar

keracunan pada proses, dan konsentrasi padatan. Berikut ini adalah pembahasan tentang faktor-faktor

tersebut.

1.      Temperatur

Gabungan bakteri anaerob bekerja dibawah tiga kelompok temperatur utama. Temperatur

kriofilik yakni kurang dari 20 C, mesofilik berlangsung pada temperatur 20-45 C (optimum pada 30-

45) dan termofilik terjadi pada temperatur 40-80 C (optimum pada 55-75 C).

2.      Derajat keasaman ( pH )

Pada dekomposisi anaerob faktor pH sangat berperan, karena pada rentang pH yang tidak

sesuai, mikroba tidak dapat tumbuh dengan maksimum dan bahkan dapat menyebabkan kematian yang

pada akhirnya dapat menghambat perolehan gas metana. Bakteri-bakteri anaerob membutuhkan pH

optimal antara 6,2 – 7,6, tetapi yang baik adalah 6,6 – 7,5. Pada awalnya media mempunyai pH ± 6

selanjutnya naik sampai 7,5. Tangki pencerna dapat dikatakan stabil apabila larutannya mempunyai pH

7,5 – 8,5. Batas bawah pH adalah 6,2, dibawah pH tersebut larutan sudah toxic, maksudnya bakteri

pembentuk biogas tidak aktif. Pengontrolan pH secara alamiah dilakukan oleh ion NH4+ dan HCO3-.

Ion-ion ini akan menentukan besarnya pH (Yunus, 1991).

3.      Nutrisi

Mikroorganisme membutuhkan beberapa vitamin esensial dan asam amino. Zat tersebut dapat

disuplai ke media kultur dengan memberikan nutrisi tertentu untuk pertumbuhan dan metabolismenya.

Selain itu juga dibutuhkan mikronutrien untuk meningkatkan aktivitas mikroorganisme, misalnya besi,

magnesium, kalsium, natrium, barium, selenium, kobalt dan lain-lain (Malina,1992). Bakteri anaerobik

membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi yang mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, sodium,

7

Page 8: BAB I PENDAHULUAN.docx

mangan, kalsium dan kobalt (Space and McCarthy didalam Gunerson and Stuckey, 1986). Level

nutrisi harus sekurangnya lebih dari konsentrasi optimum yang dibutuhkan oleh bakteri metanogenik,

karena apabila terjadi kekurangan nutrisi akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan bakteri.

Penambahan nutrisi dengan bahan yang sederhana seperti glukosa, buangan industri, dan sisa sisa

tanaman terkadang diberikan dengan tujuan menambah pertumbuhan di dalam digester (Gunerson and

Stuckey, 1986).

4.      Keracunan dan Hambatan

Keracunan (toxicity) dan hambatan (inhibition) proses anaerob dapat disebabkan oleh berbagai

hal, misalnya produk antara asam lemak mudah menguap (volatile) yang dapat mempengaruhi pH.

Zat-zat penghambat lain terhadap aktivitas mikroorganisme pada proses anaerob diantaranya

kandungan logam berat sianida.

5.      Faktor Konsentrasi Padatan

Konsentrasi ideal padatan untuk memproduksi biogas adalah 7-9% kandungan kering. Kondisi

ini dapat membuat proses digester anaerob berjalan dengan baik.

6.      Penentuan Kadar Metana Dengan BMP

Uji BMP (Biochemical Methane Potential) ditunjukan untuk mengukur gas metana yang

dihasilkan selama masa inkubasi secara anaerob pada media kimia. Uji BMP dilakukan dengan cara

menempatkan cairan contoh, inokulan (biakan bakteri anaeorob) dan media kimia dalam botol serum.

Botol serum ini, diinkubasi pada suhu 35oC, lalu pengukuran dilakukan selama masa inkubasi secara

periodik (biasanya setiap 5 hari), sehingga pada akhir masa inkubasi (hari ke-30) didapatkan akumulasi

gas metana.Pengukuran dilakukan dengan memasukkan jarum suntik (metoda syringe) ke botol serum.

7.      Rasio Carbon Nitrogen (C/N)

Proses anaerobik akan optimal bila diberikan bahan makanan yang mengandung karbon dan

nitrogen secara bersamaan. CN ratio menunjukkan perbandingan jumlah dari kedua elemen tersebut.

Pada bahan yang memiliki jumlah karbon 15 kali dari jumlah nitrogen akan memiliki C/N ratio 15

berbanding 1. C/N ratio dengan nilai 30 (C/N = 30/1 atau karbon 30 kali dari jumlah nitrogen) akan

menciptakan proses pencernaan pada tingkat yang optimum, bila kondisi yang lain juga mendukung.

Bila terlalu banyak karbon, nitrogen akan habis terlebih dahulu. Hal ini akan menyebabkan proses

berjalan dengan lambat. Bila nitrogen terlalu banyak (C/N ratio rendah; misalnya 30/15), maka karbon

habis lebih dulu dan proses fermentasi berhenti Sebuah penelitian menunjukkan bahwa aktivitas

metabolisme dari bakteri methanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N sekitar 8-20. (Anonymous,

1999a).

8.      Kandungan Padatan dan Pencampuran Substrat

Menurut Anonymous (1999a), walaupun tidak ada informasi yang pasti, mobilitas bakteri

metanogen di dalam bahan secara berangsur – angsur dihalangi oleh peningkatan kandungan padatan

yang berakibat terhambatnya pembentukan biogas. Selain itu yang terpenting untuk proses fermentasi

yang baik diperlukan pencampuran bahan yang baik akan menjamin proses fermentasi yang stabil di

dalam pencerna. Hal yang paling penting dalam pencampuran bahan adalah menghilangkan unsur –

8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN.docx

unsur hasil metabolisme berupa gas (metabolites) yang dihasilkan oleh bakteri metanogen,

mencampurkan bahan segar dengan populasi bakteri agar proses fermentasi merata, menyeragamkan

temperatur di seluruh bagian pencerna, menyeragamkan kerapatan sebaran populasi bakteri, dan

mencegah ruang kosong pada campuran bahan.

F. Manfaat biogas

Setelah harga BBM naik beberapa hari yang lalu, kehidupan masyarakat baik di desa maupun di

kota semakin sulit. Warga berlomba-lomba mencari sumber energi alternatif, ada yang menggunakan

energi matahari, energi air, maupun energi angin.Tapi sampai sejauh ini masih belum ditemukan

sumber energi yang benar-benar bisa menggantikan bahan bakar minyak.Kebanyakan sumber energi

alternatif tidak bisa menghasilkan energi sebesar energi yang dihasilkan bahan bakar minyak.Tapi,

sebenarnya ada sumber energi alternatif yang relatif sederhana dan sangat cocok untuk masyarakat

pedesaan, energi alternatif itu adalah energi biogas.Energi biogas digunakan sebagai pengganti bahan

bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak kemudian sebagai bahan pengganti

bahan bakar minyak (bensin, solar).Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit

energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang

dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman / budidaya pertanian.

Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut mengingat cukup

banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda, yaitu 11 juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau dan 500 ribu

ekor kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan + 2 m3 biogas per hari.

Potensi ekonomis Biogas adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat

digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan dari

proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil pula. Dengan demikian

kita juga bisa mengurangi anggaran untuk membeli pupuk.

G. Kelebihan dan Kekurangan

Selain bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar, ada sejumlah kelebihan yang dapat

diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain:

1. Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar.

2. Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan asap.

3. Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang langsung dapat diolah.

4. Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk sehingga tidak mencemari

lingkungan.

5. Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan pemakaian bahan

bakar kayu dan bahan bakar minyak.

6. Realatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran.

9

Page 10: BAB I PENDAHULUAN.docx

Adapun kekurangannya adalah   :

1. Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi biogas.

2. Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai terutama dalam proses produksi.

3. Belum dikenal masyarakat.

4. Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung.

10

Page 11: BAB I PENDAHULUAN.docx

BAB III

PENUTUPAN

A. Simpulan

Biogas adalah gas yang mudah terbakar dan dihasilkan oleh aktifitas anaerob atau fermentasi

dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah

tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi

anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. sistem biogas

sederhana. Disamping itu di daerah yang banyak industri pemrosesan makanan antara lain tahu, tempe,

ikan pindang atau brem bisa menyatukan saluran limbahnya ke dalam system biogas. Sehingga limbah

industri tersebut tidak mencemari lingkungan disekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah

industri tersebut diatas berasal dari bahan organik yang homogen.Harga bahan bakar minyak yang

makin meningkat dan ketersediaannya yang makin menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca

merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat global. Upaya pencarian akan bahan bakar yang

lebih ramah terhadap lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan solusi dari permasalahan energi

tersebut. Untuk itu indonesia yang memiliki potensi luas wilayah yang begitu besar, diharapkan untuk

segera mengaplikasi bahan bakar nabati.

Komposisi biogas terdiri atas metana (CH4) 55-75%, Karbon dioksida (CO2) 25-45%, Nitrogen

(N2) 0-0.3%, Hidrogen (H2) 1-5%, Hidrogen sulfide (H2S) 0-3%, Oksigen (O2) 0.1-0.5%.Nilai kalori

dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh

karena itu Biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan

pengganti minyak tanah, LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.

B. Saran

Kami menyarankan kepada pembaca agar memanfaatkan bahan-bahan limbah organik menjadi

hal yang berguna, seperti biogas.Pembaca juga bisa memperdalam pengetahuan dalam pemuatan

biogas melalui makalah kami.

11

Page 12: BAB I PENDAHULUAN.docx

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/wahyunibaharuddin7/makalah-biogas?related=1

http://ekologimanusia.blogspot.com/2011/12/makalah-biogas.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Biogas

http://blogsiantar4all.blogspot.com/2013/04/makalah-pembuatan-biogas.html

https://www.academia.edu/9044884/BAB_I_PENDAHULUAN

12