bab i pendahuluan.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) serta kecenderungan akan kelangkaan minyak
tanah menjadikan pemanfaatan sumber energy alternatif mulai diperhitungkan. Salah satu sumber
energi alternatif yang besar peluangnya untuk dikembangkan pemanfaatannya di Indonesia adalah
energy biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran
manusia dan kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobic
digestion. Pembuatan biogas dari kotoran hewan, khususnya sapi ini berpotensi sebagai energi
alternatif yang ramah lingkungan, karena selain dapat memanfaatkan limbah ternak, sisa dari
pembuatan biogas yang berupa slurry dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang kaya akan
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. sumber bahan baku untuk pembuatan biogas sangat
banyak. Untuk satu ekor sapi rata-rata dapat menghasilkan 20 kg kotoran per hari yang setara dengan
1-1,2 m3. Kotoran sapi paling banyak dipilih sebab selain mudah didapat juga karena mengandung
bakteri penghasil gas metana yang berguna dalam proses fermentasi. (Sufyandi, A., 2001).
Selama ini pemanfaatan kotoran sapi masih belum optimal.Biasanya hanya digunakan sebagai
pupuk kandang atau bahkan hanya ditimbun sehingga dapat menimbulkan masalah lingkungan.
Padahal kotoran sapi dapat dijadikan bahan baku untuk menghasilkan energi terbarukan (renewable)
dalam bentuk biogas. Permasalahannya adalah masyarakat belum mampu memanfaatkan limbah
kotoran sapi sebagai penghasil energi alternatif pengganti kayu dan BBM, karena kegiatan sehari-hari
mereka sangat tergantung pada BBM dan kayu, baik untuk memasak maupun penerangan.Hal ini
sangat berdampak terhadap pendapatan dari masyarakat desa (peternak) itu sendiri.
Dengan demikian pembuatan biodigester merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
kesulitan masyarakat akibat kenaikan harga BBM, teknologi ini bisa segera diaplikasikan, terutama
untuk kalangan peternak sapi.Alat ini dapat menghasilkan biogas dengan mencampurkan kotoran sapi
dan air kemudian disimpan dalam tempat tertutup (anaerob). Kotoran ternak ini akandiubah dulu
menjadi gas oleh bakteri metanogen yang selanjutnya akan menghasilkan gas dengan kandungan gas
metana yang cukup tinggi. Dalam rumah tangga biogas ini dapat dimanfaatkansebagai bahan bakar
untuk memasak dengan menggunakan kompor gas biasa yang telah dimodifikasi atau dengan membuat
kompor biogas sendiri.Selain itu biogas ini dapat digunakan sebagai bahan bakar penerangan.Dalam
rangka memenuhi keperluan energi rumah tangga, teknologibiogas ini diharapkan dapat membantu
masyarakat dalam menghadapikelangkaan minyak dan mahalnya harga bahan bakar di masyarakat.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses pembuatan biogas dari kotoran sapi dan caramembuat biodigester?
2. Bagaimanakah cara penggunaan biogas sebagai bahan bakar alternatif ?
3. Berapakah kadar metana yang terkandung dalam biogas ?
C. Tujuan
1. Mempelajari proses pembuatan biogas dari kotoran sapi
2. Menggunakan biogas yang dihasilkan sebagai bahan bakar alternatif.
3. Mengukur kadar metana yang terkandung dalam biogas.
D. Manfaat
1. Manfaat bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat menambah wawasan tentang bahan alternatif penghasil biogas dan cara
pengaplikasiannya.
2. Manfaat bagi masyarakat
a. Masyarakat dapat mengetahui cara-cara membuat alat penghasil biogas.
b. Masyarakat dapat memanfaatkan limbah kotoran sapi yang dapat menghasilkan biogas.
c. Masyarakat dapat membuat bahan bakar alternatif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Biogas
Biogas merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang
didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, dan tumbuhan)
oleh bakteri metanogen. Untuk menghasilkan biogas, bahan organik yang dibutuhkan, ditampung
dalam biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Biogas
terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah biodigester terisi penuh dan mencapai puncak pada hari ke 20-
25.Biogas yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida
(CO2) dan gas lainnya dalam jumlah kecil (Fitria, B., 2009).
Biogas dihasilkan apabila bahan-bahan organik terurai menjadi senyawa-senyawa
pembentuknya dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob).Fermentasi anaerobik ini biasa terjadi secara
alami di tanah yang basah, seperti dasar danau dan di dalam tanah pada kedalaman tertentu. Proses
fermentasi adalah penguraian bahan-bahan organik dengan bantuan mikroorganisme. Fermentasi
anaerob dapat menghasilkan gas yang mengandung sedikitnya 50% metana.Gas inilah yang biasa
disebut dengan biogas.Biogas dapat dihasilkan dari fermentasi sampah organik seperti sampah pasar,
daun daunan, dan kotoran hewan yang berasal dari sapi, babi, kambing, kuda, atau yang lainnya,
bahkan kotoran manusia sekalipun. Gas yang dihasilkan memiliki komposisi yang berbeda tergantung
dari jenis hewan yang menghasilkannya (Firdaus,U.I., 2009).
Biogas dapat dijadikan sebagai bahan bakar karena mengandung gas metana (CH4) dalam
prosentase yang cukup tinggi.
Sifat–sifat kimia dan fisika dari biogas antara lain :
1. Tidak seperti LPG yang bisa dicairkan dengan tekanan tinggi pada suhu normal, biogas hanya
dapat dicairkan pada suhu –178 oC sehingga untuk menyimpannya dalam sebuah tangki yang
praktis mungkin sangat sulit.Jalan terbaik adalah menyalurkan biogas yang dihasilkan untuk
langsung dipakai baik sebagai bahan bakar untuk memasak, penerangan dan lain–lain.
2. Biogas dengan udara (oksigen) dapat membentuk campuran yang mudah meledak apabila
terkena nyala api karena flash point dari metana (CH4)yaitu sebesar -188 ºC dan autoignition
dari metana adalah sebesar 595 ºC.(www.encyclopedia.com, 2009)
3. Biogas tidak menghasilkan karbon monoksida apabila dibakar sehingga aman dipakai untuk
keperluan rumah tangga.
4. Komponen metana dalam biogas bersifat narkotika pada manusia, apabiladihirup langsung
dapat mengakibatkan kesulitan bernapas danmengakibatkan kematian(Purnama, C., 2009).
3
Kotoran hewan lebih sering dipilih sebagai bahan pembuat biogas karena banyak tersedia dan
mudah diperoleh.Bahan ini memiliki keseimbangan nutrisi, mudah diencerkan dan relatif dapat
diproses secara biologi. Selain itu kotoran yang masih segar lebih mudah diproses dibandingkan
dengan kotoran yang lama dan telah mengering (Pambudi, A.,2008).Kotoran sapi merupakan substrat
yang paling cocok sebagai sumber penghasil biogas, karena telah meengandung bakteri penghasil gas
metana yang terdapat dalam perut ruminansia. Bakteri tersebut membantu dalam proses fermentasi
sehingga mempercepat proses pembentukan biogas (Sufyandi, A., 2001).
B. Mikroba Yang Berperan Dalam Pembentukan Biogas
Ada tiga kelompok dari bakteri dan Arkhaebakteria yang berperan dalam proses pembentukan
biogas, yaitu :
Kelompok Bakteri Fermentatif : Steptococci, Gbacteriodes, dan
beberapa jenis Enterobactericeae;
Kelompok Bakteri Asetogenik : Desulsofovibro;
Kelompok arkhaebakteria dan bakteri metanogen :Mathanobacterium,
Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus.
C. Proses Pembentukan Biogas
Ada 3 tahap dalam pembentukan biogas yaitu Pemecahan polimer atau hidrolisis,
Pembentukan asam (asidogenesis), Pembentukan metan (metanogenesis).
Pemecahan polimer atau hidrolisis. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan
organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana,
perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer (Tarumengkeng dan
Purwantara, 2003). Komponen organik sederhana yang larut dalam air (monomer-
monomer) digunakan oleh bakteri pembentuk asam. Digesti pada fase ini mengubah
protein menjadi asam amino, karbohidrat menjadi gula sederhana, dan lemak menjadi asam
lemak rantai panjang. Laju hidrolisis tergantung pada jumlah substrat yang tersedia dan
konsentrasi bakteri serta faktor lingkungan seperti suhu dan pH
Pembentukan asam (asidogenesis). Pada tahap pengasaman komponen monomer (gula
sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri
pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan
asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida,
hidrogen, dan amonia
Pembentukan metan (metanogenesis). Bakteri-bakteri anaerob yang berperan dalam
ketiga fase diatas terdiri dari: 1) bakteri pembentuk asam ( acidogenic bacteria) yang
merombak senyawa organik menyadi senyawa yang lebih sederhana, yaitu berupa asam
4
organik, CO2, H2, H2S, 2) bakteri pembentuk asetat (Acetogenic bacteria), yang merubah
asam organik, dan senyawa netral yang lebih besar dari metanol menjadi asetat dan
hidrogen, 3) bakteri penghasil metan (metanogen), yang berperan dalam merubah asam-
asam lemak dan alkohol menjadi metan dan karbondioksida. Bakteri pembentuk metan
antara lain methanococcus, methanobacterium, dan methanosarcina.
D. Cara Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup
dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang
memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.
Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan.
Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55°C, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme
mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh
bakteri adalah gas metan .
Berikut adalah contoh proses pembuatan biogas dari kotoran ternak.
MEMBANGUN INSTALASI BIOGAS
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan
hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan
adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukansecara kontinu setiap
hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknyaÿ biogas
yang diinginkan.
1. Yang pertama dilakukan adalah menyediakan wadah atau bejana untuk mengolah kotoran
organik menjadi biogas. Kalau hanya diperuntukkan secara pribadi, cukup menggunakan bak
yang terbuat dari semen yang cukup lebar atau drum bekas yang masih cukup kuat. Selain itu
perlunya kesediaan kotoran hewan (baik sapi maupun kambing) yang merupakan bahan baku
biogas. Kalau sulit mencari kotoran hewan, maka percuma aja. Untuk itu diperlukan survey
terlebih dahulu. Atau kalau mau sedikit niat, septik tank bisa dimanfaatkan seperti yang
dilakukan di India.
2. Proses kedua adalah mencampurkan kotoran organik tersebut dengan air. Biasanya campuran
antara kotoran dan air menggunakan perbandingan 1:1 atau bisa juga menggunakan
perbandingan 1:1,5. Air berperan sangat penting di dalam proses biologis pembuatan biogas.
Artinya jangan terlalu banyak (berlebihan) juga jangan terlalu sedikit (kekurangan).
3. Temperatur selama proses berlangsung, karena ini menyangkut "kesenangan" hidup bakteri
pemroses biogas antara 27 - 28 derajat celcius. Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas
5
akan berjalan sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda kalau nilai temperatur terlalu rendah
(dingin), maka waktu untuk menjadi biogas akan lebih lama.
4. Kehadiran jasad pemroses, atau jasad yang mempunyai kemampuan untuk menguraikan bahan-
bahan yang akhirnya membentuk CH4 (gas metan) dan CO2. Dalam kotoran kandang, lumpur
selokan ataupun sampah dan jerami, serta bahan-bahan buangan lainnya, banyak jasad renik,
baik bakteri ataupun jamur pengurai bahan-bahan tersebut didapatkan. Tapi yang menjadi
masalah adalah hasil uraiannya belum tentu menjadi CH4 yang diharapkan serta mempunyai
kemampuan sebagai bahan bakar.
5. Untuk mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung (bejana) kotoran organik harus
bersifat anaerobik. Dengan kata lain, tangki itu tak boleh ada oksigen dan udara yang masuk
sehingga sampah-sampah organik yang dimasukkan ke dalam bioreaktor bisa dikonversi
mikroba. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak akan terbentuk. Untuk itu maka
bejana pembuat biogas harus dalam keadaan tertutup rapat.
6. Setelah proses ini selesai, maka selama dalam kurun waktu 1 minggu didiamkan, maka gas
metan sudah terbentuk dan siap dialirkan untuk keperluan memasak. Namun ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan biogas. Seperti misalnya sifat biogas yang tidak
berwarna, tidak berbau dan sangat cepat menyala. Karenanya kalau lampu atau kompor
mempunyai kebocoran, akan sulit diketahui secepatnya. Berbeda dengan sifat gas lainnya,
sepeti elpiji, maka karena berbau akan cepat dapat diketahui kalau terjadi kebocoran pada alat
yang digunakan. Sifat cepat menyala biogas, juga merupakan masalah tersendiri. Artinya dari
segi keselamatan pengguna. Sehingga tempat pembuatan atau penampungan biogas harus
selalu berada jauh dari sumber api yang kemungkinan dapat menyebabkan ledakan kalau
tekanannya besar.
Desain Alat
Cara membuat alat sebagai berikut :
a. Tabung Produksi
Dua drum (200 liter) dibuka salah satu sisinya, dengan sebuah drum yang dibuka separo (0,5
diameter). Kemudian sisi yang terbuka penuh dan sisi yang terbuka sebagian tersebut disambungkan.
Pada sisi drum yang lain dibuat lubang masing-masing dengan diameter 5 cm . Satu lubang
dihubungkan dengan pipa pemasukan, dan lubang yang lain dengan pipa pembuangan (masing-masing
pipa berdiameter 5 cm). Dan perkuat tiap-tiap pipa tersebut dengan sebuh penopang. Usahakan
ketinggian pipa pemasukan dengan sebuah corong, untuk mempermudah proses pengisian, agar tidak
terguling (menggelinding) , sebaiknya tabung produksi diberi kaki penyangga, usahakan posisi kedua
pipa tegak keatas. Pada sisi atas tabung dibuat lubang dengan diameter 1,25 cm dan disambungkan
dengan pipa seukuran yang sudah dipasang kran. Tabung produksi sudah jadi dan bisa dihubungkan
dengan tabung penyimpanan dengan selang melalui kran.
6
b. Tabung penyimpan
Buka salah satu sisi drum (120 liter dan 200 liter). Untuk drum kecil (120 Lt) pada sisi yang
lain dibuat 2 lubang berdiameter 1,25 cm, satu lubang untuk pemasukan gas dan yang lain untuk
pengeluaran. Sambungkan kedua lubang tersebut dengan pipa seukuran, dan untuk pipa pengeluaran
pasang kran. Letakkan drum besar dengan sisi terbuka menghadap keatas,lalu masukkan drum kecil
dengan posisi terbalik. Tabung penyimpanan sudah jadi dan bisa diisi dengan air.Yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan alat adalah kekedapannya, jadi sebelum alat degunakan sebaiknya diuji
drlr kekegapannya, kalau ada yang bocor harus ditambal atau diganti.
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untukmemasak juga
mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan
yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak
bumi yang tidak bisa diperbaharui.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Biogas
Laju proses anaerob yang tinggi sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
mikroorganisme, diantaranya temperatur, pH, salinitas dan ion kuat, nutrisi, inhibisi dan kadar
keracunan pada proses, dan konsentrasi padatan. Berikut ini adalah pembahasan tentang faktor-faktor
tersebut.
1. Temperatur
Gabungan bakteri anaerob bekerja dibawah tiga kelompok temperatur utama. Temperatur
kriofilik yakni kurang dari 20 C, mesofilik berlangsung pada temperatur 20-45 C (optimum pada 30-
45) dan termofilik terjadi pada temperatur 40-80 C (optimum pada 55-75 C).
2. Derajat keasaman ( pH )
Pada dekomposisi anaerob faktor pH sangat berperan, karena pada rentang pH yang tidak
sesuai, mikroba tidak dapat tumbuh dengan maksimum dan bahkan dapat menyebabkan kematian yang
pada akhirnya dapat menghambat perolehan gas metana. Bakteri-bakteri anaerob membutuhkan pH
optimal antara 6,2 – 7,6, tetapi yang baik adalah 6,6 – 7,5. Pada awalnya media mempunyai pH ± 6
selanjutnya naik sampai 7,5. Tangki pencerna dapat dikatakan stabil apabila larutannya mempunyai pH
7,5 – 8,5. Batas bawah pH adalah 6,2, dibawah pH tersebut larutan sudah toxic, maksudnya bakteri
pembentuk biogas tidak aktif. Pengontrolan pH secara alamiah dilakukan oleh ion NH4+ dan HCO3-.
Ion-ion ini akan menentukan besarnya pH (Yunus, 1991).
3. Nutrisi
Mikroorganisme membutuhkan beberapa vitamin esensial dan asam amino. Zat tersebut dapat
disuplai ke media kultur dengan memberikan nutrisi tertentu untuk pertumbuhan dan metabolismenya.
Selain itu juga dibutuhkan mikronutrien untuk meningkatkan aktivitas mikroorganisme, misalnya besi,
magnesium, kalsium, natrium, barium, selenium, kobalt dan lain-lain (Malina,1992). Bakteri anaerobik
membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi yang mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, sodium,
7
mangan, kalsium dan kobalt (Space and McCarthy didalam Gunerson and Stuckey, 1986). Level
nutrisi harus sekurangnya lebih dari konsentrasi optimum yang dibutuhkan oleh bakteri metanogenik,
karena apabila terjadi kekurangan nutrisi akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan bakteri.
Penambahan nutrisi dengan bahan yang sederhana seperti glukosa, buangan industri, dan sisa sisa
tanaman terkadang diberikan dengan tujuan menambah pertumbuhan di dalam digester (Gunerson and
Stuckey, 1986).
4. Keracunan dan Hambatan
Keracunan (toxicity) dan hambatan (inhibition) proses anaerob dapat disebabkan oleh berbagai
hal, misalnya produk antara asam lemak mudah menguap (volatile) yang dapat mempengaruhi pH.
Zat-zat penghambat lain terhadap aktivitas mikroorganisme pada proses anaerob diantaranya
kandungan logam berat sianida.
5. Faktor Konsentrasi Padatan
Konsentrasi ideal padatan untuk memproduksi biogas adalah 7-9% kandungan kering. Kondisi
ini dapat membuat proses digester anaerob berjalan dengan baik.
6. Penentuan Kadar Metana Dengan BMP
Uji BMP (Biochemical Methane Potential) ditunjukan untuk mengukur gas metana yang
dihasilkan selama masa inkubasi secara anaerob pada media kimia. Uji BMP dilakukan dengan cara
menempatkan cairan contoh, inokulan (biakan bakteri anaeorob) dan media kimia dalam botol serum.
Botol serum ini, diinkubasi pada suhu 35oC, lalu pengukuran dilakukan selama masa inkubasi secara
periodik (biasanya setiap 5 hari), sehingga pada akhir masa inkubasi (hari ke-30) didapatkan akumulasi
gas metana.Pengukuran dilakukan dengan memasukkan jarum suntik (metoda syringe) ke botol serum.
7. Rasio Carbon Nitrogen (C/N)
Proses anaerobik akan optimal bila diberikan bahan makanan yang mengandung karbon dan
nitrogen secara bersamaan. CN ratio menunjukkan perbandingan jumlah dari kedua elemen tersebut.
Pada bahan yang memiliki jumlah karbon 15 kali dari jumlah nitrogen akan memiliki C/N ratio 15
berbanding 1. C/N ratio dengan nilai 30 (C/N = 30/1 atau karbon 30 kali dari jumlah nitrogen) akan
menciptakan proses pencernaan pada tingkat yang optimum, bila kondisi yang lain juga mendukung.
Bila terlalu banyak karbon, nitrogen akan habis terlebih dahulu. Hal ini akan menyebabkan proses
berjalan dengan lambat. Bila nitrogen terlalu banyak (C/N ratio rendah; misalnya 30/15), maka karbon
habis lebih dulu dan proses fermentasi berhenti Sebuah penelitian menunjukkan bahwa aktivitas
metabolisme dari bakteri methanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N sekitar 8-20. (Anonymous,
1999a).
8. Kandungan Padatan dan Pencampuran Substrat
Menurut Anonymous (1999a), walaupun tidak ada informasi yang pasti, mobilitas bakteri
metanogen di dalam bahan secara berangsur – angsur dihalangi oleh peningkatan kandungan padatan
yang berakibat terhambatnya pembentukan biogas. Selain itu yang terpenting untuk proses fermentasi
yang baik diperlukan pencampuran bahan yang baik akan menjamin proses fermentasi yang stabil di
dalam pencerna. Hal yang paling penting dalam pencampuran bahan adalah menghilangkan unsur –
8
unsur hasil metabolisme berupa gas (metabolites) yang dihasilkan oleh bakteri metanogen,
mencampurkan bahan segar dengan populasi bakteri agar proses fermentasi merata, menyeragamkan
temperatur di seluruh bagian pencerna, menyeragamkan kerapatan sebaran populasi bakteri, dan
mencegah ruang kosong pada campuran bahan.
F. Manfaat biogas
Setelah harga BBM naik beberapa hari yang lalu, kehidupan masyarakat baik di desa maupun di
kota semakin sulit. Warga berlomba-lomba mencari sumber energi alternatif, ada yang menggunakan
energi matahari, energi air, maupun energi angin.Tapi sampai sejauh ini masih belum ditemukan
sumber energi yang benar-benar bisa menggantikan bahan bakar minyak.Kebanyakan sumber energi
alternatif tidak bisa menghasilkan energi sebesar energi yang dihasilkan bahan bakar minyak.Tapi,
sebenarnya ada sumber energi alternatif yang relatif sederhana dan sangat cocok untuk masyarakat
pedesaan, energi alternatif itu adalah energi biogas.Energi biogas digunakan sebagai pengganti bahan
bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak kemudian sebagai bahan pengganti
bahan bakar minyak (bensin, solar).Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit
energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang
dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman / budidaya pertanian.
Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut mengingat cukup
banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda, yaitu 11 juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau dan 500 ribu
ekor kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan + 2 m3 biogas per hari.
Potensi ekonomis Biogas adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat
digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan dari
proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil pula. Dengan demikian
kita juga bisa mengurangi anggaran untuk membeli pupuk.
G. Kelebihan dan Kekurangan
Selain bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar, ada sejumlah kelebihan yang dapat
diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain:
1. Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar.
2. Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan asap.
3. Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang langsung dapat diolah.
4. Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk sehingga tidak mencemari
lingkungan.
5. Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan pemakaian bahan
bakar kayu dan bahan bakar minyak.
6. Realatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran.
9
Adapun kekurangannya adalah :
1. Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi biogas.
2. Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai terutama dalam proses produksi.
3. Belum dikenal masyarakat.
4. Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung.
10
BAB III
PENUTUPAN
A. Simpulan
Biogas adalah gas yang mudah terbakar dan dihasilkan oleh aktifitas anaerob atau fermentasi
dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah
tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi
anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. sistem biogas
sederhana. Disamping itu di daerah yang banyak industri pemrosesan makanan antara lain tahu, tempe,
ikan pindang atau brem bisa menyatukan saluran limbahnya ke dalam system biogas. Sehingga limbah
industri tersebut tidak mencemari lingkungan disekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah
industri tersebut diatas berasal dari bahan organik yang homogen.Harga bahan bakar minyak yang
makin meningkat dan ketersediaannya yang makin menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca
merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat global. Upaya pencarian akan bahan bakar yang
lebih ramah terhadap lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan solusi dari permasalahan energi
tersebut. Untuk itu indonesia yang memiliki potensi luas wilayah yang begitu besar, diharapkan untuk
segera mengaplikasi bahan bakar nabati.
Komposisi biogas terdiri atas metana (CH4) 55-75%, Karbon dioksida (CO2) 25-45%, Nitrogen
(N2) 0-0.3%, Hidrogen (H2) 1-5%, Hidrogen sulfide (H2S) 0-3%, Oksigen (O2) 0.1-0.5%.Nilai kalori
dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh
karena itu Biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan
pengganti minyak tanah, LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
B. Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar memanfaatkan bahan-bahan limbah organik menjadi
hal yang berguna, seperti biogas.Pembaca juga bisa memperdalam pengetahuan dalam pemuatan
biogas melalui makalah kami.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/wahyunibaharuddin7/makalah-biogas?related=1
http://ekologimanusia.blogspot.com/2011/12/makalah-biogas.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Biogas
http://blogsiantar4all.blogspot.com/2013/04/makalah-pembuatan-biogas.html
https://www.academia.edu/9044884/BAB_I_PENDAHULUAN
12