bab i pendahuluan - sinta.unud.ac.id i.pdf · bab i pendahuluan 1.1 latar belakang ... kesehatan...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organisation (WHO) tahun 2011, sebanyak 67% korban
kecelakaan lalu lintas adalah usia produktif (22 – 50 tahun). Terdapat sekitar 400.000
korban di bawah usia 25 tahun yang meninggal di jalan raya, dengan rata-rata angka
kematian (mortality rate) mencapai 1.000 anak-anak dan remaja setiap harinya. Di
Indonesia kecelakaan lalu lintas dinilai menjadi pembunuh terbesar ketiga, setelah
penyakit jantung koroner dan tuberculosis (Badan Inteligen Negara, 2013).
Korps Lalu Lintas Kepolisian RI mencatat pada tahun 2013 terjadi sebanyak
100.106 kecelakaan yang mengakibatkan 165.302 orang menjadi korban, dengan
korban luka ringan 66,81%, korban luka berat 17,20%, dan korban meninggal 15,99%
(BPS Indonesia, 2014). Di Bali pada tahun yang sama terjadi sebanyak 2.166
kecelakaan yang menyebabkan 3.955 korban, yaitu sebanyak 68,93% korban luka
ringan, 16,46% korban luka berat, dan 14,61% korban meninggal. Kota Denpasar
menyumbangkan kasus kecelakaan lalu lintas terbanyak yaitu 565 kejadian yang
melibatkan 981 korban dengan komposisi 59,12% korban luka ringan, 28,44% korban
luka berat, dan 12,44% korban meninggal (BPS Prov. Bali, 2014).
Kota Denpasar sebagai salah satu Kabupaten/Kota dengan angka kecelakaan lalu
lintas tertinggi di Pronvisi Bali tentu dituntut untuk menyediakan fasilitas pelayanan
kesehatan gawat darurat yang mudah diakses oleh masyarakat. Saat ini terdapat
sebanyak 25 fasilitas pelayanan kesehatan gawat darurat di Kota Denpasar yang terdiri
dari 14 rumah sakit umum (Dinas Kesehatan Prov. Bali, 2015) dan 11 puskesmas. Dari
2
11 pukesmas yang ada, hanya tiga diantaranya yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan gawat darurat selama 24 jam. Adanya perbedaan kemampuan antar fasilitas
kesehatan dalam memberikan pelayanan tentu akan mempengaruhi aksesibilitas
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gawat darurat.
Aksesibilitas dari aspek geografis, secara umum diukur dengan pendekatan jarak
atau waktu tempuh ke lokasi tujuan (Talen dan Anselin dalam Apparicio et al, 2008).
Jarak dan waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan sangat perlu untuk diperhitungkan
terutama pada keadaan gawat darurat (Jordan et al, 2004) dimana pelayanan kesehatan
harus dengan segera diberikan kepada pasien. Nicholl et al (2007) mengemukakan
bahwa dalam keadaan gawat darurat peningkatan setiap 1 km jarak ke fasilitas
pelayanan kesehatan dapat meningkatkan resiko kematian pada pasien sebesar 2%.
Dalam penelitian lain juga ditemukan adanya hubungan jarak dan waktu tempuh ke
fasilitas pelayanan kesehatan pada keadaan gawat darurat dengan resiko kematian
penderita asma, dimana setiap peningkatan 10 km jarak ke fasilitas pelayanan
kesehatan meningkatkan resiko kematian pada pasien sebesar 10% dan peningkatan
tiap 10 menit waktu tempuh meningkatkan resiko kematian pada pasien sebesar 7%
(Jones et al dalam Nicholl et al, 2007).
Dalam menilai aksesibilitas pelayanan kesehatan gawat darurat dapat dilakukan
dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem informasi geografis
(SIG) adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak,
sumberdaya manusia, dan data yang saling terintegrasi untuk memasukkan,
menyimpan, memperbaiki, memperbarui, mengelola, memanipulasi, menganalisis,
menginterpetasikan dan menampilkan data dalam suatu informasi visual berbasis
geografis (Bappeda Prov. NTB, 2012). Sistem ini sering digunakan untuk mengukur
atau memperkirakan jarak pasien ke fasilitas kesehatan atau akses terhadap pelayanan
3
kesehatan (Jones et al, 2010). Menurut Alharbi (2015), SIG dapat menjadi alat yang
informatif dalam manajemen kegawatdaruratan.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk menerapkan SIG dalam
menganalisis aksesibilitas pelayanan kesehatan gawat darurat berdasarkan daerah
rawan kecelakaan di Kota Denpasar tahun 2015. Pemanfaatan aplikasi SIG ini
diharapkan dapat menjadi alat bantu untuk pemantauan, analisis masalah, dan bahan
pertimbangan dalam perencanaan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan gawat
darurat terkait kejadian kecelakaan lalu lintas di Kota Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun masalah yang ditemukan adalah
tingginya angka kecelakaan lalu lintas di Kota Denpasar, dimana korban kecelakaan
lalu lintas perlu memperoleh penanganan kesehatan yang cepat dan tepat. Sedangkan,
tidak semua fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Denpasar mampu memberikan
pelayanan kesehatan gawat darurat selama 24 jam sehingga perlu dilakukan analisis
untuk menilai aksesibilitas pelayanan kesehatan gawat darurat berdasarkan daerah
rawan kecelakaan di Kota Denpasar.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam memetakan dan
mengidentifikasi daerah-daerah rawan kecelakaan di Kota Denpasar tahun 2015?
2. Bagaimana penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk melihat persebaran
fasilitas pelayanan kesehatan gawat darurat di Kota Denpasar?
4
3. Bagaimana penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menilai akses
terkait jarak dari daerah rawan kecelakan ke fasilitas pelayanan kesehatan gawat
darurat 24 jam?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menganalisis aksesibilitas
pelayanan kesehatan gawat darurat berdasarkan daerah-daerah rawan kecelakaan di
Kota Denpasar tahun 2015.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Menerapkan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk memetakan dan
mengidentifikasi daerah rawan kecelakaan di Kota Denpasar tahun 2015.
2. Menerapkan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk melihat persebaran
fasilitas pelayanan kesehatan gawat darurat di Kota Denpasar.
3. Menerapkan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menilai akses terkait
jarak dari daerah rawan kecelakan ke fasilitas pelayanan kesehatan gawat
darurat 24 jam.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini, yaitu:
1. Menghasilkan peta dasar yang dapat digunakan untuk mengetahui gambaran
masalah atau kejadian kecelakaan di Kota Denpasar.
5
2. Menghasilkan peta persebaran fasilitas pelayanan kesehatan gawat darurat
untuk menilai aksesibilitas dan ketersedian fasilitas kesehatan untuk
melakukan penanganan terhadap korban kecelakaan.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan, mempermudah
pelaksanaan pemantauan, perencanaan, intervensi dan persiapan dalam
penanganan keadaan gawat darurat.
1.5.2 Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah:
1. Sebagai sumbangan pengetahuan khususnya terkait penerapan sistem
informasi geografis dalam menganalisis aksesibilitas fasilitas pelayanan
kesehatan gawat darurat berdasarkan daerah-daerah rawan kecelakaan.
2. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan penelitian ilmiah terkait dengan
kejadian kecelakaan berbasis kondisi wilayah dengan menggunakan sistem
informasi geografis.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah penerapan Sistem Informasi
Geografis (SIG) dalam menganalisis aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan gawat
darurat berdasarkan daerah rawan kecelakaan di Kota Denpasar tahun 2015.