bab i pendahuluan latar belakang masalah tourism is...

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tourism is everything and everything is tourismKutipan di atas merupakan ungkapan mengenai pariwisata yang dikemukakan oleh Ian Munt (dalam Mandia,2008), yang menunjukkan pariwisata merupakan sebuah aktivitas yang sangat penting pada saat ini. Istilah tersebut muncul karena industri pariwisata saat ini tidak mempunyai suatu batasan yang jelas karena menjadi salah satu industri besar di dunia. Industri pariwisata merupakan salah satu jenis industri yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam menyediakan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya (Pendit, 1999:35). Pariwisata saat ini dapat dikatakan sebagai gaya hidup (life style) dan menjadi aktivitas yang wajib bagi masyarakat modern untuk menghilangkan penat serta stress dari rutinitas mereka sehari-hari. Istilah pariwisata di Indonesia sendiri muncul pada awal tahun 1960-an untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan. Maksud dari pariwisata tersebut bukan untuk menetap atau mencari nafkah, melainkan untuk bersenang-senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau waktu libur serta tujuan-tujuan lainnya. Menurut Bull (dalam Sukarsa, 1999), pariwisata adalah aktivitas manusia yang

Upload: vuongnhan

Post on 02-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Tourism is everything and everything is tourism”

Kutipan di atas merupakan ungkapan mengenai pariwisata yang

dikemukakan oleh Ian Munt (dalam Mandia,2008), yang menunjukkan pariwisata

merupakan sebuah aktivitas yang sangat penting pada saat ini. Istilah tersebut

muncul karena industri pariwisata saat ini tidak mempunyai suatu batasan yang

jelas karena menjadi salah satu industri besar di dunia. Industri pariwisata

merupakan salah satu jenis industri yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi

secara cepat dalam menyediakan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar

hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya (Pendit, 1999:35).

Pariwisata saat ini dapat dikatakan sebagai gaya hidup (life style) dan menjadi

aktivitas yang wajib bagi masyarakat modern untuk menghilangkan penat serta

stress dari rutinitas mereka sehari-hari.

Istilah pariwisata di Indonesia sendiri muncul pada awal tahun 1960-an

untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah aktivitas

perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke

daerah tujuan. Maksud dari pariwisata tersebut bukan untuk menetap atau mencari

nafkah, melainkan untuk bersenang-senang, memenuhi rasa ingin tahu,

menghabiskan waktu senggang atau waktu libur serta tujuan-tujuan lainnya.

Menurut Bull (dalam Sukarsa, 1999), pariwisata adalah aktivitas manusia yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

mencakup tingkah laku manusia, penggunaan sumber daya dan berinteraksi

dengan masyarakat, ekonomi dan lingkungan. Aktivitas yang dimaksud dapat

berupa menikmati sinar matahari di pantai (berjemur), indahnya panorama

pegunungan, laut, sungai, danau, memancing, snorkeling, diving, hiking, berburu,

melihat keunikan budaya lokal dan sebagainya. Dalam UU No.10/2009 tentang

kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam

kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Orang

yang melakukan kegiatan wisata disebut dengan wisatawan.

Menurut tujuannya, kegiatan wisata dibedakan menjadi lima.

Kelimabentuk wisata tersebut adalah wisata budaya, wisata religi, wisata

kesehatan, MICE (meeting, insentive, conference, and exibihition), wisata kuliner,

dan ekowisata. Wisata budaya adalah wisata yang menggunakan budaya sebagai

obyeknya. Wisata budaya dapat dikemas menjadi suatu paket wisata, yang mana

kita sering mendengar istilah desa wisata akhir-akhir ini. Desa wisata menjadi

salah satu contoh dari wisata budaya. Wisata religi adalah jenis pariwisata yang

bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan batin atau rohani guna memperkuat iman

manusia,seperti berziarah ke tempat keramat, sakral, umroh dan lainnya. Wisata

kesehatan adalah kegiatan wisata yang bertujuan untuk menyembuhkan suatu

penyakit atau membuat tubuh menjadi rileks atau santai, Spa dapat dikatakan

menjadi wisata kesehatan akhir-akhir ini. Ekowisata adalah kegiatan wisata yang

bertujuan untuk konservasi. Sedangkan wisata MICE adalah usaha jasakonvensi,

perjalanan insentif, dan pameranmerupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa

Page 3: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan,

cendikiawan, dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan

dengan kepentingan bersama.

Berbeda dengan jenis-jenis wisata tersebut, perkembangan ekowisata

semakin populer dewasa ini. Seiring dengan trend go green ataupun adanya

climate change, ekowisata diharapkan menjadi wisata yang ramah lingkungan.

Ekowisata adalah konsep yang mengkombinasikan kepentingan industri

kepariwisataan dengan para pecinta lingkungan. Menurut The International

Ecotourism Society, ekowisata merupakan pariwisata bertanggung jawab yang

dilakukan pada tempat-tempat alami, serta memberikan kontribusi terhadap

kelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat (Page dan

Dowling, 2002). Ekowisata memanfaatkan sumber-sumber alam atau daerah yang

relatif belum berkembang dengan mempromosikan konservasi alam dan

memberikan dampak sesedikit mungkin terhadap lingkungan serta manfaat

ekonomi bagi masyarakat setempat (Ceballos-Lascurain,1996 dalam Ernawati

2006). Ekowisata berpijak pada sistem biologi yang berfungsi secara sempurna

meliputi flora dan fauna yang secara nyata menjadi daya tarik dari wisatawan.

Ekowisata saat ini terus mengalami perkembangan di Indonesia. Banyak

daerah di Indonesia mulai mengembangkan ekowisata. Berbagai alasan muncul

terkait pengembangan ekowisata, salah satunya adalah mencegah kerusakan alam

yang diakibatkan oleh eksploitasi berlebihan dengan adanya pariwisata terutama

pariwisata massal. “Carrying capacity” atau kemampuan suatu tempat untuk

menerima kunjungan pada suatu waktu, merupakan dampak buruk dari sebuah

Page 4: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

industri pariwisata terhadap alam. Jumlah pengunjung yang sangat banyak pada

satu sisi mendatangkan keuntungan dalam segi ekonomis, namun di satu sisi lain

juga menyebabkan kerugian dan permasalahan.

Lereng Gunung Lawu merupakan salah satu contohnya. Lereng Gunung

Lawu dulunya merupakan hamparan padang bunga Edelweiss. Saat ini telah

mengalami kerusakan yang serius, sehingga ekosistem di sekitarnya ikut

terganggu (Ernawati, 2006). Contoh lain adalah Pulau Sempu atau pantai Segara

Anakan yang berada di daerah Malang Selatan. Pulau Sempu merupakan salah

satu primadona wisata di Kota Malang dikarenakan keindahan alamnya yang unik.

Sayangnya, saat ini mengalami kerusakan lingkungan dengan adanya peningkatan

wisatawan yang datang untuk berkunjung. Kerusakan-kerusakan lingkungan yang

terjadi seperti karang lunak yang terinjak oleh pengunjung saat mengeksplorasi,

tumpukan sampah-sampah serta kotoran yang sengaja ditinggalkan oleh

wisatawan, kurangnya kesadaran akan kebersihan, dan lainnya. Pencemaran-

pencemaran terhadap air, udara, dan tanah pun tidak dapat dihindari.

Ekowisata di Indonesia mulai serius dikembangkan pada tahun 1990-an

dengan dibangunnya daerah wisata yang berlandaskan alam. Pada tahun 2002,

pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai Tahun Ekowisata Indonesia

(Hakim, 2004:58). Salah satu contoh pengembangan ekowisata di Indonesia

adalah Pulau Bali. Bali sampai saat ini merupakan ikon pariwisata Indonesia yang

masih menjadi daya tarik para wisatawan untuk datang berkunjung. Bali adalah

pulau yang dianugerahi sebuah kekayaan sumber daya alam, buatan, maupun

sumber daya manusiawi. Nusa Lembongan merupakan salah satu bagian dari

Page 5: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

propinsi Bali yang letaknya terpisah dari daratan Pulau Bali dan berada di sebelah

tenggara Pulau Bali. Nusa Lembongan yang secara administratif terletak di

Kabupaten Klungkung terdiri dari dua desa, yaitu Desa Lembongan dan Desa

Jungutbatu. Keunikan dan kekayaan alam yang berada di Nusa Lembongan telah

menjadikannya sebagai salah satu tujuan wisata di Bali.

Nusa Lembongan terkenal sebagai pulau penghasil rumput laut di Bali,

dan menjadi komoditas ekspor hingga saat ini. Mayoritas masyarakatnya,

termasuk masyarakat Desa Jungutbatu bekerja sebagai petani rumput laut dan

sebagian lainnya merantau mengadu nasib ke daerah lain terutama ke Pulau Bali.

Namun sejak berkembangnya pariwisata di Desa Jungutbatu, sebagian masyarakat

lokal telah beralih dengan bekerja di sektor pariwisata. Pariwisata (ekowisata

khususnya) di Jungutbatu saat ini telah menjadi bagian dari hidup masyarakat desa

dan juga menjadi salah satu sumber ekonomi. Menurut Damanik (2005),

pariwisata memberi sumbangan secara signifikan pada perkembangan

perekonomian suatu daerah atau negara. Melalui kegiatan wisata yang menjual

keindahan objek serta kenyamanan pelayanannya, kelestarian objek wisata dan

lingkungannya diharapkan dapat terus dipertahankan. Oleh karena itu, untuk

menjadi sebuah sustainable tourism (pariwisata yang berkelanjutan) yang

memberi dampak positif untuk masyarakat lokal, diperlukan peran serta dan juga

usaha dari masyarakat lokal untuk melestarikan lingkungan alam Desa Jungutbatu

sebagai nilai jual ekowisata.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

B. Tinjauan Pustaka

Indonesia merupakan Negara yang berada di daerah tropis memiliki

kurang lebih 17 ribu pulau. Kekayaan alam Indonesia sangat berpotensi untuk

kegiatan pariwisata khususnya ekowisata. Pemanfaatan pulau-pulau kecil di

Indonesia untuk kegiatan ekowisata perlu dilakukan sebab di pulau-pulau kecil

tersebut tersebut terdapat beragam ekosistem yang saling berkaitan erat, seperti

padang lamun, terumbu karang dan hutan mangrove. Pembangunan pariwisata

dewasa ini ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan dari

masyarakat lokal daerah wisata tersebut.

Ekowisata yang merupakan salah satu dari bentuk pariwisata, dewasa ini

mengalami perkembangan yang pesat. Hasil penelitian atau kajian-kajian

mengenai ekowisata sebagai wisata alternatif dan masyarakat lokal sebagai

penjaga kelestariannya banyak ditemukan, dikarenakan berkembangnya industri

pariwisata dewasa ini. Penelitian yang dilakukan oleh Hendrikus pada tahun 2010

di Pulau Komodo menemukan bahwa diperlukan kerja sama antara semua pihak

termasuk masyarakat lokal untuk menjaga kelestarian Komodo yang merupakan

nilai jual dari pulau tersebut. Pulau Komodo merupakan pulau yang memilki

kekayaan flora maupun fauna. Dalam skala internasional, Taman Nasional (TN)

Komodo ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Internasional dan Pusaka Warisan

Dunia. Sesuai dengan namanya, TN Komodo menjadi daerah konservasi hewan

endemik Indonesia yaitu Komodo. Untuk menjaga kelestariannya, terdapat aturan-

aturan yang ditetapkan. Salah satunya adalah larangan untuk berburu Rusa atau

Kerbau. Komodo berada di puncak piramida makanan dan merupakan predator

Page 7: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

utama di TN Komodo. Ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup Komodo

adalah para pemburu liar. Jika makanan utama mereka (rusa dan kerbau) habis

diburu, maka dikhawatirkan komodo pun akan ikut musnah. Untuk itu usaha yang

dilakukan saat ini adalah mengatasi pemburu liar.

Seiiring dengan meningkatnya popularitas pulau Komodo, jumlah

wisatawan yang datang berkunjung mengalami peningkatan pula. Hal tersebut

menimbulkan persoalan, antara lain kerusakan sumber daya alam, rusaknya

beberapa fasilitas pelayanan wisata dan permasalahan sampah yang terjadi

dimana-mana. Untuk itu diperlukan control dan monitoring agar kelestarian

sumber daya alam tetap terjaga dan pengalaman pengunjung juga tetap

terpelihara. Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama berkunjung, sejumlah

sarana dan prasarana telah dibangun. Beberapa fasilitas yang telah ada antara lain

Front office yang digunakan untuk melakukan registrasi, melayani pembelian tiket

serta pusat informasi awal mengenai paket-paket wisata, aturan main, sumber

daya alam yang akan dinikmati, pilihan jalur wisata yang diinginkan, dan

informasi naturalist guide yang akan mendampingi wisatawan.

Ekowisata juga tumbuh di berbagai negara, termasuk Thailand.

Pengembangan ekowisata di Thailand merupakan jalan keluar atau solusi bagi

pemerintah Thailand terhadap efek negatif mass tourism. Walaupun penelitian

yang dilakukan oleh Puspitaayu (2011) menuliskan mengenai keberhasilan

ekoturisme di Thailand, namun menurutnya peran serta masyarakat dalam

ekowisata sangat sedikit. Terdapat beberapa masyarakat lokal di Thailand yang

menolak daerahnya untuk dijadikan lokasi ekowisata. Penolakan tersebut

Page 8: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

dikarenakan masyarakat lokal tidak ingin hutan mereka diganggu. Menurut

mereka, ekowisata dapat mengakibatkan berkurangnya nilai kesakralan. Hal

tersebut tentu menjadi kontradiksi, karena keberhasilan ekowisata juga ditentukan

oleh peran serta masyarakat lokal dalam ekowisata.

Peran serta masyarakat dalam ekowisata di Taman Nasional (TN) Gunung

Leuser adalah menjadi Guide atau penunjuk jalan bagi para wisatawan yang ingin

menjelajahi hutan. Penduduk lokal terutama dari kelompok dewasa tampil sebagai

pemandu wisata dengan tarif $50/hari/orang. Keterlibatan masyarakat dalam

kegiatan ekowisata dengan tetap terpeliharanya kawasan Taman Nasional menjadi

bukti bahwa masyarakat mengambil manfaat dari kawasan konservasi

(Siburian,2008). Menurut Siburian, Balai Taman Nasional Gunung Leuser yang

seharusnya sebagai penyedia jasa pemandu memberikan kesempatan bagi

penduduk lokal untuk ikut berpartisipasi dengan syarat tidak merusak ekosistem

kawasan. Salah satu aturannya adalah cara memotong anakan pohon yang

menghalangi jalur trekking. Agar dapat terus tumbuh, anakan pohon tersebut

dipotong tidak sampai putus. Masyarakat lokal berperan sebagai barisan depan

dalam menjaga pelestarian TN Gunung Leuser dari upaya perusakan. Kerusakan

yang terjadi dapat berakibat berkurangnya wisatawan yang berarti hilangnya

sumber pendapatan ekonomi masyarakat lokal.

Heny (2013) melakukan penelitian mengenai partisipasi masyarakat lokal

pada tiga desa wisata yang berada di Tabanan, Bali. ketiga desa wisata tersebut

antara lain Desa Candikuning, Desa Kukuh dan Desa Jatiluwih. Hasil

penelitiannya menunjukkan jika masyarakat lokal hanya sebagai objek saja, dan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

bukan sebagai subjek dari pengembangan desa wisata di wilayahnya. Tingkat

paritisipasi masyarakat lokal pada ketiga desa tersebut tergolong sedang. Antara

masyarakat yang terkait langsung dengan kegiatan pariwisata dan yang tidak,

tampak tidak berbeda secara signifikan. Lebih lanjut, Heny menyebutkan jika

partisipasi yang terjadi adalah partisipasi semu. Dikatakan semu karena masyarkat

berpartisipasi pada tahap pelaksanaannya saja, berupa pemanfaatan peluang kerja

dan memperoleh pendidikan serta latihan. Keterlibatan masyarakat dalam

pengambilan keputusan, pengawasan, dan kewenangan adalah rendah. Akses dan

hak masyarakat dalam menyampaikan usulan, dan tuntutan juga rendah.

Potensi ekowisata hutan mangrove di Nusa Lembongan telah diteliti oleh

Yuanike1. Penelitian tersebut dilakukannya pada tahun 2003 di Desa Lembongan

dan Desa Jungutbatu. Aktivitas kepariwisataan di Nusa Lembongan mulai

berkembang dengan ditetapkannya Nusa Lembongan sebagai salah satu dari 21

tujuan wisata di Bali. Penetapan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Gubernur

Nomor 528 Tahun 1993, dengan obyek wisata yang memanfaatkan keindahan

alam laut dan bawah air (Suharnoto, 2000 dalam Yuanike, 2003).

Hutan mangrove yang berada di Nusa Lembongan memiliki arti yang

sangat penting. Mengingat fungsi ekologisnya sebagai pendukung produktivitas

perairan di sekitar kawasan Nusa Lembongan, dan juga mendukung kehidupan

satwa liar serta masyarakat di sekitar kawasan (Yuanike, 2003). Oleh karena itu

diperlukan suatu perencanaan pengembangan wisata alam yang dipadukan dengan

1Yuanike, Kajian Pengembangan Ekowisata Mangrove dan Partisipasi Masyarakat di Kawasan Nusa Lembongan Bali , Tesis, Bogor:Institut Pertanian Bogor, 2003.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

upaya pelestarian hutan mangrove dan pengembangan pembangunan di bidang

pariwisata.

Alasan wisatawan datang berkunjung ke Nusa Lembongan dikarenakan

keindahan alam yang masih alami, penduduk lokal yang ramah, dan bersahabat.

Sebagian dari wisatawan menyatakan bahwa pulau ini unik karena kawasan ini

tetap mempertahankan budayanya dan belum terkena imbas pariwisata. Mayoritas

masyarakat Nusa lembongan menyatakan setuju dengan adanya ekowisata

Mangrove karena terciptanya lapangan kerja yang baru dan tentunya menambah

pendapatan mereka serta meningkatkan taraf hidup mereka. Mereka menyambut

positif adanya pengembangan ekowisata di pulau mereka.

Namun, penelitian yang dilakukan oleh Yuanike tidak menyentuh aspek

nilai-nilai kebudayaan yang dianut oleh masyarakat desa serta mengenai perilaku

masyarakat sehari-hari terhadap lingkungan desa mereka. Mayoritas masyarakat

Desa Jungutbatu beragama Hindu seperti kebanyakan masyarakat Bali lainnya,

yang mempunyai nilai tersendiri dalam kehidupan sosial mereka. Selain itu tidak

dijelaskan pula mengenai bentuk-bentuk peraturan desa, serta hukuman bagi yang

melanggar peraturantersebut.

C. Rumusan Masalah

Lingkungan dalam kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan. Dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak mungkin lepas dari lingkungan

dimana dia tinggal. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia berusaha untuk

mengolah, serta mengeksploitasi sumber daya alam lingkungannya. Menurut

Page 11: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

Awang (2002), terdapat dua cara pemanfaatan lingkungan yaitu sumber daya yang

dikelola dan dimanfaatkan dengan cenderung merusak ekosistem, dan sumber

daya alam yang dimanfaatkan serta dikelola secara arif dengan menjaga serta

melestarikannya. Pemanfaatan lingkungan secara arif tentu akan menghasilkan

lingkungan yang tetap terjaga ekosistemnya. Antara manusia dengan alam

memiliki sebuah titik temu dalam usaha memanfaatkan lingkungan secara bijak.

Manusia mengambil manfaat dari sumber daya alam, namun juga memeliharanya.

Sehingga antara keduanya terjadi simbiosis mutualisme atau hubungan yang

saling menguntungkan.

Ekowisata merupakan salah satu bentuk pariwista yang tidak bisa lepas

dari lingkungan alam. Berdasarkan klasifikasi pariwisata dalam latar belakang

masalah di atas, ekowisata merupakan salah satu bentuk dari pariwisata

berkelanjutan (sustainable tourism). Pelaksanaan ekowisata memerlukan

perencanaan dan persiapan matang agar tidak mendatangkan kerugian. Hal itu

mengingat karena pada dasarnya ekowisata membuka peluang bagi para

wisatawan untuk memasuki kawasan yang dilindungi, yang selama ini jarang

dijamah oleh tangan-tangan manusia.

Ekowisata juga menjadi aktivitas ekonomi penting yang memberikan

kesempatan kepada wisatawan untuk mendapatkan pengalaman mengenai alam

dan budaya. Bertujuan untuk dipelajari dan memahami betapa pentingnya

konservasi keanekaragaman hayati serta budaya lokal. Pada saat yang sama

ekowisata dapat memberikan pemasukanuntuk kegiatan konservasi dan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

keuntungan ekonomi pada masyarakat lokal yang tinggal di sekitar lokasi

ekowisata.

Kehidupan masyarakat Desa Jungutbatu tidak dapat dipisahkan dari

pariwisata. Pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung pariwisata

masih terus dilakukan. Dari data tersebut dapat terlihat jika masyarakat sangat

menggantungkan hidupnya pada sektor pariwisata. Secara tidak langsung,

pariwisata memberikan makna bagi masyarakat Desa Jungutbatu. Untuk

kelangsungan kegiatan pariwisata di Desa Jungutbatu agar terus bertahan dalam

jangka waktu yang lama, diperlukan sebuah langkah-langkah dan dukungan dari

masyarakat lokal untuk menjaga alam agar tetap lestari. Berdasarkan hal-hal

tersebut, maka muncul pertanyaan penelitian

1. Nilai-nilai apa yang dianut masyarakat lokalterhadap lingkungannya?

2. Bagaimana nilai tersebut tampak pada perilaku sehari-hari masyarakat

terhadap lingkungannya?

3. Bagaimana partisipasi masyarakat lokal Desa Jungutbatu dalam

menjaga kelestarian alam yang merupakan bagian dari ekowisata yang

ada di wilayahnya?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk melihat partisipasi

masyarakat lokal dalam menjaga kelestarian lingkungan di tengah industri

pariwisata (ekowisata khususnya) yang berkembang di desanya sesuai dengan

perspektif dari masyarakat lokal. Dimana terdapat nilai-nilai lokal yang hidup di

tengah masyarakat yang digunakan sebagai pedoman hidup mereka dalam

Page 13: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

berperilaku sehari-hari. Selain itu juga, diharapkan hasil penelitian ini mampu

menambah kajian secara akademis dalam bidang antropologi budaya.

Lebih lanjut, dalam bidang akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah referensi, informasi, dan wawasan bagi para pembaca. Minimal dapat

menjadi titik awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

E. Landasan Teori

Ekowisata mulai banyak dilakukan sejak dimulainya pertemuan di Rio De

Janeiro bulan Juni tahun 1992. Ekowisata muncul disebabkan adanya keprihatinan

terhadap kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan wisata. Seperti

yang telah diungkapkan sebelumnya, ekowisata adalah pariwisata bertanggung

jawab yang dilakukan pada tempat-tempat alami, serta memberikan kontribusi

terhadap kelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat

(dalam Page dan Dowling, 2002).Lebih lanjut, tujuan utama dari ekowisata adalah

mempelajari, mengagumi, dan menikmati pemandangan alam (lanskap) serta

kekayaan hayati yang ada di dalamnya, seperti hewan, tumbuhan, budaya lokal

yang ada di sekitar kawasan. (Honey, 1999 dalam Hakim, 2004).

Ekowisata berbeda dengan wisata alam (nature tourism). Walaupun wisata

alam mempunyai sisi strategis sebagai entry point untuk memahami ekowisata

karena keduanya berhubungan dengan alam. Nature tourism diartikan sebagai

kegiatan wisata ke tempat-tempat alamiah yang umumnya diikuti juga dengan

kegiatan fisik dari wisatawan tanpa memperhatikan kelestarian atau konservasi

alam tersebut. Wearing dan Neil (1999) menyatakan bahwa ide-ide ekowisata

Page 14: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

berkaitan dengan wisata yang diharapkan dapat mendukung konservasi

lingkungan hidup (Hakim, 2004). Oleh karena itu, ekowisata berbeda dengan

wisata lainnya. Perbedaan tersebut terlihat dari sifat ekowisata yang dikondisikan

untuk mendukung kegiatan konservasi. Definisi ekowisata pun selalu

memfokuskan pada pariwisata yang bertanggung jawab.

Perubahan tren pariwisata dari mass tourism menjadi alternative tourism

disebabkan karena dalam beberapa segi memunculkan dampak-dampak negatif.

Menurut Putra (2007), indikasi-indikasi negatif yang disebabkan dalam

pengembangan mass tourism antara lain, yaitu (1) Eksploitasi yang berlebihan

terhadap daerah wisata sehingga dikhawatirkan tidak akan bertahan lama (over

exploitation of tourism resources), (2) kepadatan yang berlebihan (over crowded),

(3) pengembangan yang terlalu berlebihan (over development), (4) pengembangan

pariwisata yang berorientasi pada manfaat ekonomi jangka pendek dan menengah

saja. Selanjutnya menurut Choy dan Heillbronn (dalam Ahimsa-Putra, 2007)

terdapat lima prinsip utama ekowisata, ialah (a) Lingkungan: ekoturisme

bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relatif belum terganggu atau

tercemar, (b) masyarakat: ekoturisme harus dapat memberi manfaat ekologi,

sosial, dan ekonomi secara langsung pada masyarakat, (c) pendidikan dan

pengalaman: ekoturisme harus dapat meningkatkan pemahaman masyarakat akan

lingkungan alam dan budaya, (d) berkelanjutan: ekoturisme dapat memberikan

sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi lingkungan jangka pendek maupun

jangka panjang, (e) manajemen: ekoturisme harus dikelola dengan baik dan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

menjamin sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk

peningkatan kesejahteraan sekarang maupun untuk generasi yang akan datang.

Alam atau lingkungan merupakan sebuah ekosistem yang di dalamnya

terdapat berbagai bagian atau unsur-unsur pembentuk yang saling berkaitan dan

saling tergantung sehingga terdapat hubungan timbal balik antar bagian dan

keseluruhan (Daeng, 2008). Manusia merupakan makhluk yang berbudaya,

sehingga memiliki pemikiran untuk dapat mempertahankan hidupnya di tengah

lingkungannya.

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan etnoekologi, yang nantinya

diharapkan dapat mempelajari tingkah laku manusia dalam berbagai aktivitas

mereka yang berhubungan dengan lingkungan. Menurut Ahimsa-Putra (1994),

bahwa kelompok-kelompok masyarakat atau komunitas masyarakat dengan

budaya yang berbeda akan melihat dan memahami dunia mereka secara berbeda

sebagai akibat dari berbagai aspek sosial, budaya, sejarah, kondisi lingkungan dan

pengalaman. Tujuan dari metode etnoekologi adalah untuk menggambarkan

lingkungan menurut sudut pandang dari masyarakat lokal (emik). Asumsi dasar

dari etnoekologi adalah bahwa lingkungan atau lingkungan efektif bersifat

kultural yang disebabkan oleh obyek yang sama dapat dipahami secara berbeda

oleh orang yang memiliki latar-belakang budaya yang berlainan (Ahimsa, 1994).

Lebih lanjut, dalam pendekatan etnoekologi, lingkungan dikatakan efektif

apabila lingkungan tersebut memiliki pengaruh bagi pembentukan perilaku

manusia, serta memiliki sifat kultural. Lingkungan mengalami penafsiran melalui

Page 16: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

sistem pengetahuan dan nilai tertentu. Dalam memahami lingkungan, peneliti

harus mengungkapkan taksonomi-taksonomi, klasifikasi-klasifikasi dalam bahasa

atau istilah lokal. Hal tersebut dikarenakan dalam bahasa atau istilah lokal

terkandung ide-ide atau pernyataan masyarakat yang diteliti mengenai

lingkungannya. Klasifikasi ini penting untuk mendapatkan etnoekologi

masyarakat yang diteliti yang kemudian dibentuk aturan-aturan perilaku terhadap

lingkungan yang dianggap tepat. Melalui pendekatan etnoekologi, diharapkan

mampu melihat perilaku masyarakat Desa Jungut Batu dalam aktivitas mereka

yang berkaitan dengan lingkungan.

Untuk mengetahui bagaimana persepsi, perilaku serta partisipasi

masyarakat lokal Desa Jungutbatu dalam hal menjaga lingkungan terkait dengan

adanya ekowisata di desanya, maka peneliti menggunakan teori yang berkaitan

dengan permasalahan tersebut.

1. Nilai dan Perilaku

Mayoritas masyarakat Desa Jungutbatu beragama Hindu (Yuanike,2003).

Nilai-nilai Hindu yang ada pada masyarakat Desa Jungutbatu merupakan

pedoman hidup masyarakat sehari-hari. Nilai adalah semua pandangan mengenai

soal-soal yang paling berharga dan bernilai dalam hidup (Daeng, 2008:46).

Menurut Koentjaraningrat (1990) sistem nilai budaya merupakan konsepsi abstrak

yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai apa yang

dianggap tidak berharga atau remeh. Nilai akan mengacu pada persepsi atau

pandangan masyarakat. Sistem nilai menjiwai semua pedoman tingkah laku

Page 17: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

pendukung kebudayaan tersebut. Pedoman tingkah laku itu adalah sistem

normanya, adat istiadat, aturan etika, aturan moral, adat istiadat, aturan sopan

santun, pandangan hidup serta ideologi pribadi.

Dalam ajaran agama Hindu, dikenal sebuah konsep yang disebut dengan

Tri Hita Karana. Tri Hita Karana merupakan konsep bagaimana manusia harus

bersikap pada tiga hal agar hidupnya sejahtera (Agastia, 2007). Ketiga hal tersebut

adalah hubungan manusia dengan manusia (pawongan), manusia dengan alam

sekelilingnya (palemahan), dan manusia dengan ketuhanan (parahyangan). Yang

diantara ketiganya saling terkait, harmonis, dan seimbang antara satu dengan

lainnya. Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan alam dan

sosial budaya bersifat fungsional (Supartha, 2007).

Unsur Parahyangan adalah berkaitan dengan pemujaan terhadap Tuhan

YME. Berkenaan dengan unsur parahyangan tersebut disimbolkan dengan adanya

tempat suci atau pura sebagai tempat pemujaan, serta upacara-upacara adat. Unsur

Pawongan merupakan hubungan antara manusia dengan manusia. Sifat yang

menonjol dalam pawongan tercermin dari solidaritas yang tinggi, gotong royong,

dan rasa kebersamaan yang dilandasi oleh Tat Twam Asi. Tat Twam Asi dalam

ajaran agama Hindu mengajarkan kesusilaan tanpa batas (Parisada Hindu Dharma,

dalam Suwena,1998). Nilai-nilai tersebut baik secara langsung maupun tidak

langsung mempertebal rasa memiliki, keintiman, kebersamaan dan kepedulian.

Unsur Palemahan berarti alam lingkungan di sekitar masyarakat.

Masyarakat Bali percaya jika lingkungan alam harus diperlakukan dengan hormat.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

Seperti halnya warga subak yang memandang alam pertanian mereka sebagai

Bhuana Agung atau alam semesta yang menjadi sumber kehidupan bagi petani

(Suwena, 1998). Sehingga untuk mengolahnya, diadakan upacara-upacara terlebih

dahulu. Pelaksanaan upacara-upacara baik individual maupun kolektif di area

subak menimbulkan kesakralan pada area tersebut. Hubungan-hubungan tersebut

bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem alam, dan manusia guna

mencapai kesejahteraan berkelanjutan secara harmonis.

Tri Hita Karana mengidentifikasikan norma, nilai, aturan yang harus

diataati. Dalam alam semesta semua sederajat, yang berarti manusia harus

menghormati alam dan semua unsur di dalamnya. Ketiga hal tersebut berkaitan

satu dengan lainnya sehingga membentuk sebuah sistem dan dijadikan pedoman

hidup masyarakat Bali khususnya termasuk dalam kegiatan pariwisata. Dalam

perspektif Tri Hita Karana, pariwisata seharusnya memperkuat budaya Bali. Hal

tersebut dikarenakan azas dasar dari pariwisata adalah keunikan serta kekhasan

budaya maupun alamnya. Kebudayaan dan alam adalah dua mata sisi dari uang

(Agastia, 2007). Konsep tersebut tegambar secara jelas pada Tri Hita Karana,

oleh karena itu diperlukan sebuah pengembangan pariwisata jangka panjang.

Nilai budaya merupakan bagian atau berada dalam sistem ide, gagasan.

Nilai budaya merupakan salah satu dari tiga wujud kebudayaan. Ketiga wujud

kebudayaan antara lain : (1) wujud kebudayaan sebagai suatu sistem gagasan atau

ide, (2) wujud kebudayaan sebagai perilaku yang berpola, dan (3) wujud

kebudayaan sebagai sekumpulan benda atau artifacts (Daeng, 2008:46). Tingkah

laku atau pola kelakuan juga merupakan bagian dari salah satu wujud kebudayaan.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

Pola kelakuan atau disebut dengan sistem sosial atau social system, merupakan

tindakan berpola dari manusia. Sistem sosial ini berisi berbagai kegiatan manusia,

berhubungan, berinteraksi ataupun bergaul antara satu dengan lainnya.

Interaksi pada manusia diatur dan ditata oleh suatu sistem budaya, selain

itu juga interaksi tersebut dibudayakan menjadi pranata-pranata oleh nilai-nilai

tersebut (Koentjaraningrat, 1990:222). Budaya diturunkan dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Dalam sebuah masyarakat, anggotanya menggunakan sistem

makna yang kompleks untuk mengatur tingkah laku mereka, memahami tingkah

laku mereka dan orang lain serta memahami dunia dimana mereka hidup

(Spradley,1997). Menurut Ruth Benedict, kebudayaan adalah pola-pola pemikiran

serta tindakan tertentu yang terungkap dalam aktivitas (Daeng,2008). Lebih lanjut

Awang (2002) mengungkapkan nilai yang menjadi pedoman atau mempengaruhi

perilaku masyarakat dalam memanfaatkan serta mengelola alamnya mengandung

sebuah kearifan lokal terhadap kelestarian lingkungan atau ekosistem.

2. Partisipasi

Partipasi merupakan suatu bentuk interaksi sosial dalam kehidupan

masyarakat. Menurut Webster (1966, dalam Yuanike,2003), partisipasi adalah

kegiatan atau pernyataan untuk ikut mengambil bagian dalam suatu kegiatan dan

kerjasama dalam suatu hubungan yang saling menguntungkan. Pengertian dari

beberapa ahli lainnya mengaitkan dengan pembangunan, maka partisipasi adalah

upaya peran serta masyarakat dalam pembangunan tersebut. Sumarto (2009)

menyebutkan, Partisipasi masyarakat dalam governance adalah keterlibatan warga

Page 20: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

dalam pembuatan keputusan mengenai penggunaan sumber daya publik dan

pemecahan masalah publik untuk pembangunann daerahnya.

Partisipasi masyarakat sangatlah mutlak demi keberhasilan sebuah

pembangunan. Tanpa adanya partisipasi masyarakat, pembangunan kurang atau

bahkan tidak akan berhasil. Menurut Wardojo (1992), partisipasi adalah

keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk kegiatan maupun pernyataan.

Keikutsertaan tersebut trerbentuk sebagai akibat terjadinya interaksi sosial antar

individu atau kelompok masyarakat yang lain dalam pembangunan.

Terdapat dua jenis partisipasi yang ada di masyarakat menurut Soetrisno

(1995, dalam Yuanike,2003). Pertama adalah partisipasi masyarakat dalam

pembangunan diartikan sebagai dukungan masyarakat terhadap proyek

pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh pihak perencana.

Tinggi rendahnya partisipasi masyarakat diukur oleh kemauan masyarakat untuk

ikut menanggung biaya pembangunan, baik uang ataupun tenaga. Kedua adalah

partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kerja sama yang erat

antara perencana dan masyarakat dalam merencanakan, melestarikan, dan

mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Tinggi rendahnya tingkat

partisipasi masyarakat tidak diukur dengan kemauan masyarakat untuk

menangung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak masyarakat

untuk menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di daerah mereka.

Ukuran lain yang dipakai adalah ada tidaknya kemauan masyarakat untuk

secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek. Tujuan dasar dari

Page 21: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

partisipasi masyarakat adalah mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan hidup dan pembangunan negara serta membantu pemerintah untuk

dapat mengambil kebijaksanaan dan keputusan yang lebih baik.

Partisipasi menuntut adanya keikutsertaan seseorang atau kelompok dalam

suatu kegiatan. Keikutsertaan tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak

langsung. Keterlibatan secara langsung misalnya ikut terjun langsung

melaksanakan suatu kegiatan (fisik terlihat), sedangkan keterlibatan secara tidak

langsung dapat berarti secara fisik tidak terlihat, namun memberikan bantuan

seperti material atau sumbangan pikiran dalam kegiatan tersebut. Menurut

Tjokroamidjojo (1990), partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat

dibedakan menjadi tiga tahapan antara lain:

1. Keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi, dan kebijakan dalam perencanaan.

2. Keterlibatan dalam memikul beban dan bertanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan

3. Keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan.

Menurut Ying (2005, dalam Madiun, 2010), partisipasi masyarakat dalam

pariwisata dapat dilihat dalam dua perspektif, yaitu dalam hal proses pengambilan

keputusan, serta dalam hal pembagian keuntungan pariwisata. Partisipasi

masyarakat lokal dalam pariwisata dipahami atau dimaksudkan sebagai cara untuk

meningkatkan pendapatan, kesempatan kerja, dan pendidikan untuk masyarakat

lokal.

Tosun (2004, dalam Madiun, 2010), mengembangkan tipologi partisipasi

masyarakat menjadi tiga bagian utama. Ketiga bagian utama itu antara lain

Page 22: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

partisipasi masyarakat secara spontan (spontaneous participation), partisipasi

masyarakat karena adanya kekerasan atau paksaan (coercive participation), dan

partisipasi masyarakat karena terdorong untuk melakukannya (induced

participation).

Partisipasi spontan (Spontaneous Participation) merupakan partisipasi

masyarakat lokal secara langsung dalam proses perencanan, pengambilan

keputusan, pelaksaan, dan pengawasan terhadap sebuah pembangunan di daerah

mereka. Partisipasi masyarakat karena adanya kekerasan atau paksaan (coercive

participation) merupakan bentuk partisipasi yang dimanipulasi dan diakali

sebagai pengganti partisipasi yang lama. Tujuan dari partisipasi ini adalah untuk

memungkinkan pemegang kekuasaan mendidik atau mencerdaskan masyarakat

lokal sehingga dapat membalikkan ancaman-ancaman potensial dan nyata menjadi

masa depan pembangunan. Beberapa keputusan mungkin diambil untuk

memenuhi kebutuhan dasar dari masyarakat lokal dengan berkonsultasi terlebih

dahulu dengan sesepuh atau pemuka adat. Hal tersebut dimaksudkan agar

terhindar dari resiko yang bersifat sosio-politik. Partisipasi karena masyarakat

terdorong untuk melakukannya (induced participation) dimana masyarakat lokal

diberi kesempatan untuk mendengar dan didengar suaranya. Mereka memiliki hak

dan suara dalam proses pembangunan pariwisata. Namun terkadang suara mereka

akan kalah dengan para empunya kepentingan dan kekuasan besar, seperti

pemerintah, perusahaan besar, International Tour Operator, dan lainnya.

Masyarakat lokal hanya mendukung keputusan yang dibuat untuk mereka, namun

Page 23: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

tidak oleh mereka. Masyarakat lokal berpartisipasi dalam implementasi kebijakan,

tetapi tidak dalam proses kebijakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi anggota masyarakat untuk ikut

berpartisipasi adalah adanya kesempatan, kemampuan masyarakat, dan kemauan

masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Dengan adanya kesempatan masyarakat

untuk berpartisipasi, maka masyarakat menjadi memiliki perhatian lebih terhadap

masalah yang dihadapi di lingkungannya dan mempunyai rasa percaya diri bahwa

mereka dapat berkontribusi untuk ikut mengatasinya. Sedangkan untuk faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah pembangunan pada sebuah

masyarakat adat antara lain norma sosial, kelompok sosial, lapisan masyarakat,

lembaga-lembaga kemasyarakatan, proses sosial, perubahan sosial dan

kebudayaan serta perwujudannya (Partadinata,2004).

F. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Nusa Lembongan, tepatnya di Desa Jungutbatu,

kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali. Letak Nusa Lembongan

terpisah dengan Pulau Bali daratan, Keadaan masyarakat di Nusa Lembongan

secara umum sangatlah jauh berbeda dengan masyarakat di wilayah Bali daratan.

Penduduk Nusa Lembongan rata-rata hidup di bawah garis kemiskinan dan

pendidikan rata-rata relatif rendah (Kurnianingsih, 2008). Namun, dengan

berkembangnya patiwisata di Nusa Lembongan kehidupan masyarakat lokal desa

menjadi lebih baik.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

Terdapat dua desa di Nusa Lembongan, yaitu Desa Lembongan (Pulau

Ceningan secara administratif termasuk dalam Desa Lembongan) dan Desa

Jungutbatu. Peneliti melakukan penelitian di Desa Jungutbatu karena desa tersebut

merupakan lokasi pengembangan ekowisata. Seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, Desa Jungutbatu memiliki potensi ekowisata yang cukup banyak

berupa obyek pengamatan mangrove, terumbu karang, budidaya rumput laut.

kehidupan desa dan atraksi budaya (Yuanike,2003).

Hutan mangrove yang menjadi salah tujuan wisata di Nusa Lembongan

hanya ada di Desa Jungutbatu saja. Hutan mangrove yang berada di Desa

Lembongan luasnya lebih kecil dibanding yang berada di Desa Jungutbatu, dan

tidak dijadikan tempat wisata (tur hutan bakau). Dalam sebuah artikel di situs

TripAdvisor melalui Traveller’s choice 2013, menyebutkan jika Nusa Lembongan

menempati urutan kedua dari 10 pulau favorit Asia yang menjadi tujuan wisata

para turis2. Hal tersebut bukan saja merupakan prestasi yang sangat dibanggakan

untuk Nusa Lembongan dan masyarakatnya, tetapi juga menjadi sebuah batu

cambukan bagi masyarakat lokal untuk menjaga serta pengembangan pariwisata

yang ada di daerahnya.

2. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penelitian dilakukan dengan menggunakan metode

kualitatif. Metode ini diharapkan mampu mengungkapkan permasalahan yang

berhubungan dengan penelitian. Dalam pendekatan kualitatif, cara-cara hidup,

2 Diakses dari http://travel.detik.com/read/2013/03/26/164827/2204290/1382/10-pulau-terfavorit-di-asia-indonesia-peringkat-2-4 pada tanggal 27 Juni 2013

Page 25: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

ungkapan emosi, cara pandang dari masyarakat yang diteliti mengenai suatu

gejala dalam kehidupan mereka, digunakan sebagai data (Moleong,2006).

Pencarian data dalam penelitian ini adalah dengan observasi atau pengamatan

terhadap objek-objek yang berhubungan dengan masalah penelitian, observasi

partisipan, wawancara, dan dokumentasi.

Kunjungan awal lokasi penelitian, peneliti lakukan pada bulan November

2012, dan bulan Februari 2013 untuk mengurus perijinan di Desa Jungutbatu.

Penelitian ini mulai dilakukan pada tanggal 15 Maret 2103 sampai dengan tanggal

2 Juni 2013. Selama melakukan penelitian, peneliti tinggal di rumah salah satu

penduduk yang bernama Wayan. Rumah tersebut juga digunakan sebagai

homestay yang dikelola oleh orang tua Wayan. Antara tamu dan tuan rumah akan

berada dalam satu lingkungan rumah. Sebagai homestay, rumah tersebut

menyewakan kamar dengan harga yang lebih miring untuk para turis. Kebanyakan

yang menyewa kamar adalah turis dengan anggaran kecil (low budget). Fasilitas

yang tersedia di homestay ini tentu saja seadaanya, namun dirasakan sangat

cukup. Para turis atau tamu akan mendapatkan suasana yang lebih terasa seperti

berada di rumah sendiri dengan menginap di homestay, dibandingkan jika mereka

menginap di hotel.

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat

fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam

fenomena tersebut (Poerwandari,2005:116). Pengamatan atau observasi dilakukan

Page 26: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

di sekitar tempat ekowisata di Desa Jungutbatu untuk melihat bagaimana

kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Jungutbatu dalam menjaga

lingkungannya, serta pariwisata (ekowisata) yang ada di desa tersebut. Peneliti

membangun raport atau hubungan baik dengan masyarakat desa setempat agar

memudahkan peneliti untuk memasuki kehidupan desa serta mendapatkan data

yang dibutuhkan sesuai dengan tema penelitian.

Peneliti melakukan observasi partisipasi dengan mengikuti berbagai

kegiatan maupun upacara adat yang diadakan selama masa penelitian, seperti

Upacara Ngaben, Upacara Odalan di tiap-tiap Pura, Upacara Galungan, Upacara

Kuningan, Upacara Kajeng Kliwon, Upacara Purnama serta Upacara Tilem Bulan,

petunjukan tari Barong, memanen rumput laut, kerja bakti membersihkan pantai

bersama organisasi pemuda setempat, kerja bakti di SDN Jungutbatu 3, les tari

Bali, sangkepan (rapat desa), dan juga kegiatan-kegiatan ekowisata yang ada

seperti Snorkeling, Mangrove Tour¸ dan Surfing. Dengan mengikuti kegiatan-

kegiatan yang diadakan oleh Desa Jungutbatu, masyarakat lokal desa menjadi

mengenal dan lebih terbuka dengan kehadiran peneliti di tengah mereka. Selama

masa penelitian, peneliti merasakan penerimaan yang sangat baik dari masyarakat

desa setempat. Hal tersebut memudahkan peneliti untuk melakukan pengambilan

data.

b. Wawancara

Menurut Patton (1980:197, dalam Moleong,2005:187), wawancara dibagi

menjadi tiga yaitu (1) wawancara dengan pembicaraan informal, (2) wawancara

Page 27: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

dengan menggunakan pedoman atau petunjuk wawancara, (3) wawancara dengan

menggunakan pertanyaan baku.

Berdasarkan pembagian tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan

menggunakan pedoman atau petunjuk wawancara. Dalam hal ini peneliti

membuat suatu petunjuk atau garis besar wawancara, hal tersebut dimaksudkan

agar peneliti tidak keluar dari jalur atau fokus penelitiannya. Pedoman atau

petunjuk tersebut tidak ditanyakan secara berurutan sehingga peneliti dapat secara

bebas dan santai dalam melakukan wawancara dengan informan. Informasi yang

diberikan oleh informan haruslah yang berkaitan dengan topik yang diangkat

sehingga dapat melengkapi data yang ditemukan di lapangan. Dalam penelitian

ini, informan yang dipilih adalah yang sesuai dengan kriteria masalah penelitian

yang peneliti ambil. Informan dalampenelitian ini antara lain:

1. Aparat Desa Dinas Jungutbatu

2. Tokoh adat (desa adat) atau prajuru adat

3. Masyarakat lokal Desa Jungutbatu

Aparat desa dinas dipilih karena mengetahui keadaan Desa Jungutbatu

secara keseluruhan. Aparat desa yang terdiri dari kepala desa berserta staf-stafnya

merupakan penyelenggara pemerintah di bawah kecamatan. Informan yang dipilih

dari aparat Desa Dinas berjumlah tiga orang. Aparat Desa Dinas mempunyai

wewenang penuh untuk menjalankan tugasnya dalam melayani masyarakat,

termasuk juga dalam membentuk sebuah peraturan desa (Perdes). Peraturan desa

(Perdes) digunakan sebagai pedoman hidup masyarakat sehari-hari selain hukum

adat (awig-awig) termasuk dalam hal melestarikan atau menjaga lingkungan.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

Tokoh adat dipilih karena merupakan pemimpin masyarakat secara adat di

Desa Jungutbatu. Ketua adat atau Bandesa Adat merupakan orang yang disegani

di masyarakat, dan mempunyai peranan penting dalam sebuah pengambilan

keputusan. Baik itu keputusan dalam permasalahan yang berhubungan dengan

adat maupun keputusan untuk membentuk suatu hukum adat atau awig-awig desa.

Mereka dianggap sebagai pemimpin dan penjaga masyarakat secara adat maupun

religi. Selain wawancara dengan Bendesa Adat, peneliti juga melakukan

wawancara dengan masing-masing ketua Bago (Parahyangan, Palemahan, dan

Pawongan).

Masyarakat lokal Desa Jungubatu sebagai informan terbagi menjadi dua

bagian, yaitu (1) masyarakat yang aktif dalam kegiatan pariwisata (pelaku wisata),

(2) masyarakat yang tidak terlibat sama sekali dalam kegiatan pariwisata. Adanya

pembagian dalam masyarakat lokal tersebut dikarenakan pola pikir atau pemikiran

mereka akan berbeda dalam memaknai lingkungan, yang nantinya akan

berpengaruh pada pola perilaku sehari-hari. Masyarakat yang terlibat penuh dalam

hal ini adalah orang-orang yang hidupnya bergantung pada sektor pariwisata,

seperti guide, pengelola penyewaan peralatan snorkeling, penyelenggara tur

mangrove, pengelola hotel, restoran dan lainnya. Sedangkan masyarakat yang

tidak ikut terlibat sama sekali dengan kegiatan pariwisata atau bekerja selain di

sektor pariwisata, seperti ibu rumah tangga, petani rumput laut, pemangku adat,

guru sekolah dasar. Pembagian tersebut akan memperlihatkan bagaimana

partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisata yaitu dalam hal

menjaga lingkungan.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

Selain melakukan wawancara dengan menggunakan pedoman atau

petunjuk wawancara, peneliti juga melakukan wawancara informal dengan para

informan. Dalam kegiatan ini, diharapkan wawancara dapat berlangsung santai

dan informan dapat dengan luwes menjawab pertanyaan, sehingga informan tidak

merasakan jika mereka sedang diwawancarai. Wawancara ini lebih efektif untuk

mendapatkan data karena informan lebih terbuka dan santai dalam menjawab

pertanyaan peneliti. Pengumpulan data dengan wawancara dilakukan di berbagai

tempat, baik di rumah masing-masing informan, tempat kerja informan, di café,

maupun ketika peneliti sedang bersantai dengan mengamati aktifitas masyarakat

lokal di pinggir pantai.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah memperoleh data dengan

menggunakan peralatan bantu, yaitu kamera, peralatan tulis (buku, kertas, dan

bolpoin), serta alat perekam suara. Dengan menggunakan kamera foto diharapkan

dapat menangkap serta memberikan gambaran mengenai aktifitas-aktifitas yang

terjadi, kedaan alam, serta masyarakat desa selama penelitian. Alat tulis (buku dan

bolpoin) digunakan untuk mencatat bagian-bagian penting selama melakukan

wanwacara, dan juga pada saat melakukan observasi. Alat perekam suara

digunakan pada saat melakukan wawancara (baik secara terbuka maupun tertutup

tergantung kondisi), sehingga data yang didapat melalui wawancara dapat

tersimpan dengan baik. Sebagaipelengkap data digunakan juga data tertulis antara

lain berupa data kecamatan, data kelurahan, buku-buku, media massa, artikel dan

websiteyang terkait dengan fokus penelitian.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

3. Analisis Data dan Sistematika Penyajian

Menurut Seiddel (dalam Moleong, 2005:248), proses menganalis data

kualitatif adalah pertama mengumpulkan data lapangan, kedua mengumpulkan

serta mengklasifikasikan data yang telah didapat, dan ketiga data yang telah

diklasifikasikan tersebut dianalisis dengan tema, topik serta teori yang telah

ditentukan pada kerangka teori.

Hasil penelitian ini akan disajikan dalam enam bab, dengan sistematika

sebagai berikut. Bab I adalah pendahuluan. Dalam bab ini menjelaskan mengenai

latar belakang yang mendasari pemilihan topik penelitian, pertanyaan penelitian

yang dibahas, tujuan dan manfaat dari penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,

serta metode pemilihan. Dalam metode penelitian, dijelaskan mengenai pemilihan

lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan sistematika

penyajian hasil penelitian.

Bab II merupakan deskripsi dari lokasi penelitian. Pada bagian awal bab II

akan dijelaskan mengenai Nusa Lembongan secara umum. Selanjutnya, akan

menjelaskan mengenai deskripsi dari Desa Jungutbatu secara khusus yang

merupakan lokasi penelitian. Antara lain; sejarah terbentuknya Desa Jungutbatu,

data-data demografi desa yang berisi jumlah penduduk, tingkat pendidikan,

kesehatan, mata pencaharian sehari-hari, organisasi sosial yang ada di lingkungan

desa, serta agama dan kepercayaan masyarakat lokal .

Bab III adalah temuan data yang didapat di lokasi penelitian. Dalam bab

ini akan dijelaskan mengenai pengembangan ekowisata di Desa Jungutbatu, antara

Page 31: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tourism is ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70505/potongan/S2-2014... · untuk menggantikan kata Tourism atau Travel. Pariwisata adalah

lain sejarah munculnya ekowisata, aktifitas-aktifitas ekowisata yang ada,

Wisatawan dan turis yang datang berkunjung, fasilitas-fasilitas yang tersedia

untuk menunjang kegiatan ekowisata, serta faktor pendorong dan penghambat dari

kegiatan ekowisata.

Bab IV menjelaskan mengenai persepsi masyarakat lokal Desa Jungutbatu

terhadap lingkungannya. Antara lingkungan dengan ekowisata tidak dapat

dipisahkan. Dalam hal ini lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan

domestik (rumah) dan publik (umum). Selain mengenai persepsi masyarakat

terhadap lingkungannya juga membahas mengenai perilaku sehari-hari

masyarakat lokal.

Bab V membahas mengenai partisipasi masyarakat lokal mejaga

lingkungannya terkait adanya aktivitas ekowisata di desanya. Dalam bab ini akan

mengulas mengenai partisipasi masyarakat lokal dalam membuat sebuah

kebijakan (awig-awig), dan bentuk partisipasi masyarakat lokal Desa Jungutbatu

dalam menjaga kelestarian alamnya,terkait adanya Ekowisata di desanya.

Bab VI merupakan bab terakhir yaitu penutup yang berisi kesimpulan dari

hasil penelitian. Bab ini merupakan rangkuman dan kesimpulan dari data dan hasil

analisis yang telah dijelasakn dalam bab-bab sebelumnya.