bab i pendahuluan latar belakang masalah filebelajar merupakan suatu proses yang kompleks yang...

12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi seseorang dengan lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, dan pergaulan teman sebaya. Belajar juga merupakan kegiatan utama dalam pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah sekarang ini dituntut agar dapat melahirkan siswa-siswa yang berkualitas, bermoral, dan berprestasi. Hal ini menjadi salah satu pendorong guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, kreatif, dan tepat. Nilai yang tinggi, penghargaan dari orang lain menjadi salah satu pemicu adanya persaingan siswa dalam hal akademik. Banyak cara yang dilakukan siswa dalam mendapatkan nilai terbaik di sekolah dan penghargaan dari orang lain, antara lain dengan mengikuti proses belajar di sekolah, berlatih soal-soal, mengerjakan tugas sekolah tepat waktu, mengikuti bimbingan belajar, dan selalu belajar dengan giat. Selain dengan cara yang baik, tidak dipungkiri saat ini banyak perilaku curang yang dilakukan siswa dalam bersaing untuk mendapatkan nilai terbaik. Perilaku curang yang sering terjadi dalam mengerjakan tugas sekolah maupun ujian sekolah yaitu melihat pekerjaan teman, tanya jawaban pada teman, ataupun melihat buku saat ujian dilaksanakan. Perilaku seperti ini merupakan perilaku menyontek. Jones (2001) menyatakan bahwa upaya licik atau penipuan untuk menghindari aturan, standar,

Upload: trannguyet

Post on 13-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah fileBelajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi seseorang

dengan lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, dan pergaulan

teman sebaya. Belajar juga merupakan kegiatan utama dalam pendidikan sekolah.

Pendidikan sekolah sekarang ini dituntut agar dapat melahirkan siswa-siswa yang

berkualitas, bermoral, dan berprestasi. Hal ini menjadi salah satu pendorong guru

untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, kreatif, dan tepat. Nilai yang

tinggi, penghargaan dari orang lain menjadi salah satu pemicu adanya persaingan

siswa dalam hal akademik.

Banyak cara yang dilakukan siswa dalam mendapatkan nilai terbaik di

sekolah dan penghargaan dari orang lain, antara lain dengan mengikuti proses

belajar di sekolah, berlatih soal-soal, mengerjakan tugas sekolah tepat waktu,

mengikuti bimbingan belajar, dan selalu belajar dengan giat. Selain dengan cara

yang baik, tidak dipungkiri saat ini banyak perilaku curang yang dilakukan siswa

dalam bersaing untuk mendapatkan nilai terbaik. Perilaku curang yang sering

terjadi dalam mengerjakan tugas sekolah maupun ujian sekolah yaitu melihat

pekerjaan teman, tanya jawaban pada teman, ataupun melihat buku saat ujian

dilaksanakan. Perilaku seperti ini merupakan perilaku menyontek. Jones (2001)

menyatakan bahwa upaya licik atau penipuan untuk menghindari aturan, standar,

Page 2: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah fileBelajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

praktik, kebiasaan, adat istiadat, dan norma untuk memperoleh keuntungan yang

tidak adil atau melindungi seseorang yang melakukannya dinamakan menyontek.

Menyontek adalah kegiatan menggunakan bahan atau materi yang tidak

diperkenankan atau menggunakan pendampingan dalam tugas-tugas akademik

dan atau kegiatan yang dapat mempengaruhi proses penilaian (Anderman dan

Murdock, 2007). Setyani (2007) menyatakan bahwa perilaku menyontek dapat

dilakukan dalam bentuk seperti menulis contekan di meja tulis, tangan, sobekan

kertas, melihat buku catatan, tanya pada teman, melihat jawaban teman terdekat.

Seiring berkembangnya teknologi, menyontek dapat dilakukan dengan alat

komunikasi seperti menanyakan jawaban melalui SMS, dan mencari jawaban

dengan internet melalui HP.

Menyontek sudah ada sejak dulu di seluruh dunia terutama dibidang

pendidikan. Survey yang dilakukan oleh Josephson Institute of ethics di

Amerika pada tahun 2006 dengan responden 36.000 siswa SMA menemukan 60%

siswa menerima dan mengakui pernah mencontek pada saat ujian dan pengerjaan

tugas. Survey ini mengalami peningkatan 10% dalam kurun waktu 20 tahun dari

survey awal yang dilakukan oleh Lathrop dan Foss 2005. Survey dilakukan

dengan 3.000 responden siswa SMA, 80% mengaku berlaku curang dalam tes.

Berdasarkan dua penelitian tersebut, 95% diantaranya mengaku bahwa tidak

pernah terlihat ketika mencontek (Strom dan Strom, 2007). Selain itu College

Cures melakukan survey pada hari Jumat 23 Maret 2012 tentang perilaku siswa

menyontek melalui internet. Hasil penelitian memperlihatkan, 60% siswa di

Amerika Serikat (AS) tidak percaya bahwa mengkopi material dari internet adalah

Page 3: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah fileBelajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

"aksi menyontek yang cukup serius". Hasil survei ini menunjukkan, satu dari tiga

pelajar mengaku menggunakan internet untuk menyalin tugas. Kemudian, hanya

29% orang berpikir bahwa menyalin dari website adalah "mencontek yang sangat

serius". Angka ini turun cukup jauh dari sepuluh tahun yang lalu, yakni 34%

(Nurfuadah, 2012).

Pada tingkat nasional, Andi (Kornianingsih, 2013) melakukan survey

melalui Litbang Media Group menyatakan bahwa mayoritas peserta didik, baik di

bangku sekolah dan perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam

bentuk menyontek. Survey dilakukan pada tanggal 19 April 2007 di Makasar,

Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Jakarta, dan Medan dengan responden 480.

Hasil dari survey ini menyatakan 70% responden pernah menyontek. Hal ini

berarti bahwa perilaku menyontek merupakan salah satu fenomena pendidikan

yang sering muncul menyertai aktivitas proses belajar sehari-hari, tetapi kurang

mendapat perhatian lebih dalam wacana pendidikan.

Perilaku menyontek sudah biasa dilakukan di berbagai instansi pendidikan

baik di tingkat dasar, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Di tingkat SMA, perilaku

menyontek terjadi karena adanya pola belajar yang sudah terbawa sejak SMP dan

keinginan mendapatkan nilai tinggi. Keingingan ini akan mendorong siswa untuk

bersaing satu sama lain sehingga dapat menjadikan perasaan tertekan dan

mendorong untuk menyontek (Yelon dan Weinstein, 1977). Selain SMA swasta

perilaku menyontek juga terjadi di SMA negeri. Seperti yang terlihat dari hasil

survey yang dilakukan oleh Rukardi (2006) di salah satu SMA Negeri di

Semarang menunjukan bahwa ada tindak perilaku menyontek yang dilakukan oleh

Page 4: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah fileBelajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

siswa saat UAN berlangsung. Secara keseluruhan 45% menyontek dengan

menggunakan HP, 30% dengan bertanya secara langsung dan hanya 10% yang

mengaku menyontek dengan buku.

Perilaku menyontek juga terjadi di SMA negeri 1 Wedi. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan peneliti dengan kepala bagian kurikulum SMA Negeri

1 Wedi pada hari Selasa 8 April 2014 menyebutkan bahwa tidak dipungkiri

menyontek itu ada pada siswanya walaupun prosentasenya sedikit. Hal tersebut

terlihat saat ujian masih ada siswa yang menyontek dengan cara membuat

ringkasan di kertas kecil dan bertanya jawaban ke temannya. Menurut beliau ada

beberapa sebab yang menjadikan siswa-siswanya menyontek yaitu menyontek

sudah menjadi kebiasaan pada siswa, malas belajar, dan juga adanya pengaruh

teman. Seperti yang diungkap oleh Schab (dalam Klausmeier, 1985) yaitu alasan

siswa menyontek karena malas belajar, takut gagal, ada peluang dan pengaruh

teman.

Kepala bagian kurikulum juga menyatakan bahwa siswa ketika menyontek

kemudian ditegur, siswa ini akan menjadi semakin menyontek tanpa

menghiraukan teguran tersebut. Hal ini berarti kurang adanya ketegasan dari guru

kepada siswanya dan kelonggaran guru dalam mengawasi siswanya. Jensen,

Amett, Feldman, dan Cauffman (2002), alasan siswa menyontek diantaranya

karena kekurangan waktu belajar, melihat siswa lain menyontek, membantu

teman, dan ada kesempatan. Kesempatan itu ada dari berbagai hal salah satunya

kelonggaran guru dalam pengawasan dan membiarkan siswanya menyontek.

Seperti yang diungkapkan oleh Newstead, Stokes, dan Armstead (1996) bahwa

Page 5: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah fileBelajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

kontrol pengawas yang longgar dan kebebasan yang diberikan guru meningkatkan

kesempatan siswa untuk menyontek.

Dampak yang diperoleh siswa atas perilaku menyontek tidaklah baik.

Siswa tidak dapat mengetahui seberapa besar kemampuan dirinya dalam

memahami pelajaran yang didapat, menjadi ketergantungan dengan menyontek

dan temannya, berfikir instan, dan selalu mempunyai rasa khawatir karena takut

tertangkap saat menyontek. Siswa yang dicontek secara tidak langsung diambil

haknya. Selain itu guru juga akan mengalami kesulitan dalam mengukur tingkat

keberhasilan dari proses belajar yang dilakukan. Oleh karena itu, guru harus

melakukan tindakan pencegahan atas perilaku menyontek siswa. Salah satunya

dengan menelaah alasan siswa menyontek.

Ada beberapa alasan siswa menyontek yaitu antara lain kurang siapnya

siswa atau kurang pemahaman siswa dengan pelajaran, takut akan kegagalan,

keinginan siswa mendapatkan nilai yang tinggi, tuntutan orang tua, kekhawatiran

terhadap penilaian teman-teman dan lingkungan sekitar akan prestasi akademik

yang didapat. Seperti yang diungkap oleh Jensen, dkk. (2002), alasan siswa

menyontek diantaranya karena kekurangan waktu belajar, melihat siswa lain

menyontek, membantu teman, dan ada kesempatan. Kekurangan waktu belajar

menyebabkan siswa menjadi kurang paham terhadap pelajaran yang diterima.

Kurangnya siswa terhadap pemahaman pelajaran juga dapat disebabkan motivasi

siswa yang kurang sehingga mengakibatkan malas belajar dan kerap menunda

untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (prokastinasi). Siswa yang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah fileBelajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

prokastinastik lebih mudah menyontek daripada yang punya perencanaan belajar

dan mengerjakan tugas tepat waktu (Anderman dan Murdock, 2007).

Hal senada juga mungkin terjadi pada siswa SMA Negeri 1 Wedi. SMA

Negeri 1 Wedi mempunyai visi “Mempersiapkan sumber daya manusia yang

bijaksana dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi

dengan budi pekerti luhur dan berbudaya”. Mengembangkan bakat dan minat

siswa dibidang ilmu pengetahuan, tehnologi, seni budaya dan olah raga secara

terprogram dan berkelanjutan merupakan salah satu program untuk mewujudkan

visi tersebut sehingga di SMA Negeri 1 Wedi diadakan kegiatan ekstrakulikuler

yang mendukung. Kepala bagian kurikulum menyatakan bahwa kegiatan

ekstrakulikuler di SMA Negeri 1 Wedi juga cukup berkembang. Banyak siswa

yang mengikuti kegiatan tersebut antara lain basket, volly, drum band, dan karate

yang sudah mendapatkan juara tingkat provinsi. Banyaknya kegiatan yang diikuti

siswa menyebabkan siswa kurang bisa mengatur jadwal antara belajar dan

mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sehingga tidak dipungkiri timbul rasa malas

untuk belajar. Waktu yang lebih banyak untuk kegiatan ekstrakulikuler

menjadikan siswa lebih suka melakukan kegiatan ekstrakulikuler karena dianggap

lebih menyenangkan. Dampaknya siswa bersikap santai dalam belajar, bermalas-

malasan saat belajar padahal waktu ujian sudah dekat dan menunda untuk

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Penundaan secara sengaja dengan

melakukan penundaan terhadap pekerjaan yang seharusnya diselesaikan

dinamakan prokrastinasi (Schraw, Wadkisn, dan Olafson, 2007).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah fileBelajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Prokastinasi adalah suatu kegiatan penundaan yang dilakukan secara

sengaja dan berulang-ulang dalam mengerjakan tugas. Menurut Watson (dalam

Ghufron dan Risnawati, 2010), siswa prokrastinasi berkaitan dengan takut gagal,

tidak suka pada tugas yang diberikan, santai terhadap tugas. Prokastinasi

merupakan salah satu sebab timbulnya kecurangan akademis atau menyontek

(Roig dan deTommaso dalam Anderman dan Murdock, 2007). Siswa yang

prokrastinatik biasanya terlambat saat mengumpulkan tugas. Keterlambatan

tersebut muncul tidak terlepas dari faktor individu yang meliputi kondisi fisik dan

psikologis dan juga faktor eksternal, yaitu adanya beban tugas yang banyak yang

menuntut penyelesaian tugas pada waktu yang hampir bersamaan. Hal tersebut

dapat menimbulkan kelelahan (fatigue) pada individu tersebut. Individu yang

mengalami kelelahan memiliki kecenderungan melakukan prokrastinasi yang

tinggi daripada yang tidak mengalami kelelahan (Ferrari, Johnson, dan McCown,

1995).

Lebih lanjut Ferrari, dkk. (1995) mengungkapkan bahwa kondisi

lingkungan yang rendah oleh pengawasan akan lebih banyak memunculkan

prokrastinasi dibandingkan lingkungan yang penuh pengawasan. Siswa yang

prokastinatik biasanya mengerjakan tugas pada menit-menit terakhir

pengumpulan. Hal ini menyebabkan adanya perasaan panik dan bingung akan

tugas yang diberikan. Perasaan panik ini pada akhirnya akan mendorong siswa

untuk berbuat curang dalam menyelesaikan tugas salah satunya dengan

menyontek pekerjaan teman. Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru lain,

mengungkapkan bahwa banyaknya kegiatan yang diikuti siswa menjadikan siswa

Page 8: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah fileBelajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

malas belajar dan lupa untuk menyelesaikan tugas. Siswa tidak langsung

mengerjakan tugas akan tetapi, menunda-nunda tugas tersebut sehingga tugas

yang harus diselesaikan tambah banyak. Hasilnya siswa memilih cara cepat untuk

menyelesaikannya dengan mencontek tugas temannya. Menyontek menjadi salah

satu cara yang mudah dalam mengerjakan tugas ketika batas waktu semakin dekat

(Westphal dalam Rizki, 2009). Penelitian Rizki (2009) mengenai hubungan

prokastinasi akademik dengan kecurangan akademik pada mahasiswa dengan

subjek penelitian sebanyak 205 orang. Hasil penelitian disebutkan bahwa 144

orang (70.24%) dikategorikan melakukan kecurangan sedang, 43 orang (20.97%)

rendah, dan 18 orang (8.78%) tinggi.

Perilaku menyontek tidak hanya disebabkan karena adanya prokrastinasi

akademik saja tetapi ada banyak hal yang mendasarinya. Salah satunya adanya

pengaruh teman sebaya yang kuat. Ankers (dalam Agnew, 1991) mengatakan

bahwa kedekatan remaja dengan kelompok teman sebaya yang melakukan

penyimpanan dapat mempengaruhi remaja tersebut untuk ikut serta dalam

aktivitas tersebut karena adanya proses pengkondisian. Individu-individu yang

memiliki kedekatan dengan seseorang akan mempunyai pengaruh lebih besar

terhadap model perilaku tersebut. Lebih lanjut lagi, pengaruh kelompok teman

sebaya dalam mengarahkan remaja pada perilaku tertentu ditentukan oleh

dukungan teman-teman terhadap perilaku tersebut (Ankers dalam Agnew, 1991).

Menurut Sujana dan Wulan (1994), perilaku menyontek tidak lepas dari pengaruh

adanya pengakuan terhadap tindakan menyontek yang dilakukan oleh teman

Page 9: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah fileBelajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

sebaya dalam satu kelompok atau teman sekelas. Pengakuan oleh teman

sebayanya ini disebut konformitas kelompok.

Chaplin (2004) mengemukakan bahwa konformitas merupakan

kecenderungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh

sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Apabila seseorang menampilkan perilaku

tertentu disebabkan karena orang lain juga menampilkan perilaku tersebut lebih

dikenal dengan istilah konformitas (Sears, Freedman, dan Peplau, 1994). Perilaku

menyontek merupakan tindakan yang sudah tidak asing lagi untuk siswa. Ketika

siswa menyontek dengan alasan prestasi hal ini membawa prestasinya tinggi dan

tidak tertangkap guru maka akan dibenarkan oleh siswa-siswa lain.

Konsekuensinya, siswa-siswa akan meniru untuk menyontek dengan harapan

memiliki prestasi yang tinggi pula walaupun merupakan tindakan pelanggaran.

Seperti terlihat pada kasus di salah satu SD Negeri di Surabaya, adanya

konformitas kelompok dalam menyontek saat UAN 2011. Salah satu siswa

memandu teman-temannya mengerjakan soal ujian, siswa itu memberikan

jawaban ujiannya kepada teman-teman dan kegiatan ini menyebar di kelas. Hasil

ujian tersebut baik untuk seluruh siswa kelas tersebut (Riadi, 2011). Kasus serupa

juga terjadi di salah satu SMA Negeri di Semarang yaitu guru matematika

memandu siswa-siswanya menyontek dengan cara mengirimkan jawaban soal

ujian melalui SMS ke beberapa siswa yang kemudian di sebarkan ke siswa-siswa

lain (Rukardi, 2006). Hal serupa juga dinyatakan oleh kepala bagian kurikulum

SMA Negeri 1 Wedi yaitu siswa saat ujian biasanya menunggu kiriman jawaban

Page 10: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah fileBelajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dari teman atau dalam istilah jawa “njagake kunci”. Hal ini mengandung arti

bahwa siswa menyontek juga dikarenakan adanya konformitas kelompok.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat terlihat bahwa sikap penundaan

dalam belajar dan pengerjaan tugas serta pengaruh teman sebaya mempunyai

peran penting dalam penentuan siswa untuk berperilaku menyontek, sehingga

perlu adanya usaha pencegahan perilaku menyontek yang ditimbulkan. Oleh

karena itu peneliti tertarik untuk menelaah masalah menyontek dengan judul

“Hubungan antara Prokrastinasi Akademik dan Konformitas Kelompok dengan

Perilaku Menyontek pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Wedi Klaten”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah

1. Apakah ada hubungan antara prokrastinasi akademik dan konformitas

kelompok dengan perilaku menyontek pada siswa kelas XI SMA Negeri 1

Wedi Klaten?

2. Apakah ada hubungan antara prokrastinasi akademik dengan perilaku

menyontek pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wedi Klaten?

3. Apakah ada hubungan antara konformitas kelompok dengan perilaku

menyontek pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wedi Klaten?

Page 11: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah fileBelajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui hubungan antara prokrastinasi akademik dan

konformitas kelompok dengan perilaku menyontek pada siswa kelas XI

SMA Negeri 1 Wedi Klaten.

2. Untuk mengetahui hubungan antara prokrastinasi akademik dengan

perilaku menyontek pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wedi Klaten.

3. Untuk mengetahui hubungan antara konformitas kelompok dengan

perilaku menyontek pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wedi Klaten.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoretis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

tambahan pemikiran terhadap perkembangan teori keilmuan psikologi pada

umumnya dan keilmuan psikologi sosial serta pskologi pendidikan pada

khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan renungan bagi siswa

tentang dampak prokrastinasi yang timbul yaitu perilaku menyontek

sehingga dapat membantu siswa dalam mencegah perilaku menyontek

yang kemungkinan terjadi dan berkembang menjadi kebiasaan pada diri

siswa dengan menelaah hal-hal yang yang memicu terjadinya perilaku

Page 12: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah fileBelajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

menyontek seperti adanya prokrastinasi akademik dan konformitas

kelompok pada siswa.

b. Bagi Pimpinan dan Guru Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak

sekolah maupun guru mengenai pentingnya pemahaman tentang

menyontek yang didasari atas prokrastinasi akademik siswa dan

konformitas kelompok yang pada akhirnya akan menjadi kebiasaan

buruk siswa yang akan terus berkembang. Berdasarkan pemahaman ini

sekolah dan guru pada khususnya dapat mencari cara untuk

mengantisipasi terjadinya perilaku menyontek tersebut.

c. Bagi Orangtua

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman lebih pada orangtua

akan pentingnya orangtua dalam mendidik anak dalam hal ini

pengawasan terhadap kegiatan anak di sekolah sehingga tidak

mengganggu waktu belajarnya. Berdasarkan pemahaman ini orangtua

menjadi mengerti akan perilaku menyontek dan sebab-sebabnya sehingga

bisa menanggulangi perilaku menyontek yang timbul pada anak.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi peneliti

selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut khususnya berkaitan

dengan perilaku menyontek siswa.