bab i pendahuluan latar belakang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanah merupakan dasar dari suatu struktur atau konstruksi, peran tanah
sangat penting dalam mendukung keawetan suatu struktur atau konstruksi, baik
itu konstruksi bangunan maupun konstruksi jalan. Dengan semakin
berkembangnya suatu daerah dan semakin terbatasnya lahan untuk pembangunan
fasilitas yang diperlukan manusia, mengakibatkan tidak dapat dihindari
pembangunan diatas tanah lempung lunak atau tanah dengan stabilitas rendah.
Secara umum jenis tanah lempung lunak sangat kurang menguntungkan dalam
konstruksi teknik sipil yaitu kuat gesernya rendah dan kompresibilitas yang besar.
Di samping itu permasalahan geoteknik yang sering terjadi pada tanah lempung,
misalnya: terjadi retak-retak suatu badan jalan akibat terjadi peristiwa swelling-
shrinking pada tanah dasar, kegagalan suatu pondasi bangunan yang didirikan
pada tanah lempung, dan lain-lain. Semua itu terjadi karena kuat geser tanah
tersebut rendah. Kuat geser yang rendah mengakibatkan terbatasnya beban (beban
sementara ataupun beban tetap) yang dapat bekerja diatasnya sedangkan
kompresibilitas yang besar mengakibatkan terjadinya penurunan setelah
pembangunan selesai. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk memperbaiki
kondisi tanah sebelum dilakukannya proses konstruksi dengan menambah
stabilitas tanah itu sendiri.
2
Stabilitas tanah adalah upaya untuk memperbaiki sifat-sifat fisik dari tanah kurang
baik menjadi tanah yang baik dibidang rekayasa Teknik Sipil. Kestabilan tanah
bisa terjadi secara alami maupun buatan, bila tanah secara alami tidak dapat
mencapai kesetabilan yang diinginkan maka dilakukan upaya – upaya untuk
menstabilkan tanah dengan berbagi proses, dapat dengan menggunakan proses
fisik, mekanik, dan kimiawi. Ketiga proses tersebut disesuaikan dengan kondisi di
lapangan dengan pertimbangan cara mana yang mudah dan lebih efisien untuk
dilakukan.
Pada bulan November 2010, gunung merapi mengalami letusan besar yang
memuntahkan berbagai macam material diantaranya pasir, kerikil, batu besar, dan
abu vulkanik. Material-material tersebut biasa dimanfaatkan untuk bahan baku
konstruksi didaerah Yogyakarta dan sekitarnya, namun hal ini tidak berlaku
untuk abu vulkanik. Abu vulkanik yang dimuntahkan oleh gunung merapi tidak
banyak dimanfaatkan. Oleh karena itu Pada tugas akhir ini peneliti mencoba
memanfaatkan limbah abu vulkanik gunung merapi dan kapur padam sebagai
bahan tambah dalam stabilitas tanah lempung daerah Milir Kulon Progo
Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kandungan kimia dan mineral yang terkandung dalam lempung,
abu vulkanik merapi, dan kapur.
3
2. Mengetahui pengaruh penambahan campuran abu vulkanik (volcanic ash)
dengan kadar yang bervariasi dan campuran kapur yang konstan pada tanah
lempung asli, terhadap kuat geser dan permeabilitas tanah sebelum dan
sesudah distabilisasi dangan Abu merapi dan Kapur
3. Mengetahui variasi campuran optimum campuran abu vulkanik dan kapur
yang digunakan terhadap stabilisasi sifat-sifat tanah.
C. Rumusan Masalah
Pengaruh pencampuran abu merapi untuk stabilisasi tanah lempung dengan
variasi campuran abu vulkanik dan campuran kapur yang konstan, adakah
perubahan yang dialami tanah yang meliputi perubahan nilai batas-batas
konsentrasi, kuat geser dan kompresibilitas tanah asli dengan tanah yang telah
dicampur atau distabilisasi dengan Abu merapi dan kapur, yang dalam penelitian
ini digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah hingga disimpulkan bahwa
komposisi campuran abu vulkanik merapi dan Kapur dapat digunakan sebagai
bahan stabilisasi tanah.
D. Batasan Masalah
Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini anatara lain yaitu :
1. Tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Milir
Kulon Progo Yogyakarta, tanpa dilakukan perlakuan khusus atau kondisi
terganggu (disturbed),
2. Bahan stabilitas yang digunakan adalah abu vulkanik yang jatuh di Desa
Ambarbinangun, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
4
3. Abu vukanik yang digunakan telah lolos saringan no. 200
4. Kapur yang digunakan jenis kapur padam (CaOH2),
5. Komposisi campuran, terdiri dari : tanah, abu vulkanik, dan kapur.
Penambahan presentase abu vulkanik sebesar 5%, 10%, 15%, 20%, 25%,
dan 30% dari berat tanah, dengan kadar kapur tetap sebesar 5% dari berat
tanah,
6. Berat tanah yang dimaksud adalah tanah dalam kondisi kering setelah di
jemur dibawah sinar matahari selama 6 – 8 hari dan lolos saringan no.4,
7. Klasifikasi tanah menggunakan AASHTO,
8. Pengujian yang dilakukan terdiri dari :
a. Uji kadar air, berat jenis, batas-batas konsentrasi (batas cair,batas
plastis, dan batas susut), distribusi ukuran butiran tanah.
b. Uji difraksi sinar-X (Uji XRD) di Laboratorium Geologi Terpadu FT
UGM (Jurusan Teknik Geologi, Fakultas teknik, Universitas gadjah
Mada) untuk mengetahui mineral tanah lempung, abu vulkanik, dan
kapur.
c. Uji leacing di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA UGM (Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada)
untuk mengetahui kandungan kimia tanah lempung, abu vulkanik, dan
kapur.
d. Uji pemadatan dengan Proktor standar yang dilakukan secara manual,
e. Uji Triaksial (Triaxial Ttest) dengan cara Unconsolidated-Undrained
( takterkonsolidasi-tak terdrainase) (UU),
5
f. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test),
g. Uji Permeabilitas (Permaebility Test) dengan cara tinggi energi turun
(Falling-Head).
Pengujian ini dilakukan dilaboratorium Mekanika Tanah, Program Diploma
Teknik Sipil, sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk
memperbaiki sifat-sifat buruk tanah menjadi baik dan menambah kekutan daya
dukung tanah lempung sebagai lapis tanah dasar untuk suatu konstruksi.