bab i pendahuluan - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/bab i.pdf · yang disebabkan...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen usaha merupakan bentuk dalam meningkatkan pendapatan perkapita yang dinamakan pembangunan ekonomi (Hapsari, Hakim, & Soeaidy, 2014). Berkaitan dengan membangun ekonomi yang maju, banyak yang harus dilakukan pemerintah, akan tetapi fokus dalam penelitian ini adalah peran pemerintah dalam memperhatikan atau mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. UMKM adalah sebuah usaha yang hidup untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, karena termasuk dalam bisnis usaha kecil dengan modal yang kecil serta jumlah karyawan yang kecil, tetapi memiliki andil dalam pembangunan ekonomi nasional. Di Indonesia posisi UMKM sudah lama diakui sebagai sektor usaha yang sangat penting, mulai dari sharenya dalam pembentukan PDB sekitar 63,58%, lalu kemampuannya menyerap tenaga kerja sebesar 99,45% dari pada usaha besar, dan sangat besarnya jumlah unit usaha yang terlibat yakni sekitar 99,84% dari seluruh unit usaha yang ada, sehingga pada sharenya yang cukup signifikan dalam jumlah nilai ekspor adalah mencapai 18,72% (Niode, 2008).

Upload: others

Post on 24-Sep-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui

penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan,

peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan

manajemen usaha merupakan bentuk dalam meningkatkan pendapatan

perkapita yang dinamakan pembangunan ekonomi (Hapsari, Hakim, &

Soeaidy, 2014). Berkaitan dengan membangun ekonomi yang maju, banyak

yang harus dilakukan pemerintah, akan tetapi fokus dalam penelitian ini

adalah peran pemerintah dalam memperhatikan atau mengembangkan Usaha

Mikro Kecil dan Menengah.

UMKM adalah sebuah usaha yang hidup untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat, karena termasuk dalam bisnis usaha kecil dengan modal yang

kecil serta jumlah karyawan yang kecil, tetapi memiliki andil dalam

pembangunan ekonomi nasional. Di Indonesia posisi UMKM sudah lama

diakui sebagai sektor usaha yang sangat penting, mulai dari sharenya dalam

pembentukan PDB sekitar 63,58%, lalu kemampuannya menyerap tenaga

kerja sebesar 99,45% dari pada usaha besar, dan sangat besarnya jumlah unit

usaha yang terlibat yakni sekitar 99,84% dari seluruh unit usaha yang ada,

sehingga pada sharenya yang cukup signifikan dalam jumlah nilai ekspor

adalah mencapai 18,72% (Niode, 2008).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

2

Demikian menurut BPS kemampuan UMKM menyerap tenaga kerja juga

semakin meningkat dari sekitar 12 juta pada tahun 1980, tahun 1990 dan

tahun 1993 angka ini terus meningkat menjadi berkisar 45 juta dan 71 juta,

kemudian pada tahun 2001 meningkat kembali menjadi 74,5 juta. Dari data

tersebut perkembangan UMKM dapat dikatakan cukup baik dan masih

mempunyai prospek yang baik kedepannya untuk ditingkatkan (Niode,

2008).

Tabel 1.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010

Di Karasidenan Surakarta (Dalam Miliar Rupiah) 2013-2016

Kabupaten 2013 2014* 2015* 2016**

1 2 3 4 5

Boyolali 16266,50 17148,35 18160,98 19118,76

Klaten 20241,43 21424,52 22558,98 23717,93

Sukoharjo 19401,89 20449,01 21612,08 22836,64

Wonogiri 15303,28 16107,80 16107,80 17862,65

Karanganyar 19256,52 20262,44 21286,29 22428,65

Sragen 19102,18 20169,82 21390,87 22614,62

Surakarta 25631,68 26984,36 28453,49 29966,37

Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo dalam angka 2017.

Dilihat data PDRB atas harga konstan tahun 2010 dari BPS Kabupaten

Sukoharjo menunjukan bahwa jumlah PDRB di Kabupaten Sukoharjo setiap

tahun mengalami kenaikan dari tahun 2013 bahkan sampai titik 2016 terus

meningkat, ini berarti bisa dikatakan jumlah nilai tambah barang dan jasa

yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu wilayah terus

bertambah dan meningkat, dan yang paling utama ditinjau dari adanya Usaha

Mikro Kecil dan Menengah yang dapat menyerap tenaga kerja dan

melahirkan usaha industri kecil baru sehingga mengurangi tingkat

pengangguran di wilayah Sukoharjo.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

3

Terbukti pada saat krisis moneter tahun 1997-1998 di Indonesia,

sebanyak 80% perusahaan besar yang bangkrut karena krisis moneter yang

mengakibatkan mereka harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)

karyawan, sehingga banyak pekerja yang menganggur pada waktu itu.

Saat terjadi krisis, UMKM dapat berdiri tegak dan kokoh tahan banting

yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha

sangat kecil atau minim bahkan ada yang menggunakan modal sendiri,

walaupun kebanyakan mendapatkan pembiayaan badan usaha maupun

lembaga keuangan bank dan non bank pasti itu dengan bunga rendah atau

minim, dan jangka waktu kredit sudah ditentukan kesepakatan bersama bagi

Bank Syariah, karena para pelaku usaha mikro kebanyakan memilih kredit di

bank syariah. Prinsip bagi hasil atau nisbah antara pihak bank dengan pihak

yang dibiayai dan tidak mau resiko kredit yang terlalu besar serta laba yang

mereka dapat juga tidak terlalu tinggi menjadi pilihan mereka untuk

meperoleh bantuan modal. Kedua, banyak karyawan yang menganggur

karena krisis moneter beralih dari sektor formal menjadi informal dengan

terjun mejadi pelaku UMKM dengan modal sesuai kemampuan mereka.

(Pristiyanto, Bintoro, & Soekarto, 2013). Berikut ini adalah Tabel 1.1 untuk

lebih memperjelas klasfisikasi UMKM berdasarkan aset dan omzet.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

4

Tabel 1.2 Klasifikasi UMKM berdasarkan Aset dan Omset

Sumber : UU Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2008 yang mengatur UMKM, usaha mikro

memiliki kriteria aset maksimal 50 juta dan omzet ≤ 300 juta, lalu usaha kecil

memiliki kriteria aset 50 juta - 500 juta dan omzet 300 juta – 2,5 milyar

rupiah, kemudian usaha menengah memiliki kriteria aset 500 juta – 10 miliar

dan omzet 2,5 milyar – 50 milyar rupiah (Tambunan, 2012).

Diagram 1.1 Jumlah UMKM Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016

Sumber: Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM Sukoharjo.

Kabupaten Sukoharjo memiliki Usaha Mikro Kecil danMenengah

(UMKM) dengan jumlah unit usaha yang cukup banyak. Unit tersebut tersebar

dan terbagi dalam beberapa sektor diantaranya perdagangan, pertanian,

peternakan, industri, aneka usaha dan jasa, serta berbagai sektor nonformal.

Jenis Usaha Dalam Satu Tahun

Aset Omset

Usaha Mikro Maksimal Rp 50 Juta Maksimal Rp 300 Juta

Usaha Kecil >Rp 50 Juta – Rp 500 Juta >Rp 300 Juta – Rp 2,5 Miliar

Usaha Menengah >Rp 500 Juta - Rp10 Miliar >Rp 2,5 Miliar – Rp 50 Miliar

84%

15%

1% Dalam Persen

Mikro

Kecil

Menengah

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

5

Dilihat dari grafik tersebut dapat dikatakan bahwa usaha mikro yang

menduduki angka paling tinggi yakni 84% dari jumlah total UMKM,lalu

usaha kecil menduduki angak 15% disusul usaha menengah hanya memiliki

angka 1% saja dari total UMKM yang ada di Sukoharjo.

Berdasarkan Diagram 1.1 dapat disimpulkan minat masyarakat lebih

memilih bekerja di sektor non formal dari pada informal. Dengan jumlah

UMKM Sukoharjo yang cukup banyak, tidak akan menutup kemungkinan jika

hal tersebut akan mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat maupun

lembaga keuangan bank atau non bank, bahkan lembaga instansi yang terkait

dalam menumbuh kembangkan usaha mikro kecil dan menengah.

Tabel 1.3 Rekapitulasi Jumlah UMKM

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016

URAIAN KRITERIA

MIKRO KECIL MENENGAH JUMLAH

Kecamatan Weru 1205 68 0 1273

Kecamatan Bulu 286 63 0 349

Kecamatan Tawangsari 167 65 1 233

Kecamatan Nguter 623 150 7 780

Kecamatan Bendosari 797 84 3 884

Kecamatan Polokarto 571 81 0 652

Kecamatan Mojolaban 1085 691 52 1828

Kecamatan Grogol 693 89 2 784

Kecamatan Baki 909 50 9 968

Kecamatan Gatak 1572 39 0 1611

Kecamatan Kartasura 522 56 9 587

Kecamatan Sukoharjo 1107 235 1 1343

JUMLAH 9.537 1.671 84 11.292

Sumber : Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten SukoharjoKota

Kabupaten Sukoharjo terdapat 11.292 UMKM yang tercatat di Dinas

Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Sukoharjo sejak bulan Mei

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

6

2017. Sebanyak 35% atau sekitar 3000 UMKM diantaranya masuk dalam

kategori mengkhawatirkan. Rintangan pada umumnya untuk semua UMKM

adalah ketidakmampuan dalam investasi, kesulitan dalam pemasaran produk,

teknologi yang belum memadai, tenaga kerja yang kurang produktifitas atau

bisa dikatakan SDM rendah, keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang

pasar.

Akan tetapi yang paling utama masalah yang dihadapi para pelaku UMKM

adalah kurangnya modal dan teknologi yang tepat guna, karena jika suatu

usaha memiliki modal yang kurang maka untuk menuju ketahap selanjutnya

juga akan mengalami kesulitan, apalagi teknologi yang benar benar

dibutuhkan didalam era globalisasi sekarang ini untuk mengolah input yang

ada dan pemasaran produk agar tidak ketinggalan oleh pasar dan dapat

bersaing (Tambunan, 2012). Kemudian kurangnya ketrampilan dan

meningkatkan pangsa pasar, tenaga kerja yang kurang produktif, kurangnya

sistem informasi pasar dan iklim usaha yang saling mematikan, tingginya

barang impor yang masuk ke Indonesia menyebabkan produk domestik kalah

bersaing dengan produk lokal, serta bimbingan dari pemerintah yang masih

sangat kurang untuk memajukan UMKM jauh lebih sejahtera (Jauhari, 2010).

Peran pemerintah sangat diharapkan, dalam hal membantu dalam

mengembangkan UMKM di Provinsi Sukoharjo. Kebijakan dalam

memajukan perkembangan UMKM sudah ada, akan tetapi wujud tujuan

tersebut masih kurang maksimal. Apalagi sekarang MEA atau Masyarakat

Ekonomi ASEAN sudah didepan mata, yang mau tidak mau produk domestik

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

7

benar benar bersaing dengan produk lokal walaupun dikatakan belum siap

100%.

Maka dari itu peran pemerintah dalam menunjang majunya UMKM yang

menjadi tolak ukur pembangunan ekonomi yang berkelanjutan harus benar

benar menjadi perhatian, misalnya pemerintah bisa melakukan kebijakan

pemberdayaan UMKM dengan cara memberikan bantuan modal untuk pelaku

usaha yang kekurangan dana, memberikan edukasi bagaimana caranya

menyerap tenaga kerja yang handal dan dapat dipercaya serta mampu bekerja

sama, lalu memperluas jaringan pasar agar produk lebih banyak dikenal

masyarakat dan ikut bersaing. Kemudian menyediakan sarana dan prasarana

seperti tempat yang strategis untuk memulai usaha atau alat alat dalam

mengolah suatu output menjadi input, bisa juga memberi pengetahuan tentang

teknologi tepat guna seperti menawarkan produk melalui aplikasi online.

Singkatnya pemberdayaan adalah upaya memberdayakan atau

mengembangkan usaha masyarakat dari keadaan yang tidak guna atau kurang

guna menjadi keadaan yang berguna atau mempunyai daya guna untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat (Rifa'i, 2013). Setiap wilayah pasti

terdapat UMKM yang tersebar di berbagai kecamatan, dan setiap UMKM

pasti ada yang namanya pemberdayaan atau binaan dari pemerintah maupun

badan usaha dan lembaga keuangan bank, atau mungkin setidaknya mendapat

perhatian dari pemerintah setempat, walaupun tidak semuanya.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

8

Grafik 1.1 Perkembangan Jumlah UMKM Binaan Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2008-2016

Sumber : Dinkop UKM Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan grafik 1.1 jumlah unit UMKM binaan setiap tahun

bertambah. Hal tersebut mengindikasikan banyak masyarakat yang

termotivasi dan mengevaluasi dari binaan tahun sebelumnya. Mungkin dari

segi jumlah unit bertambah, tetapi belum tentu sejahtera, banyak usaha yang

kondisinya dalam keadaan tidak makmur atau menghawatirkan. Maka

pemberdayaan UMKM tidak hanya dilakukan secara introduksi saja atau

ceramah dan pemberian edukasi belaka, melainkan juga merajuk pada tahap

internalisasi lalu ke tahap evaluasi dan kemudian tahap akhir yaitu tindak

lanjut usaha. Dari itu semua dapat dikatakan bahwa pemberdayaan dikatakan

sempurna.

Dalam penelitian ini usaha mikro kecil dan menengah di Kabupaten

Sukoharjo meliputi legalitas usaha, produksi dan pemasaran. Produksi, yaitu

mengubah satu atau lebih masukan (input) menjadi satu atau lebih (output).

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Posisi: S.d TRIWULAN IV 2016

Jumlah…

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

9

Sebuah proses produksi yang melibatkan variabel independen yang meliputi

nilai produksi, jumlah tenaga kerja, modal atau aset, dan pemberdayaan

dimana semua variabel tersebut dapat dimanfaatkan dan diolah dari input

dengan sumber daya alam yang tersedia untuk menghasilkan output atau

produk yang maksimal yang akan menciptakan profit.

Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang ingin memperlihatkan

pengaruh input yang digunakan terhadap output yang diinginkan. Fungsi

produksi Frontier dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis tingkat

efisiensi teknis usaha dari variabel dependen dan independen yakni jumlah

produksi sebagai variabel (Y) dan jumlah tenaga kerja dan modal sebagai

variabel (X) kemudian pemberdayaan sebagai variabel (Z).

Dengan rumus fungsi Y = f (x,z). Secara umum, fungsi produksi

Frontier dapat ditulis kedalam persamaan sebagai berikut ini (Mutiara &

Bendesa, 2016).

Spesifikasi model yang diduga parameter estimasi dari fungsi

produksi Cobb Douglas melalui pendekatan Stochastic Frontier Analysis

formulasi matematis sebagai berikut ini (Gultom, Winandi, & Jahroh, 2014):

Ln Y = Ln β0 + βi Ln Xn + βi Ln Xn + ...........βi Zn+(vi – ui)

Dimana :

Y = Nilai Output

β0 = Intercept atau konstanta

βi = Koefisien regresi faktor produksi

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

10

Xn = Input usaha n

Zn = Input variabel tambahan yang diduga berpengaruh

vi – ui = Error pada usaha n

Skema model penelitian diatas merupakan bentuk replikasi dari jurnal

penelitian : Sumber : Gultom, L, Winandi, R, Jahroh, S. (2014). “Technical

Efficiency Analysis of Semi Organic RiceFarming “. Jurnal Informatika

Pertanian, Vol 23 No 1.

Suatu fungsi produksi pasti berkaitan dengan efisiensi teknis, dimana

dalam menunjang keberhasilan proses produksi diukur melalui efisiensi teknis

dengan kebijakan mikro yang dinamakan pemberdayaan. Efisiensi teknis

adalah pengendalian proses produksi menjadi ouput atau produk yang

diharapkan dari sumber daya yang tersedia atau input seperti jumlah modal

dan pengaruh tenaga kerja dalam menunjang proses produksi yang maksimal.

Jika output yang dihasilkan semakin tinggi tanpa menambah nilai input yang

ada, maka tingkat efisiensi dari suatu usaha juga semakin tinggi (Miller,

2000). Maka disini penulis ingin melihat seberapa besar pengaruh

pemberdayaan terhadap efisiensi teknis UMKM di Kabupaten Sukoharjo.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka diambil perumusan

masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap nilai produksi UMKM di

Kabupaten Sukoharjo.

2. Bagaimana pengaruh modal terhadap nilai produksi UMKM di Kabupaten

Sukoharjo.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

11

3. Bagaimana tingkat efisiensi teknis UMKM di Kabupaten Sukoharjo

terhadap penggunaan faktor faktor produksi terutama pengaruh

pemberdayaan ?

4. Bagaimana pengaruh pemberdayaan terhadap efisiensi teknis UMKM di

Kabupaten Sukoharjo.

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap nilai produksi UMKM di

Kabupaten Sukoharjo.

2. Mengetahui pengaruh modal terhadap nilai produksi UMKM di Kabupaten

Sukoharjo.

3. Mengetahui tingkat efisiensi teknis UMKM di Kabupaten Sukoharjo

terhadap penggunaan faktor faktor produksi terutama pengaruh

pemberdayaan.

4. Mengetahui pengaruh pemberdayaan terhadap efisiensi teknis UMKM di

Kabupaten Sukoharjo.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pelaku UMKM

Memberikan sumbangan pemikiran agar dapat meningkatkan keberhasilan

usaha melalui pendapatan yang diperoleh dan masukan tentang pentingnya

pemberdayaan bagi para pelaku UMKM sebagai tolak ukur keberhasilan

usaha.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

12

2. Bagi Pemerintah

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang upaya

memajukan pelaku UMKM melalui pemberdayaan usaha, sehingga para

pelaku UMKM dapat hidup sejahtera dan menyumbangkan hasil

pendapatannya terhadap PDRB.

3. Bagi Akademis

Sebagai salah satu bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan

dibidang ekonomi pembangunan khususnya ekonomi mikro tentang

pengaruh pemberdayaan terhadap efisiensi UMKM.

4. Bagi Penulis

Memberikan pengalaman berharga dan kesempatan bagi peneliti untuk

menerapkan teori maupun konsep yang sudah diperoleh selama duduk di

bangku kuliah, terutama menyangkut tentang ekonomi mikro. Serta

sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi jurusan Ekonomi

Pembangunan di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

5. Bagi Penulis Lainnya

Memberikan wacana pengetahuan di bidang ekonomi mikro, sehingga

diharapkan dapat memberikan manfaat, kontribusi maupun referensi

penelitian yang akan datang.

6. Bagi Pembaca

Dapat menambah wawasan dan keilmuan tentang ilmu ekonomi studi

pembangunan khusunya ekonom mikro.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

13

E. METODE PENELITIAN

Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan teori

produski StochasticFrontier Analisis version 4.1. Dalam fungsi produksi ini

akan mengetahui variabel tenaga kerja, modal, sebagai variabel X, apakah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi UMKM di

Sukoharjo. Maka secara matematis model penduga fungsi produksi Stochastic

Frontier UMKM di Sukoharjo sebagai berikut (Laksmayani, Alam, &

Effendy, 2015)

Ln Y = Ln β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3Z1 (vi – ui)

Dimana :

Y = Jumlah Produksi

X1 = Modal (Rupiah)

X2 = Tenaga Kerja (Orang)

Z1 = Pemberdayaan (Frekuensi)

β0 = Intercept

( vi – ui ) = Error usaha n

Untuk analisis mengenai tingkat efisiensi teknis penggunaan input

produksi dalam UMKM di Sukoharjo akan terlihat secara otomatis dalam hasil

output sofware Frontier version 4.1.

Analisis efisiensi teknis dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut

(Amri, 2013) :

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/63422/13/BAB I.pdf · yang disebabkan pertama, modal yang dibutukan untuk memulai usaha sangat kecil atau minim bahkan ada yang

14

Dimana :

ET = Tingkat efisieni teknis

Yi = Besarnya produksi (output)

Ŷi = Besarnya produksi yang diduga pada pengamatan ke-i yang

diperoleh dari fungsi produksi Frontier Cobb- Douglas.

F. SISTEMATIKA PENELITIAN

1. BAB I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

2. BAB II merupakan tinjauan pustaka yang membahas mengenai landasan

teori tentang variabel, penelitian terdahulu yang dilakukan peneliti,

hipotesis atau jawaban sementara yang masih bersifat praduga sebab

masih harus dibuktikan kebenarannya.

3. BAB III merupakan metode penelitian yang berisi tentang desain

penelitian, subjek dan objek penelitian, jenis dan sumber data, metode

pengambilan sample, definisi operasional variabel,dan metode analisis.

4. BAB IV merupakan hasil Penelitian dan pembahasan yang dilakukan

berisi tentang keadaan geografis, kondisi sosial masyarakat, kondisi

UMKM, gambaran umum responden dan analisis data.

5. BAB V merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran

yang direkomendasikan.