bab i pendahuluan i.1. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi, baik di negara-negara maju maupun yang sedang
berkembang, sangat tergantung pada sumberdaya alam dan produktivitas sistem
alami. Peningkatan kesejahteraan melalui pembangunan ekonomi berasal dari
barang-barang dan jasa-jasa konvensional yang produksinya sering memerlukan
sumberdaya alam dan sistem alami yang produktif (Hufschmidt dkk, 1987).
Pamungkas (2008) mengklasifikasikan sumberdaya alam secara umum
menjadi : 1) Sumberdaya tanah dan air, 2) sumberdaya tanaman dan pepohonan, 3)
sumberdaya “akuatik”. 4) sumberdaya energi dan bahan mineral. Sumberdaya energi
meliputi energi dari fosil yang terdiri dari minyak bumi, olahan minyak bumi, gas
alam, dan batubara serta sumber energi non fosil yang meliputi panas bumi, tenaga
surya, angin, dan gelombang.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah.
Kekayaan alam tersebut antara lain adalah sumber energi baik itu dari fosil maupun
non fosil. Pembangunan energi dilaksanakan dengan senantiasa berpedoman
pada amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang pada Pasal 33
mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Kesejahteraan manusia dalam kehidupan masa kini sangat ditentukan oleh kuantitas
dan kualitas sumberdaya energi yang dimanfaatkannya, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Disamping itu, energi juga merupakan unsur penunjang yang sangat
penting dalam proses pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dan sangat menentukan
keberhasilan pembangunan sektor lainnya. Oleh sebab itu, pemenuhan energi secara
kualitas dan kuantitas yang mencukupi merupakan upaya yang senantiasa harus
mendapatkan perhatian. Selain hal tersebut, sebagian energi adalah komoditas yang
2
dapat diperdagangkan sehingga berperan pula sebagai sumber devisa yang penting
(Bappenas, 1998).
Terdapat kegiatan-kegiatan ekonomi untuk menggerakkan perekonomian suatu
negara diantaranya adalah perdagangan, dalam hal ini tidak terkecuali adalah
perdagangan internasional yang dapat diketahui dari nilai ekspor dan impor.
Tambunan (2001) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan
kebijakan berupa export promotion. Oleh karena itu, dengan adanya kebijakan
tersebut maka ekspor termasuk salah satu motor penggerak pertumbuhan
perekonomian bangsa.
Ekspor mencakup semua komoditas yang dihasilkan dari berbagai sektor
antara lain pertanian, industri, pertambangan non migas, migas (minyak bumi dan
gas), dan lainnya. Penurunan ekspor Indonesia pada tahun 2008 erat kaitannya
dengan krisis ekonomi yang melanda negara-negara tujuan ekspor Indonesia. Namun,
pertumbuhan yang dialami masing-masing sektor tersebut memiliki pola yang tidak
sama seperti halnya pada sektor pertanian, industri dan migas memiliki pola yang
sama, yaitu selalu naik pra krisis dan mengalami penurunan pasca krisis, yaitu tahun
2009 sehingga menyebabkan pertumbuhannya menjadi negatif. Adapun sektor
pertambangan non migas terus naik dari tahun ke tahun serta sektor lainnya yang juga
terjadi peningkatan pasca krisis.
Peningkatan ekspor sektor pertambangan non migas paling banyak dipengaruhi
oleh tingginya ekspor batubara yang terjadi pada setiap tahunnya, yaitu tahun 2006-
2010. Batubara yang banyak dimanfaatkan untuk bahan bakar industri dan rumah
tangga merupakan salah satu sumber energi yang efektif untuk menggantikan bahan
bakar migas (BBM) karena harganya lebih murah sehingga dapat memperkecil biaya
produksi atau bahan bakar.
Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang tidak dapat
diperbaharui. Penyediaan BBM mulai kritis karena cadangannya terbatas sedangkan
sumber kayu bakar juga kritis karena luas kawasan hutan sudah kurang dari
3
persyaratan ideal. Jadi salah satu sumber energi alternatif adalah batubara. Harga
BBM dunia pun fluktuatif dan tetap tinggi sehingga berdampak pada meningkatnya
harga jual bahan bakar minyak. Batubara merupakan salah satu bahan bakar alternatif
pengganti minyak tanah yang mempunyai kelayakan teknis untuk digunakan sebagai
bahan bakar rumah tangga, industri kecil menengah maupun besar.
Ekspor batubara mengalami kenaikan yang cukup memuaskan karena barang
tersebut merupakan sumber energi dan atau bahan industri dan atau rumah tangga.
Harga BBM yang tetap tinggi juga menuntut konsumen yang selama ini berbahan
bakar migas beralih menggunakan batubara. Permintaan batubara dapat melonjak
pasca krisis karena negara-negara memaksimalkan potensi industri untuk
menyediakan barang-barang yang dikurangi nilai impornya dengan belanja batubara
yang banyak untuk meningkatkan hasil produksi manufaktur dan atau yang lainnnya.
Berbeda dengan sumber energi yang lainnya, batubara memiliki harga yang lebih
murah dan ketersediaan atau cadangan di alam yang masih banyak. Permintaan
batubara yang semakin tinggi dan adanya penemuan cadangan baru batubara
mengakibatkan produksi batubara selalu meningkat pada periode tahun 2006-2010.
Dengan asumsi bahwa produksi batubara adalah tetap, yaitu sebesar 256,8 juta ton
setiap tahunnya, maka cadangan batubara Indonesia akan habis dalam waktu 82 tahun
ke depan. Hal ini berbeda dengan minyak bumi dan gas alam yang hanya mampu
bertahan masing-masing 22,4 tahun dan 45 tahun lagi (BPS, 2011).
4
Tabel I. 2. Ekspor Beberapa Sumber Energi di Indonesia, 2006-2010
Jenis/ Barang
Satuan fisik (000 ton) Perubahan (%)
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
Minyak Bumi
Mentah 18.127,9 18.175,3 18.235,0 17.967,1 18.132,4 7,8 7,55 7,42 6,4 5,11
Olahan Minyak 7.046,9 6.264,8 5.724,0 5.405,7 7.322,8 3,03 2,6 2,33 1,92 2,06
Gas Alam 23.116,7 21.270,8 20.841,8 22.700,1 30.469,9 9,95 8,84 8,48 8,08 8,59
Batubara 183.973,0 194.987,8 200.931,7 234.793,1 298.844,4 79,21 81 81,77 83,6 84,2
Total 232.264,5 240.698,7 245.732,5 280.866,0 354.769,5 100 100 100 100 100
Sumber : Statistik Indonesia 2011 (BPS. 2011)
Tabel I. 1. Ekspor Menurut Sektor, 2006-2010
Sektor
Nilai FOB (US$ Million) Perubahan (%)
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
Pertanian 3.381,5 3.657,8 4.584,6 4.352,8 5.001,9 3,4 3,2 3,3 3,7 3,2
Industri 65.024,3 76.460,8 88.393,5 73.435,8 98.015,1 64,5 67,0 64,5 63,0 62,1
Pertambangan
Non Migas 11.164,1 11.884,9 14.906,2 19.692,3 26.712,6 11,1 10,4 10,9 16,9 16,9
Migas 21.209,5 22.088,6 29.126,2 19.018,3 28.039,7 21,0 19,4 21,3 16,3 17,8
Lainnya 8,8 8,8 9,9 10,8 9,9 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Total 100.788,2 114.100,9 137.020,4 116.510,0 157.779,2 100 100 100 100 100
Sumber : EKSPOR 2006-2010 (BPS,2007-2011)
5
Kebutuhan akan energi alternatif telah membuat sebagian besar negara
menoleh ke segala arah, dan salah satunya adalah batubara yang dipilih sebagai
sumber energi. Banyak ahli melihat batubara sebagai sumber energi alternatif.
Memang, batubara bukanlah penghasil energi paling bersih, tetapi merupakan
alternatif yang lebih murah. Oleh karena itu, batubara sangat efektif sebagai
sumberdaya subtitusi dari BBM.
Batubara banyak diekspor ke negara-negara industri di sebagian Benua Asia
seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hongkong, Cina, Thailand, Filipina, Malaysia
dan India, sebagian Benua Eropa seperti Italia, Belanda, dan Spanyol serta Amerika
Serikat dan sebagian kecil negara-negara lainnya di dunia. Ekspor batubara menurut
negara tujuan utama memiliki pola yang berbeda-beda baik tahun sebelum, pada saat
krisis maupun pasca krisis.
I.2. Permasalahan Penelitian
Sehubungan dengan terjadinya krisis keuangan global tahun 2008 dan
turunnya kinerja perdagangan luar negeri, Presiden RI dalam Sekretariat Negara
Republik Indonesia (2012) menegaskan bahwa ekspor tetap diperlukan sebagai motor
penggerak perekonomian tetapi penguatan ekonomi domestik sangatlah penting
terutama sebagai pengamanan di dalam negeri jika terjadi gejolak perekonomian
global. Dengan kata lain, penguatan ekonomi domestik perlu dilakukan supaya
perekonomian lokal tidak terlalu rentan dalam mengatasi krisis perekonomian global,
seperti yang sekarang sedang dialami yaitu krisis keuangan global. Pada saat dunia
mengalami krisis dan ada masalah, suatu negara masih bisa hidup dengan kekuatan
ekonomi domestik negara itu sendiri. Hal tersebut juga dialami dan diterapkan di
negara-negara lain sehingga nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan karena
negara-negara tujuan ekspor juga merasakan dampak akibat krisis, sedangkan negara-
negara disibukkan dengan permasalahan domestiknya supaya tidak collapse.
6
Sumberdaya energi mengalami peningkatan karena semua negara hendak
menghidupkan kembali industri dalam negeri dengan tetap melakukan impor
sumberdaya energi atau bahan bakar industri. Oleh karena itu, ekspor sumberdaya
energi meningkat dan diikuti dengan turunnnya nilai ekspor di semua sektor kecuali
sektor tersebut. Tingginya permintaan dalam negeri juga akan berpengaruh terhadap
permintaan luar negeri yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
Melihat kenyataan tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian terhadap
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kontribusi secara satuan fisik dan nilai mata uang masing-
masing komoditas sumberdaya energi dalam memberikan pengaruh pada
ekspor sumberdaya energi pasca krisis 2008?
2. Mengapa terjadi peningkatan nilai ekspor dalam satuan fisik dan nilai
mata uang batubara pasca krisis 2008?
3. Bagaimana pola keruangan atau persebaran ekspor batubara pasca krisis
pra dan pasca krisis?
I.3. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a) Mengidentifikasi kontribusi dalam satuan fisik dan nilai mata uang masing-
masing komoditas sumberdaya energi dalam pengaruhnya terhadap ekspor
sumberdaya energi pasca krisis keuangan global
b) Mengetahui peningkatan nilai ekspor batubara dalam satuan fisik dan nilai
mata uang.
c) Menganalisis persebaran tujuan ekspor batubara tahun 2006-2010 berdasarkan
jumlah dalam satuan fisik dan nilai mata uang.
7
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian meliputi dua aspek:
a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan:
Sebagai syarat kelulusan sarjana S1 Prodi Geografi dan Ilmu lingkungan
Fakultas geografi. Selain itu penelitian ini dapat menambah materi mengenai
komoditas ekspor sumberdaya energi khususnya batubara yang meliputi distribusi
dan kontribusi sebelum, pada saat dan pasca krisis keuangan global.
b. Bagi Pelaku Usaha
Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pelaku usaha atau eksportir
khususnya yang bergerak dalam sektor sumberdaya energi untuk meningkatkan
produksi atau nilai usaha baik dengan mengetahui nilai masing-masing komoditas
serta distribusi secara keruangan untuk memperluas dan meningkatkan pemasaran.
c. Bagi Pemerintah
Sebagai dasar pengembangan dan peningkatan komoditas ekspor
sumberdaya energi berdasarkan isu global yang menguntungkan bagi perekonomian
negara melalui kebijakan-kebijakan yang saling menguntungkan antara eksportir dan
importir.
8
Keaslian Penelitian
Judul Nama,
Tahun Lokasi Tujuan Metode Pendekatan Hasil
Analisis
Peramalan
Ekspor
Batubara dan
Dampaknya
Terhadap
Perekonomian
Indonesia
Rahmawati
(2006)
Indonesia 1. Memprediksi
jumlah
ekspor
batubara
Indonesia di
tahun 2006.
2. Menganalisis
distribusi
nilai tambah
dan
pendapatan
yang
diperoleh
faktor
produksi,
Box-Jenkins
(ARIMA) yang
mana digunakan
pada tahap
pertama
penelitian dengan
tujuan untuk
meramalkan
jumlah ekspor
batubara
Indonesia pada
tahun 2006.
Pendekatan
model
analisis
SNSE
dengan
tujuan untuk
menganalisis
efek
multiplier
dari simulasi
kegiatan
ekspor
batubara.
Kegiatan ekspor
batubara menunjukkan hasil
peramalan ekspor batubara yang
mengalami
peningkatan sepanjang tahun 2006
secara kontiyu dari triwulan
pertama hingga triwulan keempat.
Hasil peramalan jumlah total
batubara yang akan diekspor pada
tahun 2006 mencapai 107.368.414
ton.
9
institusi dan
sektor
produksi
perekonomia
n Indonesia
dari ekspor
batubara.
Analisis
Dampak
Krisis
Keuangan
Global
terhadap
Meningkatnya
Ekspor
Batubara
Sugiarti
(2009)
Indonesia
dan
Negara
Tujuan
Utama
Ekspor
Batubara
1. Meng-
identifikasi
kontribusi
masing-
masing
komoditas
sumberdaya
energi dalam
pengaruhnya
terhadap
ekspor
sumberdaya
Deskriptif sebagai
berikut:
1. Melakukan
agregasi data
nilai ekspor
batubara (dalam
mata uang dan
satuan fisik).
2. data ekspor
batubara yang
telah diagregasi
diurutkan
Pendekatan
Keruangan
1.Pasca krisis menunjukkan bahwa
kontribusi masing-masing
komoditas sumberdaya energi
berbeda-beda dengan proporsi
batubara yang paling banyak
diekspor dan diikuti dengan gas
alam, minyak mentah dan hasil
olahannya, hal ini karena antara
sumberdaya energi yang satu dapat
disubtitusikan dengan yang lainnya
yang lebih murah.
2.Peningkatan eskpor batubara
10
energi pasca
krisis
keuangan
global
2. Menganalisis
pengaruh
krisis
terhadap
peningkatan
nilai ekspor
batubara
pasca krisis
keuangan
global serta
perubahannya
secara
keruangan.
menurut negara
tujuan utama
dari nilai ekspor
tertinggi.
3. peringkat
dilakukan tanpa
klasifikasi
sehingga
berdasarkan
pada
pengelompokan
BPS, terdapat
13 negara. (Data
diperlakukan
sama dalam
kurun waktu
lima tahun)
pasca krisis karena batubara
memiliki harga yang paling
murah dibanding dengan
sumber energi yang lainnya
sehingga lebih efetif dan
banyak digunakan untuk
mengurangi konsumsi migas.
Ekspor batubara mengalami
peningkatan cukup tinggi di
negara tujuan utama yang
notabene merupakan negara
industri. Ekspor batubara
tertinggi pasca krisis
keuangan global dengan
negara tujuan utama adalah
Cina, yaitu dengan impor
batubara dari Indonesia tahun
2009 dan 2010 masing-masing
39.330,8 ton dan 74.805 ton.
11
I.5. Tinjauan Pustaka
I.5.1. Sumberdaya Alam dan Energi
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang terdapat di alam yang
bersifat potensial dan belum dilibatkan dalam proses produksi untuk
meningkatkan persediaan barang dan jasa dalam perekonomian (BPS, 2011).
Sumberdaya alam dan energi meliputi semua yang terdapat di bumi baik yang
hidup maupun benda mati, berguna bagi manusia, terbatas jumlahnya dan
pengusahaannya memenuhi kriteria-kriteria teknologi, ekonomi, sosial dan
lingkungan.
Sumberdaya energi terdiri atas sumberdaya energi yang tidak
terbarukan seperti minyak bumi, gas bumi, gambut, dan batubara serta
sumberdaya alam lain yang terbarukan seperti tenaga air, panas bumi, tenaga
angin, biomassa, dan tenaga matahari. Dilihat dari sumbernya, energi dalam
bentuk yang diberikan alam seperti minyak bumi, gas bumi, batubara, tenaga
air, tenaga panas bumi, tenaga matahari, dan biomassa dikenal sebagai energi
primer. Energi dalam bentuk yang sudah siap dipakai oleh konsumen, seperti
bahan bakar minyak (BBM), gas bumi, batubara yang sudah diolah, dan
tenaga listrik dinamakan energi final. Energi yang diperoleh dari hasil
tambang meliputi minyak bumi, batubara, panas bumi, gambut, dan uranium,
sedangkan yang bukan dari hasil tambang antara lain tenaga matahari, air,
biomassa, angin, dan pemanfaatan energi laut (Bappenas, 1998).
Batubara sebagai Sumber Energi
Endapan batubara adalah salah satu sumber daya alam yang digunakan
sebagai sumber energi alternatif pengganti minyak, sebagai sumber energi
manusia. Penggunaan batubara sebagai sumber energi untuk memenuhi
kebutuhan manusia semakin lama semakin meningkat (Fadhilah, 2008).
Menurut Reksohadiprojo (1988) kebanyakan yang mengkonsumsi
batubara adalah sektor industri dan sebagian sektor transportasi. Sebagai
12
barang yang fungsional, batubara menjadi sumber energi atau bahan bakar
mesin-mesin yang memproduksi pada suatu proses industri.
Jenis dan Karakteristik Batubara di Indonesia
Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar untuk pembangkit
energi, disamping gas alam dan mimnyak bumi. Berdasarkan atas
penggunaannya sebagai penghasil energi diklasifikasikan:
a. Penghasil energi primer di mana batubara yang langsung dipergunakan
untuk industri misalnya pemakaian batubara sebagai bahan bakar burner
(dalam industri semen dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap); pembakaran
kapur, bata, genting; bahan bakar lokomotif; pereduksi proses metalurgi;
kokas konvensional; bahan bakar tidak berasap (smokeless flues).
b. Penghasil energi sekunder di mana batubara yang tidak langsung
dipergunakan untuk industri misalnya pemakaian batubara sebagai bahan
bakar padat (briket); bahan bakar cair (konversi menjadi bahan bakar air)
dan gas (konversi menjadi bahan bakar gas); bahan bakar dalam industri
penuangan logam (dalam bentuk kokas). Selain itu batubara dipergunakan
bukan sebagai bahan bakar antara lain; sebagai reduktor pada peleburan
timah, pabrik ferro nikel, industri besi dan baja; pemurnian pada industri
kimia (dalam bentuk karbon aktif); pembuatan kalsium karbida (dalam
bentuk kokas dan semi kokas).
Secara umum nilai kalori yang dihasilkan 1 ton batubara equivalen dengan 3
bbl. minyak bumi.
Pada pemanfaatan batubara perlu diketahui sifat-sifat yang akan
ditunjukkan oleh batubara tersebut, baik yang bersifat kimiawi, fisik dan
mekanik. Sifat-sifat ini dapat diperoleh atau disimpulkan dari data kualitas
batubara hasil analisis dan pengujian. Dari sejumlah data kualitas batubara ada
yang dari padanya dapat diambil nilai rata-ratanya, misalnya kandungan air,
abu dan sifat kimia lainnya, tetapi ada juga yang tidak dapat diambil nilai rata-
13
ratanya, melainkan harus dilihat nilai minimum dan maksimum, seperti pada
nilai hardgrove Index dan Titik leleh abu (Sukandarrumidi, 1995).
Menurut sifatnya batubara di Indonesia terbagi atas 4 macam, yaitu
antrasit, bitumine, sub bitumine, dan lignit. Batubara antrasit memiliki kalor
tinggi yaitu 7000-8000 kkal per kg dan kadar air (H2O) 1-3 persen.
Penggunaannya sebagai bahan bakar dalam tanur putar kurang disukai, karena
akan menghasilkan nyala yang lebih panjang dengan suhu yang relatif lebih
rendah.
Batubara bitumine adalah jenis batubara yang lebih disukai pemakaiannya
sebagai bahan bakar dalam tanur putar, karena mempunyai kandungan volatile
matter yang cukup, tetapi nilai kalorinya relatif tinggi yaitu 7000-8000 kkal per
kg dan kadar air 5-10 persen. Oleh karena itu bitumine dapat menghasilkan
suhu nyala yang lebih tinggi. Batubara sub-bituminous memiliki kadar air 10-
25 persen dengan nilai kalori 5000-6500 kkal per kg.
Sedangkan batubara peringkat rendah itu sendiri (lignit) dicirikan dengan
tingginya kadar air total (30-45 persen) dan juga rendahnya nilai kalor (<5000
kkal per kg). Lignit mempunyai kandungan volatile matter yang tinggi dan
berheating value rendah, tidak disukai karena akan menghasilkan suhu nyala
yang rendah.
I. 5. 2. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Energi
Ekonomi sumberdaya alam merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi
yang mencoba menerapkan teori ekonomi (khususnya teori ekonomi mikro)
dalam pengelolaan sumberdaya alam dan energi untuk memenuhi kebutuhan
manusia secara optimal (efisien dan efektif) dan lestari. Sumberdaya secara
ekonomi merupakam seluruh faktor produksi yang diperlukan untuk
menghasilkan output berupa barang dan jasa. Sumberadaya merupakan
komponen yang diperlukan untuk aktivitas ekonomi yang secara langsung
maupun tidak langsung diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan
14
hidup yang tidak terbatas jumlahnya. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat
diartikan bahwa sumberdaya merupakan secara terbatas dalam peranannya
untuk menghasilkan utilitas (kepuasan) melalui proses produksi. Sumberdaya
tersebut diperlukan bukan karena dirinya sendiri melainkan diperlukan sebagai
sarana untuk mencapai tujuan (Suparmoko, 1997).
Ketersediaan sumberdaya yang ada di alam jumlahnya terbatas, sehingga
dalam pengertian ini terdapat beberapa kelompok yang pesimis terhadap
ketercukupan sumberdaya bagi pemenuhan hidup manusia. Hal ini terjadi
karena jumlah penduduk setiap tahun yang terus meningkat sementara alat
pemenuhan kebutuhan hidup manusia (sumberdaya) jumlahnya tetap/ terbatas
(Sukanto,1997). Disisi lain ada sekelompok ilmuwan yang percaya bahwa
sumberdaya itu tidak akan habis, hal ini seiring dengan kemajuan teknologi dan
adanya sumberdaya substitusi yang dapat menggantikan untuk pemenuhan
kebutuhan hidup manusia.
Sumberdaya yang menjadi kendala tersebut secara umum bisa
dikategorikan ke dalam sumberdaya lahan, manusia, modal, teknologi, dan
energi. Sumberdaya ini tidak lain merupakan faktor produksi atau masukan
dalam suatu proses produksi. Jika faktor tenaga kerja, modal dan teknologi
berasal dari manusia, maka sumberdaya alam dan energi lebih bersifat
pemberian alam. Alam telah menyediakan sejumlah sumberdaya alam dan
energi yang melimpah dan dengan pertolongan teknologi sumberdaya tersebut
dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan.
Bagaimanapun juga dengan berkembangnya ekonomi, kebutuhan akan
energi akan terus meningkat. Oleh karena itu, kebijakan energi merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional secara menyeluruh, karena
berkaitan erat antara pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan
penyediaan energi.
15
I. 5. 3. Devisa dan Sumbernya
Bank Indonesia merupakan bank pusat yang betanggungjawab atas
pengaturan dan administrasi system perbankan di Indonesia dan juga yang
bertanggungjawab atas pengaturan lalulintas devisa. Semua mata uang
negara-negara yang berkaitan dengan perdagangan dan hubungan
Internasional bebas dipertukarkan di Indonesia (freely convertible) dan Dana
Moneter Internasional (IMF) telah menyatakan mata uang rupiah sebagai
mata uang yang sepenuhnya “convertible” (dapat ditukarkan dengan mata
uang asing). Transfer valuta asing ke luar negeri, begitu pun sebaliknya
transfer dari luar negeri ke dalam negeri juga bebas.
Valuta asing ini diperlukan untuk:
1. Mengimpor barang-barang konsumsi, bahan baku industri dan sector
produksi lainnya, peralatan dan perlengkapan (barang modal,
perlengkapan pertanahan, keamanan, dan sebagainya).
2. Melunasi jasa pihak asing seperti jasa perbankan, asuransi, pelayaran,
penerbangan, perekayasaan, wisatawan Insdonesia dan sector jasa
lainnya.
3. Membiayai kantor Perwakilan Pemerintah Indonesia (Kedutaan/Konsulat)
di luar negeri.
4. Melunasi hutang luar negeri.
Devisa atau valuta asing atau juga lazim disebut dengan alat-alat
pembayaran luar negeri atau dalam bahasa asing disebut dengan foreign
exchange atau foreign exchange currency, sesungguhnya merupakan tagihan
kita terhadap luar negeri yang dapat dipergunakan untuk melunasi segala
hutang negara kita.
Sumber devisa Indonesia terdiri dari sumber-sumber berikut:
1. Hasil ekspor barang maupun jasa.
2. Pinjaman yang diperoleh dari negara asing.
16
3. Hadiah atau grant dan bantuan dari badan-badan PBB seperti UNDP,
UNESCO, ILO, dan Pemerintah asing, seperti pemerintah Arab Saudi,
Jepang, dan lainnya.
4. Laba dari penanaman modal di luar negeri, seperti laba yang ditransfer
dari perusahaan milik pemerintah dan warga negara Indonesia yang
berdomisili di luar negeri, termasuk remitan atau transfer yang dilakukan
oleh warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri seperti Malaysia,
Jepang, Timur Tengah, Eropa, dansebagainya.
5. Hasil dari pariwisata Internasional, seperti uang tambang, angkutan, sewa
mobil, penjualan kerajinan, dan lain-lain.
Industrialisasi yang kita jalankan telah memungkinkan pula industri kita
menjadi sumber devisa dengan mengekspor hasil industri migas dan non
migas. Oleh karena mulai melemahnya ekspor migas akhir-akhir ini, maka
semakin populerlah istilah ekspor non migas sebagai andalan sumber devisa
di masa yang akan datang.
I.5.4. Ekspor Indonesia
Peran ekspor dalam perekonomian sebuah negara sangat penting. Ekspor
suatu negara menentukan laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga
kerja. Sebagian besar ekspor Indonesia ke pasar internasional didominasi oleh
minyak mentah dan bahan tambang serta berbagai komoditas primer lainnya
(Gustaf, 1987). Namun demikian Indonesia masih mempunyai kesempatan
untuk meningkatkan ekspornya dengan meningkatkan ekspor non migas.
Sebuah sistem perekonomian terbuka berarti memberikan ruang bagi
sebuah negara untuk melakukan perdagangan internasional. Negara
berkembang mengalami keterbatasan sumberdaya untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi tinggi. Hal ini dikarenakan rendahnya angka tabungan
domestik di negara berkembang (Sadli, 2002). Oleh karena itu ekonom Neo
Klasik menyarankan agar negara berkembang mengubah strategi
pembangunannya dari inward orientation menjadi outward orientation
17
(Kuncoro, 2000). Alasannya karena pasar global lebih menjanjikan dan
berpotensi untuk meningkatkan pendapatan nasional negara berkembang
dengan syarat mereka mampu bersaing dalam perekonomian global. Hal ini
yang kemudian menjadi dasar kebijakan orientasi ekspor di negara
berkembang tak terkecuali Indonesia.
I.5.5. Krisis Keuangan Global
Dalam beberapa tahun terakhir perekonomian dunia dihadapkan pada
suatu perubahan drastis yang nyaris tak terbayangkan sebelumnya. Krisis
kredit macet perumahan berisiko tinggi di Amerika Serikat (AS) secara tiba-
tiba berkembang menjadi krisis keuangan global, dan kemudian dalam
hitungan bulan telah berubah menjadi krisis ekonomi yang melanda ke seluruh
dunia. Kuatnya intensitas krisis membuat negara-negara kawasan Asia, yang
semula dianggap relative steril dari dampak krisis, akhirnya sulit bertahan dan
turut pula terkena imbas krisis.
Dampak krisis global tersebut tidak hanya terjadi pada sektor
keuangan, tetapi juga telah merambat ke sektor riil. Kerugian dan
kebangkrutan baik di industry keuangan maupun manufaktur terus terjadi,
yang disusul dengan gelombang pemutusan hubungan kerja di seluruh dunia.
AS, Inggris, Jepang dan sejumlah negara lainnya sudah dinyatakan dalam fase
resesi. Sebagai respon dari krisis yang terjadi, pemerintah maupun bank
sentral berbagai negara telah mengambil sejumlah langkah baik di bidang
fiskal, moneter, maupun perbankan. Namun sejauh ini, langkah-langkah
tersebut belum membuahkan hasil yang signifikan (BI, 2009).
Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perekonomian Global
Krisis yang terjadi di sektor finansial kemudian dengan cepat menjadi
bola salju yang bergulir ke seluruh perekonomian. Jatuhnya harga perumahan
AS, meningkatnya pengambilalihan kepemilikan rumah akibat ketidakmampuan
debitur dalam melakukan pembayaran dan juga kerugian dari aktivitas di pasar
18
finansial, membuat konmsumen di AS dan Eropa segera kehilangan daya beli.
Kondisi ini kemudian dengan cepat memukul aktivitas bisnis. Selain anjloknya
pembelian konsumen, krisis yang terjadi di pasar finansial menyebabkan banyak
pelaku bisnis yang kehilangan akses pembiayaan, baik melalui perbankan
maupun pasar modal dan pembiayaan lainnya. Lesunya kegiatan bisnis berujung
pada gelombang besar-besaran pemutusan hubungan kerja, yang selanjutnya
semakin menekan daya beli masyarakat. Sejalan dengan pelemahan permintaan
negara-negara maju, harga komoditas dunia baik migas maupun non migas
mengalami penurunan. Dampak krisis keuangan di AS dan Eropa selanjutnya
menyebar ke seluruh dunia, termasuk diantaranya negara-negara emerging
markets (BI, 2009).
Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perekonomian Indonesia
BI (2009) menjelaskan bahwa dampak krisis keuangan global ke
perekonomian Indonesia pada dasarnya melewati dua jalur, yaitu jalur finansial
(financial channel) dan jalur perdagangan (trade channel) atau jalur makroekonomi.
a. Dampak melalui jalur keuangan
Dampak krisis melalui jalur finansial dimungkinkan secara langsung
maupun tidak langsung. Dampak secara langsung akan muncul apabila
bank atau lembaga keuangan memiliki eksposur langsung terhadap
aset-aset yang bermasalah (toxic asset) atau meskipun tidak memiliki
aset yang bermasalah namun memiliki kaitan dengan lembaga
keuangan yang memiliki eksposur yang besar terhadap aset
bermasalah. Selain itu, transmisi dampak krisis melalui jalur finansial
langsung juga muncul melalui aktivitas develeraging, dimana ionvestor
asing yang mengalami kesulitan likuiditas terpaksa menarik dana yang
tadinya ditanamkan di Indonesia.
b. Dampak melalui jalur perdagangan
Intensitas dampak krisis melalui jalur perdagangan telah
mengakibatkan menurunnya kinerja pembayaran Indonesia (NPI).
19
Tekanan pada kondisi NPI diantaranya didorong oleh memburuknya
kinerja neraca berjalan yang dipicu oleh menurunnya kinerja ekspor,
menyusul melemahnya permintaan global dan anjloknya harga-harga
komoditas dunia. Rentannya ekspor Indonesia terhadap shock di
kondisi eksternal ini sesungguhnya tidak terlepas dari karakteristik
komoditas ekspor Indonesia.
20
I.6. Kerangka Pemikiran
Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 secara tidak langsung
telah memberikan dampak bagi Indonesia, khususnya pada kondisi ekspor
Indonesia bidang pertambangan migas dan energi non migas. Dampak tersebut
berpengaruh pada ekspor secara nilai ekonomi dan satuan fisik sumber energi.
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Krisis Keuangan Global 2008
Dampak bagi Indonesia
Dampak terhadap Nilai Ekspor secara Ekonomi
dan Satuan Fisik Sumberdaya Energi
Kontribusi Masing-masing
Komoditas
Sumberdaya Energi: Minyak
Bumi Mentah, Olahan Minyak,
Gas Alam dan Batubara
Distribusi Keruangan Pra,
masa dan Pasca Krisis
Komoditas Batubara
(2006-2010)
Analisis Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Meningkatnya
Nilai Ekspor Batubara
Peningkatan Ekspor
Komoditas Batubara
21
I.7. Batasan Operasional
Sumberdaya energi adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
memenuhi kepuasan dan utilitas manusia.
Bahan bakar fosil adalah sumber daya alam yang mengandung
hidrokarbon seperti batu bara, petroleum, dan gas alam (Wikipedia, 2012).
Batubara adalah salah satu bahan bakar dari sisa tumbuhan dari jaman
prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan
lahan gambut. Batubara diekspor dalam bentuk batubara mentah, kokas
dan briket.
Ekspor adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau
badan hukum dalam bentuk menjual barang ke luar negari.
Krisis Ekonomi adalah keadaan perekonomian yang tidak stabil dan
berpengaruh pada turunnya mata uang, bursa saham, dan harga asset
lainnya yang terjadi di suatu negara (Warsono, 1999).
Krisis Keuangan Global adalah krisis keuanan atau financial yang dapat
mengganggu tatanan kehidupan sosial dan ekonomi diseluruh negara
termasuk negara adi daya.
Negara tujuan utama adalah negara yang mempunyai nilai ekspor
terbesar.
Nilai Ekspor adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dalam volume
atau satuan fisik dan harga.
Pola adalah persebaran fenomena jumlah dalam satuan fisik dan ekonomi
berdasarkan deret waktu.