bab i pendahuluan geser
TRANSCRIPT
Struktur Beton I - GESER
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 UMUM
Kegagalan balok umumnya diawali oleh retak. Retak yang terjadi
pada balok disebabkan oleh beban yang bekerja pada balok,
yang melampaui kekuatan balok tersebut. Beban kerja yang
mengakibatkan retak pada balok dapat berupa momen lentur
dan gaya lintang (gaya geser).
Jika balok tidak mampu menahan momen lentur, maka pada
daerah yang menerima momen lentur paling besar atau momen
maksimum – misalnya pada tengah bentang – akan terjadi retak
lentur yaitu retak pada serat tarik terluar balok dengan arah
retakan vertikal.
Jika balok tidak mampu menahan gaya lintang (gaya geser),
maka pada daerah yang menerima gaya lintang paling besar –
misalnya pada ujung balok – akan terjadi retak geser dengan
arah retakan miring atau membentuk sudut 45.
1.2 KUAT GESER
Dalam membahas balok yang menahan momen lentur
hendaknya juga mempertimbangkan pula bahwa pada saat yang
sama balok juga menahan gaya geser akibat lenturan. Kondisi
kritis geser akibat lentur ditunjukkan dengan timbulnya
tegangan-tegangan tarik tambahan di tempat-tempat tertentu
pada komponen struktur terlentur. Pada komponen struktur
beton bertulang, apabila gaya geser yang bekerja sedemikian
besar hingga diluar kemampuan beton untuk menahannya, perlu
1
Struktur Beton I - GESER
memasang baja tulangan tambahan untuk menahan gaya geser
tersebut.
Tegangan geser dan lentur akan timbul di sepanjang komponen
struktur dimana bekerja gaya geser dan momen lentur, dan
penampang komponen mengalami tegangan-tegangan tersebut
pada tempat-tempat selain di garis netral atau serat tepi
penampang. Komposisi tegangan-tegangan tersebut di suatu
tempat akan menyesuaikan diri secara alamai dengan
membentuk keseimbangan tegangan geser dan tegangan normal
maksimum dalam satu bidang yang membentuk sudut
kemiringan terhadap sumbu balok. Dengan menggunakan
lingkaran Mohr dapat ditunjukkan bahwa tegangan normal
maksimum dan minimum akan bekerja pada dua bidang yang
saling tegak lurus satu sama lainnya. Bidang-bidang tersebut
dinamakan bidang utama dan tegangan-tegangan yang bekerja
disebut tegangan-tegangan utama.
Gambar 1.1Hubungan antar-tegangan geser
1.3 PERILAKU BALOK TANPA TULANGAN GESER
2
Struktur Beton I - GESER
Pada balok tanpa tulangan geser, kerusakan umumnya akan
terjadi di daerah sepanjang kurang lebih tiga kali tinggi efektif
balok, dan dinamakan bentang geser. Seperti tampak pada
Gambar 1.2, retak akibat tarik diagonal merupakan salah satu
cara terjadinya kerusakan geser. Untuk bentang geser yang lebih
pendek, kerusakan akan timbul sebagai kombinasi dari
pergeseran, remuk dan belah. Sedangkan pada balok tanpa
tulangan dengan bentang geser lebih panjang, retak karena
tegangan tarik lentur akan terjadi terlebih dahulu sebelum timbul
retak akibat tarik diagonal. Dengan demikian terjadinya retak
tarik lenturan pada balok tanpa tulangan merupakan indikasi
kerusakan geser.
Retak miring akibat geser di badan balok beton bertulang dapat
terjadi tanpa disertai retak akibat lentur di sekitarnya, atau dapat
juga sebagai kelanjutan proses retak lentur yang telah
mendahuluinya.
Gambar 1.2Kerusakan tipikal akibat tarik diagonal
3
Struktur Beton I - GESER
Retak miring pada balok yang sebelumnya tidak mengalami
retak lentur dinamakan sebagai retak geser badan. Kejadian
retak geser badan jarang dijumpai pada balok beton bertulang
biasa dan lebih sering dijumpai pada pada balok beton prategang
berbentuk huruf I dengan badan tipis dan flens (sayap) lebar.
Retak geser badan juga dapat terjadi di sekitar titik balik
lendutan atau pada tempat dimana terjadi penghentian tulangan
balok struktur bentang menerus. Retak miring yang terjadi
sebagai proses kelanjutan dari retak lentur yang telah timbul
sebelumnya dinamakan sebagai retak geser lentur. Retak jenis
yang terakhir ini dapat dijumpai baik pada balok beton bertulang
ataupun prategang. Proses terjadinya retak lentur umumnya
cenderung merambat dimulai dari tepi masuk ke dalam balok
dengan arah hampir vertikal. Proses tersebut terus berlanjut
tanpa mengakibatkan berkurangnya tegangan sampai
tercapainya suatu kombinasi kritis tegangan lentur dan geser di
ujung salah satu retakan terdalam, dimana terjadi tegangan
geser cukup besar yang kemudian mengakibatkan terjadinya
retak miring. Pada balok beton bertulangan lentur arah
memanjang, tulangan baja akan bertugas sepenuhnya menahan
gaya tarik yang timbul akibat leturan. Sementara itu, apabila
beban yang bekerja terus meningkat, tegangan tarik dan geser
juga akan meningkat seiring dengan beban. Sedangkan tulangan
baja yang diperuntukkan menahan momen lentur di dalam balok
letaknya tidak pada tempat di mana tulangan tarik diagonal
timbul. Sehingga untuk itu diperlukan tambahan tulangan baja
untuk menahan tegangan tarik diagonal tersebut di tempat-
tempat yang sesuai.
Mekanisme perlawanan geser di dalam komponen struktur beton
bertulang tidak lepas dari pengaruh serta tersusun sebagai
kombinasi beberapa mekanisme sebagai berikut :
4
Struktur Beton I - GESER
1. Adanya perlawanan geser sebelum terjadi retak.
2. Adanya gaya ikatan antar agregat (pelimpahan geser-antar
permukaan butir) ke arah tangensial di sepanjang retakan,
yang serupa dengan gaya gesek akibat saling ikat antar-
agregat yang tidak teratur di sepanjang permukaan beton
kasar.
3. Timbulnya aksi pasak tulangan memanjang sebagai
perlawanan terhadap gaya transversal yang harus ditahan.
4. Terjadinya perilaku pelengkung pada balok yang relatif
tinggi, dimana segera setelah terjadi retak miring, beban
dipikul oleh susunan reaksi gaya tekan yang membentuk
busur melengkung dengan pengikatnya (tali busur) adalah
gaya tarik di sepanjang tulangan memanjang dan ternyata
memberikan cadangan kapasitas cukup tinggi.
5. Adanya perlawanan tulangan geser yang berupa sengkang
vertikal ataupun miring (untuk balok yang bertulangan
geser).
Dalam rangka usaha mengetahui distribusi tegangan geser yang
sebenarnya terjadi di sepanjang bentang dan kedalaman
penanmpang balok, meskipun studi dan penelitian telah
dilakukan secara luas dan cukup lama, mekanisme kerusakan
geser yang tepat sebetulnya masih belum dikuasai sepenuhnya.
Untuk menentukan seberapa besar tegangan geser tersebut,
umumnya peraturan-peraturan yang ada memberikan
rekomendasi dengan menggunakan pedoman perencanaan
berdasarkan nilai tegangan geser rata-rata nominal sebagai
berikut :
vu =
dimana :
5
Struktur Beton I - GESER
Vu = tegangan geser rencana rata-rata nominal total, MPa
vu = gaya geser rencana total karena beban luar, kN
= faktor reduksi kekuatan (untuk geser 0,65)
bw = lebar balok, untuk penampang persegi = b, mm
d = tinggi efektif balok, mm
Seperti yang telah dikemukakan bahwa di tempat garis netral
penampang, nilai tegangan geser sama dengan tegangan tarik
diagonal. Maka untuk kepentingan pendekatan perencanaan,
ditetapkan bahwa tegangan geser dapat dipakai sebagai alat
ukur yang baik untuk mengukur tegangan tarik diagonal yang
terjadi, meskipun sesungguhnya bukanlah tegangan tarik
diagonal aktual.
Walaupun teori umum perencanaan geser yang dipakai sebagai
dasar peraturan dan persyaratan belum diubah, SK SNI T-15-
1991-03 memberikan rekomendasi bahwa perencanaan geser
dapat didasarkan pada gaya geser Vu yang bekerja pada
penampang balok. Hal demikian berbeda dengan peraturan-
peraturan sebelumnya, PBI 1971 dan sebelumnya, yang
mendasarkan pada tegangan geser. Sehingga tidak jarang
terjadi penafsiran bahwa gaya geser, secara umum dapat
berlaku sebagai alat pengukur tarik diagonal yang timbul.
1.4 PERENCANAAN PENULANGAN GESER
Dasar pemikiran perencanaan tulangan geser atau penulangan
geser badan balok adalah usaha menyediakan sejumlah tulangan
baja untuk menahan gaya tarik arah tegak lurus terhadap retak
tarik diagonal sedemikian rupa sehingga mampu mencegah
bukaan retak lebih lanjut. Berdasarkan pemikiran tersebut dan
6
Struktur Beton I - GESER
juga dengan memperhatikan pola retak seperti tergambar pada
Gambar 1.2, penulangan geser dapat dilakukan dalam beberapa
cara, seperti :
1. Sengkang vertikal,
2. Jaringan kawat baja las yang dipasang tegak lurus
terhadap sumbu aksial,
3. Sengkang miring atau diagonal,
4. batang tulangan miring diagonal yang dapat dilakukan
dengan cara membengkok batang tulangan pokok balok di
tempat-tempat yang diperlukan, atau
5. Tulangan spiral.
Perencanaan geser untuk komponen-komponen struktur
terlentur didasarkan pada anggapan bahwa beton menahan
sebagian dari gaya geser, sedangkan kelebihannya atau kuat
geser di atas kemampuan beton untuk menahannya dilimpahkan
kepada tulangan baja geser. Cara yang umum dilaksanakan dan
lebih sering dipakai untuk penulangan geser adalah dengan
menggunakan sengkang, dimana selain pelaksanaannya lebih
mudah juga menjamin ketepatan pemasangannya. Penulangan
dengan sengkang hanya memberikan andil terhadap sebagian
pertahanan geser, karena formasi atau arah retak yang miring.
Tapi bagaimanapun, cara penulangan demikian terbukti mampu
memberikan sumbangan untuk peningkatan kuat geser ultimit
komponen struktur yang mengalami lenturan.
7
Struktur Beton I - GESER
Gambar 1.3Penampang isometrik susunan sengkang
1.5 KETENTUAN PENULANGAN SENGKANG
Beberapa petunjuk ketentuan penulangan sengkang adalah
sebagai berikut :
1) Bahan-bahan dan tegangan maksimum
Untuk mencegah terjadinya lebar retak yang berlebihan pada
balok akibat gaya tarik diagonal, SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.5
ayat 2 memberikan ketentuan kuat luluh rencana tulangan geser
tidak boleh lebih dari 400 MPa. Sedangkan nilai Vs tidak boleh
melebihi (2/3√f’c)bwd terlepas dari berapa jumlah luas total
penulangan geser (pasal 3.4.5 ayat 6.8).
2) Ukuran batang tulangan untuk sengkang
Umumnya digunakan batang tulangan D10 untuk sengkang.
Pada kondisi dimana bentang dan beban sedemikian rupa
sehingga mengakibatkan timbulnya gaya geser yang relatif
besar, ada kemungkinan harus menggunakan batang tulangan
D12. Penggunaan batang tulangan D12 untuk tulangan sengkang
8
Struktur Beton I - GESER
merupakan hal yang sangat jarang dilakukan. Untuk balok
ukuran besar kadang-kadang digunakan sengkang rangkap
dengan perhitungan kemungkinan terjadi retak diagonal yang
menyilang empat atau lebih batang tulangan sengkang vertikal.
Apabila digunakan sengkang tertutup tunggal, luas yang
disediakan oleh setiap sengkang untuk menahan geser Av adalah
dua kali luas penampang batang tulangan yang digunakan,
karena setiap sengkang menyilang retak diagonal pada dua
tempat, sehingga misalnya untuk batang tulangan D10 Av = 157
mm2, sedangkan untuk D12 Av = 226 mm2.
Apabila mungkin jangan menggunakan diameter batang
sengkang yang bermacam-macam, gunakan ukuran batang
tulangan sama untuk seluruh sengkang kecuali tidak ada pilihan
lain. Pada umumnya yang diatur bervariasi adalah jarak spasi
sengkang, sedangkan ukuran batang tulangan diusahakan tetap.
3) Jarak antar sengkang (spasi)
Jarak spasi dari pusat ke pusat antar sengkang adalah sebagai
berikut :
a) tidak boleh lebih dari ½d atau 600 mm, mana yang lebih
kecil (SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 4.1).
b) Apabila Vs melebihi nilai (1/3√f’c)bwd jarak spasi sengkang
tidak boleh lebih dari ¼d atau 300 mm, mana yang lebih
kecil (SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 4.3).
9
Struktur Beton I - GESER
Pada umumnya akan lebih praktis dan ekonomis untuk
menghitung jarak sengkang perlu pada beberapa tempat
(penampang) untuk kemudian penempatan sengkang diatur
sesuai dengan kelompok jarak. Sehingga jarak spasi antar-
sengkang sama untuk suatu kelompok jarak dan peningkatan
jarak antara satu kelompok dengan kelompok lainnya tidak lebih
dari 20 mm. Peraturan menetapkan bahwa jika reaksi dukungan
berupa gaya tekan di daerah ujung komponen (misalnya suatu
balok), maka geser maksimum diperhitungkan akan terjadi pada
penampang berjarak d dari dukungan kecuali untuk brackets,
konsol pendek atau kondisi khusus yang semacam. Penampang
di tempat berjarak d dari dukungan disebut sebagai penampang
kritis, dan perencanaan sengkang penampang-penampang yang
berada dalam jarak d dari dukungan menggunakan nilai geser
sama yaitu Vu. Dengan kata lain, spasi sejak dari dukungan
sampai ke penampang kritis bernilai tetap dan dihitung
berdasarkan kebutuhan sengkang di penampang kritis.
Sengkang yang paling tepi dipasang ± ½s dari dukungan,
dimana s adalah spasi sengkang yang diperlukan di daerah
tersebut dengan maksud untuk mempertimbangkan keserasian
pemasangan keseluruhan bentang. Pengaturan spasi sengkang
merupakan fungsi diagram Vs.
Dalam pelaksanaannya, pola perencanaan sengkang sepenuhnya
tergantung pada pilihan perencana yang dalam hal ini dibatasi
oleh pertimbangan segi kebutuhan kekuatan dan ekonomi biaya.
Tersedia banyak kemungkinan untuk pengembangan pola
tersebut. Pada umumnya, nilai gaya geser akan berangsung
berkurang sejak dari tempat dukungan sampai di tengah
bentang dan dengan demikian spasi jarak sengkang-pun secara
berangsur ditambah sejak dari penampang kritis sampai
10
Struktur Beton I - GESER
mencapai nilai spasi maksimum yang diperkenankan oleh
peraturan. Pekerjaan ini memerlukan ketekunan karena
merupakan pekerjaan detail dalam kaitannya dengan operasi
penempatan tulangan sengkang sedemikian sehingga diperoleh
penggunaan baja tulangan yang seekonomis mungkin.
Untuk balok dengan beban merata umumnya digunakan tidak
lebih dari dua atau tiga macam spasi sengkang. Sedangkan
untuk balok bentangan panjang atau pembebanan terpusat yang
kompleks tentunya akan membutuhkan lebih banyak
perhitungan dalam perencanaan polanya. Pada umumnya jarak
spasi sengkang diambil tidak kurang dari 100 mm.
BAB 2. METODE PERENCANAAN DAN PROVISI KEAMANAN
2.1 UMUM
Perencanaan elemen struktur beton dilakukan sedemikian rupa
sehingga tidak timbul retak berlebihan pada penampang
sewaktu mendukung beban kerja, dan masih mempunyai cukup
keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan beban dan
tegangan lebih lanjut tanpa mengalami keruntuhan. Timbulnya
tegangan-tegangan lentur akibat struktur.
11
Struktur Beton I - GESER
Pada Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI-1971) metode
perencanaan dan analisis didasarkan pada Metode Tegangan
Kerja (Working Stress Method), sementara di SNI 03 – 2847 –
2002 metode perencanaan dan analisis didasarkan pada Metode
Kekuatan (Ultimated Strenght Method).
Beberapa istilah yang digunakan dalam pembahasan metode
perencanaan dan analisis adalah sebagai berikut;
Kuat nominal
kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang
dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode
perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi
kekuatan yang sesuai.
Kuat perlu
Kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang
diperlukan untuk menahan beban berfaktor atau momen atau
gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu
kombinasi seperti yang ditetapkan dalam peraturan.
Kuat rencana
Kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan
2.2 METODE TEGANGAN KERJA
Di dalam metode tegangan kerja, untuk struktur direncanakan
sedemikian sehingga tegangan-tegangan yang timbul akibat
beban kerja dan yang dihitung secara mekanika dari unsur-unsur
yang elastis, yang tidak melampaui dengan tegangan-tegangan
yang diijinkan yang ditetapkan lebih dahulu. Beban kerja adalah
beban-beban yang berasal dari beban mati, beban hidup, beban
angin dan beban gempa, yang dimisalkan benar-benar terjadi
sewaktu masa kerja dari struktur.
12
Struktur Beton I - GESER
Metode tegangan kerja ini secara matematis dapat dinyatakan :
≤
= tegangan timbul yang dihitung secara elastis
= tegangan yang diijinkan yang ditetapkan menurut
peraturan, sebagai suatu prosentase dari kekuatan tekan
f’c beton dan tegangan leleh fy baja tulangan
2.3 METODE KEKUATAN
Di dalam metode ini beban kerja diperbesar, dikalikan suatu
faktor beban dengan maksud untuk memperhitungkan terjadinya
beban pada saat keruntuhan sudah di ambang pintu. Kemudian
dengan menggunakan beban kerja yang telah diperbesar (beban
berfaktor) tersebut, struktur direncanakan sedemikian sehingga
diperoleh nilai kuat guna pada saat runtuh yang besarnya kira-
kira sedikit lebih kecil dari kuat batas runtuh yang
sesungguhnya. Kekuatan pada saat runtuh inilah yang
dinamakan kuat ultimit dan beban yang bekerja pada atau dekat
dengan saat runtuh dinamakan beban ultimit. Kuat rencana
penampang komponen struktur didapatkan melalui perkalian
kuat teoritis atau kuat nominal dengan faktor kapasitas, yang
dimaksudkan untuk memperhitungkan kemungkinan buruk yang
berkaitan dengan faktor-faktor bahan, tenaga kerja, ukuran-
ukuran dan pengendalian mutu pekerjaan pada umumnya. Kuat
teoritis atau kuat nominal diperoleh berdasarkan keseimbangan
statis dan kesesuaian tegangan regangan-tegangan yang tidak
linear di dalam penampang elemen tertentu.
2.4 PROVISI KEAMANAN DAN PEMBEBANAN
13
Struktur Beton I - GESER
Struktur atau elemen-elemennya harus direncanakan untuk
memiliki cadangan kekuatan untuk dapat menerima beban yang
lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas cadangan ini
digolongkan dalam dua kategori yaitu faktor pembebanan
yang memperhitungkan pelampauan beban, dan faktor reduksi
kekuatan, yang memperhitungkan kemungkinan buruk yang
berkaitan dengan faktor-faktor bahan, tenaga kerja, ukuran-
ukuran dan pengendalian mutu pekerjaan pada umumnya.
Di dalam metode kekuatan, lazimnya digunakan istilah faktor
beban untuk membedakan dengan faktor keamanan di dalam
faktor tegangan kerja. Pada SNI 03 – 2847 – 2002 dibedakan
dua faktor yaitu faktor kuat perlu U untuk beban dan faktor
untuk reduksi kekuatan. Faktor kuat perlu U sesuai dengan Pasal
11.2 SNI 03 – 2847 – 2002, dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 2.1 Kuat perlu U
No. Kombinasi BebanKuat Perlu
(U)
1.DD, L, A atau R
1,4 D1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
2.D, L, W, A atau RD, W
1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R)0,9 D ± 1,6 W
3. D, L, E 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 E
14
Struktur Beton I - GESER
D, E 0,9 D ± 1,0 E
4.D, L, A atau R, HD, W, HD, E, H
1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) ± 1,6 H0,9 D ± 1,6 H0,9 D ± 1,6 H
5.D, FD, L, A atau R, F
U = 1,4 (D + F)1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) + 1,2 F
6.Kejut harus disertakan pada L
7. T 1,2 (D – T) + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
8. P dikalikan 1,2
Keterangan :
D = beban matiL = beban hidupA = beban atapR = beban hujanW = beban anginE = beban gempaH = tekanan tanahF = tekanan fluidaT = pengaruh struktural dari penurunan fondasi, rangkak,
susut, ekspansi beton atau perubahan suhu.
Tabel 2.2 Faktor reduksi kekuatan
No. Kondisi GayaFaktor Reduksi
Kekuatan
1. Lentur, tanpa beban aksial 0,80
2.Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur
a.Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur
0,80
b. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lenturKomponen struktur dengan tulangan spiralKomponen struktur lainnya
0,700,65
2.5 DEFINISI
Definisi yang berkaitan dengan pembahasan penulangan lentur,
penulangan geser dan torsi balok beton bertulang sesuai dengan
15
Struktur Beton I - GESER
SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung adalah sebagai berikut :
Beban hidup :
Semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan penghunian
suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal
dari barang-barang yang dapat berpindah dan/atau beban akibat
air hujan pada atap.
Beban kerja :
Beban rencana yang digunakan untuk merencanakan komponen
struktur.
Beban mati :
Berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala beban tambahan, finishing, mesin-mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari gedung tersebut.
Beban berfaktor :
Beban kerja yang telah dikalikan dengan faktor beban yang
sesuai.
Beton :
Campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregrat kasar dan air, dengan atau tanpa
bahan tambahan yang membentuk massa padat.
Beton bertulang :
16
Struktur Beton I - GESER
Beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang
tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau
tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa
kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya
yang bekerja.
Kuat nominal :
kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang
dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode
perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi
kekuatan yang sesuai.
Kuat perlu :
Kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang
diperlukan untuk menahan beban berfaktor atau momen atau
gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu
kombinasi seperti yang ditetapkan dalam peraturan.
Kuat rencana :
Kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan
Sengkang :
Tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser dan
torsi dalam suatu komponen struktur, terbuat dari batang
tulangan, kawat baja atau jaring kawat baja las polos atau ulir,
berbentuk kaki tunggal atau dibengkokkan dalam bentuk L, U
atau persegi dan dipasang tegak lurus atau membentuk sudut,
terhadap tulangan longitudinal, dipakai pada struktur lentur
balok
Sengkang ikat :
17
Struktur Beton I - GESER
Sengkang tertutup penuh yang dipakai pada struktur tekan,
kolom
Tinggi efektif penampang (d) :
Jarak yang diukur dari serat tekan terluar hingga titik berat
tulangan tarik
Tulangan :Batang berbentuk polos atau berbentuk ulir atau
berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada
komponen struktur beton, tidak termasuk tendon prategang,
kecuali bila secara khusus diikut sertakan.
Tulangan polos :
Batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak bersirip dan
tidak berulir
Tulangan ulir :
Batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi
bersirip dan berulir
2.6 NOTASI
A = bentang geser, jarak antara beban terpusat dan
muka dari tumpuan, mm
Ac = luas penampang beton yang menahan penyaluran
geser, mm2
Af = luas tulangan di dalam konsol pendek yang
menahan momen berfaktor, mm2
Ag = luas bruto penampang, mm2
Ah = luas tulangan geser yang paralel dengan tulangan
lentur tarik, mm2
Al = luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi,
18
Struktur Beton I - GESER
mm2
An = luas tulangan dalam konsol pendek yang menahan
gaya tarik Nuc, mm2
Aps = luas tulangan pratekan dalam daerah tarik, mm2
As = luas tulangan tarik non pratekan, mm2
At = luas satu kaki dari sengkang tertutup dari daerah
sejarak s yang menahan torsi, mm2
Av = luas tulangan geser dalam daerah sejarak s, atau
luas tulangan geser yang tegak lurus terhadap
tulangan lentur tarik dalam suatu daerah sejarak s
pada komponen strukturan lentur tinggi, mm2
Avf = luas tulangan geser friksi, mm2
Avh = luas tulangan geser yang paralel dengan tulangan
lentur tarik dalam suatu jarak s, mm2
B = lebar muka komponen struktur yang tertekan, mm
bo = keliling dari penampang kritis pada pelat dan
pondasi, mm
bt = lebar bagian penampang yang dibatasi oleh
sengkang tertutup yang menahan torsi, mm
bw = lebar badan balok, atau d dari penampang bulat,
mm
c1 = ukuran dari kolom persegi atau kolom persegi
ekuivalen, kepala kolom atau konsol pendek diukur
dalam arah bentang dimana momen lentur sedang
ditentukan, mm
c2 = ukuran dari kolom persegi atau kolom persegi
ekuivalen, kepala kolom atau konsol pendek diukur
dalam arah transversal dimana momen lentur
sedang ditentukan, mm
ct = faktor yang menghubungkan sifat tegangan geser
19
Struktur Beton I - GESER
torsi
d = Jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat dari
tulangan tarik longitudinal, tapi tidak perlu kurang
dari 0,80 h untuk elemen pratekan (untuk
penampang bulat d tidak perlu lebih kecil dari jarak
serat tekan terluar terhadap pusat tulangan tarik
yang berada setengah bagian lain dari penampang
yang ditinjau), mm
f’c = kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa
√f’c = akar dari kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa
fct = harga rata-rata dari kuat tarik belah beton agregat
ringan, MPa
fd = tegangan akibat beban mati tak berfaktor, pada
serat terluar dari penampang dimana tegangan tarik
disebabkan oleh beban luar, MPa
fpc = tegangan tekan dalam beton (setelah
memperhitungkan semua kehilangan pratekan pada
titik berat penampang yang menahan beban luar
atau pada pertemuan dari badan dan flens, MPa
fpe = tegangan tekan dalam beton akibat gaya pratekan
efektif saja (setelah memperhitungkan semua
kehilangan pratekan pada serat terluar dari
penampang dimana tegangan tarik terjadi akibat
beban luar), MPa
fpu = kuat tarik yang disyaratkan dari tendon pratekan,
MPa
fy = kuat leleh yang disyaratkan dari tulangan non-
pratekan, MPa
h = tinggi total komponen struktur, mm
hv = tinggi total penampang kepala geser, mm
hw = tinggi total dinding diukur dari dasar ke puncak, mm
20
Struktur Beton I - GESER
I = momen inersia penampang yang menahan beban
luar berfaktor yang bekerja, mm4
Ln = bentang bersih diukur dari muka ke muka tumpuan,
mm
Lv = panjang dari lengan kepala geser diukur dari titik
beban terpusat atau reaksi, mm
Lw = panjang horisontal dinding, mm
Mcr = momen yang menyebabkan terjadinya retak lentur
pada panjang penampang akibat beban luar, Nmm
Mm = momen yang telah dimodifikasi, Nmm
Mmax = momen berfaktor maksimum pada penampang
akibat beban lentur, Nmm
Mp = kuat momen plastis perlu dari penampang kepala
geser, Nmm
MU = momen berfaktor dari penampang, Nmm
Mv = tahanan momen yang disumbangkan oleh tulangan
kepala geser, Nmm
Nu = beban aksial berfaktor yang normal terhadap
penampang dan akan terjadi bersamaan dengan Vu,
diambil nilai positif untuk tekan dan nilai negatif
untuk tarik dan memperhitungkan pengaruh dari
tarik akibat rangkak dan susut, N
Nuc = gaya tarik berfaktor yang bekerja pada puncak dari
konsol pendek yang terjadi bersamaan dengan Vu
diambil nilai positif untuk tarik, N
s = spasi dari tulangan geser atau torsi dalam arah
paralel dengan tulangan longitudinal, mm
s1 = spasi dari tulangan vertikal dalam dinding, mm
s2 = spasi dari tulangan geser atau torsi yang tegak lurus
21
Struktur Beton I - GESER
terhadap tulangan longitudinal atau spasi dari
tulangan horisontal dalam dinding, mm
c = kuat momen torsi nominal yang disumbangkan
beton, N
n = kuat momen torsi nominal, N
s = kuat momen torsi nominal yang disumbangka oleh
tulangan torsi, N
u = momen torsi berfaktor pada penampang, N
Vc = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton,
N
Vci = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton
pada saat terjadinya keretakan diagonal akibat
kombinasi momen dan geser, N
Vcw = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton
pada saat terjadinya keretakan diagonal akibat
tegangan tarik utama yang berlebihan di dalam
badan, N
Vd = gaya geser pada penampang akibat beban mati, N
Vi = gaya geser berfaktor pada penampang akibat beban
luar yang terjadi bersamaan dengan Mmaks, N
Vn = kuat geser nominal, N
Vp = komponen vertikal dari gaya pratekan efektif pada
penampang, N
Vs = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh
tulangan geser, N
Vu = gaya geser berfaktor pada penampang
Vc = tegangan geser ijin beton, N
X = dimensi pendek dari bagian berbentuk persegi suatu
penampang, mm
Y = dimensi panjang dari bagian berbentuk persegi
22
Struktur Beton I - GESER
suatu penampang, mm
x2y = konstanta torsi penampang
x1 = dimensi pusat ke pusat yang pendek dari sengkang
persegi tertutup, mm
y1 = dimensi pusat ke pusat yang pendek dari sengkang
persegi tertutup, mm
yt = jarak dari sumbu pusat penampang bruto terhadap
serat tarik ekstrim dengan tulangan, mm
= dimensi pusat ke pusat yang pendek dari sengkang
persegi tertutup, mm
f = dimensi pusat ke pusat yang pendek dari sengkang
persegi tertutup, mm
t = koefisien sebagai fungsi dari y1/x1
v = rasioterhadap kekakuan lengan kepala geser
terhadap penampang pelat komposisi di sekitarnya
= rasio dari tulangan tarik non pratekan
= As/b.d
= faktor reduksi kekuatan
23
Struktur Beton I - GESER
24