bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang
Perubahan harga minyak dunia menjadi salah satu faktor penting
yang berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi global saat ini. Pada Juli
2008, harga minyak mentah dunia sempat mencapai 145 dolar AS per
barel. Kenaikan ini menjadi pemicu meningkatnya harga komoditas-
komoditas termasuk bahan makanan, dan pada akhirnya ikut
memperparah inflasi dan melambatnya pertumbuhan ekonomiglobal.
Dalam 10 tahun terakhir, fluktuasi naik turunnya harga minyak
dunia adalah hal yang lazim terjadi (lihat Grafik 1). Minyak yang
termasuk kedalam bahan bakar fosil, bahan bakar yang tidak dapat
diperbaharui, menempati posisi tertinggi dalam bauran energi dunia.
Ketergantungan akan minyak masih sangat besar. Hal ini seiring tidak
ditemukanya energi-energi terbarukan lain yang cukup menjanjikan
untuk diolah secara masal. Sedangkan pasokan minyak sendiri sangat
terbatas, bahkan menurut beberapa peneliti perminyakan dunia, produksi
minyak dari perut sekarang ini telah masuk kedalam kondisi puncak
produksi minyak (peak oil production) artinya ketika telah mencapai
puncak, yang akan dihadapi selanjutnya adalah penurunan (declining)
produksi minyak dunia. Sebagai akibatnya, ketika permintaan (konsumsi)
terus meningkat dan pasokan atau supply minyak dunia akan turun maka
2
harga akan cenderung tertekan. Terlebih minyak sekarang menjadi
komoditas politik, sehingga naik-turunnya harga minyak sangat
tergantung pada kondisi ekonomi, sosial dan politik negara penghasil
minyak.
Grafik 1: Pergerakan Harga Minyak Dunia (1990-2012)
Sumber: U.S. Energi Information Administration (2012).
Selain karena arus tarik menarik antara permintaan dan pasokan
minyak dunia, fluktuasi harga minyak diperparah ketika melihat besarnya
dampak krisis Subprime Mortgage yang dihadapi AS tahun 2008 lalu.
Hal tersebut memicu adanya flight to commodity atau reorientasi para
pelaku pasar modal yang mengalihkan investasi bursa keuangan ke bursa
komoditas menjadi salah satu sebab kenaikan harga komoditas
(Abimanyu, 2011). Dalam kondisi seperti itu pula, The Fed diperkirakan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
01/01/1990
01/02/1991
01/03/1992
01/04/1993
01/05/1994
01/06/1995
01/07/1996
01/08/1997
01/09/1998
01/10/1999
01/11/2000
02/01/2002
02/02/2003
02/03/2004
02/04/2005
02/05/2006
02/06/2007
02/07/2008
02/08/2009
02/09/2010
02/10/2011
02/11/2012
Oil Price (Dollars per Barrel)
WTI Spot Price FOB Europe Brent Spot Price FOB
OK Crude Oil Future Contract 1 (NYMEX) Indonesia Crude Oil Price
3
terus memotong suku bunga dan memimpin pelemahan nilai dolar AS.
Selama itu pula, komoditas primer bisa terus menjadi tujuan penempatan
dana investor global. Artinya investor sekarang mulai melirik bursa
komoditas yang lebih menarik daripada bursa keuangan yang sangat
rentan terhadap krisis. Harga minyak dunia akan terus bergejolak seiring
bertambahnya pihak yang berspekulasi pada komoditas ini.
Selain harga minyak dunia di pasar komoditas, volatilitas harga
yang lazim terjadi di dunia adalah harga saham di pasar modal. Meski
keduanya memiliki fundamental yang berbeda namun sejumlah
penelitian menyatakan keduanya memiliki hubungan yang erat.
Mekanisme yang menjelaskan pengaruh harga minyak dunia terhadap
harga saham telah banyak diungkapkan, khususnya dari perspektif
saluran permintaan dan penawaran.
Grafik2: Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (1997-2009)
Sumber: Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia (2010).
4
Pergerakan harga minyak dunia ini berpotensi mempengaruhi
performa pasar modal melalui perubahan performa keuangan atau arus
kas perusahaan. Kenaikan harga minyak menyebabkan menurunnya
ekspektasi penerimaan, dimana minyak sebagai salah satu komponen
dalam biaya operasional, dan hal ini akan segera menurunkan harga
saham jika pasar modal arus kas efektif berimplikasi terhadap kenaikan
harga minyak (Huang et al., 1996), dimana implikasi tersebut bisa
berbeda dari masing-masing sektor dan industri.
Investigasi sifat hubungan ini di bursa saham Indonesia pada
tingkatsektor dan industri adalah bagian dari fokus penelitian ini. Dalam
penelitian ini penulis membagi kedalam tiga pembahasan:Pertama,
tentang hubungan dinamis antara perilaku pasar modal dan guncangan
harga minyak di Indonesia (market wide analysis). Kedua, melihat
hubungan pengaruh harga minyak dan variabel makro ekonomi di tingkat
industri (industrial-wide analisys). Ketiga, mengenai dampak kebijakan
penyesuaian harga minyak untuk industri pada industrial-wide analisys.
Adapun urutan dari skripsi ini adalah: Bagian I merupakan
pendahuluan, rumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian. Bagian II menyoroti tren diskusi dalam literatur serta
membahas data dan metodologis, sementara pembahasan temuan empiris
utama disediakan dalam bagian III. Bagian IV terdapat kesimpulan,
rekomendasi kebijakan dan saran penelitian dimasa mendatang.
5
Dinamika Minyak Indonesia
Situasi perminyakan di Indonesia sudah berbalik dari beberapa
dekade terakhir dari net exporter menjadi net importer minyak. Indonesia
yang dari dulu terkenal sebagai negara pengekspor minyak netto,
sekarang tidak bisa disebut lagi demikian karena situasinya telah berbalik
arah. Indonesia sempat merasakan manfaat ekonomi dari kenaikan harga
minyak dunia di tahun 1980an. Masa-masa itu disebut oil boom bagi
Indonesia, disamping karena harga minyak yang mengalami gejolak
sehingga melambung tinggi saat itu, produksi minyak Indonesia juga
tengah berada pada masa puncak. Produksi melimpah, konsumsi tidak
terlalu besar, harga minyak dunia naik, akibatnya saat itu terjadi bonanza
minyak yang diperoleh karena Indonesia menjadi eksportir minyak,
sehingga tiap kenaikan harga minyak internasional merupakan berita
gembira karena penerimaan negara meningkat. Namun seiring produksi
minyak yang terus menurun dan konsumsi yang kian melonjak Indonesia
kini tak lagi bisa menikmati indahnya kenaikan harga minyak dunia lagi.
Tercatat dalam 20 tahun terakhir besaran produksi minyak (total oil
supply)Indonesia semakin menurun, dari 1,5 juta barel per hari di tahun
1990an menjadi hanya 900an ribu barel per hari di tahun 2011. Catatan
ini berbanding terbalik dengan konsumsi bahan bakar minyak (total
petroleum consumtion) Indonesia yang memiliki kecenderungan
merangkak naik, dari 650 ribu barel per hari di awal tahun 90an menjadi
1385 ribu barel per hari ditahun 2010,meski sedikit mengalami
6
penurunan di tahun 2011 (menjadi 1119 ribu barel per hari). Penurunan
produksi dan kenaikan konsumsi mencapai puncaknya pada tahun 2004
ketika garis produksi dan konsumsi saling memotong (Grafik3).
Grafik3: Produksi, Konsumsi, dan Kapasitas Pengolahan Minyak
Indonesia (1990-2012)
Sumber: U.S. Energi Information Administration (2012).
Selain besaran produksi, Grafik3 juga menunjukan kapasitas
distilasi (penyulingan) yang memiliki kecenderungan stagnan. Pada
tahun 90an ketika produksi minyak Indonesia melimpah, kapasitas
penyulingan cenderung berada di angka 800an barel per hari dan
meningkat 900an barel per hari ditahun 2000an. Kondisi kapasitas
penyulingan minyak tanah air yang terbatas ini mendorong pemerintah
mengekspor minyak mentah kelebihan dari kapasitas penyulingan dan
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Thousand Barrels/D
ay
Year
Total Oil Supply Total Petroleum Consumption Crude Oil Distillation Capacity
7
mengimpor produk olahan minyak agar dapat memenuhi konsumsi
domestik. Belum lagi untuk beberapa jenis minyak yang tak sesuai
dengan spesifikasi kilang didalam negeri.
Selanjutnya dapat dilihat bagaimana pertumbuhan ekspor dan
impor minyak di Indonesia dalam jangka waktu periode 1990-2010 pada
Grafik4. Dalam hal ini ekspor Indonesia terdiri dari 2 jenis, yaitu ekspor
minyak mentah (crude oil) dan ekspor minyak jadi (pertroleum
products). Seiring dengan penurunan produksi dan kenaikan konsumsi
terhadap minyak di Indonesia ternyata pertumbuhan ekspor minyak
mentah Indonesia menunjukan hal yang sama tepatnya pada sekitar tahun
2004 seperti yang sudah ditunjukan dalam Grafik 2 bahwa adanya titik
perpotongan antara grafik produksi dan konsumsi minyak Indonesia pada
tahun 2004 yang mengindikasikan keadaan yang terbalik dari Indonesia
yang awalnya menjadi negara net eksporter menjadi negara net importer.
Penurunan ekspor minyak mentah Indonesia yang pada tahun 2010 hanya
berkisar 338, 14 juta barel per hari diikuti dengan penurunan jumlah
ekspor minyak jadi yang hanya berkisar 100,57 juta barel per hari.
Berbeda dengan pertumbuhan ekspor minyak Indonesia yang terus
menurun, impor minyak Indonesia justru cenderung mengalami kenaikan
yang terus meningkat dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2010. Hal ini
jelas dikarenakan jumlah penduduk Indoesia yang sangat besar dan terus
menurunnya produksi minyak Indonesia yang memaksa kebijakan impor
minyak mentah dan minyak jadi dilakukan demi memenuhi kebutuhan
8
masyarakat Indonesia. Yang menarik adalah selain impor Indonesia terus
mengalami peningkatan sepanjang tahun ternyata pada tahun 2007
sampai pada tahun 2010 terjadi perubahan porsi impor antara minyak
mentah dan minyak jadi, dimana pada tahun 2007 impor Indonesia akan
minyak jadi melebihi impor Indonesia akan minyak mentah.
Grafik4: Ekspor-Impor Minyak Indonesia (1990-2010)
Sumber: U.S. Energi Information Administration (2012).
Dinamika Pasar Modal Indonesia
Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi dewasa ini
yang mengalami perkembangan sangat pesat. Pasar modal merupakan
indikator kemajuan perekonomian suatu negara serta menunjang
ekonomi negara yang bersangkutan (Ang, 1997). Pasar Modal memiliki
peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal
‐800.00
‐600.00
‐400.00
‐200.00
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1000.00
1200.00
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Thousand Barrels/D
ay
YearTotal Imports of Refined Petroleum Products (Thousand Barrels Per Day)
Imports of Crude Oil including Lease Condensate (Thousand Barrels Per Day)Total Exports of Refined Petroleum Products (Thousand Barrels Per Day)
9
menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan
usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari
masyarakat pemodal atau investor (Husnan, 2004). Dana yang diperoleh
dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi,
penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua pasar modal menjadi
sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan
seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.
Semua emiten yang tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia)
diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri
yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial
Stock Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah:
Sektor-sektor Primer: Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan.
Sektor-sektor Sekunder: Sektor Industri Dasar dan Kimia, Sektor
Aneka Industri, dan Sektor Industri Barang Konsumsi.
Sektor-sektor Tersier: Sektor Properti dan Real Estate, Sektor
Transportasi dan Infrastruktur, Sektor Keuangan, Sektor
Perdagangan, jasa dan investasi.
Indeks ini merupakan indikator pergerakan harga dari seluruh saham
yang diwakilinya.Misalnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
mewakili seluruh pergerakan harga saham yang diperdagangkan di Bursa
Efek Indonesia atau Jakarta Industrial Stock Classification (JASICA)
yang mewakili pergerakan harga dari sektor industri tertentu.Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu rangkaian informasi
10
historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal
tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai
pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek(Sunariyah,
2003: 147).
Pergerakan indeks saham sektoral ini memiliki patternatau pola
yang berbeda-beda tergantung karakteristik masing-masing sektor (lihat
Grafik 5).
Grafik5: Pergerakan Indeks Sektoral (1997-2009)
11
Sumber: Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia (2010)
1.2. RumusanMasalah
Pentingnya energi, khususnya minyak bumi dalam pembangunan
serta efeknya terhadap pasar modal dan industri-industri lain cukup
menarik untuk diteliti. Saham merupakan investasi yang cukup popular
dikalangan investor atau spekulan. Setidaknya ada dua keuntungan yang
diperoleh investor ketika bermain di pasar modal yaitu capital gain dan
deviden. Seorang investor yang bermain di pasar modal membutuhkan
informasi agar terhindar dari kerugian. Informasi awal yang dapat
12
menuntun seorang investor bermain dipasar modal adalah indeks harga
saham.
Indeks harga saham merupakan cerminan dari pergerakan harga-
harga saham. Investor perlu memperhatikan pergerakan dari indeks pasar
karena nilai portofolionya tergantung kepada pergerakan dari indeks
pasar tersebut. Dengan memantau indeks, investor dapat mengetahui tren
pasar apakah sedang baik atau buruk kinerjanya sehingga dapat
memudahkan dalam pembentukan portofolio. Di samping itu, dalam
penilaian sekuritas dikenal dengan metode top down atau three step
approach yaitu penilaian saham dengan mempertimbangkan kondisi
ekonomi dan pasar terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan kepada analisis
industri dan perusahaan. Peristiwa ekonomi memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap seluruh industri dan perusahaan didalamnya
sehingga faktor tersebut sangat perlu dipertimbangkan sebelum
menganalisis industri (Dermawan, 2008).
Pasar domestik Indonesia sangat tergantung dengan minyak.
Memiliki porsi sekitar 52 persen dari total bauran sumber energi yang
digunakan (rata-rata porsi dunia 36 persen) menjadi indikasi bahwa
Indonesia memiliki ketergantungan dengan komoditas ini. Porsi sebesar
itu diduga dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia. Di Indonesia
sendiri, pertumbuhan ekonomi yang sebagian besar masih bertumpu dari
konsumsi domestik. Dimana konsumsi minyak Indonesia selama periode
2000-2010 naik rerata 1,36 persen per tahun. Ketika harga minyak
13
bergejolak dapat diperkirakan akan mempengaruhi stabilitas
perekonominan Indonesia termasuk mempengaruhi perilaku pasar modal
di Indonesia.
Dari beberapa hal diatas, maka penulis ingin merumuskan hal-hal
yang menjadi masalah dalam penelitian ini, yang dirangkum dalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Seberapa besar pengaruh harga minyak dunia dan variabel
makroekonomi terhadap perilaku pasar modal (market-wide
analysis) di Indonesia?
b. Seberapa besar pengaruh harga minyak dunia dan variabel
makroekonomi terhadap sembilan sektor klasifikasi industri yang
tetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (industrial-wide analysis) di
Indonesia?
c. Seberapa besar pengaruh kebijakan penyesuaianharga minyak di
sektor industri Indonesia dan variabel makroekonomi terhadap
sembilan sektor klasifikasi industri yang tetapkan oleh Bursa Efek
Indonesia?
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya meneliti
dampak langsung volatilitas dan tingkat harga minyak terhadap perilaku
di pasar modal yang dicerminkan oleh pengembalian saham-saham di
Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menganggap tetap (ceteris paribus)
14
kejadian-kejadian lain yang secara langsung berhubungan dengan
variabel-variabel tersebut.
Penelitian ini menggunakan data transaksi harian penutupan harga
saham di lantai bursa, dengan harga harian minyak dunia di pasar
komoditas dunia, diharapkan keduanya mampu meng-capture sentimen
pasar dan kekhawatiran para pemain di bursa efek dalam menyikapi
volatilitas harga minyak dunia.
1.4. TujuanPenelitian
Penelitian ini ditujukan untuk melihat efek dari volatilitas harga
minyak dunia terhadap pengembalian saham sektoral yang terdaftar di
bursa efek Indonesia. Secara lebih detail, penelitian ini akan membahas
beberapa hal yaitu:
a. Melihat seberapa besar sentimen di pasar modal atas volatilitas
harga minyak dunia
b. Menganalisis perbedaan pengaruh volatilitas harga saham terhadap
pengembalian saham sektoral seperti: pertanian, perdagangan,
pertambangan, keuangan, dan infrastrukturdan kebijakan yang
berhubungan pada tingkat industri.
c. Memberikangambaran jangka pendek dan panjang bagi para
pemain di bursa saham yang didasarkan atas hubunganya dengan
volatilitas harga minyak dunia.
15
1.5. Manfaat Penelitian
Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan memberikan
kontribusi terhadap studi-studi sebelumnya tentang pengaruh harga
minyak dunia terhadap perilaku pasar modal di Indonesia. Kondisi ini
adalah bahwa perubahan harga minyak dunia dapat mempengaruhi
intensitas perdagangan di lantai bursa yang bisa membawa pada
keputusan pemerintah dalam memformulasikan kebijakan ekonomi,
terutama kebijakan ditingkat makro. Terlebih lagi, kenaikan harga
minyak akan mempengaruhi tingkat inflasi di Indonesia karena saat ini
Indonesia merupakan net importir minyak.
Bagi para pemain di bursa saham, penelitian ini bermanfaat
sebagai referensi dalam pengambilan keputusan ketika dihadapkan
dengan volatilitas dan harga minyak yang cukup tinggi. Pada akhirnya
pengaruh volatilitas dan tingkat harga minyak ini terhadap performa
pasar modal dapat mempengaruhi iklim investasi di Indonesia secara
keseluruhan.