bab i pendahuluan -...

37
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pemilihan judul diambil karena keingintahuan peneliti mengenai proses pemberdayaan masyarakat desa Nglanggeran yang dapat memanfaatkan potensi di daerah mereka menjadi sebuah kawasan wisata yang menjadi salah satu obyek wisata unggulan di kabupaten Gunungkidul. Melalui pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan di desa Nglanggeran ini tidak sedikit masyarakat yang menikmati hasil dari proses demi proses pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata Nglanggeran ini. Selain itu, tidak sedikit juga manfaat yang diperoleh di berbagai bidang, bahkan di bidang ekonomi. Pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata Nglanggeran ini menciptakan lapangan pekerjaan dan peluang usaha lainnya yang tentu saja membuat masyarakat desa Nglanggeran lebih berdaya. Pemanfaatan potensi yang telah dilakukan masyarakat desa Nglanggeran ini didukung oleh stakeholder pemerintah baik pemerintahan kabupaten, provinsi, maupun pusat. Manfaat yang banyak diterima ini tidak hanya sebagai wujud memberdayakan masyarakat, namun membuat masyarakat tersebut menjadi mandiri dan lebih survive sehingga mampu keluar dari permasalahan sosial seperti kemiskinan, pengangguran, dan lain sebagainya. Hal ini sangat berpengaruh karena pada dasarnya, sebuah pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata atau berbasis pariwisata, tidak hanya berdampak pada satu Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan Wisata HANYFA RAHMAWATI Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: others

Post on 30-Aug-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Pemilihan judul diambil karena keingintahuan peneliti mengenai proses

pemberdayaan masyarakat desa Nglanggeran yang dapat memanfaatkan potensi

di daerah mereka menjadi sebuah kawasan wisata yang menjadi salah satu obyek

wisata unggulan di kabupaten Gunungkidul. Melalui pemberdayaan masyarakat

yang telah dilakukan di desa Nglanggeran ini tidak sedikit masyarakat yang

menikmati hasil dari proses demi proses pemberdayaan masyarakat melalui

kawasan wisata Nglanggeran ini. Selain itu, tidak sedikit juga manfaat yang

diperoleh di berbagai bidang, bahkan di bidang ekonomi. Pemberdayaan

masyarakat melalui kawasan wisata Nglanggeran ini menciptakan lapangan

pekerjaan dan peluang usaha lainnya yang tentu saja membuat masyarakat desa

Nglanggeran lebih berdaya.

Pemanfaatan potensi yang telah dilakukan masyarakat desa Nglanggeran

ini didukung oleh stakeholder pemerintah baik pemerintahan kabupaten, provinsi,

maupun pusat. Manfaat yang banyak diterima ini tidak hanya sebagai wujud

memberdayakan masyarakat, namun membuat masyarakat tersebut menjadi

mandiri dan lebih survive sehingga mampu keluar dari permasalahan sosial

seperti kemiskinan, pengangguran, dan lain sebagainya. Hal ini sangat

berpengaruh karena pada dasarnya, sebuah pemberdayaan masyarakat melalui

kawasan wisata atau berbasis pariwisata, tidak hanya berdampak pada satu

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2

bidang saja, melainkan bidang lainnya. Lebih lanjut mengenai alasan pemilihan

judul penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut :

1.1.1 Relevansi dengan Program Studi Pembangunan Sosial dan

Kesejahteraan

Penelitian dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan

Wisata” ini sangat berkaitan dengan program studi yang peneliti ambil, yaitu

Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan. Secara garis besar, didalam

program studi Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan terdapat 3 (tiga)

konsentrasi utama, yaitu Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate

Social Responsibility), Kebijakan Sosial (Social Policy), dan Pemberdayaan

Masyarakat (Community Empowerment). Berkaitan dengan ketiga konsetrasi

utama tersebut, penelitian ini sangat berkaitan dengan salah satu konsentrasi

utama tersebut, yaitu Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment).

Hal ini dikarenakan, didalam penelitian ini fokus penelitian yang diambil

adalah bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata,

sehingga dapat mengembangkan potensi wisata menjadi kawasan wisata

unggulan dan juga dapat memberikan manfaat secara ekonomis kepada

masyarakat desa Nglanggeran.

Selain berkaitan dengan konsentrasi pemberdayaan masyarakat, dalam

kaitannya dengan mata kuliah, penelitian ini secara langsung juga

berhubungan dengan mata kuliah pemberdayaan masyarakat. Dalam studi

pemberdayaan masyarakat, kami mempelajari mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat terutama alasan mengapa

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3

masyarakat perlu diperdayakan. Masyarakat yang menjadi fokus

pemberdayaan merupakan masyarakat yang pada umumnya tidak berdaya

atau powerless, baik dalam kondisi ekonomi, sosial, maupun politik.

Masyarakat kemudian termarginalisasi dengan keadaan tersebut, sehingga

perlu adanya suatu aksi untuk membuat masyarakat lebih berdaya atau

masyarakat yang memiliki power. Proses membuat masyarakat menjadi lebih

memiliki power untuk lebih survive dalam kehidupannya inilah yang

dinamakan dengan pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dilakukan agar masyarakat memiliki kekuatan

dalam segi sosial dan ekonomi inilah yang nantinya membuat masyarakat

mampu mandiri. Hal inilah yang dilakukan oleh masyarakat lokal desa

Nglanggeran yang kemudian dapat mandiri mengelola kawasan wisata

Nglanggeran. Keterkaitan pemberdayaan masyarakat dengan penelitian ini

sangat jelas terlihat pada struktur organisasi pengelola kawasan wisata,

dimana pengelola kawasan wisata ini merupakan masyarakat lokal desa

Nglanggeran.

Potensi yang sebenarnya telah lama ada, kemudian dapat dimanfaatkan

secara baik, dan bahkan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, baik

pemerintah dan juga instansi swasta. Potensi yang tidak mainstream lagi

seperti kepariwisataan ini memang memiliki daya jual yang tinggi. Hal ini

tidak saja berlaku bagi masyarakat namun juga stakeholder pemerintah desa

Nglanggeran sebagai stakeholder pemangku kawasan wisata Nglanggeran.

Pemanfaatan potensi dengan mengikutsertakan masyarakat lokal untuk

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4

pengelolaannya menjadi nilai plus ketika potensi wisata tersebut ditawarkan

di pasar pariwisata. Selain itu, industri pariwisata tidak hanya membawahi

satu atau dua bidang saja, melainkan berbagai bidang, hal inilah yang

menjadikan pariwisata merupakan industri yang multidimensial. Secara

teoritis (Bambang Sunaryo 2013 : 138) pada hakekatnya pembangunan

kepariwisataan tidak lepas dari sumber daya dan keunikan komunitas lokal,

baik berupa elemen fisik maupun non fisik (tradisi dan budaya), yang

merupakan unsur penggerak utama kegiatan wisata itu sendiri sehingga

semestinya kepariwisataan harus dipandang sebagai “kegiatan yang berbasis

pada komunitas setempat”.

1.1.2 Aktualitas

Dahulu, kabupaten Gunungkidul terkenal dengan kabupaten yang

memiliki angka kemiskinan yang tinggi, daerah penyandang permasalahan

sosial yang tinggi, daerah yang tandus dan gersang, dan berbagai stigma yang

melekat mengenai kabupaten yang sebenarnya memiliki banyak potensi

wisata ini. Namun, semenjak sebuah pantai di wilayah pantai selatan

kabupaten Gunungkidul, yaitu pantai Indrayanti menjadi booming dan

terkenal. Kabupaten Gunungkidul ini seakan kebanjiran wisatawan dari

berbagai daerah. Tidak hanya dalam wilayah satu provinsi saja, namun

wisatawan dari kota lain, bahkan dari mancanegara berbondong-bondong

untuk melihat keindahan panorama pantai selatan yang memiliki pasir putih

yang indah.

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5

Lepas dari boomingnya pantai Indrayanti atau pantai Pulang Syawal

ini, banyak potensi yang kemudian digali untuk menopang pariwisata

kabupaten Gunungkidul. Salah satunya adalah Kawasan Wisata Nglanggeran.

Kawasan ini juga menjadi salah satu obyek wisata unggulan karena terkenal

dengan peninggalan gunung api dari jaman purba dengan segenap mitos dan

kepercayaannya. Menariknya kepariwisataan kabupaten Gunungkidul ini

kemudian mendorong pemerintah kabupaten Gunungkidul ini menaruh

perhatian lebih pada bidang kepariwisataan. Salah satu perhatian pemerintah

kabupaten Gunungkidul ini yaitu dengan ditetapkannya kabupaten

Gunungkidul sebagai kawasan Geopark dari pegunungan karst (pegunungan

sewu) pada tahun 2014. Salah satu geosite dari Geopark kabupaten

Gunungkidul adalah Kawasan Wisata Nglanggeran.

Keaktualitas penelitian ini tidak hanya berhenti pada kawasan wisata

Nglanggeran yang sedang disorot sebagai kawasan wisata yang merupakan

salah satu Geosite dari Geopark Gunungkidul, namun permasalahan yang

juga diangkat oleh peneliti berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat,

dimana peneliti berfokus pada proses pemberdayaan masyarakat melalui

kawasan wisata Nglanggeran.

Dewasa ini, isu pemberdayaan masyarakat memang sedang banyak

dibicarakan dan diaplikasikan. Hal ini dikarenakan studi mengenai

pemberdayaan masyarakat memang dinilai sebagai salah satu pendekatan

pembangunan yang dapat membuat masyarakat tidak hanya mandiri namun

juga mampu memanfaatkan peluang dan potensi mereka. Sama halnya

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6

dengan penelitian yang mengambil fokus pemberdayaan masyarakat, peneliti

kemudian dapat melihat bahwa pemberdayaan masyarakat melalui kawasan

wisata akan mempengaruhi kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.

1.1.3 Orisinalitas

Penelitian ini murni dikerjakan oleh peneliti dan belum ada penelitian

sebelumnya mengenai pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata

Nglanggeran di kabupaten Gunungkidul. Sebelumnya memang sudah

dilakukan penelitian terkait dengan pengembangan kawasan wisata

Gunungkidul yang ditulis oleh Imam Yoelianto mahasiswa Universitas

Negeri Sebelas Maret Tahun 2008 dengan Judul Tugas Akhir

“Pengembangan Obyek Wisata Pantai Sepanjang di Kabupaten

Gunungkidul”. Akan tetapi yang membedakan penelitian ini dengan

penelitian Imam adalah fokus penelitian yang terkait dengan unit analisis dan

fokus penelitian yang berbeda. Isi dari penelitian Imam ini berkaitan dengan

bagaimana strategi mengembangkan obyek wisata bahari di Pantai Sepanjang

Kabupaten Gunungkidul.

Selain itu, terdapat penelitian mengenai pariwisata juga pernah

dilakukan oleh A. Oktami Dewi A.A.P mahasiswa Universitas Hassanudin

Makassar tahun 2013 dengan judul skripsi “Partisipasi Masyarakat dalam

Pengembangan Obyek Wisata Bahari di Pulau Kapoposang Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan”. Dalam penelitian Okta dijelaskan mengenai

partipasi masyarakat dalam pengembangan obyek wisata bahari, sedangkan

dalam penelitian ini fokus yang diambil adalah proses pemberdayaan

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

7

masyarakat sehingga dapat menciptakan obyek wisata unggulan untuk

membantu masyarakat setempat dalam hal ekonomi. Selain fokus penelitian

yang berbeda, lokasi untuk penelitianpun juga berbeda. Sehingga secara

keseluruhan antara penelitian ini dengan penelitian Okta berbeda, walaupun

sama-sama dalam bidang pariwisata.

Penelitian lain dengan tema pariwisata juga pernah dilakukan oleh

Yekti Dwi Andyati mahasiswa Administrasi Negara (Manajemen Kebijakan

Publik) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada.

Penelitian Yekti berjudul “Kinerja Dinas Kebudayaan Pariwisata dan

Informasi Kabupaten Purworejo dalam Mengembangkan Potensi Pariwisata”.

Dalam penelitian ini difokuskan lebih kepada pendalaman mengenai kinerja

Dinas KPI dalam mengembangkan potensi pariwisata di kabupaten

Purworejo. Penelitian ini menyinggung bahwa kinerja KPI kabupaten

Purworejo masih rendah karena potensi wisata yang beragam tersebut belum

dimanfaatkan secara optimal sehingga tujuan wisatawan belum tercapai.

Namun hasil akhir dari penelitian ini menyebutkan bahwa Dinas KPI tetap

melakukan pembenahan terhadap obyek wisata yang ada sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata.

Terdapat penelitian lain yang juga berlokasi di desa Nglanggeran

dengan mengangkat obyek yang sama yaitu kawasan wisata Nglanggeran.

Penelitian ini dilakukan Novia Purbasari, mahasiswa Universitas Diponegoro

Fakultas Teknik, pada tahun 2014. Mahasiswi ini mengangkat penelitian di

kawasan wisata Nglanggeran dengan judul Model Community Based Tourism

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

8

pada Desa Wisata Kembangarum, Petingsari, dan Nglanggeran, DIY Sebagai

Penerima PNPM Mandiri Pariwisata. Dalam penelitian yang telah dilakukan

oleh Novia ini menyoroti mengenai pentingnya strategi Community Based

Tourism dalam mencapai dan menerima PNPM Mandiri Pariwisata.

Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Novia dengan penelitian ini

adalah bagaimana mengupas sebuah permasalahan yang ada di kawasan

wisata Nglanggeran, penelitian Novia lebih menyoroti mengenai statrategi

sebuah kawasan wisata dalam mengembangkan community based tourism

agar menerima aliran dana dari PNPM Mandiri Pariwisata, sedangkan dalam

penelitian ini lebih mengacu bagaimana proses dari pemberdayaan

masyarakat melalui kawasan wisata tersebut demi tercapainya sebuah

kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.

1.2 Latar Belakang Masalah

Pembangunan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat kini banyak

diambil oleh banyak pihak baik pemerintah maupun swasta untuk

mengembangkan masyarakat menjadi sebuah komunitas yang mampu

merencanakan dan membangun daerahnya sebagaimana potensi dan keahlian

yang mereka miliki. Pembangunan yang lebih mengacu pada partisipasi

masyarakat ini kemudian menjadi salah satu andalan bagi banyak pihak untuk

membuat sebuah terobosan baru dalam pembangunan, Banyak bidang yang

kini mulai dikembangkan dengan perspektif pembangunan pemberdayaan

masyarakat. Salah satunya dengan pengembangan pariwisata.

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

9

Industri pariwisata terutama di Indonesia kini banyak menggunakan

perspektif pembangunan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat, dimana

keberadaan masyarakat kemudian menjadi sebuah titik keberhasilan dari

pengembangan industri kepariwisataan tersebut. Keberadaan pemberdayaan

masyarakat melalui industri pariwisata, tidak hanya membawa dampak secara

ekonomi dengan peningkatan pendapatan melalui menjamurnya usaha-usaha

mikro melalui pengelolaan industri pariwisata, melainkan juga mulai

merambah ke bidang sosial dimana angka pengangguran dan kemiskinan

mula diangkat menjadi sebuah isu penting yang teratasi dengan adanya

pengelolaan industri pariwisata oleh masyarakat. Hal ini sama seperti yang

diungkapkan oleh I Putu Gel-Gel bahwa pariwisata merupakan industri global

yang diyakini mencakup semua bidang jasa sehingga membutuhkan banyak

tenaga kerja. Efek dari keberadaan pariwisata tidak hanya mencakup kepada

industri keparwisataannya sendiri, melainkan juga ke bidang lainnya yang

berkaitan dengan keparwisataan tersebut, seperti akomodasi, jasa transportasi,

perdagangan, food and baverages, dan lain sebagainya.

Pariwisata merupakan sebuah industri global, dimana pariwisata

merupakan suatu kegiatan yang menyediakan jasa akomodasi,

transportasi, makanan, rekreasi, serta jasa-jasa lainnya yang terkait

(I Putu Gel-Gel, 2006:22).

Salah satu penerapan dari pembangunan dan pengembangan

pariwisata melalui basis pemberdayaan masyarakat adalah di sebuah obyek

wisata alam di kabupaten Gunungkidul. Obyek wisata alam tersebut adalah

Kawasan Wisata Nglanggeran. Obyek wisata Nglanggeran merupakan sebuah

obyek yang terbagi atas dua peminatan khusus, yaitu Kawasan Ekowisata

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

Gunung Api Purba Nglanggeran dan Kawasan Agrowisata Embung dan

Kebun Buah Nglanggeran. Obyek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran

dan Embung Nglanggeran tidak hanya dilihat sebagai obyek wisata yang

menawarkan bentang alam yang penuh dengan kegiatan petualangan, namun

juga menyuguhkan kreatifitas masyarakat lokal sebagai pengelolanya.

Obyek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran dan Embung

Nglanggeran ini terletak di antara 3 (tiga) dusun, yaitu dusun Nglanggeran

Wetan, dusun Nglanggeran Kulon, dan dusun Gunung Butak, desa atau

kelurahan Nglanggeran, kecamatan Patuk, kabupaten Gunungkidul. Jarak

yang tidak terlalu jauh dari obyek wisata lainnya, membuat kawasan wisata

Nglanggeran ini menjadi favorit di kalangan wisatawan. Obyek wisata yang

tidak hanya menawarkan keindahan gunung berapi yang aktif pada zaman

purba ini, namun juga wisata petualangan atau outbond seperti mendaki

gunung purba Nglanggeran, flying fox, dan lain sebagainya. Keindahan

kawasan wisata ini tidak hanya berhenti pada wisata alam yang ditawarkan

namun pengetahuan mengenai sejarah mengenai gunung api purba

Nglanggeran yang penuh dengan mitos dan cerita tokoh pewayangan.

Kawasan Wisata Nglanggeran ini tidak hanya memberikan

kesenangan bagi wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata tersebut,

namun juga memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat di desa

Nglanggeran. Hal ini dikarenakan, pengelolaan kawasan wisata Nglanggeran

ini memang dikelola secara langsung oleh masyarakat desa Nglanggeran

melalui Karangtaruna desa Nglanggeran dan juga Pokdarwis kawasan wisata

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

11

Gunung Api Purba Nglanggeran. Pengelolaan yang cukup bagus ini

kemudian melahirkan banyak peluang usaha dan juga pembukaan lahan

pekerjaan baru bagi masyarakat desa Nglanggeran khususnya pemuda.

Pengelolaan yang dilakukan oleh karangtaruna bersama Pokdarwis

inilah yang kemudian menjadi perhatian khusus bahwa adanya proses

pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata yang cukup bagus

sehingga dapat membuat masyarakat juga ikut menikmati manfaat dari

pembukaan kawasan wisata Nglanggeran. Keberhasilan pengelolaan kawasan

ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran ini bertolak belakang dengan

kenyataan yang disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

(Menparekraf) yang. mengatakan bahwa pengembangan destinasi ekowisata

masih terhambat dikarenakan beberapa hal terutama berkaitan dengan

perijinan, pembebasan lahan, dan juga peraturan daerah yang tidak

mendukung adanya destinasi ekowisata tersebut (sumber:

http://travel.kompas.com/ tentang Pengembangan Destinasi Ekowisata Masih

Terhambat). Namun, apabila melihat kawasan wisata Nglanggeran yang

berhasil memikat wisatawan disemua kalangan, kawasan wisata Nglanggeran

juga mampu menggandeng masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam

mengembangkan kawasan wisata tersebut.

Kawasan wisata Nglanggeran sendiri memang diakui sebagai kawasan

wisata yang mempunyai kelembagaan dan pengelolaan yang bagus. Hal ini

sangat berkaitan dengan bagaimana proses memberdayakan masyarakat yang

mengelola kawasan wisata tersebut sehingga menjadi kawasan wisata

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

12

unggulan seperti sekarang ini. Dalam proses-proses pemberdayaan

masyarakat tersebut pasti keaktifan, partisipasi, dan kesadaran masyarakat

sangat diperlukan dalam mengelola potensi lainnya yang ada di daerah

mereka. Selain itu, peran stakeholder yang kemudian mendukung terciptanya

masyarakat yang mampu menjadi pengelola kawasan wisata unggulan ini

layak menjadi fasilitator yang mampu menghidupkan semangat masyarakat.

Ketika destinasi wisata lainnya terhambat pembangunan dan

pengembangannya, kawasan ekowisata Gunung Api Purba dan kawasan

agrowisata Nglanggeran ini mampu berkembang dengan baik. Hal ini

menyisakan tanda tanya besar, bahwa bagaimana sebenarnya proses-proses

pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan sehingga melahirkan

masyarakat yang sadar akan potensi dan mampu memanfaatkan peluang-

peluang usaha pariwisata tersebut. Selain keberhasilan yang telah dicapai,

banyak hal yang mampu diungkapkan melalui keberhasilan tersebut, salah

satunya adalah dengan titik tolak kemandirian atau self esteem. Dimana

sebuah pembangunan dan pengembangan pemberdayaan masyarakat yang

telah dilakukan, bertitik pada sebuah kemandirian masyarakat. Seperti yang

diungkapkan oleh Tri Winarni dalam Ambar Teguh (2004 : 79) bahwa

didalam konsep pemberdayaan masyarakat meliputi tiga hal yaitu

pengembangan dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri, mampu

memperkuat potensi, dan kemudian yang terakhir mampu menciptakan

sebuah kemandirian.

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

13

Konsep pemberdayaan masyarakat intinya meliputi tiga hal, yaitu

Pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya

(empowering), dan terciptanya kemandirian. (Tri Winarni dalam

Ambar Teguh 2004 :79)

Kemandirian masyarakat yang tercipta melalui pembangunan dan

pengembangan kawasan wisata Nglanggeran ini membuat sebuah terobosan

terbaru, bahwa dalam industri kepariwisataan dengan memanfaatkan alam

dan potensi yang dimiliki ternyata membawa dampak yang bagus dalam

kehidupan masyarakat itu sendiri. Keamndirian dalam berbagai bidang

kemudian ditonjolkan melalui proses-proses pembangunan dan

pengembangan dengan basis pemberdayaan masyarakat yang dikemas apik.

Hal ini menjadi sebuah pemberlajaran bagi obyek wisata lainnya yang belum

menerapkan pembangunan dan pengembangan kawasan wisata dengan basis

pemberdayaan masyarakat. Bahwa ddalam pemberdayaan masyarakat akan

menciptakan sebuah kemandirian didalam masyarakat itu sendiri, sehingga

mendorong kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Kemandirian yang

kemudian diciptakan tidak hanya dalam ekonomi, namun juga sosial dan

kemandirian dalam menyampaikan pendapat.

1.3 Rumusan Masalah

Mengacu pada uraian dan bahasan mengenai masalah pengembangan

kepariwisataan diatas, maka fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut : Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata

Nglanggeran untuk meningkatkan kemandirian masyarakat desa Nglanggeran ?.

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

14

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

a. Mengetahui proses pemberdayaan masyarakat di desa Nglanggeran

melalui kawasan wisata.

b. Mengetahui strategi-strategi pengelola kawasan wisata Nglanggeran,

sehingga kawasan wisata Nglanggeran selalu berkembang dengan

pesat.

c. Mengetahui peran stakeholder-stakeholder yang berkaitan dalam

mendukung pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata

Nglanggeran

d. Mengetahui hambatan yang dialami dalam proses pemberdayaan

masyarakat melalui kawasan wisata Nglanggeran.

1.4.2 Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pemikiran dan referensi

yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya.

b. Bagi Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan dapat

memberikan kontribusi pengetahuan tentang pemberdayaan masyarakat

dalam pengembangan kawasan wisata yang menjadi salah satu ruang

lingkup kajian peran masyarakat dalam pembangunan sosial yang

merupakan bagian dari ilmu pemberdayaan masyarakat.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi kendala

yang dihadapi pada permasalahan sosial seperti kemiskinan dan

pengangguran melalui pemberdayaan masyarakat dalam sektor

pariwisata.

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

15

d. Bagi pemerintah kabupaten Gunungkidul, penelitian ini diharapkan

sebagai pelengkap data mengenai proses-proses pemberdayaan

masyarakat, terutama kawasan wisata Nglanggeran. Sehingga mampu

memprediksi kebijakan dan strategi-strategi untuk mengembangkan

kepariwisataan lainnya dengan memberdayakan masyarakat lokal.

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Teori Pemberdayaan Masyarakat

1.5.1.1 Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Perspektif pertumbuhan merupakan sebuah perspektif

pembangunan yang mengutamakan peningkatan pada produktifitas. Hal ini

digunakan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi secara cepat. Perspektif

ini memang digunakan beberapa negara didunia ini sebagai pendongkrak

pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi seccara makro. Namun

perspektif pertumbuhan ini mengabaikan pendekatan yang humanistis atau

pendekatan secara kemasyarakatan. Sehingga citra yang ditimbulkan dari

perspektif ini kurang menghargai harkat dan martabat masyarakat sebagai

warga negara tersebut. Dalam hal ini, masyarakat hanya dijadikan obyek

dalam pembangunan bukan sebagai subyek dari pembangunan tersebut.

Posisi masyarakat yang seperti ini membuat masyarakat tidak memiliki

posisi yang marginal. Prinsip dari pembangunan dengan perspektif

pertumbuhan ini, yaitu top-down, sentralistik, dan uniformity ini kemudian

membuat masyarakat juga tidak memiliki kepentingan atas pembangunan

yang dilakukan di negaranya. Hasilnya memang cukup bagus, apabila

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

16

dilihat dari sisi perekonomian makro, namun apabila dilihat lebih jauh,

lapisan bawah tetap pada kondisi yang cukup mengenaskan, yaitu pada titik

kondisi kemiskinan. Kejadian tersebut dikarenakan, batasan pembangunan

tidak sampai pada masyarakat sebagai level komunitas.

Mekanisme pembangunan dan pespektif pertumbuhan ini diyakini

masih menganut sistem trickle down effect yang ternyata tidak

menghasilkan apapun kecuali kesenjangan yang kian tajam. Melalui

berbagai kelemahan dari perspetif pertumbuhan tersebutlah kemudian,

ditarik kritik yang cukup kuat untuk kemudian membuat paradigma baru

didalam pembangunan masyarakat, yaitu dengan paradigma people centre

development yaitu paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat.

Paradigma ini lebih kepada menghargai pada pendekatan humanistis

sehingga masyarakat tidak lagi dijadikan sebagai obyek, melainkan sebagai

subyek dari pembangunan. Didalam paradigma pembangunan yang

berpusat pada masyarakat inilah kemudian muncul sebuah pendekatan yang

kini sedang digalakkan pemerintah Indonesia dan negara lainnya sebagai

sebuah pendekatan pembangunan yang terbaik. Pendekatan tersebut adalah

pendekatan pemberdayaan masyarakat.

Pengertian pemberdayaan masyarakat dijelaskan secara

epitemologis maupun konsep, tujuan, proses, pendekatan, dan prinsip.

Secara epistemologis, pemberdayaan berasal dari kata “daya”

yang berarti kekuataan atau kemampuan bertolak dari pengertian

tersebut maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses

menuju berdaya atau proses untuk memperoleh daya atau kekuatan

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

17

atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang

kurang atau belum berdaya (Ambar Teguh, 2004 :77).

Sedangkan masyarakat berarti sekumpulan orang yang saling

berinteraksi secara kontinyu, sehingga terdapat relasi sosial yang

terpola, terorganisasi (Soetomo, 2011 : 25).

Konsep pemberdayaan masyarakat mengartikan bahwa adanya

pemindahan kekuasaan dari yang hierarkis bottom up menjadi top down.

Hal ini akan memungkinkan adanya sinkronisasi kebutuhan dan keinginan

masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bukan hal yang mudah untuk

dipahami. Konsep pemberdayaan masyarakat bukan hanya sekedar

bagaimana mengidentifikasi seluruh kebutuhan dan keinginan masyarakat

dan memberikan semua kebutuhan dan keinginannya tersebut. Konsep

pemberdayaan masyarakat lebih mengedepankan kemandiriaan atau

ketidaktergantungan dengan pihak lainnya.

Menurut Pranarka (dalam Ambar Teguh 2004 : 78) pemberdayaan

masyarakat mengandung dua arti, yang pertama to give power or

authority atau memberikan kekuasaan mengalihkan kekuasaaan

atau mendelegasikan otoritas kepada pihak yang kurang berdaya,

yang kedua to give ability to or enable atau memberikan

kemampuan atau keberdayaan serta memberikan peluang kepada

pihak lain untuk melakukan sesuatu.

Hal ini mengartikan bahwa pemberdayaan secara tidak langsung

memberikan kewenangan dan kekuasaan terhadap masyarakat yang tidak

memiliki kekuatan atau dalam kondisi ketidakberdayaan. Sehingga

kekuasaan atau wewenang tersebut dapat digunakna masyarakat untuk lebih

mandiri di dalam menentukan kesejahteraannya. Selain itu, kekuasaan

maupun wewenang yang diberikan kepada masyarakat ammpu mengurangi

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

18

intervensi pemerintah dalam melakukan suatu pembangunan didalam

masyarakat.

1.5.1.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pelaksanaan pembangunan dengan pendekatan pemberdayaan

masyarakat memiliki sebuah tujuan utama. Tujuan tersebut digunakan

sebagai acuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan memonitoring

kegiatan pemberdayaan masyarakat. Secara umum, tujuan dari

pemberdayaan masyarakat adalah tercapainya kemandirian di dalam

masyarakat itu sendiri.

Kemandirian merupakan suatu kondisi yang dialami oleh

masyarakat yang ditandai dengan kemampuan untuk memikirkan,

memutuskan, serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi

mencapai permasalahan-permaslaahan yang dihasapi dengan

menggunakan daya kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif

dengan pengeraaahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan

internal masyarakat tersebut (Ambar Teguh, 2004 : 80)

Kemandirian sebagai tujuan pemberdayaan masyarakat juga

diungkapkan oleh Tri Winarni dalam Ambar Teguh 2004 : 79 bahwa :

Konsep pemberdayaan masyarakat intinya meliputi tiga hal, yaitu

Pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya

(empowering), dan terciptanya kemandirian.

Kemandirian masyarakat yang digunakan sebagai tujuan dari

pemberdayaan masyarakat dibangun pada awalnya sebagai upaya untuk

mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Lambat laun,

masyarakat kemudian dapat mengelola sumber daya yang mereka miliki

secara mandiri. Hempri Suyatna dan Suparjan juga mengungkapkan bahwa,

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

19

Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya diarahkan sebagai

upaya meningkatkan ketahanan lokal, tidak bergantung dari atas

(pemerintah) atau lebih mandiri, dalam merencanakan dan

merancang masa depan pembangunan di daerahnya (Suparjan dan

Hempri Suyatna, 2003 : 192).

Melalui paparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

pemberdayaan masyarakat adalah memberikan kekuatan kepada

masyarakat baik memberikan kekuasaan terhadap masyarakat maupun

memberikan kemampuan atau keberdayaan kepada masyarakat sehingga

dapat mencapai pada titik kemandirian. Semua tujuan pemberdayaan

masyarakat tersebut kemudian bertolak untuk membuat masyarakat

terhindari dari lingkaran setan kemiskinan, keterbelakangan, ketertinggalan,

kesenjangan, dan juga ketidakberdayaan.

1.5.1.3 Proses Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pemberdayaan masyarakat, tidak terlepas oleh proses yang

begitu panjang untuk menciptakan tujuan utama pemberdayaan masyarakt

itu sendiri, yaitu sebuha kemandirian didalam masyarakat. Proses tersebut

terangkup dalam sebuah konsep besar, bahwa didalam pemberdayaan

masyarakat, proses yang dilewati bukan sebagai step by step seperti proses

pembangunan lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Soetomo (2013 :

88) bahwa didalam proses pemberdayaan terdapat unsur utama yang

berkaitan dengan proses tersebut, yaitu pemberian kewenangan dan

peningkatan kapasitas.

“...unsur utama dari pemberdayaan masyarakat adalah pemberian

wewenang dan peningkatan kapasitas masyarakat. Kedua unsur ini

tidak dapat dipisahkan, oleh karena apabila masyarakat telah

memperoleh kewenangantetapi tidak atau belummempunyai

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

20

kapasitas untuk menjalankan wewenang tersebut maka hasilnya

tidak akan optimal.” (Soetomo, 2013 : 88)

Memang jika ditelusur lebih jauh, pemberian wewenang dan

peningkatan kapasitas sangat erat kaitannya dengan proses pemberdayaan

masyarakat. Dimana kedua merupakan inti dari terbentuknya

pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Diilustrasikan bahwa, didalam

masyarakat hanya diberikan kewenangan dalam mengelola potensi yang

mereka miliki, namun tidak diberi sebuah pelatihan atau peningkatan

pengetahuan atau kapasitas masyarakat didalam mengelola potensi

tersebut, sama saja masyarakat juga tidak mampu mengelola potensi

tersebut. Hasilnya, masyarakat tetap memiliki kehidupan yang kurang

sejahtera, begitu pula sebaliknya. Kedua unsur utama ini kemudian saling

mengisi untuk membentuk sebuah pemberdayaan masyarakat yang

nantinya akan menghasilnkan sebuah kemandirian didalam masyarakat

tersebut.

Menurut Ambar Teguh (2004 : 83), pemberdayaan amsyarakat

merupakan sebuah proses belajar, yang terbagi dalam beberapa

tahapan, yaitu tahapan penyadaran, tahapan transformasi, dan

tahapan peningkatan kemampuan.

Tahap penyadaran merupakan pembentukan perilaku menuju sadar

dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas. Tahap

transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan,

ketrampilan agar terbuka wawasan dan memberikan ketrampilan dasar

sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan, dan tahapan yang

terakhir adalah tahapan peningkatan kemampuan intelektual,kecakapan,

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

21

ketrampilan, sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk

mengantarkan pada kemandirian. Tahapan-tahapan proses belajar ini

nantinya akan mengantarkan masyarakat kepada kemandirian. Kemandirian

tersebut yang ditandai oleh kemampuan masyarakat di dalam membentuk

inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi, melakukan inovasi-inovasi di dalam

lingkungannya.

Bagan 1

Proses Belajar Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Dalam Randy dan Riant (2007 : 2), proses peberdayaan bukan hanya

sebuah proses biasa, namun proses pemberdayaan menurut Randy dan Riant

merupakan sebuah “proses menjadi berdaya” yang dilakukan dengan berbagai

tahapan yang tepat. Tahapan tersebut berupa penyadaran, pengkapasitasan, dan

pendayaan.

“sebagai proses pemberdayaan mempunyai tiga tahapan : penyadaran,

pengkapasitasan, dan pendayaan.” (Randy dan Riant, 2007 : 2)

TAHAP PENYADARAN

(Pembentukan perilaku menuju sadar dan peduli)

TAHAP TRANSFOMASI KEMAMPUAN

(Memberikan peran pembangunan didalam kehidupan masyarakat, membekali dengan berbagai kemampuan dan keahlian)

TAHAP PENINGKATAN KEMAMPUAN

(Peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan, ketrampilan, sehingga membentuk inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantar pada kemandirian

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

22

Bagan 2

Tiga Tahapan Pemberdayaan

Sumber : Randy W. Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto,

Manajemen Pemberdayaan : Sebuah Penantar dan Panudan Untuk Pemberdayaan

Masyarakat, 2007 : 3

Tahap pertama, yaitu penyadarann dalam tahap ini obyek dari peberdayaan

diberikan sebuah pencerahan. Dimana penceraha tersebut berisi mengenai

pemberian pengertian sehingga si obyek tersebut mulai sadar dan peduli dengan

kehidupannya dan lingkungannya. Hasil capaian dari tahapan ini adalah si obyek

atau masyarakat sadar bahwa mereka hidup dengan berbagai potensi, namun

potensi tersebut belum dimanfaatkan.

Tahapan yang kedua adalah pengkapasitasan. Dalam tahapan ini, jika

masyarakat mulai sadar akan potensi dan betapa marginalnya kehidupan mereka

kemudian diberikan sebuah peningkatan kapasitas dalam hal kemampuan,

keahlian, dan pengetahuan. Maka, tahapan ini sering disebut dengan tahap

enabling atau memampukan. Peningkatan kapasitas dalam hal ini tidak hanya

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

23

dalam indvidu saja melainkan juga kelompok atau orgnaisai masyarakat dimana

semuanya diberikan peningkatan kapasitas sehingga mampu memberdayan

dirinya sendiri.

Tahapan ketiga adalah pemberian daya itu sendiri. Tahapan ini

memungkinkan pemberian wewenang dan pengelolaan potensi. Seluruh proses

pemberdayaan diserahkan kepada masyarakat dan organisasi didalam masyarakat

itu sendiri. Namun yang harus menjadi catatan adalah pemberian daya berupa

wewenang dan pengelolaan potensi harus didasarkan pada kemampuan dari

masyarakat itu sendiri. Jika masyarakat kemudian dirasa mampu menjalankan

wewenang dan pengelolaan potensinya maka masyarakat dianggap mampu

membangun iklim pemberdayaan masyarakatnya sendiri.

1.5.1.4 Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat

Pendekatan yang digunakan dalam model pembangunan

pemberdayaan masyarakat adalah mengikuti alur dari bawah ke atas atau

dikenal dengan bottom-up. Bottom-up dalam pendekatan pemberdayaan

masyarakat berarti pemberdayaan masyarakat berupaya mengajak seluruh

masyarakat untuk terlibat didalam setiap kegiatan pemberdayaan

masyarakat. Sehingga masyarakat memiliki andil dalam mengambil

keputusan dan juga bertanggungjawab atas keputusan tersebut. Pendekatan

pemberdayaan masyarakat juga lebih cenderung melalui komitmen

masyarakat itu.

Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang menggunakan model

bottom-up ini mengartikan bahwa masyarakat tidak hanya dijadikan obyek

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

24

pembangunan lagi, namun sudah menjadi subyek pembangunan. Model ini

tidak hanya membuat masyarakat bertanggungjawab atas pembangunan

yang mengikutsertakan mereka dalam setiap tahapnnya, namun juga dapat

mempermudah mengenai penggalian dana secara swadaya dan pembiayaan

bangunan. Model ini lebih mengutamakan komitmen masyarakat di dalam

melaksanakan pembangunan, sehingga apapun hasilnya masyarakat dapat

memberikan koreksi dan juga evaluasi terhadap pembangunan yang telah

dilaluinya.

1.5.1.5 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Didalam melakukan pembangunan dengan pendekatan

peberdayaan masyarakat, perlu diperhatikan beberapa hal mengenai prinsip

dari pemberdayaan masyarakat. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat

digunakan sebagai pembeda dari perspektif pembangunan sebelumnya,

yang berorientasi pertumbuhan ekonomi nasional, bukan pertumbuhan

masyarakat secara mikro.

Prinsip pemberdayaan masyarakat yang pertama adalah

desentralisasi. Proses pemberdayaan masyarakat mengutamakan

desentralisasi.

Desentralisasi tersebut terutama dimanifestasikan dalam bentuk

kewenangan masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap

pengambilan keputusan dan memberdaya (Soetomo, 2013 : 72).

Pengertian ini menjelaskan bahwa, di dalam pemberdayaan

masyarakat, desentralisasi ini digunakan sebagai pembiasan kewenangan ke

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

25

masyarakat di level bawah atau lebih tepatnya desentralisasi memberikan

wewenangan kepada masyarakat sampai ke tingkat komunitas lokal dalam

menjalankan pembangunan. Masyarakat pada tingkat komunitas lokal

inilah yang akan mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan menentukan

pembangunan apa yang tepat bagi mereka disesuaikan dengan potensi

mereka. Masyarakat inilah yang kemudian akan melakukan kontrol untuk

pelaksana pembangunan tersebut.

Pada dasarnya desentralisasi terutama dalam mengambil

keputusan tidak berhenti sampai pada tingkat masyarakat lokal

sebagai satu kesatuan komunitas, melainkan sampai spektrum yag

luas dan masyarakat termasuk lapisan masyarakat posisi terbawah

(Soetomo, 2013 : 72-73).

Kenyataan ini dimaksudkan agar kepentingan lapisan bawah

termasuk masyarakat miskin dapat terakomodasi. Apabila kewenangan

masyarakat lokal dalam mengambil keputusan masih bias elit berarti masih

ada unsur sentralistik didalam pemberdayaan masyarakat.

Didalam pemberdayaan masyarakat didorong untuk melakukan

sebuah penetrasi kewenangan kepada masyarakat sampai pada level

terbawah. Hal ini dipertimbangkan agar masyarakat pada level terbawah

dapat terakomodasi kepentingannya sebagai warga negara yang ikut

berkecimpung dalam pembangunan masyarakatnya. Selain itu prinsip ini

juga mencegah adanya dominasi dari berbagai aktor yang hanya

merespresntasikan wewenang masyarakat sehingga apa yang dimaksud

didalam pembangunan bukan dari masyarakat saja namun hanya

generalisasi dari aktor tertentu didalam masyarakat.

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

26

Prinsip yang kedua adalah bottom-up, bottom-up merupakan

sebuah alur pengambilan keputusan dengan sifat dari bawah ke atas. Hal ini

berarti perumusan program yang akan dilaksanakan ditentukan oleh

identifikasi masalah dan kebutuhan dari dan oleh masyarakat sendiri.

Namun didalam proses dan mekanisme perumusan program pembangunan

masyarakat ini ada dua kemungkinan. Yang pertama, identifikasi masalah

dan kebutuhan masyarakat tersebut kemudian direspon oleh masyarakat

bersangkutan dalam bentuk program pembangunan yang direncanakan dan

dilaksanankan oleh masyarakat sendiri. Hal ini menempatkan masyarakat

sebagai subyek dari pembangunan, dan model ini mendorong masyarakat

untuk berkembang melalui proses belajar dengan menyesuaikan dinamika

kehidupan dan lingkungan yang terus berkembang.

Model bottom-up yang kedua adalah, identifikasi dan kebutuhan

dari bawah ini kemudian diakomodasi oleh pemerintah baik daerah maupun

pusat, dalam hal ini dinas-dinas terkait, untuk dimasukkan sebagai program

dalam perencanaan pembangunan. Model yang kedua ini yang kemudian

dikenal dengan proses dan mekanisme pembangunan yang juga bersifat

bottom-up.

Didalam model pembangunan dengan pendekatan pemberdayaan

masyarakat yang bersifat bottom-up, perlu adanya partisipasi dari

masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat perencanaan dari awal dengan

mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan potensi tidak akan terlaksana,

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

27

bahkan pembangunan dengan model ini dianggap tidak berhasil ketika

tidak adanya partisipasi dari masyarakat lokal.

Prinsip yang ketiga adalah variasi lokal, didalam pendekatan

pemberdayaan masyarakat, perlu diperhatikan variasi lokal dari

masyarakat. Perbedaan kebutuhan, potensi, dan permasalahan didalam

kehidupan masyarakat menantang bentuk pemberdayaan masyarakat untuk

memberikan toleransi kepada variasi lokal bukan lagi penyeragaman.

Dengan memberikan toleransi kepada variasi lokal ini, program-program

yang dibentuk akan dilaksanakan dengan lebih bertanggungjawab dan

masyarakat merasa memiliki serta merasa bahwa ketika keberhasilan

program pemberdayaan merupakan tanggungjawab mereka karena

merekalah yang membuat program tersebut.

Prinsip pemberdayaan masyarakat yang keempat adalah proses

belajar. Prinsip dari pemberdayaan masyarakat yang disebut proses belajar

ialah dimana pemberdayaan masyarakat merupakan hasil dari proses

belajar, dimana dari awal mereka belajar untuk mengidentifikasi masalah

kemudian bagaimana mereka mempergunakan potensi untuk membentuk

sebuah program. Proses belajar ini merupakan sebuah penyesuaian

masyarakat dengan kondisi lingkungan dan kehidupan yang semakin

berubah, sehingga mendorong masyarakat untuk lebih peka terhadap

perubahan. Proses belajar masyarakat akan terus dan terus belajar, sehingga

masyarakat tidak lagi diintervensi oleh pihak lain yang secara sengaja ingin

membentuk kekuasaan didalam masyarakat. Proses belajar dari

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

28

pemberdayaan masyarakat ini mendorong masyarakat lebih kritis dan

kreatif dengan lahirnya berbagai gagasan dan ide untuk pembangunan

mereka.

Prinsip yang kelima adalah keberlanjutan. Didalam pendekatan

pemberdayaan masyarakat, telah dijelaskan beberapa prinsip diatas, seperti

desentralisasi, bottom-up toleransi terhadap variasi lokal, dan merupakan

sebuah proses belajar masyarakat. Prinsip-prinsip tersebut akan melahirkan

sebuah pembangunan masyarakat dengan sifat keberlanjutan atau

sustainable. Hal ini dikarenkana pemberian wewenang kepada masyarakat

dalam pengelolaan pembangunan lebih mendorong dan

menumbuhkembangkan sifat masyarakat yang lebih inisiatif dan kreatif,

sehingga membuat masyarakat kemudian sadar bahwa pembangunan yang

mereka lakukan digunakan sebagai kemajuan kehidupan masyarakat. Sifat-

sifat bertanggungjawab ini akan membawa keberlanjutan atau sustainable

pada program yang telah dibentuk dan dilakukan. Sehingga tidak akan

menimbulkan ketidakefektifan dan ketidakefisienan program yang memang

benar-benar dibentuk atas partisipasi masyarakat didalam pembangunan

tersebut.

1.5.1.6 Partisipasi Masyarakat Sebagai Prasyarat Pemberdayaan

Masyarakat

Partisipasi atau participation adalah setiap proses identifikasi atau

menjadi peserta suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama

dalam suatu situasi sosial tertentu (Soerjono Soekanto, 1993 : 355).

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

29

Definisi ini mengartikan bahwa partisipasi adalah suatu kata kerja

yang mengikutsertakan manusia kedalam sebuah kehidupan sosial yang

didalamnya terjadi proses komunikasi dan kegiatan bersama. Partisipasi

menjadi salah satu bagian dari yang paling terpenting didalam pemberdayaan

masyarakat, terutama partisipasi dari masyarakatnya sendiri. Partisipasi

masyarakat akan lebih terlihat pada bagaimana bentuk keberhasilan dari

sebuah pembangunan yang berbasis partisipasi.

Partisipasi dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat

merupakan sebuah inti dari pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat

itu sendiri. partisipasi di dalam pemberdayaan masyarkat menjadi sebuah

proses dalam pengembangan masyarakat, partisipasi sangat berkaitan erat

dengan bagaimana masyarakat tersebut berkembang dan menuju ke arah yang

lebih maju. Selanjutnya, partisipasi masyarakat juga berkaitan dengan

kontribusi masyarakat itu sendiri, baik kontribusi secara ragawi yang berupa

melakukan suatu hal yang kongkrit, ataupun sebuah ide-ide.

Didalam pemberdayaan masyarakat partisipasi masyarakat dituangkan

ke dalam sebuah pendapat dan pengambilan keputusan akan masa depan

masyarakat itu sendiri, sehingga tidak adanya ketergantungan dan juga

otoriter kekuasaan dari atas (state). Besarnya partisipasi masyarakat akan

lebih terlihat ketika kesuksesan masyarakat di dalam memberdayakan dirinya

untuk lebih maju dalam perkembangan pembangunan baik ekonomi, sosial

maupun politik.

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

30

Menurut Oakley (dalam Jim Ife, 2008 : 296), ada perbandingan

partisipasi dalam dua konsep, yaitu partisipasi sebagai cara dan partisipasi

sebagai tujuan, berikut ini tabel perbedaannya.

Tabel 1

Perbedaan Partisipasi

Partisipasi sebagai Cara Partisipasi sebagai Tujuan

Berimplikasi pada penggunaan

partisipasi untuk mencapai

tujuan atau sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya

Merupakan suatu upaya

pemanfaatan sumber daya yang

ada untuk mencapai tujuan

program

Penekanan pada mencapai

tujuan dan tidak terlalu pada

aktifitas partisipasi itu sendiri

Lebih umum dalam program-

program pemerintah, yang

utamanya adalah masyaakat dan

melibatkan mereka dalam

meningkatkan efisiensi sistem

penyampaian

Berupaya memberdayakan

rakyat untuk berpartisipasi

dalam pembangunan mereka

sendiri secara lebih berarti

Berupaya untuk menjamin

peningkatan peran rakyat

dalam inisiatif-inisiatif

pembangunan.

Fokus pada peningkatan

kemampuan rakyat untuk

berpartisipasi bukan sekedar

mencapai tujuan-tujuan proyek

yang sudah ditetapkan

sebelumnya

Pandangan ini relatif kurang

disukai oleh badan-badan

pemerintah. Pada prinsipnya

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

31

Partisipasi umumnya jangka

pendek

Partisipasi sebagai cara

merupakan bentuk pasif dari

partisipasi

LSM setuju dengan pandangan

ini.

Partispasi dipandang sebagai

suatu proses jangka panjang.

Partisipasi sebagai tujuan

relatif lebih aktif dan dinamis.

Ketika melihat tabel diatas, maka partisipasi masyarakat didalam

pemberdayaan masyarakat lebih ditekankan pada partisipasi sebagai tujuan,

hal ini jelas sangat terlihat pada beberapa inti dari deskripsi partispasi sebagai

tujuan. Salah satunya mengenai partisipasi yang dipandang sebagai suatu

proses jangka panjang bukan hanya jangka pendek. Seperti yang diisyaratkan

dalam pemberdayaan masyarakat bahwa, program pembangunan yang

berbasis pemberdayaan masyarakat akan jauh lebih ditargetkan pada

keberlanjutan atau sustainable. Program yang dibuat, tidak hanya akan

menolong masyarakat dalam kehidupan ekonomi dan sosialnya dalam sekejap

saja, namun juga dalam jangka panjang dan masyarakat mampu

mengembangkan insiatif mereka sebagai mereka survive untuk program atau

kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti mereka mempertahankan

kehidupan mereka.

Didalam kata partisipasi banyak bermunculan makna yang tersirat,

karena partisipasi sendiri diartikan sangat luas, terlebih ketika wujud

partisipasi itu tidak dapat dibedakan. Adapun beberapa bentuk partisipasi

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

32

secara sederhana, diisyaratkan sebagai keikutsertaaan seseorang kelompok,

ataupun masyarakat dalam kegiatana tau program tertentu. Hal ini sangat

berkaitan sekali dengan partisipasi selalu diidentikan adanya subyek

pelakunya, dimana subyek tersebut berkontribusi atau memberi sumbangan

dalam kegiatan atau program tersebut, sehingga mampu untuk melancarkan

dan menunjang keberhasilan kegiatan atau program tersebut. Bentuk

partisipasi sebenarnya tidak hanya dalam hal berkontribusi ataupun memberik

sumbangan, namun bentuk dari partisipasi dapat berbentuk dalam buah

pemikiran yang memberikan sumbangsih pemikiran. Adapula partisipasi

dalam bentuk tenaga, yang memberikan tenaganya untuk berbagai program

maupun kegiatan untuk tujuan tertentu, yang tentunya tujuan dalam hal yang

positif, seperti pembangunan dan lain sebagainya. Kemudian partisipasi

selanjutnya dalam bentuk harta benda, kemudian ada juga dalam bentuk

ketrampilan, dan juga partisipasi dalam wujud sosial. Etika didalam

berpartisipasi sebenarnya ada dalam di kehidupan sehari-hari (habits) dimana,

dalam berpartisipasi kita mungkin dapat menerima, menolak dengan

memberikan alasan, melaksanakan ataupn menaati. Wujud partisipasi seara

gamblang dapat dijelaskan dalam hal konkrit, dimana di dalam sebuah

masyarakat yang ikut dalam berpartisipasi tentunya akan mencapai tujuan

pembangunan desa yang lebih baik dan sesuai target.

Dalam pemberdayaan masyarakat, sudah disebutkan diatas, bahwa

partisipasi sangatlah penting untuk mewujudkannya keberhasilan

pemberdayaan masyarakat di suatu masyarakat. hal ini mungkin dapat dilihat

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

33

melalui beberapa proses pemberdayaan masyarakat yang selalu mengaung-

gaungkan partisipasi masyarakat didalam setiap kegiatannya. Seperti halnya

dalam proses pertama yang memposisikan partisipasi masyarakat dalam

menciptakan sebuah iklim yang memungkinkan masyarakat berkembang.

Tanpa peran partisipasi masyarakat yang baik, iklim awal untuk

melaksanakan pemberdayaan masyarakat bukanlah sebuah hal yang mudah

untuk dilakukan. Selanjutnya pada tahap kedua, mengenai upaya

memaksimalisasi potensi didalam masyarakat harus juga didukung dengan

memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Lagi-lagi partisipasi

masyarakat menjadi inti utama yang harus dilakukan untuk membuat

masyarakat bersatu paham mengenai bagaimana memperkuat potensi daya

yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dan yang ketiga tidak kalah

menariknya, partisipasi masyarakat juga diperlukan dalam memperkuat

kapasitas individu dan institusi didalamnya, agar masyarakat mampu

melaksanakan pemberdayaan masyarakat dimulai dari manajemen internal

yang sudah rapi. Keempat, pemberdayaan masyarakat membutuhkan

partisipasi masyarakat didalam pengambilan keputusan. Serta yang kelima,

memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dimana kelima tahap

tersebut, semuanya menggunakan partisipasi masyarakat sebagai perilaku inti

yang harus dibangun sejak awal. Tanpa partisipasi masyarakat maka

pemberdayaan masyarakat tidak dapat berhasil.

Sama halnya seperti suatu bentuk pemberdayaan masyarakat melalui

kawasan wisata Nglanggeran yang masuk dalam kategori pemberdayaan

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

34

masyarakat yang sukses. Bahwa didalam pemberdayaan masyarakat tersebut,

sinergitas dan partisipasi masyarakat desa Nglanggeran sangatlah dipertaruhkan.

Terlebih ketika awal membangun sebuah potensi yang sudah dimiliki menjadi

sebuah daya tarik wisata yang memberikan manfaat yang tidak sedikit bagi

masyarakatnya. Kunci dari pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata

Nglanggeran ini adalah bagaimana masyarakat mampu survive demi

kesejahteraan mereka melalui apa yang mereka miliki sekarang.

1.5.1.7 Proses Manajerial dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Kawasan Wisata

Pengelolaan pariwisata dengan basis atau perspektif apapun tidak

dapat terlepas dari proses manajerial didalamnya. Seperti halnya

pembangunan dan pengembangan obyek wisata melalui basis pemberdayaan

masyarakat yang juga menggunakan proses manajerial didalamnya.

Pengelolaan (manajemen) merupakan sebuah tahapan didalam melakukan

atau mengelola bahkan menjadi suatu hal menjadi lebih bermanfaat.

Menurut Leiper ( 1990 : 256) dalam I Gde Pitara dan I ketut Surya

(2009:80), pengelolaan atau manajemen merujuk pada seperangkat peranan

yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang, atau bisa juga merujuk

kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peran tersebut. Fungsi-fungsi

manahjemen tersebut adalah sebagai berikut : (1)Planning (perencanaan),

(2)Directing (Mengarahkan), (3)Organizing (termasuk coordinating), dan

(4)Controling (pengawasan).

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

35

Sedangkan arti lain dalam manajemen dijelaskan oleh Drucker (dalam

Richard and Huker, 2004 178) bahwa manajemen merupakan sebuah alat

yang spesifik untuk menjalakan fungsi yang spesifik untuk menunjang

kapabilitas prosuki seseorang. Hal tersebut mengartikan bahwa, disetiap

tahapan manajemen atau manajerial memiliki fungsi masing-masing sehingga

dapat dikelola secara baik, dimana setiap sub-tahap dapat bekerja sesuai

dengan jobdesknya masing-masing.

“...the spesific tool, the spesfic function, the spesfic instrumen to make

institutions capable of producting results... (The critical functions to tourim

manajemen are planing, coordinating, and control” (Richard and Huker, 2004

178)

Melalui penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses

manajerial didalam pengelolaan pariwisata dengan basis pemberdayaan

masyarakat dapat disimpulkan sebagai berikut ini. Proses pnengelolaan

pariwisata dengan pemberdayaan masyarakat tidak hanya menilai proses

bagaimana masyarakat tersebut dapat mencapai kemandirian, namun dapat

dilihat melalui bagaimana intervensi dari pemerintah maupun pihak swasta,

bagaimana masyarakat menemukenali potensi dan juga tantangan didalam

kehidupan bermasyarakatnya, dan juga bagaimana masyarakat mampu

belajar dari proses tersebut sehingga dapat menciptakan sebuah

pemberdayaan yang sifatnya berkelanjutan. Proses pengelolaan pariwisata

dengan pemberdayaan masyarakat dapat digambarkan pada bagan berikut

ini :

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

36

Bagan 3

Proses Pemberdayaan Masyarakat

Bagan diatas dapat dijelaskan bahwa didalam proses pemberdayaan

terdapat tiga proses, dimana kesemuanya merupakan proses belajar. Proses

pemberdayaan masyarakat yang pertama adalah tahap perencanaan,

didalam tahap perencanaan ini poin paling penting didalam melihat proses

pemberdayaan adalah seberapa besar intervensi dari pemerintah maupun

swasta sebagai stakeholder di dalam masyarakat tersebut. Dalam tahapan

ini juga berupa penyadaran, menumbuhkembangkan pola pikiran

masyarakat bahwa masyarakat butuh suatu implikasi pembangunan yang

membuat mereka belajar mengenai bagaimana memecahkan sebuah

masalah, terutama masalah didalam masyarakat tersebut. Upaya ini dilirik

dengan mempertimbangkan assesment atau pemetaan sosial mengenai

kehidupan masyarakat dan lingkungan terlebih dahulu. Tahap persiapan

juga berhubungan dengan bagaimana masyarakat memunculkan ide dan

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

37

gagasan yang memang secara jelas menjadi kebutuhan mereka untuk

memperbaiki kondisi mereka ke arah yang lebih baik atau berdaya.

Proses pemberdayaan masyarakat dalam tahap kedua ini adalah

tahap pelaksanaan. Tahap ini berupa melaksanakan program atau kegiatan

yang bersifat memberdayakan masyarakat. Tahapan ini melihat bagaimana

mengelola sumber daya yang ada di dalam masyarakat dengan

menggunakan potensi yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Tahap ini

juga mengacu bagaimana masyarakat menjalankan program atau kegiatan

tersebut dan juga upaya untuk mempertahankannya agar dapat merubah

kondisi masyarakat ke arah yang lebih baik dan berkelanjutan.

Proses pemberdayaan masyarakat yang ketiga adalah tahap

evaluasi. Tahap ini berupa mengevaluasi segala program atau kegiatan yang

berbasis pemberdayaan masyarakat. Evaluasi ini akan menimbang, apakah

masyarakat mampu untuk diberlakukan sebagaimana pemberdayaan

masyarakat yang seharusnya, atau malah tidak berhasil karena

pertimbangan masyarakat belum siap menerima kegiatan pemberdayaan

masyarakat yang telah direncanakan. Evaluasi ini juga akan melihat

seberapa berhasilkah program atau kegiatan yang dilaksanakan, sehingga

akan ada program atau kegiatan baru untuk memperbaiki atau malah

mengembangkan program atau kegiatan yang telah lama.

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/