bab i pendahuluan - digital library...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dengan semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia yang di
tandai dengan maraknya kegiatan usaha di seluruh sektor ekonomi baik
formal maupun informal atau terintegritas maupun suplementasi membawa
dampak positif konstruktif terhadap kehidupan masyarakat. Peningkatan
kehidupan masyarakat juga di imbangi semakin meningkatnya daya beli
masyarakat. Hal ini juga sebagai sumber potensial yang harus di gali
sebagai untuk kepentingan penerimaan negara dari sektor perpajakan.
Pajak sebagai salah satu peran serta masyarakat dalam pembiayaan negara.
Dengan semakin meningkatnya pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran
wajib pajak tentang pajak sangat mendukung kemandirian dalam
memenuhi kebutuhan dana untuk kepentingan penyelenggaraan negara,
sehingga pajak memegang peran penting bagi penerimaan negara.
Sebagaimana di amanatkan oleh Pasal 23A amandemen Undang-Undang
Dasar 1945 bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang.
Saat ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi
masyarakat Indonesia. Sebagian kalangan telah menempatkan pajak secara
proporsional dalam kehidupannya, bahwa pajak telah dianggap sebagai
2
salah satu kewajiban dalam bernegara, yaitu merupakan sarana untuk ikut
berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan tugas kenegaraan yang di
tangani oleh pemeintah. Indikasi ini terlihat dari semakin banyaknya
jumlah wajib pajak, demikian juga dengan keikutsertaan masyarakat dari
berbagai kalangan, apabila ada suatu penyelenggaraan kegiatan mengenai
perpajakan, seperti halnya seminar, lokakarya, dialog, penyuluhan, dan
sebagainya.
Kondisi ini sangat jauh berbeda dibandingkan dengan sebelum
dilakukannya reformasi perpajakan tahun 1984. Saat itu pajak bukan
dianggap sebagai kewajiban negara, melainkan lebih dianggap sebagi
beban, karena dengan membayar pajak akan mengurangi penghasilan atau
harta kekayaan seseorang atau sebuah ensitas bisnis. Oleh karena itu,
banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap pajak, yang indikasinya
terlihat dari masih sedikitnya jumlah wajib pajak, maupun rendahnya
jumlah realisasi penerimaan pajak pertahun dalam Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN).
Salah satu jenis pajak yang merupakan sumber penerimaan negara
adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang menggantikan Pajak
Penjualan (PPn) sejak 1 april 1985, yang di tetapkan berdasarkan Undang-
Undang No. 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No. 11 Tahun 1994 dan Undang-Undang No. 18 Tahun 2000
tentang PPN dan PPnBM. Undang –undang ini di sebut Undang-undang
Pajak Pertambahan Nilai 1984. Dasar pemikiran pengenaan pajak ini
3
dasarnya adalah untuk pengenaan pajak pada tingkat kemampuan
masyarakat untuk berkonsumsi, yang pengenaannya di lakukan secara
tidak langsung kepada konsumen.
Untuk mengakomodir berbagai perkembangan yang sangat cepat
terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, pemerintah berupaya melakukan
perubahan dan penyesuaian atas peraturan perpajakan yang berlaku
sebelumnya, antara lain melalui kegiatan dalam bidang perdagangan
dengan membuka kerja sama perdagangan dengan luar negeri dalam
berbagai bidang, baik barang maupun jasa. Dalam pelaksanaannya,
kegiatan di atas tidak terlepas dalam pegenaan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) atas barang maupun jasa yang telah diproduksi.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah salah satu contoh pajak
yang termasuk sebagai pajak tidak langsung, Ketiga unsur pajak, yaitu
penanggungjawab pajak, penanggung pajak dan pemikul pajak dalam
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditemukan terpisah-pisah.
Karakter ini memberikan suatu konsekuensi yuridis bahwa antara pemikul
beban pajak (destinataris pajak) dengan penanggungjawab atas
pembayaran pajak ke kas negara berada pada pihak yang berbeda. Pemikul
beban pajak ini secara nyata berkedudukan sebagai pembeli Barang Kena
Pajak atau penerima Jasa kena Pajak, sedangkan penanggung jawab atas
pembayaran pajak ke kas negara adalah Pengusaha Kena Pajak yang
bertindak selaku penjual Barang Kena Pajak atau Pengusaha Jasa Kena
Pajak. Oleh karena itu apabila terjadi penyimpangan pemungutan Pajak
4
Pertambahan Nilai, Administrasi Pajak (fiskus) akan meminta
pertanggungjawaban kepada penjual Barang Kena Pajak tersebut, bukan
pembeli, walaupun pembeli kemungkinan juga berstatus sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
Perhitungan pajak pertambahan nilai (PPN) dilakukan antara
selisih pajak keluaran dan pajak masukan yang tarifnya sudah di tentukan
10% dari barang atau jasa yang di keluarkan maupun yang di terima.
Penyetoran PPN di lakukan pembayaran ke Bank persepsi melalui SSP
(Surat Setor Pajak), dan pelaporan PPN dilakukan menggunakan Surat
Pemberitahuan Masa (SPT-Masa PPN) bukan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Pertambahan Nilai karena SPT Masa PPN lebih kumulatif.
Artinya, laporan keuangan di hitung tahunan, tapi perhitunga pajaknya di
hitung bulanan, karena setiap bulannya banyak transaksi dan pajak di
hitung dari atau di tanggung konsumen.
Penelitian mengambil data PPN pada PT. JNI MITRAJAYA
karena perusahaan sebagai wajib pajak sudah memenuhi syarat Subjek dan
Objek Pajak Pertambahan Nilai yang sudah berada cukup lama beroperasi
di Indonesia dengan kegiatannya sebagai distributor Unilever Food.
Prosedur perlakuan PPN yang dilakukan mulai dari perhitungan,
penyetoran, dan pelaporan sudah banyak yang sesuai ketentuan umum dan
tata cara perpajakan, tapi ada beberapa hal yang belum sepenuhnya
dilakukan oleh PT. JNI MITRAJAYA. Oleh karena itu penulis memilih
perusahaan ini bertujuan untuk menganalisis prosedur penerapan,
5
penghitungan, dan pelaporan agar sesuai dengan peraturanperundang-
undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang No. 42 tahun 2009 tentag
PPN.
Berdasarkan pertimbangan dan uraian diatas, maka peneliti
mencoba membahas lebih lanjut mengenai penghitungan PPN masukan
yang di lakukan oleh wajib pajak. Mengingat pentingnya pembiayaan
pembangunan dengan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, maka dalam
penyusunan penelitian ini penulis mengambil judul :
“ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
PADA PT. JNI MITRAJAYA”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi tersebut di atas mka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah penghitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sudah sesuai
dengan ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku.
2. Bagaimana tata cara penghitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
pada PT JNI MITRAJAYA.
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penyusunan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah penerapan Pajak Pertambahn Nilai (PPN)
sudah sesuai dengan ketentuan umum dan tata cara yang berlaku.
6
2. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi yang di lakukan
perusahaan terhadap penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada
PT JNI MITRAJAYA.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan skripsi ini adalah :
1. Bagi perusahaan, diharapkan hasil penelitian tersebut dapat
digunakan sebagai bahan informasi khususnya bagian akuntansi
(perpajakan) perusahaan dalam hal penerapan PPN yang sesuai
dengan ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku,
sehingga menjadi kontrol terhadap pengeluaran keuangan
perusahaan tersebut menjadi lebih baik dan benar.
2. Bagi penulis, akan menambah pengetahuan dan pemahaman
mengenai implementasi penerapan teori perpajakan yang telah
diperoleh di bangku kuliah kedalam praktek perpajakan dalam
perusahaan yang sebenarnya.
3. Bagi civitas akademis, sebagai wacana pengetahuan dan digunakan
sebagai bahan referensi dan pembanding untuk melakukan penelitian
lebih lanjut tentang penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
7
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Umum Tentang Pajak
Pajak memiliki berbagai definisi, yang pada hakekatnya
mempunyai pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang di
kemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut:
a) Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH, menyatakan : Pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi)
yang langsung dapat di tunjukkan dan yang di gunakan untuk
membayar pengeluaran umum. (Thomas Sumarsan ,2013:3).
b) Menurut P.J.A. Andriani : pajak adalah iuran kepada negara (yang
dapat di paksakan) yang terutama oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali,
yang langsung dapat di tunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negra untuk
menyelenggarakan pemerintahan. (Gatot S.M Faisal ,2010:12).
c) Menurut Purwono (2010:7) pajak menurut Pasal 1 Undang-Undang
No.28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
8
didefinisikan sebagai: “ Kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan di gunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya
kemakmuran rakyat”.
Dari 3 pengertian di pajak di atas, dapat dapat disimpulkan
bahwa pajak memiliki unsur-unsur, antara lain:
a) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang
serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
b) Tanpa jasa timbal (kontraprestasi) di negara yang secara langsung
dapat ditunjukkan.
c) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
d) Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
e) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan-pembiayan negara.
2.1.1.1 Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:1-2) dalam buku Perpajakan Edisi
Revisi, menuliskan bahwa ada dua fungsi pajak yaitu:
9
1. Fungsi Budgeter
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (Regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah di bidang sosial ekonomi.
Contoh :
a) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras.
b) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif.
c) Tarif pajak ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk
Indonesia di pasaran dunia.
2.1.1.2 Jenis pajak
A. Menurut Suandy (2011:36) jenis pajak berdasarkan pihak yang
menanggung :
1. Pajak Langsung, adalah pajak yang bebannya harus ditangung
sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain. Misalnya, Pajak Penghasilan.
2. Pajak Tidak langsung, adalah pajak yang bebannya dapat
dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain sehingga sering di
sebut juga sebagai pajak tidak langsung.
10
Contoh : Pajak Pertambahan nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
B. Menurut Suandy (2011:36) jenis pajak berdasar pihak yang
memungut:
1. Pajak pusat atau pajak negara adalah pajak yang wewenang
pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya
dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktoral Jendral
Pajak. Contoh: PPN, PBB, Bea Materai,dan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan.
2. Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutan ada pada
Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Daerah (APBD). Contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame.
C. Menurut Suandy (2011:38) jenis pajak berdasarkan sifatnya:
1. Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan kodisi atau
keadan wajib pajak. Dalam menentukan pajaknya harus ada alasa-
alasan obyektif yang berhubunga erat dengan keadaan materialnya,
yaitu kemampuan membayar wajib pajak. Contoh : PPh
2. Pajak Objektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan
objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar,
kemudian baru dicari subjeknya baik orang pribadi maupun badan.
Jadi, dengan kata lain pajak objektif adalah pengenaan pajak yang
hanya memperhatikan kondisi objeknya saja. Contoh : PPN, PBB.
11
2.1.1.3 Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo (2011:16) pada dasarnya terdapat 3 (tiga) cara
atau sistem yang di pergunakan untuk menentukan siapa yang
menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang terutang oleh
seseorang yaitu :
1. Official Assesment System
Official Assesment Sistem yaitu sistem pemungutan pajak yang
menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak
dihitung dan ditetapkan oleh aparat pajak atu fiskus. Dalam sitem ini
utang pajak timbul bila telah ada ketetapan pajak dari fiskus ( sesuai
dengan ajaranformil tentang tmbulnya utang pajak ). Jadi dalm hal ini
wajib pajak bersifat positif.
2. Self Assesment System
Self Assesment System yaitu sistem pemungutan pajak di mana
wewenang menghitung besarnya pajak terutang oleh wajib pajak
diserahkan oleh fiskus kepada wajib pajak yang bersangkutan,
menghitung, menyetor dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP), sedangkan fiskus bertugas memberikan penerangan
dan pengawasan.
12
3. With Holding System
With Holding Sytem yaitu sistem pemungutan pajak yang
menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang dihitung oleh pihak
ketiga ( yang bukan wajib pajak dan juga aparat pajak/fiskus).
2.1.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2.1.2.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada dasarnya merupakan pajak penjualan
yang di pungut atas dasar nilai tambah yang timbul pada semua jalur
produksi dan distribusi. Nilai tambah adalah semua faktor produksi yang
timbul di setiap jalur peredaran suatu barang seperti bunga, sewa, upah
kerja, termasuk semua biaya untuk mendapatkan laba. Pada setiap tahap
produksi, nilai produk, dan harga jual produk selalu terdapat nilai antara lain
yang utama karena setiap penjualan menginginkan adanya keuntungan
sehingga dalam menentukan harga jual, harga perolehan ditambah dengan
laba bruto .
Dasar hukum pajak pertambahan nilai tertera pada Undang-Undang
Perpajakan Tahun 1983 nomor 8 yang mengatur pengenaan pajak
pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM)
tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas
barang mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang nomor 18 tahun 2000. Undang-Undang ini disebut Undang-
Undang pajak pertambahan nilai 1984. Dan yang dimaksud Pajak
13
Pertambahan Nilai (PPN) adalah Pajak yang di kenakan atas konsumsi barang
dan jasa di daerah pabean (didalam negeri) yang dikenakan secara bertingkat
di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi
masyarakat yang merupakan objek dari Pajak Pertambahan Nilai.
Menurut Mardiasmo (2010:217) yang dimaksud Pajak Pertambahan Nilai
adalah pajak yang dipungut secara tidak langsung atas penyerahan barang dan
jasa kena pajak untuk keperluan konsumsi barang dan jasa dalam negeri.
Menurut Valentina (2006:4) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak
yang dikenakan atas konsumsi dalam negeri (dalam daerah pabean).
Pertambahan Nilai timbul karena digunakan faktor-faktor produksi dalam
menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau
jasa kepada konsumen.
Sedangkan menurut Sukardji (2010:22) adalah “pengenaan pajak atas
pengeluaran atau konsumsi baik yang dilakukan perseorangan maupun badan
baik badan swasta maupun badan pemerintah dalam bentuk belanja barang
atau jasa yang dibebankan pada anggaran belanja negara”.
Berdasarkan objek yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah
konsumsi barang dan jasa, maka Pajak Pertambahan Nilai secara bebas dapat
diartikan pajak yang dikenakan atas pertambahan nilai suatu barang dan jasa.
Secara matematis pertambahan nilai atau nilai tambah suatu barang dan jasa
dapat di hitung dari nilai atau harga penjualan dikurangi nilai atau harga
14
pembelian, sehingga salah satu unsur pertambahan nilai atau nilai tambah
suatu barang atau jasa adalah laba yang diharapkan.
2.1.2.2 Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Valentina (2006:4), Subjek PPN dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
a. Pengusaha Kena Pajak
1. Yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak
yang dapat dikenakan PPN adalah pengusaha Kena Pajak.
2. Yang mengekspor Barang Kena Pajak yang dapat dikenakan PPN adalah
Pengusaha Kena Pajak.
3. Yang menyerahkan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjual belikan adalah Pengusaha kena Pajak.
4. Bentuk kerjasama operasi yang apabila menyerahkan Barang Kena Pajak
dan atau Jasa Kena Pajak dapat dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena
Pajak.
b. Bukan Pengusaha Kena Pajak
Subjek PPN tidak harus Pengusaha Kena Pajak, tetapi dapat menjadi
subjek PPN. Hal ini disebabkan karena PPN dikenakan terhadap konsumsi
yang dilakukan didalam negeri. Oeh sebab itu, ketika konsumsi dilakukan
atas BKP dan JKP yang berasal dari luar daerah pabean oleh konsumen
dalam negeri, maka PPN yang terutang akan di bayar sendiri oleh
konsumen tanpa memperhatikan apakah konsumen tersebut PKP.
15
Menurut Mardiasmo (2010:83), yang menjadi Subjek PPN adalah
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak berdasarkan Undang- Undang
PPN, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan Mentri
Keuangan, kecuali pengusaha kecil tersebut memilih untuk dikukuhkan
menjadi PKP.
2.1.2.3 Objek Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Waluyo (2011:12), Objek PPN adalah :
a. Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan
barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang
PPN dan PPnBM.
b. Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu
perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau
fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa
yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan
pajak berdasarkan Undang-Undang PPN dan PPnBM.
Menurut Waluyo (2011:16), Subjek PPN dibedakan menjadi Objek
PPN adalah penyerahan atau kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha
16
Kena Pajak. Ada enam kegiatan yang ditegaskan dalam Undang-Undang
PPN, yaitu :
a. Penyerahan Barang Kena Pajak didalam daerah pabean yang dilakaukan
oleh pengusaha
b. Impor Barang Kena Pajak
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean oleh
pengusaha
d. Pemanfaatan barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean
didalam daerah pabean
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean didalam daerah
pabean
f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
2.1.2.4 Faktur Pajak
Menurut Waluyo (2011:83), Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak
yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak atau penyerahan jasa Kena Pajak
atau bukti pungutan pajak karena impor barang kena pajak digunakan oleh
Direktorat Jendral Bea dan Cukai.
Terdapat 3 (tiga) jenis Faktur Pajak menurut Undang-Undang PPN, yaitu:
1. Faktur Pajak Standar, termasuk dokumen-dokumen tertentu yang
diprlakukan sebagai Faktur Pajak Standar;
2. Faktur Pajak Gabungan dan;
17
3. Faktur Pajak Sederhana.
Faktur Pajak Standar harus memenuhi syarat formal maupun
material, yang dimaksud dengan syarat formal adalah bahwa Faktur Pajak
Standar paling sedikit harus memuat keterangan:
Nama, alamat, dan NPWP yang melakukan penyerahan atau pembelian
BKP atau JKP, jenis Barang dan Jasa, jumlah harga jual atau penggantian,
dan potongan harga, PPN yang dipungut, PPnBM yang dipungut, Kode,
nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak, dan nama, jabatan, dan
tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak.
Faktur Pajak gabungan sesuai Peraturan Direktur Jendral Pajak
Nomor Per 65/PJ/2010 seluruh penyerahan yang di lakukan kepada
pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak yang sama
selama 1 (satu) bualn kalender. Faktur Pajak Gabungan harus memenuhi
syarat formal maupun material. Yang dimaksud dengan syarat formal
adalah:
a) Faktur Pajak Standar yang cara penggunaannya diperkenakan kepada
PKP atas beberapa kali penyerahan BKP/JKP kepada pembeli atau
penerima jasa yang sama yang dilakukan dalam satu Masa Pajakn dan
harus dibuat selambat-lambatnya pada akhir bulan berikutnya setelah
bualn terjadinya penyerahan BKP/JKP.
b) Dalam hal terdapat pembayaran sebelum penyerahan BKP/JKP atau
terdapat pembayaran sebelum Faktur Pajak Gabungan tersebut dibuat,
18
maka untuk pembayaran tersebut dibuat Faktu Pajak tersendiri pada
saat diterima pembayaran.
c) Tanggal penyerahan/pembayaran pada Faktur Pajak diisi dengan
tanggal awal penyerahan BKP/JKP sampai dengan tanggal terakhir
dari masa Pajak yang dibuatkan Faktu Pajak Gabungan, dengan
melampirkan daftar tanggal penyerahan dari masing-masing Faktur
Penjualan.
Yang dimaksud Faktu Pajak Sederhana adalah :
1. Dokumen yang disamakan fungsinya dengan Faktur Pajak, yang
diterbitkan oleh PKP yang melakukan peyerahan BKP dan/atau JKP
kepada pembeli BKP dan/atau JKP yang tidak diketahui identitasnya
secara lengkap atau penyerahan BKP/JKP secara langsung kepada
konsumen akhir.
2. Pembeli BKP/penerima JKP yang tidak diketahui identitasnya secara
lengkap, misalnya : pembeli yang tidak diketahui NPWP-nya atau tidak
diketahui nama dan atau alamat lengkapnya.
3. Faktu Pajak Sederhana sekurang-kurangnya harus memuat :
a. Nama, alamat usaha, NPWP serta nomor dan tanggal pengukuhan PKP
yang menyerahkan BKP atau JKP.
b. Macam, jenis dan kuantum dari BKP atau JKP.
c. Jumlah harga jual atau penggantian yang sudah termasuk pajak atau
besarnya pajak dicantumkan secara terpisah.
d. Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sedehana.
19
4. Bentuk Faktur Pajak Sederhana dapat berupa bon kontan, Faktur
Penjualan, segi cash register, karcis, kwitansi, yang dipakai sebagai
tanda bukti penyerahan atau pembayaran atas penyerahan BKP atau
JKP oleh PKP yang bersangkutan.
5. Faktur Pajak Standar yang diisi tidak lengkap bukan merupakan Faktur
Pajak Sederhana.
6. Faktur Pajak Sederhana dibuat sekurang-kurangnya rangkap dua:
Lembar ke-1 : Unuk pembeli BKP/penerima JKP
Lembar ke-2 : Untuk arsip PKP yang bersangkutan
7. Faktur Pajak Sederhana dianggap telah dibuat rangkap dua atau lebih,
dalam hal faktur Pajak Sederhana tersebut dibauat dalam satu lembar
yang terdiri dari dua atau lebih bagian atau potongan yang disediakan
untuk disobek atau dipotong, seperti yang terjadi pada karcis.
8. Faktur Pajak Sederhana tidak dapat digunakan oleh pembeli BKP atau
penerima JKP sebagai dasar untuk pengkreditan Pajak Masukan.
Dokumen-dokumen tertentu dapat diperlakukan sebagai Faktur Pajak
Standar sepanjang dokumen tersebut memuat sekurang-kurangnya :
a. Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen;
b. Nama, alamat, NPWP, penerima dokumen;
c. Jumlah satuan;
d. Dasar Pengenaan Pajak;
e. Jumlah pajak terutang.
Dokumen-dokumen tersebut adalah :
20
1. PIB yang dilampiri SSP dan atau bukti pungutan pajak oleh Dirjen Bea
dan Cukai untuk impor BKP;
2. PEB yang telah dibuat oleh pejabat yang berwenang dari Dirjen Bea
dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut;
3. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh
BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu
4. Faktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/dikeluarkan oleh
Pertamina untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM;
5. Tanda pembayaran atau kwitansi untuk penyerahan jasa
telekomunikasi;
6. Ticket, Tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill) atau Delivery Bill,
yang dibuat/ dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkuatan dalam
negeri;
7. SSP untuk pembayaran Pajak Peratmbahan Nilai atas pemanfaatan BKP
tidak berwujud atau JKP dari luar
8. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa ke
pelabuhan;
9. Tanda pembayaran atau kwitansi listrik.
2.1.2.5 Pajak Masukan dan Keluaran
Menurut Waluyo (2011:99) Pajak Masukan adalah Pajak
Pertambahan Nilai yang seharusnya dibayar oleh PKP karena perolehan
21
BKP dan/atau pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean dan/impor BKP.
Seadangkan Pajak Keluaran menurut menurut Waluyo (2011:99) adalah:
“Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang
melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP berwujud,
ekspor BKP tidak berwujud dan/atau ekspor JKP”.
2.1.2.6 Mekanisme Pemungutan dan Pengkreditan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) lebih menunjukkan sebagai identitas
dari suatu sistem pemungutan pajak atas konsumsi dari pada nama suatu
jenis pajak, dimana mengenakan pajak atas nilai tambah yang timbul pada
barang atau jasa tertentu yang dikonsumsi. Namun sebelum barang dan
jasa tersebut sampai pada tingkat konsumen, PPN sudah dikenakan pada
setiap tingkat mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. Meskipun
demikian, pemungutan secara bertingkat ini tidak menimbulkan efek
ganda karena adanya metode perolehan kembali pajak yang telah dibayar
(kredit pajak) atau sering disebut dengan istilah credit method oleh
pengusaha Kena Pajak (PKP) yaitu selisih antara PPN masukan dan PPN
keluaran untuk menghitung pajak yang terutang, yang terjadi karena
adanya transaksi penjualan dan pembelian atas BKP ataupun JKP sehingga
pesentase beban pajak yang dipikul oleh konsumen tetap sama dengan tarif
pajak yang berlaku.
22
Menurut Waluyo (2011:99) mekanisme Pengkreditan Pajak
Masukan:
1. Pajak Masukan yang telah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak pada
waktu perolehan atau impor Barang kena Pajak atau penerimaaan Jasa
Kena Pajak dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang dipungut
Pengusaha Kena Pajak pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak.
2. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran tersebut harus
dilakukan dalam Masa Pajak yang sama atau sering disebut credit
method.
3. Perhitungan Pajak Pertambhan Nilai yang harus dibayar dan disetor
oleh Pengusaha Kena Pajak ke Kas Negara, terlebih dahulu wajib
pajak harus mengurangi Pajak Keluaran dengan Pajak Masukan yang
dikreditkan.
4. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar dari
Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai
yang harus dibayar dan harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak ke
kas Negara.
5. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi ternyata belum
dikreditkan denga Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat
dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang besangkutan sepanjang
belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.
23
2.1.2.7 Nota Retur
Menurut Mardiasmo (2010:218) Nota Retur adalah Nota yang dibuat
oleh peneriama BKP karena adanya pengembalian atas BKP yang telah
dibeli/ diterimanaya. Dengan adanya Nota Retur tersebut maka PKP
penjual dapat mengurangkan PPN dan PPnBM (Pajak Keluaran) atas
penyerahan BKP yang dikembalikan, sedangkan bagi PKP pembeli harus
mengurangkan PPN dan PPnBM (Pajak Masukan) yang telah dikreditkan
atau biaya, dan harta. Nota Retur diterbitkan dan dilaporkan baik oleh PKP
penjual maupun PKP pembeli pada Masa Pajak terjadinya pengembalian
BKP tersebut.
Nota Retur sekurang-kurangnya harus mencantumkan :
1. Nomor urut
2. Nomor dan tanggal Faktur Pajak dari BKP yang dikembalikan
3. Nama, alamat, dan NPWP pembeli
4. Nama, alamat, dan NPWP yang menerbitkan Faktur Pajak
5. Jenis barang dan harga jual BKP yang dikembalikan
6. PPN atas BKP yang dikembalikan
7. PPNnBM atas BKP yang tergolong mewah yang dikembalikan
8. Tanggal pembuatan Nota Retur
9. Tanda tangan pembeli
Dalam hal Nota Retur tidak selngkapnya mencantumkan keterangan di
atas maka tidak dapat diperlakukan sebagai Nota Retur, sehingga tidak
24
dapat mengurangi Pajak Keluaran bagi penjual atau Pajak Masukan atau
biaya, dan harta bagi pembeli. Dalam hal pengembalian BKP terjadi masih
dalam masa pajak yang sama dengan terjadinya penyerahan BKP tersebut,
tidak perlu dibuatkan Nota Retur, melainkan dapat dilakukan dengan
pembatalan atau perbaikan Faktur Pajak atas penyerahan BKP tersebut.
2.1.2.8 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN
Menurut Mardiasmo (2010:220) Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang terutang, berupa
jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai
Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
a. Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-
Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
b. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan
Jasa Kena Pajak (JKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut
Undang-Undang PPN dan potongan harga yag dicantumkan dalam
Faktur Pajak.
c. Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan
Bea Masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak
berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean
25
untuk Impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-
Undang PPN.
d. Nilai Ekspor adalah nilai brupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
e. Nilai Lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar pegenaan
Pajak dengan Keputusan Mentri keuangan.
Nilai lain yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak adalah sebagai
berikut:
1. Pemakaian sendiri BKP dan atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor.
2. Pemberian Cuma-Cuma BKP dan atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor.
3. Penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan Harga
Jual rata-rata.
4. Penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film
5. Persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
adalah harga pasar yang wajar.
6. Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan atau
yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang PPN
atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan,
adalah harga pasar wajar.
26
7. Kendaraan bermotor bekas adalah 10% dari harga jual.
8. Penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10%
(sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya
ditagih.
9. Jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan
atau jumlah yang seharusnya ditagih.
10. Jasa anjak piutang adalah 5% dari jumlah seluruh imbalan yang
diterima berupa service charge, provisi, dan diskon.
11. Penyerahan BKP dan atau JKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya
dan penyerahan BKP dan atau JKP antara cabang adalah Harga Jual
atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor.
12. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
adalah harga lelang.
2.1.2.9 Tarif Pajak Pertambaha Nilai (PPN)
Menurut Waluyo (2011:20), tarif PPN adalah :
a. Tarif PPN sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif Pajak Pertambahan Nilai
berlaku atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa
Kena Pajak adalah tarif tunggal, sehingga mudah dalam pelaksanaannya
dan tidak memerlukan daftar penggolongan barang atau penggolongan
jasa dengan tarif yang berbeda sebagaimana berlaku pada Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
27
b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak sebesar
0% (nol persen).
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi
Barang Kena Pajak si dalam daerah pabean. Oleh karena itu, Barang
Kena Pajak yang diekspor atau dikonsumsi diluar Daerah Pabean,
dikenakan Pajak Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0% ( nol
persen) bukan berarti pembebasan dari pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai. Dengan demikian, Pajak Masukan yang telah dibayar dan barang
yang diekspor tetap dapat dikreditkan.
c. Dengan peraturan pemerintah, tarif PPN ditentukan serendah-rendahnya
5% dan setinggi-tingginya 15%.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 568/KMK.04/2000 :
Pasal 1
1) Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang atas pemanfaatan Barang Kena
Pajak (BKP) Tidak Berwujud dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar
Daerah Pabean dihitung dengan cara sebagai berikut :
a. 10% jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak
yang menyerahkan Barang Kena Pajak apabila dalam jumlah tersebut
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
b. 10/110 x jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada
pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau
Jasa Kena Pajak apabila dalam jumlah tersebut tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai.
28
2) Dalam hal tidak diketemukan adanya kontrak atau perjanjian tertulis
untuk pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau
meskipun diketemukan adanya kontrak atau perjanjian tertulis akan
tetapi tidak dengan tegas dinyatakan dalam jumlah kontrak atau
perjanjian sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai maka Pajak
Pertambahan Nilai yang terutang dihitung sebesar 10% (sepuluh persen)
dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan
kepada pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud
atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean.
2.1.2.10 Saat dan Tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Menurut Mardiasmo (2009:221) untuk menentukan saat Pengusaha
Kena Pajak (PKP) melaksanakan kewajiban membayar pajak, penentuan
saat pajak terutang menjadi sangat relevan. Tanpa diketahui saat pajak
terutang, tidak mungkin ditentukan bilaman PKP wajib memenuhi
kewajiban melunasi utang pajaknya, untuk menentukan saat pajak terutang
sangat erat kaitannya dengan penentuan saat timbulnya utang pajak.
Sebagai pajak objektif, PPN menganut ajaran materil timbulnya utang
pajak yaitu utang pajak timbul karena undang-undang. Yaitu sejak adanya
suatu keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan
pajak. Dengan rumusan yang lebih sedehana, dapat ditentukan bahwa
29
utang PPN mulai timbul sejak adanya objek pajak. Ajaran materil
timbulnya utang pajak dianut oleh suatu jenis pajak yang mekanismenya
pemungutan pajaknya menggunakan self assesment system. Mekanisme
pemungutan PPN menggunakan sistem ini, sehingga timbulnya utang
pajak ditentukan berdasarkan ajaran materiil.
Dari ketentuan Pasal 11 UUPPN 1984 dapat disimpulkan bahwa pajak
terutang :
1. Pada saat penyerahan BKP atau JKP
2. Pada saat impor BKP
3. Pada saat dimulai BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean.
4. Pada saat pembayaran dalam hal :
a. Pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP atau JKP
b. Pembayaran dilakukan sebelum dimulai pemanfaatan BKP Tidak
Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean di dalam daerah Pabean.
5. Pada saat lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Berdasarkan Pasal 12 UU PPN 1984 ditetapkan bahwa tempat pajak
terutang :
1) Tempat tinggal atau tempat kedudukan
2) Tempat kegiatan usaha dilakukan, atau
3) Tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak
4) Tempat BKP dimasukkan, dalam hal impor
30
5) Tempat orang pribadi atau badan terdaftar sebagai wajib Pajak dalam hal
pemanfaaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean di
dalam Daeah Pabean
6) Satu tempat atau lebih yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak sebagai
tempat pemusatan pajak terutang atas permohonan tertulis dari Pengusaha
Kena Pajak.
Ketentuan Pasal 12 UU PPN 1984 tersebut kemudian dijabarkan lebih
lanjut dalam Pasal 14 peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000,
yang menetapkan bahwa :
1) Tempat pajak terutang untuk Penyerahan di dalam Daerah Pabean Pajak
Terutang di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan tempat kegiatan
usaha dilakukan, yaitu di tempat pengusaha dikukuhkan atau seharusnya
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
2) Tempat Pajak terutang untuk impor BKP adalah ditempatkan BKP
dimasukkan ke dalam Daerah Pabean.
3) Tempat Pajak terutang untuk pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean adalah di tempat orang
pribadi atau badan yang memanfaatkan, terdaftar sebagai Wajib Pajak.
4) Tempat pajak terutang untuk kegiatan membangun sendiri yang
dilakukan tidak di dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan adalah di
tempat bangunan didirikan.
5) Tempat pajak terutang bagi PKP yang dikukuhkan di KPP Wajib Pajak
Besar, berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor
31
KEP335/PJ2002 tanggal 1 Juli 2002 dipusatkan di KPP Wajib Pajak
Besar yang menerbitkan surat pengukuhan.
6) Tempat pajak terutang ditentukan lain oleh Direktur Jendral Pajak atas
permintaan tertulis dari wajib pajak atau secara jabatan.
2.1.3 Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Waluyo (2011:21) cara menghitung Pajak Pertambahan
Nilai yang terutang adalah dengan mengalikan Tarif Pajak Pertambahan
Nilai (10% atau 0% untuk ekspor Barang Kena Pajak) dengan Dasar
Pengenaan Pajak. Penyetoran pajak pertambahan nilai (PPN) atas selisih
kurang bayar antara pajak keluaran dan pajak masukan harus dibayarkan
dengan SSP (Surat Setor Pajak) kepada Bank presepsi, pembayaran paling
lambat harus dilakukan sebelum akhir bulan setelah bulan berikutnya.
Sedangkan Pelaporan dilakukan di tempat dimana PKP terdaftar melalui
Surat Pemberitahuan (SPT) masa PPN bersangkutan sebelum akhir bulan
setelah ulan berikutnya.
2.1.4 Saat dan Batas Waktu Penyetoran PPN dan PPnBM
Menurut Waluyo ( 2011;25 ) bahwa Penyetoran Pajak Pertambahan
Nilai ( PPN ) dan PPnBM dalam suatu masa pajak yang terutang harus
dilakukan paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir. Apabila tanggal tersebut jatuh pada hari libur, termasuk hari
sabtu atau hari libur nasional pembayaran atau penyetoran pajak dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya. Untuk impor penyetoran harus
dilakukan pada hari kerja berikutnya, kecuali yang dipungut pada tanggal
32
31 Maret harus disetorkan pada hari itu juga. PPN yang pemungutannya
dilakukan oleh bendahara atau instansi pemerintah yang ditunjuk harus di
setor paling lama tanggal 7 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Pengertian hari libur nasional termasuk yang diliburkan atau
penyelenggaraan pemilihan umum yang ditetapkan oleh pemerintah dan
cuti secara nasional yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pasal 15A Undang-undang PPN dan PPnBM mengatur batas waktu
penyetoran PPN oleh pengusaha Kena Pajak apabila dalam suatu masa
pajak ternyata Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar dari
Pajak Keluaran. Penyetoran PPN yang kurang dibayar dimaksud harus
dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa
Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa PPN disampaikan perlu
diperhatikan bahwa Surat Pemberitahuan Masa PPN disampaikan paling
lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
2.1.5 Akuntansi Pajak Petambahan Nilai (PPN)
Menurut Purwono (2010:308) ada satu hal yang perlu diperhatikan
ketika melakukan pencatatan perkiraan PPN, yaitu sifat PPN masukan (PM),
jika Pajak Masukan dapat dikreditkan, maka pencatatannya dilakukan
sebagai uang muka pajak. Sebaliknya jika Pajak Masukan tidak dapat
dikreditkan, maka pencatatannya langsung dibebanlkan sebagai biaya.
33
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya tahun 2009, diteliti oleh Sekar arum Sari dengan
judul penelitian “ Evaluasi Penerapan dan Pelaporan Pajak Pertambahan
Nilai pada PT. BARUNA “ yang bergerak di bidang jasa pelayaran, dari hasil
penelitian memberikan kesimpulan bahwa evaluasi atas kewajiban perpajakan
telah sesuai dengan aturan yang berlaku, namun terdapat beberapa kesalahan
dan penyimpangan yang dilakukan oleh PT. BARUNA seperti adanya
indikasi tidak melaporkan faktur pajak pada bulan januari 2007 atas faktur
pajak dengan nomor urut 047 dan 048, banyak terjadi kesalhan dalam
pengisian SPT Masa PPN.
Kongginawan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul : Penerapan
Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai pada pengusaha kena pajak PT. Metro
Batavia di kota Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut telah memberlakukan tarif Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan
tarif dalam UU No 18 tahun 2000 yakni sebesar 10% (sepuluh persen), tapi
masih ditemukan kelemahan dalam perhitungan Pajak Pertambahan Nilai,
karena perusahaan tersebut memberlakukan sistem pembulatan ke bawah
sebesar Rp 185.817.000 sementara pajak pertambahan nilai yang seharusnya
disetor ke kas Negara sebesar Rp 2.258.000 dimana selisih tersebut
merupakan kerugian Negara. Untuk perusahaan diharapkan dapat
memperbaiki dan menerapkan sistem pembulatan ke bawah terhadap Pajak
Pertambahan Nilai.
34
Sedangkan penelitian yamg dilakukan penulis yaitu sama mengacu pada
objek PPN. Yaitu membahas tentang Analisis Peghitungan Pajak
Pertambahan Nilai. Objek perusahaan yang dilakukan peneliti sekarang
adalah pada PT. JNI MITRAJAYA yang bergerak di bidang perdagangan
(trading) distributor Unilever Food, yang wilayah penjualannya hanya
tingkat regional, karena perusahaan belum bisa memenuhi begitu banyaknya
permintaan dalam negeri karena pengaruh perkembangan industri makanan di
Indonesian yang begitu pesat. Kedua penelitian sebelumnya dilakukan oleh
peneliti pada perusahaan
35
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1
Kerangka konseptual
Barang Kena Pajak (BKP) atau
Jasa Kena Pajak (JKP)
Penjual Pembeli
Pajak Keluaran Pajak Masukan
Pencatatan dan Penghitungan
PPN
Kurang atau Lebih Bayar PPN
yang dibayar
Penyetoran dan Pelaporan PPN
36
Kerangka konseptual yang dapat dijabarkan sebagai tuntunan untuk
mengetahui sejauh mana prosedur yang dilakukan perusahaan sebagaimana
penelitian dalam skripsi ini, diwakili oleh bagan alur. Dasar penelitian dimulai
dari barang atau jasa yang dijual atau dibeli yang terkena PPN dari PT. JNI
MITRAJAYA sehingga timbul Pajak Keluaran dan Pajak Masukan yang bisa
menghasilkan kurang atau lebih bayar pada penghitungan PPNnya. Setelah
dilakukan perhitumgan selisih antara pajak keluaran dan masukan akan terjadi
kuran atau lebih bayar Pajak Pertambahan Nilai tersebut akan dilakukan proses
penyetoran yang dilakukan ke Bank presepsi yang ditunjuk untuk penerimaan kas
Negara dan pelaporan PPNnya dilakukan melalui program elektronik surat
pemberitahuan ( eSPT ) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1111, dan dilaporkan
dimana wajib pajak (WP) terdaftar sebagai Pengusa Kena Pajak ( PKP ). Sehingga
akan diketahui sejauh mana perusahaan sudah melakukan proses sesuai dengan
ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku dengan benar atau tidak.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah studi
kasus, dimana dalam metode ini dilakukan pembahasan masalah
berdasarkan kondisi yang sebenarnya terjadi di perusahaan.
Alasan yang mendasari digunakan metode kasus ( case study )
dalam menjawab rumusan ini adalah:
1. Studi kasus cocok untuk menjawab suatu rumusan masalah yang
diawali dengan pertanyaan mengapa dan bagaimana.
2. Peneliti hanya mempunyai sedikit peluang untuk mengontrol
peristiwa. Peristiwa yang akn diselidiki dan fokus penelitiannya
terletak pada fenomena kontemporer ( masa kini ) di dalam
konteks kehidupan nyata.
Dari dua alasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
studi kasus dirancang untuk meneliti suatu kasus tertentu dalam lingkup
tertentu pula yamg terjadi dalam konteks kehidupan nyata.
3.2 Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel
Dari penelitian tersebut penulis telah memberikan gambaran
mengenai deskripsi populasi dan penentuan sampel sebagai berikut :
38
1. Deskripsi Populasi
Memberikan informasi tentang gambaran terhadap obyek
penelitian , yang aspek Laporan Keuangan khususnya Neraca
Keuangan Perusahaan. Maka populasi pada penelitian ini adalah
manajemen PT. JNI Mitrajaya.
2. Penentuan Sampel
Yang menjadi sampel dalam penelitian Analisis Penghitungan
Pajak Pertambahan Nilai Pada PT JNI Mitrajaya adalah faktur
pajak masa PPN.
3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul yang dipilih, yaitu :
“ Analisis Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ), pada
“PT. JNI MITRAJAYA”, maka variabel penelitiannya yaitu :
- Pajak Pertambahan Nilai
- Penyajian Laporan Keuangan
2. Definisi Operasional
a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yag dikenakan
atas konsumsi dalam negeri (dalam daerah pabean).
Pertambahan Nilai timbul karena digunakannya faktor-faktor
produksi dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan
memperdagangkan barang atau jasa kepada konsumen.
39
b. Penyajian Laporan Keuangan adalah untuk menyediakan
informasi yang berguna di dalam membuat keputusan. Dengan
kata lain tujuan laporan keuangan menurut pajak adalah
memberikan informasi keuangan perusahaan atau badan usaha
menurut keadaan sebenarnya berdasarkan ketentuan
perpajakan yang berlaku, disini peneliti hanya menjelaskan
penyajian PPN dalam laporan keuangan yaitu neraca dan
laporan laba rugi. Langkah yang harus dilakukan adalah
menganalisis. Jika Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak
Keluaran, maka pada akhir tahun pajak disajikan di sebelah
asset atau aktiva setelah perkiraan persediaan. Jika Pajak
Keluaran lebih besar dari pada Pajak Masukan pada akhir
tahun pajak dilaporkan di sebelah Hutang atau Passiva setelah
perkiraan Hutang Usaha.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Studi Kepustakaan
Yaitu suatu cara pengumpulan data secara teoritis yang dilakukan
dengan cara membaca buku-buku literatur yang berhubungan
dengan objek yang diteliti.
40
2. Studi Lapangan
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara penulis terjun langsung
ke objek yang diteliti guna mendapatkan informasi dari objek yang
sedangditeliti, yang meliputi :
a. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan secara
langsung ke objek yang sedang di teliti.
b. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya
jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait yaitu
bagian keuangan untuk mendapatkan informasi yang
berhubungan dengan penulisan karya ilmiah tersebut.
c. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian sebagai bukti
adanya permasalahan.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam mengolah data skripsi ini penulis menggunakan teknik
analisa bersifat kualitatif :
41
1. Analisa kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata yang
berwujud pernyataan-pernyataan verbal, bukan dalam bentuk angka.
Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data misalnya wawancaran analisi dokumen, diskusi
terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan
lapangan (transkrip). Bentuk lain dari data kualitatif adalah gambar
yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
Analisis Data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara
bersamaan dengan cara proses pengumpulan data. Menurut Milez
tahapan analisis data mencakup :
1. Pengumpulan data
Penelitian mencatat semua data secara objektif dan apa adanya
sesuai dengan hasil observasi dan wawancara lapangan.
2. Reduksi data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan
fokus penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan data-data yang telah direduksi
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya
sewaktu waktu diperlukan.
42
3. Penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk
matrik matrik, network, cart, atau grafis, sehingga dapat dikuasai.
4. Pengambilan keputusan ( kesimpulan ) atau verifikasi.
Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema,
hubungan, persamaaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis,
dan sebagainya. Jadi dari data tersebut berusaha diambil
kesimpulan. Verifikasi dapat dilakukan dengan keputusan,
didasarkan pada reduksi data yang merupakan jawaban atas
masalh yang diangkat dalam penelitian.
Keempat komponen tersebut saling interaktif yaitu saling
mempengaruhi dan terkait. Pertama-tama dilakukan penelitian di
lapangan dengan mengadakan wawancara atau observasi yang
disebut tahap pengumpulan data. Karena data-data, pengumpulan
penyajian data, kesimpulan kesimpulan atau penafsiran data yang
dikumpulkan banyak maka diadakan reduksi data. Setelah direduksi
maka kemudian diadakan sajia data, selain itu pengumpulan data
juga digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga hal tersebt
selesai dilakukan, maka diambil suatu keputusan atau verifikasi.
43
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
4.1 Penyajian Data
Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat
perusahaan, struktur organisasi dan tujuan perusahaan serta kebijaksanaan
perusahaan sehingga didapat gambaran yang jelas mengenai deskripsi
penelitian. Dilakukan juga pembahasan mengenai analisis perhitungan,
penyetoran dan pelaporan yang diterapkan PT JNI MITRAJAYA.
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT JNI MITRAJAYA telah dirintis pendiriannya sejak tanggal 9
Februari 1998 dihadapan notaris saudara Anne Djoenardi, SH dengan
nomor 7 sebagai perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan besar,
yang berlokasi di jalan Greges Jaya II A-23 Surabaya.
Didalam akte tersebut telah menetapkan :
1. Eddy Kosasih sebagai Komisaris Utama
2. Jenny Kosasih sebagi Direktur Utama
Perkembangan pada industri makanan di Indonesia semakin pesat
dan kebutuhan bahan pokok dalam pembuatan suatu makanan sangatlah
penting terutama tersedianya bumbu pelengkap agar makanan tersebut
dapat di nikmati konsumen dengan enak dan penyajian yang cepat juga
44
tentunya. Oleh karena itu PT JNI Mitrajaya menyediakan produk-produk
unggulan dari PT Unilever Food yang setiap saat dapat didistribusikan
kepada seluruh restoran atau hotel yang ada di wilayah Jawa timur
diharapkan dengan persediaan barang dan pengiriman armada kami yang
tepat waktu dapat memberikan kepuasan dari pengguna barang tersebut.
Visi PT Jni Mitrajaya
Visi perusahaan adalah untuk menjadi distributor terbesar yang
maju dan berkembang pesat. Manajemen memulai transformasi dari
organisasi tingkat tradisional menuju ke sebuah organisasi yang lebih
fleksibel. Membuat mimpi menjadi nyata untuk konsumen melalui merk
dan produk yang dijual.
.
45
PT JNI MITRAJAYA
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi
SUMBER : PT JNI MITRAJAYA
DIREKTUR UTAMA
KOMISARIS
MANAJER
KEUANGAN
MANAJER
OPERASIONAL
MANAJER
PEMASARAN
STAF KEUANGAN
STAF AKUNTANSI
STAF ADMINISTRASI
STAF OPERASIONAL
STAF PEMASARAN
46
Adapun tugas dari masing-masing bagian adalah :
1. Direktur Utama
Adalah pimpinan tertinggi perusahaan yang mengkoordinasi, mengarahkan
serta mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing bagian secara
menyeluruh. Memutuskan diterima atau ditolaknya kontrak perjanjian serta
menandatanganinya setelah mendapat masukan dari manajer pemasaran dan
manajer operasional dan manajer keuangan.
2. Komisaris
Adalah pimpinan tertinggi yang mempunyai fungsi mengangkat dan
memberhentikan pimpinan sesuai dengan rapat dewan komisaris,
memberikan dana investasi kepada perusahaan dan membubarkan perusahaan
sesuai dengan kondisi perusahaan, memberikan pertimbangan dan
kebijaksanaan khusus kepada pimpinan bilamana diperlukan.
3. Manajer Pemasaran
Adalah mengawasi,mengkoordinasi, mengarahkan proses mulai dari
penawaran harga sampai ditandatanganinya kontrak perjanjian dan
bertanggung jawab langsung kepada direktur.
47
4. Manajer operasional
Adalah berwenang mengkoordinasi, serta mengawasi seluruh kegiatan
operasional setelah mendapat perintah dan bertanggung jawab kepada
direktur.
5. Manajer Keuangan
Adalah mengkoordinasi, serta mengawasi seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan semua penerimaan dan pengeluaran uang termasuk pembukuan dan
administrasi umum perusahaan dan bertanggung jawab secara langsung
kepada Direktur.
6. Staf Akuntansi, Keuangan dan Administrasi Umum
Adalah fungsi organisasi yang melaksanakan semua kegiatan pencatatan yang
berkaitan dengan setiap transaksi kegiatan usaha perusahaan serta menyusun
dan menyajikan laporan keuangan dalam bentuk neraca dan rugi laba
perusahaan dan bertanggung jawab langsung kepada manajer keuangan.
7. Staf Operasional
Adalah fungsi organisasi yang mempunyai tugas dan wewenang
melaksanakan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
operasional secara langsung dibawah perintah langsung manajer operasional.
48
8. Staf Pemasaran
Adalah fungsi organisasi yang mempunyai tugas dan wewenang
melaksanakan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
pemasaran secara langsung dibawah perintah langsung manajer pemasaran.
4.2 Analisis Data
Manajemen perusahaan yang sehat selalu memperhatikan proses dan
prosedur yang berlaku, tidak terkecuali dengan proses perpajakan yang selalu
dilakukan PT JNI Mitra Jaya, karena perusahaan akan memperoleh sanksi dari
setiap proses yang dilakukan apabila tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan
yang berlaku. Supaya perusahaan dapat beroperasi dengan benar dan
berkembang maka perusahaan harus melakukan proses transaksi dokumen
perdagangan yang berlaku umum , perusahaan juga harus mengikuti setiap
prosedur perubahan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak. Salah satu
cara dilakukan agar tujuan dapat tercapai maka meminimalkan kesalahan
penghitungan, pembayaran sampai ke pelaporan PPNnya.
Perusahaaan ini melakukan kewajiban dalam bidang perpajakan antara
lain, melakukan pelaporan dan penyetoran PPN, PPh 21, dan PPh 29. Dalam
melakukan kewajibannya, PT JNI Mitra Jaya selalu melakukannnya tepat waktu
atau tidak pernah terlambat bayar maupun terlambat lapor.
49
Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) perusahaan menggunakan SPT
masa 1111. Dalam melaporkan SPT-nya perusahaan ini menggunakan sistem E-
SPT (Elektronik Surat Pemberitahuan), yaitu dengan cara menggunakan
program software yang diperoleh dari KPP Pratama Sawahan Surabaya dan
kemudian setelah diisi data-data tentang SPT Masa Perusahaan disimpan dalam
format csv ke dalam flashdisk atau media penyimpanan. Setelah itu, flashdisk
tersebut disampaikan ke KPP Pratama Sawahan Surabaya. Setelah dicopy oleh
petugas KPP, baru kemudian flashdisk tersebut dikembalikan. Hal ini
diberlakukan apabila Faktur pajak Masukan dan keluaran lebih dari 30 buah
dalam setiap bulannya. Bila kurang dari 30 dapat menggunakan blangko yang
diisi secara manual oleh perusahaan.
4.2.1 Mekanisme Pemungutan PPN
Mekanisme pemungutan PPN tidak terlepas dari penerapan PPN
dibuah perusahaan terutama penerapannya pada PT.JNI Mitra Jaya. Sebagai
PKP (Pengusaha Kena Pajak), perusahaan tersebut memperhatikan hal-hal
berikut:
a. Pemungutan PPN sebesar 10% atas penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP).
b. Membuat faktur pajak pada setiap penyerahan Barang Kena Pajak (BKP).
c. Melakukan setoran pajak yang terutang ke kas negara selambatnya akhir
bulan berikutnya sebelum pelaporan masa dilakukan.
50
d. Menyampaikan laporan perhitungan pajak dengan SPT Masa dalam
jangka waktu 30 hari setelah berakhirnya masa pajak.
e. Menyimpan Faktur Pajak baik PPN keluaran maupun masukan dengan
rapi dan tertib.
f. Menyelanggarakan pencatatan dalam pembukuan perusahaan mengenai
perolehan dan penyerahan BKP/JKP.
Jenis-jenis pajak yang dilaporkan oleh PT.JNI Mitra Jaya adalah:
1. Pajak Pertambahan Nilai
2. PPh Pasal 21
Ketentuan yang mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahun
berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan
dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan. Pihak yang wajib melakukan
pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak adalah pemberi kerja,
bendaharawan pemerintah, dana pensiun, perusahaan, dan
penyelenggaraan kegiatan.
3. PPh pasal 23
Perusahaan memungut pajak atas penghasilan berupa imbalan jasa yang
wajib dilakukan pemotongan pajak adalah jasa teknik, jasa manajemen,
jasa kontruksi, jasa konsultan, jasa service (perbaikan) dan lain yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak selain jasa yang telah di potong
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
4. PPh Pasal 29
51
Merupakan Pajak terhadap Badan Usaha Tetap.
4.2.2 Pencatatan Akuntansi PPN Keluaran
Pencatatan atas penerimaan hasil penjualan tunai dilakukan dengan
mendebit perkiraan kas dan mengkredit pekiraan penjualan dan Pajak
Keluarannya.
Contoh : Pada Tanggal 15 Desember 2013 PT. JNI Mitra Jaya melakukan
penjualan tunai kepada Holland Bakery sesuai dengan no. Faktur
MJ23.1301215.0013, maka jurnalnya sebagai berikut:
Kas Rp . 11.000.000
Penjualan 10.000.000
PPN keluaran 1.000.000
Atas penjualan secara tunai tersebut, PT. JNI Mitra Jaya membuat Faktur Pajak
Standar pada saat pengiriman dan diterimanya pembayaran yaitu saat
melakukan penjualan tunai.
Sedangkan, untuk penjualan secara kredit dicatat dengan mendebit perkiraan
piutang dagang dan mengkredit perkiraan penjualan dan Pajak Keluaran-nya.
Contoh : Pada tanggal 15 Desember 2013 PT. JNI Mitra Jaya melakukan
penjualan secara kredit kepada Holland Bakery sebesar Rp 11.000.000. atas
penjualan tersebut maka dibuat jurnal :
52
Piutang Dagang Rp. 11.000.000
Penjualan Rp. 10.000.000
PPN Keluaran Rp. 1.000.000
Pada saat terjadinya pelunasan pembayaran :
Kas Rp. 11.000.000
Piutang Dagang Rp. 11.000.000
Atas penjualan yang dilakukan dengan menerima uang muka, PT. JNI Mitra
Jaya belum mengakui PPN yang terutang karena dianggap belum melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP). PPN yang terutang tersebut baru diakui
pada saat dilakukan pelunasan dan pengiriman barang.
Sebagai contoh, pada tanggal 20 Desember 2013 PT. JNI Mitra Jaya menerima
uang muka sebesar Rp. 6.500.000 atas barang pesanan.
Dari transaksi tersebut dijurnal sebagai berikut :
Kas Rp.6.500.000
Uang muka penjualan Rp.6.500.000
Dari transaksi diatas, belum dikenakan PPN dari keseluruhan penjualan
yaitu sebesar Rp. 10.000.000, apabila pada bulan Desember dilunasi seluruh
sisa dari kekurangan pembayaran tersebut dan barang telah diterima, maka
jurnalnya adalah sebagai berikut :
53
Kas Rp.4.500.000
Uang Muka Rp.6.500.000
Penjualan Rp.10.000.000
PPN Keluaran Rp. 1.000.000
Keseluruhan PPN Keluaran yang dibayar perusahaan selama Masa Pajak bulan
Desember dapat dilihat dalam lampiran formulir A2 SPT 1111 PPN.
Berikut gambar 4.3 yang menerangkan bahwa semua faktur pajak keluaran
yang telah diterbitkan kepada pembeli dalam negeri dalam masa pajaknya,
dimasukkan ke dalam program eSPT PPN dalam lampiran A2. Penomoran
harus berurutan sesuai dengan penomoran yang berlaku. Di dalam lampiran A2
tertera nama pembeli, NPWP pembeli, nomor seri faktur pajak, tanggal dan
nominal penjualan.
54
Tabel 4.1
Tabel Daftar Pajak Keluaran PT. JNI MITRA JAYA
Nama Lawan
Transaksi
Nomor
Faktur /
Dokumen
Tanggal
Faktur /
Dokumen
DPP PPN
PT. MAS MURNI
INDONESIA
010.000-
13.00000001 01/12/2013 50.146.404 5.014.640
NEW ROYAL RM-
MANYAR
010.000-
13.00000002 01/12/2013 20.159.579 2.015.958
MEGAH SUKSES, UD.
010.000-
13.00000003 01/12/2013 31.112.420 3.111.242
PERS.
PERKUMPULAN ADI
HUSADA
010.000-
13.00000005 01/12/2013 60.101.170 6.010.117
SANTIKA SBY
HOTEL
010.000-
13.00000007 03/12/2013 91.670.852 9.167.085
D SEASON HOTEL
010.000-
13.00000008 03/12/2013 27.555.094 2.755.509
RUMADI WARUNG
LESEHAN-GAYUNG
010.000-
13.00000009 03/12/2013 13.776.364 1.377.636
MELLY, TK.-KUPANG
BARU
010.000-
13.00000010 03/12/2013 46.036.456 4.603.646
PT. BOLIVA
010.000-
13.00000011 03/12/2013 85.723.606 8.572.361
MIE GANG
JANGKRIK
010.000-
13.00000012 04/12/2013 54.045.423 5.404.542
PT. HOTEL
INDONESIA NATOUR
010.000-
13.00000013 04/12/2013 84.991.002 8.499.100
PT. SUBUR AMAN
010.000-
13.00000014 04/12/2013 48.938.185 4.893.819
PT. MASPION
010.000-
13.00000015 04/12/2013 21.264.367 2.126.437
D COST SEAFOOD
REST-KAPAS
KRAMPUNG
010.000-
13.00000016 04/12/2013 34.477.387 3.447.739
JADE IMPERIAL
REST.
010.000-
13.00000017 04/12/2013 4.986.252 498.625
USAHA BARU, TK.
010.000-
13.00000028 10/12/2013 23.646.866 2.364.687
D STUPID BAKER
010.000-
13.00000029 10/12/2013 1.863.636 186.364
KDS REST.
010.000-
13.00000034 12/12/2013 1.365.154 136.515
TAMAN SAFARI
INDONESIA II
010.000-
13.00000035
12/12/2013 8.363.925 836.393
55
Nama Lawan
Transaksi
Nomor
Faktur /
Dokumen
Tanggal
Faktur /
Dokumen
DPP PPN
SUZANA,TK
010.000-
13.00000041 13/12/2013 4.686.930 468.693
77, TK.
010.000-
13.00000042 13/12/2013 1.586.406 158.641
CHANDRA, TK.
010.000-
13.00000044 13/12/2013 1.729.814 172.981
PT. SARIPURI
PERMAI HOTEL
010.000-
13.00000051 14/12/2013 1.439.516 143.952
ROYAL REGAL
HOTEL
010.000-
13.00000063 20/12/2013 29.277.664 2.927.766
LOMBOK 22 KLINIK
010.000-
13.00000067 20/12/2013 20.534.853 2.053.485
MY PANCAKE
010.000-
13.00000069 20/12/2013 27.555.485 2.755.549
JADE IMPERIAL
REST.
010.000-
13.00000071 20/12/2013 73.734.848 7.373.484
BON AMI REST.-
DARMO
010.000-
13.00000072 20/12/2013 17.174.403 1.717.440
DUCK KING-GM
010.000-
13.00000073 22/12/2013 29.277.600 2.927.760
MON CHERI
010.000-
13.00000074 22/12/2013 14.640.443 1.464.044
BON AMI REST.-
DARMO
010.000-
13.00000075 22/12/2013 23.809.177 2.380.918
WIWIK, IBU-
HM.SAMPOERNA
010.000-
13.00000076 22/12/2013 14.090.922 1.409.092
CENTER STAGE
010.000-
13.00000077 26/12/2013 19.143.583 1.914.358
CV. PUTA 14
010.000-
13.00000078 26/12/2013 17.113.650 1.711.365
PT. RUKUN
BERSAMA SENTOSA
010.000-
13.00000079 26/12/2013 42.074.501 4.207.450
COCARI RESTORAN
010.000-
13.00000090 29/12/2013 40.472.144 4.047.214
ECLECTIC TOO
010.000-
13.00000091 29/12/2013 32.632.821 3.263.282
D KWEK RM
010.000-
13.00000093 31/12/2013 11.409.111 1.140.911
PT. SEKAWAN
BHAKTI INTILAND
010.000-
13.00000094 31/12/2013 11.588.958 1.158.896
LILIK KARTONO
010.000-
13.00000095 31/12/2013 14.448.384 1.444.838
Total 1.158.645.355 115.864.527
Sumber : Data Diolah
56
4.2.3 Pencatatan Akuntansi PPN Masukan
Pencatatan atas pembelian tunai dilakukan dengan mendebet persediaan
dan PPN Masukan serta mengkredit perkiraan kas.
Contoh : Pada tanggal 3 Desember 2012, PT. JNI Mitra Jaya melakukan
pembelian kepada PT. Unilever Indonesia sebesar Rp. 1.100.000 secara tunai.
Hal ini sesuai dengan faktur 0833. Maka jurnalnya sebagai berikut :
Persediaan Rp.1000.000
PPN Masukan Rp. 100.000
Kas Rp.1.100.000
Keseluruhan PPN Masukan yang dibayar perusahaan selama Masa
Pajak bulan Desember dapat dilihat dalam lampiran formulir B2 SPT PPN,
seperti gambar 4.4 di bawah ini :
Gambar di bawah ini memuat tentang semua pembelian lokal yang
berfaktur pajak, sebagai pengkreditan faktur keluaran yang ada dalam lampiran
A2. Dalam Lampiran B2 memmuat nama Penjual, nomor seri faktur pajak
yang dikeluarkan oleh penjual, NPWP penjual, tanggal dan nominal pembelian.
57
Tabel 4.2
Tabel Daftar Pajak Masukan PT. JNI MITRA JAYA
Nama Lawan
Transaksi
Nomor Faktur /
Dokumen
Tanggal
Faktur /
Dokumen
DPP PPN
PERS.
PENTRATRUST
010.000-
13.00000025 02/12/2013 1.500.000 150.000
PT. ADICITRA
BHIRAWA
010.000-
13.00000013 09/12/2013 24.875.000 2.487.500
PT. AGRICON
PUTRA CITRA
OPTIMA
010.000-
12.00055267 13/12/2013 500.000 50.000
PT. AGRICON
PUTRA CITRA
OPTIMA
010.000-
13.00001153 08/12/2013 500.000 50.000
PT. CAKRAWALA
MEGA INDAH
010.000-
13.00033435 29/12/2013 2.898.840 289.884
PT. DUA BERLIAN 010.000-
13.00002669 17/12/2013 1.179.072 117.907
PT. DUA BERLIAN 010.000-
13.00005887 31/12/2013 4.673.416 467.342
PT. HEALTH
TODAY
INDONESIA
010.000-
13.00000034 10/12/2013 12.493.625 1.249.363
PT. JERINDO JAYA
ABADI
010.000-
13.00001429 30/12/2013 1.249.775 124.977
PT. UNILEVER
INDONESIA TBK
010.000-
13.00084005 21/12/2013 3.673.531 367.352
PT. UNILEVER
INDONESIA TBK
010.000-
13.00084006 21/12/2013 3.681.813 368.181
58
Nama Lawan
Transaksi
Nomor Faktur /
Dokumen
Tanggal
Faktur /
Dokumen
DPP PPN
PT. UNILEVER
INDONESIA TBK
010.000-
13.00084007 21/12/2013 30.838.188 3.083.819
PT. UNILEVER
INDONESIA TBK
010.000-
13.00098512 25/12/2013 7.271.583 727.158
PT. UNILEVER
INDONESIA TBK
010.000-
13.00099928 25/12/2013 127.988.554 12.798.855
PT. UNILEVER
INDONESIA TBK
010.000-
13.00106126 26/12/2013 18.864.292 1.886.429
PT. UNILEVER
INDONESIA TBK
010.000-
13.00127537 31/12/2013 97.131.167 9.713.117
PT. UNILEVER
INDONESIA TBK
010.000-
13.00127538 31/12/2013 51.552.573 5.155.257
PT. UNILEVER
INDONESIA TBK
010.000-
13.00127539 31/12/2013 5.908.936 590.894
Total 396.780.365 39.678.035
Sumber : Data Diolah
4.2.4 Prosedur Pencatatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT. JNI
Mitra Jaya Selama Tahun 2013
Pencatatan jurnal yang dilakukan PT. JNI Mitra Jaya terkait dengan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk masa pajak bulan Januari sampai
dengan bulan Desember 2013 adalah sebagai berikut :
59
Pada saat pembelian atas barang yang dapat dikreditkan PPN-nya,
maka jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah :
Aktiva Tetap XXX
PPN Masukan XXX
Hutang XXX
Masa Januari 2013
Pencatatan untuk penjualan bulan Januari :
Piutang Dagang Rp.994.618.270
PPN-Keluaran (januari) Rp. 90.419.841
Penjualan Rp.904.198.429
Pada saat Pelunasan Piutang akan di Jurnal
Bank Rp. 994.618.270
Piutang Dagang Rp. 994.618.270
Pencatatan untuk mencatat pembelian bulan Januari :
Pembelian Rp. 342.031.770
PPN-Masuakn ( Januari ) Rp. 34.203.177
Hutang Dagang Rp. 376.234.947
Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi kurang bayar bulan
Januari:
PPN kurang bayar ( Januari) Rp. 56.216.664
Bank Rp. 56.216.664
60
Masa Februari 2013
Pencatatan untuk penjualan bulan Februari :
Piutang Dagang Rp. 1.369.423.706
PPN- Keluaran ( Februari ) Rp. 124.493.064
Penjualan Rp, 1.244.930.642
Pada saat Pelunasan Piutang akan di Jurnal
Bank Rp. 1.369.423.706
Piutang Dagang Rp. 1.369.423.706
Pencatatan untuk mencatat pembelian bulan Februari :
Pembelian Rp. 1.042.954.400
PPN- Masukan ( Februari ) Rp. 104.295.440
Hutang Dagang Rp. 1.147.249.840
Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi kurang bayar bulan
Februari :
PPN kurang bayar ( Februari ) Rp. 20.197.623
Bank Rp. 20.197.623
Masa Maret 2013
Pencatatan untuk penjualan bulan Maret :
Piutang Dagang Rp. 1.217.489.402
PPN- Keluaran ( Maret ) Rp. 110.680.855
Penjualan Rp. 1.106.808.547
61
Pada saat Pelunasan Piutang akan di jurnal
Bank Rp. 1.217.489.402
Piutang Dagang Rp. 1.217.489.402
Pencatatan untuk mencatat pembelian bulan Maret :
Pembelian Rp. 746.315.300
PPN-Masukan ( Maret ) Rp. 74.631.530
Hutang Dagang Rp. 820.946.830
Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi kurang bayar bulan Maret :
PPN kurang bayar ( Maret ) Rp. 36.049.325
Bank Rp. 36.049.325
Masa April 2013
Pencatatan untuk penjualan bulan April :
Piutang Dagang Rp. 1.183.233.558
PPN- Keluaran ( April ) Rp. 107.566.687
Penjualan Rp. 1.075.666.871
Pada saat Pelunasan Piutang akan di Jurnal
Bank Rp. 1.183.233.558
Piutang Dagang Rp. 1.183.223.558
Pencatatan untuk mencatat pembelian bulan April :
Pembelian Rp. 727.412.774
PPN- Masukan (April ) Rp. 66.128.434
Hutang Dagang Rp. 820.946.830
62
Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi kurang bayar bulan April :
PPN kurang bayar ( April ) Rp. 41.438.253
Bank Rp. 41.483.253
Masa Mei 2013
Pencatatan untuk penjualan Mei :
Piutang dagang Rp. 1.539.163.771
PPN-Keluaran ( Mei ) Rp. 139.923.979
Penjualan Rp. 1.399.239.792
Pada saat Pelunasan Piutang akan di Jurnal
Bank Rp. 1.539.163.771
Piutang Dagang Rp. 1.539.163.771
Pencatatan untuk mencatat pembelian bulan Mei :
Pembelian Rp. 1.105.438.510
PPN- Masukan ( Mei ) Rp. 110.543.851
Hutang Dagang Rp. 1.215.982.361
Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi kurang bayar bulan Mei :
PPN kurang bayar ( Mei ) Rp. 29.380.128
Bank Rp. 29.380.128
63
Masa Juni 2013
Pencatatan untuk penjualan bulan Juni :
Piutang Dagang Rp. 1.614.628.066
PPN- Keluaran ( Juni ) Rp. 146.784.369
Penjualan Rp. 1.467.843.697
Pada saat Pelunasan Piutang akan di Jurnal
Bank Rp. 1,467.843.697
Piutang Dagang Rp. 1,467.843.697
Pencatatan untuk mencatat pembelian bulan Juni :
Pembelian Rp. 1.016.892.050
PPN- Masukan ( Juni ) Rp. 101.689.205
Hutang Dagang Rp. 1.118.581.255
Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi kurang bayar bulan Juni :
PPN kurang bayar ( Juni ) Rp. 45.095.164
Bank Rp. 45.095.164
Masa Juli 2013
Pencatatan untuk penjualan bulan Juli :
Piutang Dagang Rp. 1.331.786.133
PPN- Keluaran ( Juli ) Rp. 121.071.467
Penjualan Rp. 1.210.714.666
Pada saat pelunasan Piutang akan di Jurnal
Bank Rp. 1.331.786.133
Piutang Dagang Rp. 1.331.786.133
64
Pencatatan untuk mencatat pembelian bulan Juli :
Pembelian Rp. 721.417.030
PPN- Masukan ( Juli ) Rp. 72.141.703
Hutang Dagang Rp. 793.558.733
Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi kurang bayar bulan Juli :
PPN kurang bayar ( juli ) Rp. 48.929.764
Bank Rp. 48.929.764
Masa Agustus 2013
Pencatatan untuk penjualan bulan Agustus :
Piutang Dagang Rp. 822.732.508
PPN- Keluaran ( Agustus ) Rp. 74.793.864
Penjualan Rp. 747.938.644
Pada saat pelunasan Piutang akan di Jurnal
Bank Rp. 822.732.508
Piutang Dagang Rp. 822.732.508
Pencatatan untuk mencatat pembelian bulan agustus :
Pembelian Rp. 435.661.580
PPN- Masukan ( agustus ) Rp. 43.566.158
Hutang Dagang Rp. 479.227.738
Pencatatan untuk pelporan SPT Masa PPN posisi kurang bayar bulan
Agustus :
PPN kurang bayar ( Agustus ) Rp. 31.227.706
Bank Rp. 31.227.706
65
Masa September 2013
Pencatatan untuk penjualan bulan september :
Piutang Dagang Rp. 1.308.606.535
PPN- Keluaran ( September ) Rp. 118.964.230
Penjualan Rp. 1.189.642.305
Pada saat Pelunasan Piutang akan di Jurnal
Bank Rp. 1.308.606.535
Piutang Dagang Rp. 1.308.606.535
Pencatatan untuk mencatat pembelian bulan September :
Pembelian Rp. 1.034.042.890
PPN- Masukan ( September ) Rp. 103.404.289
Hutang Dagang Rp. 1.137.447.179
Pencatatan untuk mencatat pembelian bulan September:
Pembelian Rp. 1,304.042.890
PPN- Masukan ( September ) Rp. 103.404.289
Hutang Dagang Rp. 1.137.447.179
Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi kurang bayar bulan
september :
PPN kurang bayar ( September ) Rp. 15.559.941
Bank Rp. 15.559.941
66
Masa Oktober 2013
Pencatatan untuk penjualan bulan Oktober :
Piutang Dagang Rp. 1.842.606.858
PPN- Keluaran ( Oktober ) Rp. 167.509.714
Penjualan Rp. 1.675.097.144
Pada saat Pelunasan Piutang akan di Jurnal
Bank Rp. 1.842.606.858
Piutang Dagang Rp. 1.842.606.858
Pencatatan untuk mencatat pembelian bulan Oktober :
Pembelian Rp. 139.043.813
PPN- Masukan ( Oktober ) Rp. 139.043.813
Hutang Dagang Rp. 278.087.626
Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi kurang bayar bulan
Oktober :
PPN kurang bayar ( Oktober ) Rp. 28.456.901
Bank Rp. 28.456.901
Masa November 2013
Pencatatan untuk penjualan bulan November :
Piutang dagang Rp. 1.289.056.860
PPN- Keluaran ( November ) Rp. 116.914.260
Penjualan Rp. 1.169.142.600
67
Pada saat Pelunasan Piutang akan di Jurnal
Bank Rp. 1.286.056.860
Piutang Dagang Rp. 1.286.056.860
Pencatatan untuk mencatat pembelian bulan November :
Pembelian Rp. 984.056.986
PPN- Masukan ( November ) Rp. 89.459.726
Hutang Dagang Rp. 894.597.260
Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi kurang bayar bulan
november :
PPN kurang bayar ( November ) Rp. 27. 454.534
Bank Rp. 27. 454.534
Masa Desember 2013
Pencatatan untuk penjualan bulan Desember :
Piutang Dagang Rp. 1.274.509.891
PPN- Keluaran ( Desember ) Rp. 115.864.536
Penjualan Rp. 1.158.645.335
Pada saat Pelunasan Piutang akan di Jurnal
Bank Rp. 1.274.509.891
Piutang Dagang Rp. 1.274.509.891
Pencatatan untuk mencatat pembelian bulan Desember :
Pembelian Rp. 1.148.410.350
PPN- Masukan ( Desember ) Rp. 114.410.350
Hutang Dagang Rp. 1.262.820.700
68
Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi kurang bayar bulan
Desember :
PPN kurang bayar ( Desember ) Rp. 1.023.501
Bank Rp. 1.023.501
4.2.5 Prosedur Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) PT. JNI Mitra Jaya selama Tahun 2013
Penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) pada PT. JNI
Mitra Jaya yaitu Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) dilakukan atas
dasar selisih kurang bayar antara pajak keluaran dan pajak masukan harus
dibayarkan dengan SSP ( Surat Setor Pajak ) kepada Bank presepsi,
pembayaran paling lambat harus dilakukan sebelum akhir bulan setelah bulan
berikutnya. Sedangkan Pelaporannya dilakukan di tempat dimana PKP
terdaftar melalui Surat Pemberitahua ( SPT ) masa PPN bersangkutan
sebelum akhir bulan setelah bulan berikutnya.
69
4.3 Interpretasi
4.3.1 Evaluasi atas pemungutan PPN Keluaran
Pajak Pertambahan Nlai (PPN) keluaran yang terdapat pada PT,
JNI Mitra Jaya merupakan PPN atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau
penyerahan Jasa Kena Pajak. Penyerahan BKP dan atau JKP ini salah satunya
adalah kegiatan penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaa. Penjualan
dilakukan hanya lingkup dalam negeri saja, baik secara tunai maupun kredit,
dengan uang muka ataupun tanpa uang muka. Setiap penjualan didasarkan
pada adanya pesanan dari calon pembeli yang dituangkan dalam order
pembelian (purcase order). Pesanan ini juga dapat diikat dengan surat
perjanjian atau kontrak.
Dalam melakukan penyerahan Barang Kena Pajak ( BKP ) dan atau
Jasa Kena Pajak ( JKP ), PT. JNI Mitra Jaya menerbitkan Faktur Pajak
Standar sebagai bukti pemungutan pajak yang di buat dan disertakan pada
saat pengiriman BKP dan atau JKP tersebut ke pelanggan.
Atas penerbitan Faktur Pajak ini ditandatangani oleh Direktur
perusahaan. Apabila ada pelanggan baru melakukan pemesanan pada
perusahaan, perusahaan menanyakan Nomor Poko Waji Pajak (NPWP)
pelanggan baru tersebut kemudian disimpan dalam file perusahaan untuk
digunakan pada transaksi-transaksi selanjutnya.
70
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena
Pajak (JKP) oleh PT. JNI Mitra Jaya dapat di golongkan menjadi :
1. Penjualan Tunai, Faktur Pajak-nya dibuat pada saat terjadinyatransaksi
atau pada saat penyerahan BKP dan atau JKP.
2. Penjualan Kredit yag lebih dari 30 hari, Faktur Pajak-nya dibuat saat
diterbitkan invoice yang akan disertakan pada saat pengiiman BKP dan
paling lambat dilunasi satu bulan kemudian.
Faktur Pajak Standar PT. JNI Mitra Jaya dibuat sebanyak 3 rangkap,yaitu :
a. Lembar ke-1 : Untuk penerima atau pembeli BKP dan atau JKP.
b. Lembar ke-2 : Untuk Penerbit Faktur Pajak sebagai penjual BKP dan atau
JKP
c. Lembar ke-3 : Untuk arsip.
Pada saat menerima uang muka (advance payment), PT. JNI Mitra Jaya tidak
mengakui PPN yang terutang karena dianggap belum melakukan pnyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP). Hal ini tentu tidak
dibenarkan dalam peraturan Undang-Undang Perpajakan. Hal ini disebabkan
karena Faktur Pajak seharusnya dibuat pada setiap terjadinya terjadinya
pembayaran diterima. Dari transaksi diatas penulis menemukan
ketidaksamaan prosedur dan aturan perpajakan yang berlaku oleh Perusahaan,
yaitu ketika ada penerimaan uang muka dari pembeli perusahaan tidak
mengeluarkan faktur pajak. Padahal menurut undang-undang perpajakan
tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ada UU No. 42 tahun 2009 tentang
71
tata cara pengisisan keterangan dan pemotongan PPN Dasar Pengenaan Pajak
( DPP ) yaitu pajak penjualan atas setiap transaksi tersebut harus dikenakan
PPN. Diisi dengan jumlah Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin
dikurangi dengan Potongan Harga dan uang muka yang telah diterima atau
diisi dengan DPP Nilai Lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan. PPN = 10% x Dasar Pengenaan Pajak. Diisi
dengan jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang sebesar 10% dari
Dasar Pengenaan Pajak. Jadi, jurnal yang terjadi seharusnya dari transaksi
tersebut adalah :
Kas Rp. 7.150.000
Uang Muka Rp.6.500.000
PPN Keluaran Rp. 650.000
Setelah barang diterima konsumen dan telah dilunasi maka jurnalnya :
Kas Rp. 3.850.000
Uang Muka Rp. 6.500.000
Penjualan Rp. 10.000.000
PPN Keluaran Rp. 350.000
72
Tabel 4.3
Daftar pajak Keluaran Pajak Pertambahan Nilai ( PPN )
PT. JNI Mitra Jaya Tahun 2013
Masa Pajak
(dalam rupiah) PPN Keluaran
Januari 90.419.841
Februari 124.419.063
Maret 110.680.855
April 107.566.687
Mei 139.923.979
Juni 146.784.369
Juli 121.071.467
Agustus 74.793.864
September 118.964.230
Oktober 167.509.714
November 116.914.260
Desember 115.864.536
Sumber data : Diolah
Tabel diatas merupakan rekapan Pajak keluaran yang telah diterbitkan
PT. JNI Mitra Jaya selama periode penjualan januari sampai Desember 2012,
dimana pajak keluaran tersebut sebagai acuan penghitungan Pajak
Pertambahan Nilai ( PPN ) dengan pajak masukan yang diperoleh, sehingga
berapa berapa selisih yang harus disetor atau dibayarkan ke kas negara
melalui Bank presepsi yang dirujuk sebagai tempat pembayaran.
4.3.2 Evaluasi atas pemungutan PPN Masukan
Pajak masukan adalah PPN yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak
karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. Selanjutnya,
73
akan diuraikan Pajak Masukan yang telah dibayar oleh PT. JNI Mitra Jaya
yang timbul karena adanya pembelian BKP. Pembelian tersebut yaitu barang
dagang. Pada setiap perolehan BKP yang berupa pembelian barang dagang,
perusahaan menerima Faktur Pajak Standar dari PKP penjual yang dapat
digunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan Pajak Masukan yang akan
dibayar pada akhir masa pajak. PPN atas perolehan BKP adalah berdasr Faktur
Pajak dari PKP penjual. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Pajak Masukan
atas pembelian barang dagang ini dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada
masa pajak yang sama dengan dilakukannya pembellian.
Untuk pembelian barang modal, pada saat barang-barang modal
tersebut dibeli, dicatat sesuai dengan harga perolehannya yang mencakup harga
beli, biaya kirim, serta biaya lain-lain bila ada. Di dalam harga perolehan,
barang modal tersebut tidak termasuk PPN karena pembelian barang modal
tersebut merupakan Pajak Masukan yang akan dikreditkan pada masa pajak
yang sama dengan saat dperolehnya.
Setiap akhir tahun, perusahaan memperhitungkan penyusutan atas
aktiva tetap perusahaan. Penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode
garis lurus sedangkan lamanya aktiva tersebut disusutkan sesuai dengan
taksiran umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh buku petujuk aktiva tetap
menurut peraturan perpajakan.
74
Tabel 4.4
Daftar Pajak Masukan PPN PT. JNI Mitra Jaya Tahun 2013
Masa Pajak
( dalam rupiah )
PPN Masukan
Januari 34.203.177
Februari 104.295.440
Maret 74.631.530
April 66.128.434
Mei 110.543.851
Juni 101.689.205
Juli 72.141.703
Agustus 43.566.158
September 103.404.289
Oktober 139.043.813
November 89.459.726
Desember 114.841.035
Sumber data : Diolah
Tabel diatas merupakan rekapan Pajak Masukan yang telah diterima
PT. JNI Mitra Jaya selama periode pembelian Januari sampai desember 2013,
dimana pajak Masukan tersebut sebagai acuan penghitungan Pajak
Pertambahan Nilai ( PPN ) dengan pajak keluaran yang diterbitkan atas
penjualan BKP atau JKP, sehimgga berapa selisih yang harus disetor atau
dibayarkan ke kas negara melalui Bank persepsi yang dirujuk sebagai
pembayaran.
75
4.3.3 Evaluasi atas penyetoran dan pelaporan PPN
Penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) yang telah
dilakukan PT. JNI Mitra Jaya sudah sesuai dengan UU No 42 tahun 2009 pasal
15A tentang penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) yaitu
pembayaran dihitung atas selisih kurang bayar antara pajak keluaran dan pajak
masukan yang sudah di bayarkan dengan SSP ( Surat Setor Pajak ) kepada
Bank persepsi, pembayaran atau penyetoran sudah dilakukan sebelum akhir
bulan setelah bulan berikutnya. Sedangkan Pelaporannya juga dilakukan di
tempat dimana PKP terdaftar melalui Surat Pemberitahuan ( SPT ) masa PPN
atau dengan istilah sekarang Espt ( Elektronik Surat Pemberitahuan Masa )
bersangkutan sebelum akhir bulan setelah bulan berikutnya. Sehingga tidak ada
cacat pajak atas proses penyetoran maupun pelaporan yang dilakukan PT. JNI
Mitra Jaya.
Tabel dibawah ini menerangkan rekapan dari penyetoran dan pelaporan
Pajak yang dilakukan oleh PT. JNI Mitra Jaya selama tahun 2013, yang
menjelaskan periode masa bersangkutan, tanggal pelaporan SPT masa,
Kompensai kelebihan PPN Tahun lalu/Bulan lalu, Jumlah total Pajak Keluaran
dan masukan periode bersangkutan. Tabel berikut digunakan sebagai kontrol
administrasi sebagai pembanding Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh
PT. JNI Mitra Jaya.
76
Tabel 4.5
Penyetoran dan Pelaporan PPN PT, JNI Mitra Jaya tahun 2013
Masa Pajak
(dalam
rupiah)
Tanggal
Pelaporan
SPT Masa
PPN
Kompensasi
Kelebihan
PPN Tahun
Lalu/Bulan
lalu
PPN
Masukan
Masa
Pajak
Tidak
sama
PPN
keluaran
Kurang
bayar
Lebih
bayar
tanggal
penyetoran
Januari 20-02-2013 - 34.203.177 - 90.419.841 56.216.664 - 17-02-13
Februari 21-03-2013 - 104.295.440 - 124.419.063 20.197.623 - 15-03-13
Maret 19-04-2013 - 74.631.530 - 110.680.855 36.049.325 - 18-04-13
April 21-05-2013 - 66.128.434 - 107.566.687 41.438.253 - 19-05-13
Mei 20-06-2013 - 110.543.851 - 139.923.979 29.380.128 - 15-06-13
Juni 18-07-2013 - 101.689.205 - 146.784.369 45.095.164 - 14-07-13
Juli 20-08-2013 - 72.141.703 - 121.071.467 48.929.764 - 16-08-13
Agustus 21-09-2013 - 43.566.158 - 74.793.864 31.227.706 - 17-09-13
September 20-10-2013 - 103.404.289 - 118.964.230 15.559.941 - 18-10-13
Oktober 21-11-2013 - 139.043.813 - 167.509.714 28.465.901 - 19-11-13
November 20-12-2013 - 89.459.726 - 116.914.260 27.454.534 - 16-12-13
Desember 20-01-2014 - 114.841.035 - 115.864.536 1.023.492 - 17-01-14
Sumber data : Diolah
77
Tabel diatas merupakan Neraca PT. JNI Mitra Jaya periode akhir
pembukuan Desember 2013, dimana pajak Masukan dan keluaran sudah di
debit dan kredit penghitungannya sehingga terjadi kurang atau lebih bayar
pajak atas Pajak Pertimbahan Nilai ( PPN ), yang mengakibatkan niali di
Neraca Pajak masukan dan keluaran bernilai nol, dan muncul utang PPN
kurang bayar, hal tersebut sebagai acuan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai
( PPN ) masa bersangkutan yang harus disetor atau dibayarkan ke kas negara
melalui Bank presepsi yang dirujuk sebagai pembayaran.
Tabel 4.6
Tabel Daftar Penjualan PT. JNI Mitra Jaya
Nama Lawan Transaksi Tanggal Faktur /
Dokumen DPP PPN Total
T & T REST/NEW FAJAR 01/04/2013 1.643.646 164.365 1.808.011
KASIH KARUNIA RS. 01/04/2013 4.745.472 474.547 5.220.019
SINAR TERANG, TK.-WONOKITRI
02/04/2013 9.813.970 981.397 10.795.367
PT.YAMAHA MUSICAL PRODUCT INDONESIA
02/04/2013 5.149.091 514.909 5.664.000
SEDERHANA RUMAH MAKAN PADANG-KUPANG INDAH
02/04/2013 3.578.180 357.818 3.935.998
PT. INDONESIA DWI SEMBILAN
02/04/2013 1.309.092 130.909 1.440.001
DUTA CATERING 03/04/2013 5.227.271 522.727 5.749.998
KLINIK CITRA GADING 03/04/2013 1.283.630 128.363 1.411.993
SETIAWAN TISSUE 04/04/2013 53.124.118 5.312.412 58.436.530
PT. MAS MURNI INDONESIA
04/04/2013 2.770.364 277.036 3.047.400
ANUGRAH CAHAYA GEMILANG
06/04/2013 2.363.631 236.363 2.599.994
PT. GUDANG GARAM TBK 06/04/2013 1.909.227 190.923 2.100.150
SONOKEMBANG CATERING-MALANG
08/04/2013 4.429.090 442.909 4.871.999
CAHYONO, BPK. 08/04/2013 5.037.155 503.716 5.540.871
78
Nama Lawan Transaksi Tanggal Faktur /
Dokumen DPP PPN Total
PT. KLINE MOBARU DIAMOND INDONESIA
08/04/2013 1.200.000 120.000 1.320.000
CV. ELPO INDONESIA 08/04/2013 5.716.721 571.672 6.288.393
TUTIK,IBU - GARDEN 08/04/2013 1.270.284 127.028 1.397.312
CENTRA REFLEXI 08/04/2013 5.023.636 502.364 5.526.000
PT. GUDANG GARAM TBK 09/04/2013 2.139.361 213.936 2.353.297
MULTI SARANA, CV 09/04/2013 7.029.080 702.908 7.731.988
AJI JAYA 10/04/2013 2.735.731 273.573 3.009.304
SURABAYA GRAMMAR SCHOOL
11/04/2013 2.750.000 275.000 3.025.000
KOP. KARYAWAN MITRA SEJAHTERA-BCA*
10/04/2013 1.090.904 109.090 1.199.994
PT. HANJAYA MANDALA SAMPOERNA TBK
11/04/2013 687.456 68.746 756.202
PT. KINARYA KARUNIA PERKASA
11/04/2013 90.045.452 9.004.545 99.049.997
YAY. SURABAYA INTERNATIONAL SCHOOL
13/04/2013 2.770.368 277.037 3.047.405
PT. TALKINDO SELAKSA ANUGRAH
13/04/2013 2.790.000 279.000 3.069.000
A. SINDHUJOJO 15/04/2013 1.751.714 175.171 1.926.885
KASIH KARUNIA RS. 15/04/2013 8.018.185 801.819 8.820.004
PT. HANJAYA MANDALA SAMPOERNA TBK
16/04/2013 3.765.652 376.565 4.142.217
PONDOK GILANG, UD. 17/04/2013 50.078.406 5.007.841 55.086.247
KASIH KARUNIA RS. 17/04/2013 20.094.545 2.009.455 22.104.000
GARUDA TAWAKAL ABADI 18/04/2013 1.378.981 137.898 1.516.879
CV. JNI MITRAJAYA 18/04/2013 3.409.182 340.918 3.750.100
PT. HANJAYA MANDALA SAMPOERNA TBK
19/04/2013 11.750.144 1.175.014 12.925.158
LOLYPOP 19/04/2013 2.618.187 261.819 2.880.006
AYAM PENYET SURABAYA 20/04/2013 30.053.454 3.005.345 33.058.799
PT. JERINDO JAYA ABADI 20/04/2013 80.072.130 8.007.213 88.079.343
ESTER BEAUTY-DARMO PERMAI
22/04/2013 2.181.814 218.181 2.399.995
ESTER BEAUTY-DARMO PERMAI
22/04/2013 1.046.920 104.692 1.151.612
MY KOPI O-CIPUTRA WORLD
23/04/2013 1.518.862 151.886 1.670.748
RSI BENOWO 24/04/2013 60.911.818 6.091.182 67.003.000
BINTANG JAYA, CV. 25/04/2013 50.010.697 5.001.070 55.011.767
79
Nama Lawan Transaksi Tanggal Faktur /
Dokumen DPP PPN Total
CHAN, TK.-CAHAYA ANTERO
25/04/2013 79.080.177 7.908.018 86.988.195
JODOH PAREM TO 29/04/2013 34.502.141 3.450.214 37.952.355
JAYANATA BEAUTY PLAZA 25/04/2013 3.272.725 327.273 3.599.998
ESTER BEAUTY-DARMO PERMAI
25/04/2013 30.000.000 3.000.000 33.000.000
PT. J-CO DONUT & COFFEE
27/04/2013 24.546.600 2.454.660 27.001.260
PT. BABA RAFI INDONESIA 29/04/2013 1.090.900 109.090 1.199.990
RESTORKAN (RESTORAN KERETA API), PT.
29/04/2013 90.054.500 9.005.450 99.059.950
ANAK LANANG SUPPLIER 30/04/2013 51.706.000 5.170.600 56.876.600
GRAHA SEKAR KENCANA, PT.
30/04/2013 80.005.291 8.000.529 88.005.820
ROYAL TRAWAS 30/04/2013 21.050.189 2.105.019 23.155.208
PT. PERSONEL ALIH DAYA 30/04/2013 2.045.292 204.529 2.249.821
MATCH BOX CAFE 30/04/2013 7.090.900 709.090 7.799.990
PT. DUA BERLIAN 30/04/2013 11.200.056 1.120.006 12.320.062
QUALI ROYAL 29/04/2013 3.704.091 370.409 4.074.500
MON CHERI 30/04/2013 31.010.299 3.101.030 34.111.329
TIMUR JAYA, TK. 30/04/2013 49.014.084 4.901.408 53.915.492
Total 1.075.666.866 107.566.687 1.183.233.553
Sumber data : Diolah
Tabel 4.7
Tabel Daftar Pembelian PT. JNI Mitra Jaya
Nama Lawan Transaksi
Tanggal Faktur / Dokumen DPP PPN Total
PT. HEALTH TODAY INDONESIA 18/04/2013 46.628.182 4.662.818 51.291.000
PT. AGRICON PUTRA CITRA OPTIMA 13/04/2013 500.000 50.000 550.000
PT. THE UNIVENUS 26/04/2013 4.350.000 435.000 4.785.000
PT. THE UNIVENUS 26/04/2013 6.090.000 609.000 6.699.000
PT. AGRICON PUTRA CITRA OPTIMA 15/03/2013 500.000 50.000 550.000
PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK 08/04/2013 879.631 87.964 967.595
PT. JOBSTREET INDONESIA 03/04/2013 500.000 50.000 550.000
80
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 05/04/2013 5.131.316 513.132 5.644.448
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 05/04/2013 910.845 91.085 1.001.930
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 05/04/2013 39.524.810 3.952.481 43.477.291
PT. MERO SEKAWAN JAYA 02/04/2013 24.146.631 2.414.663 26.561.294
PT. MERO SEKAWAN JAYA 02/04/2013 32.205.690 3.220.569 35.426.259
PT. MERO SEKAWAN JAYA 04/04/2013 8.636.949 863.694 9.500.643
PERS. PENTRATRUST 01/04/2013 1.500.000 150.000 1.650.000
PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK 12/04/2013 980.982 98.098 1.079.080
PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK 13/04/2013 454.321 45.432 499.753
PT. DUA BERLIAN 30/04/2013 9.880.524 988.052 10.868.576
PT. MERCOLADE INDONESIA 08/04/2013 11.262.300 1.126.230 12.388.530
PT. MERCOLADE INDONESIA 10/04/2013 33.786.900 3.378.690 37.165.590
PT. CALF INDONESIA 02/04/2013 887.729 88.772 976.501
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 26/04/2013 19.720.222 1.972.022 21.692.244
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 26/04/2013 34.078.591 3.407.859 37.486.450
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 26/04/2013 6.170.343 617.034 6.787.377
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 26/04/2013 23.128.641 2.312.864 25.441.505
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 26/04/2013 86.566.803 8.656.680 95.223.483
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 12/04/2013 46.586.495 4.658.650 51.245.145
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 12/04/2013 51.175.874 5.117.587 56.293.461
PT. MERO SEKAWAN JAYA 10/04/2013 3.014.999 301.499 3.316.498
PT. MERO SEKAWAN JAYA 10/04/2013 5.182.164 518.216 5.700.380
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 19/04/2013 9.080.249 908.025 9.988.274
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 19/04/2013 48.691.981 4.869.198 53.561.179
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 19/04/2013 55.151.431 5.515.143 60.666.574
PT. UNILEVER INDONESIA TBK 18/04/2013 37.382.501 3.738.250 41.120.751
PT. THE UNIVENUS 25/03/2013 6.597.274 659.727 7.257.001
Total 661.284.378 66.128.434 727.412.812
Sumber data : Diolah
81
4.3.4 Evaluasi Hal-hal Spesifikasi komponen dalam faktur pajak untuk
transaksi yang bisa terjadi karena kesalahan atau miss.
Berdasarkan surat pemberitahuan yang pernah diterima oleh PT. JNI
Mitra Jaya dari Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) tentang pentingnya komponen
yang melekat pada faktur pajak antara lain Nama, Alamat, dan NPWP yang
melakukan penyerahan atau pembelian BKP atau JKP, Jenis Barang atau Jasa,
jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga, PPN yang dipungut,
PPnBM yang dipungut, Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak,
dan nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak.
Sehingga Wajib Pajak ( WP ) bisa meminimalkan kesalahan saat penginputan
data maupun pelaporannya, berdasarkan pengalaman yang ada di KPP masih
banyak dari wajib pajak ( WP ) yang kurang memperhatikan komponen
pelaporan yang ada di dalam Faktur Pajak. PT JNI Mitra Jaya sudah
melaksanakan beberapa perlakuan untuk meminimalisasikan kesalahan, yaitu
dengan cara semua data yang telah diinput atau dimasukkan ke dalam program
eSPT PPN 1111 antara lain lampiran A2 atas rekapan dari Pajak Keluaran dan
Lampiran B2 atas rekapan dari Pajak Masukan dicetak dan dilakukan rekonsil
atau pecocokan dengan faktur pajak yang telah dicetak yang telah dikeluarkan
ke pembeli. Apabila semua komponen yang ada Faktur pajak sudah sesuai
dengan komponen yang dilaporkan, maka PT. JNI Mitra Jaya baru
melaporkannya. Sehingga kesalahan atas pelaporan akibat miss atau kesalahan
penginputan sedikit dilakukan oleh PT. JNI Mitra Jaya.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah mempelajari, menganalisis, dan membahas tentang Pajak
Pertambahan Nilai ( PPN ) dan penerapannya di dalam PT. JNI mitra Jaya
banyak hal yang dapat disimpulkan. Hal tersebut mungkin merupakan
kelebihan yang dapat menambah wawasan, maupun hal-hal yang harus lebih
diperhatikan untuk penerapan yang lebih baik maupun hal-hal yang
memerlukan perbaikan dalam penerapannya yang berupa suatu kekurangan.
Kekurangan maupun kelebihan tersebut dapat berasal dan dimiliki baik
dari kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah maupun oleh perusahaan itu
sendiri. Selain itu, juga dapat berasal dari metode perhitungan dan pencatatan
atas terjadinya PPN yang dilakukan oleh PT. JNI Mitra Jaya yang dikenal
dengan credit method.
Berdasarkan atas pembahasan dan hasil analisis atas penerapan PPN pada
PT. JNI Mitra Jaya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Proses penerapan Pajak Pertabahan Nilai ( PPN ) dalam perusahaan mulai
dari perhitungan, penyetoran sampai pelaporannya sudah banyak yang
sesuai dengan ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku,
tetapi ada yang belum diterapkan yaitu saat perusahaan menerima uang
muka dari pembeli, perusahaan tidak mengeluarkan faktur pajak hanya
diakui dan dicatat sebagai uang muka. Baru setelah pelunasan perusahaan
83
membuat faktur pajak atas penjualan barang yang dilakukan. Hal itu tidak
dibenarkan dalam aturan dan tata cara perpajakan yang berlaku.
2. Implementasi penghitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai ( PPN ) pada perusahaan dijelaskan bahwa :
a. Proses perhitungan dalam setiap transaksi yang terjadi pada PT. JNI
Mitra Jaya menggunakan perhitungan dengan dasar credit method
dimana ada perbedaan antara PPN Masukan dengan PPN Keluaran
untuk menghitung pajak yang terutang, yang terjadi karena adanya
transaksi penjualan dan pembelian atas BKP ataupun JKP.
b. Dalam hal penyetoran pembayaran atau pelunasan kewajiban pajak,
pembayaran PT. JNI Mitra Jaya selalu tepat waktu, tidak pernah ada
keterlambatan. Dalam proses pelaporan Pajak Pertambahan Nilai
( PPN ) perusahaan sudah melakukan sesuai dengan tata cara
perpajakan yang berlaku. Yaitu menggunakn software dari KPP dalam
bentuk eSPT PPN 1111 versi 1.4 yang pelaporannya menggunakan
database dalam proses penyimpanannya dan dilaporkan ke KPP
melalui csv dan print out eSPT PPN induk pada masa tersebut.
kelengkapan dokumen dan isi eSPT tidak terdapat cacat dan semuanya
telah diisi dengan lengkap termasuk tanda tangan, nama lengkap dan
jabatan serta cap atau stempel dari perusahaan.
84
5.2 Saran
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada penulis,
maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran kepada peusahaan yaitu :
a. Perusahaan sebaiknya memberikan pelatihan khusus kepada pegawai
yang menangani pajak agar dapat melakukan proses perpajakan yang
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang berlaku.
b. Perusahaan sebaiknya melakukan implementasi proses perpajakan
yang benar yang dibuat dan dilaksanakan jangan sampai melanggar
karena sangat penting untuk menghindari sanksi perpajakan.
c. Manajemen perusahaan selalu mengikuti perkembangan ketentuan
peraturan undang-undang perpajakan yang berlaku.