bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan. Peran
sentral rumah sakit yaitu: menyediakan pelayanan paripurna, penyembuhan penyakit
dan pencegahan penyakit kepada masyarakat (World Health Organization, 2015).
Sedangkan menurut Undang-Undang Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa, dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna rumah sakit menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Sebagai penyedia pelayanan
kesehatan, rumah sakit bersaing dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas, rumah sakit yang mampu bertahan dalam persaingan adalah rumah sakit
yang berorientasi pada kepuasan pasien.
Kepuasan pasien dapat dicapai dengan pelayanan keperawatan yang
berkualitas. Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat,
baik sehat maupun sakit (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2014 Tentang Keperawatan). Memberikan pelayanan pada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, mempunyai peranan besar terhadap pencapaian efisiensi,
mutu dan citra rumah sakit (Nursalam, 2014).
Keperawatan sebagai salah satu pemberi pelayanan kesehatan di rumah
sakit, wajib memberikan pelayanan keperawatan yang prima, efisien, efektif, dan
-
2
produktif kepada masyarakat. Huber (2006, dalam Sugiharto, et al. 2012)
mengemukakan di rumah sakit perawat memiliki peran fundamental yang luas selama
24 jam sehari, 365 hari dalam setahun, dan berdampak pada kualitas, efisiensi, dan
efektivitas layanan kesehatan. Thomson, et al. (2007, dalam Sugiharto, et al. 2012)
mengatakan bahwa perawat merupakan kelompok pemberi jasa layanan kesehatan
terbesar di rumah sakit yang jumlahnya mencapai 40% - 60%, mengerjakan hampir
90% layanan kesehatan rumah sakit melalui asuhan keperawatan dan sangat
berpengaruh pada hasil akhir (outcomes) pasien.
Profesionalisme keperawatan menekankan pada peningkatan mutu
pelayanan sebagai suatu kewajiban moral profesi untuk melindungi masyarakat
terhadap praktik yang tidak profesional. Pelayanan keperawatan profesional dapat
diwujudkan dengan cara pengembangan model praktik keperawatan profesional
(Keliat, 2006). Menurut hasil penelitian Hoffart & Woods (1996, dalam Sitorus, 2006)
mengemukakan bahwa dengan pengembangan model praktik keperawatan
profesional dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Berkembangnya sistem informasi dan teknologi dalam menghadapi era
globalisasi memberikan dampak positif bagi pola pikir masyarakat, terutama pada
bidang kesehatan. Fenomena ini dapat dilihat dari semakin tinginya tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas (Kompasiana, 2014).
Tingginya tuntutan masyarakat tersebut dalam sistem pelayanan keperawatan perlu
adanya perubahan. Salah satu pelaksanaan perubahan adalah memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas dengan manajerial keperawatan yang andal (Nursalam,
2014).
Model metode asuhan keperawatan profesional adalah suatu model yang
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien (Sitorus, 2006).
-
3
Nursalam (2014) menyatakan sistem model metode asuhan keperawatan profesional
(MAKP) merupakan suatu sistem yang didalamnya terdapat standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Empat unsur tersebut
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menetukan model metode asuhan
keperawatan profesional (Nursalam, 2014).
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan keperawatan,
oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan yang benar akan meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan. Memenuhi tuntutan masyarakat akan pelayanan
keperawatan yang berkualitas, rumah sakit perlu mengembangkan suatu model
metode asuhan keperawatan profesional yang bertujuan untuk memenuhi kepuasan
pasien (Suarli, 2011). Hasil penelitian Megaliyana (2011) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa dengan penggunanaan model metode asuhan keperawatan
tim memiliki kepuasan pasien yang lebih tinggi daripada penggunaan fungsional.
Terdapat empat jenis model metode asuhan keperawatan yang sudah ada
dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan. Empat diantaranya adalah metode asuhan keperawatan fungsional
(bukan model MAKP), metode asuhan keperawatan profesional kasus, metode
asuhan keperawatan profesional tim dan model asuhan keperawatan profesional
primer Houston, et al. (1998 dalam Nursalam, 2014). Penerapan model metode
asuhan keperawatan profesional di rumah sakit, perawat dapat memahami tugas serta
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap pasien dan keluarga sejak masuk hingga
keluar rumah sakit sehingga memfasilitasi pemberian asuhan keperawatan yang
didasarkan pada nilai-nilai profesional (Sitorus, 2006).
Pengembangan model praktik keperawatan profesional telah dikembangkan
di berbagai Negara termasuk rumah sakit di Indonesia. Di Indonesia rumah sakit
-
4
yang mengembangkan model praktik asuhan keperawatan profesional salah satunya
adalah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Model praktik asuhan
keperawatan profesional di RSCM mengembangkan model yang didasarkan dari
berbagai model di luar negeri (Sitorus, 2006). Model yang dikembangkan oleh Sitorus
di RSCM merupakan penataan struktur dan proses pemberian asuhan keperawatan
pada tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan
yang profesional.
Analisis tentang struktur dan proses pemberian asuhan keperawatan yang
ada di rumah sakit Indonesia saat ini sulit untuk menerapkan proses seperti yang
dilakukan di luar negeri. Dilihat dari struktur, mayoritas tenaga yang bekerja di rumah
sakit mayoritas lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dan DIII keperawatan
sedangkan S1 Keperawatan jumlahnya sangat sedikit (Sitorus, 2006). Jumlah yang
sangat sedikit dapat dilihat dari alokasi CPNS Pemerintah kabupaten Blitar tahun
2014 untuk lulusan DIII keperawatan sebanyak 8 orang, dan 2 orang untuk lulusan
S1 keperawatan+NERS (Seleksi CPNS Kabupaten Blitar, 2014, ¶ 1,
www.blitarkab.go.id, diperoleh tanggal 10 Oktober 2015). Jumlah tenaga keperawatan
di ruang Dahlia 1 RSUD Ngudi Waluyo untuk lulusan DIII keperawatan sebanyak 11
orang, dan 3 orang untuk lulusan S1 Keperawatan+NERS.
Penelitian tentang penerapan Model Metode Asuhan keperawatan
Profesional telah dilakukan sebelumnya oleh Andriani, Armanu, dan Kuswantoro
pada tahun 2012 tentang kepuasan kerja perawat pada aplikasi metode tim primer
dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan di rumah sakit Dr. Saiful Anwar
Malang. Tujuan penelitian Andriani, Armanu, dan Kuswantoro adalah untuk
mengetahui perbedaan kepuasan perawat sebelum dan sesudah pemberian intervensi
metode tim primer. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh aplikasi metode tim
http://www.blitarkab.go.id/
-
5
primer terhadap kepuasan kerja perawat digunakan indikator yang terdiri dari
kepuasan, pekerjaan itu sendiri, promosi, supervisi, kelompok kerja dan kondisi kerja.
Hasil penelitian setelah intervensi penerapan metode tim primer diperoleh hasil
bahwa kondisi kerja sangat mempengaruhi kepuasan kerja.
Penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan
Asuhan Keperawatan di ruang interna telah dilakukan oleh Yusuf pada tahun 2013,
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari pengetahuan, motivasi,
dan beban kerja terhadap penerapan asuhan keperawatan. Pengetahuan sangat
berpengaruh dalam menerapkan asuhan keperawatan, untuk itu perawat dituntut agar
selalu mengembangkan ilmunya sehingga pelayanan keperawatan dapat terlaksana
dengan baik.
Faktor lain yang mempengaruhi penerapan Asuhan Keperawatan
Profesional yaitu motivasi kerja. Faktor yang mempengaruhi motivasi kerja adalah
komponen upah gaji, pekerjaan, pengawasan, promosi karir, kelompok kerja dan
kondisi (Yusuf, 2013). Selain faktor tersebut untuk meningkatkan motivasi kerja,
rumah sakit perlu memberikan insentif kepada tenaga perawat yang berprestasi
sehingga dalam penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional dapat berjalan
dengan baik (Apriyanti, 2008).
Faktor beban kerja yang tinggi pada perawat dapat menyebabkan penerapan
asuhan keperawatan yang tidak optimal. Mengatasi beban kerja perawat yang tinggi
jumlah perawat harus sebanding dengan jumlah pasien yang ada disetiap ruang rawat
inap, agar pelaksanaan kerja dapat terstruktur dengan baik (Yusuf, 2013). Akan tetapi,
dalam penelitian ini faktor pengetahuan, motivasi dan beban kerja mungkin menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi penerapan Metode Asuhan Keperawatan
Profesional atau ditemukan faktor lain. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ingin
-
6
meneliti lebih dalam tentang Penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional
dengan melakukan penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013).
Hasil wawancara dengan ketua tim perawat di Ruang Dahlia 1 Rumah Sakit
Ngudi Waluyo Wlingi, sebagai berikut.
Di ruang dahlia 1 ini digunakan untuk pasien apa dan menggunakan model metode apa pak dalam memberikan asuhan keperawatan? Ruang Dahlia 1 untuk penyakit dalam kelas 1 dan 2 mas, ruang ini menggunakan model metode asuhan keperawatan profesional tim modifikasi. Bagaimana penerapan model metode keperawatan profesional di ruang Dahlia 1 ini pak? faktor apa yang memperlambat dan memperlancar penerapan model metode asuhan keperawatan profesional? Selama ini ya lancar saja mas tapi dalam penerapan metode tim modifikasi yang memperlambat itu karena kurang jumlah perawat. Yang memperlancar penerapannya menurut saya mungkin penambahan jumlah perawat tapi tergantung pemerintah juga mas untuk penetapan jumlah perawat di ruang ini mas, bisa juga dengan pengoptimalan perawat yang sudah bekerja disini dengan dikuliahkan lagi (Santoso, wawancara, 15 Juli 2014).
Hasil wawancara ditemukan kurang terpenuhinya jumlah perawat di Ruang
Dahlia 1 RSUD Ngudi Waluyo Wlingi yang diyakini menyebabkan mutu penerapan
Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional kurang optimal. Hasil studi
dokumen menunjukkan bahwa BOR di ruang dahlia 1 pada bulan November tahun
2015 berjumlah 92,12%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa indikator BOR yang ada
bisa dikatakan tidak efisien dikarenakan standar nilai BOR menurut Depkes adalah
BOR = 60 – 85%. Perawat yang bertugas di ruang dahlia 1 berjumlah 12 orang, rata-
rata jumlah perawat pelaksana yang bertugas per sif 3 orang dan jumlah pasien 22,
rata-rata 1 perawat memegang 4 pasien. Sebagian besar perawat mengatakan bahwa
di ruang dahlia 1 jumlah tenaga perawatnya kurang.
Permasalahan kurangnya jumlah perawat atau beban kerja perawat maka
perlu mencari penyebab kendala penerapan Model Metode Asuhan Keperawatan
Profesional, kemudian setelah itu dibutuhkan kelompok perawat untuk mengadakan
curah pendapat untuk menemukan akar penyebab masalah sehingga memudahkan
-
7
pencarian solusi pemecahan masalahnya. Perangkat yang digunakan untuk mencari
penyebab masalah mutu adalah diagram sebab akibat atau diagram tulang ikan atau
disebut juga diagram ishikawa (Pohan, 2006).
Berdasarkan latar belakang terdapat tingginya tuntutan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Perawat yang merupakan ujung tombak dalam
pelayanan kesehatan perlu melakukan perubahan dengan memberikan pelayanan
keperawatan dalam bentuk model metode asuhan keperawatan profesional. Akan
tetapi dari hasil wawancara dengan ketua tim kendala dalam penerapan model
metode asuhan keperawatan yaitu kurangnya jumlah perawat, maka dalam penelitian
ini perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih dalam tentang kendala dalam
penerapan model metode asuhan keperawatan dengan judul “Penerapan Model
Metode Asuhan Keperawatan Profesional di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Kabupaten Blitar”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut. “Bagaimana mutu Penerapan Model Metode Asuhan Keperawatan
Profesional di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Mendiskripsikan mutu Penerapan Model Metode Asuhan
Keperawatan Profesional di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.
-
8
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan Penerapan Model Metode Asuhan Keperawatan
Profesional di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.
b. Mendiskripsikan kendala Penerapan Model Metode Asuhan Keperawatan
Profesional di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.
c. Merumuskan strategi untuk mengatasi kendala Penerapan Model Metode
Asuhan Keperawatan Profesional di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Kabupaten Blitar.
1.4 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan yang
hendak dicapai, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan informasi tentang bagaimana Penerapan Model Metode
Asuhan Keperawatan Profesional dan kendala penerapannya, serta
penyusunan strategi untuk mencari solusi masalah yang terjadi, sehingga bisa
menambah ilmu pengetahuan keperawatan, khususnya pada bidang
manajemen keperawatan.
2. Bagi Peneliti
Sarana pembelajaran yang nyata tentang bagaimana Penerapan Model
Metode Asuhan Keperawatan Profesional pada rumah sakit sehingga
diharapkan mampu mengetahui kendala penerapan model metode asuhan
keperawatan profesional serta dapat merumuskan strategi untuk
mengatasinya.
-
9
3. Bagi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar
Memberikan masukan tentang rencana strategi untuk mengatasi
kendala Penerapan Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional sehingga
dapat dijadikan referensi untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di
ruang rawat inap rumah sakit.
1.5 Definisi Istilah
Untuk menghindari persepsi yang salah dalam memahami judul skripsi
“Penerapan Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional di RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar” yang berimplikasi pada pemahaman isi skripsi,
perlu memberikan penegasan istilah sebagai berikut.
1. Penerapan
Penerapan adalah menerapkan, mempraktekkan, memasangkan
(http://kamusbesar.com, diperoleh tanggal 19 Agustus 2015). Sedangkan
menurut Badudu dan Zain (1996, dalam Maria 2012) Penerapan adalah hal,
cara atau hasil. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu
maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.
2. Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional
Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
merupakan suatu sistem yang didalamnya terdapat standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP, dalam menentukan
suatu model keempat hal tersebut harus menjadi pertimbangan (Nursalam
2014). Keuntungan dalam menggunakan MAKP, perawat memiliki hak dan
http://kamusbesar.com/
-
10
tanggung jawab untuk mengambil keputusan secara independen dalam
pemberian asuhan keperawatan agar tujuan pelayanan keperawatan dalam
memenuhi kepuasan pasien dapat terwujud. Jika perawat tidak memiliki nilai-
nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan, maka tujuan pelayanan
keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud.
1.6 Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul “Penerapan Model Metode Asuhan Keperawatan
Profesional di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar” belum pernah
dilakukan. Penelitian yang memiliki kesamaan variabel adalah sebagai berikut.
Pada penelitian Megaliyana (2011), dalam penelitiannya tentang “Studi
Komparatif Penggunaan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim dan
Fungsional Terhadap Kepuasan Klien di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten
Blitar”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu Model
Asuhan Keperawatan Profesional tim dan fungsional sedangkan kepuasan klien di
RSUD Ngudiwaluyo Wlingi Kabupaten Blitar sebagai variabel dependen. Subjek
penelitian pada penelitian ini pasien rawat inap di Ruang Penyakit Dalam Dahlia 1
dan 2. Jenis penelitian analitik komparatif, dengan menggunakan sampel 40 dari
populasi. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa penggunaan MAKP Tim memiliki
tingkat kepuasan klien yang lebih tinggi daripada penggunaan Fungsional di RSUD
Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.
Persamaan pada penelitian Megaliyana dengan penelitian yang akan saya
lakukan adalah sama-sama mengangkat masalah MAKP, dan tempat penelitian yang
sama yaitu RSUD Ngudi Waluyo Kabupaten Blitar. Perbedaan pada penelitian
Megaliyana dengan penelitian yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah subjek
-
11
penelitian dan jenis penelitian. Subjek penelitian yang saya gunakan dalam penelitian
ini adalah perawat di Ruang Penyakit Dalam Dahlia 1. Jenis penelitian yang saya
gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Penelitian kedua Andriani, Armanu, dan Kuswantoro (2012), dalam
penelitiannya tentang “Kepuasan Kerja Perawat pada Aplikasi Metode Tim Primer
dalam Pelaksanaan Tindakan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang”. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang 21
sebanyak 14 orang. Jenis penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
Experimental Design, dengan Static Group Comparison. Tujuan penelitian Andriani,
Armanu, dan Kuswantoro adalah untuk mengetahui perbedaan kepuasan perawat
sebelum dan sesudah pemberian intervensi metode tim primer. Untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh aplikasi metode tim primer terhadap kepuasan kerja
perawat digunakan indikator yang terdiri dari kepuasan, pekerjaan itu sendiri,
promosi, supervisi, kelompok kerja dan kondisi kerja. Hasil penelitian setelah
intervensi penerapan metode tim primer diperoleh hasil bahwa kondisi kerja sangat
mempengaruhi kepuasan kerja.
Persamaan pada penelitian Andriani, Armanu, dan Kuswantoro dengan
penelitian yang akan saya lakukan dalam penelitian ini adalah sama-sama mengangkat
permasalahan Metode Asuhan Keperawatan Profesional dan subjek penelitian yang
sama yaitu perawat. Sedangkan Perbedaan pada penelitian Andriani, Armanu, dan
Kuswantoro dengan penelitian yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian, dan tempat penelitian. Jenis penelitian yang saya gunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif. Tempat penelitian yang saya gunakan dalam penelitian
ini adalah Ruang Penyakit Dalam Dahlia 1 RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten
Blitar.
-
12
Penelitian selanjutnya oleh Yusuf (2013), dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Asuhan Keperawatan di
Ruang Interna Rumah Sakit Umum Daerah Prof. H. Alori Saboe Kota Gorontalo”.
Subjek penelitian pada penelitian ini yaitu perawat yang bekerja di ruang interna.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis observasi dengan
pendekatan Cross Sectional. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari pengetahuan, motivasi, dan beban kerja terhadap
penerapan asuhan keperawatan.
Persamaan pada penelitian Yusuf dengan penelitian yang akan saya lakukan
dalam penelitian ini adalah subjek penelitian yaitu perawat kemudian sama-sama
mengangkat permasalahan tentang asuhan keperawatan. Sedangkan perbedaan
penelitian Yusuf dengan penelitian yang akan saya lakukan terdapat pada jenis
penelitian dan tempat penelitian. Jenis penelitian yang saya gunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif. Tempat penelitian yang saya gunakan dalam penelitian
ini adalah Ruang Dahlia 1 RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.