bab i pendahuluan a. latar...

24
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma pelayanan kefarmasian saat ini telah meluas dari pelayanan yang berorientasi pada obat (drug oriented) menjadi pelayanan yang berorientasi pada pasien (patient oriented) (Depkes RI, 2008). Pergeseran paradigma pelayanan tersebut menuntut apoteker untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien (Kemenkes RI, 2004). Salah satu aspek pelayanan kefarmasian yang dapat dilakukan oleh apoteker di apotek adalah home pharmacy care (Depkes RI, 2008). Penyakit kronis merupakan penyakit dengan dampak panjang. Penyakit tidak menular (noncommunicable diseases/NCD), juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit tersebut mempunyai durasi panjang dan perkembangan umumnya lambat. Penyakit kronis adalah penyakit yang memiliki satu atau lebih dari karakteristik berupa penyakit permanen, meninggalkan cacat sisa, disebabkan oleh perubahan patologis yang nonreversible, pasien membutuhkan pelatihan khusus untuk rehabilitasi, atau mungkin diperkirakan membutuhkan waktu yang lama pengawasan, pengamatan atau perawatan (WHO, 2003). Empat jenis utama dari penyakit kronis tersebut adalah penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung dan stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis (seperti penyakit kronis terhambat paru dan asma) dan diabetes (WHO, 2015 b ).

Upload: dinhque

Post on 03-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma pelayanan kefarmasian saat ini telah meluas dari pelayanan yang

berorientasi pada obat (drug oriented) menjadi pelayanan yang berorientasi pada

pasien (patient oriented) (Depkes RI, 2008). Pergeseran paradigma pelayanan

tersebut menuntut apoteker untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien (Kemenkes

RI, 2004). Salah satu aspek pelayanan kefarmasian yang dapat dilakukan oleh

apoteker di apotek adalah home pharmacy care (Depkes RI, 2008).

Penyakit kronis merupakan penyakit dengan dampak panjang. Penyakit

tidak menular (noncommunicable diseases/NCD), juga dikenal sebagai penyakit

kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit tersebut mempunyai durasi

panjang dan perkembangan umumnya lambat. Penyakit kronis adalah penyakit

yang memiliki satu atau lebih dari karakteristik berupa penyakit permanen,

meninggalkan cacat sisa, disebabkan oleh perubahan patologis yang

nonreversible, pasien membutuhkan pelatihan khusus untuk rehabilitasi, atau

mungkin diperkirakan membutuhkan waktu yang lama pengawasan, pengamatan

atau perawatan (WHO, 2003). Empat jenis utama dari penyakit kronis tersebut

adalah penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung dan stroke), kanker,

penyakit pernapasan kronis (seperti penyakit kronis terhambat paru dan asma) dan

diabetes (WHO, 2015b).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

2

Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak

menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif

menggunakan insulin yang dihasilkan. Insulin adalah hormon yang mengatur gula

darah. Hiperglikemia, atau gula darah tinggi, merupakan efek umum dari diabetes

yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius

pada banyak sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah (WHO, 2015a).

Prevalensi diabetes melitus di dunia menurut WHO pada tahun 2014

diperkirakan 9% di antara orang dewasa berusia 18 tahun ke atas (WHO, 2015 a) .

Pada tahun 2012, sekitar 1,5 juta kematian secara langsung disebabkan oleh

diabetes. Lebih dari 80% kematian diabetes terjadi pada berpenghasilan rendah

dan negara berkembang (WHO, 2014). Pada tahun 2013, proporsi penduduk

Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen. Prevalensi

diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI

Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%) (Kemenkes,

2013).

Prevalensi DM di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Penderita yang

terkena bukan hanya berusia senja, melainkan banyak pula yang masih dalam usia

produktif. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat

sesuai dengan bertambahnya usia, tetapi pada usia ≥65 tahun cenderung menurun.

Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki, di

perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada di perdesaan, serta cenderung lebih

tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil

indeks kepemilikan tinggi (Kemenkes, 2013).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

3

Pusat Kesehatan Masyarakat Srandakan terletak berada di pusat kecamatan,

tepatnya berada di Jl. Raya Srandakan No. 96, Dusun Srandakan, Desa Trimurti

Kecamatan Srandakan, Bantul. Luas wilayah Kecamatan Srandakan adalah 18,3

km2 yang sebagian besar lahan merupakan tanah kering dan areal persawahan.

Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan

Srandakan terdiri dari dua desa, yaitu Desa Trimurti dan Desa Poncosari. Desa

Trimurti terdiri dari 19 dusun dan Desa Poncosari terdiri dari 24 dusun

(Puskesmas Srandakan, 2015b). Jumlah penduduk Kecamatan Srandakan tahun

2013 sebanyak 28.935 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 14.340

jiwa dan perempuan 14.599 jiwa (BPS, 2014).

Berdasarkan data periode Januari hingga September 2012, diabetes mellitus

(DM) termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit di Puskesmas Srandakan

(Puskesmas Srandakan, 2015c). Pada bulan Oktober 2012, diabetes melitus

menduduki peringkat pertama pada kelompok sepuluh besar penyakit diikuti oleh

hipertensi esensial, Acute Upper Respiratory Infection Unspesified, dyspepsia,

myalgia, luka terbuka mengenai berbagai daerah tubuh, demam tanpa sebab yang

jelas, ginggivitis dan penyakit-penyakit peridontal, sakit kepala, dan asma

(Puskesmas Srandakan, 2015c).

Pasien dengan penyakit kronis mempunyai kendala pada kepatuhan minum

obat. Penelitian systematic review oleh Cramer (2004) menegaskan bahwa banyak

pasien dengan diabetes mengambil obat dengan jumlah kurang dari yang

ditentukan, termasuk ADO dan insulin. Secara keseluruhan tingkat kepatuhan

dengan ADO adalah 36-93% pada studi retrospektif dan studi prospektif (Cramer,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

4

2004). Kondisi pengetahuan pasien, kondisi penyakit pasien, dan dukungan

keluarga dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan pasien dan kemudian dapat

mempengaruhi keluaran klinik pasien (Morisky et al., 2011).

Cara untuk mengurangi NCD dapat disampaikan melalui pendekatan

perawatan kesehatan primer untuk memperkuat deteksi dini dan pengobatan tepat

waktu. Bukti menunjukkan bahwa intervensi tersebut adalah investasi ekonomi

yang sangat baik karena, jika diterapkan pada pasien awal, dapat mengurangi

kebutuhan untuk perawatan lebih mahal. Langkah-langkah ini dapat

diimplementasikan dalam berbagai tingkat sumber daya. Dampak terbesar dapat

dicapai dengan menciptakan kebijakan publik yang sehat yang mempromosikan

pencegahan dan pengendalian NCD dan reorientasi sistem kesehatan untuk

mengatasi kebutuhan orang-orang dengan penyakit tersebut (WHO, 2015b).

Peraturan Mentri Kesehatan RI no 75 tahun 2014 pasal 35 menyatakan

home care adalah bentuk dari upaya kesehatan perorangan tingkat pertama. Upaya

tersebut dilakukan oleh badan pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu Pusat

Kesehatan Masyarakat. Menurut Permenkes no 9 tahun 2014 pasal 32, pelayanan

kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dilaksanakan

dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, pelayanan satu hari (one day care) dan/atau

home care.

Konseling merupakan salah satu bentuk pelayanan dalam home pharmacy

care. Konseling dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap pasien yang akan

berpengaruh terhadap kepatuhannya menggunakan obat antidiabetik (Ramadona,

2011). Pemberian konseling berdampak pada pengetahuan pasien yang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

5

memberikan outcome berupa berkurangnya stres akibat diabetes dan kontrol kadar

glikemik pasien mendekati angka yang diharapkan serta meningkatnya kualitas

hidup (Karlsen et al., 2004). Pelayanan home pharmacy care merupakan bagian

atau lanjutan dari pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif

yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang

bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau

memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan dampak penyakit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan, yaitu:

1. Apakah ada perubahan kepatuhan pasien DM tipe 2 dengan pemberian

home pharmacy care di Puskesmas Srandakan Bantul?

2. Apakah ada perubahan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 dengan

pemberian home pharmacy care di Puskesmas Srandakan Bantul?

3. Apakah ada perubahan kualitas hidup pasien DM tipe 2 dengan pemberian

home pharmacy care di Puskesmas Srandakan Bantul?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian, yaitu:

1. Untuk melihat perubahan kepatuhan pasien DM tipe 2 dengan pemberian

home pharmacy care di Puskesmas Srandakan Bantul.

2. Untuk melihat perubahan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 dengan

pemberian home pharmacy care di Puskesmas Srandakan Bantul.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

6

3. Untuk melihat perubahan kualitas hidup pasien DM tipe 2 dengan

pemberian home pharmacy care di Puskesmas Srandakan Bantul.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Srandakan:

Sebagai informasi mengenai pengaruh pelayanan home pharmacy care

untuk pasien DM tipe 2 dan sebagai masukan dalam bidang peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Srandakan.

2. Bagi Pemerintah:

Sebagai sumber informasi dalam mengambil keputusan kebijakan terkait

dengan pelayanan kesehatan.

3. Bagi peneliti :

Meningkatkan pengetahuan tentang penerapan pelayanan kesehatan dalam

bentuk konseling home pharmacy care di tingkat pelayanan kesehatan

pertama.

E. Tinjauan Pustaka

1. Diabetes melitus

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika

pankreas tidak dapat lagi memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau

dapat juga disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tubuh untuk merespon

kerja insulin secara efektif. Insulin merupakan hormon yang berfungsi dalam

regulasi kadar gula darah. Peningkatan kadar gula dalam darah atau

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

7

hiperglikemia merupakan gejala umum yang terjadi pada diabetes dan

seringkalimengakibatkan kerusakan-kerusakan yang cukup serius pada tubuh,

terutama padasel saraf dan pembuluh darah (WHO, 2015a). Diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

kedua-duanya (ADA, 2011).

Klasifikasi etiologis diabetes melitus menurut American Diabetes

Association 2009 meliputi:

a. Diabetes Melitus tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 atau Isulin Dependent Diabetes Melitus

(IDDM) terjadi akibat dari kerusakan autoimun sel beta pankreas (Triplitt

et al., 2005). Infeksi virus menimbulkan reaksi autoimun yang membuat

sistem imun bekerja secara berlebihan. Hal tersebut menyebabkan sel-sel

pertahanan tubuh tidak hanya membasmi virus, tetapi merusak dan

memusnahkan sel-sel beta pankreas sehingga sel-sel beta pankreas tidak

dapat memproduksi insulin. Bila insulin tidak dapat diproduksi, maka sel

tidak dapat menyerap glukosa dari darah sehingga kadar gula meningkat

(Tjay dan Raharja, 2002).

b. Diabetes Melitus tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) terjadi karena proses penuaan pada pasien sehingga

terjadi penyusutan sel-sel beta pankreas secara progresif. Sel beta pankreas

yang telah menyusut tersebut umumnya masih aktif tetapi sekresi

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

8

insulinnya berkurang. Penyusutan sel beta pankreas dan juga resistensi

insulin mengakibatkan kadar gula darah meningkat (Tjay dan Raharja,

2010). Pasien diabetes melitus tipe 2 sering mengalami komplikasi seperti

hipertensi, hiperlipidemia, dan infeksi (Triplitt et al., 2005).

c. Diabetes Melitus tipe Spesifik

Diabetes melitus tipe spesifik meliputi individu dengan defek

genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit endokrin

pankreas (pankreatitis, cystic fibrosis), endokrinopati (akromegali,

Sindrom Cushing), diabetes melitus karena obat atau bahan kimia, infeksi

dan sindrom genetik (Triplitt et al., 2005 ; Asdie, 2000).

d. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes melitus gestasional adalah intoleransi glukosa yang timbul

selama kehamilan. Diabetes melitus gestasional terjadi 7% dari seluruh

kehamilan. Terapi untuk diabetes melitus gestasional memiliki tujuan

untuk menurunkan kecacatan dan kematian pada ibu dan janin (Triplitt et

al., 2005)

Diagnosis diabetes melitus ditegakkan melalui gejala khas poliuri,

polifagi, dan polidipsi, pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dL atau

glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL. Apabila pemeriksaan glukosa darah

meragukan maka pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) perlu

dilakukan untuk memastikan diagnosis diabetes melitus (ADA, 2009). Nilai

pemeriksaan HbA1c tidak dapat digunakan untuk diagnosis diabetes melitus

karena kurang sesitif. Nilai pemeriksaan HbA1c adalah gold standard untuk

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

9

monitoring kadar gula darah pada jangka waktu yang panjang (Triplitt et al.,

2005).

Terapi farmakologi obat-obat yang dapat digunakan dalam pengobatan

diabetes antara lain sebagai berikut:

a. Metformin

Efek utama metformin adalah menurunkan “hepatic glucose output”

dan menurunkan kadar glukosa puasa. Monoterapi dengan metformin

dapat menurunkan A1C sebesar ~ 1,5%. Secara umum metformin dapat

ditolerir oleh pasien. Efek tidak diinginkan yang sering dikeluhkan adalah

keluhan gastrointestinal. Monoterapi metformin jarang disertai dengan

hipoglikemia; dan metformin dapat digunakan secara aman tanpa

menyebabkan hipoglikemia pada prediabetes. Efek nonglikemik dari

metformin yaitu tidak menyebabkan penambahan berat badan atau

menyebabkan panurunan berat badan sedikit. Disfungsi ginjal merupakan

kontraindikasi untuk pemakaian metformin karena akan meningkatkan

risiko asidosis laktik; komplikasi ini jarang terjadi tetapi fatal (Nathan et

al., 2008).

b. Sulfonilurea

Sulfonilurea menurunkan kadar glukosa darah dengan cara

meningkatkan sekresi insulin. Dari segi efikasinya, sulfonilurea tidak

berbeda dengan metformin, yaitu menurunkan A1C ~ 1,5%. Efek yang

tidak diinginkan adalah hipoglikemia yang bisa berlangsung lama dan

mengancam hidup. Episode hipoglikemia yang berat sering terjadi pada

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

10

orang tua. Risiko hipoglikemia lebih besar dengan chlorpropamide dan

glibenklamid dibandingkan dengan sulfonylurea generasi kedua yang lain.

Sulfonilurea sering menyebabkan penambahan berat badan ~ 2 kg.

Kelebihan sulfonilurea dalam memperbaiki kadar glukosa darah sudah

maksimal pada setengah dosis maksimal, dan dosis yang lebih tinggi

sebaiknya dihindari (Nathan et al., 2008).

c. Glinide

Glinide menstimulasi sekresi insulin akan tetapi golongan ini

memiliki waktu paruh dalam sirkulasi yang lebih pendek dari pada

sulfonilurea dan harus diminum dalam frekuensi yang lebih sering.

Golongan glinide dapat menurunkan A1C sebesar ~ 1,5 % Risiko

peningkatan berat badan pada glinide menyerupai sulfonilurea, akan tetapi

risiko hipoglikemia lebih kecil (Nathan et al., 2008).

d. Penghambat α-glukosidase

Penghambat α-glukosidase bekerja dengan menghambat pemecahan

polisakharida di usus halus sehingga monosakharida yang dapat diabsorpsi

berkurang; dengan demikian peningkatan kadar glukosa postprandial

dihambat. Monoterapi dengan penghambat α-glukosidase tidak

mengakibatkan hipoglikemia. Golongan ini tidak seefektif metformin dan

sulfonilurea dalam menurunkan kadar glukosa darah; A1C dapat turun

sebesar 0,5 – 0,8 %. Peningkatan karbohidrat di kolon mengakibatkan

peningkatan produksi gas dan keluhan gastrointestinal (Nathan et al.,

2008).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

11

e. Thiazolidinedione (TZD)

Thiazolidinedione bekerja meningkatkan sensitivitas otot, lemak dan

hepar terhadap insulin baik endogen maupun exogen. Data mengenai efek

TZD dalam menurunkan kadar glukosa darah pada pemakaian monoterapi

adalah penurunan A1C sebesar 0,5-1,4 %. Efek samping yang paling

sering dikeluhkan adalah penambahan berat badan dan retensi cairan

sehingga terjadi edema perifer dan peningkatan kejadian gagal jantung

kongestif (Nathan et al., 2008).

f. Insulin

Insulin merupakan obat tertua iuntuk diabetes, paling efektif dalam

menurunkan kadar glukosa darah. Bila digunakan dalam dosis adekuat,

insulin dapat menurunkan setiap kadar A1C sampai mendekati target

terapeutik. Tidak seperti obat antihiperglikemik lain, insulin tidak

memiliki dosis maximal. Terapi insulin berkaitan dengan peningkatan

berat badan dan hipoglikemia (Nathan et al., 2008).

g. Dipeptidyl peptidase four inhibitor (DPP4 Inhibitor)

Dipeptidyl peptidase four inhibitor merupakan protein membran

yang diekspresikan pada berbagai jaringan termasuk sel imun. Dipeptidyl

peptidase four inhibitor adalah molekul kecil yang meningkatkan efek

GLP-1 dan GIP yaitu meningkatkan “glucose- mediated insulin secretion”

dan menekan sekresi glukagon. Penelitian klinik menunjukkan bahwa

DPP-4 Inhibitor menurunkan A1C sebesar 0,6-0,9 %. Golongan obat ini

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

12

tidak meninmbulkan hipoglikemia bila dipakai sebagai monoterapi

(Nathan et al., 2008).

Komplikasi yang terjadi pada penyakit diabetes melitus meliputi

komplikasi akut dan juga komplikasi kronik. Komplikasi akut meliputi

dehidrasi hipovolemi, gangguan keseimbangan elektrolit, gangguan reaksi

imun, ketoasidosis, gangguan penyembuhan luka, dan hiperlipidemia.

Komplikasi kronik meliputi komplikasi makroangiopati dan mikroangiopati.

Komplikasi makroangiopati meliputi stroke, penyakit jantung aterosklerosis

koroner (angina pectoris dan infark miokard), dan penyakit kaki diabetik

(gangrene dan ulkus). Komplikasi mikroangiopati meliputi retinopati, nefropati

diabetik dan rentan terhadap infeksi (Asdie, 2000).

2. Pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)

Pelayanan obat secara home pharmacy care merupakan layanan dapat

digambarkan sebagai sebuah layanan yang memberikan persediaan obat-obatan

yang sedang berlangsung dan, jika perlu, perawatan terkait, diprakarsai oleh

resep rumah sakit, langsung ke rumah pasien dengan persetujuan mereka.

Tujuan layanan obat home pharmacy care adalah untuk meningkatkan pasien

perawatan dan pilihan pengobatan klinis (Royal Pharmaceutical Society,

2014).

Pelayanan kefarmasian di rumah oleh apoteker adalah pendampingan

pasien oleh apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah dengan

persetujuan pasien atau keluarganya (Depkes RI, 2008). Pelayanan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

13

kefarmasian di rumah terutama untuk pasien yang tidak atau belum dapat

menggunakan obat dan atau alat kesehatan secara mandiri, yaitu pasien yang

memiliki kemungkinan mendapatkan risiko masalah terkait obat misalnya

komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik obat, kompleksitas

pengobatan, kompleksitas penggunaan obat, kebingungan atau kurangnya

pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan obat dan atau

alat kesehatan agar tercapai efek yang terbaik. (Depkes RI, 2008)

Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah tidak dapat diberikan pada

semua pasien mengingat waktu pelayanan yang cukup lama dan

berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan seleksi pasien dengan

menentukan prioritas pasien yang dianggap perlu mendapatkan pelayanan

kefarmasian di rumah. Pasien yang perlu mendapat pelayanan kefarmasian di

rumah antara lain :

a. Pasien yang menderita penyakit kronis dan memerlukan perhatian

khusus tentang penggunaan obat, interaksi obat dan efek samping

obat.

b. Pasien dengan terapi jangka panjang misal pasien TB, HIV/AIDS,

DM dan lain-lain.

c. Pasien dengan risiko adalah pasien dengan usia 65 tahun atau lebih

dengan salah satu kriteria atau lebih regimen obat yang kompleks.

(Depkes RI, 2008)

Konseling didefinisikan sebagai nasihat tetapi juga melibatkan diskusi

yang saling menguntungkan dan adanya pertukaran opini antara pemberi dan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

14

penerima konseling (Rantucci, 2007). Konseling oleh farmasis merupakan

komponen dari pharmaceutical care dan harus ditunjukkan untuk

meningkatkan hasil terapi, dengan memaksimalkan penggunaan obat-obatan

yang tepat (Charles, 2006). Konseling melibatkan faktor psikologis sebagai

aktivitas untuk memberikan edukasi kepada pasien sesuai dengan kebutuhan

pasien sehingga terjadi perubahan progresif pasien yang mempengaruhi

pengethuannya, sikap dan perilaku (Rantucci, 2007).

Berdasarkan Permenkes No 1027 tahun 2004, konseling merupakan

suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien

untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat

dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan

farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat

memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari

bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau

perbekalan kesehatan lainnya (Menkes RI, 2004). Apoteker harus memberikan

konseling secara berkelanjutan kepada pasien penderita penyakit tertentu

seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya

(Menkes RI, 2004).

3. Kepatuhan

Kepatuhan (adherence) adalah sejauh mana perilaku seseorang - minum

obat, mengikuti diet, dan / atau melaksanakan perubahan gaya hidup, sesuai

dengan rekomendasi yang telah disepakati dari penyedia layanan kesehatan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

15

(WHO, 2003). Kesesuaian (compliance) adalah lebih pada kepatuhan terhadap

hal yang telah disampaikan penyedia layanan kesehatan secara sepihak tanpa

persetujuan dari pasien (WHO, 2003). Perbedaan utama antara kepatuhan dan

kesesuaian adalah membutuhkan kesepakatan pasien dengan rekomendasi

(WHO, 2003). Pasien harus menjadi mitra aktif dengan tenaga profesional

kesehatan dalam perawatan mereka sendiri. Komunikasi yang baik antara

pasien dan profesional kesehatan adalah suatu keharusan untuk praktek klinis

efektif (WHO, 2003).

Kepatuhan memiliki sedikit hubungan dengan faktor-faktor

sosiodemografi seperti usia, jenis kelamin, ras, kecerdasan, dan pendidikan.

Meskipun kepatuhan yang rendah adalah masalah tersendiri bagi perawatan

diri untuk untuk semua gangguan, pasien dengan masalah kejiwaan dan pasien

dengan cacat fisik cenderung untuk lebih patuh karena penyakit tersebut lebih

mungkin untuk mematuhi. Selain itu, pasien cenderung melewatkan janji

pemeriksaan dan putus perawatan ketika, ada waktu tunggu yang panjang di

klinik atau jarak waktu yang lama antar janji pememeriksaan selanjutnya

(McDonald et al., 2002).

Bagi pasien diabetes, kepatuhan merupakan keterlibatan aktif dan

sukarela pasien dalam pengelolaan penyakitnya, dengan mengikuti terapi

pengobatan yang disepakati bersama dan berbagi tanggung jawab antara pasien

dan penyedia layanan kesehatan (WHO, 2003). Penting untuk menilai tingkat

kepatuhan terhadap setiap komponen dari rejimen pengobatan secara terpisah

(misalnya, self-monitor glukosa darah, insulin atau pemberian agen

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

16

hipoglikemik oral, diet, aktivitas fisik, perawatan kaki dan praktek perawatan

diri lainnya) daripada menggunakan ukuran tunggal untuk menilai kepatuhan

terhadap pengobatan secara keseluruhan (WHO, 2003). Hal ini karena

tampaknya ada sedikit korelasi antara kepatuhan terhadap perilaku perawatan

diri yang terpisah, menunjukkan bahwa kepatuhan bukanlah bangunan

unidimensional (WHO, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pada pasien

diabetes dapat dikelompokkan dalam empat jenis (WHO, 2003):

a. Karakteristik dari penyakit dan pengobatannya

Tiga elemen dari pengobatan (kompleksitas dari pengobatan, lamanya

penyakit dan cara pemberian pelayanan) dan penyakit itu sendiri

snagat berhubungan dengan kepatuhan pasien. Pada umumnya,

semakin kompleks rejimen pengobatan semakin kecil kemungkinan

pasien dalam mematuhi. Indikator kompleksitas dari suatu pengubatan

adalah frekuensi pengobatan yang harus dilakuakan oleh pasien itu

sendiri, misalnya frekuensi minum obat dalam sehari. Pasien akan

lebih patuh pada dosisi yang diberkian satu kali sehari daripada dosis

yang diberikan lebih sering, misalnya tiga kali sehari. Lamanya

penyakit tampak memberikan efek negatif terhadap kepatuhan pasien.

Semakin lama pasien mengidap penyakit diabetes, maka akan semakin

kecil pasien terebut patuh pada pengobatan. Cara pemberian

pelayanan untuk diabetes bervariasi dari perawatan secara intensig

yang diberikan oleh tim diabetes multidisiplin hingga perawatan rawat

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

17

jalan dari pelayanan kesehatan primer (dokter umum). Pasien yang

dilayani pada klonik dokter keluarga lebih banyak mengunjungi

dokternya dengan tujuan untuk mendapatkan konseling terapinya dari

pada untuk memeriksakan drinya karena terserang penyakit yang akut.

Masala biaya pelayanan juga merupakan hambatan yang besar bagi

pasien yang mendapatkan pelayanan rawat jalan dari klinik umum.

Hambatan terhadap akses pelayanan juga berhubungan dengan

buruknya kontrol metabolik.

b. Faktor Intrapersonal

Tujuh faktor intrapersonal penting yang berhubungan dengan

kepatuhan adalah umur, jenis kelamin, penghargaan terhadap diri

sendiri, disiplin diri, stres, depresi dan penyalahgunaan alkohol. Umur

berpengaruh terhadap kepatuahan dalam menerapkan terapi non-

farmakologi berupa aktivitas fisik. Pada kasus diabetes, pasien yang

lebih muda lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga

mengeluarkan kalori lebih banyak dari pada pasien yang lebih tua.

Orang dewasa tua lebih mematuhi rejimen pengobatan daripada orang

dewasa muda.

c. Faktor interpersonal

Dua hal penting dalam faktor interpersonal : kualitas hubungan antara

pasien dan petugas pelayanan kesehatan dan dukungan keluarga.

Komuniakasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan sangan

memperbaiki kepatuhan pasien.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

18

d. Faktor lingkungan

Dua faktor lingkungan yaitu sistem lingkungan dan situasi dengan

risiko tinggi, berhubungan dengan buruksnya kepatuhan pasien

diabetes. Perilaku pengaturan pengobatan oleh diri sendiri terjadi

dalam lingkungan yang berubah secara rutin, misalna dari lingkungan

rumah, lingkungan kerja, lingkungan masyrakat dan sebaainya, yang

berhubungan dengan kebutuhan dan prioritas yang berbeda-beda.

Setiap ada perubahan lingkaran kegiatan rutinnya, setiap orang akan

perlu melakukan penyesuaian. Situasi yang menyebabkan terjadinya

ketidakpatuhan disebut dengan resiko tinggi.

Pengukuran kepatuhan pasien dapat dilakukan dengan beberapa

kuesioner yang melihat penyakit pasien yang berbeda. Kuesioner dibagi

menjadi 2 berdasarkan penyakit pasien, yaitu gangguan metabolik (diabetes,

hipertensi, dislipidemia) dan gangguan mental (schizophrenia, psychosis,

depresi). Kuesioner untuk mengukur kepatuhan pada pasien dengan penyakit

gangguan metabolik antara lain Medication Adherence Questionnaire (MAQ),

Self-Efficacy for Appropriate Medication Use Scale (SEAMS), Brief

Medication Questionnaire (BMQ), dan Hill-Bone Compliance Scale.

Kuesioner MAQ juga dikenal dengan Modified Morisky Adherence Scale

(MMAS). Pengukuran kepatuhan pada pasien dengan gangguan mental dapat

menggunakan Medication Adherence Rating Scale (MARS) dan BMQ (Lavsa

et al., 2011).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

19

Kuesioner Morisky Medication Adherence Scale 8 (MMAS-8)

merupakan pengembangan dari kuesioner Morisky Medication Adherence

Scale 4 (MMAS-4) (Morisky et al., 2011). Kuesioner MMAS-4 terdiri dari 4

item pertanyaan sedangkan kuesioner MMAS-8 terdiri dari 8 item pertanyaan.

Kuesioner MMAS-8 telah divalidasi pada 1367 responden dengan α sebesar

0,83 (Morisky et al., 2008). Kuesioner tersebebut relatif sederhana dan praktis

digunakan pada kondisi klinik untuk melihat masalah kepatuhan pasien di awal

dan untuk memantau kepatuhan selama pelaksanaan terapi (Morisky et al.,

2008).

Di Indonesia kuesioner MMAS-8 telah diuji validitas dan realibilitas oleh

Chaliks (2012) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada 20 pasien DM tipe 2

dan didapatkan Cronbach’s alpha sebesar 0,795 untuk intrumen MMAS-8.

Kuesioner MMAS-8 mengukur kepatuhan dengan rentang nilai 0 sampai 8.

Jika nilai <6 maka responden tidak patuh sedangkan jika nilai 6-8 maka

responden patuh.

4. Kualitas hidup (Quality of Life)

Kualitas hidup (Quality of Life) merupakan konsep multidimensi

mengacu terhadap kesejahteraan total seseorang, termasuk status psikologis,

sosial, dan kesehatan fisik status (Palaian et al., 2004). Masalah yang terkait

dengan menurunya kualitas hidup pada pasien diabetes melitus tipe 2

umumnya disebabkan oleh penyakit itu sendiri, terabatasnya rejimen yang

digunakan dalam pengobatan dan adanya penyakit penyerta (Maddigan et al.,

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

20

2006). Beberapa prediktor kualitas hidup yang berhubungan dengan pasien

diabetes melitus adalah usia, jenis kelamin, status pekerjaan, tingkat

pendidikan, latihan (olah raga), dan penyakit penyerta (Quah et al., 2011). Hal

ini juga menetapkan bahwa apoteker menyediakan konseling pasien

meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes.

Kualitas hidup (Quality of Life) adalah cara untuk melakukan evaluasi

dan memantau efek terapi yang penting bagi pasien. Hal yang biasa diukur,

yaitu fungsi fisik, fungsi social, kesehatan mental, dan persepsi kesehatan

secara umum (Vogenberg, 2001).

Alat yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup (Quality of Life)

dalam bentuk kuesioner dapat dibagi secara umum ke dalam dua kategori

(Vogenberg, 2001), yaitu :

a. Generic Quality of Life Instrument

Desain alat pengukuran ini digunakan untuk menilai kualitas hidup

pada semua populasi tanpa melihat penyakit, terapi, ataupun

demografi pasien. Alat pengukuran generik ini dibuat untuk bisa

digunakan diberbagai rentang populasi dan intervensi yang berbeda-

beda (Coons et al., 2000). Instrumen generik pengukur kualitas

hidup antara lain: Medical Outcomes Study 36-Item Short Form (SF-

36), Nottingham Health Profile (NHP), Sickness Impact Profile

(SIP), Dartmouth Primary care Cooperative Information Project

(COOP) Charts, Quality of Well-Being (QWB) Scale, Health

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

21

Utilities Index (HUI), dan EuroQol Instrument (EQ-5D) (Coons et

al., 2000).

b. Disease – Spesific Quality of Life Instrument

Desain alat pengukuran ini digunakan untuk menilai kualitas hidup

pada pasein dengan penyakit tertentu sehingga memberikan hasil

yang terperinci berdasarkn luaran dari kondisi kesehatan atau

penyakit tersebut (Menkes RI, 2004). Instrumen pengukuran kualitas

hidup untuk pasien penderita diabetes antara lain: Appraisal of

Diabetes Scale (ADS), Audit of Diabetes-Dependent Quality of Life

(ADDQoL), Diabetes-39 (D-39), Diabetes Care Profile (DCP),

Diabetes Distress Scale (DDS), Diabetes Health Profile (DHP-1,

DHP-18), Diabetes Impact Measurement Scales (DIMS), Diabetes

Quality of Life measure (DQOL), Diabetes Quality of Life Clinical

Trial Questionnaire-Revised (DQLCTQ-R), Diabetes-Specific

Quality of Life Scale (DSQOLS), Elderly Diabetes Burden Scale

(EDBS), Insulin Delivery System Rating Questionnaire (IDSRQ),

Questionnaire on Stress in Diabetic patients-Revised (QSD-R), dan

Well-being Enquiry for Diabetics (WED) (El et al., 2008).

Kuesioner Diabetes Quality Of Life Clinical Trial Questionare

(DQOLCTQ) dikembangkan oleh United Kingdom Prospective Diabetes Study

(UKPDS) 37 untuk pasien DM tipe 2. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner

tersebut disusun berdasarkan kuesioner yang telah dipublikasikan sebelumnya

termasuk Medical Outcomes Study (MOS), SF-20 dan SF-36, dan DQOL

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

22

(Kotsanos et al., 1997). Kuesioner DQOLCTQ telah diuji validitas terhadap

942 pasien di Kanada, Perancis, Jerman, dan Amerika Serikat dengan

koefisien korelasi intra berkisar 0,74-0,90 dan nilai Cronbach’s alpha berkisar

0,77-0,90 (Shen et al., 1999). Kuesioner tersebut diterjemahkan oleh Hartati

pada tahun 2002. Uji validitas dan reabilitas DQOLCTQ dilakukan oleh Hartati

terhadap 35 pasien DM tipe 2 di RSUP Dr. Sardjito pada bulan Januari hingga

Maret 2002, yaitu dengan melihat distribusi respons, korelasi antara item,

korelasi item total, dan konsistensi internal serta menentukan status item. Pada

analisis item menyeluruh dari hasil uji kelayakan, nilai konsistensi internal α

seluruh item >0,5 (0,82) (Hartati, 2002).

5. Puskesmas Srandakan Bantul

Pusat Kesehatan Masyarakat Srandakan terletak berada di pusat

kecamatan, tepatnya berada di Jl. Raya Srandakan No. 96, Dusun Srandakan,

Desa Trimurti Kecamatan Srandakan, Bantul. Luas wilayah Kecamatan

Srandakan adalah 18,3 km2

yang sebagian besar lahan merupakan tanah kering

dan areal persawahan. Puskesmas Srandakan mempunyai wilayah kerja seluruh

wilayah Kecamatan Srandakan. Kecamatan Srandakan terdiri dari dua desa,

yaitu Desa Trimurti dan Desa Poncosari. Desa Trimurti terdiri dari 19 dusun

dan Desa Poncosari terdiri dari 24 dusun (Puskesmas Srandakan, 2015b).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

23

F. Landasan Teori

Penelitian Suryani et al., (2013) di RSUD Wangaya selama bulan

November-Desember 2012 pada pasien DM Tipe 2 dengan riwayat hipertensi

menunjukkan adanya peningkatan skor kepatuhan pasien dan terdapat

perbedaan yang bermakna antara kepatuhan pasien dalam penggunaan obat

sebelum dan setelah pelaksanaan konseling dalam home pharmacy care.

Penelitian Priyaputranti (2007) menunjukan adanya peningkatan outcome

terapi yang ditunjukkan dari penurunan kadar GDP setelah pemberian

konseling pada pasien penderita DM tipe 2. Pemberian konseling oleh apoteker

pada pasien DM tipe 2 yang dilakukan terhadap pasien rawat jalan di RS Panti

Rapih dan RSUD Unit Swadana Pare, Kediri tahun 2007 menunjukkan

peningkatan persentase skor kualitas hidup (19,27%) sedangkan pada

kelompok kontrol yang tidak mendapatkan konseling oleh apoteker

menunjukkan penurunan persentase skor kualitas hidup (-14,47%) (Astuti,

2007).

Konseling oleh apoteker terhadap pasien DM Tipe 2 di RSUD Serang

dapat meningkatkan hasil terapi dan kualitas hidup serta tidak terdapat

hubungan signifikan antara hasil terapi dengan peningkatan skor kualitas hidup

(Sari, 2014). Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut konseling dapat

meningkatkan kepatuhan penggunaan obat, menurunkan kadar glukosa darah,

dan mengingkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/87752/potongan/S1-2015... · Wilayah kerja Puskesmas Srandakan adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan ... Metformin

24

G. Konsep Penelitian

Konsep penelitian yang digunakan adalah home pharmacy care yang

diberikan kepada pasien penderita DM tipe 2 akan memberikan perubahan

pada kepatuhan, kadar glukosa darah, dan kualitas hidup. Pemberian home

pharmacy care dapat meningkatkan kepatuhan, menjaga kadar glukosa darah,

dan meningkatkan kualitas hidup.

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

H. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori maka hipotesis yang dapat ditarik pada

penelitian, yaitu:

1. Pemberian home pharmacy care dapat meningkatkan kepatuhan pada

pasien diabetes melitus tipe 2.

2. Pemberian home pharmacy care dapat memperbaiki nilai glukosa darah

pada pasien diabetes melitus tipe 2.

3. Pemberian home pharmacy care dapat memperbaiki kualitas hidup pada

pasien diabetes melitus tipe 2

Home pharmacy care

Pasien DM tipe 2

Kepatuhan

Glukosa darah

Kualitas hidup