bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/4661/2/puspa tri rahayu bab i.pdf ·...

12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). Pendapat lain mengatakan bahwa postpartum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai minggu keenam setelah melahirkan dimana masa postpurtum dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu (Marmi, 2012). Periode postpartum adalah masa dimana tubuh akan mengalami perubahan baik fisiologis maupun psikologis. Proses adaptasi fisiologis yang terjadi pada ibu postpartum meliputi perubahan pada tanda-tanda vital, perubahan pada hematologi, perubahan pada sistem kardiovaskular, perubahan pada perkemihan, perubahan pada sistem penernaan, perubahan pada sistem musculoskeletal, perubahan pada sistem endokrin dan perubahan pada organ reproduksi, sedangkan proses adaptasi psikologis merupakan proses adaptasi postpartum yang terdiri dari tiga fase yaitu fase dependen (taking in), fase dependen-mandiri (taking hold), dan fase letting go (Piliteri, 2007; Bobak, Lowdermilk & Perry, 2005). Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Upload: dangkhue

Post on 12-Aug-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4661/2/Puspa Tri Rahayu BAB I.pdf · Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran faktor-faktor resiko

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta

keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan

pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang

mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat

melahirkan (Suherni, 2009). Pendapat lain mengatakan bahwa postpartum

adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai minggu keenam

setelah melahirkan dimana masa postpurtum dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada masa sebelum

hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu (Marmi, 2012). Periode

postpartum adalah masa dimana tubuh akan mengalami perubahan baik

fisiologis maupun psikologis. Proses adaptasi fisiologis yang terjadi pada ibu

postpartum meliputi perubahan pada tanda-tanda vital, perubahan pada

hematologi, perubahan pada sistem kardiovaskular, perubahan pada

perkemihan, perubahan pada sistem penernaan, perubahan pada sistem

musculoskeletal, perubahan pada sistem endokrin dan perubahan pada organ

reproduksi, sedangkan proses adaptasi psikologis merupakan proses adaptasi

postpartum yang terdiri dari tiga fase yaitu fase dependen (taking in), fase

dependen-mandiri (taking hold), dan fase letting go (Piliteri, 2007; Bobak,

Lowdermilk & Perry, 2005).

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4661/2/Puspa Tri Rahayu BAB I.pdf · Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran faktor-faktor resiko

2

Perubahan tersebut merupakan perubahan yang normal terjadi pada

seorang ibu yang baru saja melahirkan. Banyak kejadian-kejadian penting,

mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis

dalam menghadapi keluarga baru. Kelahiran bayi juga merupakan suatu

masa kritis bagi kesehatan seorang ibu, kelahiran bayi kemungkinan dapat

menimbulkan masalah atau penyulit bagi sang ibu yang apabila tidak

ditangani segera dengan efektif dapat membahayakan kesehatan bahkan

mendatangkan kematian bagi ibu, sehingga masa postpartum ini sangat

penting untuk dipantau (Syafrudin & Fratidhini, 2009).

Menurut data World Health Organization (WHO, 2008), jumlah

kematian ibu pada saat melahirkan mencapai 40.000 orang perbulan di

dunia. Angka Kematian Ibu (AKI) di Asia tenggara menyumbang hampir

sepertiga jumlah kematian ibu secara global. Di Indonesia (AKI) masih

cukup tinggi, yaitu 228/100.000, dibanding dengan negara-negara asia

tenggara lainnya. Kejadian kematian ibu dan bayi yang terbanyak terjadi

pada saat persalinan, pasca persalinan, dan hari-hari pertama kehidupan

bayi masih menjadi tragedi yang terus terjadi (Depkes RI, 2012).

Selama ini masih banyak tempat pelayanan kesehatan khususnya

ruang bersalin hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisik ibu tanpa

mementingkan kondisi psikologis ibu. Padahal menurut Marshall (2006)

mengungkapkan bahwa ada 3 jenis gangguan psikologis afek atau mood

pada ibu yang baru melahirkan dari yang ringan sampai berat yaitu: baby

blues syndrome, depresi postpartum, dan psikosis postpartum. Gangguan

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4661/2/Puspa Tri Rahayu BAB I.pdf · Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran faktor-faktor resiko

3

afek atau mood yang paling sering dijumpai pada ibu yang baru

melahirkan yaitu baby blues syndrome.

Baby blues syndrome merupakan suatu sindroma gangguan efek

ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan

memuncak pada hari ke tiga sampai ke lima dan menyerang dalam rentan

waktu 14 hari terhitung setelah persalinan (Arifian, 2012). Baby blues

syndrome ini dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang

ringan. Oleh sebab itu, gangguan ini sering tidak dipedulikan bahkan

sering dianggap sebagai efek samping dari keletihan, sehingga tidak

terdiagnosis dan tidak tertangani sebagaimana harusnya. Padahal apabila

baby blues syndrome tidak kunjung reda keadaan ini akan berkembang

menjadi depresi postpartum. Data dari penelitian di seluruh dunia secara

tegas menunjukkan bahwa sekitar 50-75% wanita mengalami baby blues

syndrome (Mansur, 2009).

Baby blues syndrome menurut Lubis (2009), merupakan depresi

ringan yang dialami ibu setelah melahirkan yang dipengaruhi oleh

ketidaksiapan ibu untuk melahirkan, termasuk kesulitan menyusui,

ketidakmampuan memandikan bayi dan kurangnya pengetahuan tentang

menangani bayi. Baby blues syndrome merupakan masalah yang wajar

terjadi setelah melahirkan (Murtiniingsih, 2012). Setiap wanita yang

mengalami baby blues syndrome mengalami tingkatan kondisi yang

berbeda, lebih lama perubahan sikap serta perilaku lebih parah dan sering

itu juga disebut dengan baby blues syndrome (Murtiniingsih, 2012).

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4661/2/Puspa Tri Rahayu BAB I.pdf · Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran faktor-faktor resiko

4

Angka kejadian baby blues syndrome di Asia cukup tinggi dan bervariasi

yaitu antara 26-85%, secara global diperkirakan sekitar 20% wanita

melahirkan menderita baby blues syndrome. Sedangkan di Indonesia itu

sendiri angka kejadian baby blues syndrome antara 50-70% dari semua

wanita pascasalin (Mirza, 2008). Beberapa penelitian juga sudah dilakukan

di Indonesia tentang baby blues syndrome diantaranya penelitian yang

dilakukan oleh Krisdiana Wijayanti (2013) tentang gambaran faktor-faktor

resiko postpartum blues di wilayah kerja puskesmas Blora menunjukan

bahwa 48% wanita setelah melahirkan mengalami baby blues syndrome.

Baby blues syndrome dapat terjadi pada semua ibu postpartum,

mulai dari etnik, ras, primipara maupun multipara (Mansyur, 2014). Ibu

primipara merupakan kelompok yang paling rentan mengalami baby blues

syndrome dibanding ibu multipara atau grandemultipara. Penelitian

Machmudah (2010) menyebutkan bahwa dari 37 ibu primipara atau skitar

14% mengalami baby blues syndrome, sedangkan 65 ibu multipara atau

jika di prosentase kan sejumlah 12% mengalami baby blues syndrome.

Faktor-faktor yang mempengaruhi baby blues syndrome yaitu

faktor psikologis yang meliputi dukungan keluarga khusunya suami. faktor

demografi yang meliputi usia dan paritas, factor fisik yang disebabkan

kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, meyusui, memandikan,

mengganti popok, dan faktor sosial meliputi sosial ekonomi, tingkat

pendidikan, status perkawinan (Nirwana, 2011). Penelitian yang dilakukan

oleh Lina Wahyu Susanti (2016) tentang faktor terjadinya baby blues

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4661/2/Puspa Tri Rahayu BAB I.pdf · Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran faktor-faktor resiko

5

syndrome pada ibu nifas BPM Suhatmi Puji Lestari menunjukan bahwa

kesiapan kehamilan, dukungan sosial dan keluarga serta keadaan ekonomi

merupakan beberapa faktor penyebab terjadinya baby blues syndrome.

Allades Monalisa Jayasima dkk (2014) dengan judul penelitian yang

berjudul postpartum blues pada kelahiran anak pertama menunjukan

bahwa kedua subjek yang mengalami baby blues syndrome cenderung

disebabkan oleh faktor psikososial, dimana kedua subjek kurang mendapat

dukungan dari orang terdekat.

Kondisi lain yang mendukung terjadinya baby blues syndrome

selain yang telah disebutkan di atas adalah respon dari ketergantungan

karena kelemahan fisik, harga diri rendah karena kelelahan, jauh dari

keluarga, ketidaknyamanan fisik dan ketegangan dengan peran baru

terutama pada perempuan yang tidak mendapat dukungan dari

pasangannya (Bobak, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi baby blues syndrome biasanya

tidak berdiri sendiri sehingga gejala dan baby blues syndrome sebenarnya

adalah suatu mekanisme multifaktorial. Gejala Baby Blues Syndrome

ditandai dengan reaksi depresi atau sedih, menangis, mudah tersinggung,

cemas, perasaan yang labil, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan

tidur dan gangguan nafsu makan (Marmi, 2012). Ibu yang mengalami

Baby Blues syndrome biasanya tiba-tiba menangis karena merasa tidak

bahagia, penakut, tidak mau makan, sering berganti mood, mudah

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4661/2/Puspa Tri Rahayu BAB I.pdf · Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran faktor-faktor resiko

6

tersinggung dan terlalu sensitif, tidak bergairah dan masih banyak lagi

perubahan perilaku.

Ibu yang mengalami baby blues syndrome biasanya akan

mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri karena mengalami

ketidakseimbangan dalam diri ibu yang telah melewati persalinan.

Sehingga untuk menyeimbangkan dan menyesuaikan diri diperlukan

adanya perilaku coping yang dapat membantu ibu postpartum dalam

kondisi seimbang, sehingga tidak mengalami gangguan dalam tahap

perkembangannya yaitu postpartum depression dan postpartum psikosis

(Hasjanah, 2013).

Penelitian Silvidra Silaen (2014) tentang mekanisme koping ibu

yang mengalami postpartum blues menunjukan bahwa ada dua mekanisme

coping yang digunakan ibu yang mengalami baby blues syndrome yaitu

coping adaptif dan coping maladaptif. Koping adaptif yang digunakan

antara lain bercerita dengan suami, keluarga dan orang lain, menggambil

hikmat dari sakitnya, memanfaatkan dukungan sosial, mencari dukungan

spritual (berdoa), dan mencari informasi, sedangkan koping maladaptif

yaitu sering makan, sering tidur, melamun, menyendiri dan menonton.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja

puskesmas Karanganyar, diperoleh data rekam medis Puskesmas

Karanganyar pada tahun 2015 terjadi persalinan sebanyak 545 persalinan,

sedangkan pada tahun 2016 mengalami peningkatan persalinan yaitu

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4661/2/Puspa Tri Rahayu BAB I.pdf · Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran faktor-faktor resiko

7

sebanyak 612 persalinan. Dari hasil observasi dan wawancara peneliti

terkait konsultasi ibu postpartum kepada bidan di puskesmas terdapat 2

orang ibu postpartum memiliki ciri-ciri yang terkena baby blues syndrome.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada 2 partisipan yang mengalami

baby blues syndrome. Dari hasil wawancara, partisipan mengungkapkan

bahwa mereka merasa sedih, marah, cemas dan gelisah memikirkan

tentang bagaimana merawat anak di rumah bahkan menyesal dengan

kelahiran bayi, juga penambahan beban perekonomian keluarga yang

semakin meningkat, sehingga hal ini membuat partisipan kesulitan tidur

dan terkadang ingin menangis. Saat ditanya tentang apa yang

menyebabkan mereka mengalami baby blues syndrome, salah satu ibu

mengatakan bahwa ia merasa bahwa anak itu sebagai penyebab dirinya

tidak bisa bebas bermain lagi seperti dulu.

Berdasarkan uraian diatas, meskipun baby blues syndrome

merupakan gangguan psikologi yang ringan, namun apabila tidak

ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi gangguan psikologi

yang lebih berat. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil judjul

tentang pengalaman kejadian baby blues syndrome pada ibu postpartum.

B. Rumusan Masalah

Masa postpartum masa ketika terjadi perubahan pada wanita yang baru

saja melahirkan, baik perubahan fisiologis, psikologis, maupun sosiokultural dan

spiritual. Baby blues syndrome juga mengakibatkan masalah-masalah yang negatif

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4661/2/Puspa Tri Rahayu BAB I.pdf · Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran faktor-faktor resiko

8

pada ibu dan bayinya. Selama ini masih banyak tempat pelayanan kesehatan

khususnya ruang bersalin hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisik ibu

tanpa mementingkan kondisi psikologis ibu.

Atas dasar kesimpulan diatas, maka penelitian tentang pengalaman baby

blues syndrome menjadi penting dilakukan mengingat konsekuensinya.

Terjadinya baby blues syndrome sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan

bayi, keberlangsungan hidup ibu serta dapat menjadi masalah kesehatan ibu dan

bayi, sehingga dapat menjadi masukan dalam perencanaan penanganan baby blues

syndrome serta gangguan jiwa lainnya pada ibu bersalin di Puskesmas

Karanganyar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menggambarkan pengalaman baby blues syndrome pada ibu

postpartum di wilayah kecamatan Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor penyebab baby blues syndrome pada ibu

postpartum

b. Untuk menggambarkan gejala-gejala apa saja yang di alami oleh

ibu postpartum yang mengalami baby blues syndrome.

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4661/2/Puspa Tri Rahayu BAB I.pdf · Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran faktor-faktor resiko

9

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai media pembelajaran, dapat memberikan pengalaman

belajar dan meningkatkan pengetahuan dalam penelitian sehingga dapat

dijadikan pedoman dalam penelitian selanjutnya.

2. Bagi Responden

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden

sebagai media informasi tentang baby blues syndrome, sehingga berguna

bagi masyarakat pada umumnya, dan tingkat kejadian baby blues

syndrome bisa dicegah.

3. Bagi Dinas Kesehatan dan Institusi Terkait

Peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan

bagi petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan terhadap masyarakat

pada umumnya, dan ibu hamil pada khususnya tentang baby blues

syndrome dan cara pencegahannya, bagi kecamatan karanganyar

khususnya Puskesmas Karanganyar sebagai tempat penelitian dapat

dijadikan masukan sebagai pembuatan SOP tentang penanganan pada ibu

pasca persalinan yang mengalami baby blues syndrome.

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4661/2/Puspa Tri Rahayu BAB I.pdf · Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran faktor-faktor resiko

10

E. Penelitian Terkait

1. Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran

faktor-faktor resiko postpartum blues di wilayah kerja puskesmas Blora

dengan penelitian deskriptif dengan hasil penelitian menyebutkan bahwa

sekitar 48,6% ibu postpartum mengalami baby blues syndrome dengan

berbagai faktor penyebab di antaranya yaitu paritas sebanyak 61,43%,

pendapatan keluarga sebanyak 64,3%, pekerjaan sebanyak 62.9%,

pendidikan sebanyak 53%, dukungan keluarga 91.4%, jenis persalinan

58%, riwayat premenstrual syndrome 58.6%, dan menyusui sebanyak

100%.

Persamaan peneliti dengan penelitian Krisdiana yaitu sama-sama

meneliti tentang faktor apa saja yang menyebabkan ibu postpartum

mengalami baby blues syndrome. Sedangkan yang menjadi pembeda

dalam penelitian ini yaitu metode penelitian, tempat, waktu dan lokasi

penelitian.

2. Lina Wahyu Susanti (2016) dalam penelitiannya yang berjudul faktor

terjadinya baby blues syndrom pada ibu nifas di BPM Suhatmi Puji

Lestari, penelitian yang menggunakan metode studi deskriptif ini

bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

Baby Blues Syndrome pada ibu nifas. Menurut hasil penelitian faktor

penyebab baby blues syndrome adalah persiapan kehamilan, dukungan

suami dan keluarga serta kondisi ekonomi dan social. Dari hasil penelitian

didapatkan 34 respoden yang mengalami baby blues syndrome sebanyak

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4661/2/Puspa Tri Rahayu BAB I.pdf · Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran faktor-faktor resiko

11

20 responden yang tidak menginginkan kehamilannya sehingga factor

persiapan kehamilan merupakan factor penyebab baby blues syndrome, 23

responden tidak mendapat dukungan dari suami dan keluarga, 15

responden mempunyai pendapatan yang kurang sehingga dukungan suami

dan keluarga serta keadaan ekonomi merupakan factor penyebab baby

blues syndrome.

Persamaan penelitian Lina Wahyu Susanti dengan peneliti adalah

sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadi baby

blues syndrome. Sedangkan yang menjadi pembeda yaitu metode

penelitian, tempat, waktu dan lokasi penelitian.

3. Silaen, S. Misrawati & Nurcahyati, S, (2014). Dengan penelitiannya yang

berjudul “mekanisme koping ibu yang mengalami baby blus syndrome “.

Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yang

dibuat, yaitu instrumen berupa kuesioner data demografi dan kuesioner

The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) serta daftar pertanyaan

terbuka untuk wawancara.

Persamaan penelitian Silvrida Silaen, Misrawati, Sofiana

Nurchayati (2014) dengan peneliti yaitu sama-sama menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sedangkan yang

menjadi perbedaan penelitian Silvrida Silaen, Misrawati, Sofiana

Nurchayati (2014) dengan peneliti yaitu tempat, waktu, lokasi dan

partisipan penelitian.

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4661/2/Puspa Tri Rahayu BAB I.pdf · Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran faktor-faktor resiko

12

4. Jayasima, A.M., Deliana S.M, & Mabruri, M.I, (2014). Dengan penelitian

yang berjudul “postpartum blues syndrome pada kelahiran anak pertama”

dengan metode penelitian wawancara (interview) dan observasi. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa kedua subjek mengalami postpartum

blues yang kemunculannya disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang

cenderung berperan dari kedua subjek adalah faktor latar belakang

psikososial, dimana kedua subjek kurang mendapatkan dukungan dari

orang-orang terdekat. Faktor lain yang juga mencolok, pada subjek

pertama adalah faktor pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan,

dan pada subjek kedua merupakan faktor fisik.

Persamaan penelitian Sri Maryati Deliana, Moh Iqbal Mabruri

Allades, Monalisa Jayasima (2014) dengan peneliti yaitu sama-sama

menggunakan metode wawancara dan observasi, sedangkan yang menjadi

perbedaan dalam penelitian ini yaitu penelitian Sri Maryati Deliana, Moh

Iqbal Mabruri Allades, Monalisa Jayasima hanya menjadikan ibu

postpartum primipara sebagai partisipan sedangkan peneliti menjadikan

semua ibu postpartum yang pernah mengalami baby blues syndrome

sebagai partisipan. Adapun tempat, waktu dan lokasi juga menjadi

pembeda dalam penelitian.

Pengalaman Baby Blues..., Puspa Tri Rahayu, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017