bab i pendahuluan a. latar belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur...

68
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi belajar dalam kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah menjadi salah satu hal yang penting. Prestasi belajar digunakan oleh pendidik sebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13) prestasi belajar merupakan “hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar”, sedangkan belajar menurut Slameto (2010: 2) merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang dalam sebuah proses untuk memperoleh perubahan tingkah laku berdasarkan hasil pengalamannya sendiri dari proses interaksi dengan lingkungannya. Sehingga, prestasi belajar merupakan hasil akhir yang dicapai siswa setelah menjalani proses kegiatan belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai perubahan. Pembahasan mengenai prestasi belajar tidak terlepas dari kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya. Terdapat banyak pendapat yang mendeskripsikan hal tersebut, salah satu diantaranya yaitu pendapat dari Purwanto. Hasil yang diperoleh dari analisis terhadap bagan Purwanto (2013: 107) menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain:

Upload: hakien

Post on 20-Jul-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prestasi belajar dalam kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah

menjadi salah satu hal yang penting. Prestasi belajar digunakan oleh pendidik

sebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor

siswa. Menurut Azwar (2012: 13) prestasi belajar merupakan “hasil yang

telah dicapai oleh siswa dalam belajar”, sedangkan belajar menurut Slameto

(2010: 2) merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang dalam sebuah

proses untuk memperoleh perubahan tingkah laku berdasarkan hasil

pengalamannya sendiri dari proses interaksi dengan lingkungannya.

Sehingga, prestasi belajar merupakan hasil akhir yang dicapai siswa setelah

menjalani proses kegiatan belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu

untuk mencapai perubahan.

Pembahasan mengenai prestasi belajar tidak terlepas dari kajian

tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya. Terdapat banyak pendapat

yang mendeskripsikan hal tersebut, salah satu diantaranya yaitu pendapat dari

Purwanto. Hasil yang diperoleh dari analisis terhadap bagan Purwanto (2013:

107) menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa antara lain:

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

2

1. Faktor luar (eksternal) meliputi faktor lingkungan yang terdiri dari

lingkungan alam dan sosial serta faktor instrumental yang terdiri dari

kurikulum, pengajar, sarana, fasilitas, dan manajemen.

2. Faktor dalam (internal) meliputi faktor fisiologi yang terdiri dari kondisi

fisik dan kondisi panca indera serta faktor psikologi yang terdiri dari

bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.

Berkaitan dengan dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

tersebut, terdapat dua hal yang melatar belakangi diadakannya penelitian ini.

Pertama yaitu aktivitas berorganisasi. Pada faktor eksternal disebutkan

lingkungan sosial menjadi salah satu diantaranya. Sedangkan aktivitas

berorganisasi merupakan aktivitas yang dilaksanakan dalam lingkungan sosial

antar anggota organisasi. Aktivitas berorganisasi santri Madrasah Aliyah

Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan menjadi salah satu variabel

independen penelitian didasarkan pada padatnya aktivitas keorganisasian

yang dilaksanakan setelah jam pelajaran di sekolah berakhir. Adapun aktivitas

berorganisasi yang dilaksanakan dibawah tanggung jawab Organisasi Santri

Pesantren Islam al-Iman (OSPIA) dengan format kepengurusan diampu oleh

seluruh santri kelas XI. Sehingga, santri kelas XI berstatus pengurus serta

anggota OSPIA yang dituntut untuk dapat memberikan suri tauladan yang

baik untuk seluruh anggotanya selama berjalannya keorganisasian OSPIA.

Berdasarkan konteks kepengurusan dalam organisasi, terdapat

beberapa kendala yang menghambat berjalannya aktivitas berorganisasi

OSPIA. Diantaranya dikutip dari wawancara dengan Lina Nur Shafiyyah,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

3

ketua Organisasi Santri Pesantren Islam al-Iman (OSPIA) periode 2013-2014

(15 Januari 2014) menjelaskan bahwa permasalahan berat yang timbul dalam

menjalankan tugas dan perannya yaitu terdapatnya anggota yang tidak

mentaati peraturan, baik peraturan organisasi maupun pesantren.

Permasalahan lain yaitu kurangnya partisipasi dari beberapa santri dalam

pelaksanaan program kerja yang telah ditetapkan. Permasalahan yang ada

dalam internal organisasi yaitu kurangnya koordinasi serta terkadang tidak

memperoleh dukungan dari jajaran atasan dari OSPIA.

Hasil wawancara selanjutnya yaitu dengan Jerry Muhammad

Firmanda, ketua Organisasi Santri Pesantren Islam al-Iman (OSPIA Putra)

dan Maryam Ulibaqiyyah Assalma, ketua Organisasi Santri Pesantren Islam

al-Iman (OSPIA Putri) periode 2014-2015 (09 Maret 2014) menyatakan

bahwa dalam menjalani masa awal kepengurusan, terdapat berbagai kendala

yang dialami. Diantaranya, kurangnya koordinasi antara pengurus satu

dengan yang lainnya, disebabkan oleh permasalahan yang timbul antar

individu, terdapatnya pengurus yang kurang tanggap terhadap tanggung

jawab yang harus dilaksanakan, serta terdapatnya anggota yang enggan dalam

mengikuti peraturan sebagai pengurus OSPIA. Permasalahan yang terjadi

dalam lingkup internal pengurus tersebut, cukup memberikan beban fikiran

terhadap masing-masing penanggung jawab aktivitas keorganisasian OSPIA.

Sedangkan dalam konteks keanggotaan OSPIA yang diikuti oleh

seluruh santri Madrasah Aliyah, dengan adanya aktivitas yang telah

diagendakan oleh OSPIA, dapat mendidik seluruh anggotanya dalam

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

4

berdisiplin terhadap waktu maupun ibadah. Namun demikian, tidak sedikit

anggota yang melanggar tata tertib yang berlaku pada setiap harinya.

Diantaranya lalai dalam melaksanakan shalat berjamaah, tidak menggunakan

bahasa resmi dalam percakapan kesehariannya, tidak melaksanakan tugas

piket sesuai dengan yang telah dijadwalkan, terlambat mengikuti kegiatan

kultum maupun muhadloroh, dan lain sebagainya.

Ditinjau dari segi kepengurusan maupun keanggotaan tersebut,

terdapat permasalahan yang timbul. Bagi pengurus, terdapat kendala yang

berpengaruh pada pola belajar yaitu berkurangnya waktu belajar yang

digunakan untuk rapat organisasi, serta menangani anak bermasalah yang

berkelanjutan. Sehingga membutuhkan waktu tambahan untuk menyelesaikan

tugas sekolah yang berimbas pada kantuk ketika kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Sedangkan bagi anggota, aktivitas berorganisasi yang

dilaksanakan secara rutin belum memberikan dampak positif yang signifikan.

Hal tersebut dapat ditinjau dari adanya pelanggaran yang dilakukan anggota

pada setiap harinya. Bersumber dari permasalah-permasalahan tersebut

timbul pertanyaan peneliti apakah aktivitas berorganisasi yang diikuti oleh

seluruh santri madrasah aliyah tersebut mempunyai hubungan terhadap

pencapaian prestasi belajar di sekolah.

Kedua yaitu motivasi berprestasi. Motivasi merupakan salah satu

faktor internal yang berpengaruh pada prestasi belajar. Motivasi menjadi

variabel independen kedua dalam penelitian dikarenakan dengan padatnya

aktivitas berorganisasi yang dilaksanakan membutukan adanya dorongan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

5

pada diri setiap santri untuk dapat menyeimbangkan antara aktivitas

berorganisasi dengan aktivitas belajarnya. Berdasarkan tanya jawab dengan

ustadz Kasbani, Kabiro Santri Putra (15 Januari 2014) salah satu hal yang

berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar santri yaitu semangat belajar

santri sendiri. Sehingga, dari pernyataan tersebut dapat digaris bawahi bahwa

setiap santri membutuhkan motivasi untuk dapat mencapai prestasi di tengah

padatnya aktivitas berorganisasi yang dilaksanakan. Dari latar belakang

tersebut peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam apakah ada hubungan

antara motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar santri. Baik motivasi

yang bersumber dari dalam dirinya sendiri untuk berprestasi maupun dari

orang lain yang berada di lingkungan sosialnya.

Santri Madrasah Aliyah Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan

menjadi objek penelitian dikarenakan tidak banyak pesantren yang

mengembankan aktivitas berorganisasi dalam asrama kepada organisasi santri

yang dimiliki sebagai pembelajaran dengan beranggotakan sesama santri.

Beberapa pesantren modern lainnya, program asrama yang dijalankan

diembankan kepada seorang ustadz atau ustadzah pendamping, sehingga

santri asrama yang ada hanya melaksanakan aktivitas yang dikoordinir oleh

ustadz maupun ustadzah. Adapun pada Pesantren Islam Modern al-Iman

Muntilan, mengembankan sebagian besar kegiatan asrama kepada OSPIA.

Berdasarkan latar belakang di atas, antara aktivitas berorganisasi dan

motivasi berprestasi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian

prestasi belajar, kedua variabel tersebut dihubungkan dengan prestasi belajar.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

6

Adapun penelitian tersebut dilaksanakan di Pesantren Islam Modern al-Iman

Muntilan, dengan objek seluruh santri Madrasah Aliyah. Sehingga peneliti

mengangkat penelitian dengan judul “Hubungan antara Aktivitas

Berorganisasi dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Santri

Madrasah Aliyah Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah

dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat aktivitas berorganisasi santri Madrasah Aliyah

Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan?

2. Bagaimana tingkat motivasi berprestasi santri Madrasah Aliyah Pesantren

Islam Modern al-Iman Muntilan?

3. Bagaimana tingkat prestasi belajar santri Madrasah Aliyah Pesantren

Islam Modern al-Iman Muntilan?

4. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara aktivitas

berorganisasi dengan prestasi belajar santri Madrasah Aliyah Pesantren

Islam Modern al-Iman Muntilan?

5. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi

berprestasi dengan prestasi belajar santri Madrasah Aliyah Pesantren

Islam Modern al-Iman Muntilan?

6. Apakan ada hubungan yang positif dan signifikan antara aktivitas

berorganisasi dengan motivasi berprestasi santri Madrasah Aliyah

Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan?

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

7

7. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara aktivitas

berorganisasi dan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan

prestasi belajar santri Madrasah Aliyah Pesantren Islam Modern al-Iman

Muntilan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk:

1. Mendeskripsikan:

a. Tingkat aktivitas berorganisasi santri Madrasah Aliyah Pesantren

Islam Modern al-Iman Muntilan.

b. Tingkat motivasi berprestasi santri Madrasah Aliyah Pesantren Islam

Modern al-Iman Muntilan.

c. Tingkat prestasi belajar santri Madrasah Aliyah Pesantren Islam

Modern al-Iman Muntilan.

2. Menjelaskan apakah ada hubungan:

a. Antara aktivitas berorganisasi dengan prestasi belajar santri

Madrasah Aliyah Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan.

b. Antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar santri Madrasah

Aliyah Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan.

c. Antara aktivitas berorganisasi dengan motivasi berprestasi santri

Madrasah Aliyah Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan.

d. Antara aktivitas berorganisasi dan motivasi berprestasi secara

bersama-sama dengan prestasi belajar santri Madrasah Aliyah

Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

8

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara

teoritis maupun secara praktis.

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan

dalam bidang pendidikan, khususnya tentang aktivitas berorganisasi,

motivasi berprestasi dan prestasi belajar santri di lingkungan madrasah

dalam pesantren.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa

pihak, antara lain:

a. Bagi Pimpinan Pesantren, Kepala Sekolah dan Ustadz/Ustadzah

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dan

gambaran tentang hubungan aktivitas berorganisasi dan motivasi

berprestasi dengan prestasi belajar santri Madrasah Aliyah.

b. Bagi Santri

Penelitian ini memberikan hasil tentang hubungan aktivitas

berorganisasi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar santri

sesuai dengan realitas yang ada. Sehingga, dengan hasil tersebut

diharapkan dapat memotivasi santri untuk terus berusaha

meningkatkan prestasi belajar di tengah aktivitas berorganisasi.

c. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam

melaksanakan penelitian selanjutnya terutama penelitian yang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

9

berkaitan dengan hubungan aktivitas berorganisasi dan motivasi

berprestasi dengan prestasi belajar santri.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikaji, terdapat beberapa

penelitian yang berkaitan dengan motivasi berprestasi, aktivitas berorganisasi

serta prestasi belajar siswa, antara lain:

Penelitian skripsi Abdul Manaf dengan judul “Pengaruh Keaktifan

Berorganisasi dan Kompetensi Sosial Terhadap Prestasi Akademik

Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta (Kasus Angkatan 2010-2011)”. Latar belakang

penelitian menyebutkan bahwa lemahnya prestasi akademik pada mahasiswa

tergantung pada padatnya aktifitas yang dimilikinya dan kurangnya

kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi dan bersosialiasasi dengan

lingkungan. Sedangkan fakta di lapangan, berbanding terbalik dengan idealita

tersebut. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan tingkat keaktifan

mahasiswa PAI angkatan 2010-2011 rendah, kompetensi sosial rendah,

namun tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa. Penelitian

erat kaitannya dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis

dikarenakan penelitian tersebut membahas mengenai berorganisasi dikaitkan

dengan prestasi.

Penelitian skripsi Mulyo Lestari dengan judul “Hubungan Motivasi

Beribadah dengan Prestasi Belajar Pendidikan al-Islam SD Muhammadiyah

Jarah Tanjungsari Gunung Kidul” Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

10

Penenlitian ini berbeda dengan penelitian dari manaf tersebut, secara garis

besar perbedaan yang mendasar yaitu berkaitan dengan judul penelitian. Latar

belakang penelitian ini ditinjau dari hasil yang diperoleh siswa pada mata

pelajaran al-Islam hanya sebatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) saja.

Adapun hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa terdapat hubungan

yang positif dan signifikan antara motivasi beribadah dengan prestasi belajar

pendidikan al-Islam di SD tersebut. Hasil dari kedua penelitian tersebut

berbeda, penelitian pertama menyebutkan bahwa kedua variabel independen

rendah, namun prestasi tetap tinggi. Sedangkan pada penelitian kedua ini

motivasi tinggi, maka prestasi belajar tinggi pula.

Penelitian skripsi Rita Handayani dengan judul “Hubungan Motivasi

Belajar terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas X dan XI IPS SMA N

1 Minggir Sleman Tahun Ajaran 2009/2010” Universitas Negeri Yogyakarta.

Penelitian ini memiliki variabel yang sama dengan penelitian kedua, yaitu

motivasi dan prestasi. Latar belakang penelitian ditinjau dari Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) terdapat setengah lebih dari jumlah siswa yang

memperoleh nilai dibawah KKM. Peneliti mengidentifikasi bahwa pengaruh

dari ketidaktuntasan belajar siswa disebabkan oleh motivasi siswa yang

rendah. Sehingga motivasi harus ditingkatkan guna meraih prestasi yang

tinggi. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa terdapat hubungan

yang positif dan signifikan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik terhadap

prestasi belajar siswa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ketiga ini sama

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

11

dengan penelitian kedua, yaitu terdapat hubungan positif dan signifikan

antara motivasi dan prestasi belajar.

Tinjauan pustaka selanjutnya yaitu penelitian dari Arief Budi

Hermawan dengan judul “Pengaruh Partisipasi Kegiatan Organisasi Intra

Sekolah dan Kecerdasan Emosional terhadap Kreativitas Belajar” Universitas

Negeri Yogyakarta. Penelitian ini berbeda dengan empat penelitian

sebelumnya, karena pada penelitian ini berkaitan dengan kegiatan

keorganisasian yang dilaksanakan oleh siswa. Penelitian tersebut dilatar

belakangi dengan keterangan bahwa pertisipasi aktif dalam kegiatan OSIS

yang diiringi dengan kecerdasan emosional dimiliki oleh siswa akan

menimbulkan kerjasama dan inovasi. Sebaliknya, jika partisipasi aktif dalam

kegiatan OSIS tidak diiringi dengan kecerdasan emosional, dapat

mengganggu perkembangan kreativitas belajar siswa. dari latar belakang

tersebut, peneliti berminat untuk meneliti lebih dalam tentang pengaruh

partisipasi kegiatan OSIS dan kecerdasan emosional terhadap kreativitas

belajar siswa kelas X SMKN 2 Pengasih. Hasil dari penelitian tersebut yaitu

terdapat pengaruh positif antara partisipasi kegiatan OSIS terhadap kreativitas

belajar siswa diperoleh dari data statistik penelitian. Kaitan penelitian tersebut

dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu tentang aktivitas

keorganisasian yang dilaksanakan oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah

(OSIS) di SMK 2 Pengasih.

Penelitian Mei Lina Fitri Kumalasari yang berjudul “Perbedaan

Prestasi Belajar Berdasarkan Tingkat Aktivitas dalam Organisasi

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

12

Ekstrakurikuler pada Mahasiswa Program Studi Div. Kebidanan Fakultas

Kedokteran” Universitas Sebelas Maret Surakarta menjadi salah satu

referensi puataka selanjutnya. Penelitian ini berkaitan dengan penelitian

kelima, yaitu berhubungan dengan aktivitas berorganisasi yang dikatkan

dengan prestasi belajar siswa. Latar belakang penelitian tersebut

menyebutkan bahwa prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh faktor

eksternal, yaitu faktor masyarakat yang berupa kegiatan siswa dalam

masyarakat seperti partisipasi peserta didik dalam kegiatan keorganisasian.

Hasil analisis statiatik dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat

perbedaan prestasi belajar pada mahasiswa yang aktif dalam organisasi

ekstrakurikuler lebih baik dibanding prestasi belajar mahasiswa yang tidak

aktif dalam organisasi ekstrakurikuler. Hasil dari kedua penelitian tersebut

menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

kegiatan keorganisasian yang dilaksanakan para siswa dengan prestai

belajarnya.

Secara umum, hasil dari kajian pustaka dari beberapa acuan di atas

menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

variabel independen terhadap variabel dependennya. Sehingga, setelah

penulis melakukan tinjauan pustaka tersebut, penelitian yang akan

dilaksanakan oleh peneliti berbeda dengan penelitian sebelumnya. Peneliti

belum menemukan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Berorganisasi

dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Santri Madrasah Aliyah

Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan”. Titik temu dari pustaka-pustaka

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

13

yang penulis gunakan yaitu terdapat pada pembahasan mengenai motivasi

berprestasi pada siswa di berbagai jenjang pendidikan, khususnya pada

jenjang SMA sederajat. Pembahasan lainnya berkaitan pula dengan aktivitas

keorganisasian yang dilaksananakan bersamaan dengan aktivitas belajar

dalam sekolah maupun universitas. Kedua hal tersebut dikaitkan dengan

prestasi belajar yang diraih siswa. Perbedaan penelitian-penelitian diatas

dengan penelitian yang penulis akan laksanakana yaitu pada variabel serta

objek penelitian penulis.

F. Kerangka Teori

1. Prestasi Belajar

a. Belajar

1) Pengertian Belajar

Slameto (2010: 2) mengemukakan pengertian belajar

sebagai suatu usaha yang dilakukan seseorang dalam sebuah

proses untuk memperoleh perubahan tingkah laku berdasarkan

hasil pengalamannya sendiri dari proses interaksi dengan

lingkungannya. Pendapat lain tentang belajar yaitu terjadinya

perubahan tingkah laku individu dengan diikuti barbagai macam

aktivitas yang berbeda-beda. Serta dilakukan oleh individu yang

bersangkutan, tidak hanya mendeskripsikan saja (Sardiman,

2012: 20).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

14

Belajar juga merupakan proses dasar dari perkembangan

hidup manusia (Soemanto, 2003: 104). Menurut Hilgard (1983)

dalam Sukmadinata (2004: 156) menegaskan bahwa “belajar

dapat dirumaskan sebagai perubahan perilaku yang relatif

permanen, yang terjadi karena pengalaman”. Menurut Good dan

Brophy dalam Purwanto (2013: 85) mengemukakan bahwa

belajar merupakan proses yang bersifat internal dalam diri

individu guna memperoleh sesuatu hal yang baru. Terdapat

beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang

belajar sesuai dengan pemaparan Purwanto (2013: 85):

a) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku.

b) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui

latihan atau pengalaman.

c) Perubahan merupakan akhir dari suatu periode waktu yang

cukup panjang.

d) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar

menyangkut berbagai aspek kepribadian.

Terdapat pula ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam

pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto (2010: 3) sebagai

berikut:

a) Perubahan terjadi secara sadar.

b) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.

c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

15

d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan sebuah proses. Proses yang terjadi dalam diri

individu yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku

serta perkembangan hidup manusia. Belajar terjadi sesuai

dengan kehendak individu yang melaksanakannya ditandai

dengan perubahan tingkah laku sebagaimana telah

diklasifikasikan oleh Slameto di atas.

2) Ranah Belajar

Bloom dkk. dalam Azwar (2012: 8) membagi kawasan

belajar yang mereka sebut sebagai tujuan pendidikan menjadi

tiga bagian yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan

psikomotor. Dari tiga kawasan atau ranah tersebut, dirinci lagi

menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level of competence)

(Sardiman, 2012: 23-24) dan (Dewi, 2013) dengan judul Kata

Kerja Operasional (KKO) Revisi Taksonomi Bloom meliputi:

a) Kognitif Domain:

(1) Remember (Mengingat)

(2) Understad (memahami)

(3) Aplication (menerapkan/mengaplikasikan)

(4) Analysis (menganalisis)

(5) Evaluation (mengevaluasi)

(6) Creation (mencipta)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

16

b) Affective Domain:

(1) Rechieving (sikap menerima).

(2) Responding (memberikan respon).

(3) Valuing (nilai).

(4) Organization (organisasi).

(5) Characterization (karakterisasi).

c) Psycomotor Domain:

(1) Immitation (Meniru)

(2) Manipulation (Manipulasi)

(3) Precition (Presisi)

(4) Articulation (Artikulasi)

(5) Naturalization (Naturalisasi)

Dengan adanya ranah atau kawasan belajar individu

tersebut, mempermudah seseorang untuk mengetahui pada ranah

dan level apa kemampuan seseorang. Pencapaian target belajar

seseorang disesuaikan dengan tujuan belajar yang

dilaksanakannya, tidak terpaku pada pencapaian level tertinggi.

Sehingga, ranah tersebut bukan dijadikan keharusan individu

untuk meraihnya, melainkan sebagai patokan atau landasan

individu dalam belajar.

3) Prinsip-Prinsip Belajar

Pembahasan mengenai belajar tidak terlepas dari kajian

tentang prinsip-prinsip belajar, menurut Sardiman (2012: 37)

terdapat beberapa prinsip belajar diantaranya:

a) Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor yang

sangat penting.

b) Dalam kegiatan belajar selalu ada halangan atau kesulitan.

c) Dalam belajar memerlukan aktivitas.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

17

d) Dalam menghadapi kesulitan, terdapat kemungkinan

bermacam-macam respon.

Adapun menurut Slameto (2010: 27-28) menyebutkan

prinsip-prinsip belajar diantaranya:

a) Dalam belajar, siswa harus berpartisipasi aktif.

b) Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat untuk

mencapai tujuan.

c) Belajar memerlukan lingkungan yang menantang sebagai

media pengembangan kemampuan bereksplorasi.

d) Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungan.

Berdasarkan pendapat mengenai prinsip-prinsip belajar

tersebut terdapat beberapa kesimpulan. Pertama, belajar

berkaitan dengan erat motivasi. Kedua, belajar membutuhkan

aktivitas dan interaksi dengan lingkungan. Dan ketiga, belajar

membutuhkan tantangan guna mengeksplorasi potensi yang ada

pada setiap individu.

b. Prestasi Belajar

1) Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan

dari proses belajar. Adanya prestasi karena terdapat proses

panjang yang mengawalinya. Sehingga, garis besar makna dari

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

18

prestasi yaitu suatu hasil yang diperoleh sebagai bentuk

keberhasilan seseorang dalam menjalani proses belajarnya.

Menurut Azwar (2012: 13) prestasi belajar merupakan

“hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar”. Sedangkan

menurut Sukmadinata (2004: 102) prestasi atau achievement

merupakan “realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan

potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”. Dari pendapat

di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan

suatu hasil maksimal yang diraih oleh seorang siswa sesuai

dengan usaha, potensi dan kapasitas yang dimiliki. Adapun

prestasi belajar dapat diketahui setelah evaluasi belajar

dilaksanakan.

2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Keberhasilan belajar atau prestasi belajar yang terdapat

pada prinsip-prinsip belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan, serta

usaha dari individu tersebut (Sukmadinata, 2004: 165). Adapun

pendapat lain mengenai faktor yang dapat mempengaruhi proses

dan hasil belajar atau prestasi belajar individu diterjemahkan

dari bagan Purwanto (2013: 107) antara lain:

a) Faktor luar (eksternal) meliputi:

a) Faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan alam

dan sosial.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

19

b) Faktor instrumental yang terdiri dari kurikulum,

pengajar, sarana, fasilitas, dan manajemen.

b) Faktor dalam (internal) meliputi:

(1) Faktor fisiologi yang terdiri dari kondisi fisik dan

kondisi panca indera.

(2) Faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat,

kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.

Syah (2005: 144) menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa dibedakan menjadi tiga

macam, yakni:

a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa) meliputi dua aspek

yaitu:

a) Aspek fisiologis (jasmaniah).

b) Aspek psikologis (rohaniah) mencakup intelegensi,

sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.

b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) terdiri dari dua

macam yaitu:

(1) Faktor lingkungan sosial.

(2) Faktor lingkungan nonsosial.

c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning) meliputi:

(1) Strategi

(2) Metode yang diterapkan siswa.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

20

Dari berbagai pendapat mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, dapat disimpulkan

bahwa siswa memiliki faktor pendukung baik dari dalam dirinya

sendiri atau internal individu, maupun dari luar diri sendiri

maupun eksternal individu. Kedua hal tersebut memiliki peran

yang penting terhadap pencapaian prestasi belajar siswa.

Sehingga segala hal yang berkaitan dengan aspek internal

maupun eksternal, siswa dapat memanfaatkannya dengan sebaik

mungkin.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, secara global

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar ada dua

yaitu:

a) Faktor Internal

a) Aspek fisiologis yaitu keadaan fisik serta panca indera

siswa. Ketika siswa dalam keadaan sakit, maka kondisi

tersebut dapat berpengaruh terhadap konsentrasi

belajarnya. Begitu pula keadaan panca indera yang

tidak sehat, maka sarana pendukung belajar pun

kurang.

b) Aspek psikologis diantarnya:

(a) Bakat siswa merupakan “kemampuan untuk

belajar” (Slameto, 2010: 57). Potensi yang ada

pada setiap siswa untuk belajar semaksimal

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

21

mungkin sesuai dengan kapasitas dan batas

kemampuannya.

(b) Minat siswa merupakan “kecenderungan yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan (Slameto, 2010: 57).

Kecenderungan dan ketertarikan yang ada pada diri

siswa untuk menekuni dan memperhatikan proses

belajar yang sedang dilangsungkan.

(c) Kecerdasan atau intelegensi siswa merupakan

kecakapan yang ada pada masing-masing siswa

untuk menghadapi suatu kondisi tertentu dengan

menggunakan pola belajar tertentu secara efektif

dan efisien.

(d) Motivasi siswa merupakan dorongan yang ada

pada setiap siswa baik dorongan dari dalam

maupun dari luar diri siswa untuk terus belajar.

b) Faktor Eksternal

(1) Lingkungan sosial merupakan lingkungan yang ada di

sekitar tempat siswa bergaul seperti keluarga, teman

sebaya, masyarakat sekitar, guru, dan lain sebagainya.

Lingkungan sosial berkaitan dengan orang-orang yang

berperan dalam proses interaksi siswa.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

22

(2) Lingkungan nonsosial atau alam merupakan lingkungan

tempat siswa beradaptasi seperti rumah, sekolah,

keadaan cuaca, dan lain sebagainya.

Banyak faktor yang mampu mendukung siswa untuk

berprestasi. Adapun antara satu faktor dengan faktor yang lain

saling berkaitan. Ketika siswa memiliki kemampuan untuk

belajar namun ia tidak memiliki minat dan motivasi untuk terus

belajar, maka hasil yang diperoleh tidak dapat maksimal.

Terdapat selogan untuk siswa berprestasi dalam belajar yaitu

siswa tau, maka mau, sehingga mampu. Siswa mengetahui

bahwa dirinya memiliki potensi untuk berprestasi, sehingga

siswa memiliki dorongan untuk terus belajar dan membuahkan

hasil atas kemampuan yang dimiliki. Sehingga semua faktor

yang berpengaruh terhadap prestasi belajar akan berjalan

beriringan.

3) Syarat-Syarat Keberhasilan Belajar

Berhasil tidak hanya ditentukan oleh kemampuan siswa

belajar dengan sistem kebut semalam saja. Melainkan belajar

memiliki syarat-syarat yang dapat mengantarkan siswa

mencapai keberhasilan yang maksimal. Berdasarkan prinsip-

prinsip belajar, terdapat syarat keberhasilan dalam belajar

(Slameto, 2010: 28) yaitu:

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

23

a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa

dapat belajar dengan tenang.

b) Repetisi, dalam proses belajar perlu adanya ulangan berkali-

kali agar diperoleh pemahaman, keterampilan, dan sikap

yang mendalam.

Sedangkan menurut Suparno (1997) dalam Sardiman

(2012: 38) ditinjau dari prinsip dalam belajar terdapat penjelasan

mengenai hasil belajar atau prestasi belajar, meliputi:

a) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar

dengan dunia fisik dan lingkungannya. Pada aspek ini,

lingkungan sosial dan non sosial memberi pengaruh

terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Ditinjau dari

pengalaman yang dialami siswa selama berada dan

beradaptasi pada lingkungan.

b) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah

diketahui oleh subjek belajar berdasarkan tujuan dan

motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan

materi yang dipelajari.

Kesimpulan dari kedua pendapat mengenai syarat-syarat

tercapainya hasil belajar yang maksimal tersebut menyatakan

bahwa belajar perlu didukung dengan sarana yang memadai agar

konsentrasi belajar siswa dapat maksimal. Pengalaman terhadap

lingkungan juga berpengaruh terhadap tingkat pencapaian

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

24

prestasi siswa, sehingga dibutuhkan lingkungan yang kondusif

agar siswa mampu belajar dengan tenang. Dalam mencapai hasil

belajar yang baik dibutuhkan pengulangan dalam belajar yang

dilaksanakan secara berulang kali. Serta hasil belajar tergantung

pada tujuan dan motivasi pada siswa yang menekuninya.

4) Cara Mengukur Prestasi Belajar

Penentuan keberhasilan belajar siswa membutuhkan

adanya alat ukur prestasi belajar. Adapun alat ukur yang

digunakan sebagai pengukur prestasi yaitu berupa tes. Tes

prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil

yang telah dicapai siswa dalam belajar (Azwar, 2012: 13).

Menurut Ebel (1979) dalam Azwar (2012: 14) menyatakan

bahwa fungsi utama tes prestasi di kelas adalah mengukur

prestasi belajar siswa. Salah satu pengertian lain dari tes prestasi

yaitu memberikan angka untuk dimasukkan kedalam rapor

murid atau kedalam laporan hasil studi mahasiswa. Sehingga,

dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi

terhadap nilai rapor siswa sebagai hasil evaluasi dari hasil

belajar siswa yang dilaksanakan oleh guru pengampu untuk

mengukur prestasi belajar santri.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

25

2. Aktivitas Berorganisasi

a. Pengertian Aktivitas

Menurut Sugono (2008) dalam Kumalasari (2011: 44)

aktivitas dapat diartikan sebagai keaktifan atau kegiatan. Menurut

Sobur (2003) dalam Kumalasari (2011: 44) aktivitas dibagi menjadi

dua yaitu:

1) Perilaku aktif yang didasari dengan alasan yang lemah memiliki

kemauan untuk bergerak melaksanakan kegiatan.

2) Perilaku tidak aktif yang meskipun telah didukung dengan

alasan-alasan yang kuat untuk menjalankan suatu kegiatan,

masih belum ada kemauan untuk melaksanakan kegiatan

tersebut.

Dua klasifikasi mengenai pengertian aktivitas tersebut di atas

mengandung dua makna yaitu pertama, bahwa seseorang yang

memiliki kemauan untuk aktif dalam menjalankan suatu kegiatan,

meskipun alasan dalam melaksanakan kegiatan tersebut hanya hal

yang kecil ia memiliki kemauan untuk menjalankannya. Adapun

yang kedua, seseorang yang telah didorong dengan alasan kuat

dalam pelaksanaan suatu kegiatan, namun jika orang tersebut tidak

memiliki keinginan untuk bergerak, maka ia akan pasif dan enggan

untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

26

b. Pengertian Berorganisasi

Pengertian berorganisasi didasarkan pada pengertian dari

organisasi. Pengertian organisasi yaitu menempatkan bagian-bagian

tertentu kedalam satu kesatuan (Sardiman, 2012: 42). Menurut Kast

& Rosenzweig (1974) dalam Munandar (2012: 205) menyebutkan

bahwa organisasi merupakan suatu kesatuan yang terorganisasi,

terdiri dari dua bagian atau lebih yang saling tergantung. Organisasi

sebagai sebuah kelompok formal dengan diberi batasan oleh struktur

organisasi, yang berisi rincian tugas-tugas pekerjaan dan tanggung

jawab tertentu guna menuju tercapainya sasaran dan misi yang telah

dirumuskan (Munandar, 2012: 211). Sehingga, organisasi merupakan

wujud dari kelompok sosial yang terdiri dari berbagai bagian yang

saling berkaitan dan saling tergantung untuk mewujudkan tujuan

bersama.

Berdasarkan pengertian organisasi tersebut, diperoleh

pengertian berorganisasi sebagaimana menurut Thoha (2007) dalam

Kumalasari (2011: 44) menyebutkan bahwa beroganisasi merupakan

berkumpulnya orang-orang yang bekerja sama secara sadar dan

sengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga, berorganisasi

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sekumpulan orang yang

bekerja sama secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

ditetapkan bersama.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

27

c. Pengertian Aktivitas Berorganisasi

Berorganisasi pada prinsipnya adalah berbuat. Sedangkan

berbuat merupakan sebuah aktivitas. Berbuat untuk mengubah

tingkah laku menjadi melakukan suatu kegiatan tertentu (Sardiman,

2012: 95). Aktivitas berorganisasi terjadi dalam sebuah lingkungan

sosial, baik dalam bermasyarakat maupun dalam lingkungan

lembaga formal lainya. Menurut Sartain dalam Purwanto (2013: 28)

mendefinisikan lingkungan (environment) sebagai segala kondisi

yang ada dalam lingkungan hidup manusia serta dengan cara-cara

tertentu berpengaruh pada tingkah laku, pertumbuhan, serta

perkembangan manusia terkecuali gen-gen atau keturunan.

Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor eksternal yang

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Adapun yang dimaksud

dengan lingkungan sosial ialah semua orang atau manusia lain yang

mempengaruhi seseorang (Purwanto, 2013: 28).

Salah satu aspek dalam lingkungan sosial yaitu faktor

lingkungan sekolah mencakup relasi siswa dengan siswa (Slameto,

2010: 66). Relasi siswa dengan siswa dapat terjalin melalui media

organisasi. Disebutkan pula bahwa lingkungan sekolah juga

menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar, berbagai kegiatan intra maupun

ekstrakurikuler dan lain sebagainya (Sukmadinata, 2004: 164).

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

28

Sedangkan berorganisasi termasuk kedalam kegiatan ekstrakurikuler

siswa.

Definisi aktivitas berorganisasi berdasarkan teori tersebut di

atas menjelaskan bahwa aktivitas merupakan suatu perbuatan atau

kegiatan. Sedangkan berorganisasi merupakan berkumpulnya

beberapa orang yang terorganisir kedalam bagian-bagian tertentu

yang saling berhubungan guna mencapai tujuan yang telah

ditargetkan. Sehingga, aktivitas berorganisasi dapat dijabarkan

menjadi suatu perbuatan atau kegiatan yang dilaksanakan secara

bersama-sama dalam sebuah bagian-bagian yang terorganisir guna

mencapai sasaran tertentu.

d. Fungsi-Fungsi Berorganisasi

Organisasi sebagai wujud dari kelompok sosial memiliki

beberapa fungsi (Munandar, 2012: 214-218) diantaranya:

1) Fungsi berkelompok bagi anggotanya.

a) Fungsi berkelompok sebagai pemenuh kebutuhan para

anggotanya. Kebutuhan terhadap rasa aman, kebutuhan

untuk diakui keberadaannya oleh orang lain, kebutuhan

untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain,

serta kebutuhan terhadap kekuasaan serta kebutuhan

terhadap prestasi.

b) Fungsi berkelompok sebagai pengembang, penunjang dan

pemantap dari identitas dan pemelihara harga diri. Identitas

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

29

kelompok dapat dikembangkan berdasarkan aktivitas yang

ditekuninya sebagai penunjang dan pemantap identitas

setiap anggota kelompoknya. Selanjutnya identitas anggota

memelihara harga diri mereka.

c) Fungsi berkelompok sebagai penetap dan penguji realitas

sosial. Realita sosial yaitu segala bentuk kejadian yang

terjadi di antara anggota kelompok. Sehingga fungsi antar

kelompok saling membantu dalam mensikapi segala

keadaan yang terjadi pada internal masing-masing anggota.

d) Fungsi berkelompok sebagai mekanisme pemecah masalah

dan pelaksanaan tugas. Adanya kelompok dapat membantu

memecahkan masalah serta saling mengisi dan memberi

sumbangan pemikiran untuk menyelesaikan permasalah

yang terjadi.

2) Fungsi berkelompok bagi organisasi.

a) Fungsi berkelompok sebagai pelaksana tugas yang

majemuk dan saling tergantung. Tugas majemuk diartikan

sebagai tugas yang tidak hanya dilaksanakan secara

perorangan saja, melainkan dikerjakan secara bersama-sama

untuk mencapai tujuan bersama.

b) Fungsi berkelompok sebagai mekanisme pemecah masalah.

Dalam menghadapi masalah yang kompleks yang terjadi,

maka pemecahan masalah secara berkelompok dapat

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

30

memberi alternatif pemecahan masalah yang jauh lebih baik

dibandingkan dengan difikirkan secara personal.

c) Fungsi berkelompok sebagai penghasil gagasan baru dan

jawaban kreatif, didasarkan pada pemikiran masing-masing

individu yang bergabung dalam organisasi atau kelompok

sosial.

d) Fungsi berkelompok sebagai pelancar dari pelaksanaan

keputusan yang majemuk.

e) Fungsi berkelompok sebagai wahana dari sosialisasi dan

pelatihan.

f) Fungsi berkelompok sebagai koordinator utama antar

beberapa bagian.

e. Dasar-Dasar Berorganisasi

Aktifitas berorganisasi dapat dijabarkan sebagai suatu

kegiatan yang dilaksanakan oleh dua orang atau lebih sebagai sebuah

kelompok sosial dengan suatu peraturan tertentu serta pembagian

tugas yang jelas. Terdapat dasar-dasar yang melatar belakangi

terbentuknya kelompok sosial (Ahmadi, 2007: 98-100). Adapun

berorganisasi merupakan bagian dari kelompok sosial. Berikut dasar-

dasar terbentuknya kelompok sosial dalam berorganisasi, antara lain:

1) Dasar Psikologis

Terjadinya interaksi aktif antar anggota organisasi sebagai

wujud hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antar

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

31

anggota. Adanya suatu program kerja yang telah disusun,

sebagai hasil pemikiran pengurus organisasi, menjadi sebuah

umpan bagi seluruh anggota untuk saling berinteraksi dan

berpartisipasi aktif dalam merealisasikan. Itu sebagai timbal

balik terhadap kerja keras pengurus untuk merumuskan program

yang membangun bagi seluruh anggotanya.

2) Dasar Pedagogis

Adanya organisasi diharapkan dapat meningkatkan

kepribadian anggota untuk dapat lebih bertanggung jawab serta

disiplin dan saling bahu-membahu belajar bersama guna meraih

prestasi sebaik-baiknya.

3) Norma Kelompok

Peraturan yang berlaku bagi seluruh anggota organisasi

guna mendidik kedisiplinan dalam menjalankan seluruh

aktivitas yang telah direncanakan.

f. Jenis-Jenis Aktivitas Berorganisasi

Sebagaimana penjelasan mengenai aktivitas di atas yang

mengartikan bahwa aktivitas merupakan suatu kegiatan, Sardiman

(2012: 100) mengemukakan terdapat beberapa jenis-jenis aktivitas,

antara lain:

1) Visual Activities

2) Oral Activities

3) Listening Activities

4) Motor Activities

5) Mental Activities

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

32

6) Emotional Activities

Berdasarkan ulasan Sardiman mengenai jenis-jenis aktivitas

tersebut, dapat dikaitkan dengan aktivitas berorganisasi serta dapat

digunakan sebagai indikator dalam penyusunan instrumen penelitian.

Adapun jenis-jenis aktivitas diantaranya adalah:

1) Visual Activities, meliputi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

dengan cara melihat, mengamati, memperhatikan serta meneliti.

2) Oral Activities, meliputi aktivitas yang dilakukan dengan cara

menyatakan pendapat, memberi saran, berdiskusi, serta

bertanya.

3) Listening Activities, meliputi kegiatan yang menitik beratkan

pada aspek pendengaran, seperti mendengarkan nasehat orang

lain, pendapat orang lain, serta kritikan dari anggota organisasi.

4) Motor Activities, meliputi kegiatan yang dilaksanakan dengan

gerakan, atau dengan menjalankan tugas sebagai pengurus,

seperti mengkoordinir kegiatan, mengelola forum.

5) Mental Activities, meliputi kegiatan yang dilaksanakan dengan

cara menanggapi kritikan, memecahkan permasalahan,

mengambil keputusan, mengingat.

6) Emotional Activities, meliputi kegiatan yang berhubungan

dengan emosi, seperti timbulnya rasa bosan, semangat, berani,

takut, gugup, tenang, malas.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

33

3. Motivasi Berprestasi

a. Pengertian Motivasi Berprestasi

Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2012: 73)

menyebutkan bahwa motivasi adalah “perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului

dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Menurut Whittaker

dalam Soemanto (2003: 205) mengatakan bahwa motivasi adalah

“kondisi-kondisi yang memberi dorongan kepada makhluk untuk

bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi

tersebut”. Menurut Thorndike dalam Soemanto (2003: 205)

mengatakan bahwa “belajar dengan “trial-and-error” itu dimulai

dengan adanya beberapa motif yang mendorong keaktifan”. Dengan

demikian untuk mengaktifkan anak dalam belajar maka diperlukan

adanya motivasi.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang motivasi tersebut,

dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan sebuah dorongan

yang timbul dari dalam diri seseorang, maupun dari luar diri

seseorang. Dorongan tersebut mengarahkan siswa untuk melakukan

suatu aktivitas tertentu sesuai dengan tujuan siswa yang

bersangkutan. Sehingga, motivasi mengarahkan tingkah lakunya

untuk meraih apa yang dikehendakinya. Tanpa adanya motivasi,

maka siswa bergerak tanpa ada tujuan pasti yang hendak dicapai.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

34

Purwanto (2013: 72) mengemukakan bahwa menurut

kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok,

yaitu:

1) Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada seseorang.

Seperti kekuatan untuk mengingat, merespon secara aktif hal-hal

yang diinginkan, dan lain sebagainya.

2) Mengarahkan, berarti menyalurkan tingkah laku. Mengarahkan

tingkah laku seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

3) Menopang tingkah laku, berarti mengatur laju tingkah laku agar

sesuai dengan tujuan yang ingin diraih.

Definisi motivasi berprestasi tidak jauh berbeda dengan

beberapa definisi motivasi tersebut. Motivasi berprestasi merupakan

dorongan atau rangsangan yang timbul dari dalam maupun luar diri

siswa untuk mencapai prestasi atau hasil yang sebaik-baiknya.

Menurut Hoy dan Miskel (1982) dalam Purwanto (2013: 72)

menyebutkan definisi motivasi berprestasi sebagai kekutan,

dorongan, kebutuhan, yang memulai dan menjaga kegiatan yang

dilakukan kearah pencapaian hasil yang maksimal.

Sehingga, prestasi menduduki posisi sebagai tujuan akhir

yang hendak diraih seorang siswa. Begitu pula seorang siswa, siswa

yang memiliki motivasi kuat untuk belajar sungguh-sungguh agar

membuahkan prestasi yang baik, maka perilakunya akan

mencerminkan bahwah ia bersungguh-sungguh. Adapun sebaliknya,

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

35

jika siswa tidak memiliki dorongan untuk berprestasi, maka perilaku,

fikiran, serta tindakannya tidak akan selaras.

Dari pengertian motivasi berprestasi tersebut, penulis

menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi merupakan sebuah

dorongan yang timbul dari dalam maupun luar diri seseorang untuk

mencapai hasil yang maksimal. Namun, dalam motivasi berprestasi

tersebut siswa tidak hanya memiliki dorongan untuk berprestasi

dengan belajar giat sesuai dengan niat siswa, melainkan terdapat

pula siswa yang ingin berprestasi karena faktor harga diri maupun

hanya ingin diakui oleh orang lain. Adapun secara garis besar,

motivasi sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Semakin tinggi motivasi yang ada, maka semakin besar pula

kesempatan siswa untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Maslow (1970) dalam Slameto (2010: 171) menyebutkan

bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh

kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan-kebutuhan yang

memotivasi tingkah laku manusia diantaranya:

1) Kebutuhan fisiologis (kebutuhan jasmani).

2) Kebutuhan keamanan (ketentraman).

3) Kebutuhan kebersamaan dan cinta dengan orang tua dan teman.

4) Kebutuhan aktualisasi diri dengan mengembangkan potensi diri

sepenuhnya.

5) Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti terhadap banyak hal.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

36

6) Kebutuhan estetik (keteraturan, keseimbangan, dan kelengkapan

dari suatu tindakan).

Pendapat lain mengenai kebutuhan yaitu dari Morgan dalam

Sardiman (2012: 78-80) menyatakan bahwa manusia hidup dengan

memiliki berbagai kebutuhan, diantaranya:

1) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu.

2) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain.

3) Kebutuhan untuk mencapai hasil.

4) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.

Berdasarkan pendapat mengenai kebutuhan terhadap motivasi

tersebut, dapat disimpulakan bahwa motivasi memiliki peran

terhadap berbagai hal dalam kehidupan manusia. Meliputi dorongan

untuk berbuat, mencari ketentraman, memperoleh kasih sayang dari

orang lain, mencapai hasil yang maksimal, dan lain sebagainya.

Sehingga, dari banyaknya hal yang membutuhkan adanya sebuah

dorongan dalam pencapaiannya, menyebabkan motivasi sangat

berpengaruh pada setiap individu.

Teori motivasi berprestasi dikembangkan oleh David

McClelland dalam Munandar (2012: 333). Motivasi berprestasi

dapat disebut juga dengan kebutuhan untuk berprestasi (Need for

Achievement). Orang yang memiliki dorongan kuat untuk berhasil

lebih mengejar prestasi pribadi dibandingkan dengan imbalan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

37

terhadap keberhasilannya. Ia akan melakukan sesuatu yang jauh

lebih baik dari hasil yang diperoleh sebelumnya.

b. Fungsi Motivasi Berprestasi

Purwanto (2013: 70-71) dan Sardiman (2012: 85)

mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak, sebagai

penggerak seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tententu.

2) Menentukan arah perbuatan, menuju hal-hal yang dicita-citakan.

3) Menyeleksi perbuatan manusia, dengan menentukan perbuatan

yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan.

Berdasarkan fungsi motivasi tersebut, maka motivasi

berprestasi memiliki fungsi pula sebagai berikut:

1) Pendorong siswa untuk bertingkah laku, menggerakkan siswa

untuk melakukan perbuatan sesuai dengan prestasi yang hendak

diraih.

2) Menentukan arah perbuatan siswa dalam belajar, sehingga

mencapai prestasi yang maksimal.

3) Menyeleksi perilaku siswa sebagai dasar terwujudnya prestasi

yang baik.

Sardiman (2012: 85-86) mengemukakan bahwa motivasi

dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.

Intensitas motivasi siswa akan sangat menentukan tingkat

pencapaian prestasi belajarnya. Adanya fungsi-fungsi motivasi

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

38

berprestasi tersebut, maka untuk mencapai prestasi yang maksimal

bagi siswa dibutuhkan dorongan yang kuat dari diri sendiri maupun

lingkungan sekitar yang turut mendukungnya.

c. Macam-Macam Motivasi Berprestasi

Sesuai dengan pembagiannya, motivasi dibagi menjadi dua

macam (Syah, 2005: 151-152) yaitu:

1) Motivasi intrinsik yaitu hal dan keadaan yang berasal dari dalam

diri siswa yang dapat mendorong siswa untuk belajar dan

berprestasi. Misalnya perasaan menyenangi materi dan

kebutuhannya terhadap materi yang dipelajari.

2) Motivasi ekstrinsik yaitu dorongan yang berasal dari luar diri

siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Seperti adanya pujian,

penghargaan, hadiah, dari orang lain yang dapat mendorong

siswa untuk terus belajar.

Berhubungan dengan motivasi dan kepribadian, terdapat

empat macam motif yang berperan terhadap kepribadian seseorang

(Sukmadinata, 2004: 70), yaitu:

1) Motivasi berprestasi (need of achievement) merupakan motif

untuk berkompetisi baik dengan dirinya atau dengan orang lain

dalam mencapai prestasi yang tinggi.

2) Motif berkuasa (need for power) merupakan motif untuk

mencari dan memiliki kekuasaan, serta pengaruh terhadap orang

lain.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

39

3) Motif membentuk ikatan (need for affiliation) merupakan motif

untuk mengikatkan diri terhadap suatu kelompok, membentuk

keluarga, organisasi, maupun persahabatan.

4) Motif takut terhadap kegagalan (fear of failure) merupakan

motif untuk menghindarkan diri dari kegagalan.

Adapun menurut Slameto (2010: 26) motif keberhasilan atau

motivasi berprestasi (achievement motivation) terdiri dari tiga

komponen:

1) Dorongan Kognitif

Kebutuhan untuk mengetahui, untuk mengerti, dan untuk

memecahkan masalah yang timbul di dalam proses interaksi

antara siswa dengan tugas atau masalah.

2) Harga Diri

Mengerjakan sesuatu hanya untuk mencari pengakuan

orang lain.

3) Kebutuhan berafiliasi

Kebutuhan berafiliasi erat kaitannya dengan harga diri.

Senang bila orang lain menunjukkan pembenaran terhadap

dirinya sehingga giat belajar.

Macam-macam motivasi tersebut mengambarkan bahwa

motivasi yang ada pada seseorang tidak hanya dalam aspek belajar.

Melainkan juga meliputi berbagai aspek kehidupan. Seperti

dorongan untuk meraih kekuasaan dalam sebuah sistem, maupun

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

40

dorongan untuk mewujudkan sebuah kelompok guna kelangsungan

hidup seseorang. Adapun motivasi berprestasi, sebagai salah satu

macam motivasi menyebutkan bahwa terdapat dorongan baik dari

dalam maupun dari luar diri seseorang untuk mencapai hasil yang

maksimal sesuai tujuan yang hendak dicapai.

d. Ciri-Ciri Motivasi Berprestasi

Menurut Sardiman (2012:83) terdapat beberapa ciri-ciri

motivasi berprestasi diantaranya:

1) Tekun menghadapi tugas.

2) Ulet menghadapi kesulitan, tidak mudah puas dengan prestasi

yang telah didapatkan.

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.

6) Dapat mempertahankan pendapatnya.

7) Teguh pendirian.

8) Senang mencari dan memecahkan masalah.

Adapun menurut Asnawi (2007) dalam Pratiwi (2010: 30)

mengemukakan beberapa ciri motivasi, diantaranya:

1) Mengambil tanggung jawab pribadi terhadap perbuatan yang

dilakukannya.

2) Mencari umpan balik terhadap perbuatan yang dilakukannya.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

41

3) Memilih resiko yang akan diterima sesuai dengan aktivitas yang

dilakukannya.

4) Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara yang baru secara

kreatif.

Setiap siswa yang memiliki keinginan untuk berprestasi akan

berusaha keras untuk mencapainya. Beberapa ciri motivasi

berprestasi tersebut dapat menjadi acuan dalam mengukur sebebapa

besar dorongan yang ada pada setiap siswa untuk mencapai prestasi

yang maksimal. Sehingga dengan adanya ciri-ciri tersebut dapat

diketahui seberapa besar motivasi setiap siswa.

4. Hubungan Aktivitas Berorganisasi dengan Prestasi Belajar

Aktivitas berorganisasi merupakan salah satu faktor eksternal

yang berhubungan dengan prestasi belajar. Sehingga, aktivitas

berorganisasi mempunyai kaitan erat dengan prestasi belajar. Slameto

(2010: 70) mengemukakan kegiatan siswa dalam bermasyarakat dapat

memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadiannya.

Namun, apabila siswa berpartisipasi pada bagian yang terlalu banyak

seperti berorganisasi, keagamaan, kegiatan sosial, dan lain sebagainya,

maka belajar akan terganggu.

Aktivitas berorganisasi juga melibatkan orang lain sebagai teman

kerja dalam berorganisasi dan juga teman dalam belajar serta bergaul.

Syah (2005: 153) mengemukakan bahwa segala bentuk lingkungan sosial

yang ada, memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar siswa, salah

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

42

satunya yaitu pergaulan dengan teman-teman sebaya kaitannya terhadap

interaksi antar anggota organisasi. Slameto (2010: 71) menambahkan

bahwa teman bergaul memberi pengaruh terhadap diri siswa, baik

pengaruh positif maupun negatif. Sehingga, berdasarkan teori-teori

tersebut dapat disimpulkan bahwa teman bergaul dalam lingkungan

organisasi juga memiliki pengaruh terhadap baik buruknya prestasi

belajar yang siswa raih.

Teori-teori tersebut dikuatkan dengan penelitian Kumalasari yang

berjudul “Perbedaan Prestasi Belajar Berdasarkan Tingkat Aktivitas

dalam Organisasi Ekstrakurikuler pada Mahasiswa Program Studi Div.

Kebidanan Fakultas Kedokteran” Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hasil analisis statiatik dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa

terdapat perbedaan prestasi belajar pada mahasiswa yang aktif dalam

organisasi ekstrakurikuler lebih baik dibanding prestasi belajar

mahasiswa yang tidak tidak aktif dalam organisasi ekstrakurikuler.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas

berorganisasi memberi dampak positif terhadap pencapaian prestasi

belajar. Aktivitas berorganisasi yang juga berkaitan dengan interaksi

terhadap sesama anggota organisasi.

5. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar

Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor internal yang

berkaitan dengan prestasi belajar. Sehingga, antara motivasi dengan

prestasi saling berkaitan. Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan,

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

43

motif, dan tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar

(Soemanto, 2003: 121). Motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu

motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Adapun menurut Syah (2005: 152)

menyebutkan bahwa “dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang

lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik”. Alasannya yaitu

karena motivasi intrinsik lebih murni bersumber dari dalam diri siswa

dan dapat bertahan lama serta tidak bergantung pada dorongan orang

lain. Adapun dorongan untuk mencapai prestasi dan meraih pengetahuan

jauh lebih lama bertahan dibandingkan dengan dorongan untuk meraih

penghargaan dari orang lain seperti hadiah, pujian dan lain sebagainya.

Motivasi memiliki dua fungsi (Sukmadinata, 2004: 62-63) yaitu

pertama mengarahkan dan kedua mengaktifkan dan meningkatkan

kegiatan. Contoh fungsi motivasi untuk mengarahkan yaitu ketika siswa

memiliki keinginan dan tujuan untuk mencapai prestasi yang maksimal,

maka motivasi memiliki fungsi mengarahkan untuk mendekati tujuan

tersebut begitu pula sebaliknya. Contoh fungsi motivasi kedua untuk

mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan yaitu ketika siswa memiliki

dorongan besar dan kuat untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka

siswa akan berusaha dengan sungguh-sungguh, terarah, dan penuh

semangat, sehingga kemungkinan untuk dapat berhasil lebih besar.

Teori-teori tersebut dikuatkan dengan penelitian yang berkaitan

dengan hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar

yaitu penelitian dari Firmansyah dengan judul “Hubungan Motivasi

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

44

Berprestasi Siswa dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani”. Hasil dari

penelitian tersebut mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar atau hasil

belajar siswa. Semakin tinggi motivasi berprestasi maka semakin tinggi

pula hasil belajar yang diperoleh. Berdasarkan jurnal tersebut, diperoleh

kesimpulan bahwa hasil penelitian mengenai hubungan antara motivasi

berprestasi dengan presatsi belajar memiliki hubungan yang signifikan.

6. Kerangka Berfikir

Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh seorang siswa

setelah menempuh suatu proses panjang dalam pembelajaran di kelas.

Biasanya, untuk melihat hingga sebatas mana seorang siswa mencapai

prestasi dalam belajarnya, dapat dilihat pada nilai-nilai yang tertera pada

rapor. Hasil yang tertera dalam rapor tersebut dapat digunakan sebagai

tolok ukur pendidik terhadap kemampuan kognitif, afektif, maupun

psikomotor siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dalam

jangka waktu tertentu. Ketiga aspek tersebut merupakan aspek terpenting

yang harus diasah untuk mewujudkan prestasi belajar siswa yang

maksimal.

Namun dalam pencapaiannya, prestasi belajar tidak dapat berdiri

sendiri tanpa faktor yang menopangnya. Faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap pencapaian prestasi belajar terdiri dari dua macam, yaitu faktor

dari dalam diri siswa atau faktor internal, serta faktor dari luar diri siswa

atau faktor eksternal. Faktor internal siswa di antaranya motivasi atau

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

45

dorongan terhadap diri siswa untuk terus belajar dengan sungguh-

sungguh guna mencapai prestasi yang baik, bakat atau potensi yang ada

pada setiap siswa untuk dapat difasilitasi selama perkembangannya,

minat atau kecenderungan siswa terhadap proses kegiatan belajar

mengajar berlangsung, serta kecerdasan yang dimiliki siswa dalam

menerima maupun merespon rangsangan yang bersumber dari pendidik.

Adapun faktor eksternal yang dimaksud meliputi lingkungan sosial

maupun non sosial. Termasuk pula lingkungan keluarga, masyarakat,

teman bermain, serta warga sekolah tempat siswa belajar. Serta sarana

prasarana yang turut mendukung berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar siswa.

Ditinjau dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian

prestasi belajar siswa, motivasi berprestasi merupakan salah satu diantara

faktor internal siswa. Motivasi berprestasi merupakan dorongan yang

timbul dari dalam maupun luar diri siswa untuk meraih prestasi setinggi-

tingginya. Prestasi tersebut menempati posisi sebagai tujuan akhir yang

hendak siswa raih. Sehingga jelas bahwa motivasi berprestasi

berhubungan dengan pencapaian prestasi belajar siswa dalam kegiatan

belajar mengajar.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, terdapat pula faktor eksternal

yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Salah satu diantaranya

yaitu aktivitas berorganisasi. Alasan aktivitas berorganisasi menjadi salah

satu faktor yang berpengaruh karena berorganisasi merupakan suatu

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

46

wujud aktivitas yang terjadi di lingkungan sosial siswa, yaitu antara

siswa dengan siswa lain. Adapun yang dimaksud dengan aktivitas

berorganisasi yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh dua orang atau

lebih dalam sebuah kumpulan yang memiliki tata aturan baku serta

bekerja secara objektif untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga,

aktivitas berorganisasi memiliki hubungan terhadap tercapainya prestasi

belajar siswa.

Oleh karena itu, berdasarkan teori-teori tersebut dapat disimpulkan

bahwa jika aktivitas berorganisasi tinggi, maka prestasi belajar tinggi,

jika motivasi berprestasi tinggi, maka prestasi belajar tinggi, dan jika

aktivitas berorganisasi dan motivasi berprestasi tinggi, maka prestasi

belajar tinggi. Teori-teori tersebut menarik minat peneliti untuk

mengadakan penelitian yang berhubungan dengan prestasi belajar,

aktivitas berorganisasi serta motivasi berprestasi siswa. Penelitian

tentang hubungan antara aktivitas berorganisasi dengan prestasi belajar

siswa. Penelitian tentang hubungan antara motivasi berprestasi dengan

prestasi belajar siswa. Serta hubungan antara ketiga variable tersebut,

yaitu hubungan antara aktivitas berorganisasi dan motivasi berprestasi

dengan prestasi belajar siswa.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

47

Gambar 1

Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen

r1

r3 R

r2

Untuk mencari hubungan X1 dengan Y dan X2 dengan Y menggunakan

teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dan X2 secara

bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.

7. Hipotesis

Menurut Wiriaatmadja (2010: 87) “Hipotesis lazim digunakan

dalam penelitian-penelitian yang bertradisi kuantitatif dengan pola pikir

deduktif-verivikatif”. Creswell (1994) dalam Wiriaatmadja (2010: 87)

menyarankan untuk “mengajukan pertanyaan penelitian dalam bentuk

pertanyaan besar yang disebut a grand tour question atau a guiding

hypothesis dan pertanyaan kecil atau khusus yang disebut subquestion”.

Elliott (1991) dalam Wiriraatmadja (2010: 87) “menggunakan hipotesis

dengan istilah hipotesis diagnostik (diagnostic hypothese) untuk

mengidentifikasi dan mendiagnosis permasalahan yang timbul pada

waktu proses inkuiri atau penelitian sedang berlangsung”.

X1

X2

Y

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

48

Berdasarkan kerangka berfikir yaitu “jika aktivitas berorganisasi

dan motivasi berprestasi tinggi, maka prestasi belajar tinggi”, maka

diperoleh hipotesis alternative dan hipotesis nol sebagai berikut:

Ha1: ada hubungan yang positif dan signifikan antara aktivitas

berorganisasi dengan prestasi belajar santri Madrasah Aliyah

Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan.

Ha2: ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi

berprestasi dengan prestasi belajar santri Madrasah Aliyah

Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan.

Ha3: ada hubungan yang positif dan signifikan antara aktivitas

berorganisasi dengan motivasi berprestasi santri Madrasah

Aliyah Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan.

Ha4: ada hubungan yang positif dan signifikan antara aktivitas

berorganisasi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar

santri Madrasah Aliyah Pesantren Islam Modern al-Iman

Muntilan.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional

yang menekankan pada hubungan fenomena-fenomena objektif dan

dikaji secara kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan angka-

angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

49

(Sukmadinata, 2012: 53). Penelitian kuantitatif korelasional terdiri atas

perumusan masalah, menyusun model, mendapatkan data, mencari

solusi, menguji solusi, menganalisis hasil, dan mengimplementasikan

hasil (Kuncoro, 2001: 2). Penelitian kuantitatif korelasional digunakan

untuk meneliti hubungan pada suatu populasi maupun sampel tertentu.

Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data

bersifat statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang ada (Sugiyono,

2013: 8). Sehingga pendekatan kuantitatif korelasional menitik beratkan

pada pengolahan data secara nomerik atau angka dan hitung-hitungan

yang kemudian dilakukan analisis terhadap data yang telah diperoleh.

2. Konsep dan Variabel Penelitian

a. Identifikasi Variabel

Jenis metode pada penelitian ini adalah penelitian korelasi

ganda. “Inti dari analisis korelasi adalah mengukur kekuatan

hubungan antar variabel, tanpa menunjukkan adanya hubungan

sebab-akibat” (Kuncoro, 2001:15). Menurut Sugiyono (2013: 231-

232) korelasi ganda (multiple correlation) merupakan “angka yang

menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel

independen secara bersama-sama atau lebih dengan satu variabel

dependen”. Menurut Kerlinger (1973) dalam Sugiyono (2013: 3)

menyatakan bahwa variabel adalah “sifat yang akan dipelajari”.

Menurut Sugiyono (2013: 38) yang dimaksud dengan variabel

adalah segala sesuatu yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

50

oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sehingga

variabel merupakan segala sesuatu yang akan diteliti sebagai objek

penelitian dan dipelajari oleh seorang peneliti.

Konsep yang akan dilaksanakan pada penelitian ini adalah

dengan menghubungkan antara dua variabel independen dengan satu

variabel dependen. Adapun pada penelitian ini, variabel yang akan

dihubungkan yaitu antara aktivitas berorganisasi dan motivasi

berprestasi dengan prestasi belajar. Aktivitas berorganisasi sebagai

variabel independen X1 dan motivasi berprestasi sebagai variabel

independen X2 serta prestasi belajar sebagai sebagai variabel

dependen Y.

b. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel Penelitian

1) Definisi konseptual pada penelitian yaitu:

a) Prestasi belajar yaitu hasil yang telah dicapai oleh siswa

dalam belajar (Azwar, 2013: 13).

b) Beroganisasi yaitu berkumpulnya orang-orang yang bekerja

sama secara sadar dan sengaja untuk mencapai tujuan

tertentu (Thoha (2007) dalam Kumalasari (2011: 44).

Aktivitas yaitu berbuat untuk mengubah tingkah laku

menjadi melakukan suatu kegiatan tertentu (Sardiman,

2012: 95).

c) Motivasi berprestasi (need of achievement) yaitu untuk

berkompetisi baik dengan dirinya atau dengan orang lain

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

51

dalam mencapai prestasi yang tinggi (Sukmadinata, 2004:

70).

2) Definisi Operasional pada penelitian ini meliputi:

a) Prestasi belajar yaitu hasil yang diperoleh santri Madrasah

Aliyah Pesantren Modern Islam al-Iman setelah menempuh

proses pembelajaran, adapun bentuk hasil yang diperoleh

berupa nilai-nilai hasil para siswa menempuh ujian tengah

semester maupun ujian akhir semester.

b) Aktivitas berorganisasi pada Organisasi Santri Pesantren

Islam al-Iman yaitu kegiatan yang dikoordinatori oleh

seluruh santri kelas XI serta diikuti oleh seluruh santri

Madrasah Aliyah dengan tata aturan yang telah ditetapkan

serta berjalan bersama-sama untuk merealisasikan tujuan

OSPIA.

c) Motivasi berprestasi pada santri tersebut merupakan

dorongan yang timbul dari dalam maupun luar diri santri

untuk meraih prestasi setinggi-tingginya baik pada prestasi

belajar di sekolah maupun pesantren.

3. Populasi dan Sampel

Menurut Kuncoro (2001: 22) “populasi adalah suatu himpunan

unit (biasanya orang, objek, transaksi, atau kejadian) dimana peneliti

tertarik untuk mempelajarinya”. Menurut Sugiyono (2013: 80)

mengemukakan bahwa populasi bukan hanya tediri dari orang saja,

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

52

namun juga objek dan benda-benda alam lainnya pula. Populasi bukan

hanya sekedar jumlah yang ada pada objek yang akan diteliti, melainkan

meliputi seluruh karakteristik yang ada. Sehingga dapat disimpulakan

bahwa populasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan objek

penelitian, baik berupa orang, maupun aspek pendukung lain dalam

lingkungannya. Sedangkan “bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi” biasa disebut dengan sampel (Sugiyono, 2013:

62). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri Madrasah Aliyah

Pesantren Islam Modern al-Iman Muntilan berjumlah 60 santri. Adapun

sampel penelitian diperoleh dengan teknik sampling jenuh. Teknik

sampling jenuh merupakan “teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel” (Sugiyono, 2013: 68).

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif sehingga

dalam pengumpulan data menggunakan beberapa metode yang berkaitan

dengan pengumpulan data secara kuantitatif, meliputi:

a. Metode Observasi

Observasi merupakan proses yang kompleks, “suatu proses

yang tersusun dari proses biologis dan psikologis. Dua di antaranya

yang terpenting, yaitu proses pengamatan dan ingatan” (Arikunto

dan Jabar, 2010: 114). Menurut Sukmadinata (2012: 220)

mengemukakan bahwa observasi merupakan “suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

53

kegiatan yang sedang berlangsung”. Adapun observasi yang penulis

gunakan pada penelitian ini yaitu dengan observasi nonpartisipatif.

Dalam observasi nonpartisipatif ini, pengamat tidak ikut serta dalam

kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat hanya berperan

mengamati kegiatan, tanpa turut serta dalam kegiatan (Sukmadinata,

2012: 220). Sehingga penulis tidak turut serta dalam kegiatan santri

sebagai objek penelitian. Penulis hanya mengamati aktivitas santri

tersebut.

Menurut Sukmadinata (2012: 221) dalam metode observasi

memerlukan adanya pedoman observasi. Adapun dalam penelitian

kuantitatif, pedoman observasi dibuat secara lebih rinci. Terkait

dengan pedoman observasi dalam penelitian kuntitatif minimal

terdapat dua bentuk atau format pedoman observasi menurut

Sukmadinata, antara lain:

Pertama berisi butir-butir pokok kegiatan yang akan diobservasi.

Dalam pelaksanaan pencatatan observasi, pengamat membuat

deskripsi singkat berkenaan dengan perilaku yang diamati.

Kedua berisi butir-butir kegiatan yang mungkin diperlihatkan

oleh individu-individu yang diamati. (2012: 221)

Dari penjelasan tersebut, sehingga sebelum melaksanakan

observasi penulis harus membuat pedoman observasi terlebih

dahulu. Pedoman observasi dibuat untuk memudahkan penulis dalam

melaksanakan observasi terhadap sampel penelitian yang telah

ditentukan.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

54

b. Metode Angket/Kuisioner

Angket atau kuesioner merupakan “suatu teknik atau cara

pengumpulan data secara tidak langsung” (Sukmadinata, 2012: 219).

Menurut Arikunto dan Jabar (2010: 116) “metode angket

mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report”.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis angket tertutup.

Dalam angket tertutup “pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah

memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh

responden (Sukmadinata, 2012: 219). Angket ini dibagikan kepada

seluruh santri Madrasah Aliyah Pesantren Islam Modern al-Iman

Muntilan karena pada penelitian ini menggunakan teknik sampling

jenuh dengan jumlah sebanyak 60 santri.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi atau studi dokumenter merupakan “suatu teknik

pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-

dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik”

(Sukmadinata, 2012: 221). Menghimpun berbagai data yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti dari aktifitas keorganisasian

santri serta prestasi belajarnya.

5. Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarati sejauhmana

ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur dalam

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

55

melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 3012: 173). Sugiyono (2013: 348)

mengatakan “hasil penelitian yang valid apabila terdapat kesamaan

antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada objek yang diteliti”. Sehingga, untuk memperoleh ketepatan dan

kecermatan instrumen pengukur diperlukan adanya uji coba instrumen

yang dimaksudkan agar data yang dihasilkan merupakan data yang

valid dan baik.

Uji coba instrumen yaitu kepada siswa kelas XI dan XII

Madrasah Aliyah Pesantren Islam al-Iman berjumlah 36 santri. Alasan

uji coba dilaksanakan pada objek tersebut karena pengalaman aktivitas

keorganisasian sangat sesuai dengan objek penelitian sesungguhnya

pada penelitian ini. Adapun uji coba instrumen ini dilakukan berulang-

kali hingga dapat menghasilkan instrumen yang valid sesuai dengan

standar yang telah ditentukan.

Penyusunan instrumen didasarkan pada indikator-indikator

yang diperoleh dari kajian teori yang ada. Pada variabel aktivitas

berorganisasi, indikator penelitian didasarkan pada pendapat Sardiman

(2012: 100) yang mengelompokkan aktivitas menjadi beberapa

kategori sebagai berikut:

1) Visual Activities

2) Oral Activities

3) Listening Activities

4) Motor Activities

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

56

5) Mental Activities

6) Emotional Activities

Sedangkan motivasi berprestasi didasarkan pada pendapat Syah

(2005: 151-152) yang mengelompokkan motivasi menjadi dua

macam, yaitu:

1) Motivasi intrinsik

2) Motivasi ekstrinsik

Pada penelitian ini angket yang digunakan menggunakan skala

Likert. Skala Likert merupakan alat ukur yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, maupun persepsi kelompok berkaitan

dengan fenomena sosial yang terjadi (Sugiyono, 2013: 93). Sedangkan

bentuk dari skala Likert yang diterapkan yaitu dengan menggunakan

bentuk checklist dengan ketentuan responden memberikan jawaban

terhadap pernyataan yang ada dengan memberi tanda (√) sesuai

dengan kolom yang tersedia.

Berikut hasil validitas masing-masing variabel pada validitas

instrumen terakhir yang dilakukan, yaitu kepada 60 responden dengan

26 item pernyataan tentang aktivitas berorganisasi dan 20 item

pernyataan tentang motivasi berprestasi. Pada angket terdapat tiga

pilihan jawaban yaitu setuju, ragu-ragu, dan tidak setuju. Penilaian

terhadap jawaban masing-masing responden meliputi jawaban

tertinggi memperoleh skor 3 dan yang terendah memperoleh skor 1.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

57

Berikut pengelompokan instrumen dan hasil validitas aktivitas

berorganisasi.

Tabel 1.1

Pengelompokan Instrumen Aktivitas Berorganisasi

NO INDIKATOR

ITEM

POSITIF

ITEM

NEGATIF

JUMLAH

ITEM

1. Visual Activities 1, 12 2, 18 4

2. Oral Activities 5, 11, 26 20, 23 5

3. Listening Activities 17, 24 3, 10 4

4. Motor Activities 9, 16, 21,

22

15 5

5. Mental Activities 4, 8, 25 13 4

6. Emotional Activities 7, 14, 19 6 4

Jumlah 17 9 26

Seluruh instrumen aktivitas berorganisasi berdasarkan tabel di

atas telah memenuhi standar validitas. Validitas pada instrumen ini

dilakukan dengan menggunakan analisis program SPSS versi 16.0.

Adapun hasil dari validitas sebagai berikut:

Tabel 1.2

Hasil Validitas Aktivitas Berorganisasi

No. Soal r Tabel Hasil Keterangan

1. 0,254 0,399 Valid

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

58

2. 0,254 0,303 Valid

3. 0,254 0,565 Valid

4. 0,254 0,680 Valid

5. 0,254 0,499 Valid

6. 0,254 0,637 Valid

7. 0,254 0,569 Valid

8. 0,254 0,742 Valid

9. 0,254 0,589 Valid

10. 0,254 0,773 Valid

11. 0,254 0,580 Valid

12. 0,254 0,271 Valid

13. 0,254 0,718 Valid

14. 0,254 0,714 Valid

15. 0,254 0,766 Valid

16. 0,254 0,701 Valid

17. 0,254 0,662 Valid

18. 0,254 0,443 Valid

19. 0,254 0,269 Valid

20. 0,254 0,326 Valid

21. 0,254 0,702 Valid

22. 0,254 0,368 Valid

23. 0,254 0,543 Valid

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

59

24. 0,254 0,434 Valid

25. 0,254 0,462 Valid

26. 0,254 0,326 Valid

Berdasarkan hasil validitas terhadap instrumen variabel

aktivitas berorganisasi tersebut, dapat dinyatakan bahwa seluruh

instrumen penelitian telah memenuhi validitas dengan ketentuan hasil

hitung sebanyak 26 butir item lebih besar dari r tabel sebesar 0,254

yang diperoleh dari tabel product moment. Sehingga, dengan hasil

yang menyatakan bahwa seluruh item valid, kemudian dapat

digunakan pada perhitungan selanjutnya. Adapun berikut

pengelompokan instrumen dan validitas pada variabel motivasi

berprestasi, yaitu:

Tabel 2.1

Pengelompokan Instrumen Motivasi Berprestasi

NO INDIKATOR

ITEM

POSITIF

ITEM

NEGATIF

JUMLAH

ITEM

1. Motivasi Intrinsik 1, 2, 8, 11,

14, 15, 19

6, 9, 12,

13,

11

2. Motivasi Ekstrinsik 4, 5, 7, 10,

16, 18,

3, 17, 20 9

Jumlah 13 7 20

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

60

Terhadap seluruh instrumen pada variabel motivasi berprestasi

juga dilakukan validitas sebagaimana validitas pada variabel aktivitas

berorganisasi. Berdasarkan hasil hitung dengan bantuan program SPSS

versi 16.0 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2.2

Hasil Validitas Motivasi Berprestasi

No. Soal r Tabel Hasil Keterangan

1. 0,254 0,323 Valid

2. 0,254 0,416 Valid

3. 0,254 0,356 Valid

4. 0,254 0,330 Valid

5. 0,254 0,330 Valid

6. 0,254 0,435 Valid

7. 0,254 0,421 Valid

8. 0,254 0,455 Valid

9. 0,254 0,401 Valid

10. 0,254 0,481 Valid

11. 0,254 0,411 Valid

12. 0,254 0,348 Valid

13. 0,254 0,642 Valid

14. 0,254 0,533 Valid

15. 0,254 0,557 Valid

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

61

16. 0,254 0,528 Valid

17. 0,254 0,538 Valid

18. 0,254 0,267 Valid

19. 0,254 0,444 Valid

20. 0,254 0,500 Valid

Hasil yang diperoleh dari validitas terhadap instrumen motivasi

berprestasi menyatakan bahwa seluruh instrumen valid, dengan

ketetapan r hitung > r tabel sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada

variabel aktivitas berorganisasi. Berdasarkan hasil validitas tersebut,

diperoleh hasil 20 butir item pernyataan dari variabel motivasi

berprestasi dinyatakan valid. Sehingga semua item dapat digunakan

dalam perhitungan statistik selanjutnya.

b. Reliabilitas

Instrumen yang reliabel berarti “instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama” (Sugiyono, 2013: 248). Dalam menentukan

reliabilitas, menggunakan sebuah rumus yang dikenal dengan mana

rumus alpha yaitu:

𝐫𝟏𝟏 = 𝐧

𝐧 − 𝟏 𝟏 −

∑𝐒𝐢𝟐

𝐒𝐭𝟐

Keterangan:

ri = Koefisien reliabilitas instrumen

n = jumlah responden

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

62

1 = bilangan konstan

∑Si2 = Jumlah varian dari tiap butir instrumen

St2

= Varian total

Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien

reliabilitas (ri) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:

1) Apabila ri sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti

instrumen yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah

memiliki reliabilitas yang tinggi ( = reliable).

2) Apabila ri lebih kecil daripada 0,70 maka instrumen yang sedang

diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang

tinggi ( = un-reliable) (Sudijono, 2011: 209).

Sesuai dengan analisis yang dilakukan dengan menggunakan program

SPSS versi 16.0 diperoleh hasil reliabilitas terhadap instrumen

penelitian aktivitas berorganisasi sebagai berikut:

Tabel 3.1

Reliabilitas Aktivitas Berorganisasi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.897 26

Berdasarkan reliabilitas terhadap instrumen variabel aktivitas

berorganisasi tersebut, diperoleh hasil hitung dengan menggunakan

program SPSS versi 16.0 sebesar 0,897. Hasil tersebut dapat dilihat

dari kolom Cronbach’s Alpha. Sesuai dengan patokan dalam

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

63

menentukan reliabilitas instrumen, hasil 0,855 > 0,70. Sehingga

instrumen aktivitas berorganisasi dinyatakan telah memiliki

reliabilitas yang tinggi (reliable). Adapun reliabilitas terhadap

instrumen motivasi berorganisasi sebagai berikut:

Tabel 3.2

Reliabilitas Motivasi Berprestasi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.762 20

Berdasarkan hasil hitung program SPSS versi 16.0 tersebut, pada

kolom cronbach’s alpha diperoleh nilai sebesar 0,762 > 0,70 dari

patokan penentuan reliabilitas instrumen penelitian. Sehingga, dapat

disimpulkan bahwa seluruh instrumen yang digunakan pada variabel

motivasi berprestasi dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi

(reliable).

6. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari responden serta

sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2013: 147). Kegiatan dalam

analisis data antara lain:

a. Mengelompokkan data berdasarkan variabel.

b. Mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden.

c. Menyajikan data tiap variabel yang diteliti.

d. Melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

64

e. Melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu

dengan menggunakan analisis statistik Inferensial parametris. Statistik

inferensial merupakan statistik yang digunakan untuk membuat

kesimpulan yang bersifat general. Dalam menganalisis data terhadap

tingkat aktivitas berorganisasi, motivasi berprestasi serta prestasi belajar

santri Madrasah Aliyah dengan menentukan interval setiap kelasnya,

dengan rumus sebagai berikut:

𝐈 = 𝐑

𝐊

Keterangan:

I : Interval Kelas (Golongan)

R : Nilai Maksimum – Nilai Minimum + 1

K : Jumlah Kelas

Pengujian hipotesis pada analisis statistik inferensial yaitu dengan

hipotesis asosiatif. Sedangkan statistik parametris digunakan untuk

menganalisis data berupa interval maupun rasio. Hipotesis asosiatif

menurut Sugiyono (2013: 224) merupakan “dugaan tentang adanya

hubungan antar variabel dalam populasi yang akan diuji melalui

hubungan antar variabel dalam sampel yang diambil dari populasi

tersebut”. Adapun data dari ketiga variabel berbentuk interval atau ratio,

maka menggunakan teknik statistik korelasi Ganda. Korelasi ganda

merupakan “hubungan secara bersama-sama antar X1, X2, dan X3 dengan

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

65

Y” (Sugiyono, 2013: 233). Tahapan yang harus ditempuh dalam analisis

data parametris dengan uji hipotesis asosiatif yaitu:

a. Mentabulasi data hasil penelitian.

b. Uji asumsi klasik sebagai syarat yang harus dipenuhi dalam analisis

korelasi Pearson, yang di dalamnya terdapat tiga jenis uji data,

diantaranya:

1) Uji normalitas data untuk menguji data yang diperoleh

berdistribusi normal mupun tidak.

2) Uji linearitas untuk mencari sifat hubungan linear antar variabel.

3) Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan yang terjadi antara variabel independen (Widarjono,

2010: 75).

c. Pengujian hipotesis

1) Hipotesis asosiatif no. 1, 2, dan 3 diuji dengan teknik korelasi

Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut:

𝐫𝐱�𝒚 = 𝐍∑𝐗𝐘 − ∑𝐗 (∑𝐘)

{𝐍∑𝐗𝟐 − (∑𝐗)𝟐}{𝐍 ∑𝐘𝟐 − (∑𝐘)𝟐}

Adapun cara untuk menguji signifikansi hubungan dengan

rumus uji signifikansi korelasi product moment yaitu:

𝒕 = 𝒓 𝒏 − 𝟐

𝟏 − 𝒓𝟐

Setelah diperoleh hasil t hitung, maka selanjutnya dibandingkan

dengan t tabel. Cara lain yang dapat ditempuh pada uji

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

66

signifikansi korelasi product moment yaitu dengan

membandingkan hasil korelasi dengan tabel r product moment.

2) Hipotesis asosiatif no. 4 diuji dengan teknik korelasi ganda

dengan rumus:

�𝐑𝐲.𝐱𝟏𝐱𝟐 = 𝐫𝐲𝐱𝟏

𝟐+ �𝐫𝐲𝐱𝟐𝟐 − 𝟐𝐫𝐲𝐱𝟏 𝐫𝐲𝐱𝟐𝐫𝐱𝟏𝐱𝟐

�𝟏− 𝐫𝐱𝟏𝐱𝟐𝟐

Ry.x1x2 = korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-

sama dengan variabel Y.

ryx1 = korelasi product moment antara X1 dengan Y

ryx2 = korelasi product moment antara X2 dengan Y

rx1x2 = korelasi product moment antara X1 dengan X2

Pengujian signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda yaitu

dengan rumus uji F yaitu:

𝐅𝐡 = 𝐑𝟐/ 𝐤

𝟏 − 𝐑𝟐 / (𝐧 − 𝐤 − 𝟏)

Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah anggota sampel

untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi

terdapat tabel pedomen untuk memberikan interprestasi

koefisien korelasi (Sugiyono, 2013: 184), yaitu:

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

67

Tabel 4

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

H. Sistematika Pembahasan

Dalam upaya mempermudah pembahasan, maka penulis membagi

pokok pembahasan menjadi beberapa bab. Adapun sistematika pembahasan

sebagai berikut:

Bab pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka teori yang memuat uraian kerangka teori relevan dan terkait dengan

tema skripsi serta kerangka berfikir dan hipotesis penelitian, metode penelitian

yang berkaitan dengan pendekatan, konsep dan variabel, populasi dan sampel,

teknik pengumpulan data, validitas-reliabilitas, dan analisis data penelitian

serta sistematika pembahasan.

Bab kedua, berisi gambaran umum lokasi penelitian.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangthesis.umy.ac.id/datapublik/t31798.pdfsebagai tolok ukur pencapaian akhir tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Menurut Azwar (2012: 13)

68

Bab ketiga, hasil dan pembahasan, klasifikasi bahasan disesuaikan

dengan pendekatan, sifat penelitian, rumusan masalah atau fokus penelitian

serta pembahasan terhadap hasil penelitian.

Bab keempat, penutup berisi kesimpulan, saran-saran atau

rekomendasi. Kesimpulan menyajikan secara ringkas seluruh penemuan

penelitian yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Saran

dirumuskan berdasarkan hasil penelitian.