bab i pendahuluan a. latar...

37
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia periklanan di Indonesia saat ini cukup berkembang pesat. Banyaknya biro-biro iklan yang muncul ikut menggambarkan perkembangan tersebut. Beraneka ragam produk dan merek disampaikan mengandalkan berbagai jenis iklan. Selain kualitas sebuah produk, iklan menjadi sangat penting dan menjadi ukuran nilai sebuah merek tertentu. Sebab pada saat ini bukan hanya produk dan harga saja yang diandalkan untuk memasarkan sebuah produk, namun sebuah komunikasi terhadap khalayak menjadi salah satu hal penting dalam upaya menarik minat atau mencari nilai dari sebuah merek produk. Sebagai salah satu bentuk dari komunikasi pemasaran, iklan merupakan salah satu cara bagaimana informasi dan pesan produk dari merek tertentu dapat disampaikan kepada konsumen. Banyak sekali jenis iklan yang digunakan sebagai cara penyampaian sebuah pesan dan informasi produk. Tentu saja hal ini disesuaikan dengan khalayak sasaran dan juga media yang nantinya bisa dijangkau. Sehingga sebuah iklan bisa dikatakan efektif karena dapat menimbulkan sebuah efek yang diinginkan produsen. Selama ini iklan televisi telah mengalami kejayaannya. Perusahaan- perusahaan mengandalkan media televisi sebagai media beriklan mereka. Lebih dari setengah anggaran belanja iklan mereka digunakan untuk iklan televisi. Namun sekarang iklan televisi telah kehilangan efektifitasnya, dikarenakan semakin banyaknya suguhan iklan, semakin banyaknya saluran, semakin mudahnya konsumen mengganti saluran, dan semakin berkurangnya jam menonton televisi oleh kelompok masyarakat tertentu. Akibatnya, pemasar harus memikirkan cara lain untuk menarik perhatian konsumen (Kotler, 2006: 120).

Upload: vuongquynh

Post on 21-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia periklanan di Indonesia saat ini cukup berkembang pesat. Banyaknya

biro-biro iklan yang muncul ikut menggambarkan perkembangan tersebut.

Beraneka ragam produk dan merek disampaikan mengandalkan berbagai jenis

iklan. Selain kualitas sebuah produk, iklan menjadi sangat penting dan menjadi

ukuran nilai sebuah merek tertentu. Sebab pada saat ini bukan hanya produk dan

harga saja yang diandalkan untuk memasarkan sebuah produk, namun sebuah

komunikasi terhadap khalayak menjadi salah satu hal penting dalam upaya

menarik minat atau mencari nilai dari sebuah merek produk.

Sebagai salah satu bentuk dari komunikasi pemasaran, iklan merupakan salah

satu cara bagaimana informasi dan pesan produk dari merek tertentu dapat

disampaikan kepada konsumen. Banyak sekali jenis iklan yang digunakan sebagai

cara penyampaian sebuah pesan dan informasi produk. Tentu saja hal ini

disesuaikan dengan khalayak sasaran dan juga media yang nantinya bisa

dijangkau. Sehingga sebuah iklan bisa dikatakan efektif karena dapat

menimbulkan sebuah efek yang diinginkan produsen.

Selama ini iklan televisi telah mengalami kejayaannya. Perusahaan-

perusahaan mengandalkan media televisi sebagai media beriklan mereka. Lebih

dari setengah anggaran belanja iklan mereka digunakan untuk iklan televisi.

Namun sekarang iklan televisi telah kehilangan efektifitasnya, dikarenakan

semakin banyaknya suguhan iklan, semakin banyaknya saluran, semakin

mudahnya konsumen mengganti saluran, dan semakin berkurangnya jam

menonton televisi oleh kelompok masyarakat tertentu. Akibatnya, pemasar harus

memikirkan cara lain untuk menarik perhatian konsumen (Kotler, 2006: 120).

2

Survei yang dilakukan LOWE Indonesia1, pada bulan November-Desember

2004 menyebutkan bahwa 53,7% pemirsa televisi di Indonesia merasa jenuh saat

melihat iklan di TV sehingga mereka menggunakan waktu jeda iklan untuk

melakukan aktivitas lain dan sebagian menanti salurannya (Bisnis Indonesia:

2005)

Maka dari itu, iklan yang simpel dan brilian saja tidak cukup. Pengiklan juga

harus melirik medium-medium lain dalam mengkomunikasikan pesan-pesan

produk maupun mereknya, dan tidak hanya bergantung pada media-media

tradisional seperti televisi. Saat ini komunikasi pemasaran sudah mulai

berkembang. Hal itu kemudian sampai pada adanya berbagai macam bentuk

medium komunikasi pemasaran alternatif. Agen periklanan yang kreatif dan

berkualitas sangat diperlukan untuk membuat promosi iklan yang kreatif. Salah

satu produk kreatif orang-orang periklanan tersebut adalah dengan memanfaatkan

rumah atau bangunan sebagai media promosi mereka.

Saat ini para operator seluler saling menggencarkan komunikasi pemasaran

bisnis mereka melalui periklanan di berbagai media. Dilansir oleh beberapa

sumber bahwa total belanja iklan yang dikeluarkan oleh pemain di industri ini

sangatlah besar. Sektor telekomunikasi menjadi penyumbang belanja iklan di

Indonesia sepanjang 2012 di semua kategori media, berdasarkan riset Nielsen

Holding NV (Nielsen).2 Secara total sektor telekomunikasi menyumbangkan Rp

4,9 triliun pada iklan di Indonesia.

1 LOWE Indonesia adalah creative agency bertaraf Internasional dan telah berkiprah selama 25

tahun dengan perwakilannya banyak tersebar di seluruh dunia. 2 Nielsen adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang informasi global serta media dan

berfokus pada suatu penelitian dan melakukan suatu riset dalam memberikan suatu informasi

tentang pemasaran dan konsumen, televisi, serta melakukan riset terhadap media yang lainnya,

seperti riset terhadap bisnis publikasi, trade show dan riset terhadap dunia online untuk diskusi

lebih lanjut dapat di akses di http://www.nielsen.com/us/en/insights/press-room/2012/nielsen-

announces-pricing-of-secondary-common-stock-offering.html/

3

Sumber: Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, 2010

Gambar 1. 1 Perkembangan Pertumbuhan Pelanggan Tiga Operator

Seluler Terbesar di Indonesia

PT XL Axiata tercatat merupakan salah satu diantara 2 pemain besar yang

terus-menerus melakukan perang iklan di berbagai media. Dalam tabel diatas

terlihat bahwa pada tiga tahun terakhir, tiga operator seluler yaitu Telkomsel,

Indosat, dan XL Axiata masih menjadi operator dengan pangsa pasar terbanyak di

Indonesia.

Semakin banyaknya jumlah operator seluler di Indonesia membuat persaingan

antar operator menjadi semakin ketat, hal ini membuat angka pertumbuhan

pelanggan tiga operator seluler terbesar di Indonesia dalam tiga tahun terakhir

semakin meningkat kecuali Indosat dan XL Axiata yang mengalami naik turun.

Indosat dan XL saling bersaing untuk berada di posisi kedua sebagai penyedia

jasa layanan selular terbesar setelah Telkomsel. Berbagai strategi komunikasi

pemasaran terpadu dilakukan PT XL Axiata dalam usaha menarik perhatian dan

loyalitas konsumen. Aktifitas komunikasi perusahaan itu hingga akhirnya sampai

pada promosi yang berbentuk iklan media luar ruang3. Beberapa cara dilakukan

3 Media luar ruang adalah media iklan biasanya berukuran besar yang dipasang di tempat-tempat

terbuka seperti di pinggir jalan, di pusat keramaian, atau tempat-tempat khusus lainnya, seperti di

dalam bis kota, gedung, pagar tembok, dan sebagainya (Sigit Santosa, 2009:168)

4

dengan mencoba memanfaatkan media ruang luar dengan cara sekreatif dan

seunik mungkin. Salah satu caranya adalah dengan wallpainting4.

PT XL Axiata memanfaatkan wallpainting sebagai salah satu media

komunikasi pemasaran mereka. Berdasarkan pengamatan peneliti, dibanding

Telkomsel dan Indosat, XL lebih banyak menggunakan media ini dalam media

komunikasi pemasaran mereka. Di berbagai sisi kota maupun pinggir kota dapat

kita temui dengan mudah wallpainting tersebut. Seperti contohnya, di kota

Yogyakarta ini dapat dengan mudah kita jumpai mural iklan provider khususnya

wallpainting provider XL. Di Yogyakarta seperti halnya juga di kota lain,

fenomena beriklan melalui media wallpainting telah banyak dijumpai.

Memanfaatkan momentum dan julukan yang melekat erat bahwa Jogja dikenal

sebagai kota mural, sejak tahun 2005 pihak rokok seperti A-Mild mulai beriklan

melalui mural di dinding jembatan layang. Belum lagi perusahaan telekomunikasi

seperti Telkom Flexi dan Indosat juga bersaing memanfaatkan momentum di

Jogja perihal mural. Tentu saja hal ini meningkatkan nilai perekonomian daerah

setempat. Namun bila dirunut ke belakang, produk sabun cuci, seperti Omo Biru,

So Klin dan Rinso sudah lebih dulu memanfaatkan dinding masyarakat untuk

dipakai sebagai media iklan melalui mural. Dari sini diketahui bahwa Yogyakarta

merupakan daerah dimana pelopor munculnya iklan-iklan wallpainting.

Pada dasarnya, wallpainting sering kita temui di tembok-tembok bangunan

hingga di tiang-tiang penyangga jembatan. Dinding yang dipakai biasanya dinding

yang menghadap ke jalan raya, padat kendaraan dan rumah yang berlantai dua.

Untuk menarik perhatian konsumen, iklan dinding ini sering disampaikan dalam

bentuk gambar, logo, rangkaian kata-kata jingle, maupun warna dengan tujuan

membangkitkan kebutuhan konsumen dan menanamkan citra pada konsumen.

Saat ini media wallpainting menjadi salah satu media beriklan yang patut

diperhitungkan mengingat murah dan mudahnya pembuatan. Khususnya di

Yogyakarta sebagai pelopor mural, para pemasar mulai melihat adanya peluang

4 Wallpainting adalah istilah yang biasa digunakan oleh praktisi marketing communication di

Indonesia untuk dinding yang dicoret-coret. Dimana, wallpainting sebenarnya adalah mural. Mural

didefinisikan sebagai cara menggambar atau melukis di atas permukaan dinding, tembok atau

permukaan luas yang bersifat permanen lainnya (Adi Kusrianto, 2010: 19).

5

penggunaan wallpainting sebagai media beriklan. Seperti halnya adalah CV

Komunika Mitra Pratama yaitu salah satu authorized dealer yang menangani

pemasaran dan distribusi dari XL. Sejak tahun 2007 PT XL Axiata bekerjasama

dengan CV Komunika Mitra Pratama untuk mengembangkan media wallpainting

sebagai bagian dari komunikasi pemasaran mereka. Iklan luar ruang ini dibuat

untuk menyampaikan pesan-pesan merek XL kepada konsumen.

Jika dilihat, penggunanan media wallpainting memang sangat menguntungkan

apalagi jika bangunan tersebut terletak di kawasan bisnis yang ramai.

Wallpainting menjadi sarana promosi yang sangat efektif juga efisien. Efektif

dikarenakan menggunakan ruang yang luas menutupi sisi bangunan, apalagi jika

bangungan tersebut bertingkat. Wallpainting juga mempunyai daya ingat yang

sangat kuat karena dekat dengan masyarakat. Selain efektif, wallpainting juga

efesien karena hanya perlu melakukan kerjasama kepada pemilik bangunan dan

biaya produksinya yang murah.

Di sisi lain, iklan wallpainting provider kurang menarik karena hanya tulisan

dan gambar terbatas yang disajikan, daya terpaan iklan dinding juga kurang luas

dibandingkan dengan iklan cetak maupun iklan televisi. Dari sini, penulis ingin

mencari tahu pengembangan pesan-pesan komunikasi pemasaran dalam iklan

outdoor khususnya wallpainting. Penelitian ini akan memaparkan proses

pengaturan dan pengelolaan pesan tentang produk atau merek yang ditanamkan

dalam sebuah iklan wallpainting XL. Bagaimana CV Komunika Mitra Pratama

sebagai eksekutor merancang pesan-pesan merek pada wallpainting agar tepat,

menarik, dan konsisten dengan kampanye pemasaran yang dijalankan. Ini

menjadi tantangan besar bagi PT XL Axiata Tbk dan CV Komunika Mitra

Pratama selaku pengembang wallpainting dalam usaha merengkuh konsumennya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengembangan wallpainting sebagai media komunikasi

pemasaran PT XL Axiata Tbk.?

6

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memaparkan praktek pengembangan wallpainting PT XL Axiata

Tbk melalui tiga tahap yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi.

2. Untuk menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi praktek

pengembangan wallpainting tersebut.

3. Untuk mendeskripsikan proses pengaturan pesan-pesan merek dalam

wallpainting XL.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur penelitian

khususnya pengunanaan wallpainting sebagai salah satu media

komunikasi pemasaran.

2. Dapat memberikan gambaran kelebihan dan kekurangan dalam kampanye

pengembangan wallpainting PT XL Axiata Tbk.

3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan masukan

atau saran dan juga sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen

perusahaan guna lebih menciptakan iklan wallpainting yang efektif dan

efesien sehingga nantinya dapat sebagai wacana dalam menentukan

strategi komunikasi pemasaran perusahaan lebih lanjut.

E. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah wallpainting yang dirancang oleh PT XL Axiata

Tbk dan CV Komunika Mitra Pratama sebagai salah authorized dealer XL yang

bertempat di Yogyakarta. Penelitian ini akan dilakukan di PT XL Axiata Tbk

yang beralamat di Graha XL Jalan Mega Kuningan Lot. E4-7 No. 1, Kawasan

Mega Kuningan, Jakarta dan CV Komunika Mitra Pratama yang beralamat di

Jalan Bantul Km. 8,5, Karang Gede, Sewon, Bantul.

7

F. Kerangka Pemikiran

a. Perubahan Paradigma Media Komunikasi Pemasaran

Media lini atas (above the line) khususnya televisi merupakan media yang

selama ini menjadi media utama beriklan. Perusahaan-perusahaan biasanya lebih

memilih beriklan di media televisi dibanding media lainnya. Hal ini diperkuat data

AC Nielsen dan Media Scene tahun 2006 (Supriyanto, 2008: 23) televisi masih

mendominasi perolehan iklan sekitar 60%, sisanya diperebutkan media iklan

lainnya.

Seiring dengan kemajuan jaman serta majunya teknologi, kini televisi semakin

variatif dengan jumlah saluran yang tidak sedikit. Dengan jumlah saluran televisi

yang terus bertambah, orang menjadi lebih sering berganti saluran (Kotler, 2006:

120). Hal ini memberikan imbas pada tingkat efektifitas iklan di televisi menjadi

semakin menurun.

Dengan semakin melemahnya efektifitas iklan di media massa, masalah baru

pun timbul yaitu bagaimana cara yang efektif untuk menarik perhatian konsumen

pada suatu produk. Karena beriklan melalui media televisi sudah dirasakan tidak

efektif lagi, maka produsen dan biro iklan mencari alternatif cara yang efektif

dalam mempromosikan produk mereka.

Belch dan Greg (2002) dalam bukunya Advertising & Promotion: An

Integrated Marketing Communications Perspective juga mengungkapkan:

The tremendous growth in the number of product integrations is just one of

the trends (albeit a major one) that is altering the media landscape.Given the

increasing concern with consumers’ abilties to avoid advertising, advertisers

have turned to other ways to get their messages in front of prospectives

buyers. The results of this is increased attention to getting exposure, which, in

turn, has led to significant changes in the media industry. Over the past few

years there has been significant growth in the use of support media---both

traditional and new media forms. In many ways, the consumers’ effort to

avoid commercial exposure may have had an opposite effect, as it seems ads

now appear in many places not previously home to such messages.

Mengingat semakin bertambahnya kemampuan konsumen untuk menghindari

iklan, pengiklan telah beralih ke cara lain untuk mendapatkan perhatian mereka di

depan calon pembeli. Selama beberapa tahun terakhir telah terjadi pertumbuhan

8

yang signifikan dalam penggunaan support media (media pendukung)5 ke dalam

bentuk media tradisional dan bentuk media baru lainnya. Upaya konsumen untuk

menghindari paparan komersial malah memiliki efek yang sebaliknya, karena

iklan sekarang muncul di tempat-tempat umum dan tidak dapat dihindari oleh

konsumen.

Salah satu media pendukung yang sekarang banyak dilirik dan dimaksimalkan

fungsinya oleh perusahaan-perusahaan besar adalah media luar ruang. King &

Russell (2009) mengungkapkan bahwa:

“Penggunaan periklanan luar ruang oleh pengiklan besar semakin meningkat,

industri itu mengalami pertumbuhan dengan harga yang hanya dilampaui

periklanan televisi dan internet.”

Pada dasarnya media luar ruang adalah media iklan (biasanya berukuran

besar) yang dipasang di tempat-tempat terbuka seperti di pinggir jalan, di pusat

keramaian, atau tempat-tempat khusus lainnya, seperti di dalam bis kota, gedung,

pagar tembok, dan sebagainya. Jenis-jenis media luar ruang meliputi billboard,

baliho, poster, spanduk, umbul-umbul, transit (panel bis), balon raksasa, dan lain-

lain (Fandy Tjiptono, 1997: 153).

Iklan media luar ruang yang populer digunakan adalah billboard. Billboard

memiliki ukuran yang paling besar dibandingkan dengan iklan luar ruang lainnya,

sehingga billboard memiliki tingkat keterbacaan paling tinggi. Namun, harga

billboard yang tergolong mahal, masih menjadi alasan bagi perusahaan untuk

mencoba media luar ruang baru, misalnya seperti mural. Walaupun memiliki

karakteristik hampir sama dengan billboard, media wallpainting masih jauh lebih

murah dan lebih praktis dibanding billboard. Setelah menjadi terkenal, mural

akhirnya dilirik oleh perusahaan-perusahaan sebagai media baru untuk beriklan

dengan istilah wallpainting.

Secara umum fungsi media luar ruang adalah sebagai pendukung dari

kampanye periklanan di media elektronik dan media cetak. Pesan-pesannya

disampaikan sebagai reminder (pengingat) kembali bagi konsumen. Media luar

5 Support media adalah media non tradisional yang digunakan untuk mendukung dan memperkuat

pesan di media tradisional.

9

ruang adalah media pengingat yang efektif bagi khalayak sebelum memutuskan

sebuah pembelian. Karena itu, identifikasi pesan produk dalam media luar ruang

adalah sangat penting. Media luar ruang sangat bermanfaat untuk pesan-pesan

pemerekan (branding). Juga memberi rujukan yang efektif pada identifikasi

produk dan kemasannya, sebelum khalayak memutuskan pembelian. Walaupun

demikian, ada beberapa produk yang menjadikan media luar ruang sebagai media

utama. Nampaknya, media ini memang memiliki daya pikat yang besar. Iklan

outdoor mempunyai sifat yang unzappable dan unavoidable.6 Pada

perkembangannya, media luar ruang memiliki potensi kreatif yang lebih leluasa

dibandingkan dengan media-media iklan lainnya. Bahkan pengembangan

kreatifitas iklan media luar seperti tidak ada batasnya.

b. Mengenal Wallpainting sebagai Media Komunikasi Pemasaran

Dalam memasarkan produknya, perusahaan memerlukan suatu komunikasi

dengan para konsumen, karena dengan adanya komunikasi maka konsumen dapat

mengetahui produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Komunikasi yang berasal

dari perusahaan terjadi dalam bentuk promosi dan segala komunikasi

pemasarannya artinya perusahaan tersebut berusaha mengkomunikasikan produk

perusahaannya kepada masyarakat luas.

Promosi merupakan salah satu cara perusahaan melakukan komunikasi

melalui pesan-pesan yang didesain untuk menstimulasi terjadinya kesadaran

(awareness), ketertarikan (interest), dan berakhir dengan tindakan pembelian

(puchase) yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan.

Perusahaan biasanya menggunakan iklan, promosi penjualan, pengerahan tenaga-

tenaga penjualan, dan public relations sebagai alat penyampaian pesan-pesan

tersebut dengan tujuan untuk dapat menarik perhatian dan minat masyarakat

(Kotler, 2003:22).

Belch dan Belch (2007) mendefinisikan periklanan merupakan salah satu dari

promosi yang paling dikenal dan paling sering didiskusikan. Beberapa alasan

6 Unzappable berarti tidak dapat diganti salurannya seperti saluran dalam televisi dan unavoidable

berarti tidak dapat dihindari.

10

kenapa periklanan menjadi penting sekali bagi pemasar, yaitu periklanan

merupakan promosi yang paling efektif secara biaya dalam rangka

kemampuannya menjangkau masyarakat yang sangat luas sekali.

Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotional mix) dan bauran

promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana

iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan

kepada masyarakat lewat suatu media. Namun demikian, untuk membedakannya

dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya

membeli, seperti yang dikatakan oleh Frank Jefkins (1982: 111), “advertising

aims to persuade people to buy”.

Periklanan juga merupakan alat yang cukup ampuh dalam membentuk brand

perusahaan dan brand equity, dimana periklanan merupakan cara yang kuat untuk

menyediakan informasi yang baik kepada konsumen sehingga mempengaruhi

persepsi mereka.

Brand secara umum dapat dipahami sebagai sarana untuk membedakan

barang dari satu produsen dengan barang dari produsen lainnya. Lebih spesifik

lagi, American Marketing Association mendeskripsikan, “brand is a name, term,

sign, symbol, or design, or a combination of them intendedto identity the goods

and services of one seller and to differentiate them from those competition.7

Namun demikian, brand bukanlah sekedar embel-embel aksesoris yang

memamerkan desain simbol dan logo atau brand elements belaka, seperti

diungkapkan Larry Light, “Brand stand for something and are much more than

simply trademarks or logos. A brand is a promise to the costumer.8 Menurut

Light, brand elements hanyalah sebagai alat untuk menunjukkan kepada

konsumen inti dari brand itu sendiri, yaitu tentang identitas sebuah brand, serta

janji-janji tentang kualitas dan tanggung jawab perusahaan di balik brand

tersebut. Oleh karena itu, brand berbeda dengan produk, Keller menegaskan

7 Keller, Kevin Lane. 2006. Marketting Management 12 th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Hal. 2 8 Larry Light. 1999. What High-Tech Managers Need to Know about Brands. Dalam Harvard

Business Review, Juli-Agustus. Hal. 85

11

perbedaan antara brand dengan produk yang ditekankan pada penambahan

dimensi dan nilai pada produk9. Produk merupakan segala hal yang dapat

ditawarkan kepada pasar untuk dikonsumsi dan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen serta mendatangkan keuntungan bagi

produsen. Brand sama dengan produk, namun telah ditambahkan dimensi lain

yang dapat membedakannya dengan produk lain yang diproduksi untuk

memenuhi kebutuhan yang sama. Dimensi yang membedakan tersebut dapat

bersifat fisik, atau dapat pula lebih bersifat simbolis dan emosional. Dimensi fisik

biasanya berhubungan dengan performa produk, sedangkan dimensi simbolis

biasanya berhubungan dengan representasi brand tersebut.

Melalui komunikasi pemasaran, konsumen dapat diberitahu atau ditunjuk

bagaimana dan mengapa sebuah produk digunakan, oleh orang seperti apa, di

mana, serta kapan; konsumen dapat belajar tentang siapa yang membuat produk

dan apa yang dipertahankan perusahaan dan merek; dan konsumen dapat

diberikan satu insentif atau imbalan untuk percobaan atau penggunaan.

Komunikasi pemasaran memungkinkan perusahaan menghubungkan merek-

merek mereka dengan orang lain, tempat, acara khusus, pengalaman merek,

perasaan, dan barang. Pada akhirnya, komunikasi pemasaran dapat berkontribusi

pada ekuitas merek dengan membangun merek dalam ingatan dan menciptakan

citra merek.

Wallpainting adalah istilah yang biasa digunakan oleh praktisi marketing

communication di Indonesia untuk dinding yang dicoret-coret. Dimana,

wallpainting sebenarnya adalah mural. Mural adalah kegiatan seni rupa yang

menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan

kalimat tertentu di atas dinding. Sehingga media kuas tidak lagi hanya melekat

ada kertas atau kanvas. Namun, permukaan dinding juga telah menjadi media

lukis. Mural menggunakan media cat tembok atau cat kayu bahkan pewarna

apapun juga, seperti kapur tulis atau alat lain yang dapat menghasilkan gambar.

Mural pada dasarnya berasal dari kata „murus‟, kata dari Bahasa Latin

yang memiliki arti dinding. Dalam pengertian kontemporer, mural adalah lukisan

9 Keller, Op. Cit., hal. 4

12

berukuran besar yang dibuat pada dinding (interior ataupun eksterior), langit-

langit, atau bidang datar lainnya.

Mural merupakan salah satu bentuk komunikasi lain pada masyarakat,

karena inti dari komunikasi adalah proses penyampaian pesan melalui media

tertentu. Mural menggunakan gambar yang beraneka rupa, motif, warna maupun

komposisi, sebagai media untuk menyampaikan pesan bagi orang yang

melihatnya. Pesan dilihat sebgai susunan tanda-tanda dimana melalui interaksi

dengan penerima akan menghasilkan suatu makna. Mural sebagai salah satu

bentuk kesenian dapat menjadi media efektif pesan. Mural menggunakan ruang

publik yaitu tembok-tembok yang ada di pusat kota. Mural tampil dengan seribu

warna yang tampil mencolok di antara gedung-gedung atau bangunan lain,

sehingga dapat mencuri perhatian orang yang lalu lalang untuk melihatnya.

Mural-mural sebenarnya sudah ada sejak jaman prasejarah. Pada awalnya

digunakan sebagai alat untuk menceritakan kegiatan mereka atau digunakan

sebagai alat untuk mencatat dan bercerita. Sedangkan mural sekarang lebih luas

tujuannya, mulai dari sekedar seni, untuk memperindah, menunjukkan sikap

perlawanan terhadap kekuasaan, untuk mengenang suatu kejadian, untuk

mengiklankan suatu produk, untuk vandalisme atau bahkan untuk mengurangi

vandalisme.

“You have learned that there are endless examples of wall art used in

different places, times, and cultures. Each example of wall art is unique.

People have used mural as a way to communicate, to protest, to beautify,

to advertise, to practice religion, to vandalize, to establish teritory, to

educate, to remember, but most importantly to share. Mural are a

powerfull form of public art and communication.”10

Mural dapat dengan mudah diakses oleh siapa saja, sehingga pesan akan

lebih mudah berinteraksi dengan penerimanya. Dan dengan visualisasinya yang

berwarna-warni dan tampil mencolok diantara gedung-gedung atau bangunan lain,

akan mudah menarik perhatian dan akan mudah diingat oleh orang yang lalu

lalang untuk melihatnya.

10

http://www. Homebase8.net/webquest8/Communication_Arts/Murals/

13

Mural sama halnya dengan billboard tentu memiliki karakteristik dasar

media luar ruang yang membedakannya dengan media periklanan lainnya. Seperti

yang dituturkan oleh Frank Jefkins (Sugeng Supriyanto, 2008: 25), karakteristik

iklan luar ruang mencakup :

1. Ukuran dan dominasi

Ukuran iklan outdoor pada umumnya cukup besar, maka iklan ini mampu

mendominasi pemandangan dan mudah menarik perhatian.

2. Warna dan gambar

Kebanyakan iklan outdoor dihiasi dengan aneka warna dengan gambar

visual yang realistis sehingga memudahkan khalayak untuk mengingat produk

yang diwakilinya.

3. Pesan-pesan singkat

Karena dimaksudkan untuk menarik perhatian orang-orang yang sedang

bergerak dan mungkin saja dilihat dari kejauhan, maka pesan-pesan yang tertulis

biasanya terbatas pada slogan singkat dan dicetak besar-besar serta mencolok.

4. Zoning

Penempatan iklan outdoor secara strategis dapat menciptakan suatu

kampanye iklan yang dangat ekonomis.

5. Efek mencolok

Karakteristik yang paling penting adalah kemampuan iklan outdoor dalam

menciptakan kesan atau memori pemirsa melalui penebalan, warna, ukuran dan

pengulangan. Efek-efek dalam iklan luar ruang:

a. Tata cahaya. Pencahayaan yang paling atraktif menimbulkan minat orang

terhadap pesan dalam media ini.

b. Lampu latar. Beberapa pengiklan melakukan eksperimen dengan holografi

yang dapat memproyeksikan efek tiga dimensi dari suatu panel.

c. Bentuk. Perlu eksperimen dalam memecahkan keterikatan pada sudut-sudut

segi empat yang membuat penampilan media ini menjadi kaku.

d. Inflatables. Menggunakan benda-benda yang digantungkan dan ditampilkan

pada papan reklame sehingga efek tiga dimensi lebih terasa.

14

e. Gerakan. Panel-panel yang bergerak secara dinamis, disebut kinetik board,

digunakan untuk menyajikan pesan-pesan yang berbeda-beda. Posisi media

yang yang berputar atau berubah sesuai dengan bergesernya khalayak

sasaran yang lalu lalang di jalan raya, memungkinkan audiens dalam

menerima pesan secara utuh, atau bahkan iklan yang berbeda-beda pada satu

media.

Sejak beberapa tahun terakhir ini, mural banyak dilirik oleh banyak

perusahaan sebagai media komunikasi pemasaran mereka. Salah satu provider

yang gencar-gencarnya melakukan iklan dengan mural ini adalah XL. Di berbagai

sisi sudut kota hingga tepi kota dapat kita temui dengan mudah mural iklan

dinding tersebut. Biasanya wallpainting ini di cat pada tembok-tembok toko

counter (penyedia) pulsa yang menyediakan produk XL. Tapi tak hanya di

tembok-tembok toko kios pulsa saja, wallpainting ini mengepung kita di sudut-

sudut bangunan yang strategis. Bangunan-bangunan yang dekat dengan jalan raya

yang ramai padat oleh lalu lalang kendaraan.

Gambar 1. 2 Fenomena Wallpainting

15

c. Pengembangan Iklan Luar Ruang

Pemasaran modern memerlukan lebih daripada sekedar mengembangkan

produk yang lebih baik, menetapkan harga yang menarik, dan membuatnya dapat

terjangkau. Perusahaan-perusahaan juga harus selalu berkomunikasi dengan

pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat umum. Bagi sebagian besar

perusahaan, pertanyaannya bukanlah apakah berkomunikasi, melainkan apa yang

harus disampaikan, kepada siapa, dan seberapa sering. Namun, komunikasi

semakin lama menjadi semakin sulit ketika semakin banyak perusahaan berteriak

untuk menarik perhatian konsumen yang malah semakin terbagi. Untuk

menjangkau pasar sasaran dan membangun ekuitas merek, pemasar holistik

semakin kreatif memanfaatkan banyak bentuk komunikasi.

Bentuk komunikasi tersebut akhirnya sampai pada iklan luar ruang

(outdoor). Pada tahun 1990-an periklanan dengan bilboard mencapai booming.

Pengiklan-pengiklan besar mulai memproduksi billboard secara masal untuk

pasar nasional. Mulai dari pasta gigi, makanan instant, hingga minuman ringan,

menggunakan billboard sebagai media iklan dengan menampilkan gambar dan

foto yang besar.

Setelah kedatangan teknologi digital, billboard yang dicat dengan tangan

diganti dengan teknologi komputer. Selanjutnya, periklanan outdoor pun

berkembang. Selain billboard, bentuknya dapat berupa poster, periklanan transit,

mobile panel, premiere panel, display di tempat pembelanjaan, periklanan kios,

tulisan di udara, balon-balon raksasa, T-shirt yang dipenuhi logo-logo dan

sebagainya. Satu hal yang sama dari iklan-iklan tersebut, yaitu dapat dilihat oleh

konsumen di luar rumah mereka. Itulah sebabnya disebut iklan luar rumah

(Outdoor/Out of Home Advertising). Menurut Outdoor Advertising Association of

America (OAAA), iklan luar ruang dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu

billboard, street furniture, transit, dan alternative media (M Suyanto, 2006: 2).

1. Billboard

Billboard merupakan periklanan outdoor paling utama. Billboard

dirancang dengan tujuan memperkenalkan nama merek. Billboard biasanya

16

terpampang di jalan raya yang lalu lintasnya ramai. Billboard meliputi bulletin,

spectacular display, wall mural, vinyl/wripped poster, 30-sheet poster dan 8-sheet

poster.

2. Street furniture

Periklanan outdoor lainnya adalah street furniture. Iklan street furniture

meliputi bus shelter, urban furniture, kiosk, convenience stored dan shopping

mall, stasiun bis, stasiun kereta api maupun bandara.

3. Transit

Iklan transit dapat berupa iklan di bus, mobil, taksi, kereta api, subway,

truk, bandara dan dililitkan pada kendaraan.

4. Alternative Media

Periklanan outdoor dapat pula berupa alternative media, misalnya tulisan

di udara, arena, dan stadion, kapal laut, kampus, resort dan leisure, interior place-

based, exterior place-based, digital media dan gedung bioskop.

Pada dasarnya, periklanan luar ruang adalah media iklan yang mampu

meraih audiens di mana pun mereka tinggal, bekerja dan bermain. Jenis promosi

outdoor merupakan media yang tidak terikat pada tempat. Media outdoor tidak

seperti promosi di TV, radio yang dapat dimatikan atau dihidupkan kembali

sesuka hati para peminatnya. Media ini bahkan mengontrol pasar dengan

kelebihannya yang selalu terpampang 24 jam di lokasinya.

Media penyampai pesan memegang peranan penting dalam proses

komunikasi. Tanpa media, pesan tidak akan sampai pada kelompok audiens yang

diinginkan. Oleh karena itu, pemilihan media yang tepat akan sangat menentukan

apakah pesan yang ingin disampaikan pada kelompok sasaran akan sampai atau

tidak (Sutisna, 2003: 283). Untuk memilih media yang tepat tentunya harus

melewati beberapa tahap dari keputusan periklanan.

Pengambilan keputusan periklanan tersebut merupakan proses yang terdiri

dari penetapan tujuan, keputusan tentang anggaran, keputusan pesan, penetapan

media dan evaluasi mengenai kampanye. Pemasangan iklan harus menyusun

sasaran yang jelas sesuai dengan tujuan iklan, yakni untuk memberi informasi,

17

persuasi, mengingatkan para pembeli, menambah nilai atau membantu usaha

promosi lainnya. Anggaran iklan bisa ditetapkan berdasarkan pada beberapa yang

bisa dibelanjakan, pada presentase anggaran penjualan, anggaran para pesaing,

tujuan dan fungsi iklan, atau pada model keputusan lain yang lebih rumit.

Keputusan pesan melewati tahap pencarian, evaluasi, seleksi, dan baru

pelaksanaan yang efektif. Keputusan media didahului dengan perumusan tujuan,

jangkauan11

, media khusus, dan penjadwalan media. Akhirnya evaluasi kampanye

iklan terdiri dari evaluasi komunikasi dan pengaruh iklan terhadap penjualan,

sebelum, selama, dan sesudah iklan dilancarkan.

Pada saat tujuan pembelian iklan outdoor ditentukan, pengiklan memulai

pekerjaannya untuk mengeksekusi kampanye. Menurut Russel, Lane (1999) iklan

outdoor terdiri dari tiga kombinasi yaitu:

1. Designing

Dengan kondisi audiens yang bergerak, gambar dan tulisan dari iklan outdoor

harus dapat dibaca sekurang-kurangnya dari jarak 500 meter. Ukurannya yang

besar dan warnanya mencolok adalah kelebihan yang harus dimanfaatkan secara

maksimal oleh tim kreatif. Para perancang iklan outdoor harus memperhatikan

aspek-aspek berikut:

a. Copy

Iklan outdoor terdiri dari headline, biasanya tidak lebih dari 7 kata. Tidak

seperti halnya tulisan di iklan tradisional, dalam iklan outdoor tidak ada

pengembangan tema dan perluasan kata. Kalimat yang ringkas merupakan suatu

keharusan.

b. Warna

Warna adalah keuntungan utama yang dimiliki dari sebuah iklan outdoor.

Akan tetapi warna harus dipilih dengan hati-hati agar mudah dibaca. Perancang

iklan outdoor menggunakan warna-warna dengan kontras yang tinggi, antara hue

(merah, hijau, dll) dan value.

11

Jangkaun adalah persentase audiens sasaran yang diekspos sekurang-kurangnya satu kali dengan

pesan pemasang iklan selama jangka waktu tertentu.

18

c. Jenis Huruf

Tipe huruf dalam iklan outdoor harus simpel, jelas, dan mudah untuk dibaca.

Aturan mendasar dari jenis huruf iklan outdoor di antaranya adalah:

- Meminimalisir penggunaan huruf kapital

- Perhatikan spasi di antara huruf dan di antara kata

- Hindari penggunaan huruf terlalu tebal dan terlalu tipis

- Lebih baik gunakan tipe huruf yang simpel

Para peneliti menemukan bahwa iklan outdoor yang efektif mempunyai

beberapa aturan, yang paling penting diantaranya adalah: 1) Semakin jelas huruf

semakin mudah diingat, 2) semakin menarik atau semakin lucu pesannya, semakin

mudah diingat, 3) iklan yang mempunyai konsep berbeda lebih mempunyai

pengaruh (Thomas Lane, 1999: 341)

2. Buying

Dalam pembelian iklan luar ruang, iklan luar ruang mempunyai metode dan

terminologi yang berbeda dengan media lainnya. Iklan luar ruang akan dibeli atas

dasar GRP (gross rating points) atau jumlah publikasi. Adapun iklan televisi

adalah satu GRP sama dengan 1 persen dari populasi. Setiap publikasi biasanya

dibeli dalam satuan 50 atau 100.

Staf pembelian media melakukan negosiasi dengan perwakilan media

outdoor dalam upaya untuk mendapatkan kontrak yang efektif dari segi biaya dan

dapat memenuhi tujuan media. Media dengan harga termurah bukanlah faktor

terpenting dalam pembelian media; faktor terpenting adalah pengembalian

investasi yang dikeluarkan perusahaan yang hanya bisa dicapai jika media

bersangkutan dapat memberikan efek maksimal kepada audiens yang dituju.

3. Verifying

Tahapan akhir dari proses perencanaan untuk iklan outdoor adalah verifikasi

pembelian. Prosedur dari verifikasi meliputi faktor sebelum dan sesudah

pembelian. Pertimbangan yang paling penting dalam tahapan ini adalah sebagai

berikut:

a. Sirkulasi audit. Pengiklan nasional menyewa perusahaan audit yang

mengkhususkan diri dalam melakukan audit periklanan luar ruang di setiap pasar.

19

Verifikasi meyakinkan pengiklan bahwa post-ing sudah dilakukan dengan benar

dan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati.

b. Periksa cakupan pasar. Pengiklan harus meminta peta lokasi, dan meninjau

rute utama untuk menentukan arus lalu lintas di sepanjang lokasi iklan luar

ruangnya. Jika ada kelemahan dalam cakupan, pengiklan dapat bekerja dengan

dinas reklame untuk membuat penyesuaian-penyesuaian di lokasi iklan luar ruang.

c. Persiapan publikasi. Visibilitas dan pola lalu lintas berubah dari bulan ke

bulan karena pembangunan jalan, pembangunan gedung baru, pertumbuhan

vegetasi dari musim ke musim, dan beberapa faktor lainnya.

d. Publikasi. Setelah post-ing, review dari total posting pemasaran harus

dilakukan. Proses "naik papan" sangat penting untuk memastikan berapa jumlah

yang tepat untuk iklan outdoor yang harus dipublikasikan. Proses ini mirip dengan

pengajuan tearsheets dalam iklan cetak atau bentuk verifikasi dalam siaran.

e. Pemeliharaan dan membuat hubungan baik dengan pemangku kepentingan.

Beberapa kejadian tidak dapat dihindari dalam pemasangan iklan outdoor seperti

badai, pemadaman listrik, atau pemogokan. Pengiklan harus mengetahui

kebijakan kompensasi untuk setiap kerugian tersebut.

f. Laporan analisis setelah pembelian. Pada akhir publikasi, pengiklan harus

meminta laporan yang menyatakan tanggal yang sebenarnya publikasi, arus

sirkulasi, dll.

Dalam proses designing iklan luar ruang yang harus diperhatikan adalah

strategi perancangannya. Strategi merancang iklan outdoor adalah bercerita secara

visual. Ekspresi sebuah ide dapat mengejutkan orang-orang yang melihat iklan.

Strategi merancang iklan outdoor merupakan strategi komunikasi yang sangat

menantang, yang membutuhkan ekspresi dari sebuah konsep yang sangat jelas dan

cermat. Untuk mendapatkan konsep yang jelas dan cermat, M. Suyanto (2006)

dalam bukunya Strategi Perancangan Iklan Outdoor digunakan langkah-langkah

strategis sebagai berikut:

1. Strategi menetapkan audiens sasaran

2. Strategi menetapkan sasaran dan anggaran iklan outdoor

20

3. Strategi mencari keunggulan produk yang diiklankan

4. Strategi kreatif merancang iklan outdoor

5. Strategi merancang daya tarik pesan iklan outdoor

6. Strategi merancang gaya dalam mengeksekusi pesan iklan outdoor

7. Strategi merancang warna, kata, logo, simbol, dan format dalam iklan

outdoor.

Pemanfaatan iklan luar ruang sebagai media komunikasi pemasaran

merupakan sebuah langkah yang strategis. Beberapa karakteristik yang dimiliki

iklan luar ruang memberikan dampak yang lebih efektif dan efisien dalam

mengkomunikasikan pesan iklan. Iklan luar ruang dapat mengkomunikasikan

pesan kepada masyarakat yang beraneka ragam, semua bisa menjadi khalayak dari

iklan luar ruang. Selain itu, iklan media luar ruang juga memiliki waktu

pemasangan yang relatif lama dan ketahanannya juga terbilang lama, tahan

terhadap perubahan cuaca seperti hujan dan panas. Iklan luar ruang berkaitan erat

dengan relativitas peluang, khalayak, dan biaya. Oleh karena itu banyak pemasar

yang meramalkan bahwa iklan outdoor akan menjadi media pemasaran yang akan

terus berkembang dan bertumbuh dengan pesat.

d. Integrasi pesan-pesan merek dalam wallpainting

Iklan outdoor sangatlah mudah untuk kita jumpai. Khususnya wallpainting,

konsumen dapat menemukannya di dinding-dinding atau tiang-tiang penyangga

jembatan. Iklan outdoor adalah adalah media iklan yang mampu meraih audiens

di mana pun mereka hidup, bekerja dan bermain. Jenis promosi outdoor

merupakan media yang tidak terikat pada tempat. Ketika media ini diolah dengan

kreatifitas penuh, lambat laun akan menciptakan tampilan iklan yang selalu baru

dan belum pernah ada sebelumnya. Alat ini mampu menghentikan setiap orang

dari kesibukannya.

PT XL Axiata mencoba meraih awareness konsumen dengan

menggunakan media wallpainting. Iklan dinding tersebut sering disampaikan

dalam bentuk gambar, logo, rangkaian kata-kata jingle, maupun warna untuk

membangkitkan kebutuhan konsumen. Wallpainting tersebut dibuat untuk

21

membangun hubungan dan meningkatkan keterikatan dengan konsumen. PT XL

Axiata mencoba membangun sebuah kesadaran dalam pengenalan sebuah brand

dengan identitas visual yang sederhana, unik, mudah diingat dan gampang

dikenal, seperti pada wallpainting XL.

Selain dapat membangkitkan kebutuhan konsumen dan menanamkan citra

pada konsumen, wallpainting juga mampu meningkatkan ekuitas merek. Ekuitas

merek yang tinggi akan memengaruhi konsumennya dalam meningkatkan

loyalitasnya terhadap merek. Ketika loyalitas tersebut sudah dibangun dengan

baik, hal ini akan memungkinkan konsumen dalam melakukan keputusan

pembelian terhadap produk. Hal tersebut tentunya akan membantu pemasar dalam

meningkatkan keuntungan perusahaannya.

Dalam proses pengembangan ini, peneliti melihat wallpainting sebagai sebuah

media komunikasi pemasaran yang dapat mengirimkan pesan-pesan merek secara

persuasif dan menarik. Konsumen yang melihat iklan outdoor sebagian adalah

audiens bergerak, yaitu orang-orang yang sedang naik kendaraan atau berjalan

cepat dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Mobilitas tersebut

membatasi waktu yang digunakan konsumen untuk melihat pesan yang

disampaikan oleh iklan outdoor, yang mungkin hanya beberapa detik. Oleh karena

itu, sangat penting dibutuhkan strategi kreatif untuk merancang iklan outdoor

tersebut. Yang merupakan keunggulan utama dibandingkan dengan media lainnya

adalah tampilan iklan outdoor dipastikan dapat diserap dan dipertahankan dalam

waktu yang lama. Hal itu disebabkan oleh sifat dari iklan outdoor yaitu

mempunyai frekuensi12

yang tinggi untuk dilihat oleh konsumen.

Mural terdiri dari aspek-aspek visual. Aspek-aspek visual menekankan

pada unsur-unsur grafis yang terdiri dari copywright (teks), ilustrasi (gambar dan

foto) dan warna. Aspek visual lebih mengarah ke nilai estetika dari suatu iklan

untuk menarik seseorang membaca isi pesan dari iklan tersebut. Copywright (teks)

terdiri dari headline (judul), sub judul, naskah (bodycopy), logo dan kata penutup

(closing word). Headline mampu mengarahkan pemirsa untuk lebih jauh

12

Frekuensi adalah jumlah waktu rata-rata, dalam periode empat minggu di mana para anggota

audiens sasaran diekspos kepada sarana media yang termasuk dalam jadwal media tertentu.

22

mengetahui tentang isi pesan atau produk yang ada di dalamnya. Headline

hendaknya ekspresif, mempertegas kata-katanya yang singkat dan berfungsi untuk

mengkombinasikan watak sebuah tulisan. Subjudul merupakan kelanjutan

keterangan dari headline yang menjelaskan makna atau arti dari headline dan

umumnya lebih panjang dari judulnya.

Bodycopy adalah kalimat yang menerangkan lebih rinci tentang isi pesan

yang ingin disampaikan, berfungsi untuk mengarahkan pembaca dalam

mengambil sikap, berpikir dan bertindak lebih lanjut. Bodycopy yang kreatif dapat

menampilkan fakta-fakta, bagan, daya tarik dari hal yang menyenangkan atau

menggelisahkan (isu-isu strategis). Sangat penting untuk menyusun bodycopy

yang menarik, bersahabat dan meyakinkan. Logo adalah tanda pengenal yang

tetap dari perusahaan atau institusi atau sebuah produk yang dibuat secara singkat,

sederhana dan komunikatif menggunakan huruf dan gambar. Kata penutup

(closing word) adalah kalimat pendek yang jelas, singkat, jujur dan tegas, yang

biasanya bertujuan untuk mengarahkan pemirsa untuk membuat keputusan.

Ilustrasi merupakan unsur grafis yang sangat vital dan dapat disajikan

mulai dari goresan atau titik sederhana sampai dengan yang kompleks. Ilustrasi

berfungsi untuk menarik perhatian, merangsang minat pemirsa terhadap

keseluruhan pesan, memberikan penjelasan atas pernyataan, menonjolkan

keistimewaan dari produk, memenangkan persaingan, menciptakan suasana yang

khas, dramatisasi pesan, menonjolkan suatu merk atau semboyan dan mendukung

judul iklan. Ilustrasi dapat berupa gambar, foto, maupun grafis lainnya.

Sedangkan warna adalah hal pertama yang dilihat oleh seseorang. Warna

akan menimbulkan kesan untuk keseluruhan gambar/grafis. Warna merupakan

unsur terpenting dalam grafis karena dapat memberikan dampak psikologis

kepada orang yang melihatnya.

Dari keseluruhan unsur-unsur visual tersebut perlu adanya suatu cara

pengorganisasian untuk mencapai suatu kesatuan hubungan agar pesan iklan dapat

disampaikan secara efektif dan estetik. Sarana untuk menghubungkan unsur-unsur

tersebut agar tercapai suatu komposisi yang menyenangkan dan komunikatif

menurut Frank F. Jefkins (1982) dalam bukunya Introduction to Marketing

23

Advertising and Public Relation dapat dicapai dengan menggunakan pedoman

sebagai berikut :

1. The Law of Unity (kesatuan) adalah pengorganisasian yang membentuk

kesatuan di antara unsur-unsur grafis.

2. The Law of Variety (variasi) adalah penonjolan terhadap salah satu unsur

dari unsur lainnya agar tidak terkesan monoton.

3. The Law of Balance (keseimbangan) adalah unsur-unsur disusun secara

seimbang, serasi dan selaras atau pengertian lain jika bobot setiap elemen unsur-

unsur grafis setelah diorganisir menghasilkan kesan yang mantap.

4. The Law of Rhythm (ritme atau irama), irama perlu diperhatikan dalam

perancangan layout iklan sebab suatu irama diperlukan untuk mencapai kesatuan.

5. The Law of Harmony (harmonis) adalah keselarasan atau keserasian

hubungan antara unsur-unsur grafis yang memberikan kesan kenyaman dan

keindahan. Nilai harmoni dapat dicapai dengan repetisi (pengulangan bentuk)

unsur-unsur grafis baik itu bidang, garis, huruf, gambar, warna dan lainnya.

6. The Law of Proportion (proporsi) merupakan suatu perbandingan yang

menunjukkan hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, serta hubungan

antara unsur grafis dengan dimensi ruang.

7. The Law of Scale (kontras) adalah merupakan perpaduan antara warna

gelap dan terang, hitam dan putih, besar dan kecil dari unsur-unsur grafis dalam

suatu hubungan yang tidak seimbang.

Dengan memperhatikan aspek-aspek pendukung tersebut maka dapat

diharapkan pesan yang terkadung dalam iklan wallpainting dapat tersampaikan

pada kelompok sasaran dengan tepat dan wallpainting dapat memuat atau

membawa pesan-pesan penjualan dengan baik kepada para calon pembeli.

Wallpainting juga dapat dapat mencapai suatu hasil yang maksimal dari iklan

outdoor yaitu dalam meningkatkan citranya di lingkungan masyarakat serta

menjadi citra tersendiri terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh

perusahaan.

24

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep digunakan untuk menghubungkan suatu hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang diteliti.

Kerangka konsep digunakan untuk menghubungkan atau menjelaskan secara

panjang lebar tentang topik yang akan dibahas. Berikut ini kerangka konsep yang

digunakan untuk menggambarkan fenomena yang akan diteliti.

Kehadiran wallpainting dalam era pemasaran modern ini sangatlah marak.

Tembok-tembok bangunan dan tiang-tiang jembatan dipenuhi oleh lukisan

dinding tersebut. Wallpainting sebagai alternatif media komunikasi pemasaran

yang baru, dipercaya mampu secara efektif mengirimkan pesan-pesan merek

kepada konsumen.

Wallpainting merupakan media yang sedang populer digunakan oleh

perusahaan operator seluler sebagai salah satu periklanan luar ruang. Media ini

pun banyak digemari oleh perusahaan karena harganya murah. Apalagi, iklim

persaingan yang dialami provider-provider telekomunikasi saat ini, menuntut

perusahaan untuk memaksimalkan berbagai kegiatan pemasaran.

Media wallpainting merupakan media beriklan yang sangat efektif untuk

dilakukan di kota-kota besar yang menyediakan sedikit ruang beriklan dengan

konstruksi berat dan tingkat kepadatan bangunan cukup rapat. Wallpainting

adalah istilah yang biasa digunakan oleh praktisi marketing communication di

Indonesia untuk dinding yang dicoret-coret. Dimana, wallpainting sebenarnya

adalah mural. Mural adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi

warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas

dinding. Sehingga media kuas tidak lagi hanya melekat ada kertas atau kanvas.

Namun, permukaan dinding juga telah menjadi media lukis. Mural menggunakan

media cat tembok atau cat kayu bahkan pewarna apapun juga, seperti kapur tulis

atau alat lain yang dapat menghasilkan gambar.

Wallpainting sebagai periklanan iklan luar ruang adalah salah satu periklanan

yang benar-benar membutuhkan kreatifitas karena pengiklan dituntut bagaimana

mengkomunikasikan keseluruhan pesan produk dengan singkat dan jelas. Media

wallpainting menghadapi khalayak bergerak yang hampir tidak memiliki

25

kesempatan membaca saat berkendara. Wallpainting digunakan sebagai salah satu

media komunikasi pemasaran oleh PT XL Axiata Tbk. PT XL Axiata

merumuskan wallpainting untuk memuat atau membawa pesan-pesan penjualan

yaitu untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen baik

secara langsung tentang produk dan merek yang mereka jual kepada para calon

pembeli.

PT XL Axiata mencoba membangun sebuah kesadaran dalam pengenalan

sebuah brand dengan identitas visual yang sederhana, unik, mudah diingat dan

gampang dikenal, seperti yang ada pada wallpainting XL. Selain dapat

membangkitkan kebutuhan konsumen dan menanamkan citra pada konsumen,

wallpainting juga mampu meningkatkan ekuitas merek.

Upaya untuk memahami praktek perancangan pesan-pesan merek dalam

sebuah wallpainting merupakan proses yang cukup kompleks. Pada dasarnya

praktek pengembangan wallpainting ini adalah sebuah proses kreatif yang mampu

menciptakan aktivitas pemasaran guna meningkatkan keterikatan antara merek

dan konsumen melalui media luar ruang. Proses pengembangan wallpainting,

akan menggambarkan faktor-faktor pengembangan, dinamika praktek pengelolaan

wallpainting XL, dan kinerja sumber daya manusia yang terlibat dalam proses

pengembangan tersebut. Dalam prakteknya, pengembangan wallpainting akan

memaparkan proses pengaturan dan pengelolaan pesan tentang produk atau merek

yang ditanamkan dalam sebuah iklan wallpainting melalui tiga tahap yaitu proses

perancangan desain, pembelian, dan verifikasi.

H. Metodologi Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu untuk

mengungkapkan pengembangan wallpainting sebagai media komunikasi

pemasaran dan bagaimana wallpainting digunakan sebagai salah satu media

komunikasi pemasaran oleh PT XL Axiata Tbk Menurut John W. Cresswell,

26

metode penelitian kualitatif merupakan sebuah investigasi, dimana peneliti lebih

menekankan perhatian pada proses bukan pada hasil atau produk.13

Penggunaan metode yang tepat dalam menelaah objek akan berbeda-beda

tergantung pada tiga hal yaitu: 1) tipe pertanyaan penelitian; 2) kontrol yang

dimiliki peneliti terhadap peristiwa perilaku yang akan ditelitinya, dan 3) fokus

terhadap fenomena penelitiannya (fenomena kontemporer ataukah fenomena

historis).14

Berdasarkan ciri tersebut, maka jika ditilik lebih lanjut, terdapat tiga ciri dalam

penelitian ini, yaitu: 1) bagaimana (how) pengembangan wallpainting sebagai

media komunikasi pemasaran PT XL Axiata Tbk, 2) Peneliti hanya memiliki

sedikit peluang dalam mengontrol fenomena yang akan diteliti, karena fenomena

tersebut telah berlangsung dan sepenuhnya merupakan kebijakan dari tim

Marketing Communication PT XL Axiata Tbk, sehingga peneliti menempatkan

diri sebagai pengamat suatu fenomena, dan 3) fokus penelitian ini mengarah pada

penelitian kontemporer (peristiwa masa kini) dalam dunia pemasaran di

Indonesia. Dari ketiga ciri tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode yang

paling tepat digunakan adalah metode studi kasus.

b. Metode Penelitian

Kekuatan unik dari studi kasus adalah kemampuannya untuk berhubungan

sepenuhnya dengan berbagai jenis bukti seperti dokumen, peralatan, wawancara,

dan observasi.15

Dengan keunikan ini, maka penelitian dengan metode studi kasus

akan semakin lengkap dan detil dalam melihat fenomena.

Lebih lanjut metode studi kasus digunakan dengan tujuan secara khusus

menjelaskan dan memahami obyek yang diteliti sebagai sebuah “kasus”, dengan

memberikan hasil bukan hanya sekedar menjelaskan seperti apa obyek yang

diteliti, namun lebih jauh lagi yaitu bagaimana posisi obyek penelitian tersebut,

dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi.

Fokus penelitian ini adalah pengembangan pesan-pesan komunikasi

pemasaran dalam iklan outdoor khususnya wallpainting. Penelitian ini akan

13

dalam Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif,, Alfabeta, Bandung , 2007, hal. 57 14

Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal. 1 15

Ibid. hal. 12

27

memaparkan proses pengaturan dan pengelolaan pesan tentang produk atau merek

yang ditanamkan dalam sebuah iklan wallpainting. Selanjutnya penelitian ini

diharapan mampu mengkaji proses tentang pra-perancangan, perancangan, dan

pengujian iklan wallpainting XL. Oleh karena itu, diperlukan sebuah metode

penelitian yang dapat mendeskripsikan dengan komprehensif tentang praktek

pengembangan perancangan pesan-pesan komunikasi pemasaran dalam media

tersebut. Metode deskriptif menjadi pilihan yang tepat karena memiliki

kemampuan untuk dapat mendeskripsikan pengembangan media pemasaran

berupa wallpainting secara rinci dan jelas.

Penelitian ini akan mendeskripsikan secara lengkap dan sistematis tentang

pemilihan dan pemetaan pesan-pesan merek yang dilakukan oleh pengembang

wallpainting. Untuk itu metode penelitian deskriptif dinilai sebagai metode yang

memiliki kapasitas untuk menjabarkan sebuah situasi dan mengidentifikasi

masalah-masalah penelitian. Hal ini merujuk pada pemikiran (Jalaluddin

Rakhmat, 1989: 37) bahwa metode penelitian deskriptif merupakan suatu

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan subyek atau objek penelitain suatu lembaga, masyarakat, atau

lain-lain. Dalam konteks ini peneliti hanya akan memaparkan secara alamiah

gejala-gejala yang terjadi di lapangan tanpa memberikan intervensi apapun pada

objek penelitian. Metode deskriptif memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:

• Memusatkan diri pada pemecahan masalah aktual

• Mengumpulkan data, menyusun, menjelaskan, dan menganalisis data-data

tersebut.

Dalam penelitian ini penulis akan mengumpulkan data-data yang diperoleh

dari PT XL Axiata dan CV Komunika Mitra Pratama selaku salah satu authorized

dealer pengembang wallpainting yang berada di Yogyakarta. Yogyakarta dipilih

karena Yogyakarta merupakan pelopor munculnya wallpainting salah satunya

yaitu wallpainting XL. Kemudian setelah data-data dikumpulkan, selanjutnya

peneliti akan menyusun dan menganalis data-data tersebut.

28

c. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu data primer

(utama) dan data sekunder (penunjang). Data primer digunakan sebagai fokus

utama penelitian ini, sedangkan data sekunder digunakan. sebagai bahan

pendukung untuk memahami masalah yang akan diteliti. Adapun sumber data

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan atau

tempat penelitian. Data primer dalam penelitian ini meliputi pendapat dan

tindakan yang dijalankan oleh pengembang wallpainting di CV Komunika Mitra

Pratama. Pelaku pengembangan ini meliputi pihak Marketing Officer XL Axiata

dan Marcomm dari CV Komunika Mitra Pratama. Data primer yang akan

diperoleh dalam penelitian ini mencakup data-data tentang gambaran proses

kreatif perancangan wallpainting XL, sistem manajemen produksi, strategi

kampanye luar ruang yang dijalankan, pesan-pesan merek yang ditanamkan,

dokumentasi hasil evaluasi dan lain-lain. Data ini akan diperoleh dengan cara

observasi atau pengamatan langsung, transkrip wawancara, arsip foto, dan

rekaman wawancara dengan informan diharapkan dapat menjabarkan dan

menjelaskan pengembangan wallpainting oleh PT XL Axiata Tbk.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai

macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula

rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi

pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari

berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti

kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi historis, dan

sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat

penemuan dan melengkapi data primer yang sudah terkumpul. Sumber data

sekunder untuk mendukung penelitian ini diperoleh dari dokumen perusahaan

mengenai profil perusahaan PT XL Axiata Tbk , situs resmi PT XL Axiata Tbk,

29

buku referensi, majalah, internet, serta studi pustaka mengenai perihal yang terkait

dengan penelitian. Data sekunder ini mencakup bahan-bahan tentang perancangan

wallpainting, pengembangan wallpainting, perkembangan iklan outdoor dan lain-

lain.

Dalam penelitian ini sebagian besar data penelitian ini akan difokuskan pada

data primer. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini akan digunakan untuk

memperkuatdata-data yang disajikan dalam data primer.

d. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di PT XL Axiata Tbk yang beralamat di

Graha XL Jalan Mega Kuningan Lot. E4-7 No. 1, Kawasan Mega Kuningan,

Jakarta dan CV Komunika Mitra Pratama yang beralamat di Jalan Bantul Km. 8,5,

Karang Gede, Sewon, Bantul.

e. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu prinsip yang harus diperhatikan dalam mengumpulkan bukti studi

kasus adalah berbagai sumber data16

. Multisumber bukti ini dapat diperoleh dari

penggunaan berbagi instrumen pengumpulan data. Setidaknya ada enam sumber

bukti yang dapat digunakan dalam menyelenggarakan penelitian studi kasus, yaitu

dokumentasi, rekaman arsip, wawancara, observasi langsung, observasi

partisipan, dan perangkat fisik.17

Dalam penelitian ini, sumber bukti yang akan

digunakan adalah:

1. Observasi Langsung

Menurut Nawawi dan Martini (dalam Afifudin dan Saebani, 2009: 134)

observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematika terhadap

unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam obyek

penelitian. Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan si peneliti

terjun langsung di dalam lokasi penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati masalah-masalah yang

terjadi secara langsung tentang dinamika yang muncul dalam proses

16

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana, Jakarta , 2007, hal. 66 17

Ibid. hal. 103

30

pengembangan wallpainting XL. Penelitian ini menggunakan observasi langsung

sebagai salah satu teknik pengumpulan datanya. Peneliti akan mengamati

wallpainting XL yang digunakan sebagai media komunikasi pemasaran oleh PT

XL Axiata. Dalam penelitian ini, peneliti akan memperoleh gambaran tentang

jenis, bentuk, dan pesan-pesan yang terkandung dalam wallpainting XL.

Tujuan menggunakan teknik pengumpulan data ini untuk mencatat hal-hal,

merekam situasi seperti apa adanya, mengetahui perkembangan, dan sebagainya

tentang pengembangan wallpainting sebagai media komunikasi pemasaran produk

PT XL Axiata Tbk.

2. Wawancara mendalam

Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2012: 72) wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik penelitian.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in depth interview) adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.

Peneliti akan melakukan wawancara dengan pihak pemasaran PT XL Axiata

dan salah satu pihak pengembang wallpainting authorized dealer CV Komunika

Mitra Pratama. Hasil wawancara yang diperoleh meliputi pendapat dan informasi

tentang mekanisme proses pengaturan pesan-pesan merek dalam elemen-elemen

wallpainting XL. Wawancara ini akan dilakukan secara mendalam dengan

menggunaka panduan wawancara (interview guide) sebagai acuan agar peneliti

dapat melakukan wawancara secara terarah dan tidak menyimpang dari aspek-

aspek relevan yang akan dibahas.

3. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data melalui studi dokumentasi bertujuan untuk menggali

informasi sebanyak mungkin mengenai objek serta elemen-elemen yang terkait

dalam penelitian ini. Sumber studi kepustakaan untuk mendukung penelitian ini

31

diperoleh dari dokumen perusahaan mengenai profil perusahaan PT XL Axiata

Tbk , situs resmi PT XL Axiata Tbk , buku referensi, majalah, internet, serta studi

pustaka mengenai perihal yang terkait dengan penelitian.

f. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban-

jawaban yang tepat. Oleh karena itu peneliti perlu memilih teknik analisis data

yang relevan dalam proses penelitiannya. Teknik analis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dalam penelitian deskriptif

peneliti berfokus memberikan sebuah deskripsi secara akurat atau memberi

gambaran karakteistik dari sebuah situasi atau fenomena (Johnson dan Larry,

2012: 336). Adapun langkah-langkah yang akan digunakan peneliti dalam proses

analisis data penelitian, dapat dilihat dalam skema di bawah ini.

1. Tahapan Umun

1.1. Klasifikasi data

Setelah peneliti memperoleh data-data penelitian melalui proses wawancara,

observasi, dan dokumentasi selanjutnya peneliti akan melakukan klasifiaksi

data. Dalam tahap ini peneliti mencoba untuk mengelompokkan data

berdasarkan jenis data yang diperoleh. Setelah itu peneliti akan menyusun

kategorisasi data yang berisi informasi-informasi yang telah diperolehnya

menjadi tiga kategori yaitu konten isi pesan iklan outdoor, proses

pengembangan iklan outdoor dan perancangan pesan-pesan merek iklan

outdoor. Kategorisasi data ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam

memilah-milah data.

1.2. Deskripsi data

Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan oleh peneliti adalah

mendeskripsikan tiap kategori data yang telah dibuat sesuai dengan apa yang

dilihat dan didengarnya saat melakukan penelitian di lapangan. Hal ini

dilakukan untuk memudahkan peneliti melakukan interpretasi terhadap data,

32

sehingga data-data tersebut perlu diuraikan secara rinci dan jelas terlebih

dahulu.

2. Tahapan Khusus

2.1. Interpretasi data

Apabila seluruh tahapan umum telah dilakukan dengan baik, selanjutnya

peneliti harus melakukan sebuah tahapan khusus. Dalah tahapan khusus ini,

langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan interpretasi data.

Setelah peneliti mendeskripsikan kategori-kategori data yang telah

dibuatnya, kemudian peneliti akan memberikan makna ulang terhadap gambaran,

pendapat, informasi, dan fakta yang diperoleh di lapangan. Peneliti akan

memberikan interpretasi terhdapa data-data tersebut sesuai dengan pemahaman

peneliti yang bekaitan dnegan tema penelitian.

Selanjutnya peneliti akan melakukan triangulasi data untuk menguji

keabsahan data. Dalam tahap ini peneliti akan membandingkan data-data yang

diperoleh untuk menguji kesesuaian antara data hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Hal ini dilakukan agar tidak terdapat bias interpretasi antara data

yang satu dengan lainnya.

2.2. Analisis komprehensif

Dalam analisis komprehensif ini peneliti berupaya untuk menggabungkan

seluruh data yang telah diperoleh untuk dianlisis secara menyeluruh. Dalam

analisis komprehensif peneliti akan mencoba untuk menghubungkan data yang

satu dengan yang lainnya agar seluruh data tersebut dapat dijabarkan secara rinci

dan jelas.

g. Tahapan Penelitian

Dalam menghasilkan penelitian yang baik maka, seorang peneliti harus

mampu merencanakan langkah-langkah penelitian secara sistematis dan rasional.

Peneliti perlu menyusun sebuah tahapan-tahapan penelitian yang akan digunakan

dalam melaksanakan dan mengendalikan penelitian.

33

Pada tahap pertama, peneliti akan membuat tahapan perancangan penelitian

(research design). Tahapan perancangan penelitian ini berisi rumusan penelitian

dan prosuder penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Kegiatan yang akan

dilakukan dalam tahapan ini adalah memetakan fenomena, merumuskan masalah

penelitian, menentukan metodologi, dan merancang konsep dan teori sebagai

kerangka pemikiran. Rancangan penelitian ini hendaknya dibuat secara sistematis

dan logis sebagai panduan penelitian yang baik.

Tahapan kedua, setelah rancangan penelitian yang dibuat benar-benar matang,

berikutnya peneliti akan langsung melakukan penelitian lapangan. Dalam tahapan

ini peneliti akan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan melalui proses

wawancara, observasi langsung, dan studi dokumentasi. Dalam prosesnya, ketiga

ini memilki kedudukan yang sama dan saling melengkapi satu sama lainnya.

Tahapan ketiga, setelah data-data hasil penelitian terkumpul dengan rapi

tahapan penelitian selanjutnya adalah melakukan analisis data. Analisis data ini

dilakukan secara bertahap, dimulai dari tahapan umum yaitu klasifikasi data dan

TAHAP 1

Perancangan Penelitian

2. 1. Memetakan fenomena

3. 2.Merumuskan masalah

penelitian

4. 3. Menentukan metodologi

5. 4. Menetapkan konsep dan

teori

TAHAP 2

Penelitian Lapangan

1. Observasi langsung

2. Wawancara

3. Studi dokumentasi

TAHAP 4

Penyajian Data

1. Menyajikan data temuan

secara sistematis

2. Pembahasan

TAHAP 3

Analisis Data

1. Klasifikasi data

2. Deskripsi data

3. Interpretasi data

4. Analisis komprehensif

Skema 1.1 Tahapan Penelitian

34

deskripsi data. Kemudian dilanjutkan dengan tahapan khusus yaitu melakukan

interpretasi data dan analisis komprehensif. Tahapan analisis ini secara umum

digunakan untuk menjabarkan hasil temuan di lapangan yang sudah dikategorisasi

dan diinterpretasi seluruhnya oleh peneliti sesuai dengan tema penelitian. Tidak

lupa juga untuk melakukan teknik triangulasi data dengan membandingkan

seluruh temuan, agar data yang diperoleh benar-benar valid.

Tahapan keempat adalah penyajian data, pada tahap ini peneliti akan

menyajikan data-data dari hasil observasi langsung, wawancara, dan studi

dokumentasi. Setelah itu data-data tersebut akan disajikan secara rinci dan

sistematis. Peneliti akan menyusun data-data tersebut untuk menggambarkan pola

hubungan antara satu data dengan data yang lainnya. Setelah seluruh data-data

temuan disusun, kemudian peneliti akan mencoba untuk melakukan pembahasan

dengan cara membandingkan data temuan yang diperolehnya dengan penelitian

yang terdahulu.

Tabel 1. 1 Timeline Penelitian

Tahapan Aktivitas Data yang dihasilkan

Tahap ke-1

Perencanaan

Penelitian

(designing

research)

Menentukan tema penelitian

Merumuskan masalah

Menetapkan metodologi

Menentukan konsep dan teori

yang relevan

Tema dan tujuan untuk

menentukan obyek yang

akan diteliti

Kerangka pemikiran

untuk menyusun

proposal penelitian

Metode penelitian untuk

menjawab rumusan

masalah penelitian

Tahap ke-2

Penelitian

Lapangan

Observasi

Observasi lapangan

a. Mengamati wallpainting

provider PT XL Axiata Tbk

di Yogyakarta

Observasi lapangan

- Gambaran tentang

perancangan wallpainting

provider PT XL Axiata

35

Wawancara

Teknik

dokumentasi

b. Mengamati perancangan dan

pembuatan wallpainting

provider PT XL Axiata Tbk

Wawancara

a. Melakukan wawancara dengan

departemen pemasaran

(Marketing Manager) PT XL

Axiata Tbk

b. Melakukan tanya jawab

dengan pihak pengembangan

wallpainting provider PT XL

Axiata Tbk

Studi dokumentasi

a. Mengumpulkan dokumen-

dokumen yang berkaitan

dengan proses pengembangan

wallpainting PT XL Axiata

Tbk, seperti laporan hasil

riset, laporan perencanaan

anggaran, dokumen

perancangan wallpainting,

notulensi rapat, dokumen

hasil evaluasi, timeline

project, kebijakan

perancangan pesan merek,

dan lain lain.

Tbk

Wawancara

- Informasi mengenai

profil PT XL Axiata Tbk

- Informasi tentang

strategi dan aktivitas

komunikasi pemasaran PT

XL Axiata Tbk

- Informasi tentang

praktek pra produksi,

produksi, dan pasca

produksi PT XL Axiata

Tbk

- Data tentang

pengembangan

wallpainting sebagai media

komunikasi pemasaran PT

XL Axiata Tbk

Studi dokumentasi

- Pengembangan mural

sebagai media

komunikasi pemasaran

PT XL Axiata Tbk

- Jadwal produksi mural

- Hasil notulensi rapat

- Hasil evaluasi proses

perencanaan mural

- Proses produksi mural

- Dan lain-lain

Tahap ke-3 Klasifikasi data penelitian Klasifikasi data

36

Teknik Analisis

Data

- Mengumpulkan data-data

penelitian dari hasil observasi

langsung, wawancara, dan

studi kepustakaan

- Membuat kategori data

- Memasukkan data yang telah

diperoleh tersebut sesuai

dengan kategorinya

Deskripsi data

- Mendeskripsikan atau

menjabarkan data-data yang

telah diklasifikasikan sesuai

dengan hasil yang diperoleh

di lapangan

Interpretasi data

- Memberikan makna ulang

terhadap data-data yang telah

dijabarkannya secara rinci

sesuai tema dan tujuan

penelitian

- Menganalisis data-data yang

telah diperoleh tersebut

sesuai dengan pemahaman

yang dimiliki oleh suatu

peneliti.

- Melakukan teknik triangulasi

data dengan cara

membandingkan seluruh hasil

data-data penelitian untuk

meningkatkan validitas data

penelitian

- Rangkuman data-data

penelitian dari hasil

observasi, wawancara,

studi kepustakaan yang

telah dikategorisasi

sesuai dengan

kategori/topikya

Deskripsi data

- Data tentang deskripsi

atau penjabaran dari

masing-masing kategori

sesuai dengan apa yang

telah diperoleh di

lapangan.

Interpretasi Data

- Hasil analisis peneliti

dari interpretasinya

terhadap fakta-fakta

yang diperolehnya dari

gambaran, pendapat,

opini dilapangan.

- Triangulasi data untuk

memperoleh data yang

valid dari hasil

wawancara dan

observasi.

Analisis komprehensif

- Hasil analisis secara

menyeluruh dari data-

37

Analisis komprehensif

- Memberikan analisis secara

menyeluruh terhadap data-

data yang diperoleh dari hasil

wawancara dan observasi

data penelitian yang

telah diklasifikasi dan

diinterpretasi

Tahap ke-4

Teknik Penyajian

Data

Memaparkan hasil temuan

secara sistematis

Pembahasan

- Membandingkan data

penelitian dengan penelitian

yan terdahulu

Laporan akhir penelitian skripsi

Dalam proses penelitian, peneliti akan menggunakan tahapan penelitian ini

sebagai acuan dalam melaksanakan proses penelitian. Hal inidigunakan agar

penelitian yang dijalankan dapat berjalan secara jelas dan sistematis. Tahapan

penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang langkah-langkah

yang akan dilakukan oleh peneliti dari awal hingga akhir proses penelitian.