bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/2047/2/rofie shazni ruzaini bab i.pdf ·...

12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit yang terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak masa nefron ginjal sampai pada titik keduanya tidak mampu untuk menjalankan fungsi regulatorik dan ekstetoriknya untuk mempertahankan homeostatis. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh menjadi mudah lelah dan lemas (Prince & Wilson, 2006). Berdasarkan estimasi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization), secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit GGK, dan sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah. Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita penyakit GGK yang cukup tinggi, menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, jumlah pasien yang menderita penyakit GGK sekitar 50 orang per satu juta penduduk. Data dari ASKES tahun 2010 tercatat 17.507 pasien, tahun 2011 tercatat 23.261 dan data terakhir tahun 2013 tercatat 24.141 orang pasien (Nawawi, 2013). Tindakan medis yang dilakukan penderita penyakit gagal ginjal adalah dengan melakukan terapi dialisis tergantung pada keluhan pasien dengan kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup yang ditentukan, keharusan transplantasi terhambat oleh langkanya 1 Perbandingan Efektivitas Terapi..., ROFIE SHAZNI RUZAINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Upload: tranthien

Post on 14-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/2047/2/ROFIE SHAZNI RUZAINI BAB I.pdf · kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit yang terjadi setelah

berbagai macam penyakit yang merusak masa nefron ginjal sampai pada titik

keduanya tidak mampu untuk menjalankan fungsi regulatorik dan

ekstetoriknya untuk mempertahankan homeostatis. Kerusakan ginjal ini

mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang

menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh menjadi mudah lelah dan lemas

(Prince & Wilson, 2006).

Berdasarkan estimasi Badan Kesehatan Dunia (World Health

Organization), secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit

GGK, dan sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci

darah. Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita penyakit GGK

yang cukup tinggi, menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia,

jumlah pasien yang menderita penyakit GGK sekitar 50 orang per satu juta

penduduk. Data dari ASKES tahun 2010 tercatat 17.507 pasien, tahun 2011

tercatat 23.261 dan data terakhir tahun 2013 tercatat 24.141 orang pasien

(Nawawi, 2013).

Tindakan medis yang dilakukan penderita penyakit gagal ginjal adalah

dengan melakukan terapi dialisis tergantung pada keluhan pasien dengan

kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor

hidup yang ditentukan, keharusan transplantasi terhambat oleh langkanya

1

Perbandingan Efektivitas Terapi..., ROFIE SHAZNI RUZAINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/2047/2/ROFIE SHAZNI RUZAINI BAB I.pdf · kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup

2

pendonor. Pilihan terapi dialisis salah satunya adalah dengan hemodialisa.

Hemodialisa (HD) merupakan salah satu terapi untuk mengalirkan darah ke

dalam suatu alat yang terdiri dari dua kompartemen yaitu darah dan dialisat.

Tindakan ini merupakan terapi pengganti utama pada pasien penyakit ginjal

kronis yang dilakukan sepanjang usia mereka (Smeltzer & Bare, 2010).

Dampak psikologis yang dirasakan pasien hemodialisa adalah kecemasan, hal

ini seringkali kurang menjadi perhatian bagi para dokter ataupun perawat.

Umumnya, pengobatan di rumah sakit difokuskan pada pemulihan kondisi

fisik tanpa memperhatikan kondisi psikologis pasien seperti kecemasan dan

depresi pasien. Pasien hemodialisa mengalami kecemasan karena takut

dilakukan tindakan terapi hemodialisa (Canisti, 2007). Menurut Irwanto

(2007) apabila tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat, kecemasan yang

berlebihan dapat merugikan karena dapat menjadi depresi, merasa tidak ada

harapan dan putus asa, serta akan berpengaruh terhadap perkembangan

kepribadian dan kehidupan individu.

Penelitian yang dilakukan Wartilisna (2014) pada pasien gagal ginjal

di ruangan dahlia RSUP Prof Dr.R. Kandou Manado, menyebutkan bahwa

terdapat hubungan tindakan hemodialisa dengan tingkat kecemasan pasien,

dimana sebagian besar pasien mengalami kecemasan berat (34,2%).

Sementara pada penelitian Jhoni (2015), menyebutkan bahwa pasien yang

baru menjalani tindakan hemodialisa rata-rata mengalami tingkat kecemasan

berat karena pada priode awal pasien merasa berputus asa dan tidak dapat

sembuh seperti sedia kala, setelah terapi berkelanjutan pasien mulai dapat

beradaptasi dengan baik serta tingkat kecemasan mulai sedang dan ringan.

Responden yang pertama menjalani proses hemodialisis merasa bahwa ini

Perbandingan Efektivitas Terapi..., ROFIE SHAZNI RUZAINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/2047/2/ROFIE SHAZNI RUZAINI BAB I.pdf · kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup

3

suatu masalah yang sedang mengancam pada dirinya dan merasa bahwa hal

yang dilakukan ini sangat menyiksakan dirinya, sedangkan semakin lama

menjalani proses hemodialis maka dengan sendirinya responden akan terbiasa

menggunakan semua alat dan proses yang digunakan bahkan dilakukan saat

melakukan proses hemodialisis.

Menurut Yustinus (2006) dampak dari kecemasan adalah tidak bisa

tidur dan menyebabkan sifat mudah marah, tidak memperhatikan masalah-

masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar

secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas, serta

orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup,

kegiatan menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-

ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Menurut

Ramaiah (2003) kecemasan dapat menyebabkan dua akibat yaitu kepanikan

yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara normal atau

menyesuaikan diri pada situasi, serta gagal mengetahui terlebih dahulu

bahayanya dan mengambil tindakan pencegahan yang mencukupi.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan pada tanggal 22 Maret 2016 di

RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto didapatkan data bahwasannya

pasien yang menjalani progam terapi hemodialisa pada tahun 2015 adalah

16.975 tindakan hemodialisa, sedangkan pada bulan Januari - Februari 2016

terdapat sebanyak 2.775 pasien. Ada 4 golongan pasien hemodialisa yaitu:

tidak menentu, 1x seminggu, 2x seminggu, traveling (Rujukan dari RS lain).

Pengambilan data tingkat kecemasan didapat 7 pasien yang dapat terkaji

menggunakan instrumen HRS-A bahwa didapat kecemasan sedang ada 3

Perbandingan Efektivitas Terapi..., ROFIE SHAZNI RUZAINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/2047/2/ROFIE SHAZNI RUZAINI BAB I.pdf · kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup

4

Pasien dan kecemasan berat 3 pasien. Berdasarkan wawancara dan observasi

didapat data yaitu: untuk rentang usia pasien hemodialisa adalah 18-65 tahun,

dan 50% pasien hemodialisa mengalami kecemasan.

Kecemasan merupakan kondisi gangguan psikologis dan fisiologis

yang di tandai dengan gangguan kognitif, somatik, emosional dan komponen

dari rangkaian tingkah laku. Kecemasan yang tidak teratasi dapat

menyebabkan individu mengalami depresi. Kecemasan dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti umur, status perkawinan, pendidikan, pendapatan dan

jenis kelamin (Hurlock, 2006). Sementara penelitian yang dilakukan oleh

Mentari (2006), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan berasal dari faktor internal, seperti pemikiran subjek dan harapan-

harapan yang dimilikinya dan faktor eksternal mencakup keluarga, seperti

suami, orangtua dan kerabat dekat, serta lingkungan sekitar seperti teman,

tetangga, tempat bekerja, adat istiadat, tradisi dan budaya. Menurut Potter &

Perry (2010), tindakan keperawatan untuk penanganan masalah kecemasan

pasien dapat berupa tindakan mandiri oleh perawat, seperti teknik relaksasi

dan distraksi.

Salah satu teknik distraksi yang digunakan untuk mengatasi

kecemasan pada pasien adalah dengan musik klasik. Musik selain dapat

mempengaruhi suasana hati, juga diketahui memiliki kekuatan yang sangat

mengagumkan baik secara fisik, emosional, maupun spiritual. Rangsangan

musik meningkatkan pelepasan endofrin dan ini menurunkan kebutuhan akan

obat-obatan karena pelepasan tersebut memberikan suatu pengalihan

perhatian dari rasa sakit dan dapat mengurangi kecemasan (Campbell, 2001).

Perbandingan Efektivitas Terapi..., ROFIE SHAZNI RUZAINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/2047/2/ROFIE SHAZNI RUZAINI BAB I.pdf · kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup

5

Pemberian intervensi terapi musik klasik akan memperpanjang serat otot,

mengurangi pengiriman impuls neural ke otak, dan selanjutnya mengurangi

aktivitas otak juga sistem tubuh lainnya. Sehingga respon tubuh akan terjadi

penurunan denyut jantung dan frekuensi pernapasan, tekanan darah, dan

konsumsi oksigen serta aktivitas otak alpha () dan suhu kulit bagian perifer

(Potter and Perry, 2010).

Menurut penelitian yang dilakukan Muhammad (2014) menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat kecemasan pada

pasien hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, dengan

rata-rata skala kecemasan pada kelompok yang diberi terapi musik klasik

turun dari angka 29,67 menjadi 17,33. Penelitian Hatice (2011), menunjukkan

bahwa musik berpengaruh terhadap kenyamanan, kecemasan dan nyeri di unit

perawatan intensif Turki. Musik adalah jenis terapi yang berkontribusi pada

kenyamanan pasien ICU dengan mengurangi rasa sakit, dan kecemasan

pasien.

Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Cutshall, et al (2011),

bahwa rekaman musik dapat menyediakan sarana tambahan untuk mengatasi

gejala-gejala umum dari rasa sakit dan kecemasan sambil memberikan sarana

relaksasi bagi pasien. Penelitian Andiyani (2014), menunjukkan bahwa rata-

rata tingkat kecemasan pasien pre operasi SC di RSUD A.W Sjahranie

Samarinda sebelum diberikan terapi musik adalah 18,26 atau sudah termasuk

dalam derajat kecemasan sedang. Sedangkan setelah diberikan terapi musik,

rata-rata tingkat kecemasannya adalah 12,48 atau dalam kategori kecemasan

ringan. Penelitian Dyah (2015) menunjukkan bahwa terapi musik klasik

Perbandingan Efektivitas Terapi..., ROFIE SHAZNI RUZAINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/2047/2/ROFIE SHAZNI RUZAINI BAB I.pdf · kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup

6

efektif digunakan dalam menurunkan stres kerja pada perawat instalasi gawat

darurat di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Jenis musik

klasik yang digunakan antara lain lagu ciptaan Wolfgang Amadeus Mozart

yang berjudul Roquiem, La Flauta Magica, Piano Sonata in C. K. 545 (1_2),

1st Movement, Eschenbach, Simfonia No. 38 K. 504 Praga dan Fantasia.

Teknik distraksi lain yang juga dapat digunakan untuk mengatasi

kecemasan adalah terapi murotal. Al-Kaheel (2011) menyebutkan bahwa

dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, seorang Muslim, baik

mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan

fisiologis yang sangat besar. Penurunan depresi, kecemasan, kesedihan,

memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit

merupakan pengaruh umum yang dirasakan saat mendengarkan lantunan ayat-

ayat Al-Qur’an.

Terapi murotal dapat mempercepat penyembuhan, hal ini juga telah

dibuktikan oleh berbagai ahli seperti yang telah dilakukan Ahmad al Khadi,

dengan tema pengaruh Al-Quran pada manusia dalam perspektif fisiologi dan

psikologi. Hasil penelitian tersebut menunjukan hasil positif bahwa

mendengarkan ayat suci Al-Quran memiliki pengaruh yang signifikan dalam

menurunkan ketegangan urat saraf reflektif dan hasil ini tercatat dan terukur

secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah alat berbasis komputer (Ramolda,

2009).

Penelitian Ali (2010), menyebutkan bahwa menggunakan Alquran

untuk perawatan terapi memiliki pengaruh positif dan signifikan dalam

penyembuhan serta menyebabkan psikologis pasien menjadi stabil dan

Perbandingan Efektivitas Terapi..., ROFIE SHAZNI RUZAINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/2047/2/ROFIE SHAZNI RUZAINI BAB I.pdf · kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup

7

tenang. Penelitian Dian (2013), menunjukkan terdapat pengaruh pemberian

terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisa di

RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Rata-rata tingkat kecemasan pasien

sebelum diberikan terapi murottal adalah 34,00, sedangkan setelah diberikan

terapi rata-rata tingkat kecemasannya adalah 17,27.

Menurut Al-Qarni (2009) Bacaan surat Al-Qur’an yang terbaik adalah

Al-Faatihah, karena intisari dari Al-Qur’an adalah surat Al-Faatihah, dan

pemahaman terhadap Al-Qur’an diawali dengan pemahaman terhadap Al-

Faatihah. Surat tersebut juga dapat digunakan untuk mengurangi atau

menurunkan kecemasan. Surah lain yang memiliki keutamaan atau manfaat

dalam mengatasi cemas yaitu surah Al-Baqarah yang memiliki beberapa ayat

yang bermakna untuk mengatasi cemas, diantaranya pada ayat 107, 112, 128,

147, 153, 155 dan 186.

Terapi musik dan terapi murotal ini bekerja pada otak, dimana ketika

didorong oleh rangsangan dari luar (terapi musik dan Al-Quran), maka otak

akan memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul ini akan

menyangkutkan kedalam reseptor-reseptor mereka yang ada di dalam tubuh

dan akan memberikan umpan balik berupa kenikmatan atau kenyamanan

(Oriordan, 2002).

Terapi murotal dan terapi musik dapat menurunkan kecemasan, tetapi

apakah terapi murotal itu lebih cepat menurunkan kecemasan dibandingkan

terapi musik ataupun sebaliknya belum diketahui, sehingga peneliti tertarik

untuk meneliti tentang perbedaan efektivitas antara pemberian terapi murotal

Perbandingan Efektivitas Terapi..., ROFIE SHAZNI RUZAINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/2047/2/ROFIE SHAZNI RUZAINI BAB I.pdf · kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup

8

dengan terapi musik terhadap penurunan kecemasan pada pasien hemodialisa

di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

B. Rumusan Masalah

Dampak psikologis pasien penyakit ginjal yang menjalani program

terapi hemodialisa dapat dimanifestasikan dalam serangkaian perubahan

perilaku antara lain menjadi pasif, ketergantungan, merasa tidak aman,

bingung dan menderita. Tingginya jumlah pasien dengan kondisi penyakit

ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa dan melihat tingginya angka

prevalensi kecemasan pada pasien hemodialisa yang harus segera ditangani,

maka perlu untuk dilakukan penelitian “Apakah terapi musik klasik dan terapi

murotal efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan yang dihadapi pasien

penyakit ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUD Prof. dr. Margono

Soekarjo Purwokerto?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui perbedaan efektivitas terapi musik klasik dan terapi

murotal terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisa di RSUD Prof. dr.

Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Perbandingan Efektivitas Terapi..., ROFIE SHAZNI RUZAINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/2047/2/ROFIE SHAZNI RUZAINI BAB I.pdf · kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup

9

b. Mengetahui tingkat kecemasan pasien hemodialisa di RSUD Prof. dr.

Margono Soekarjo Purwokerto sebelum dan sesudah dilakukan terapi

musik klasik.

c. Mengetahui tingkat kecemasan pasien hemodialisa di RSUD Prof. dr.

Margono Soekarjo Purwokerto sebelum dan sesudah dilakukan terapi

murotal.

d. Menganalisis perbedaan efektivitas terapi musik klasik dan terapi

murotal terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisa di RSUD Prof.

dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoristis

Menambah pengetahuan dan wawasan serta menjadi bahan rujukan

literatur alternatif tentang terapi non-farmakologi untuk menurunkan

tingkat kecemasan pasien hemodialisa.

2. Manfaat praktis

a. Membantu mencegah terjadinya akibat lanjut dari kecemasan yang

berkepanjangan sebagai dampak psikologis yang dapat timbul pada

pasien.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam konseling pihak rumah sakit dalam

hal menurunkan tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa.

c. Mengetahui perbedaan efektifitas terapi musik klasik dan terapi

murotal terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien hemodialisa.

Perbandingan Efektivitas Terapi..., ROFIE SHAZNI RUZAINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/2047/2/ROFIE SHAZNI RUZAINI BAB I.pdf · kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup

10

E. Penelitian Terkait

1. Penelitian Muhammad Luqman Prihananda (2014) dengan judul pengaruh

terapi musik klasik terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa

di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat kecemasan pada

pasien hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Rata-

rata skala kecemasan pada kelompok musik klasik turun dari angka 29,67

menjadi 17,33. Sedangkan pada kelompok kontrol, rata-rata skala

kecemasan mengalami kenaikan yaitu dari angka 26,47 menjadi 27,73

Persaman penelitian Muhammad Luqman Prihananda dengan penelitian

ini adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh terapi musik klasik

terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa, sedangkan

perbedaan penelitian Muhammad Luqman Prihananda dengan penelitian

ini adalah hanya pada lokasi dan waktu dilakukannya penelitian.

2. Penelitian Hatice (2011) dengan judul the effect of music on comfort,

anxiety and pain in the intensive care unit: a case in turkey. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa musik adalah jenis terapi yang

berkontribusi pada kenyamanan pasien ICU dengan mengurangi rasa sakit,

dan kecemasan pasien.

Persaman penelitian Hatice dengan penelitian ini adalah sama-sama

meneliti tentang pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan pada

pasien, sedangkan perbedaan penelitian Hatice dengan penelitian ini

adalah pada penelitian Hatice responden penelitian merupakan pasien ICU

sedangkan responden penelitian ini adalah pasien yang menjalani terapi

hemodialisa.

Perbandingan Efektivitas Terapi..., ROFIE SHAZNI RUZAINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/2047/2/ROFIE SHAZNI RUZAINI BAB I.pdf · kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup

11

3. Penelitian Cutshall, et al (2011) dengan judul effect of the combination of

music and nature sounds on pain and anxiety in cardiac surgical patients.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rekaman musik dapat menyediakan

sarana tambahan untuk mengatasi gejala-gejala umum dari rasa sakit dan

kecemasan sambil memberikan sarana relaksasi bagi pasien.

Persaman penelitian Cutshall dengan penelitian ini adalah sama-sama

meneliti tentang pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan,

sedangkan perbedaan penelitian Cutshall dengan penelitian ini adalah pada

hanya pada lokasi dan waktu dilakukannya penelitian.

4. Penelitian Andiyani Rahayu (2014) dengan judul pengaruh terapi musik

terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesaria di RSUD

A.W Sjahranie Samarinda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

perbedaaan yang signifikan antara tingkat kecemasan pasien pre operasi

SC sebelum dan sesudah diberikan terapi musik. Rata-rata tingkat

kecemasan pre operasi SC sebelum diberikan terapi musik adalah 18,26

atau sudah termasuk dalam derajad kecemasan sedang. Sedangkan setelah

diberikan terapi musik, Pasien pre operasi SC rata-rata tingkat

kecemasannya adalah 12,48 atau dalam kategori kecemasan ringan.

Persaman penelitian Andiyani Rahayu dengan penelitian ini adalah sama-

sama meneliti tentang pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat

kecemasan, sedangkan perbedaan penelitian Andiyani Rahayu dengan

penelitian ini adalah pada penelitian Andiyani Rahayu responden

penelitian merupakan pasien pre operasi sectio caesaria sedangkan

responden penelitian ini adalah pasien yang menjalani terapi hemodialisa.

Perbandingan Efektivitas Terapi..., ROFIE SHAZNI RUZAINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/2047/2/ROFIE SHAZNI RUZAINI BAB I.pdf · kondisi kormobid dan parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup

12

5. Penelitian Firman Faradisi (2012) dengan judul efektivitas terapi murotal

dan terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pra

operasi di RSI Muhammadiyah Pekajangan, Pekalongan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemberian terapi musik efektif dalam menurunkan

tingkat kecemasan pasien. Sebelum mendapatkan terapi musik diketahui

sebagian besar tingkat kecemasan responden termasuk kategori sedang,

sedangkan sesudah mendapatkan terapi musik diketahui sebagian besar

tingkat kecemasan pasien termasuk kategori ringan.

Persaman penelitian Firman Faradisi dengan penelitian ini adalah sama-

sama meneliti tentang pengaruh terapi musik klasik dan murotal terhadap

tingkat kecemasan, sedangkan perbedaan penelitian Firman Faradisi

dengan penelitian ini adalah pada penelitian Firman Faradisi responden

penelitian merupakan pasien pra operasi sedangkan responden penelitian

ini adalah pasien yang menjalani terapi hemodialisa.

6. Dian Nashif Zahrofi (2013) dengan judul pengaruh pemberian terapi

murottal Al-Quran terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa di

RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat

kecemasan pasien hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

Persaman penelitian Nashif Zahrofi dengan penelitian ini adalah sama-

sama meneliti tentang pengaruh terapi murotal terhadap tingkat

kecemasan, sedangkan perbedaan penelitian NASHIF ZAHROFI dengan

penelitian ini adalah hanya pada waktu dan lokasi penelitian.

Perbandingan Efektivitas Terapi..., ROFIE SHAZNI RUZAINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016