bab i pendahuluan a. latar...

16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia setiap individu tanpa membedakan latar belakangnya. Semua orang memiliki hak diperlakukan sama di hadapan hukum ( equality before the law). Persamaan di hadapan hukum harus diartikan secara dinamis dan tidak diartikan secara statis. Artinya, kalau ada permasalahan di hadapan hukum bagi semua orang harus diimbangi juga dengan persamaan perlakuan (equal treatment) bagi semua orang. 1 Persamaan dihadapan hukum yang diartikan secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh keadilan bagi semua orang. Menurut Aristoteles, keadilan harus dibagikan oleh negara kepada semua orang, dan hukum yang mempunyai tugas menjaganya agar keadilan sampai kepada semua orang tanpa kecuali. 2 Persamaan di hadapan hukum tersebut dapat terwujud di dalam suatu perbuatan hukum, baik orang mampu maupun fakir miskin memiliki hak konstitusional untuk di perlakukan sama di hadapan hukum. Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 menegaskan “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”. 3 Hal ini secara ekstensif dapat ditafsirkan bahwa negara bertanggung jawab memberikan perlindungan dan pengakuan 1 Aditya Johan Ramadan. Konsep Negara Hukum. dalam http://www.google . com/Artikelbantuanhukum/htm.diakses 09 Maret 2017. 2 Ibid. 3 Ibid.

Upload: others

Post on 28-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi

manusia setiap individu tanpa membedakan latar belakangnya. Semua orang

memiliki hak diperlakukan sama di hadapan hukum (equality before the law).

Persamaan di hadapan hukum harus diartikan secara dinamis dan tidak

diartikan secara statis. Artinya, kalau ada permasalahan di hadapan hukum

bagi semua orang harus diimbangi juga dengan persamaan perlakuan (equal

treatment) bagi semua orang.1 Persamaan dihadapan hukum yang diartikan

secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses

memperoleh keadilan bagi semua orang. Menurut Aristoteles, keadilan harus

dibagikan oleh negara kepada semua orang, dan hukum yang mempunyai

tugas menjaganya agar keadilan sampai kepada semua orang tanpa kecuali.2

Persamaan di hadapan hukum tersebut dapat terwujud di dalam suatu

perbuatan hukum, baik orang mampu maupun fakir miskin memiliki hak

konstitusional untuk di perlakukan sama di hadapan hukum. Pasal 34 ayat (1)

Undang-undang Dasar 1945 menegaskan “Fakir miskin dan anak-anak yang

terlantar dipelihara oleh negara”.3 Hal ini secara ekstensif dapat ditafsirkan

bahwa negara bertanggung jawab memberikan perlindungan dan pengakuan

1Aditya Johan Ramadan. Konsep Negara Hukum. dalam http://www.google.

com/Artikelbantuanhukum/htm.diakses 09 Maret 2017. 2Ibid. 3Ibid.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

2

terhadap hak-hak fakir miskin. Artinya Negara sebagai tolak pangkalnya.

Bahwa kemudian notaris mempunyai tanggungjawab sosial untuk

mengalokasikan waktu dan juga sumber daya yang dimilikinya untuk orang

miskin adalah yang ideal. Tapi tahapan normatifnya tentu tidak seabsolut yang

dibebankan Undang-undang Dasar 1945 kepada Negara. Hak-hak fakir miskin

ini meliputi hak ekonomi, sosial, budaya, sipil, dan politik dari fakir miskin.

Melihat pada ketentuan Pasal 27 ayat (1) yang dihubungkan dengan pasal 34

ayat (1) Undang-undang Dasar 1945, negara berkewajiban menjamin fakir

miskin untuk memperoleh pembelaan baik dari Notaris maupun pembela

umum melalui suatu program bantuan hukum. Dengan demikian dapat

dikatakan jasa hukum hukum kenotarisatan yang di berikan oleh notaris

merupakan hak konstitusional bagi fakir miskin yang harus dijamin

perolehannya oleh negara. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

negara hukum. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban, dan

perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kedudukan

manusia dalam hukum sangat erat hubungannya dengan hak asasi yang

dimiliki oleh manusia itu sendiri.

Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang dimiliki dan melekat

dalam diri setiap individu manusia dalam suatu negara. Dalam Undang-

Undang No 39 tahun 1999 tantang hak asasi manusia, disebutkan bahwa hak

asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi oleh Negara, hukum,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

3

Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia4. Artinya, dengan adanya ketentuan mengenai Hak Asasi

Manusia tersebut, Negara wajib hadir untuk melindungi setiap hak individu

warga negaranya, sehingga dapat secara bebas untuk memperoleh kehidupan

yang layak, mengembangkan diri, mengekspresikan gagasan dan

kreativitasnya, serta mengoptimalkan peran dan sumbangsihnya terhadap

kesejahteraan hidup manusia secara luas.

Dalam UUD 1945 pasal 28 huruf I ayat (1) juga disebutkan bahwa

perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi adalah

tanggungjawab Negara, terutama pemerintah. Demikian juga bunyi pasal 8

UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Bunyi pasal-pasal tersebut

kemudian dipertegas lagi dalam pasal 71 dan pasal 72 Undang-Undang No. 39

tahun 1999, yang menyatakan bahwa Pemerintah wajib dan bertanggungjawab

menghormati, melindungi, menegakan, dan nmemajukan hak lain, dan hukum

Internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara Republik

Indonesia.

Notaris merupakan salah satu jabatan profesi yang mempunyai peranan

yang sangat besar dalam mengakomodasi perbuatan hukum yang dilakukan

masyarakat sesuai dengan tuntutan zaman. Hal ini sejalan dengan lahirnya

jabatan notaris itu dikarenakan masyarakat membutuhkannya, bukan suatu

jabatan yang sengaja diciptakan kemudian baru disosialisasikan kepada

khalayak. Perkembangan kehidupan bermasyarakat telah meningkatkan

4Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

4

intensitas dan kompleksitas hubungan hukum yang harus mendapatkan

perlindungan dan kepastian berdasarkan alat bukti yang menentukan dengan

jelas hak dan kewajiban setiap subjek hukum. Sudah dijelaskan bahwa

masyarakat harus mendapatkan perindungan dan kepastian hukum, tetapi

masih banyak masyarakat yang tidak dapat menikmati jasa notaris karena

terhalang ekonomi. Di indonesia masih banyak masyarakat yang taraf

perekonomiannya menengah ke bawah, hal tersebut sudah diatur dalam

undang-undang jabatan notarisa bahwa masyarakat tidak mampu dapat

menikmati jasa notaris dengan cuma-cumayang termaktub dalam pasal 37 ayat

(1) UUJN, berbunyi “Notaris wajib memberikan jasa hukum dibidang

kenotariatan secara Cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu”. Senada

dengan hal tersebut Kie berpendapat:

“Setiap masyarakat membutuhkan seseorang (figuur) yang keterangan-

keterangannya dapat diandalkan, dapat dipercaya, yang tanda

tangannya serta segelnya (capnya) memberi jaminan dan bukti kuat,

seseorang ahli yang tidak memihak dan penasehat yang tidak ada

cacatnya (onkreukbaaratau unimpeachable), yang tutup mulut, dan

membuat suatu perjanjian yang dapat melindunginya di hari-hari yang

akan datang. Kalau seorang advokat membela hak-hak seseorang

ketika timbul suatu kesulitan, maka seorang notaris harus berusaha

mencegah terjadinya kesulitan itu”.5

Berdasarkan pemaparan Kie di atas, dapatlah dikatakan kedudukan

seorang notaris sebagai suatu fungsionaris dalam masyarakat hingga sekarang

dirasakan masih disegani. Seorang notaris adalah sebagai seorang pejabat

umum tempat seseorang dapat memperoleh nasehat yang boleh diandalkan,

5 Tan Thong Kie. 2000.Buku I Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris.

Jakarta. Icthiar Baru Van Hoeve. Hal. 162.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

5

segala sesuatu yang ditulis serta ditetapkan oleh notaris (konstatir) adalah

benar, oleh karena itu seorang notaris adalah pembuat dokumen yang kuat

dalam suatu proses hukum. Hal serupa juga di katakan Asshiddiqie selaku

Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia sebagai berikut:

“Notaris sebagai pejabat publik, tugas dan wewenang yang diberikan

oleh negara harus dilaksanakan oleh notaris dengan sebaik-baiknya

dan setepat-tepatnya. Kekeliruan dan penyalahgunaan yang dilakukan

oleh notaris dapat menumbulkan terganggunya kepastian hukum, dan

kerugian-kerugian lainnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya

pembinaan, pengembangan, dan pengawasan secara terus menerus

sehingga semua notaris semakin meningkatkan kualitas pelayanan

publik”.6

Berdasarkan apa yang disampaikan Asshiddiqie di atas sangat jelas

bahwa peranan notaris itu sangat dominan pada proses kepastian hukum dalam

gerak pembangunan hukum nasional. Oleh karenanya tugas dan wewenang

yang dimiliki notaris itu sendiri merupakan delegasi dari negara untuk

pelayanan kepada masyarakat Indonesia.

Fungsi dan peranan notaris dalam gerak pembangunan nasional yang

semakin kompleks dewasa ini tentunya semakin luas dan semakin

berkembang. Kelancaran dan kepastian hukum merupakan segenap usaha

yang dijalankan oleh seluruh pihak tanpak semakin banyak dan meluas. Hal

ini tentunya tidak lepas dari pelayanan dan produk hukum yang dihasilkan

oleh notaris. Pemerintah yang memberikan sebagian wewenangnya kepada

notaris, dan juga masyarakat yang menggunakan jasa notaris tentu mempunyai

6 Habib Adjie. 2008. Hukum Notaris Indonesia. Bandung. Rafika Aditama. Hal.

16.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

6

harapan agar pelayanan jasa yang diberikan oleh notaris benar-benar memiliki

nilai dan bobot yang dapat diandalkan.

Jabatan notaris selain menggeluti masalah-masalah teknis hukum harus

turut berpartisipasi aktif dalam pembangunan hukum nasional. Oleh karena

itu, seorang notaris harus senantiasa mengikuti perkembangan hukum nasional

sehingga akhirnya mampu melaksanakan profesinya secara proporsional.

Keseimbangan ini baik ditujukan kepada masyarakat yang mampu maupun

kepada masyarakat yang tidak mampu memberikan honorarium (fee) atas jasa

yang diberikan. Oleh karena itu, notaris selaku pejabat umum dapat juga

dikatakan sebagai pegawai pemerintah. Sebagaimana yang dikatakan Lubis

sebagai berikut:

“Notaris sebagai pejabat umum diangkat oleh negara, bekerja juga

untuk kepentingan negara, namun demikian Notaris bukanlah sebagai

pegawai sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1974 tentang Pokok-pokok kepegawaian, sebab dia tidak

menerima gaji, dia hanya menerima honorarium atau fee dari klien.

Dan dapat dikatakan bahwa notaris, adalah pegawai pemerintah tanpa

menerima suatu gaji dari pihak pemerintah, notaris dipensiunkan oleh

pemerintah, akan tetapi tidak menerima pensiun dari pemerintah”.7

Berdasarkan pemaparan Lubis di atas dapat disimpulkan bahwa,

notaris adalah pejabat umum yang diangkat dan diberhentikan oleh negara,

bekerja untuk kepentingan negara dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat dan menerima honorarium atau fee atas jasa yang telah diberikan

kepada kliennya. Akta notaris sebagai produk intelektual Notaris, harus diberi

penghargaan sebagai implementasi dari keilmuan seorang notaris, dan juga

7 Suhrawardi K. Lubis, S.H. 1994. Etika Profesi Hukum. Jakarta. Sinar Grafika.

Hal. 34.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

7

notaris bukan tukang membuat akta. Setiap akta notaris mempunyai nilai

sentuhan tersendiri dari notaris yang bersangkutan dan memerlukan

kecermatan, sehingga atas hal itu, Notaris dapat menentukan honornya sendiri

sesuai dengan kesepakatan para pihak/penghadap yang memerlukan jasa

notaris, dengan parameter tingkat kesulitan membuat akta yang diminta oleh

para pihak/penghadap, sehingga nilai akta tidak perlu didasarkan pada nilai

ekonomis atau sosiologis dari suatu akta, karena tidak ada ukuran yang tepat

untuk mengukur nilai ekonomis dan sosiologis suatu akta, akta notaris harus

tetap dinilai sebagai alat bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian yang

sempurna”.8

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, notaris selama menjalankan

tugas jabatannya, meskipun diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah,

tetapi tidak mendapat gaji dari pemerintah atau uang pensiun dari pemerintah.

Sehingga dapat dikatakan honorarium/fee yang diterima oleh notaris sebagai

pendapatan pribadi notaris yang bersangkutan. Honorarium notaris merupakan

hak, dalam artian orang yang telah menggunakan jasa notaris wajib membayar

honorarium atas notaris tersebut. Meskipun demikian notaris berkewajiban

membantu secara cuma-cuma untuk mereka yang tidak mampu memberikan

honorarium/fee kepada notaris. Jasa hukum untuk mereka yang mampu

membayar honorarium notaris atau diberikan secara cuma-cuma oleh notaris

karena ketidakmampuannya wajib diberikan tindakan hukum yang sama oleh

notaris, karena akta yang dibuat oleh notaris yang bersangkutan tidak akan ada

8Op. cit. Hal. 108.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

8

bedanya baik bagi yang mampu membayar honorarium notaris maupun bagi

yang tidak mampu atau diberikan secara cuma-cuma.

Globalisasi menerjang semua negara tanpa pandang bulu, krisis

keuangan global yang menjadi (Hot Issue) di belahan dunia saat ini dirasakan

juga oleh lembaga profesi di Indonesia, khususnya ketika berbicara mengenai

idealisme dan martabat profesi jabatan notaris. Idealisme seakan menjadi

barang baru dan aneh di tengah maraknya pragmatisme yang menjadi faham

baru di tengah masyarakat. Notaris sebagai bagian dari individu dalam

masyarakat menghadapi tantangan yang serupa. Di satu sisi notaris diminta

menjaga idealismenya sebagai pejabat umum, untuk memberikan jasa hukum

secara cuma-cuma sebagaimana yang diamanatkan di dalam pasal 37 ayat (1)

UUJN yang berbunyi bahwa “Notaris wajib memberikan jasa hukum dibidang

kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu” , namun di

sisi lain notaris dihimpit oleh kehidupan materialisme untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, punulis terilhami ingin melakukan

suatu penelitian dengan judul: “Implementasi Pemberian Jasa Hukum Di

Bidang Kenotariatan Secara Cuma-cuma Bagi Masyarakat Tidak Mampu Oleh

Notaris Ditinjau dari Pasal 37 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

Jabatan Notaris di Wilayah Hukum Kota Malang”.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

9

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi pemberian jasa hukum di bidang kenotariatan

secara cuma-cuma bagi masyarakat tidak mampu oleh notaris ditinjau dari

pasal 37 undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang jabatan notaris di

wilayah hukum Kota Malang?

2. Apa faktor yang menjadi penyebab pemberian jasa hukum di bidang

kenotariatan secara cuma-cuma bagi masyarakat tidak mampu oleh notaris

di wilayah hukum Kota Malang tidak optimal?

3. Bagaimana upaya meningkatkan efektivitas pemberian jasa secara cuma-

cuma bagi masyarakat tidak mampu oleh notaris ditinjau dari pasal 37

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang jabatan notaris di wilayah

hukum Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada pokok pikiran sebagaimana yang telah di sebutkan di

atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa implementasi pemberian jasa hukum

di bidang kenotariatan secara cuma-cumabagi masyarakat tidak mampu

oleh notaris ditinjau dari pasal 37 undang-undang nomor 2 tahun 2014

tentang jabatan notarisdi wilayah hukum Kota Malang.

2. Untuk mengidentifikasi dan menganalisa faktor dan aktor apa saja yang

menjadi penyebab pemberian jasa hukum di bidang kenotariatan secara

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

10

cuma-cuma bagi masyarakat tidak mampu oleh notaris tidak dapat berjalan

optimal.

3. Untuk merumuskan upaya optimalisasi pemberian jasa secara cuma-cuma

bagi masyarakat tidak mampu oleh notaris ditinjau dari pasal 37 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang jabatan notarisdi wilayah hukum

Kota Malang.

D. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat berfaedah dalam

menambah semaraknya wacana dan wawasan hukum di Indonesia khususnya

di bidang kenotariatan secar ilmiah maupun secara praktis, oleh karena itu

penelitian iniususny diharapkan bermanfaat untuk:

1. Secara teoritis: bermanfaat bagi ilmu pengetahuan hukum, khususnya

tenang implementasi pemberian jasa hukum di bidang kenotariatan secara

cuma-cumabagi masyarakat tidak mampu oleh notaris ditinjau dari pasal

37 undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang jabatan notarisdi wilayah

hukum Kota Malang.

2. Secara praktis: hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam

memperkaya pengetahuan masyarakat, para praktisi hukum, serta rekan-

rekan mahasiswa khususnya dalam hal pemberian jasa hukum di bidang

kenotariatan secara cuma-cuma oleh notaris Kota Malang.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

11

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan bagi notaris

Penelitian ini dapat berguna bagi notaris sebagaipenambah penambah

pengetahuan mengenai pemberian jasa hukum di bidang kenotariaan

secara cuma-cuma bagi masyarakat tidak mampu, sesuai pasal 37 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris.

2. Manfaat bagi masyarkat tidak mampu

Agar masyarakat mengetahui bahwa ada pemberian jasa kenotariatan

secara cuma-cuma untuk masyarakat tidak mampu sehingga semua

masyarakat tanpa terkecuali dapat menikmati jasa notaris.

3. Manfaat bagi penulis

Agar penulis mengetahui bagaimana implementasi, faktor dan actor serta

upaya untuk mengoptimalkan pemberian jasa hukum di bidang

kenotariatan secara cuma-cuma bagi masyarakat tidak mampu sesuai

dengan pasaal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

Jabatan Notaris di wilayah hukum Kota Malang.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu kerangka pengetahuan, dan teknik

tentang cara dan bagaimana sesuatu yang diperoleh dan dianalisa serta

mendapatkan hasil dari analisa itu:

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

12

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan dengan menggunakan yuridis empiris yakni

dilakukan dengan melihat kenyataan yang ada dalam praktek di lapangan.

Dengan kata lain pendekatan ini melihat fakta fakta secara langsung di

lokasi penelitian, serta mencari keterangan dari pihak yang bersangkutan

atau yang mengetahui kejadian atau masalah yang sedang diteliti tersebut,

juga melalui observasi/ pengalaman yang Penulis ketahui langsung

kemudian dikaitkan dengan aspek hukum yang berlaku. Terkait dengan isu

yang yang diangkat oleh penulis ialah implementasi pemberian jasa

hukum di bidang kenotariatan secara cuma-cuma bagi masyarakat tidak

mampu oleh notaris ditinjau dari pasal 37 undang-undang nomor 2 tahun

2014 tentang jabatan notaris di wilayah hukum Kota Malang

2. Pemilihan Obyek Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh penulis,

maka penulis memilih 10 (sepuluh) kantor Notaris di wilayah hukum Kota

Malang. Metode pengambilan sempel menggunakan purposive sampling

dimana penulis menggunakan indikator Notaris merupakan seorang notaris

yang berada di wilayah hukum kota malang.

3. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari

narasumber pertama, yaitu diperoleh melalui wawancara (interview)

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

13

langsung dengan responden atau narasumber yang berhubungan

dengan penelitian ini diantaranya adalah 10 notaris di Kota Malang.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui

kepustakaan dengan jalan membaca, mengkaji dan mempelajari pasal

37 undang-undang jabatan notaris no 2 tahun 2014 serta buku-buku

yang relevan dengan obyek yang diteliti. Penelitian ini dilengkapi

dengan library research tentang teori-teori yang mendukung analisis

prolematika yang diajukan, maupun hukum positif berupa peraturan

perundang-undangan yang terkaitdengan pemberian jasa hukum

kenotariatan secara cuma-cuma oleh notaris. Pendapat para ahli di

bidang hukum, sosial-budaya, ekonomi dan kebijakan (melalui

berbagai media informasi) juga akan dijadikan rujukan untuk

mendukung data empirik yang diperoleh.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan bahan-bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus

besar bahasa Indonesia, kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain

mengenai pemberian jasa hukum kenotariatan secara cuma-cuma.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

14

4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

a. Wawancara

Yaitu perolehan data dari hasil wawancara langsung dengan responden

atau narasumber yang berhubungan dengan penelitian ini yakni dengan

10 Notaris di Kota Malang.

b. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data-data yang dimiliki oleh pihak terkait serta

ditambah dengan penulusuran peraturan perundang-undangan,

pengumpulan berita-berita dari sumber terpercaya dalam hal berkenaan

dengan proses penelitian ini.

c. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan

kepustakaan dari berbagai literatur atau buku-buku ataupun jurnal.

d. Internet

Yaitu dengan melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan

melalui internet atau website untuk melengkapi bahan hukum lainnya.

5. Teknik Analisa Data

Analisa dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yakni

analisa data-data terkait yang didapatkan/dikumpulkan penulis yang

kemudian dikaji berdasarkan perbandingan teori dan asas-asas hukum,

norma,dan pasal-pasal dalam undang-undang serta peraturan mengenai

undang-undang jabatan notaris terutama pada pelaksanaan kewajiban

notaris dalam memberikan jasa cuma-cuma kepada orang tidak mampu.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

15

Selanjutnya penulis akan membuat kesimpulanserta solusi permasalahan

yang diangkat dalam penelitian ini berdasarkan data yang diperoleh yang

kemudian di olah serta di sajikan dalam bentuk deskriptif.

G. Sistematika Penulisan

Sebagai penelitan ilmiah, syarat sistematika merupakan hal yang harus

dipenuhi, dalam penulisan skripsi ini sistematika penulisannya sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini akan menguraikan latar belakang, yakni memuat landasan

yang bersifat ideal das sollen dan kenyataan das sein yang melatar

belakangi suatu masalah yang hendak dikaji lebih mendalam.

Rumusan masalah yang diturunkan dari latar belakang memuat

suatu masalah yang akan diangkat dan dibahas. Adapun

selanjutnya tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan,

metode dan sistematika penelitian untuk mempermudah

penyusunan penulisan hukum ini.

Bab II Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini berisi tentang pemaparan kajian-kajian teoritik yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan ditulis, yang mana nanti

akan dijadikan landasan analisis hukum penulisan di bab

selanjutnya yakni Bab III pembahasan, dalam hal ini penulis

memilih kerangka teori mengenai: (1) tinjauan umum tentang

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37857/2/jiptummpp-gdl-fitrianurj-51262-2-babi.pdf · secara dinamis itu dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses memperoleh

16

konsep negara hukum (rule of law); (2) tinjauan umum tentang

masyarakat tidak mampu; (3) tinjauan umum tentang notaris; (4)

tinjauan umum tentang pemberian jasa hukum secara cuma-cuma

oleh notaris; (5) tinjauan umum tentang efektivitas hukum.

Bab III Hasil Penelitian

Bab III ini akan memaparkan apa yang menjadi pokok bahasan

sebagai obyek kajian dalan penulisan, fokus permasalahan yang

dikaji dalam bab ini mengenai implementasi, faktor-faktor ketidak

optimalan serta upaya optimalisasi pemberian jasa hukum di

bidang kenotariatan secara cuma-cumabagi masyarakat tidak

mampu oleh notaris ditinjau dari undang-undang nomor 2 tahun

2014 tentang jabatan notaris di wilayah hukum Kota Malang,

Kemudian akan diuraikan dengan sistematika penulisan serta

penggunaan bahan hukum yang telah disebutkan diatas, sehingga

dapat ditemukan jawaban dari permasalahan tersebut.

Bab IV Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan yang telah

diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan berisi saran-saran yang

perlu disampaikan sebagai usaha untuk penelitian selanjutnya

tentang pemberian jasa hukum di bidang kenotariatan secara cuma-

cuma bagi masyarakat tidak mampu oleh notaris.