bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/a. cucu samsuri umar_bab i.pdf ·...

17
xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Tegal merupakan suatu daerah yang memiliki perjalanan sejarah yang panjang, sehingga menciptakan suatu kebudayaan yang hingga kini harus tetap terjaga dan terpelihara keasliannya. Simbol sebagai kota yang bersejarah bukanlah sekadar ucapan semata, melainkan terbukti dengan keberadaan warisan cagar budaya yang menunjukkan jati diri Kabupaten Tegal. Pengenalan sejarah merupakan kenyataan manusiawi yang dapat ditelusuri sejak perkembangan manusia yang paling dini, sejauh masa itu meninggalkan jejak-jejaknya dalam suatu perwujudan tertentu. Dari goresan berupa tulisan atau lukisan sampai dengan jejak berupa dokumen dan monumen adalah merupakan bukti nyata manusia pada suatu masa (Abu Su’ud, 2003: 133). Kenyataan masa lampau dapat dilihat dari benda-benda atau koleksi benda-benda yang masih tersimpan sampai saat ini. Keberadaannya membawa makna nyata terutama untuk menyingkap setiap peristiwa pada masa lampau sekaligus sebagai ukuran untuk melihat ketinggian martabat suatu bangsa. Slawi berupaya keras mematut diri, memosisikan sebagai Ibukota Kabupaten yang representatif. Sejumlah fasilitas umum dan publik yang perlu dimiliki sebuah Ibukota Kabupaten telah ada di Slawi. Sebut saja terminal, pasar, masjid agung, alun-alun, kantor kabupaten, hingga penjara. Namun pemenuhan kebutuhan kota saja tidak cukup. Karena hingga kini Slawi belum secara utuh menjadi identitas dan pusat kebudayaan Kabupaten Tegal. Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Upload: others

Post on 06-Mar-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Tegal merupakan suatu daerah yang memiliki perjalanan

sejarah yang panjang, sehingga menciptakan suatu kebudayaan yang hingga

kini harus tetap terjaga dan terpelihara keasliannya. Simbol sebagai kota yang

bersejarah bukanlah sekadar ucapan semata, melainkan terbukti dengan

keberadaan warisan cagar budaya yang menunjukkan jati diri Kabupaten Tegal.

Pengenalan sejarah merupakan kenyataan manusiawi yang dapat ditelusuri

sejak perkembangan manusia yang paling dini, sejauh masa itu meninggalkan

jejak-jejaknya dalam suatu perwujudan tertentu. Dari goresan berupa tulisan

atau lukisan sampai dengan jejak berupa dokumen dan monumen adalah

merupakan bukti nyata manusia pada suatu masa (Abu Su’ud, 2003: 133).

Kenyataan masa lampau dapat dilihat dari benda-benda atau koleksi

benda-benda yang masih tersimpan sampai saat ini. Keberadaannya membawa

makna nyata terutama untuk menyingkap setiap peristiwa pada masa lampau

sekaligus sebagai ukuran untuk melihat ketinggian martabat suatu bangsa.

Slawi berupaya keras mematut diri, memosisikan sebagai Ibukota

Kabupaten yang representatif. Sejumlah fasilitas umum dan publik yang perlu

dimiliki sebuah Ibukota Kabupaten telah ada di Slawi. Sebut saja terminal,

pasar, masjid agung, alun-alun, kantor kabupaten, hingga penjara. Namun

pemenuhan kebutuhan kota saja tidak cukup. Karena hingga kini Slawi belum

secara utuh menjadi identitas dan pusat kebudayaan Kabupaten Tegal.

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xv

Telah 24 tahun Tegal memiliki ibukota sendiri. Periode dua dekade

bukan waktu yang singkat. Namun pencapaian yang telah diperoleh juga belum

cukup memuaskan, bayang-bayang Kxvota Tegal secara sederhana lahir karena

kesamaan nama daerah. Kondisi yang relatif sama juga dialami kabupaten dan

kota yang memiliki pertautan historis sehingga memiliki nama yang sama.

Sebut saja Kabupaten dan kota Pekalongan, Semarang, Magelang, Bandung

atau Tangerang. Kota Kajen, Ungaran, Mungkid, Soreang, dan Tigaraksa

mengalami problem yang kurang lebih sama dengan Slawi. Problem serupa

dalam konteks sedikit berbeda terjadi pada ibukota kabupaten yang memiliki

reputasi melebihi Kabupatennya. Purwodadi sebagai ibukota Grobogan,

Purwokerto sebagai pusat pemerintahan Banyumas dapat dijadikan contoh

kasus ini. Dalam kasus ini ibukota kabupaten justru menjadi identitas

kabupaten secara keseluruhan. Secara sederhana, cara efektif untuk

membangun identitas Slawi dan Kabupaten Tegal adalah dengan mengubah

nama daerah (Hestiyanto, 2008).

Dengan nama yang berbeda dengan Kota Tegal, Kabupaten dapat

membangun identitas seiring dengan perubahan nama daerah yang dipilih.

Namun mengubah nama daerah bukan persoalan sederhana. Nama daerah di

dalamnya telah melekat identitas, harga diri dan perjalanan sejarah yang

panjang. Walaupun bukan berarti tidak ada daerah yang mengubah namanya.

Seperti Ujungpandang menjadi Makassar, Irian Jaya menjadi Papua, Aceh

menjadi Nanggroe Aceh Darussalam, atau Muangthai menjadi Tahiland dan

Campa menjadi Kamboja. Brebes dan Pemalang meski pernah berada dalam

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xvi

kekuasaan Tegal ketika menjadi karesidenan telah menjadi kota mandiri salah

satunya karena perbedaan nama dengan Tegal. Sehingga Brebes dan Pemalang

dapat dengan mudah menyesuaikan diri ketika kemudian statusnya secara

definisi setara dengan daerah induk (Hestiyanto, 2008).

Di Kabupaten Tegal telah banyak dikenal oleh masyarakat luas dari

berbagai aspek, baik budaya, ekonomi, maupun sosial, maka salah satu media

yang mendorong untuk lebih memperkenalkan kabupaten Tegal adalah aspek

sejarah dan budaya. Terdapat banyak tempat wisata sejarah di Kabupaten Tegal

yang bisa dikunjungi. Baik wisata spiritual, petualangan, wisata alam dan lain

sebagainya. Di antaranya Monumen GBN Slawi, Monumen GBN Lebaksiu,

Monumen Ranjau Kalibakung, Jembatan Merah, Museum Situs Semedo, dan

Museum Sekolah Slawi (Brosur, Pesona wisata Kabupaten Tegal).

Salah satu objek wisata yang menjadi unggulan di Kabupaten Tegal

adalah Museum Sekolah Slawi. Museum Sekolah Slawi ini merupakan satu-

satunya museum yang memberikan gambaran tentang perkembangan kegiatan

belajar mengajar di Indonesia khususnya Jawa Tengah mulai dari pengajaran

yang sifatnya informal di perguruan-perguruan tradisional maupun pesantren-

pesantren sampai pengajaran yang sifatnya formal yaitu di sekolah-sekolah

mulai dari zaman Jepang sampai sekarang. Sehingga koleksi museum ini

kebanyakan adalah ijazah-ijazah, STTB, dan lain-lain dari masa ke masa.

Museum ini terletak di sebelah selatan bundaran Procot yang membuat

posisinya mudah ditemui. Selain itu juga berada di Jl. A. Yani Slawi yang

merupakan salah satu jalan utama di Kabupaten Tegal (Efendi,

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xvii

http://www.disparbud.tegalkab.go.id/id/component/content/article/64/14-

museum-sekolah-slawi.html, diakses 4 september 2014).

Museum ini merupakan satu-satunya museum sekolah yang ada di

Jawa Tengah sehingga keberadaan museum Sekolah Slawi menjadi salah satu

kebanggaan pemerintah daerah Kabupaten Tegal karena museum ini dinaungi

oleh pemerintah Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tegal. Dalam

menjalankan aktivitasnya, museum sekolah Slawi mengutamakan dan

mementingkan penampilan koleksi yang dimilikinya, setiap koleksi merupakan

bagian integral dari kebudayaan dan sumber ilmiah (Wuninggar, wawancara 20

November 2014).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa museum Sekolah

Slawi merupakan satu-satunya museum di Kabupaten Tegal yang memiliki

koleksi-koleksi yang berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber belajar siswa

di Kabupaten Tegal. Melihat fakta tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Museum Sekolah Slawi Di Kabupaten

Tegal (1972-2014). Alasan peneliti memilih judul tersebut karena masih

banyak masyarakat yang belum tahu keberadaan museum tersebut dan

pembatasan tahun pada judul tersebut di dasarkan pada mulai dibangunnya

gedung museum.

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini

tidak terjadi kerancuan, maka peneliti dapat membatasi dan merumuskan

permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini.

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xviii

1. Deskripsi sosial budaya Kelurahan Procot.

2. Latar belakang berdirinya Museum Sekolah Slawi.

3. Koleksi yang terdapat pada Museum Sekolah Slawi.

4. Fungsi Museum Sekolah Slawi sebagai sarana pembelajaran sejarah.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui Deskripsi sosial budaya Kelurahan Procot.

2. Latar belakang berdirinya Museum Sekolah Slawi.

3. Koleksi yang terdapat pada Museum Sekolah Slawi.

4. Fungsi Museum Sekolah Slawi sebagai sarana pembelajaran sejarah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dibagi menjadi dua, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat: pertama, kegunaan yang bersifat

ilmiah adalah untuk memperkaya ilmu pengetahuan mengenai benda-benda

bersejarah, khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai

benda-benda bersejarah di Kabupaten Tegal. Kedua, diharapkan dapat

memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai peninggalan-

peninggalan benda bersejarah

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat diambil antara lain: pertama, bagi para

mahasiswa, dosen, pelajar, dan peneliti, penelitian ini dapat dijadikan

wacana yang dapat meramaikan perbincangan metodologis museum-

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xix

museum yang ada di Indonesia. Kedua, diharapkan penelitian ini memiliki

kelayakan untuk dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan

mengkaji objek penelitian yang sama dengan metode dan pendekatan yang

bebeda.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini bukanlah penelitian pertama yang dilakukan, melainkan

sudah ada penelitian sejenis yang sudah pernah ada. Penelitian tersebut berbeda

dalam konteks regional ataupun dalam konteks isi dengan penelitian yang

hendak dilakukan. Penelitian ini merujuk pada beberapa tinjaun pustaka yang

peneliti gunakan, tinjauan pustaka tersebut terdiri dari beberapa penelitian

sejenis yang sudah ada sebelumnya.

Salah satu skripsi yang digunakan peneliti yaitu skripsi yang berjudul

Museum Sangiran: Historisitas dan Relevansinya sebagai Sumber

Pembelajaran Sejarah karya Sigit Dwiyantoro FKIP Universitas Jember 2012.

Museum Sangiran terletak di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten

Sragen. Penelitan ini lebih khusus membahas koleksi-koleksi Museum

Sangiran yang mempunyai relevansi dengan materi yang terdapat pada

kurikulum di sekolah. Yaitu pada materi siswa SMP kelas VII dan SMA kelas

X semester gasal yang membahas keragaman bentuk muka bumi, proses

pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan, kehidupan pada masa pra-

aksara di Indonesia, tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra

aksara dan masa aksara karena koleksi yang terdapat di museum Sangiran

dominan mengenai kehidupan masa pra aksara dan masa aksara.

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xx

Skripsi yang berjudul Fungsi Museum Blambangan Kabupaten

Banyuwangi sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah karya Julia Lestari FKIP

Universitas Jember 2012. Museum Blambangan merupakan museum yang

menyimpan koleksi benda-benda peninggalan sejarah yang bertempat di Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata di Jalan A.Yani No.78 Banyuwangi. Dari jenis

koleksi yang ada di museum, ada beberapa koleksi yang dapat di jadikan

sumber pembelajaran sejarah, dari koleksi benda-benda tersebut dapat

diklasifikasikan pada zaman Neolitikum dan Hindhu-Budha. Perwujudan dari

pemanfaatan museum Blambangan dapat dilakukan dengan metode

pembelajaran sejarah di luar kelas dengan model living story yaitu pengenalan

lingkungan melalui metode widya wisata dimana kegiatan pembelajaran

dilakukan diluar kelas.

Skripsi yang berjudul Peranan Museum Soesilo Soedarman Terhadap

Pendidikan Karakter (2008-2014), karya Era Mega FKIP Universitas

Muhammadiyah Purwokerto 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendapatkan gambaran mengenai latar belakang pendirian museum, peranan

museum Sosilo Soedarman terhadap pendidikan karakter dan hambatan apa

yang dihadapi oleh pengelola dan bagaimana cara mengatasinya. Museum

Soesilo Soedarman merupakan museum kebanggaan masyarakat Cilacap,

khususnya desa Gentarsari Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap karena

merupakan salah satu tempat melestarikan aset-aset yang dimiliki bapak

Soesilo Soedarman dari beliau kecil hingga beliau wafat, sekaligus sebagai

sarana pendidikan bagi para generasi penerus. Museum Soesilo Soedarman

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xxi

sangat cocok dikunjungi wisatawan terutama bagi para pelajar karena memiliki

banyak koleksi sejarah yang dapat menambah pengetahuan bagi pelajar.

Skripsi yang berjudul Perkembangan Monumen Jenderal Soedirman

dan Fungsinya sebagai Sarana Pembelajaran Nilai-Nilai Sejarah Perjuangan

Bangsa di Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga,

FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2013. Penelitian ini bertujuan

untuk mengungkap bagaimana sejarah monumen Jenderal Soedirman, dan

fungsinya sebagai sarana pembelajaran nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa.

Hasil dari penelitian yaitu perkembangan dan fungsi monumen. Monumen

Jenderal Soedirman mengalami beberapa kali pemugaran dan penambahan

koleksi benda-benda serta penambahan bangunan. Yaitu tahun 1990

penambahan patung Pramuka Soedirman yang langsung di resmikan oleh

Presiden Soeharto, kemudian selanjutnya monuemen di pugar tahun 2004,

2007 dan 2008. Monumen mempunyai berbagai macam fungsi yaitu fungsi

edukatif,inspiratif dan rekreatif serta fungsi untuk menanamkan nilia-nilai

keteladanan.

Setelah melihat beberapa penelitian yang relevan diatas sebenarnya

tidak banyak perbedaan, hanya saja terletak pada tempat dan waktu penelitian.

Semuanya menggunakan metode penelitian sejarah seperti penelitian yang

dilakukan peneliti yang membahas latar belakang berdirinya museum dan

fungsi museum. Letak perbedaanya yaitu terfokus pada isi penelitian dan

daerah yang digunakan, penelitian ini membahas mengenai latar belakang

berdirinya museum, koleksi-koleksi yang terdapat pada museum, dan cara

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xxii

mendapatkan koleksi-koleksi tersebut untuk dijadikan daftar koleksi museum

sekaligus fungsi museum Sekolah Slawi. Penelitian ini juga membahas

kehidupan sosial budaya yang ada di wilayah sekitar lokasi penelitian.

F. Landasan Teori dan Pendekatan Penelitian

1. Landasan Teori

Dalam bukunya Priyadi yang mengutip bukunya Kuntowijoyo yang

menjelaskan teori sejarah pada hakikatnya adalah teori pengetahuan yang

sederajat dengan epistemologi dalam filsafat. Teori pengetahuan mempunyai

fungsi yang mendasari penelitian sejarah dengan objeknya, yaitu manusia

dalam ruang dan waktu (Priyadi, 2013: 44).

Fungsi teori dalam disiplin sejarah seperti juga terdapat dalam disiplin

ilmu-ilmu yang lain, yaitu untuk mengidentifikasi masalah yang hendak

diteliti, disamping untuk menyusun kategori-kategori serta mengorganisasi

hipotesis-hipotesis. Melalui tahap ini berbagai macam interpretasi data dapat

diuji, dan memperlihatkan ukuran-ukuran atau kriteria yang dijadikan dasar

untuk membuktikan sesuatu (Sukardi, 2013: 86). Dengan demikian, teori

memang tidak dapat memberikan jawaban kepada penulis, akan tetapi teori

dapat membekali penulis dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan

terhadap fenomena atau gejala yang hendak diteliti.

Penelitian ini menggunakan teori museum, museum yaitu salah satu

bentuk lembaga untuk koleksi karya dan prestasi masyarakat di masa lampau.

Tentu saja museum tidak harus dalam bentuk bangunan yang menyimpan

karua dan prestasi masyarakat di masa lampau tetapi juga berbentuk suatu

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xxiii

situs lingkungan fisik tertentu. Keberadaan museum akan menjadi lebih berarti

jika dikaitkan dengan pendidikan sejarah karena museum memberikan fasilitas

belajar sejarah yang sangat menguntungkan dan merupakan bagian sumber

belajar sejarah yang nyata. Museum bukanlah semata-mata suatu alat untuk

mencegah bahaya kemiskinan kebudayaan suatu bangsa saja tetapi adalah

suatu lembaga untuk memajukan peradaban bangsa (Munandar dkk, 2011:10).

Menurut Internasional Countil of Museum atau Organisasi

Permuseuman Internasional ICOM, museum itu adalah suatu lembaga yang

permanen, yang melayani kepentingan masyarakat dan kemajuannya, terbuka

untuk untuk umum, tidak bertujuan mencari keuntungan, yang,

mengumpulkan, memelihara, meneliti, memamerkan dan mengkomunikasikan

benda-benda pembuktian material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan-

tujuan studi, pendidikan rekreasi (Sutaarga, 1991: 3). Maka sudah jelas

dikemukakan bahwa koleksi museum terbuka untuk umum.

Kata museum berasal dari bahasa yunani kuno yaitu museion yang

merupakan sebuah bangunan tempat suci untuk memuja Sembilan dewi seni

dan ilmu pengetahuan. Salah satu dari Sembilan dewi itu adalah Mouse yang

lahir dari Mahadewa Zous dengan isterinya, dewa dan dewi tersebut

bersemayam di pegunungan Olympus. Museion selain tempat suci juga

merupakan tempat untuk berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta

menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat pemujaan dewa

dewi (Vibariani, 2007: 3).

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xxiv

Museum dibuka untuk masyarakat umum, ada yang dikenakan biaya

dan ada juga yang membebaskan biaya bagi para pengunjung yang akan

masuk. Tetapi museum tidak dijalankan untuk mencari keuntungan, berbeda

dengan galeri yang menyediakan berbagai objek atau benda koleksi yang bisa

dijual kepada pengunjung. Ada museum yang dikelola oleh pribadi atau

keluarga dan ada juga mesum yang dikelola oleh pemerintah.

Pendirian sebuah museum dapat memberikan banyak manfaat yaitu

museum sebagai tempat memelihara warisan budaya, tempat untuk membina

dan melatih generasi muda, artinya mereka mampu menguasai seni

kebudayaan bangsanya kemudian mengkreasikan dalam bentuk yang baru dan

melestarikan budaya yang telah ada. Museum merupakan cerminan

kebudayaan setempat di dalam lingkungan nasional dan membuat manusia

penuh kesadaran dalam kebudayaan. Dan yang terakhir museum bermanfaat

sebagai tempat pusat pendidikan masyarakat dan sebagai alat penunjang

pelajaran (Kusumo, 1990: 25-29).

Museum mempunyai fungsi untuk mengembangkan kegiatan yang

berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran masyarakat. Museum ini

penting sebagai sarana penanaman nilai-nilai dan pengembangan budaya serta

meningkatkan rasa kebanggaan nasional dan jati diri bangsa. Museum harus

dapat mendukung proses pendidikan, khususnya di bidang pendidikan sejarah

dan kepurbakalaan Indonesia. Dengan adanya museum, siswa dapat melihat

langsung potensi dan arti penting sumber daya budaya, serta upaya dan proses

pelestariannya. Sesuai dengan tujuan dan fungsi museum sebagai sarana

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xxv

pendidikan, maka museum dapat di manfaatkan sebagai tempat belajar bagi

siswa sekolah dari berbagai tingkatan.

Dari keterangan tersebut diatas nyatalah bahwa museum bukan hanya

sebagai tempat penampungan koleksi barang-barang antik melainkan

berfungsi sebagai pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah, pusat penyaluran

ilmu untuk umum, pusat penikmatan karya seni, pusat perkenalan kebudayaan

antar daerah dan antar bangsa, sebagai objek wisata, media pembinaan

pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan, suaka alam dan suaka budaya,

cermin sejarah manusia baik alam maupun kebudayaan serta sebagai sarana

untuk bertakwa kepada Tuhan (Vibariani, 2007: 6).

2. Pendekatan

Selain teori yang digunakan dalam sebuah penelitian. Penelitian

tersebut hendaknya memiliki sebuah pendekatan yang relevan untuk

mempermudah peneliti dalam melakukan penelitianya. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan pendekatan arkeologi. Pendekatan arkeologi digunakan

untuk menekankan dalam memberikan bahan penting terhadap ilmu purbakala

yang berkaitan dengan bekas atau warisan masa lalu berupa artefak. Warisan

itu dapat berupa bangunan dan monumen yang masih terdapat diatas

permukaan tanah, bekas yang tersimpan dalam tanah yang dikeluarkan dengan

penggalian maupun penggalian tinggalan arkeologis yang tersimpan dibawah

laut (Hamid, 2011: 26). Adanya pendekatan arkeologi diharapkan penelitian

yang dilakukan akan lebih baik karena penelitian yang dilakukan peneliti erat

kaitannya dengan warisan masa lalu yang tersimpan dalam museum.

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xxvi

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara utama yang dipakai untuk mencapai

tujuan, mengisi serangkaian hipotesis dengan alat-alat tertentu. Metode

penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode

penelitian sejarah. Metode sejarah adalah suatu cara seseorang sejarawan

mendekati objek penelitiannya dengan langkah-langkah yang terstruktur

sehingga akan mempermudah dalam pemerolehan data. Adapaun langkah-

langkah tersebut adalah sebagai berikiut:

1. Heuristik

Data sejarah itu harus dicari dan juga ditemukan. Itulah maksud dari

heuristik. Data sejarah tidak selalu tersedia dengan mudah sehingga untuk

memperolehnya harus bekerja keras mencari data lapangan. Heuristik yaitu

suatu kegiatan pencarian sumber-sumber yang dibutuhkan dalam proses

pembuatan skripsi (Priyadi, 2013: 112). Menurut sifatnya sumber sejarah dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber

primer sebagai kesaksian dari saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi

dengan panca indera yang lain, atau dengan alat mekanis. Sumber primer

merupakan saksi pandangan mata atas peristiwa yang terjadi. Sebagai laporan

pandangan mata maka sumber primer harus dihasilkan oleh pelaku atau orang

sezaman dengan peristiwa yang dikisahkan (Gottschalk, 1975: 28).

Sumber primer dalam penelitian ini memanfaatkan semua literatur

yang berkaitan dengan Museum Sekolah Slawi dan wawancara dengan pelaku

sejarah, yaitu Pak Atmorejo petugas kebersihan sekaligus penjaga Museum

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xxvii

Sekolah Slawi, Kepala museum Ibu Wuninggar, Kasi Sejarah Kepurbakalaan

Bapak Jamroni dan narasumber lain yang masih ada kaitannya dengan museum

Sekolah Slawi ini.

Sedangkan Sumber sekunder adalah orang yang mengetahui kejadian

tersebut tapi bukan pelaku atau saksi sejarah. Sumber sekunder tersebut

merupakan salah satu tumpuan sejarawan untuk memperoleh pengetahuan

tentang latar belakang untuk menggali dokumen yang sejaman (Gottschalk,

1975: 29).

Menurut bahannya, sumber dibagi menjadi dua kategori, yaitu sumber

tertulis (document) dan sumber tidak tertulis (artifact). Dalam penelitian ini,

peneliti mengumpulkan data di perpustakaan UMP, perpustakaan Museum

Sekolah Slawi, Perpustakaan daerah Kabupaten Tegal dan tempat-tempat

lainnya yang menyediakan data yang terkait dengan penelitian ini.

2. Kritik

Setelah data dokumen, manuskrip (naskah-naskah lama), artefak,

foklor, dan sejarah lisan diperoleh dan dikumpulkan, peneliti harus melakukan

langkah kritik dan verifikasi sebelum digunakan. Verifikasi berusaha menilai

apakah data itu asli atau selanjutnya bisa dipercaya. Di sini ada dua hal yang

dituntut, yaitu otensitas (keaslian sumber) melalui krtik eksternal dan

kredibilitas (tingkat kebenaran informasi) dengan cara krirtik internal.

Keontetikan melihat dari sisi luar data, kekredibilitasan mengkritisi hal-hal

berkaitan dengan isi data (Priyadi, 2013: 118).

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xxviii

3. Interpretasi

Sebelum pada tahap historiografi, terlebih dahulu fakta sejarah

digabung-gabungkan berdasarkan subjek kajian. Dalam kaitan itu, tema pokok

kajian merupakan kaidah yang dijadikan sebagai kriteria dalam

menggabungkan data sejarah. Data yang tidak berkaitan dipisahkan agar tidak

mengganggu peneliti dalam merekonstruksi peristiwa sejarah (Hamid, 2011:

49-50).

Penulisan sejarah diperlukan dua komponen, yaitu fakta sejarah dan

interpretasi. Fakta sejarah cenderung akan diam dan menyembunyikannya

adalah sejarawan melalui interpretasi. Fakta yang tidak di interpretasikan

bukanlah sejarah (Priyadi, 2013: 121).

4. Historiografi

Langkah terakhir untuk puncak metode sejarah yaitu penulisan sejarah

atau sering disebut historiografi. Historiografi merupakan puncak dari segala-

galanya dari metode penelitian sejarah, sejarawan pada fase ini mencoba

menangkap dan memahami sejarah sebagaimana kisah, artinya sejarah

dipandang sebagai kisah, yaitu kisah yang ditulis oleh sejarawan, maupun

penulis, sehingga karyanya itu disebut sejarah sebagaimana dikisahkan

(Priyadi, 2013: 122). Pada langkah ini peneliti menuliskan hasil yang didapat

dari penelitianya, hasil tersebut adalah hasil penelitian yang berdasarkan fakta-

fakta yang ada di lapangan.

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xxix

H. Sistematika Penulisan

Penyusunan yang dilakukan dalam sebuah penelitian secara ilmiah

harus sesuai sistematis penulisan yang telah ditentukan. Tujuan dari sistematika

penyusunan ini supaya penelitian yang dilakukan dan hasil yang diperoleh

dapat lebih sistematis dan terinci secara baik. Adapun sistematika penulisan

dalam penelitian ini peneliti membagi ke dalam beberapa bagian.

Bab satu pendahuluan, dalam bab ini berisi gambaran secara singkat

mengapa peneliti mengambil tema penelitianya. Bab ini terdiri dari latar

belakang masalah yang berisi latar belakang atau alasan mengapa peneliti

mengambil penelitian ini, rumusan masalah yang berisi mengenai poin-poin

apa saja yang akan diteliti oleh peneliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

tinjaun pustaka yang berisi mengenai kepustakaan yang pernah diteliti oleh

orang atau kelompok mengenai penelitian yang akan diteliti, metode penelitian

yang berisi metode atau cara peneliti dalam melakukan penelitian, landasan

teori dan pendekatan yang berisi dasar atau pondasi teori yang digunakan untuk

mendukung keabsahan penelitian serta pendekatan apa yang cocok untuk

penelitian, sistematika penulisan yang berisi bagian-bagian yang akan diteliti.

Bab dua deskripsi sosial budaya Kabupaten Tegal, pada bab ini

peneliti membahas kondisi sosial budaya wilayah penelitian yaitu tradisi teh

poci, bahasa tegalan, wayang kulit, batik tradisional dan sosial ekonomi

kelurahan Procot.

Bab tiga berisi berdirinya Museum Sekolah Slawi, bab ini peneliti

akan membahas mengenai sejarah berdirinya museum Sekolah Slawi dari awal

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/A. Cucu Samsuri Umar_BAB I.pdf · Muhammadiyah Purwokerto. 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk ... dilakukan peneliti

xxx

berdirinya sampai kendala saat dan sesudah dibangunya museum dan loleksi

yang tersimpan pada museum Sekolah Slawi.

Bab empat berisi fungsi museum sebagai sarana pembelajaran sejarah

ditinjau dari fungsi museum sebagai tempat pelestarian benda-benda

bersejarah, Museum Sekolah Slawi sebagai salah satu sarana pendidikan, dan

hubungannya dengan kepariwisataan Kabupaten Tegal.

Bab lima berisi simpulan dan saran sekaligus penutup skripsi.

Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015