bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/7065/2/a. cucu samsuri umar_bab i.pdf ·...
TRANSCRIPT
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Tegal merupakan suatu daerah yang memiliki perjalanan
sejarah yang panjang, sehingga menciptakan suatu kebudayaan yang hingga
kini harus tetap terjaga dan terpelihara keasliannya. Simbol sebagai kota yang
bersejarah bukanlah sekadar ucapan semata, melainkan terbukti dengan
keberadaan warisan cagar budaya yang menunjukkan jati diri Kabupaten Tegal.
Pengenalan sejarah merupakan kenyataan manusiawi yang dapat ditelusuri
sejak perkembangan manusia yang paling dini, sejauh masa itu meninggalkan
jejak-jejaknya dalam suatu perwujudan tertentu. Dari goresan berupa tulisan
atau lukisan sampai dengan jejak berupa dokumen dan monumen adalah
merupakan bukti nyata manusia pada suatu masa (Abu Su’ud, 2003: 133).
Kenyataan masa lampau dapat dilihat dari benda-benda atau koleksi
benda-benda yang masih tersimpan sampai saat ini. Keberadaannya membawa
makna nyata terutama untuk menyingkap setiap peristiwa pada masa lampau
sekaligus sebagai ukuran untuk melihat ketinggian martabat suatu bangsa.
Slawi berupaya keras mematut diri, memosisikan sebagai Ibukota
Kabupaten yang representatif. Sejumlah fasilitas umum dan publik yang perlu
dimiliki sebuah Ibukota Kabupaten telah ada di Slawi. Sebut saja terminal,
pasar, masjid agung, alun-alun, kantor kabupaten, hingga penjara. Namun
pemenuhan kebutuhan kota saja tidak cukup. Karena hingga kini Slawi belum
secara utuh menjadi identitas dan pusat kebudayaan Kabupaten Tegal.
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xv
Telah 24 tahun Tegal memiliki ibukota sendiri. Periode dua dekade
bukan waktu yang singkat. Namun pencapaian yang telah diperoleh juga belum
cukup memuaskan, bayang-bayang Kxvota Tegal secara sederhana lahir karena
kesamaan nama daerah. Kondisi yang relatif sama juga dialami kabupaten dan
kota yang memiliki pertautan historis sehingga memiliki nama yang sama.
Sebut saja Kabupaten dan kota Pekalongan, Semarang, Magelang, Bandung
atau Tangerang. Kota Kajen, Ungaran, Mungkid, Soreang, dan Tigaraksa
mengalami problem yang kurang lebih sama dengan Slawi. Problem serupa
dalam konteks sedikit berbeda terjadi pada ibukota kabupaten yang memiliki
reputasi melebihi Kabupatennya. Purwodadi sebagai ibukota Grobogan,
Purwokerto sebagai pusat pemerintahan Banyumas dapat dijadikan contoh
kasus ini. Dalam kasus ini ibukota kabupaten justru menjadi identitas
kabupaten secara keseluruhan. Secara sederhana, cara efektif untuk
membangun identitas Slawi dan Kabupaten Tegal adalah dengan mengubah
nama daerah (Hestiyanto, 2008).
Dengan nama yang berbeda dengan Kota Tegal, Kabupaten dapat
membangun identitas seiring dengan perubahan nama daerah yang dipilih.
Namun mengubah nama daerah bukan persoalan sederhana. Nama daerah di
dalamnya telah melekat identitas, harga diri dan perjalanan sejarah yang
panjang. Walaupun bukan berarti tidak ada daerah yang mengubah namanya.
Seperti Ujungpandang menjadi Makassar, Irian Jaya menjadi Papua, Aceh
menjadi Nanggroe Aceh Darussalam, atau Muangthai menjadi Tahiland dan
Campa menjadi Kamboja. Brebes dan Pemalang meski pernah berada dalam
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xvi
kekuasaan Tegal ketika menjadi karesidenan telah menjadi kota mandiri salah
satunya karena perbedaan nama dengan Tegal. Sehingga Brebes dan Pemalang
dapat dengan mudah menyesuaikan diri ketika kemudian statusnya secara
definisi setara dengan daerah induk (Hestiyanto, 2008).
Di Kabupaten Tegal telah banyak dikenal oleh masyarakat luas dari
berbagai aspek, baik budaya, ekonomi, maupun sosial, maka salah satu media
yang mendorong untuk lebih memperkenalkan kabupaten Tegal adalah aspek
sejarah dan budaya. Terdapat banyak tempat wisata sejarah di Kabupaten Tegal
yang bisa dikunjungi. Baik wisata spiritual, petualangan, wisata alam dan lain
sebagainya. Di antaranya Monumen GBN Slawi, Monumen GBN Lebaksiu,
Monumen Ranjau Kalibakung, Jembatan Merah, Museum Situs Semedo, dan
Museum Sekolah Slawi (Brosur, Pesona wisata Kabupaten Tegal).
Salah satu objek wisata yang menjadi unggulan di Kabupaten Tegal
adalah Museum Sekolah Slawi. Museum Sekolah Slawi ini merupakan satu-
satunya museum yang memberikan gambaran tentang perkembangan kegiatan
belajar mengajar di Indonesia khususnya Jawa Tengah mulai dari pengajaran
yang sifatnya informal di perguruan-perguruan tradisional maupun pesantren-
pesantren sampai pengajaran yang sifatnya formal yaitu di sekolah-sekolah
mulai dari zaman Jepang sampai sekarang. Sehingga koleksi museum ini
kebanyakan adalah ijazah-ijazah, STTB, dan lain-lain dari masa ke masa.
Museum ini terletak di sebelah selatan bundaran Procot yang membuat
posisinya mudah ditemui. Selain itu juga berada di Jl. A. Yani Slawi yang
merupakan salah satu jalan utama di Kabupaten Tegal (Efendi,
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xvii
http://www.disparbud.tegalkab.go.id/id/component/content/article/64/14-
museum-sekolah-slawi.html, diakses 4 september 2014).
Museum ini merupakan satu-satunya museum sekolah yang ada di
Jawa Tengah sehingga keberadaan museum Sekolah Slawi menjadi salah satu
kebanggaan pemerintah daerah Kabupaten Tegal karena museum ini dinaungi
oleh pemerintah Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tegal. Dalam
menjalankan aktivitasnya, museum sekolah Slawi mengutamakan dan
mementingkan penampilan koleksi yang dimilikinya, setiap koleksi merupakan
bagian integral dari kebudayaan dan sumber ilmiah (Wuninggar, wawancara 20
November 2014).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa museum Sekolah
Slawi merupakan satu-satunya museum di Kabupaten Tegal yang memiliki
koleksi-koleksi yang berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber belajar siswa
di Kabupaten Tegal. Melihat fakta tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Museum Sekolah Slawi Di Kabupaten
Tegal (1972-2014). Alasan peneliti memilih judul tersebut karena masih
banyak masyarakat yang belum tahu keberadaan museum tersebut dan
pembatasan tahun pada judul tersebut di dasarkan pada mulai dibangunnya
gedung museum.
B. Rumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini
tidak terjadi kerancuan, maka peneliti dapat membatasi dan merumuskan
permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini.
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xviii
1. Deskripsi sosial budaya Kelurahan Procot.
2. Latar belakang berdirinya Museum Sekolah Slawi.
3. Koleksi yang terdapat pada Museum Sekolah Slawi.
4. Fungsi Museum Sekolah Slawi sebagai sarana pembelajaran sejarah.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Deskripsi sosial budaya Kelurahan Procot.
2. Latar belakang berdirinya Museum Sekolah Slawi.
3. Koleksi yang terdapat pada Museum Sekolah Slawi.
4. Fungsi Museum Sekolah Slawi sebagai sarana pembelajaran sejarah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dibagi menjadi dua, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat: pertama, kegunaan yang bersifat
ilmiah adalah untuk memperkaya ilmu pengetahuan mengenai benda-benda
bersejarah, khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai
benda-benda bersejarah di Kabupaten Tegal. Kedua, diharapkan dapat
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai peninggalan-
peninggalan benda bersejarah
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang dapat diambil antara lain: pertama, bagi para
mahasiswa, dosen, pelajar, dan peneliti, penelitian ini dapat dijadikan
wacana yang dapat meramaikan perbincangan metodologis museum-
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xix
museum yang ada di Indonesia. Kedua, diharapkan penelitian ini memiliki
kelayakan untuk dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan
mengkaji objek penelitian yang sama dengan metode dan pendekatan yang
bebeda.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini bukanlah penelitian pertama yang dilakukan, melainkan
sudah ada penelitian sejenis yang sudah pernah ada. Penelitian tersebut berbeda
dalam konteks regional ataupun dalam konteks isi dengan penelitian yang
hendak dilakukan. Penelitian ini merujuk pada beberapa tinjaun pustaka yang
peneliti gunakan, tinjauan pustaka tersebut terdiri dari beberapa penelitian
sejenis yang sudah ada sebelumnya.
Salah satu skripsi yang digunakan peneliti yaitu skripsi yang berjudul
Museum Sangiran: Historisitas dan Relevansinya sebagai Sumber
Pembelajaran Sejarah karya Sigit Dwiyantoro FKIP Universitas Jember 2012.
Museum Sangiran terletak di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen. Penelitan ini lebih khusus membahas koleksi-koleksi Museum
Sangiran yang mempunyai relevansi dengan materi yang terdapat pada
kurikulum di sekolah. Yaitu pada materi siswa SMP kelas VII dan SMA kelas
X semester gasal yang membahas keragaman bentuk muka bumi, proses
pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan, kehidupan pada masa pra-
aksara di Indonesia, tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra
aksara dan masa aksara karena koleksi yang terdapat di museum Sangiran
dominan mengenai kehidupan masa pra aksara dan masa aksara.
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xx
Skripsi yang berjudul Fungsi Museum Blambangan Kabupaten
Banyuwangi sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah karya Julia Lestari FKIP
Universitas Jember 2012. Museum Blambangan merupakan museum yang
menyimpan koleksi benda-benda peninggalan sejarah yang bertempat di Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata di Jalan A.Yani No.78 Banyuwangi. Dari jenis
koleksi yang ada di museum, ada beberapa koleksi yang dapat di jadikan
sumber pembelajaran sejarah, dari koleksi benda-benda tersebut dapat
diklasifikasikan pada zaman Neolitikum dan Hindhu-Budha. Perwujudan dari
pemanfaatan museum Blambangan dapat dilakukan dengan metode
pembelajaran sejarah di luar kelas dengan model living story yaitu pengenalan
lingkungan melalui metode widya wisata dimana kegiatan pembelajaran
dilakukan diluar kelas.
Skripsi yang berjudul Peranan Museum Soesilo Soedarman Terhadap
Pendidikan Karakter (2008-2014), karya Era Mega FKIP Universitas
Muhammadiyah Purwokerto 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan gambaran mengenai latar belakang pendirian museum, peranan
museum Sosilo Soedarman terhadap pendidikan karakter dan hambatan apa
yang dihadapi oleh pengelola dan bagaimana cara mengatasinya. Museum
Soesilo Soedarman merupakan museum kebanggaan masyarakat Cilacap,
khususnya desa Gentarsari Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap karena
merupakan salah satu tempat melestarikan aset-aset yang dimiliki bapak
Soesilo Soedarman dari beliau kecil hingga beliau wafat, sekaligus sebagai
sarana pendidikan bagi para generasi penerus. Museum Soesilo Soedarman
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xxi
sangat cocok dikunjungi wisatawan terutama bagi para pelajar karena memiliki
banyak koleksi sejarah yang dapat menambah pengetahuan bagi pelajar.
Skripsi yang berjudul Perkembangan Monumen Jenderal Soedirman
dan Fungsinya sebagai Sarana Pembelajaran Nilai-Nilai Sejarah Perjuangan
Bangsa di Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga,
FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2013. Penelitian ini bertujuan
untuk mengungkap bagaimana sejarah monumen Jenderal Soedirman, dan
fungsinya sebagai sarana pembelajaran nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa.
Hasil dari penelitian yaitu perkembangan dan fungsi monumen. Monumen
Jenderal Soedirman mengalami beberapa kali pemugaran dan penambahan
koleksi benda-benda serta penambahan bangunan. Yaitu tahun 1990
penambahan patung Pramuka Soedirman yang langsung di resmikan oleh
Presiden Soeharto, kemudian selanjutnya monuemen di pugar tahun 2004,
2007 dan 2008. Monumen mempunyai berbagai macam fungsi yaitu fungsi
edukatif,inspiratif dan rekreatif serta fungsi untuk menanamkan nilia-nilai
keteladanan.
Setelah melihat beberapa penelitian yang relevan diatas sebenarnya
tidak banyak perbedaan, hanya saja terletak pada tempat dan waktu penelitian.
Semuanya menggunakan metode penelitian sejarah seperti penelitian yang
dilakukan peneliti yang membahas latar belakang berdirinya museum dan
fungsi museum. Letak perbedaanya yaitu terfokus pada isi penelitian dan
daerah yang digunakan, penelitian ini membahas mengenai latar belakang
berdirinya museum, koleksi-koleksi yang terdapat pada museum, dan cara
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xxii
mendapatkan koleksi-koleksi tersebut untuk dijadikan daftar koleksi museum
sekaligus fungsi museum Sekolah Slawi. Penelitian ini juga membahas
kehidupan sosial budaya yang ada di wilayah sekitar lokasi penelitian.
F. Landasan Teori dan Pendekatan Penelitian
1. Landasan Teori
Dalam bukunya Priyadi yang mengutip bukunya Kuntowijoyo yang
menjelaskan teori sejarah pada hakikatnya adalah teori pengetahuan yang
sederajat dengan epistemologi dalam filsafat. Teori pengetahuan mempunyai
fungsi yang mendasari penelitian sejarah dengan objeknya, yaitu manusia
dalam ruang dan waktu (Priyadi, 2013: 44).
Fungsi teori dalam disiplin sejarah seperti juga terdapat dalam disiplin
ilmu-ilmu yang lain, yaitu untuk mengidentifikasi masalah yang hendak
diteliti, disamping untuk menyusun kategori-kategori serta mengorganisasi
hipotesis-hipotesis. Melalui tahap ini berbagai macam interpretasi data dapat
diuji, dan memperlihatkan ukuran-ukuran atau kriteria yang dijadikan dasar
untuk membuktikan sesuatu (Sukardi, 2013: 86). Dengan demikian, teori
memang tidak dapat memberikan jawaban kepada penulis, akan tetapi teori
dapat membekali penulis dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan
terhadap fenomena atau gejala yang hendak diteliti.
Penelitian ini menggunakan teori museum, museum yaitu salah satu
bentuk lembaga untuk koleksi karya dan prestasi masyarakat di masa lampau.
Tentu saja museum tidak harus dalam bentuk bangunan yang menyimpan
karua dan prestasi masyarakat di masa lampau tetapi juga berbentuk suatu
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xxiii
situs lingkungan fisik tertentu. Keberadaan museum akan menjadi lebih berarti
jika dikaitkan dengan pendidikan sejarah karena museum memberikan fasilitas
belajar sejarah yang sangat menguntungkan dan merupakan bagian sumber
belajar sejarah yang nyata. Museum bukanlah semata-mata suatu alat untuk
mencegah bahaya kemiskinan kebudayaan suatu bangsa saja tetapi adalah
suatu lembaga untuk memajukan peradaban bangsa (Munandar dkk, 2011:10).
Menurut Internasional Countil of Museum atau Organisasi
Permuseuman Internasional ICOM, museum itu adalah suatu lembaga yang
permanen, yang melayani kepentingan masyarakat dan kemajuannya, terbuka
untuk untuk umum, tidak bertujuan mencari keuntungan, yang,
mengumpulkan, memelihara, meneliti, memamerkan dan mengkomunikasikan
benda-benda pembuktian material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan-
tujuan studi, pendidikan rekreasi (Sutaarga, 1991: 3). Maka sudah jelas
dikemukakan bahwa koleksi museum terbuka untuk umum.
Kata museum berasal dari bahasa yunani kuno yaitu museion yang
merupakan sebuah bangunan tempat suci untuk memuja Sembilan dewi seni
dan ilmu pengetahuan. Salah satu dari Sembilan dewi itu adalah Mouse yang
lahir dari Mahadewa Zous dengan isterinya, dewa dan dewi tersebut
bersemayam di pegunungan Olympus. Museion selain tempat suci juga
merupakan tempat untuk berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta
menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat pemujaan dewa
dewi (Vibariani, 2007: 3).
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xxiv
Museum dibuka untuk masyarakat umum, ada yang dikenakan biaya
dan ada juga yang membebaskan biaya bagi para pengunjung yang akan
masuk. Tetapi museum tidak dijalankan untuk mencari keuntungan, berbeda
dengan galeri yang menyediakan berbagai objek atau benda koleksi yang bisa
dijual kepada pengunjung. Ada museum yang dikelola oleh pribadi atau
keluarga dan ada juga mesum yang dikelola oleh pemerintah.
Pendirian sebuah museum dapat memberikan banyak manfaat yaitu
museum sebagai tempat memelihara warisan budaya, tempat untuk membina
dan melatih generasi muda, artinya mereka mampu menguasai seni
kebudayaan bangsanya kemudian mengkreasikan dalam bentuk yang baru dan
melestarikan budaya yang telah ada. Museum merupakan cerminan
kebudayaan setempat di dalam lingkungan nasional dan membuat manusia
penuh kesadaran dalam kebudayaan. Dan yang terakhir museum bermanfaat
sebagai tempat pusat pendidikan masyarakat dan sebagai alat penunjang
pelajaran (Kusumo, 1990: 25-29).
Museum mempunyai fungsi untuk mengembangkan kegiatan yang
berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran masyarakat. Museum ini
penting sebagai sarana penanaman nilai-nilai dan pengembangan budaya serta
meningkatkan rasa kebanggaan nasional dan jati diri bangsa. Museum harus
dapat mendukung proses pendidikan, khususnya di bidang pendidikan sejarah
dan kepurbakalaan Indonesia. Dengan adanya museum, siswa dapat melihat
langsung potensi dan arti penting sumber daya budaya, serta upaya dan proses
pelestariannya. Sesuai dengan tujuan dan fungsi museum sebagai sarana
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xxv
pendidikan, maka museum dapat di manfaatkan sebagai tempat belajar bagi
siswa sekolah dari berbagai tingkatan.
Dari keterangan tersebut diatas nyatalah bahwa museum bukan hanya
sebagai tempat penampungan koleksi barang-barang antik melainkan
berfungsi sebagai pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah, pusat penyaluran
ilmu untuk umum, pusat penikmatan karya seni, pusat perkenalan kebudayaan
antar daerah dan antar bangsa, sebagai objek wisata, media pembinaan
pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan, suaka alam dan suaka budaya,
cermin sejarah manusia baik alam maupun kebudayaan serta sebagai sarana
untuk bertakwa kepada Tuhan (Vibariani, 2007: 6).
2. Pendekatan
Selain teori yang digunakan dalam sebuah penelitian. Penelitian
tersebut hendaknya memiliki sebuah pendekatan yang relevan untuk
mempermudah peneliti dalam melakukan penelitianya. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan pendekatan arkeologi. Pendekatan arkeologi digunakan
untuk menekankan dalam memberikan bahan penting terhadap ilmu purbakala
yang berkaitan dengan bekas atau warisan masa lalu berupa artefak. Warisan
itu dapat berupa bangunan dan monumen yang masih terdapat diatas
permukaan tanah, bekas yang tersimpan dalam tanah yang dikeluarkan dengan
penggalian maupun penggalian tinggalan arkeologis yang tersimpan dibawah
laut (Hamid, 2011: 26). Adanya pendekatan arkeologi diharapkan penelitian
yang dilakukan akan lebih baik karena penelitian yang dilakukan peneliti erat
kaitannya dengan warisan masa lalu yang tersimpan dalam museum.
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xxvi
G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara utama yang dipakai untuk mencapai
tujuan, mengisi serangkaian hipotesis dengan alat-alat tertentu. Metode
penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode
penelitian sejarah. Metode sejarah adalah suatu cara seseorang sejarawan
mendekati objek penelitiannya dengan langkah-langkah yang terstruktur
sehingga akan mempermudah dalam pemerolehan data. Adapaun langkah-
langkah tersebut adalah sebagai berikiut:
1. Heuristik
Data sejarah itu harus dicari dan juga ditemukan. Itulah maksud dari
heuristik. Data sejarah tidak selalu tersedia dengan mudah sehingga untuk
memperolehnya harus bekerja keras mencari data lapangan. Heuristik yaitu
suatu kegiatan pencarian sumber-sumber yang dibutuhkan dalam proses
pembuatan skripsi (Priyadi, 2013: 112). Menurut sifatnya sumber sejarah dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber
primer sebagai kesaksian dari saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi
dengan panca indera yang lain, atau dengan alat mekanis. Sumber primer
merupakan saksi pandangan mata atas peristiwa yang terjadi. Sebagai laporan
pandangan mata maka sumber primer harus dihasilkan oleh pelaku atau orang
sezaman dengan peristiwa yang dikisahkan (Gottschalk, 1975: 28).
Sumber primer dalam penelitian ini memanfaatkan semua literatur
yang berkaitan dengan Museum Sekolah Slawi dan wawancara dengan pelaku
sejarah, yaitu Pak Atmorejo petugas kebersihan sekaligus penjaga Museum
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xxvii
Sekolah Slawi, Kepala museum Ibu Wuninggar, Kasi Sejarah Kepurbakalaan
Bapak Jamroni dan narasumber lain yang masih ada kaitannya dengan museum
Sekolah Slawi ini.
Sedangkan Sumber sekunder adalah orang yang mengetahui kejadian
tersebut tapi bukan pelaku atau saksi sejarah. Sumber sekunder tersebut
merupakan salah satu tumpuan sejarawan untuk memperoleh pengetahuan
tentang latar belakang untuk menggali dokumen yang sejaman (Gottschalk,
1975: 29).
Menurut bahannya, sumber dibagi menjadi dua kategori, yaitu sumber
tertulis (document) dan sumber tidak tertulis (artifact). Dalam penelitian ini,
peneliti mengumpulkan data di perpustakaan UMP, perpustakaan Museum
Sekolah Slawi, Perpustakaan daerah Kabupaten Tegal dan tempat-tempat
lainnya yang menyediakan data yang terkait dengan penelitian ini.
2. Kritik
Setelah data dokumen, manuskrip (naskah-naskah lama), artefak,
foklor, dan sejarah lisan diperoleh dan dikumpulkan, peneliti harus melakukan
langkah kritik dan verifikasi sebelum digunakan. Verifikasi berusaha menilai
apakah data itu asli atau selanjutnya bisa dipercaya. Di sini ada dua hal yang
dituntut, yaitu otensitas (keaslian sumber) melalui krtik eksternal dan
kredibilitas (tingkat kebenaran informasi) dengan cara krirtik internal.
Keontetikan melihat dari sisi luar data, kekredibilitasan mengkritisi hal-hal
berkaitan dengan isi data (Priyadi, 2013: 118).
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xxviii
3. Interpretasi
Sebelum pada tahap historiografi, terlebih dahulu fakta sejarah
digabung-gabungkan berdasarkan subjek kajian. Dalam kaitan itu, tema pokok
kajian merupakan kaidah yang dijadikan sebagai kriteria dalam
menggabungkan data sejarah. Data yang tidak berkaitan dipisahkan agar tidak
mengganggu peneliti dalam merekonstruksi peristiwa sejarah (Hamid, 2011:
49-50).
Penulisan sejarah diperlukan dua komponen, yaitu fakta sejarah dan
interpretasi. Fakta sejarah cenderung akan diam dan menyembunyikannya
adalah sejarawan melalui interpretasi. Fakta yang tidak di interpretasikan
bukanlah sejarah (Priyadi, 2013: 121).
4. Historiografi
Langkah terakhir untuk puncak metode sejarah yaitu penulisan sejarah
atau sering disebut historiografi. Historiografi merupakan puncak dari segala-
galanya dari metode penelitian sejarah, sejarawan pada fase ini mencoba
menangkap dan memahami sejarah sebagaimana kisah, artinya sejarah
dipandang sebagai kisah, yaitu kisah yang ditulis oleh sejarawan, maupun
penulis, sehingga karyanya itu disebut sejarah sebagaimana dikisahkan
(Priyadi, 2013: 122). Pada langkah ini peneliti menuliskan hasil yang didapat
dari penelitianya, hasil tersebut adalah hasil penelitian yang berdasarkan fakta-
fakta yang ada di lapangan.
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xxix
H. Sistematika Penulisan
Penyusunan yang dilakukan dalam sebuah penelitian secara ilmiah
harus sesuai sistematis penulisan yang telah ditentukan. Tujuan dari sistematika
penyusunan ini supaya penelitian yang dilakukan dan hasil yang diperoleh
dapat lebih sistematis dan terinci secara baik. Adapun sistematika penulisan
dalam penelitian ini peneliti membagi ke dalam beberapa bagian.
Bab satu pendahuluan, dalam bab ini berisi gambaran secara singkat
mengapa peneliti mengambil tema penelitianya. Bab ini terdiri dari latar
belakang masalah yang berisi latar belakang atau alasan mengapa peneliti
mengambil penelitian ini, rumusan masalah yang berisi mengenai poin-poin
apa saja yang akan diteliti oleh peneliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjaun pustaka yang berisi mengenai kepustakaan yang pernah diteliti oleh
orang atau kelompok mengenai penelitian yang akan diteliti, metode penelitian
yang berisi metode atau cara peneliti dalam melakukan penelitian, landasan
teori dan pendekatan yang berisi dasar atau pondasi teori yang digunakan untuk
mendukung keabsahan penelitian serta pendekatan apa yang cocok untuk
penelitian, sistematika penulisan yang berisi bagian-bagian yang akan diteliti.
Bab dua deskripsi sosial budaya Kabupaten Tegal, pada bab ini
peneliti membahas kondisi sosial budaya wilayah penelitian yaitu tradisi teh
poci, bahasa tegalan, wayang kulit, batik tradisional dan sosial ekonomi
kelurahan Procot.
Bab tiga berisi berdirinya Museum Sekolah Slawi, bab ini peneliti
akan membahas mengenai sejarah berdirinya museum Sekolah Slawi dari awal
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015
xxx
berdirinya sampai kendala saat dan sesudah dibangunya museum dan loleksi
yang tersimpan pada museum Sekolah Slawi.
Bab empat berisi fungsi museum sebagai sarana pembelajaran sejarah
ditinjau dari fungsi museum sebagai tempat pelestarian benda-benda
bersejarah, Museum Sekolah Slawi sebagai salah satu sarana pendidikan, dan
hubungannya dengan kepariwisataan Kabupaten Tegal.
Bab lima berisi simpulan dan saran sekaligus penutup skripsi.
Museum Sekolah Slawi..., A. Cucu Samsuri Umar, FKIP UMP, 2015