bab i pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.uinsgd.ac.id/24764/4/4_bab1.pdftoleransi sendiri...

12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai aspek kemajemukan yang``tinggi, mulai dari kemajemukan suku, bahasa, ras, budaya dan agama. Kemajemukan tersebut sudah lahir berabad-abad yang lalu, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Setiap hubungan antar satuan sosial di Indonesia, melahirkan bentukan budaya melalui proses akulturasi, sedangkan hubungan-hubungan budaya menimbulkan asimilasi budaya. Terjadinya proses-proses tersebut menunjukkan bahwa dalam perkembangan kebudayaan senantiasa terdapat sebuah dinamika, yang bisa bermacam-macam polanya, antara pertahanan jati diri dan perluasan khazanah budaya. Salah satu faktor yang mendorong perluasan khazanah adalah apa yang dapat digeneralisasikan sebagai ‟pengaruh dari luar‟. Budaya-budaya yang berada di Indonesia akan tetap lestari apabila di dukung dengan sikap toleransi. Toleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain ada perbedaannya, demikian pula agama yang satu dengan yang lain. Perbedaan antara budaya terlihat pada bangunan-bangunan konseptual, pola-pola interaksi, serta bentuk-bentuk dari budaya materialnya. Nilai-nilai estetik dapat berbeda kriteriannya antara satu dengan yang lainnya. Demikian juga dalam hal agama, masing-masing agama mempunyai seperangkat ajarannya, dan itu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, meskipun bisa ada juga terdapat semacam hubungan kekerabatan antara satu agama dengan yang lain. Hidup harmonis dalam masyarakat yang majemuk agama dan budayanya, perlu dilatih adalah kemampuan untuk memahami secara benar dan menerima perbedaaan tanpa nafsu untuk mencari kemenangan terhadap yang berbeda. Agar tercipta kehidupan yang harmonis dan merdeka. 1 1 Edi Setyawati, Kebudayaan Di Nusantara Dari Keris, Tor-tor, sampai Industri Budaya (Depok: Komunitas Bambu, 2014), h. 15-16.

Upload: others

Post on 15-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/24764/4/4_bab1.pdfToleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia mempunyai aspek kemajemukan yang``tinggi, mulai dari

kemajemukan suku, bahasa, ras, budaya dan agama. Kemajemukan tersebut sudah

lahir berabad-abad yang lalu, bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Setiap hubungan antar satuan sosial di Indonesia, melahirkan bentukan

budaya melalui proses akulturasi, sedangkan hubungan-hubungan budaya

menimbulkan asimilasi budaya. Terjadinya proses-proses tersebut menunjukkan

bahwa dalam perkembangan kebudayaan senantiasa terdapat sebuah dinamika,

yang bisa bermacam-macam polanya, antara pertahanan jati diri dan perluasan

khazanah budaya. Salah satu faktor yang mendorong perluasan khazanah adalah

apa yang dapat digeneralisasikan sebagai ‟pengaruh dari luar‟. Budaya-budaya

yang berada di Indonesia akan tetap lestari apabila di dukung dengan sikap

toleransi.

Toleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima

adanya perbedaan. Kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain ada

perbedaannya, demikian pula agama yang satu dengan yang lain. Perbedaan

antara budaya terlihat pada bangunan-bangunan konseptual, pola-pola interaksi,

serta bentuk-bentuk dari budaya materialnya. Nilai-nilai estetik dapat berbeda

kriteriannya antara satu dengan yang lainnya. Demikian juga dalam hal agama,

masing-masing agama mempunyai seperangkat ajarannya, dan itu berbeda antara

yang satu dengan yang lainnya, meskipun bisa ada juga terdapat semacam

hubungan kekerabatan antara satu agama dengan yang lain. Hidup harmonis

dalam masyarakat yang majemuk agama dan budayanya, perlu dilatih adalah

kemampuan untuk memahami secara benar dan menerima perbedaaan tanpa nafsu

untuk mencari kemenangan terhadap yang berbeda. Agar tercipta kehidupan yang

harmonis dan merdeka.1

1 Edi Setyawati, Kebudayaan Di Nusantara Dari Keris, Tor-tor, sampai Industri Budaya (Depok:

Komunitas Bambu, 2014), h. 15-16.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/24764/4/4_bab1.pdfToleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang

2

Kata merdeka sendiri, bukan hanya dimaknai sebagai kebebasan berpikir,

berpendapat dan tidak dijajah. Akan, tetapi kata merdeka mempunyai makna yang

luas, seperti merdeka dalam memeluk agama dan kepercayaannya.2

Hal, diatas termaktub pada Undang-Undang Dasar 1945, tepatnya Pasal 29

Ayat 2, bahwa setiap Rakyat Indonesia berhak menganut agamanya``masing-

masing`. Artinya, setiap rakyat Indonesia diberikan jaminan oleh negara dalam

menganut agamanya serta beribadat sesuai agama dan ajarannya.3

Pada masa modern seperti saat ini pertemuan antar berbagai agama dan

peradaban di dunia yang sangat cepat menyebabkan adanya saling mengenal satu

sama lain. Namun, tidak jarang terjadi masing-masing pihak kurang bersifat

terbuka terhadap pihak lain yang akhirnya menyebabkan salah paham dan salah

pengertian. Masalah yang sering muncul pada penganut agama adalah perang

truth claim (keyakinan dari pemeluk agama tertentu yang menyatakan bahwa

agamanya adalah satu-satunya agama yang paling benar), dan selanjutnya perang

salvation claim (keyakinan dari pemeluk agama tertentu yang menyatakan bahwa

agamanya adalah satu-satunya jalan keselamatan bagi seluruh umat manusia).4

Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu merupakan

agama-agama yang secara resmi diakui oleh Negara Indonesia. Keanekaragaman

agama membuat Indonesia harus bisa merapkan nilai toleransi pada setiap

pemeluk agama. Toleransi sendiri merupakan kemampuan memahami dan

menerima adanya perbedaan. Ajaran Islam sendiri tidak memaksa setiap orang

untuk masuk ke agamanya. Akan tetapi, setiap agama memiliki doktrin dan ajaran

yang berbeda, namun terdapat juga doktrin dan ajaran agama yang terlihar serupa.

Polarisasi umat Islam yang beragam menjadi bukti perkembangan sejarah

Islam di Indonesia, sejak era kemerdekaan, Islam telah menampakkan keragaman

bentuk, yang dimanifestasikan oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam.

Kemudian para peneliti keragaman Islam ini mengklasifikasikan Islam dengan

2 Baidi Bukhori, Toleransi Terhadap Umat Krsitiani (Semarang: IAIN Walisongo Semarang,

2012), h. 1. 3 UUD 1945 Pasal 29 ayat 2

4 Mohammed Arkoun, Islam Kontemporer Menuju Dialog Antar Agama (Yogyakarta:Pustaka

Pelajar, 2001), h. xxv.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/24764/4/4_bab1.pdfToleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang

3

berbagai nama . Pertama, traditional Islam (Islam tradisional) yaitu, ibadahnya

tetap tercampur dengan adat atau tradisi di daerah tertentu, selanjutnya yaitu,

penggunaan akal dan logika untuk mengahadapi problema dalam Islam dengan

menjadikan Al-Qur’an dan Hadis sebagai acuan terdapat dalam modern Islam

(Islam modernis). Kemudian Islam puritan (murni), Islam nasionalis, Islam

abangan, Islam ekstrem dan lain sebagainya. Dari berbagai penamaan Islam di

atas, dapat menerangkan bahwa umat Islam di Indonesia mengalami pluralitas.

Umat Islam di Indonesia menciptakan organisasi keagamaan berlandaskan aliran

keagamaannya, seperti: Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Lembaga

Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan lain sebagainya. Organisasi keagamaan

mempunyai fungsi sebagai wadah untuk menampung kolektifitas identitas dari

kelompoknya, dan juga sebagai wadah dalam melaksanakan dakwah Islamiya.

Hal tersebut menjadi salah satu fenomena sosial di Indonesia, yang sering kali

menimbulkan kebingungan masyarakat awam. Sehingga memunculkan pelabelan

sesat pada aliran-aliran keagamaan tertentu oleh pihak tertentu.5

LDII pernah dianggap sebagai salah satu organisasi masa Islam yang

dianggap meresahkan masyarakat6, sehingga muncul pelabelan sesat oleh pihak-

pihak tertentu. Pelabelan sesat yang terjadi di beberapa daerah kerap kali

memunculkan konflik antara jamaah LDII dengan non LDII. Masyarakat di

daerah tertentu sering kali memandang faham yang di diajarkan oleh LDII masih

sama dengan apa yang diajarkan oleh Islam Jamaah atau Darul Hadits yang telah

dilarang oleh Jaksa Agung Republik Indonesia pada tahun 1971 (SK Jaksa Agung

RI No. Kep-08/D.A/10/1971 tanggal 29 Oktober 1971).7

Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)

Provinsi Jawa Barat yang terletak di Desa Margacinta Kecamatan Buah Batu Kota

Bandung adalah organisasi tertinggi LDII dalam lingkup wilayah Provinsi Jawa

Barat yang mengklaim bahwa ajaran LDII tidaklah menyimpang seperti apa yang

5 M. Imadadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal (Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke

Indonesia) (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 133. 6 Depag RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan 2009, Nuhrison M. Nuh

(ed), Aliran/Faham Keagamaan dan Sufisme Perkotaan (Jakarta: Prasasti, 2009), h. 49. 7 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Faham Sesat di Indonesia (Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar,

2005), h. 73.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/24764/4/4_bab1.pdfToleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang

4

dipersepsikan oleh masyarakat tertentu dan juga mereka terbuka terhadap orang-

yang bukan dari golongannya. Hal ini di buktikan dengan adanya kegiatan seperti

Musyawarah Daerah (MUSDA) yang kerap kali mengundang tokoh agama,

bantuan kemanusiaan untuk bencana alama, dan lain sebagainya. DPW LDII

Provinsi Jawa Barat mempunyai masjid yang bernama Masjid Sabilul Mutaqqin

yang terletak di depan kantor sekretariat DPW LDII Provinsi Jawa Barat. Masjid

tersebut biasa di gunakan untuk melakukan ibadah shalat bagi jamaah LDII dan

juga yang jamah non anggota LDII. Artinya terdapat penerapan nilai toleransi

yang dilakukan oleh DPW LDII Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut tentu menjadi

penelitian yang menarik mengingat LDII pada tempo dulu sering dianggap oleh

masyarakat tertentu sebagai aliran Islam Jamaah/Darul Hadist yang memiliki

sikap ekslusif terhadap orang yang bukan dari golongannya.

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis menginginkan adanya

sebuah penelitian secara mendalam tentang Toleransi Beragama Perspektif

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (Studi Deskriptif Dewan Pimpinan Wilayah

Lembaga Dakwah Islam Indonesia Jawa Barat) yang merupakan judul dalam

penelitian ini. Adapun alasan penulis melakukan penelitian ini ialah untuk

mengetahui bagaimana Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang dahulu

dianggap bersifat ekslusif terhadap orang yang bukan dari golongannya

menerapkan nilai toleransi beragama sehingga, masih dapat tetap eksis hingga

sekarang.

B. Perumusan Masalah

Yang jadi fokus peneliti yaitu ;

1. Bagaimana pemahaman makna toleransi beragama perspektif DPW LDII

Provinsi Jawa Barat?

2. Bagaimana faktor pendukung tercapainya toleransi beragama antara DPW

LDII Provinsi Jawa Barat dengan masyarakat non LDII?

3. Bagaimana implementasi toleransi beragama yang dilakukan DPW LDII

Provinsi Jawa Barat?

C. Tujuan`Penelitian

Sebagaimana tertulis di Perumusan Masalah, penelitian ini bertujuan:

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/24764/4/4_bab1.pdfToleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang

5

1. Untuk mendeskripsikan pemahaman makna toleransi beragama perspektif

DPW LDII Provinsi Jawa Barat.

2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung yang menciptakan toleransi

beragama antara DPW LDII Provinsi Jawa Barat dengan masyarkat non

LDII

3. Untuk mendeskripsikan implementasi toleransi beragama yang dilakukan

DPW LDII Provinsi Jawa Barat.

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil isi pendahuluan, rumusan masalah, dan tujuan penilitian, Peneliti

mengutamakan ilmu yang terdapat dalam pembahasan menjadi pengembangan

untuk penelitian.

1. Akademis

Penelitian yang berjudul “Toleransi Beragama Perpektif LDII” diharapkan

bisa memberikan penemuan teori baru dalam ilmu pengetahuan, umumnya

pada jurusan Studi Agama Agama, khususnya bagi kerukunan umat beragama

tentang bagaimana konsep dan aplikasi toleransi beragama menurut LDII,

2. Praksis

Penelitian ini mampu memberikan informasi mengenai hal yang melatar

belakangi sikap eklusif LDII, pandangan masyarakat mengenai LDII dan

pengaplikasian toleransi beragama menurut LDII, yang diharapkan mampu

memberikan masukan kepada lembaga yang terkait dalam melakukan

pengaplikasisan toleransi beragama, sehingga tercipta kerukunan umat

beragama yang terjaga.8

E. Tinjauan Pustaka

Terkait dengan Penelitian yang dibahas, peneliti memahami bahwasannya ada

materi yang relevan dengan Konsep dan Aplikasi Toleransi Beragama menurut

LDII. Untuk menunjang penelitian ini peneliti mengumpulkan tiga penelusuran

8 Sugiyono, Mmahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), 171.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/24764/4/4_bab1.pdfToleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang

6

dari skripsi, buku dan jurnal yang cukup relevan dengan penelitian ini untuk

bahan komparasi `penelitian `yang `akan `dilakukan

1. Skripsi yang berjudul “Interaksi Sosial Lembaga Dakwah Islam Indonesia

(LDII) dengan Masyarakat Muslim Non LDII di Kecamatan Cawas

Kabupaten Klaten” yang dipublikasikan oleh UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin tahun 2005.

karya Warsono. Skripsi tersebut menjelaskan bahwa LDII merupakan

lembaga `keagamaan yang mempunyai pemikiran keagamaan yang tidak

sama dari lembaga agama Islam lainnya. Dalam ranah sosial lembaga `ini

cenderung` ekslusif. Sikap ekslusif inilah yang terkadang menimbulkan

konflik antar masyarakat. Tidak` menutup kemungkinan hal ini

menimbulkan sikap intoleran di Kecamaatan Cawaas. Pemikiran

keaagamaan tersebaut taelah memberikan dampak dalam` interaaksi`

sosiaal``dengaan masyarakaat` muslima` naon``LDII.

2. Buku yang berjudul “Aliran/Faham Keagamaan dan Sufisme Perkotaan,

(Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2009)” editor Nurihson M

Nuh. Buku ini menerangkan bahwa LDII merupakan organisasi baru dari

agama Islam di Indonesia, yang secara historis mempunyai hubungan

dengan organisasi keagamaan yang sebelumnya yang bernama Darul

Hadist/Islam Jama’ah yang telah dilarang oleh pemerintah Indonesia.

Kehadiran LDII untuk membina anggota Darul Hadist/Islam jama’ah agar

kembali pada jalur Islam arus pertama.

3. Jurnal Islamika yang berjudul “Pemikiran Lembaga Dakwah Islam

Indonesia (LDII): Analisis Praktik Keagamaan dan Pengaruhnya di

Kabupaten Kerinci”. Volume. 16 Nomor 2 Tahun 2016 Halaman 59-77

Karya Faizin. Jurnal tersebut menjelaskan bahwa: 1) LDII menyebar dan

berkembang di Kabupaten Kerinci sekitar tahun 80-an; 2) Lembaga

Dakwah Islam Indonesia (LDII) sebagai organisaasi` Islama`

beraasas``kepaada al-Qur`an dan Hadith (Jama`ah), Ijma` dan Qias; dan 3)

Pertama Dalam substansi keagamaaan, LDII menerima al-Qur`an dan

hadith Nabi s.a.w sebagai asas beragama. Demikian juga qaul sahabat baik

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/24764/4/4_bab1.pdfToleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang

7

dari segi qias maupun ijmaknya. Kedua, aspek politik, LDII mempunyai

pandangan kepada sistem pemerintahan khalifah yang dipimpin oleh

seorang amir. Namun, terhadap sistem kenegaraan LDII mengambil sikap

moderat. Ketiga dalam bidang ekonomiLDII berasakan kepada syari‟at

Islam. Keempaat, dalam bidang sosial Budaya telah memberikan pengaruh

terhadap ahli-ahli LDII seperti terhadap adat (urf), hak dan kedudukan

wanita dan sosio kemasyarakatan

F. Kerangka Berpikir

Setiap negara memiliki asas pemerintahannya masing-masing, seperti

Indonesia yang berasaskan pancasila yang dimana pada sila ketiga yang berbunyi

“Persatuan Indonesia” yang memiliki makna ekplisit. Salah satu contoh dalam

meneladani sila ketiga “Persatuan Indonesia” ialah dengan cara saling

menghargai, menghormati segala aspek yang berada di Indonesia mulai dari suku,

bahasa, hingga agama demi menjunjung kesatuan dan persatuan Indonesia, agar

tidak mudah dipecah belah oleh pihak luar .

Pada masa ini, agama resmi yang telah diakui Indonesia berjumlah 6 Agama,

setiap agama memiliki doktrin dan dogmanya masing-masing, maka setiap agama

sering kali memiliki banyak aliran tak terkecuali dengan Islam yang merupakan

agama mayoritas di Indonesia. Sebagai agama mayoritas di Indonesia Islam

dituntut untuk dapat merapkan nilai tasamuh atau toleransi, baik toleransi internal

maupun eksternal beragama.

Toleransi sendiri biasa dikenal oleh khalayak umum sebagai suatu sikap

menghargai dan menghormati dalam berbagai aspek, seperti toleransi berbudaya,

toleransi berpendidikan, dan toleransi beragama.

Dalam toleransi beragama, Nurcholish Madjid menerangkan bahwa toleransi

dan kerukunan adalah sikap saling menghargai antar umat beragama, yang

nantinya terdapat titik temu antar kedunya. Setiap agama bahkan kelompok

internal agama sendiri memiliki ciri yang khas dan esoterik yakni hanya berlaku

secara internal agama atau kelompok tersebut.9`

9 Nurchalis Madjid, Islam Agama Kemanusiaan Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam

Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1995) 91.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/24764/4/4_bab1.pdfToleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang

8

Penerapan toleransi beragama di Indonesia tentu saja mengalami berbagai

macam rintangan, seperti Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang

merupakan organisasi keagamaan mempunyai fungsi sebagai wadah untuk

menampung kolektifitas identitas dari kelompoknya, dan juga sebagai wadah

dalam melaksanakan dakwah Islamiyah. Hal tersebut menjadi salah satu

fenomena sosial di Indonesia, yang sering kali menimbulkan kebingungan

masyarakat awam. Sehingga memunculkan pelabelan sesat pada aliran-aliran

keagamaan tertentu oleh pihak tertentu.10

Penerapan doktrin suatu agama oleh

seseorang adalah sebuah hasil dari pengalaman keagamaan dan internalisasi

agama seseorang.

Joachin Wach mengatakan bahwa Pengalaman keagamaan manusia dapat

dilihat melalui tiga macam bentuk pengalaman, yaitu:

a. Pengalaman dalam bentuk pemikiran, mencakup sistim kepercayaan,

mitos, dan dogma. Pengalaman dalam bentuk pemikiran yang terdapat

pada agama tertentu, ditujukan agar dapat menerangkan suatu pengalaman

dan kepercayaan yang dapat ditransformasikan dalam bentuk doktrin dan

dogma suatu agama. 11

b. Pengalaman dalam bentuk perbuatan, mencakup sistim peribadatan, ritus

hingga pelayanan. Terdapat dua macam pola dalam melakukan

peribadatan, yaitu peribadatan yang dilakukan secara khusus oleh

penganut agama tertentu merupakan pola peribadatan yang pertama.

Kemudian, yang kedua peribadatan yang dilakukan memiliki makna

umum yang erat kaitannya dengan social treatments (pelayanan sosial).

Pola peribadatan pertama memiliki tata cara peribadatan yang telah diatur

dengan ketat oleh dogma dan doktrin agama tertentu, baik dalam aspek

waktu maupun aspek tempat. Kemudian, pola peribadatan kedua ditandai

dengan adanya kegiatan yang bersifat umum dan memiliki unsur nuansa

10

M. Imadadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal (Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke

Indonesia), h. 133. 11

Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama “Inti dan Bentuk Pengalaman Keagamaan”

(Jakarta: Rajawali Press, 1992), h. 98.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/24764/4/4_bab1.pdfToleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang

9

keagamaan tertentu, artinya terdapat unsur nilai keagamaan tertentu,

namun tidak diatur dengan eksplisit dan ketat oleh dogma dan doktrin

agama tertentu.12

c. Pengalaman dalam bentuk persekutuan, mencakup pengelompokan dan

interaksi sosial umat beragama. Persekutuan dalam bentuk pengalaman

keagamaan adalah pola penerapan dari kedua pengalaman sebelumnya.13

Selanjutnya, internalisasi nilai agama Peter L Berger akan membantu

menyelesaikan penelitian ini, karena tidak terlepas pada pemahaman tentang teori

konstruksi sosial yang mengibaratkan agama sebagai unsur dari kebudayaan, yang

termasuk konstruksi manusia. maksudnya terdapat proses dialektika ketika

memerhatikan relasi masyarakat dengan agama, bahwa agama merupakan suatu

entitas objektif sebab terdapat diluar diri individu. Oleh sebab itu, agama

mengalami proses objektivasi, agama muncul didalam norma, teks, aturan dan

lain-lain. Internalisasi akan terjadi pada diri seseorang, hal ini disebabkan oleh

norma atau teks yang mengalami proses internalisasi. Selanjutnya agama juga

telah menjadi pedoman hidup bagi kelompok masyarakat.14

Internalisasi merupakan suatu proses ketika kenyataaan subjektif diperankan

oleh individu dalam upaya menafsirkan kenyataan yang sifatnya obejektif dan

dapat dimanifestasikannya ke dalam struktur dunia subyektif. Pada perisitiwa ini,

seseorang akan mengambil segala hal yang bersifat obyektif dan selanjutnya akan

diwujudkan secara subyektif. Seseorang akan mengalamai proses internalisasi

yang berbeda, karena pengaruh dari tingkat penyerapan setiap individu. Seperti,

ada yang lebih menyerap unsur yang ekstrem dan ada juga yang lebih menyerap

unsur intern.15

12

Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama “Inti dan Bentuk Pengalaman Keagamaan”, h. 149..

13 Joachim Wach, h. 188.

14 Peter L. Berger & Thomas Lukhmann. Tafsir Sosial atas Kenyataan: Sebuah Risalah tentang

Sosiologi Pengetahuan, (Jakarta: LP3ES, 1990), h. 33-36.

15 Peter L. Berger & Thomas Lukhmann. Tafsir Sosial atas Kenyataan: Sebuah Risalah tentang

Sosiologi Pengetahuan, 188.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/24764/4/4_bab1.pdfToleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang

10

Gambar 1 Skema Teori

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian`

Metode penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang dipilih oleh

peneliti. Penelitian kualitatif adalah metode yang bisa digunakan` pada`

cakupan paling` kecil` sampai` masyarakat` yang` luas. Alasan peneliti

menggunakan metode penelitian kualitatif ialah untuk memudahkan peneliti

menemukan sesuatu yang bersifat penemuan. Karena, penelitian kualitatif

memiliki jangka waktu yang panjang sehingga memudahkan peneliti dalam

menemukan sesuatu yang bersifat penemuan dalam penelitian ini.16

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Dewan Pimpinan Wilayah Lembaga Dakwah

Islam Indonesia Provinsi Jawa Barat bertempat di Jl. Sarijati II No. 3, Desa

Margasari, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung. Peneliti melakukan

penelitian di lokasi tersebut karena tempatnya yang inklusif dengan golongan

yang bukan dari LDII, sehingga tempat tesebut dapat tetap eksis sampai

sekarang.

16

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 135 .

Teori Pengalaman Keagamaan

Joachim Wach

Pemahaman Penafsiran Sikap Agama

Toleransi

Teori Internalisasi Agama

Peter L Berger

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/24764/4/4_bab1.pdfToleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang

11

3. Sumber Data

Data sumber yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian toleransi

beragama menurut LDII yaitu memakai data` primer` dan`sekunder`.

a. Sumber data primer pada penelitian ini adalah ketua dan pengurus

DPW LDII Jawa Barat yang berjumlah 3 orang, terdiri dari ketua DPW

LDII Jawa Barat dan 2 orang pengurus DPW LDII Jawa Barat.

Narasumber tersebut dipilih berdasarkan jabatan yang diembannya,

sehingga jawaban atau informasi yang diberikan lebih akurat dan

terjamin mutunya. Hal, ini di lakukan agar data yang dihimpun oleh

peneliti menjadi terstruktur dan valid.

b. Sumber`data``sekunder, dalam penelitian ini berbentuk artiket, jurnal

dan buku sebagai sumber yang dapat mendukung penelitian ini.

4. Teknik` Penumpulan` Data`

a. Observasi Langsung

Observasi` tersebut adalah penghimpunan data yang dikerjakan` oleh

peneliti` dengan terlibat secara langsung dengan kegiatan orang atau objek

yang sedang diamati atau diteliti. Disini peneliti melakukan melakukan

pengamatan terhadap apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan

observasi ini, maka data yang dihimpun akan lebih lengkap, tajam dan

sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Adapun, objek yang di observasi adalah Place atau tempat dimana

interaksi sosial terjadi, Actor atau pelaku yang sedang melakukan suatu

peran dan Activities atau pekerjaan yang dikejakan oleh pelaku.. Peneliti

menggunakan observasi tersebut agar data yang dihimpun maksimal. 17

b. Wawancara

Wawancara merupakan perjumpaan antara narasumber dengan

pewawancara dalam rangka mencari informasi dengan tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruk `maksud `dalam `suatu `topik `tertentu. Untuk

penelitian ini sumber data primer akan diwawancarai dengan `cara

wawancara` semi` `terstruktur, karena wawancar ini dapat dilakukan

17

Sugiyono, h. 64.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/24764/4/4_bab1.pdfToleransi sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang

12

dengan fleksibel atau lebih bebas dari wawancara yang terstruktur, teknik

`ini `termasuk `kedalam `in-dept interview. Adapun, tujuan` teknik

tersebut` untuk` mengungkap` `permasalahan dengan` `lebih `terbuka. 18

c. Dokumentasi

Menurut Gottschalk dokumentasi yaitu setiap proses yang dilakukan

penelitian mempunyai pembuktian berdasarkan dari jenis apapun, seperti

jenis yang tertulis, lisan, gambaran atau arkeologis.

1. Analisis Data

Analisis``data dikerjakan ketika `sebelum wawancara atau memasuki

`lapangan, selama` dilapangan` dan sesudah dilapangan. Analisis terbagi

beberapa bagian yaitu;

a. Reduksi``data, yaitu merangkum hasil yang sudah diteliti selam terjun

kelapangan. Reduksi data ini dibantu dengan barang elektronik seperti

komputer yang berbentuk kecil yang memberikan kode pada aspek

tertentu. Begitupun data yang tidak penting diilustrasikan dengan

symbol.

b. Penyajian data penyajian data ini dilakukan dengan bentuk

menguraikan dengan singkat, berupa bagan, hubungan antar kategori

dan sebagainya. Dengan penyajian ini mempermudah memahami apa

yang terjadi dan melakukan rencana kerja..

c. Verifikasi, digunakan agar dapat ditarik kesimpulan pada awal yang

dikemukakan bersifat sementara, tetapi dapat berubah ketika data

yang membuktikannya kurang kuat pada tahap pengumpulan data.19

18

Sugiyono, h. 73. 19

Sugiyono, h. 92-99.