bab i pendahuluan a. latar belakang...

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era teknologi sekarang, dapat dipastikan hampir semua orang terbiasa berselancar di dunia maya. Motif penggunaan media maya beraneka ragam antara lain mulai dari sekedar untuk mencari informasi hingga hanya untuk mengekspresikan diri. Bentuk ekspresi diri dalam dunia maya bisa tampil dalam bentuk eksis di berbagai media sosial ataupun menyampaikan pendapat atau kritik dalam berbagai situs yang menyediakan kolom opini atau komentar. Komentar- komentar tersebut mayoritas bukanlah komentar yang umum adanya. Pada umumnya, mereka cenderung berkomentar lebih kejam dan bertujuan untuk menghina, dibandingkan orang-orang yang menggunakan identitas asli. Komentar-komentar melecehkan, menghina dengan intensi menyakiti dikategorikan sebagai bullying. Banyak orang yang pernah mendengar kata bullying, yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia dapat berarti penggencetan, penindasan, atau intimidasi. Terdapat empat unsur yang terkandung dalam bullying, yaitu ketidakseimbangan kekuatan, adanya keinginan untuk melukai, repetitif, dan penggunaan teror (Coloroso, 2003: 44). Berdasarkan keempat unsur tersebut, dapat disimpulkan bahwabullyingmerupakan tindakan menebar teror dan intimidasi yang dilakukan berulang kali (repetitif) dengan adanya intensi untuk menyakiti pihak lawan yang dianggap lebih lemah. Teror dalam bullying dapat berbentuk ancaman atau melukai secara fisik, kata-kata yang melecehkan, menebar rumor, atau pengucilan. Bullying dapat terjadi di segala tempat. Di rumah, di sekolah, di tempat kerja, bahkan sekarang dalam dunia maya. Kemajuan teknologi yang sangat pesat menjadi lahan subur bagi para pelaku untuk melakukancyberbullying

Upload: doanminh

Post on 15-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era teknologi sekarang, dapat dipastikan hampir semua orang terbiasa

berselancar di dunia maya. Motif penggunaan media maya beraneka ragam antara

lain mulai dari sekedar untuk mencari informasi hingga hanya untuk

mengekspresikan diri. Bentuk ekspresi diri dalam dunia maya bisa tampil dalam

bentuk eksis di berbagai media sosial ataupun menyampaikan pendapat atau kritik

dalam berbagai situs yang menyediakan kolom opini atau komentar. Komentar-

komentar tersebut mayoritas bukanlah komentar yang umum adanya.

Pada umumnya, mereka cenderung berkomentar lebih kejam dan bertujuan

untuk menghina, dibandingkan orang-orang yang menggunakan identitas asli.

Komentar-komentar melecehkan, menghina dengan intensi menyakiti

dikategorikan sebagai bullying. Banyak orang yang pernah mendengar

kata bullying, yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia dapat berarti

penggencetan, penindasan, atau intimidasi. Terdapat empat unsur yang

terkandung dalam bullying, yaitu ketidakseimbangan kekuatan, adanya keinginan

untuk melukai, repetitif, dan penggunaan teror (Coloroso, 2003: 44).

Berdasarkan keempat unsur tersebut, dapat disimpulkan

bahwabullyingmerupakan tindakan menebar teror dan intimidasi yang dilakukan

berulang kali (repetitif) dengan adanya intensi untuk menyakiti pihak lawan yang

dianggap lebih lemah. Teror dalam bullying dapat berbentuk ancaman atau

melukai secara fisik, kata-kata yang melecehkan, menebar rumor, atau

pengucilan. Bullying dapat terjadi di segala tempat. Di rumah, di sekolah, di

tempat kerja, bahkan sekarang dalam dunia maya. Kemajuan teknologi yang

sangat pesat menjadi lahan subur bagi para pelaku untuk melakukancyberbullying

(Selasar.com, 9 Juni 2014).

Cyberbullyingmerupakan bentukbullyyang lebih parah dibandingkan yang

terjadi di dunia nyata. Hal tersebut disebabkan karena cyberbullyingdapat

menjangkau siapapun dan dapat diakses kapan pun melalui handphone, laptop,

ataupun gadget lain (Sameer Hinduja & Justin W. Patchin, 2009). Seorangbullydi

dunia maya dapat bebas tanpa merasa bersalah walaupun sudah menuliskan

komentar-komentar sadis karena merasa tidak akan mungkin dituntut ataupun

dijadikan korbanbullyingberikutnya atas kata-kata yang telah dituliskan. Hal

tersebut disebabkan karena ada anggapan yang berkembang bahwa perilaku

tersebut telah dilakukan oleh banyak orang (Sutarwan, 2007).

Motif perilaku cyberbullying beraneka ragam, mulai dari hanya untuk

berbuat iseng, seru-seruan, atau alasan yang lain, bahkan ada yang merasa senang

bila komentar kejam tersebut ditanggapi oleh orang lain yang setuju dengan opini

kita. Kemudian ia menambahkan komentar yang lebih kejam. Hal tersebut dapat

berlanjut pada terjadinya rentetan komentar-komentar yang melecehkan nan

menghina salah satu pihak dalam media tersebut. Tanpa disadari, perbuatan iseng

yang tidak ditujukan untuk menyakiti korban, sebenarnya telah menimbulkan luka

pada orang lain.

Dewasa ini pergaulan remaja tidak bisa dipisahkan dari dunia maya atau

internet. Social network atau jejaring sosial adalah cara populer remaja zaman

sekarang untuk bersosialisasi dengan teman. Tren penggunaan social network

pada remaja seakan sudah menjadi syarat mutlak agar bisa diterima dalam

pergaulan. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang

demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu, kehilangan harga diri,

dan mengalami gangguan emosional (Elkind dan Postman dalam Fuhrmann,

1990).

Pada anak usia 5-17 tahun, sebagian waktu yang dihabiskan

untukmengakses internet adalah untuk tujuan berkomunikasi dengan orang yang

dikenalmaupun tidak dikenal (Moenks dan Knoers, 2006). Berbagai akitivitas

dapat mereka temui di cyberspace seperti game online, situs jejaring sosial,

forum, danchat room. Bahkan, internet sudah menjadi suatu alat yang sangat

penting danberguna untuk pencarian informasi serta untuk menghubungkan

komunikasi kepadapeer group atau teman bermain bagi anak (Sarwono, 2004:

24). Akan tetapi, internet juga dapatmenjadi suatu alat yang dapat memunculkan

hal yang dapat menyerang dan membahayakan (Hadis, 2008).

Penelitian ini berangkat dari hasil penelitian yang dilakukan lembaga PBB

untuk anak-anak, UNICEF dengan judul “Keamanan Penggunaan Media Digital

pada Anak dan Remaja di Indonesia” mencatat pengguna internet di Indonesia

yang berasal dari kalangan anak-anak dan remaja diprediksi mencapai 30 juta

(tekno.kompas.com, 19 Februari 2014). Mengingat tingginya pengguna internet di

kalangan remaja tersebut, penulis tertarik meneliti tentang penggunaan internet

melalui media facebook di kalangan remaja khususnya di SMA Negeri 1

Purwokerto.

Dilihat dari perkembangan usianya, remaja SMA merupakanremajaawal

yang sedang berada di dalam krisis identitas. Hal tersebut menyebabkan pada usia

tersebut, manusia cenderung mempunyai rasakeingintahuan yang tinggi, selalu

ingin mencoba hal-hal baru, mudah terpengaruh dengan lingkungan dan teman-

teman sebayanya(peergroups). Pada usia

tersebut,jugamulaisukamemperluashubunganantarapribadidan berkomunikasi

secara lebih dewasa dengan teman sebaya, baik laki-laki maupun perempuan

(Moenks dan Knoers: 2006, dan Sarwono, 2004: 24). Oleh karena itu,

perkembanganinternetyang cukup pesat disertai minat yang besar dapat

memberikan dampak ganda bagi remaja. Internet dapat berdampak positif dan

negatif, tergantung dari aktivitas online yang mereka lakukan saat

merekamengaksesinternet.

Facebook merupakan jenis social network terpopuler yang makin luas dan

mendunia di kalangan remaja hingga saat ini. Facebook bukan hanya menjadi

wadah remaja untuk berkomunikasi dengan teman dan mendapatkan teman baru.

Aktifitas menulis update status, tagging foto ke teman-teman dan chatting

merupakan hal yang disukai para remaja pengguna facebook (Ictwatch.com).

Harus diakui bahwa banyak manfaat positif yang diperoleh remaja dari facebook

seperti mengetahui peristiwa-peristiwa yang sedang hangat dibicarakan

(Kominfo.go.id).

Perkembangan social network khususnya facebook yang semakin pesat,

tidak hanya mendatangkan dampak positif tetapi juga berdampak negatif bagi

penggunanya (Rinjani, H & Firmanto, A, 2013). Efek negatif tersebut di

antaranya sebagai media yang dipergunakan untuk sarana mengolok-olok dengan

tujuan menertawakan teman, menindas individu yang dianggap lemah, hingga

mencemarkan nama baik seseorang. Perilaku tersebut termasuk dalam tindakan

yang disebut dengan cyberbullying, yaitu bullying atau tindak penindasan yang

dilakukan di dunia cyber melalui media internet. Hasil penelitian Ipsos Global

menunjukkan sebanyak 60 persenresponden mengatakan cyberbullying terjadi di

sejumlah laman media sosial terkemuka sepertifacebook (Firman dan

Ngazis,2012).

Cyberbullying dapat dikategorikan bullying verbal karena pelaku

melakukantindakan bullying secara tidak langsung seperti mengejek, menghina,

mengolok-olok,mencela,

menggosip,menyebarkanrumor,bahkanmengancamdenganmenggunakanmediaele

ktronik (Willard, 2007).

AdapunjenisdaricyberbullyingmenurutWillard(2007)yaituflaming(pesandenganam

arah), harassment (gangguan), denigration (pencemaran nama baik),

impersonation (peniruan),outing (penyebaran), trickery (tipu daya), exclusion

(pengeluaran), dan cyberstalking(merendahkan).

Penelitian yang dilakukan oleh Price dan Dalgeish (2009) menyatakan

bahwabentuk cyberbullying yang banyak terjadi yaitu called name (pemberian

nama negatif),abusive comments (komentar kasar), rumour spread (menyebarkan

rumor atau desas desus),threatened

physicalharm(mengancamyangmembahayakanfisik),ingoredatauexclude(pengaba

iandan pengucilan), opinion slammed (pendapat yang merendahkan), online

impersonation(peniruan secara online), sent upsetting image (mengirim gambar

yang mengganggu), dan image ofvictim spread (penyebaranfoto).

Withall (dalamsheldon, 2008:37) mengungkapkanbahwa remaja menjadikan

facebooksebagai social bible atau pedomandalam kehidupan sosial yang penting

untuk mencari informasi danberhubungan dengan teman, orang yangditaksir,

teman yang sudah lama merekatidak temui, hingga yang baru merekakenal.

Remaja yang mengakrabkandiri dengan teman-teman yangsudah dikenal serta

mencari temanyang belum dikenal dalam waktubersamaan menyebabkan remaja

menjadisangat riskan.

Remaja sangat mudahuntuk mendapatkan interaksi sosial yang negatif

apalagi seiringdengan pemakaian internet yangrutin bahkan berlebihan ke

dalambentuk-bentuk perilaku dalam cybersapceseperti bullying (pengucilan,

atauperlakuan kasar pada remaja dilakukanoleh remaja lainnya),

harrasment(perlakuan kasar yang dilakukan siapa saja,dan dapat berupa

kekerasan fisikataupun psikis) dan sexual solicitation(ajakan-ajakan untuk

melakukan halyang mengarah pada perbuatanseksual) (Berson, Berson, &

Ferron,2002).

Penelitian ini berangkat dari keingintahuan penulis akan fenomena

maraknya tindakan yang merujuk pada perilaku cyberbullying pada media sosial

facebook. Perilaku cyberbullying tersebut mayoritas dilakukan oleh remaja di

mana sebagian besar dari mereka adalah pelajar. Mengakses facebook tidak lagi

mereka gunakan untuk komunikasi semata. Di dalam unsur komunikasi dan

aktifitas yang mereka lakukan di facebook tersisip tindakan atau perilaku bullying

seperti mencela dan mengolok-olok orang melalui update status, comment,

chatroom, dan tagging photo.

Beberapa kasus nyata cyberbullying yang terjadi pada remaja yaitu kasus

Farah dihukum karena mencaci di facebook pada tahun 2009 silam. Nur

Arafah atau Farah, seorang pelajar SMA asal Bogor, divonis 2 bulan 15 hari

dengan masa percobaan 5 bulan lantaran terbukti menghina Felly Fandani

via facebook. Dia dijerat Pasal 310 dan 311 KUHP dan UU ITE, Pasal 27 ayat 3.

Kasus ini bermula pada Juli 2009 lalu. Saat itu Felly yang marah lantaran

cemburu, menulis komentar di status facebook Ujang. Karena membaca tulisan

yang dianggap memaki-makinya, Farah lalu membalas dengan lebih pedas.

Tulisan itu yang kemudian dilaporkan Felly dan ibunya ke polisi. Contoh kasus

serupa di luar negeri, seorang remaja puteri asal New York menuntut empat orang

mantan teman-teman SMA, orang tuanya,dan facebook sebesar 3 juta dolar

dikarenakan ia diperolok dan dihinadalam sebuah forum pribadi di

facebook(Okezone.com, 2009).

Pemilihan SMA Negeri 1 Purwokerto sebagai objek penelitian dirasa tepat.

SMA Negeri 1 Purwokerto sebagai SMA nomer satu di kota Purwokerto ini

dengan segudang prestasi dan siswa-siswi teladan tentunya dimana proses belajar

mengajar melibatkan kecanggihan teknologi bernama internet. Baik siswa

maupun guru di SMA Negeri 1 Purwokerto mengakses internet dan memiliki

media sosial. Hampir seluruh guru dan siswa memiliki media sosial facebook.

Fakta ini didapatkan peneliti melalui pernyataan langsung dari salah satu guru

SMA Negeri 1 Purwokerto saat peneliti melakukan observasi di SMA tersebut,

yaitu Ibu Nani seorang guru mata pelajaran Teknologi Ilmu Komputer.

Kepemilikan akun facebook oleh siswa dan guru di SMA N 1 Purwokerto

tersebut tidak semata untuk kepentingan pribadi masing-masing siswa ataupun

guru. Tak jarang para guru memanfaatkan facebook untuk sharing materi kepada

para siswa ataupun untuk media tanya jawab antar guru dan murid. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas siswa-siswi SMA Negeri 1 Purwokerto aktif

menggunakan facebook.

Sebagai guru Teknologi Ilmu Komputer, Ibu Nani paham mengenai dunia

media sosial khususnya facebook. Beliau tak jarang memperhatikan aktifitas

murid-muridnya di akun facebook miliknya. Tak jarang beliau temui anak

didiknya memasang status maupun komentar berisikan hinaan atau ejekan kepada

teman mereka. Adapula yang membagikan foto meme yang menurutnya itu

memalukan. Padahal dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran yang

beliau ampu, beliau telah mengajarkan kepada para muridnya etika dalam dunia

maya sebagai bagian dari materi pengajarannya. Beliau menjelaskan bahwa di

media sosial kita memang bebas untuk berpendapat namun tetap harus dengan

etika, tidak boleh menghina atau mengejek bahkan mempermalukan karena hal

tersebut merupakan tindak kejahatan dunia maya atau familiar disebut

cyberbullying.

Penuturan Ibu Nani tersebut membuktikan bahwa siswa-siswi SMA Negeri

1 pasti memahami bahwa menghina atau mengejek dan mempermalukan orang di

dunia maya adalah perilaku menyimpang disebut cyberbullying. Peneliti

menyimpulkan bahwa siswa-siswi SMA N 1 Purwokerto memahami tentang

cyberbullying namun mereka turut andil dalam perilaku cyberbullying tersebut

yang terlihat pada aktifitas di akun facebook mereka. Hal inilah yang menarik

peneliti untuk menjadikan fenomena tersebut sebagai case dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, penulis ingin menggali bagaimana pengetahuan dan

ragam perilaku cyberbullying ditunjukkan melalui media sosial facebook di

kalangan pelajar SMA Negeri 1 Purwokerto. Penulis akan melakukan wawancara

mendalam dan focus group discussion siswa SMA Negeri 1 Purwokerto untuk

mendapatkan hasil atau jawaban mengenai pengetahuan mereka tentang

cyberbullying sekaligus mengetahui ragam perilaku cyberbullying melalui akun

media sosial facebook mereka. Bagaimana pengetahuan mereka mengenai

cyberbullying, apakah mereka mengetahui perilaku yang mereka lakukan di akun

facebook mereka termasuk dalam kategori cyberbullying dan ragam cyberbullying

apa saja yang mereka lakukan dalam akun facebook mereka. Ragam perilaku

cyberbullying tersebut kemudian apakah relevan dan termasuk dalam ragam

perilaku cyberbullying yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya menurut

para ahli.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan dan ragam perilaku cyberbullying yang ditunjukkan

melalui media sosial facebook di kalangan pelajar SMA Negeri 1 Purwokerto?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pengetahuan

dan ragam perilaku cyberbullying melalui media sosial facebook di kalangan

pelajar SMA Negeri 1 Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan dan referensi pembaca bagaimana ragam perilaku

cyberbullying yang ditunjukkan melalui media sosial facebook di kalangan

pelajar SMA Negeri 1 Purwokerto.

2. Menjadi bahan pertimbangan dan pengetahuan bagi pembaca dalam

memahami segala macam bentuk cyberbullying, khususnya dalam media

sosial facebook.

E. Kerangka Pemikiran

1. Media Sosial

Media sosial terdiri dari dua kata, ‘media’ dan ‘sosial’. Pengertian

menurut bahasa, media sosial adalah alat atau sarana komunikasi masyarakat

untuk bergaul. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, media adalah alat, sarana

komunikasi, perantara, atau penghubung. Sosial artinya berkenaan dengan

masyarakat atau suka memperhatikan kepentingan umum. Dari sisi bahasa

tadi, media sosial bisa dimaknai sebagai sarana berkomunikasi dan berbagi.

Maka dari itu, dalam dunia internet seperti blogging atau facebook, dikenal

istilah share (berbagi), bahkan setiap blog atau situs selalu menyediakan

fasilitas social share, terutama facebook, dan twitter. Jika kita mencari definisi

media sosial di mesin pencari google, dengan mengetikkan kata kunci “social

media meaning”, maka google menampilkan pengertian media sosial sebagai

“websites and applications used for social networking” -website dan aplikasi

yang digunakan untuk jejaring sosial.

Sosial media adalah suatu wadah atau tempat dimana orang dapat

berkomunikasi sesama user (pengguna) secara tidak langsung dan dibutuhkan

koneksi internet untuk dapat melakukan komunikasi ini. Di sini user atau

pengguna dapat berbagi informasi berupa, kejadian, berbagi foto, dan dapat

juga untuk menambah wawasan serta bisa juga sebagai ajang untuk mencari

atau menambah teman. Internet merupakan salah satu aspek penting dalam

berhubungan dalam aplikasi sosial media, internet telah merangkul dunia yang

memegang peran manusia dalam kehidupan manusia. Internetpun juga bisa di

katakan menjadi rekan manusia untuk berkomunikasi dalam sosial media,

melalui internet manusia dapat berbagi informasi, melakukan kegiatan bisnis

serta dapat menjalin hubungan sosial antar sesama manusia dengan

menggunakan sosial media ini.

Awal mula terbentuknya sosial media terjadi pada tahun 1978 dari

penemuan sistem papan buletin, yang dapat memungkinkan kita untuk

mengunggah, atau mengunduh informasi, dapat berkomunikasi dengan

mengunakan surat elektronik yang koneksi internetnya masih terhubung

dengan saluran telepon dengan modem. Sistem papan buletin ini ditemukan

oleh Ward Christensen dan Randy Suess yang keduanya adalah sesama

pecinta dunia komputer. Perkembangan sosial media pertama kali dilakukan

melalui pengiriman surat elektronik pertama oleh peneliti ARPA (Advanced

Research Project Agency) pada tahun 1971.

Pada tahun 1995 kelahiran dari situs GeoCities, situs ini melayani Web

Hosting yaitu layanan penyewaan penyimpanan data-data website agar

halaman website tersebut bisa di akses dari mana saja, dan kemunculan

GeoCities ini menjadi tonggak dari berdirinya website-website lain. Dua tahun

kemudian muncul situs jejaring sosial pertama yaitu Sixdegree.com walaupun

sebenarnya pada tahun 1995 terdapat situs Classmates.com yang juga

merupakan situs jejaring sosial namun, Sixdegree.com di anggap lebih

menawarkan sebuah situs jejaring sosial di banding Classmates.com.

Pada tahun 1999 muncul situs untuk membuat blog pribadi, yaitu

blogger. Situs ini menawarkan penggunanya untuk bisa membuat halaman

situsnya sendiri sehingga pengguna dari blogger ini bisa memuat hal tentang

apapun. termasuk hal pribadi ataupun untuk mengkritisi pemerintah. Dapat

dikatakan blogger ini menjadi tonggak berkembangnya sebuah media sosial.

Tiga tahun berselang yaitu tahun 2002 berdirilahFriendster, situs

jejaring sosial yang pada saat itu menjadi booming, dan keberadaan sebuah

media sosial menjadi fenomenal. Tahun 2003 hadir Linkedln dan Myspace.

LinkedIn hadir tak hanya berguna untuk bersosial, LinkedIn juga berguna

untuk mencari pekerjaan, sehingga fungsi dari sebuah media sosial makin

berkembang.MySpace menawarkan kemudahan dalam

menggunakannya,sehingga Myspace dikatakan sebagai situs jejaring sosial

yang user friendly. Memasuki tahun 2004 lahir situs jejaring sosial facebook,

jejaring sosial yang terkenal hingga saat ini merupakan salah satu situs

jejaring sosial yang memiliki anggota terbanyak. Disusul twitter pada tahun

2006, Google+, instagram, path, hingga ask.fm.

Media sosial telah menarik minat banyak orang karena

menyenangkan.Berkatmediasosial, orang mudah untuk berbagi ide, foto,

video dengan dunia pada umumnya dan juga dengan mudah mencari tahu

apa perasaan dan pikiranseseorangyang dicurahkannya ke dalam

mediasosial. Teman, famili atau kontakbisnis membentuk kelompok-

kelompok komunitas tersendiri dan kemudian berkomunikasi secara intens

melalui media sosial. Aplikasi ini memberikan apa yang televisi tidak

pernahbisaberikan, juga memberi kesempatan masyarakat untuk

berinteraksi dan melibatkandirisendiri dan juga orang lain. Salah satu

manfaat dari aplikasi ini adalahuntukberkomunikasi antara pengajar

dengan peserta didiknya, baik untuk pembagiantugas,pembahasan soal dan

tugas, maupun untuk proses tanya jawab.

Adabeberapakeunggulanmediasosialantaralainbahwamediasosialmerupa

kansebuah alat yang dapat digunakan untuk mempublikasikan diri, pekerjaan,

pendapat pribadi,kejadian sehari-hari dari diri sendiri. Bagi perusahaan berarti

menambah koneksi ataupun pelanggan dan

calonpelanggan.Halinidisebabkankoneksiberartipotensiuntukmeraihpembelida

nselanjutnya dapat berarti potensi meningkatnya pendapatan bagi perusahaan.

Selain itu perusahaandapat memperoleh informasi dari demografi mereka.

Selain itu juga, kemudahan untuk membuat grupdan membentuk komunitas.

Dengan media sosial, berkomunikasi secara online dapat dilakukandengan

lebih mudah dan murah daripada harus bertatap muka. Kemudian kolaborasi

dan komunikasiantar

wilayah,antarbenua(lintasbatas)dapatdimungkinkandalammediasosialini,halter

sebutberarti menghilangkanhambatan-hambatanbagiorang-

orangyanginginberhubungandenganoranglain, tanpa memperhitungkan

hambatan jarak, hambatan waktu, hambatan biaya, hambatansosial budaya,

termasuk hambatan gender dan usia.

2. Facebook sebagai salah satu jenis media sosial

Facebookmerupakansalahsatuprodukinternet,namunmenjadi lebih

populer daripada internet itu sendiri. Banyak orangrelamengakses internet

demi facebook, padahal dahulunyainternet bukan teknologi yang mudah bagi

kebanyakan orang.Mereka dengan kelemahan latar belakang pendidikan, usia,

dan statussosial atau ekonomi mau belajar internet demimengekspresikan

dirinya pada facebook. Dahulunya, tukang sayur, officeboy, pembantu rumah

tangga, pedagang asongan, manula padatahun 2003 tidak mengenal internet,

namun kini mereka memiliki facebook (Juju dan Sulianta, 2010:2).

Facebook dapat menjadi alternatif komunikasi yangdigemari banyak

orang. Terlebih lagi bagi orang yang memilikikepribadian tertutup, pemalu,

ataupun pendiam. Berkomunikasi melaluifacebook, tidak perlu

memperlihatkan diri secara fisik, misalnya salingbertatap muka. Disamping

itu, facebook senantiasa mengalamievolusi

tampilandenganselalumelakukanmakeoverhampirdisetiaptahunnya.

Dalam facebook blog yang berjudul “Thoughts on the

EvolutionofFacebook”, Mark Zuckerberg menulis alasan evolusi Facebook

(JujudanSulianta, 2010: 6) :

“Facebook’s mission is to give people the power to

shareandmaketheworldmoreopenandconnected.Inthelastfou

ryears,

we’vebuiltnewproductsthathelppeoplesharemore,suchas

photos,videos,groups,events,wallposts,statusupdates,andso

on.”

(“MisiFacebookadalahmemberiorangkekuatanuntukberbagi

dan membuat dunia lebih terbuka dan terhubung.

Empattahunyang lalu, kami membangun produk-produk

baru yangmenolongorang lebih berbagi, seperti foto-foto,

video-video,peristiwa- peristiwa, menulis pesan di dinding

Facebook, meng-updatestatus, dan seterusnya. ”)

Jadi, misi facebook adalah “power share”, semua orangyangterkoneksi

di Facebook dapat saling berbagi dan berinteraksi maka dariitu beberapa fitur

dan produk layanan dibuat (Juju dan Sulianta, 2010 :6). Dilihat dari misi

tersebut, facebook dapat menjembatani kebutuhan satu orang di satu tempat

dan di tempat lain yang berjauhan.

Berdasarkan uraian tersebut, pada dasarnya facebook dibuat dengan niat

baik danbenar-benar mengusung nilai-nilai pertemanan yang “kental”. Hal itu

dapat dilihatpadafitur dan kemampuan seperti membuat pertemanan dan

terusdapat berhubungan dengan teman-teman atau relasi, personal

whiteboardsatauumumnya disebut “walls”, membuat group, tergabung

kedalamnya,

advertisingparties/“events”,mengirimkanpesanpersonallayaknyae-mail, saling

meng-upload dan sharing image, campusadvertising, dan membuat

pernyataanstatus.

Penggunaan facebook di Indonesia sudah menjadi rutinitas sehari-hari,

mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, disen, pengusaha, pengacara, politisi,

artis, tokoh-tokoh dunia dan lain-lain dan dari berbagai kelas dan golongan

karena masalah penggunan internet udh bukan menjadi barang mahal.

Keistimewaan facebook terletak pada fasilitasnya yang varatif dan cenderung

mudah dipelajari. Pola komunkasi internet melalui situs pertemanan facebook

ini, pada tahap tertentu bisa menimbulkan adiksi yang mngkin dapat

berpengaruh pada kehidupan nyata. Beberapa ciri-ciri orang yang teradiksi

terhadap internet yaitu, pengguhnaan yang berlebihan, kegelisahan ketika

tidak mengakses internet dalam interval waktu tertentu, peningkatan toleransi

terhadap adiksi internet itu sendiri dan dapak negatif (termasuk isolasi sosial)

(Jerald J., 2008). Sebuah survei yang dilakukan oleh Ohio University,

menyebutkan bahwa manusia yang kerap menggunakan facebook ternyata

menjadi malas dan bodoh. Bahkan beberapa kasus diindonesia seperti

penculikan anak dibawah umur, dan prilaku tidak sopan pelajar terjadi

berawal karena penggunaan situs jejaring sosial facebook.

Beberapa studi dan penelitian mengenai dampak penggunaan situs

jejaring sosial facebook sudah banyak dilakukan oleh Ohio University,

menyebutkan bahwa manusia yang kerap menggunakan facebook ternyata

menjadi malas dan bodoh. Menurut studi yang mengambil sampel 219

mahasiswa Ohio State University tersebut, semakin sering mahasiswa

menggunakan facebook, semakin sedikit waktu mahasiswa belajar dan

semakin buruk nilai-nilai mata pelajaran mahasiswa.

3. Dunia Remaja

a. Pengertian remaja

Pengertian remaja merujuk pada pengertian masa remaja yaitu masa

peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-

kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi

pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial.

Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah

mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2006).

Muagman (1980) dalam Sarwono (2006) mendefinisikan remaja

berdasarkan definisi konseptual World Health Organization(WHO) yang

mendefinisikan remaja berdasarkan tiga kriteria, yaitu: biologis,

psikologis, dan sosial ekonomi:

i. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder

sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

ii. Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami

perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak

menjadi dewasa.

iii. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari

ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang

relatif lebih mandiri.

Masa remaja ditandai dengan karakteristik sebagai berikut Hurlock

(2003):

i. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-

perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak

langsung pada individu yang bersangkutan dan akan

mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

ii. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti

perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap

sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini

memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda

dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai

dengan dirinya.

iii. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada

emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang

mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan

akan kebebasan.

iv. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari

remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa

peranannya dalam masyarakat.

v. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.

Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku

yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua

menjadi takut.

vi. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung

memandang kehidupan dari kaca mata berwarna merah jambu,

melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang

diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-

cita.

vii. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami

kebingungan atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan

kebiasaan pada usia sebelumnya dan di dalam memberikan kesan

bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok,

minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat

dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini

akan memberikan citra yang mereka inginkan.

Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja,

kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri

dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas

perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggungjawab.

b. Remaja dan Facebook

Perilaku remaja dalam menggunakn facebook memiliki karakteristik

dapat dilihat pada perkataan dan perbuatan remaja saat mereka

memanfaatkan facebook. Dalam hal ini yang dapat diukur adalah facebook

dapat memperburuk cara berkomunikasi dan merusak tata bahasa

pengguna remaja. Perilaku remaja ini juga dapat dipengaruhi lingkungan

dimana saat semua teman-teman menggunakan jejaring sosial maka

mereka juga akan melakukan hal yang sama. Hal ini akan sangan berguna

bagi para remaja dalam mencari teman baru dan mempererat hubungan

dengan teman yang sudah ada, mendapatkan banyak informasi,

pengetahuan, dan pengalaman baru sekaligus terhibur dan menghibur

orang lain melalui facebook atau sebaliknya mendapat masalah atau

musuh akibat facebook.

Dibalik atmosfer positifnya ternyata tidak dapatdipungkiri, facebook

menyimpan pula sisi negatifnya. Terutamakasus-kasus kejahatan melalui

media facebook yang menimpa para remajasebagai korbannya.

Maraknya, pelecehan seksual, praktek prostitusi,tindakan asusila,

pertengkaran, penghinaan, pencemaran nama baik, dancybercrime lainnya

yang turut melibatkan remaja banyak ditemui melaluifacebook.

4. Cyberbullying

a. Bullying

Saat ini, perilaku bullying sudah sering terjadi di sekililing kita, di

keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Bullying merupakan perilaku

agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk

menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan

tidak bisa membela diri sendiri (SEJIWA, 2008). Bullying juga memiliki

pengerian yaitu kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang

dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak

mampu mempertahankan dirinya dalam situasi di mana ada hasrat untuk

melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan (Wicaksana,

2008).

Black dan Jackson (2007, dalam Margaretha 2010) mendefinisikan

Bullying sebagai perilaku agresif tipe proaktif yang didalamnya terdapat

aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti, atau menyingkirkan,

adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia, kemampuan

kognitif, keterampilan, maupun status sosial, serta dilakukan secara

berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain.

Kemudian, Elliot (2005) mendefinisikan bullying sebagai tindakan

yang dilakukan seseorang secara sengaja membuat orang lain takut atau

terancam. Bullying menyebabkan korban merasa takut, terancam atau

setidak - tidaknya tidak bahagia. Olweus mendefenisikan bullying adalah

perilaku negatif seseorang atau lebih kepada korban bullying yang

dilakukan secara berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu. Selain

itu bullying juga melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang,

sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu

mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang

diterima korban (Krahe, 2005).

Berdasaran pengertian-pengertian yang dikemukakan para ahli di

atas, dapat penulis simpulkan bahwa bullying adalah penggunaan agresi

dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara

mental serta dilakukan secara berulang. Perilaku bullying dapat berupa

tindakan fisik, verbal, serta emosional/psikologis. Dalam hal ini korban

bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya sendiri

karena lemah secara fisik atau mental.

Ada beberapa jenis bullying menurut SEJIWA (2008):

i. Bullying fisik. Jenis bullying yang terlihat oleh mata, siapapun dapat

melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan

korbannya.

ii. Bullying verbal. Jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa

terungkap indra pendengaran kita.

iii. Bullying mental atau psikologis. Jenis bullying yang paling berbahaya

karena tidak tertangkap oleh mata atau telinga kita apabila tidak cukup

awas mendeteksinya. Praktik bullying ini terjadi diam - diam dan

diluar jangkauan pemantauan kita.

Menurut Bauman (2008), tipe-tipe bullying adalah sebagai berikut:

i. Overt bullying, meliputi bullying secara fisik dan secara verbal,

misalnya dengan mendorong hingga jatuh, memukul, mendorong

dengan kasar, memberi julukan nama, mengancam dan mengejek

dengan tujuan untuk menyakiti.

ii. Indirect bullying, meliputi agresi relasional, dimana bahaya yang

ditimbulkan oleh pelaku bullying dengan cara menghancurkan

hubungan-hubungan yang dimiliki oleh korban, termasuk upaya

pengucilan, menyebarkan gosip, dan meminta pujian atau suatu

tindakan tertentu dari kompensasi persahabatan. Bullying dengan cara

tidak langsung sering dianggap tidak terlalu berbahaya jika

dibandingkan dengan bullying secara fisik, dimaknakan sebagai cara

bergurau antar teman saja. Padahal relational bullying lebih kuat

terkait dengan distress emosional daripada bullying secara fisik.

Bullying secara fisik akan semakin berkurang ketika siswa menjadi

lebih dewasa tetapi bullying yang sifatnya merusak hubungan akan

terus terjadi hingga usia dewasa.

iii. Cyberbullying, seiring dengan perkembangan di bidang teknologi,

siswa memiliki media baru untuk melakukan bullying, yaitu melalui

sms, telepon maupun internet. Cyberbullying melibatkan penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi, seperti e-mail, telepon seluler

dan peger, sms, website pribadi yang menghancurkan reputasi

seseorang, survei di website pribadi yang merusak reputasi orang lain,

yang dimaksudkan adalah untuk mendukung perilaku menyerang

seseorang atau sekelompok orang, yang ditujukan untuk menyakiti

orang lain, secara berulang-ulang kali.

b. Cyberbullying

Berkembangnya teknologi informasi memiliki dampak ganda pada

kehidupan sehari-hari manusia. Dampak yang tidak dapat dielakkan adalah

dampak negatif seperti memberikan kemudahan bagi seseorang untuk

mebully orang lain. Perlaku membully orang melalui media disebt dengan

cyberbullying. Cyberbullying juga berarti segala bentuk kekerasan yang

dialami anak atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui

dunia cyber atau internet. Cyberbullying adalah kejadian manakala

seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan

oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi digital atau

telepon seluler.

Menurut Patchin dan Hinduja, cyberbullying secara singkat

didefinisikan sebagai perbuatan yang berbahaya yang dilakukan secara

berulang-ulang melalui media elektronik (Patchin, 2008: 131).

Cyberbullying dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18

tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak

yang terlibat (atau keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus

yang terjadi akan dikategorikan sebagai cybercrime atau cyberstalking

(sering juga disebut cyberharassment).

Kowalski, Limber, Agatston (dalam Pandori, 2013:ii), mengatakan

bahwa Cyberbullying adalah bentuk intimidasi yang terjadi melalui sarana

teknologi, seperti jejaring sosial dan pesan instan, para ilmuwan

berpendapat bahwa efek hampir selalu bencana. Anak-anak atau remaja

pelaku cyberbullying biasanya memilih untuk mengganggu anak lain yang

dianggap lebih lemah, tak suka melawan dan tak bisa membela diri.

Pelakunya sendiri biasanya adalah anak-anak yang ingin berkuasa

atau senang mendominasi. Anak-anak ini biasanya merasa lebih hebat,

berstatus sosial lebih tinggi dan lebih populer di kalangan teman-teman

sebayanya. Sedangkan korbannya biasanya anak-anak atau remaja yang

sering diejek dan dipermalukan karena penampilan mereka, warna kulit,

keluarga mereka atau cara mereka bertingkah laku di sekolah. Namun bisa

juga si korban cyberbullying justru adalah anak yang populer, pintar dan

menonjol di sekolah sehingga membuat iri teman sebayanya yang menjadi

pelaku.

Cyberbullying pada umumnya dilakukan melalui media situs jejaring

sosial seperti Facebook dan Twitter. Ada kalanya dilakukan juga melalui

SMS maupun pesan percakapan di layanan Instant Messaging seperti

Yahoo Messenger atau MSN Messenger. Anak-anak yang penguasaan

komputer serta internetnya lebih canggih melakukan cyberbullying dengan

cara lain. Pelaku membuat situs atau blog untuk menjelek-jelekkan korban

atau membuat masalah dengan orang lain dengan berpura-pura menjadi

korban. Ada pula pelaku yang mencuri password akun e-mail atau situs

jejaring sosial korban dan mengirim pesan-pesan mengancam atau tak

senonoh menggunakan akun milik korban.

Cyberbullying lebih mudah dilakukan daripada kekerasan

konvensional karena si pelaku tidak perlu berhadapan muka dengan orang

lain yang menjadi targetnya. Mereka bisa mengatakan hal-hal yang buruk

dan dengan mudah mengintimidasi korbannya karena mereka berada di

belakang layar komputer atau menatap layar telepon seluler tanpa harus

melihat akibat yang ditimbulkan pada diri korban. Peristiwa cyberbullying

juga tidak mudah diidentifikasikan orang lain, seperti orang tua atau guru

karena tidak jarang anak-anak remaja ini juga mempunyai kode-kode

berupa singkatan kata atau emoticon internet yang tidak dapat dimengerti

selain oleh mereka sendiri.

c. Bentuk cyberbullying

Beberapa bentuk praktek cyberbullying adalah :

i. Mengirimkan pesan berisi hinaan atau ancaman.

ii. Menyebarkan gosip atau berita burung yang tidak menyenangkan

lewat Email, status updates, atau komentar di jejaring sosial

(Facebook, Twitter, Google+ dan lain-lain).

iii. Pencuri identitas online. Membuat akun dan profil palsu tentang

seseorang atau target dan melakukan aktivitas (update status,

komentar, mengirim pesan dan lain-lain) yang merusak nama baik dan

hubungan sosialnya.

iv. Berbagi gambar. Meneruskan (forward) atau membagikan (share)

foto/gambar pribadi target tanpa izin.

v. Mengunggah, membeberkan informasi pribadi target ke internet tanpa

izin.

vi. Membuat blog yang berisi kebencian pada seorang target, atau

membuat kampanye di jejaring sosial untuk membuat orang-orang

ikut membenci atau membully target.

vii. Mengunggah video yang memalukan atau memojokkan target

sehingga bisa diakses/ditonton semua orang. (Sumber:

infopsikologi.com)

F. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori dan rumusan masalah penelitian di atas, dapat

penulis gambarkan kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1.1

Kerangka Konsep

Berdasarkan gambar di atas, perilaku cyberbullying yang terjadi dalam

media sosial facebook disebabkan oleh interaksi informan dengan facebook. Hal

tersebut dilihat dari bagaimana kedekatan informandengan media sosial

facebook, apa saja aktivitas yang mereka lakukan di akun facebook mereka.

Pengetahuan mengenai

cyberbullying

Serangan Cyberbullying

- Pesan hinaan dan ancaman.

- Menyebarkan gossip dan

berita bohong.

- Pencurian identitas online.

- Membagi gambar tanpa izin.

- Membagi identitas tanpa izin.

- Mengunggah video untuk

membuat malu.

Interaksi dengan media

sosial facebook:

- Ekspose terhadap

aktifitas di akun

facebook.

Selanjutnya, pengetahuan mereka mengenai cyberbullying juga memicu

timbulnya serangan cyberbullying.

Adapun bentuk cyberbullying yang sering terjadi dalam media sosial

facebook tidak jauh berbeda dengan dunia nyata, namun karena sifatnya online,

maka yang terjadi juga dalam bentuk cyber, seperti pesan hinaan dan ancaman

yang dikirim ke korban, menyebarkan gosip dan berita bohong tentang

targetnya, pencurian identitas online target tanpa seizin target, membagi gambar

tanpa izin, membagi identitas tanpa izin, dan mengunggah video untuk membuat

malu.

G. Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

dekriptif kualitatif yang dalam implementasinya metode ini menggunakan

cara mengumpulkan dan menyusun serta mengklarifikasi data kemudian di

analisa dan interpresentasikan semua data yang diperoleh. Metode kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan beperilaku yang diamati.

Pemilihan pendekatan kualitatif berdasarkan atas spesifikasi obyek penelitian

dan juga agar di dapat informasi yang mendalam tentang obyek kajian

(Nawawi, 1998:63).

Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan

metode studi kasus. Sebagaimana pendapat Lincoln dan Guba (Sayekti

Pujosuwarno, 1992: 34) yang menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif dapat

juga disebut dengan case study ataupun qualitative, yaitu penelitian yang

mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

subjek penelitian. Lebih lanjut Sayekti Pujosuwarno (1986: 1) mengemukakan

pendapat dari Moh. Surya dan Djumhur yang menyatakan bahwa studi kasus

dapat diartikan sebagai suatu teknik mempelajari seseorang individu secara

mendalam untuk membantunya memperoleh penyesuaian diri yang baik.

Menururt Lincoln dan Guba (Dedy Mulyana, 2004: 201) penggunaan

studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki beberapa

keuntungan, yaitu :

a. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.

b. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan

apa yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari.

c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan

hubungan antara peneliti dan responden.

d. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang

diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.

Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk

mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini,

penulis akan menggunakan metode studi kasus untuk memberikan

pemahaman tentang objek penelitian ini yaitu pengetahuan dan ragam

perilaku cyberbullying melalui media sosial facebook di kalangan pelajar

SMA Negeri 1 Purwokerto.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Purwokerto tepatnya di SMA Negeri 1

Purwokerto. Purwokerto merupakan kota terbesar ketiga di Jawa Tengah

setelah Kota Semarang dan Solo. Perkembangan media di Purwokerto begitu

menggeliat, banyaknya bermunculan wartawan media mainstream,

bermunculan media online tentang banyumas, bahkan salah satu website

desa di banyumas menjadi rujukan jurnalime warga dari berbagai penjuru

nusantara yaitu Desa Melung dan bermunculan komunitas dalam dunia tulis

menulis seperti AJI Kota Purwokerto, Blogger

Banyumas(regional.kompasiana.com, 9 April 2013).

Selanjutnya, pemilihan lokasi sekolah didasarkan pada fakta bahwa

siswa SMA N 1 Purwokerto rata-rata sudah melek teknologi informasi dan

banyak dari mereka yang secara aktif memanfaatkan sarana media sosial

facebook. Hal tersebut seharusnya menjadi pemahaman tersendiri bagi

siswa-siswi SMA Negeri 1 Purwokerto mengenai pengetahuan mereka

tentang cyberbullying.

Lokasi tersebut cukup mewakili sekolah-sekolah lain karena lokasi

tersebut dianggap sebagai sekolah negeri dengan siswa di dalamnya

mayoritas terdiri dari siswa berekonomi menengah ke atas. Mayoritas siswa

juga pengguna smartphone dan merupakan pengguna media sosial facebook

dimana cukup mempengaruhi apabila mereka melakukan atau menjadi

korban dan pelaku cyberbullying.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua bagian yaitu

sumber data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh

peneliti secara langsung di lapangan. Sementara data sekunder adalah data

yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Dalam penelitian ini,

sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara dan focus group

discussion (FGD). Wawancara dan FGD dilakukan dengan siswa pengguna

facebook, pelaku dan korban cyberbullying. Sedangkan sumber data sekunder

diperoleh dari beberapa referensi penunjang penelitian seperti buku-buku

referensi, jurnal dan beberapa artikel yang membahas tentang media sosial

facebook, penggunaan facebook di kalangan remaja atau pelajar, dan

cyberbullying.

4. Teknik pengumpulan data

a. Wawancara (In-depth interview)

Menurut Moleong (2014: 56), wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam

(Sugiyono, 2012: 316). Guna mendapatkan data yang lebih baik dan

terukur, maka wawancara yang digunakan peneliti dalam melakukan

penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview) dan

wawancara terstruktur. Menurut Nasehudin dan Gozali (2012: 217),

menyebutkan bahwa wawancara mendalam adalah teknik wawancara

yang didasari oleh rasa skeptis yang tinggi, sehingga wawancara

mendalam banyak diwarnai oleh probing (penyelidikan).

Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk mendapatkan

informasi berupa keterangan lisan dari narasumber tertentu secara lebih

mendalam dan sifatnya personal. Melalui in-depth interview, peneliti

akan mendapatkan data yang lebih komprehensif terkait pengalaman

seseorang terhadap obyek penelitian (West, 2007:83).

Dalam wawancara mendalam, peneliti berusaha mendapatkan

jawaban dari empat informan mengenai latar belakang para informan

sebagai pengguna media sosial facebook,alasan menggunakan media

sosial facebook, aktivitas apa saja yang dilakukan informan pada akun

facebook mereka, pengetahuan dan pengalaman informan mengenai

perilaku cyberbullying, untuk selanjutnya akan menjadi dasar peneliti

dalam menentukan ragam perilaku cyberbullying melalui media sosial

facebook di kalangan siswa SMA N 1 Purwokerto.

b. Focus Discussion Group (FDG)

Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu proses

pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu

permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok

(Irwanto, 2006).

Pengambilan data kualitatif melalui FGD dikenal luas karena

kelebihannya dalam memberikan kemudahan dan peluang bagi peneliti

untuk menjalin keterbukaan, kepercayaan, dan memahami persepsi,

sikap, serta pengalaman yang dimiliki informan. FGD juga

memungkinkan peneliti mengumpulkan informasi secara cepat dan

konstruktif dari peserta yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Di

samping itu, dinamika kelompok yang terjadi selama berlangsungnya

proses diskusi seringkali memberikan informasi yang penting, menarik,

bahkan kadang tidak terduga. Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui

alasan, motivasi, argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang atau

kelompok.

FGD dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi

tentang pengetahuan dan ragam perilaku cyberbullying pelajar SMA N 1

Purwokerto melalui akun facebook.

Penggunaan Focus Group Discussion (FGD) iniuntuk

memperdalam serta melengkapi informasi yang diperoleh dalam

wawancara mendalam sehingga didapatkan pengetahuan dan ragam

perilaku cyberbullying secara lebih mendalam. Beberapa pertanyaan

diajukan kepada enam informan dalam FGD tidak akan jauh berbeda

dengan apa yang ditanyakan dalam proses indepth interviewyaitu hal-hal

yang berkaitan dengan pengetahuan dan ragam perilaku cyberbullying

yang ditunjukkan informan melalui akun facebook miliknya. Pertanyaan

yang diajukan dalam FGD ini peneliti berusaha untuk memunculkan

keragaman jawaban informan sehingga peneliti dapat menjalin

keterbukaan, kepercayaan dan memahami persepsi, sikap serta

pengalaman yang dimiliki informan mengenai pengetahuan dan ragam

perilaku cyberbullying.

5. Informan penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah enam siswa-siswi pengguna

media sosial facebook di kelas 1 dan kelas 2 SMA N 1 Purwokerto, baik

sebagai pelaku cyberbullying maupun yang pernah mengalami tindak

cyberbullying alias korban. Mereka adalah GI, RO, MH, KE, AB, dan SA1.

Pemilihan informan ditentukan berdasarkan kriteria antara lain:

a. Pengguna aktif media sosial facebook

b. Pernah melakukan cyberbullying

c. Pernah mengalami cyberbullying

6. Teknik analisis data

Teknik analisa data adalah suatu teknik yang mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian besar sehingga

dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan data (Moleong, 2009:18). Dalam penelitian ini, peneliti akan

menggunakan teknik analisis data kualitatif yang dilakukan secara induktif,

adapun gambaran mengenai data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang perilaku yang di amati.

Adapun langkah-langkah atau tahap-tahapan dalam analisis data adalah

sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara,

1GI, RO, MH, KE, AB, dan SA adalah inisial namadari enam informan dalam penelitian ini.

Penulisan inisial nama informan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan informan

sebagai bentuk komitmen dalam menjaga privasi informan terkait pengalaman cyberbullying

yang mereka alami serta sebagai bentuk komitmen kerahasiaan informan dalam etika

penulisan sebuah kajian akademik.

dan FGD. Pertama peneliti melakukan observasi ke lokasi

penelitian. Selanjutnya, sebagai langkah awal, peneliti membagikan

beberapa pertanyaan terkait media sosial facebook dan

cyberbullying kepada 20 siswa-siswi SMA Negeri 1 Purwokerto

kelas 1 dan kelas 2. Hal ini penulis lakukan untuk mendapatkan

informan yang sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan di atas.

Langkah selanjutnya, peneliti menyeleksi jawaban-jawaban

dari 20 siswa tersebut kemudian peneliti mendapatkan enam siswa

yang memenuhi kriteria sebagai informan.

Penulis melakukan wawancara mendalam (in-depth interview)

terhadap empat informan. Selanjutnya untuk peserta FGD peniliti

mengambil dua siswa tambahan sehingga peserta FGD berjumlah

enam siswa dimana empat orang diantaranya adalah informan yang

sebelumnya merupakan informan dalam wawancara mendalam (in-

depth interview).

b. Reduksi data

Reduksi dilakukan dengan cara membuat abstraksi data, jadi

setelah membaca, mempelajari dan menelaah data, penyusun akan

merangkum data inti dengan tetap menjaga validitas dan obyektifitas

data.

c. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan menggabungkan data yang

diperoleh dan telah direduksi, kemudian disajikan dalam bentuk

narasi dan tulisan dengan menyusun kalimat secara logis dan

sistematis sehingga mudah dibaca dan dipahami yang pada akhirnya

bisa memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan oleh peneliti (Milles & Huberman, 1992 : 17).

Penyajian data dipaparkan dalam Bab 4 pada bagian hasil

penelitian dan pembahasan. Di bab 4 tersebut peneliti memaparkan

temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian secara rinci,

sedetail dan sesistematis mungkin. Dalam bab 4 pada bagian hasil

penelitian terdiri dari 4 sub-bab, yaitu interaksi informan dengan

facebook, pengetahuan informan mengenai cyberbullying,

pengalaman informan mengeni ragam perilaku cyberbullying di

media sosial facebook dan terakhir peneliti memaparkan interaksi

antar informan dalam diskusi mengenai pengetahuan dan ragam

perilaku cyberbullying di facebook.

d. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian

berlangsung (Nasution, 1992 : 129). Dalam penelitian ini, penarikan

kesimpulan dimulai sejak pengumpulan data, yaitu dengan

memahami apa makna dari berbagai data yang diperoleh dengan

melakukan pencatatan. Pernyataan dan berbagai jawaban dari

informan juga diverifikasi terlebih dahulu. Hal tersebut di lakukan

secara berulang dengan tujuan pemantapan data agar kesimpulan

yang diperoleh tidak melenceng dari pemaparan pembahasan pada

bab 4.

7. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini peneliti tidak dapat melakukan

pengecekan atau memvalidasi langsung pada akun facebook masing-masing

informan.atas pernyataan mereka mengenai ragam perilaku cyberbullying

yang mereka alami pada akun facebook mereka. Hal ini dikarenakan alasan

privasi dari keenam informan. Mereka menolak peneliti untuk melihat profil

akun facebook mereka masing-masing dan tidak berkenan mengecek terkait

perilaku cyberbullying yang mereka alami. Hasil penelitian ini murni atas

pernyataan masing-masing informan dalam wawancara mendalam dan FGD.