bab i pendahuluan a. latar belakang...narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa...

12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manausia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak haknya tanpa anak tersebut meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan konvensi Hak anak yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1990 yang mengemukakan tentang prinsip prinsip Umum perlindungan anak, yaitu nondiskriminasi, kepentingan terbaik anak, kelangsungan hidup tumbuh kembang, dan menghargai partisipasi anak. Prinsip prinsip tersebut juga terdapat didalam ketentuan Undang undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang dibentuk oleh pemerintah agar hak hak anak dapat di implementasikan di Indonesia. Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap harkat dan martbat anak sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 1979 ketika membuat undang undang perlindungan anak sampai sekarang. 1 Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan meneruskan cita cita luhur bangsa, calon calon pemimpin bangsa di masa mendatang dan sebagai sumber harapan bagi generasi terdahulu, perlu mendapat kesempatan seluas luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, dan sosial. Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kedudukan dan peranan, yang menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa kemudian hari. Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan 1 Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, Citra Aditya Bakti,2015,hlm.,1.

Upload: others

Post on 29-Mar-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak, dengan pidana penjara selama : 3 (tiga) tahun di Lembaga Pembinaan khusus Anak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang

dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manausia seutuhnya. Setiap

anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak

yang terlahir harus mendapatkan hak – haknya tanpa anak tersebut meminta. Hal

ini sesuai dengan ketentuan konvensi Hak anak yang diratifikasi oleh pemerintah

Indonesia melalui keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1990 yang

mengemukakan tentang prinsip – prinsip Umum perlindungan anak, yaitu

nondiskriminasi, kepentingan terbaik anak, kelangsungan hidup tumbuh kembang,

dan menghargai partisipasi anak. Prinsip – prinsip tersebut juga terdapat didalam

ketentuan Undang – undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas

Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang

dibentuk oleh pemerintah agar hak – hak anak dapat di implementasikan di

Indonesia. Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap harkat dan martbat anak

sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 1979 ketika membuat undang – undang

perlindungan anak sampai sekarang.1

Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan meneruskan cita –cita

luhur bangsa, calon – calon pemimpin bangsa di masa mendatang dan sebagai

sumber harapan bagi generasi terdahulu, perlu mendapat kesempatan seluas –

luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani,

dan sosial. Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh lapisan

masyarakat dalam berbagai kedudukan dan peranan, yang menyadari betul

pentingnya anak bagi nusa dan bangsa kemudian hari. Perlindungan anak adalah

segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat

melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak

dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan

1 Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, Citra Aditya Bakti,2015,hlm.,1.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak, dengan pidana penjara selama : 3 (tiga) tahun di Lembaga Pembinaan khusus Anak

2

anak secara wajar baik fisik, mental, dan sosial. Perlindungan anak merupakan

perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian

perlindungan anak merupakan diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan

bernegara dan bermasyarakat. Kegiatan perlindungan anak membawa akibat

hukum, baik dalam kaitannya dengan hukum tertulis maupun tidak tertulis, hukum

merupakan jaminan bagi kegiatan perlindungan anak. Arif Gosita mengemukakan

bahwa kepastian hukum perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan

perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif

yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan perlindungan anak.2

Dalam upaya pembinaan dan perlindungan hukum terhadap anak yang

dilakukan oleh pemerintah, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa,

pemerintah banyak dihadapkan dengan berbagai macam masalah salah satunya

adalah penyimpangan perilaku masyarakat yang menjadikan anak sebagai objek

kejahatan contoh kasus yang terjadi adalah melibatkan anak dalam tindak pidana

narkotika, dimana dalam kasus tersebut anak sudah banyak dimaanfaat sebagai

kurir narkotika hal ini merupakan suatu rangkaian pemukatan jahat dalam

menjalankan peredaran narkotika.

Narkotika adalah obat/bahan berbahaya. Pengertian narkotika berdasarkan

Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 1 mengatakan

: Narkotika zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik

sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan

dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan –

golongan.3 Perkataan narkotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu, narcois yang

berarti narkose atau menidurkan, yaitu suatu zat atau obat – obatan tang

membiuskan sehingga tidak merasakan apa – apa. Dalam perkembangannya

2 Madin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana

Anak di Indonesia, Refika aditama, Bandung, 2010, Hlm., 33.

3 Irwan Jasa Tarigan, Narkotika dan Penanggulangannya, Budi Utama, Sleman, 2017,

Hlm., 22.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak, dengan pidana penjara selama : 3 (tiga) tahun di Lembaga Pembinaan khusus Anak

3

terjadi perubahan, dimana tidak hanya terbatas pada pengertian obat yang

menyebabkan seseorang dapat tertidur, berubah menjadi bahan atau zat yang

menyebabkan seseorang yang menggunakannya menjadi tidur, yang disebut obat

perangsang saraf pusat. Narkotika adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh –

pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakannya, berupa pembiusan,

hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya hayalan

– hayalan. Dalam dunia medis, narkotika dimanfaatkan untuk pengobatan seperti

dibidang pembedahaan guna menghilangkan rasa sakit.4

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang di akses dari laman

Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kurir adalah utusan

yang menyampaikan sesuatu yang penting dengan cepat, kurir juga bisa di

definisikan sebagai sebuah aktivitas pengiriman barang yang dilakukan secara

langsung, dalam artian kurir Narkotika dapat diartikan perantara atau calo

narkotika.

Pada saat ini sudah banyak anak yang di maanfaatkan sebagai kurir

Narkotika bahkan dalam acara penandatanganan MoU dengan Badan Narkotika

Nasional (BNN), Komisi Perlindungan Anak Indonesia, melalui Ketua Asrorun

Ni'am Soleh menjelaskan jika tren pengedaran narkoba melalui anak di bawah

umur meningkat drastis dalam tiga tahun terakhir. Renta usia anak-anak yang

terlibat narkotika ini memang bervariasi, Asrorun mengatakan pengedar anak

mulai dari tahun 2011 hingga 2014 itu meningkat hampir 300%. Mulai tahun

2012 itu ada 17, tahun 2013 ada 21, dan pada 2014 itu mencapai 42 anak yang

menjadi pengedar narkoba. "Ancaman narkotika terhadap anak ini menjadi lampu

kuning bagi kita untuk sama-sama bergandeng tangan melakukan ikhtiar nyata

melindungi anak-anak di bawah umur dari paparan narkotika di lingkungannya.

Asrorun Niam Sholeh juga menghimbau jika sang anak yang berkonflik dengan

hukum (khususnya narkotika) itu didekati sebagai korban dan seharusnya

penanganan berbeda dengan orang dewasa. Undang-undang mengamanahkan

4 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan perempuan, Refika Aditama,

Bandung, 2012. Hlm.,122.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak, dengan pidana penjara selama : 3 (tiga) tahun di Lembaga Pembinaan khusus Anak

4

pendekatan restoratif justice, atau pendekatan prinsip keadilan yang memulihkan

terhadap sang anak. Implikasinya adalah melalui rehabilitasi terhadap anak yang

menjadi korban serta keras memberikan hukuman terhadap pihak yang

menyalahgunakan anak yang terlibat narkotika. "Anak yang menjadi pengedar

pasti tidak mandiri. Tetapi dia di desain oleh orang dewasa untuk kepentingan

jalur distribusi tersebut, maka yang harus dikejar adalah orang yang

memanfaatkan si anak tersebut, badan hukum pun sudah memberikan penjaminan

pendekatan rehabilitasi terhadap anak dalam UU 35 tahun 2009 tentang narkotika,

dan UU 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak yang bertujuan agar

dapat terwujud peradilan yang benar – benar menjamin perlindungan kepentingan

terbaik terhadap anak yang berhadapan dengan hukum sebagai penerus bangsa.5

Modus baru penggunaan anak sebagai kurir narkotika sudah menjadi tren

dalam era peredaran narkotika saat ini seperti yang tampak dalam contoh kasus

yang akan di paparkan oleh penulis dalam perkara Nomor.1/Pid.sus-

Anak/2014/PN.Pli dan perkara Nomor.14/Pid.sus-Anak/2015/PN.Dps.

Dalam perkara Nomor.1/Pid.sus-Anak/2014/PN.Pli dimana dalam putusan

tersebut anak yang berusia 17 tahun menjadi kurir narkotika dengan upah

Rp.50.000 – Rp.100.000, kepolisian Resor Tanah Laut melakukan penangkapan

terhadap diri terdakwa, dimana pada saat dilakukan pemeriksaan pada diri

terdakwa, ditemukan barang bukti berupa 4 (empat) paket narkotika golongan 1

jenis sabu-sabu dengan berat bersih kurang lebih sebesar 0,38 gram, yang

masing-masing sebanyak 3 (tiga) paket disimpan terdakwa didalam tempat

Handphone Samsung warna hitam, dan sebanyak 1 (satu) paket disimpan di dalam

rokok Sampoerna Mentol, Atas perbuatannya tersebut terdakwa didakwa dengan

dakwaan pertama Pasal 114 Ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, dan kedua Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika. dari dakwaan Penuntut Umum maka Majelis

Hakim mempertimbangkan dakwaan yang lebih bersesuaian dengan fakta yang

5 Di kutip dari Republika Berita Nasional, Tren Peredaran Narkoba Melalui Anak

Meningkat, diunggah Pada Senin 27 April 2015, Pukul 17 : 30 WIB.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak, dengan pidana penjara selama : 3 (tiga) tahun di Lembaga Pembinaan khusus Anak

5

terungkap dipersidangan, yaitu Pasal 114 Ayat (1) Undang- Undang RI Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Selanjutnya terdakwa dinyatakan bersalah oleh

majelis Hakim dan harus dijatuhi pidana maka terdakwa harus pula dibebani

untuk membayar biaya perkara. Menyatakan terdakwa terdakwa terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana tanpa hak menjual

Narkotika Golongan I bukan tanaman Menjatuhkan pidana kepada terdakwa

dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bulan dan denda

sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dengan ketentuan jika denda

tidak dibayar harus diganti dengan pidana penjara selama 1 (satu) bulan.6

Dalam perkara Nomor.14/Pid.sus-Anak/2015/PN.Dps. Terdakwa anak

umur 17 tahun menjadi kurir narkotika, terdakwa mendapatkan upah Rp.50.000

dan bahkan pernah mendapatkan upah Rp.1000.000. dari penangkapan dalam diri

terdakwa di temukan barang bukti narkotika golongan 1 yang beratnya melebihi 5

gram, berupa yaitu 31 plastik klip dalamnya berisi kristal narkotika jenis sabu –

sabu dengan jumlah berat bersih sebanyak 114,14 gram dan 365 butir tablet

narkotika jenis ekstasi dengan jumlah berat bersih sebanyak 92,72 gram, atas

perbuatan tedakwa tersebut terdakwa anak didakwa dengan Pasal 112 ayat (2)

U.U R.I No. 35 Tahun 2009 dan Pasal 115 ayat (1) Undang – undang RI No. 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, selanjutnya terdakwa oleh Majelis Hakim

memutusakan menyatakan terdakwa anak secara sah dan meyakinkan terbukti

bersalah melakukan Tindak Pidana Narkotika Secara tanpa hak dan melawan

hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan

I bukan tanaman yang beratnya melebihi 5 (lima) gram, oleh majelis hakim telah

bersesuaian dengan Pasal 112 ayat (2) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak, dengan

pidana penjara selama : 3 (tiga) tahun di Lembaga Pembinaan khusus Anak di

Karangasem, membebankan kepada anak membayar biaya pekara sebesar Rp.

2000,- (dua ribu rupiah).7

6 Putusan Nomor.1/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Pli.

7 Putusan Nomor.14/Pid.sus-Anak/2014/PN.Dps.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak, dengan pidana penjara selama : 3 (tiga) tahun di Lembaga Pembinaan khusus Anak

6

Kebebasan Hakim dalam memutus suatu perkara merupakan hal yang

mutlak yang dimiliki hakim sebagaimana amanat Undang- berdasarkan Undang

undang. akan tetapi juga harus sesuai dengan hati nuraninya. Hakim -Undang

Nomor 48 Tahun 2009 tentang tentang kekuasaan kehakiman dan Pasal 24 ayat 1

UUD 1945, Kekuasaan Kehakiman memiliki kebebasan dalam menjatuhkan

pidana, namun apabila pelaku tindak pidana tersebut masih tergolong dalam usia

anak khususnya pada tindak pidana narkotika, seharusnya hakim dapat lebih

mempertimbangkan kembali putusan yang dijatuhkannya.8

Dalam persidangan hakim khusus diharapkan dapat memberikan keadilan

kepada anak, penjatuhan hukuman oleh hakim bukanlah merupakan hal yang

salah, akan tetapi hakim menimbang kembali apakah putusan hukuman yang

dijatuhkan telah memberikan perlindungan terhadap anak dan memberikan

maanfaat9 Seperti dalam penjelasan umum No. 11 Tahun 2012 tentang sistem

Peradilan Pidana Anak disebutkan bahwa tentang Pengadilan Anak dimaksudkan

melindungi dan mengayomi anak yang berhadapan dengan hukum agar dapat

menyongsong masa depannya yang masih panjang serta memberi kesempatan

kepada anak agar melalui pembinaan akan diperoleh jati dirinya untuk menjadi

manusia yang mandiri, bertangjungg jawab dan berguna bagi diri sendiri,

keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.10

Dalam Pasal 3 ayat 1 Konvensi Hak - Hak Anak, diterjemahkan, dalam

setiap tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh lembaga – lembaga

kesejahteraan soal pemerintah maupun swast, lembaga peradilan, lembaga

pemerintah atau badan legeslatif, kepentingan terbaik bagi anak harus menjadi

pertimbangan utama, artinya, pertimbangan utama hakim mengadili dan

menjatuhkan putusan terhadap anak adalah kepentingan terbaik bagi anak yang

berorientasi kepada keadilan, bukan atas kekakuan hukum pidana atau hukum

8 Undang -Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang tentang kekuasaan kehakiman dan pasal

24 ayat 1 UUD 1945

9 Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2012, Hlm.,12.

10 Wiyono, Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Sinar Grafika, 2016, Hlm.,7.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak, dengan pidana penjara selama : 3 (tiga) tahun di Lembaga Pembinaan khusus Anak

7

acara, terhadap anak yang terbukti melakukan kejahatan hakim harus mengambil

keputusan bijak dengan memperhatikan latar belakang kehidupan anak, latar

belakang kehidupan anak, faktor – faktor pencetus terjadinya kejahatan dan yang

terpenting, kemampuan mental dan kesehatan fisik seorang anak yang akan

menanggung beban pemidanaan jika dijatuhi pidana.11

Apabila dilihat dari kasus posisi didalam Putusan No.1/Pid.sus-

Anak/2014/PN.Pli dan Putusan No.14/Pid.sus-Anak/2015/PN.Dps yang

melibatkan terdakwa tersebut adalah anak, seharusnya majelis hakim

mempertimbangkan Pasal 56 KUHP dimana dalam putusan diatas hakim tidak

mempertimbangkannya dimana dalam Pasal 56 KUHP berbunyi di pidana sebagai

pembantu (medeplichtige) sesuatu kejahatan : Ke 1. Mereka yang sengaja

memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan. Ke 2. Mereka yang sengaja

memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk kejahatan untuk melakukan

kejahatan lebih lanjut dalam Pasal 57 ayat 1 berbunyi dalam hal pembantuan,

maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dikurangi sepertiga. karena menurut

UU psikotropika (Pasal 69), percobaan atau pembantuan (UU psikotropika

menggunakan istilah perbantuan) dipidana sama dengan delik yang

bersangkutan.12

Jadi, pembantuan / perbuatan (medeplictige) dalam melakukan tindak

pidana (TP) psikotropika berbeda dengan perbuatan dalam melakukan TP

Narkotika. Menurut UU Psikotropika, pembantu dipidana sama dengan pelaku TP

sedangkan menurut UU Narkotika, berlaku ketentuan umum KUHP (karena UU

Narkotika tidak mengatur), yaitu dipidannya dikurangi sepertiga dari maksimum

pidana untuk TP yang bersangkutan.

Walaupun dalam Pasal 132 UU 35/2009 tidak disebut secara tegas adanya

pembantuan dalam salah satu bentuk perbuatan yang disebut didalam Pasal 133

ada bentuk perbuatan yang dapat diartikan sebagai pembantuan yaitu perbuatan

11

Nurini Aprilianda, Sistem Peradilan Pidana Indonesia Teori dan Praktik, Universitas

Brawijaya Pers, Malang, 2017, Hlm.,34.

12 Lihat Pasal 56 dan Pasal 57 KUHP

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak, dengan pidana penjara selama : 3 (tiga) tahun di Lembaga Pembinaan khusus Anak

8

memberi atau menjanjikan sesuatu, memberi kesempatan, memberi kemudahan,

untuk melakukan tindak pidana narkotika yang disebut dalam Pasal 133 itu. Akan

tetapi menurut Pasal ini, yang dapat dipidana kalau perbuatan memberi

sesuatu/kesempatan/kemudahan itu ditujukan kepada anak yang belum cukup

umur sehingga menjadi masalah yuridis apakah memeberi

sesuatu/kesempatan/kemudahan kepda orang dewasa pada umumnya dapat juga

dipidana. Secara yuridis sebenarnya bisa karena ada Pasal 56 KUHP sebagai

aturan umum. Namun menjadi masalah karena UU 35/2009 tidak menyebutkan

kualifikasi yuridis untuk tindak pidana narkotika sebagai kejahatan. Menurut

Pasal 56 KUHP, bentuk pembantuan yang dapat dipidana hanya pembantuan

terhadap kejahatan.13

Melihat dari kasus diatas tidak nampak majelis hakim

mempertimbangkan Pasal 56 KUHP padahal dalam kasus tersebut anak yang

menjadi pelaku kejahatan.

Tidaklah mungkin menyamakan penghukuman terhadap anak yang

melakukan tindak pidanana dengan orang dewasa. Anak memiliki harapan yang

besar dari bangsa, dalam usianya yang masih memiliki harapan panjang dan

keluarga dan masyarakat perkembangan anak seperti : hak pendidikannya harus

mendapat perhatian besar. Hal ini merupakan tanggung jawab semua pihak.

Tetapi ketika proses pembinaan anak yang berkonflik dengan hukum tidak tepat,

maka para pihak yang bertanggung jawab telah menjadikan, menghancurkan masa

depan anak tersebut.14

Dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014

Tentang Perubahan atas Undang – undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin

kesejahteraan tiap warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak

yang merupakan hak asasi manusia, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,

tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan

13

Barda Nawawi Arief, Kapita Hukum Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2013.,hlm, 99.

14 Liza Agnesta Krisna, Hukum Perlindungan Anak, Budi Utama, 2018, hlm., 69.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak, dengan pidana penjara selama : 3 (tiga) tahun di Lembaga Pembinaan khusus Anak

9

diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa anak sebagai tunas, potensi, dan generasi

muda penerus cita-cita perjuangan bangsa memiliki peran strategis, ciri, dan sifat

khusus sehingga wajib dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi

yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia. Pasal 1 dalam

Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Anak adalah seseorang yang belum

berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.15

Anak sebagian bagian dari generasi muda merupakan penerus cita – cita

perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam

rangka mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu

memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan Undang –

undang Dasar 1945, diperlukan pembinaan secara terus menerus demi

kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial

serta perlindungan dari segal kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan

bangsa di masa depan. Dalam berbagai hal upaya pembinaan dan perlindungan

tersebut, dihadapkan pada berbagai hal upaya pembinaan dan perlindungan

tersebut, dihadapkan pada berbagai permasalahan dan tantangan dalam

masyarakat dan kadang – kadang dijumpai penyimpangan perilaku dikalangan

anak, bahkan lebih dari itu terdapat anak yang melakukan perbuatan melanggar

hukum, tanpa mengenal status sosial dan ekonomi. Disamping itu terdapat pula

anak yang karena satu dan lain hal tidak mempunyai kesempatan memperoleh

perhatian, baik secara fisik, mental maupun sosial. Karena keadaan diri yang tidak

memadai tersebut, maka baik sengaja maupun tidak sengaja sering juga anak

melakukan tindak atau berperilaku yang dapat merugikan dirinya atau

masyarakat.16

Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti

sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bangsa dan

15

Undang – undang Nomor 35 tahun 2014.

16 Maidin Gultom, Op.Cit,hlm.,130.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak, dengan pidana penjara selama : 3 (tiga) tahun di Lembaga Pembinaan khusus Anak

10

penerus pembangunan, yaitu generasi yang dipersiapkan sebagai subjek

pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dan pemegang kendali masa depan suatu

negara, tidak terkecuali Indonesia. Perlindungan anak Indonesia berarti

melindungi potensi sumber daya insani dan membangun manusia Indonesia

sutuhnya, menuju masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.17

Dari putusan Putusan No.1/Pid.sus-Anak/2014/PN.Pli dan Putusan

No.14/Pid.sus-Anak/2015/PN.Dps penulis tidak melihat dipertimbangkannya

Pasal 56 KUHP didalam putusan perkara pidana narkotika anak sehingga penulis

tertarik untuk menulis proposal skripsi dengan judul

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA KURIR NARKOTIKA

ANAK STUDY PERKARA NO. 1/ Pid.Su – Anak/ 2014/ PN.Pli dan

PERKARA NO. 14/ Pid.sus - Anak/ 2015/ PN.Dps.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis akan membahas

masalah sebagai berikut :

Bagaimana pertanggung jawaban pidana anak yang menjadi kurir narkotika

dalam Putusan Majelis Hakim Dalam Perkara No.1/Pid.sus-Anak/2014/PN.Pli dan

Perkara No.14/Pid.sus-Anak/2015/PN.Dps?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan penelitian

untuk mengetahui apakah putusan No.1/Pid.sus-Anak/2014/PN.Pli dan

Putusan No.14/Pid.sus-Anak/2015/PN.Dps sudah tepat.

2. Manfaat penelitian ini adalah :

17

Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Anak di Indonesia, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2014, Hlm., 1.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak, dengan pidana penjara selama : 3 (tiga) tahun di Lembaga Pembinaan khusus Anak

11

a. Manfaat Teoritis : Penulisan ini diharapkan dapat memberikan kegunaan untuk

mengetahui putusan perkara narkotika terhadap anak No.1/Pid.sus-

Anak/2014/PN.Pli dan Putusan No.14/Pid.sus-Anak/2015/PN.Dps sudah tepat.

b. Manfaat Praktis : Penulisan ini diharapkan berguna dapat memberikan

informasi hukum bagi pihak yang berkepentingan dalam penelitian hukum

khususnya mengenai pelaku tindak pidana anak sebagai kurir narkotika.

D. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah yuridis normatif, yaitu

Pendekatan yang digunakan yuridis normatif karena yang diteliti adalah adalah

pertimbangan hakim dalam memberikan sanksi pidana. Pendekatan ini dengan

menelaah putusan hakim dikaitkan peraturan perundang – undangan.

2. Metode Pendekatan

a. Pendekatan Undang – Undang.

1. Undang – undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

2. Undang – undang Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak.

3. Undang – undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang

– Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.

b. Pendekatan Kasus.

Pada pendekatan kasus yang dilakukan dalam penelitian ini, dilakukan dengan

telaah terhadap kasus yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap terhadap

putusan No1/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Pli. dan No.14/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Dps.

E. Bahan Hukum

Bahan Hukum yang digunakan dalam penelitian ini, Meliputi :

1. Bahan Hukum Primer

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Narkotika, selanjutnya menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak, dengan pidana penjara selama : 3 (tiga) tahun di Lembaga Pembinaan khusus Anak

12

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

kaidah dasar, bahan hukum yang digunakan : Undang – undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang – undang Nomor 11 Tahun 2012

Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Undang – undang Nomor 35 Tahun

2014 Tentang Perubahan atas Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang perlindungan anak, Undang – undang No 48 tahun 2009 tentang

kekuasaan kehakiman. Putusan Nomor 1/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Pli dan

No.14/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Dps.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder terdiri dari buku – buku hukum, jurnal hukum, yang dapat

membantu memberikan penjelasan, analisa, pemahaman dari hukum primer