bab i pendahuluan a. latar belakang masalah · bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ......

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan, dan sebagainya kepada orang lain. Tanpa bahasa manusia akan kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai penyampai pesan seseorang kepada orang lain. Berbahasa dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan (Ariyani, 2010: 1). Penelitian terhadap pragmatik dapat dilakukan pada segala macam tuturan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik tuturan yang terdapat di masyarakat maupun tuturan di televisi. Komunikasi berhubungan erat dengan media massa, baik cetak maupun elektronik. Salah satu media massa elektronik adalah televisi. Televisi merupakan sarana hiburan bagi masyarakat dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk meneliti tuturan dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem yang tayang di sebuah stasiun televisi yaitu TVRI Yogyakarta. Pangkur Jenggleng Padhepokan Padepokan Ayom-ayem merupakan salah satu program acara unggulan dari TVRI Yogyakarta. Acara tersebut merupakan acara komedi atau humor Jawa yang memiliki unsur budaya Jawa sangat kental di dalamnya. Pangkur Jenggleng Padepokan Ayom-ayem dirancang untuk 1

Upload: danghuong

Post on 12-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat

penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan

ide, gagasan, keinginan, perasaan, dan sebagainya kepada orang lain. Tanpa

bahasa manusia akan kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial.

Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai penyampai pesan

seseorang kepada orang lain. Berbahasa dapat dilakukan secara tertulis maupun

lisan (Ariyani, 2010: 1).

Penelitian terhadap pragmatik dapat dilakukan pada segala macam tuturan

yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik tuturan yang terdapat di

masyarakat maupun tuturan di televisi. Komunikasi berhubungan erat dengan

media massa, baik cetak maupun elektronik. Salah satu media massa elektronik

adalah televisi. Televisi merupakan sarana hiburan bagi masyarakat dalam

penelitian ini, penulis bermaksud untuk meneliti tuturan dalam acara Pangkur

Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem yang tayang di sebuah stasiun televisi yaitu

TVRI Yogyakarta.

Pangkur Jenggleng Padhepokan Padepokan Ayom-ayem merupakan salah

satu program acara unggulan dari TVRI Yogyakarta. Acara tersebut merupakan

acara komedi atau humor Jawa yang memiliki unsur budaya Jawa sangat kental di

dalamnya. Pangkur Jenggleng Padepokan Ayom-ayem dirancang untuk

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

2

menampung dan mengembangkan unsur budaya yang dikemas dengan unsur

hiburan di dalamnya sehingga tetap menarik untuk disaksikan.

Humor merupakan salah satu unsur yang membentuk komunikasi dengan

menciptakan suasana nyaman antara penutur dengan mitra tutur. Komunikasi

langsung maupun tidak langsung yang tanpa disertai humor tentunya tidak

menarik. Adanya humor yang berupa tulisan dan kata-kata yang lucu dapat

menghibur, meredakan ketegangan dan membuat orang tertawa. Di dalam situasi

formal pun, humor diperlukan agar suasana menjadi lebih kondusif dan menarik.

Humor menjadi pelengkap dalam media elektronik agar sajiannya lebih

variatif, tidak hanya mengulas hal-hal yang terkesan formal atau serius. Memang

tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat kita saat ini lebih memilih sajian yang

dapat menghibur. Hal ini dikarenakan kesibukan masyarakat kita yang sudah lelah

dengan aktivitas harian, sehingga mereka membutukan sesuatu yang dapat

melepas lelah.

Di dalam sebuah percakapan, hendaknya penutur dan mitra tutur

mematuhi aturan kesantunan agar komunikasi dapat berjalan dengan seimbang.

Namun, di dalam wacana humor biasanya banyak ditemukan prinsip kesantunan

yang sengaja dilanggar agar menimbulkan kelucuan tertentu.

Berikut contoh analisis dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan

Ayom-ayem yang berjudul “Tata Krama” di TVRI Jogja pada tanggal 1 Februari

2016:

Konteks Tuturan:

Tindak tutur ini terjadi antara Pak Dalijo dan Suwiyah yang sedang

menyapa para penonton di studio. Pak Dalijo tiba-tiba memberikan tanggapan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

3

tentang pertanyaan Suwiyah yang menanyakan penampilan dan paras wajah si

penabuh kendang.

Bentuk Tuturan:

Dalijo : Dhik, ibu-ibuke wa jan cuantik-cuantik, nan jelita.

Bapak-bapake guantheng-guantheng. Wah… brengose…

„Dik, ibu-ibunya memang semua cantik, juga jelita. Bapak-

bapaknya semuanya ganteng. Wah… kumisnya…‟

Suwiyah : Mung loro, sing kene mas?

„Hanya dua, yang sini mas?‟

Dalijo : Wee… iki, maco man!

„Wah… ini, maco man!‟

Suwiyah : Sing kono mas, sing kono mas?” (seraya menunjuk tukang

kendang)

„Yang sana mas, yang sana mas?‟ (seraya menunjuk tukang

kendang)

Dalijo : Macan man!

‘Harimau man!’

(01/TK/PJ/01/02/16)

Pada percakapan di atas termasuk tuturan yang tidak santun yaitu tuturan

yang disampaikan Pak Dalijo yang berbunyi Macan man! ‘Harimau man!’,

terdapat pelanggaran terhadap maksim pujian atau penghargaan, terutama

submaksim pertama karena memperbanyak kecaman kepada orang lain. Jelas

sekali tuturan tersebut merupakan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan.

Tuturan tersebut diucapkan oleh Pak Dalijo yang sengaja mengecam si

penabuh kendhang dengan menyebutnya sebagai macan. Tuturan tersebut

tentunya tidak mengenakkan hati si penabuh kendang. Tuturan seperti itu jelas

melanggar prinsip kesantunan. Pak Dalijo telah bertutur tentang hal-hal yang tidak

menyenangkan orang lain, orang lain yang di maksud di sini merujuk pada si

penabuh kendang dengan menyebutnya sebagai macan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

4

Mampu bertutur secara halus dan isi tutur katanya memiliki maksud yang

jelas dapat menyejukkan hati dan membuat orang lain berkenan. Kesantunan

seseorang dapat dilihat dari tuturannya, karena bahasa merupakan cermin

kepribadian seseorang. Seseorang akan merasa senang jika mitra tuturnya

berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak

mendapat perhatian. Oleh karena itu, sangat wajar jika sering ditemukan

pemakaian bahasa yang baik ragam bahasanya, tetapi nilai rasa yang terkandung

di dalamnya menyakitkan hati pembaca atau pendengarnya. Hal ini terjadi karena

pemakai bahasa belum mengetahui bahwa di dalam suatu struktur bahasa (yang

terlihat melalui ragam dan tata bahasa) terdapat struktur kesantunan. Pranowo

(2009: 4) berpendapat bahwa struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa

yang disusun oleh penutur/penulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar

atau pembaca.

Berdasarkan uraian tersebut, kesantunan mempunyai arti penting dalam

berbahasa. Dalam pragmatik terdapat banyak prinsip mengenai kesantunan yang

dapat digunakan untuk menganalisis tuturan. Prinsip kesantunan Leech

(selanjutnya akan disebut prinsip kesantunan) menjelaskan cara bertutur secara

santun dengan membagi menjadi tujuh macam maksim. Ketujuh maksim tersebut

dijelaskan dengan masing-masing dua submaksim yang lebih terperinci. Dengan

tujuh maksim yang dirumuskan oleh Leech, dapat dianalisis apakah tuturan

tersebut santun atau tidak santun kepada orang lain. Setiap maksim dari tujuh

maksim tersebut dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan

sebuah tuturan. Prinsip kesantunan ini dapat digunakan untuk menganalisis

tuturan yang terdapat dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

5

Selain itu, dalam prinsip kesantunan tersebut disertai pula dengan tiga

skala kesantunan. Setiap skala dari tiga skala tersebut dapat dimanfaatkan untuk

menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Skala kesantunan ini dapat

digunakan untuk menganalisis tuturan dalam Pangkur Jenggleng Padhepokan

Ayom-ayem. Dengan skala kesantunan pula, dapat diketahui peringkat kesantunan

sebuah tuturan.

Alasan peneliti memilih topik penelitian ini yaitu:

1. Peneliti ingin memanfaatkan tayangan acara Pangkur Jenggleng

Padhepokan Ayom-ayem yang tayang di TVRI Jogja sebagai objek

penelitian, dalam hal ini data berupa wacana humor yang terdapat dalam

tuturan acara Pangkur Jenggleng Padepokan Ayom-ayem.

2. Kekhasan dalam penelitian ini terletak pada objeknya, yaitu wacana

humor. Wacana humor dalam tuturan pada acara Pangkur Jenggleng

Padhepokan Ayom-ayem menarik untuk diteliti karena dewasa ini humor

sangat diperlukan untuk merelaksasikan diri setelah padatnya kegiatan

sehari-hari dan dari wacana humor tersebut terdapat aturan kesopanan

yang sengaja untuk dilanggar demi menciptakan kelucuan.

3. Penelitian tentang Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Acara Pangkur

Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem di TVRI Jogja belum pernah diteliti.

Adapun penelitian yang sejenis dengan penelitian ini di antaranya sebagai

berikut.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

6

1. Tindak Tutur Dagelan Basiyo (Suatu Kajian Pragmatik) oleh Harsono

Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS (2007) bentuk skripsi. Membahas

tentang tentang fungsi bahasa, tipe-tipe humor, serta interpretasi pragmatik

di dalam dagelan Basiyo.

2. Pelanggaran Prinsip Kesantunan dan Implikatur dalam Acara Opera Van

Java (OVJ) di Trans 7 (Suatu Kajian Pragmatik) oleh Dwi Ariyani

Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS (2010) bentuk skripsi. Membahas

tentang bentuk pelanggaran prinsip kesantuan dalam acara OVJ di Trans 7,

prinsip ironi dalam acara OVJ, implikatur yang muncul berdasarkan

pelanggaran prinsip kesantunan dalam acara OVJ.

3. Ketidaksantunan Berbahasa Indonesia dalam Sidang Tindak Pidana

Korupsi Kasus Wisma Atlet Berdasarkan Prinsip Kesantunan Leech oleh

Giri Indra Kharisma Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Jember (2013) bentuk skripsi. Mendeskripsikan tentang tindak tuturtidak

santun dalam sidang tindak pidana korupsi kasus Wisma Atletdan

alternatif pembenahannyaberdasarkan prinsip kesantunan Leech dan faktor

penyebab terjadinya bentuk tuturan yang tidak santun dalam sidang tindak

pidana korupsi kasus Wisma Atlet.

4. Kesantunan Berbahasa Jawa Siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

oleh Eko Purnomo Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas

Maret (2012) bentuk skripsi. Penelitian ini menghasilkan bentuk

kesantunan dan ketidaksantunan tuturan bahasa Jawa yang digunakan siwa

di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, faktor penentu kesantunan tuturan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

7

bahasa Jawa yang digunakan siwa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

dan fungsi kesantunan tuturan bahasa Jawa yang digunakan siwa di SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta.

Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki persamaan dan perbedaan

dengan penelitian sebelumnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu sama-sama meneliti tentang kesantunan berbahasa. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menekankan

bentuk tuturan yang tidak santun yang melanggar prinsip kesantunan Leech.

Penelitian atau skripsi terdahulu yang telah dipaparkan di atas sebagai

salah satu acuan atau referensi bagi peneliti, karena penelitian di atas sama-sama

meneliti kesantunan berbahasa. Penelitian atau skripsi di atas merupakan sarana

pembanding dengan penelitian ini, karena masalah yang terdapat dalam penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya berbeda.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk pelanggaran prinsip kesantunan terhadap maksim-

maksim Leech dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem?

2. Bagaimanakah bentuk pelanggaran prinsip kesantunan menurut skala

kesantunan Leech dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-

ayem?

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

8

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga hasil

penelitiannya dapat diketahui. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan terhadap

maksim-maksim Leech dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan

Ayom-ayem.

2. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan menurut skala

kesantunan Leech dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-

ayem.

D. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian yang dilakukan harus dapat memberikan manfaat baik

secara teoretis maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini

antara lain:

1. Manfaat Teoretis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi

perkembangan studi pragmatik, khususnya tentang prinsip kesantunan.

2. Manfaat Praktis.

Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi

yang berarti dalam hal pemahaman wacana dialog humor, terutama dalam

hal memahami pelanggaran prinsip kesantunan dan tingkat kesantunan

berbahasa untuk menunjukkan bahwa tuturan tersebut sopan atau tidak.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

9

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

landasan kajian penelitian sejenis selanjutnya.

E. Landasan Teori

1. Pragmatik

Thomas (dalam Sulistyo, 2013:2) mendefinisikan pragmatik sebagai

kajian makna dalam interaksi, sedangkan Richards (dalam Sulistyo, 2013: 3)

mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian tentang penggunaan bahasa di

dalam komunikasi, terutama hubungan di antara kalimat dan konteks yang

disertai situasi penggunaan kalimat itu. Yule mendefinisikan pragmatik ke

dalam 4 (empat) definisi (dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab,

2006: 3-4).

Pertama, menurutnya pragmatik adalah studi tentang maksud penutur.

Hal tersebut karena pragmatik mempelajari makna yang disampaikan oleh

penutur dan ditafsirkan oleh petutur.

Kedua, pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Diperlukan

suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin

mereka katakan yang disesuaikan dengan orang yang diajak bicara, di mana,

kapan, dan dalam keadaan apa.

Ketiga, pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak

yang disampaikan daripada yang dituturkan. Tipe studi ini menggali betapa

banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang

disampaikan.

Keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak

hubungan. Keakraban, baik secara fisik, sosial, atau konseptual, menyiratkan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

10

adanya pengalaman yang sama. Pada asumsi tentang seberapa dekat atau jauh

jarak petutur, penutur menentukan seberapa banyak kebutuhan yang

dituturkan.

Analisis pragmatik berupaya menemukan maksud penutur, baik yang

diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat dibalik

tuturan.

2. Pragmatik Humor

Berbahasa secara pragmatik, yaitu melakukan interaksi sosial dengan

menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Sehubungan dengan hal

tersebut, harus diperhatikan kaidah-kaidah bahasa dan prinsip-prinsip

pemakaian bahasa. Pragmatik humor didasarkan atas penyimpangan kaidah

pragmatik berbahasa. Parameter-parameter pragmatik yang sering digunakan ,

dilanggar, disimpangkan dan diabaikan oleh pelawak yaitu: (1) ilkuosi dan

perlokusi dalam parameter tindak tutur, (2) maksim (aturan) berbahasa dengan

prinsip kerja sama, yang meliputi: maksim kuantitas, maksim kualitas,

maksim relevansi, maksim cara, dan prinsip kesantunan yang meliputi:

maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pengargaan, maksim

kerendah hati, maksim kecocokan, maksim kesimpatian, maksim

pertimbangan, yakni termasuk dalam parameter implikatur percakapan (Leech,

1993: 119). Jadi, humor pada hakikatnya adalah penyimpangan aspek

pragmatik berbahasa untuk memperoleh kelucuan.

3. Humor

Humor merupakan hiburan karena penciptaannya ditujukan untuk

menghibur pembaca. Humor juga bisa berperan sebagai sarana kritik dari

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

11

segala fenomena yang terjadi dilingkungan sekitar. Dengan adanya humor kita

bisa terhibur dan sejenak bisa merelaksasikan pikiran setelah pikiran kita

ditunutut untuk bekerja dalam segala rutinitas sehari-hari. Humor juga bisa

menjadi kritik sosial terhadap segala ketimpangan yang ada di dalam

masyarakat.

Herawati (2007: 7) menggambarkan humor sebagai suatu rangsangan

yang dapat menyentuh perasa penikmat. Humor dapat digunakan sebgai alat

untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang sehingga

sasaran humor akan tersentuh perasanya. Sebagai akibanya, yang

bersangkutan dapat tersenyum atau bakan tertawa geli.

4. Situasi Tutur

Pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi

tutur.Leech menyatakan aspek-aspek dalam situasi tutur (1993: 19-21).

a) Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa)

Orang yang menyapa disebut dengan “penutur” dan orang yang disapa

disebut “petutur”. Petutur selalu menjadi sasaran tuturan dari penutur.

b) Konteks sebuah tuturan

Konteks ialah suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama

dimiliki oleh penutur dan petutur, dan yang membantu petutur

menafsirkan makna tuturan.

c) Tujuan sebuah tuturan

Istilah tujuan lebih netral daripada maksud, karena tidak

membebani pemakainya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar,

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

12

sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan yang berorientasi

tujuan.

d) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar

Pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performansi-

performansi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu.Dengan

demikian, pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret

daripada tata bahasa.

e) Tuturan sebagai produk tindak verbal

Sebuah tuturan dapat merupakan suatu contoh kalimat (sentence-

instance) atau tanda kalimat (sentence-stoken), tetapi bukanlah sebuah

kalimat. Tuturan-tuturan merupakan unsur-unsur yang maknanya dikaji

dalam pragmatik, sehingga dengan tepat pragmatik dapat digambarkan

sebagai suatu ilmu yang mengkaji makna tuturan.

5. Prinsip Kesantunan Leech

Sopan santun merupakan mata rantai yang hilang antara prinsip kerja

sama dengan masalah bagaimana mengaitkan daya dengan makna. Leech

(1993: 166) menyatakan bahwa tuturan yang sopan bagi petutur atau pihak

ketiga bukan merupakan tuturan yang sopan bagi penutur, begitu pula

sebaliknya. Prinsip kesantunan Leech berhubungan dengan dua pihak, yaitu

diri dan lain.

Diri ialah penutur dan lain adalah petutur, dalam hal ini lain juga dapat

menunjuk kepada pihak ketiga baik yang hadir maupun yang tidak hadir

dalam situasi tutur (Leech, 1993: 206). Leech (1993: 206) merumuskan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

13

prinsip kesantunannya ke dalam tujuh maksim. Ketujuh maksim tersebut ialah

sebagai berikut.

a) Maksim Kearifan (Tact Maxim)

(dalam ilokusi direktif dan komisif)

1. Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin

2. Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin

b) Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)

(dalam ilokusi direktif dan komisif)

1. Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin

2. Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin

c) Maksim Pujian (Approbation Maxim)

(dalam ilokusi ekspresif dan asertif)

1. Kecamlah orang lain sesedikit mungkin

2. Pujilah orang lain sebanyak mungkin

d) Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)

(dalam ilokusi ekspresif dan asertif)

1. Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin

2. Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin

e) Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim)

(dalam ilokusi asertif)

1. Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit

mungkin

2. Usahakan agar kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak

mungkin

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

14

f) Maksim Simpati (Sympathy Maxim)

(dalam ilokusi asertif)

1. Kurangi rasa antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin

2. Tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain

g) Maksim pertimbangan (Consideration Maxim)

(dalam ilokusi asertif dan ekspresif)

1. Minimalkan rasa tidak senang pada mitra tutur

2. Maksimalkan rasa senang pada mitra tutur

Berikut penjelasan dari masing-masing maksim di atas:

a) Maksim Kearifan atau Kebijaksanaan (Tact Maxim)

Maksim kearifan berorientasi pada petutur (Cruse, 2000: 363).

Maksim kearifan memiliki dua segi, yaitu segi negatif dan segi positif.

Segi negatif ialah “buatlah kerugian petutur sekecil mungkin” dan segi

positif “buatlah keuntungan petutur sebesar mungkin”. Segi yang kedua

(segi positif) merupakan akibat yang wajar dari segi pertama. Dapat

dijelaskan bahwa jika penutur ingin melakukan sesuatu yang

menguntungkan petutur maka harus memperkecil kemungkinan bagi

petutur untuk mengatakan “tidak”. Dalam konteks informal, sebuah

imperatif di mana penutur tidak memberi kesempatan kepada petutur

untuk mengatakan tidak merupakan suatu tindakan yang sopan. Hal

tersebut dapat dilihat pada tuturan, “Maukah anda mengambil sandwich

sepotong lagi?” lebih santun daripada “Ambillah sandwich sepotong lagi”

(Leech, 1993: 170-171).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

15

Dalam konteks yang berbeda, misalnya ingin menyuruh petutur

untuk mencuci piring, tuturan yang tidak langsung lebih sopan daripada

tuturan langsung. Tuturan “Bisakah kamu mengambilkan bolpoin itu?”

lebih sopan daripada “Ambil bolpoin itu!”.

b) Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)

Maksim kedermawanan memiliki orientasi untung rugi kepada

penutur. Berdasarkan maksim ini, tuturan “Biar saya yang menjemur

pakaian.” lebih santun daripada “Saya ragu apakah saya bisa menjemur

pakaian”. Dapat dikatakan bahwa penutur harus mengutarakan dengan

tuturan yang bersifat langsung jika bermaksud memberi “biaya” bagi diri

sendiri. Hal tersebut agar tidak menciptakan kemungkinan bahwa petutur

yang akan melakukan “biaya” yang seharusnya dilakukan penutur.

c) Maksim Pujian atau Penghargaan (Approbation Maxim)

Padamaksim ini, submaksim pertama lebih penting, yaitu “jangan

mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain,

terutama bagi petutur”. Berdasarkan maksim ini tuturan “Masakanmu enak

sekali” lebih santun daripada tuturan “Masakanmu sangat tidak enak”

(Leech, 1993: 211-212).

d) Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)

Maksim kerendahan hati berorientasi kepada penutur. Memuji diri

sendiri merupakan tuturan yang tidak santun. Jika seseorang dipuji dengan

tuturan “Kamu melakukannya dengan sangat bagus”, akan lebih santun

bila menjawab “Ya, yang saya lakukan tidak terlalu buruk” daripada “Ya,

saya melakukannya dengan baik” (Cruse, 2000: 365).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

16

e) Maksim Kesepakatan atau Kesepakatan (Agreement Maxim)

Kesepakatan merupakan hubungan antara opini penutur dengan

petutur (Cruse, 2000: 365). Orang cenderung melebih-lebihkan

kesepakatannya dengan orang lain, juga mengurangi ketidaksepakatannya

melalui ungkapan penyesalan, kesepakatan sebagian, dan sebagainya

(Leech, 1993: 217). Berdasarkan maksim ini, pertanyaan “Apakah

pamerannya menyenangkan?” akan terdengar sopan jika dijawab dengan

“Iya, pamerannya menarik” daripada dijawab dengan “Pamerannya sanga

tidak menarik”. Contoh lain ialah jika ada pertanyaan “Apakah kamu

menyukai kopi?”, maka jawaban “Saya lebih suka teh daripada kopi”

terdengar lebih santun daripada “Saya tidak suka kopi”.

f) Maksim Simpati (Sympathy Maxim)

Maksim simpati menjelaskan bahwa ucapan selamat dan

belasungkawa merupakan tindak tutur yang santun, walaupun ucapan

belasungkawa mengungkapkan keyakinan penutur tentang keyakinan

negatif bagi petutur (Leech, 1993: 218). Tuturan “Saya sangat menyesal

mendengar bahwa kucingmu mati” merupakan tuturan yang santun

daripada “Saya sangat senang mendengar bahwa kucingmu mati”. Akan

tetapi, ada sesuatu yang berat dalam mengutarakan belasungkawa, karena

dengan demikian berarti penutur meyakini sesuatu yang tidak sopan, yaitu

keyakinan yang merugikan petutur (Leech, 1993: 218).

g) Maksim Pertimbangan(Consideration Maxim)

Inti pematuhan maksim ini adalah bahwa penutur perlu

mempertimbangkan perasaan petutur, jangan sampai petutur merasa lebih

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

17

tidak senang dalam suasana yang tidak menyenangkan; kalau dapat, rasa

tidak senang itu dapat berkurang (Asim, 2005: 10).

Cruse (2000: 366) mencontohkan lebih sopan untuk mengutarakan

“Saya turut sedih mendengar kabar tentang suami anda” daripada “Saya

turut sedih mendengar tentang kematian suami anda”. Pengungkapan

secara rinci berpotensi menambah rasa tidak senang petutur karena ia

diingatkan kepada hal-hal yang menyedihkan (Asim, 2005:11).

6. Skala Kesantunan Leech

Leech (1993: 194) mengidentifikasi tiga skala yang menunjukkan

tingkat kearifan suatu situasi percakapan tertentu. Skala-skala tersebut ialah

sebagai berikut.

a. Skala untung-Rugi

Skala ini memperkirakan keuntungan atau kerugian suatu tindakan

bagi penutur atau petutur (Leech, 1993: 194). Leech (1993: 166-167)

menjelaskan peringkat kesantunan berdasarkan skala untung-rugi.

b. Skala keopsionalan

Skala ini memperhitungkan jumlah pilihan yang diberikan penutur

kepada petutur (Leech, 1993: 195). Semakin besar jumlah pilihan yang

diberikan oleh penutur maka semakin santun tuturan itu. Berdasarkan

skala ini, tuturan “Kalau tidak lelah, pindahkan kotak itu.” lebih santun

daripada “Pindahkan kotak ini!”

c. Skala ketaklangsungan

Skala ini mengukur panjang jalan yang menghubungkan tindak

ilokusi dengan tujuan ilokusi, sesuai dengan analisis cara-tujuan (Leech,

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

18

1993: 195). Skala ketaklangsungan dapat dirumuskan dari sudut pandang

petutur, yaitu sesuai dengan panjangnya jalan inferensial yang perlukan

oleh makna untuk sampai ke daya (Leech, 1993: 195). Tuturan “Saya ada

acara lain” lebih santun daripada “tidak bisa” untuk menolak ajakan orang

lain.

7. Pelanggaran Prinsip Kesantunan

Pelanggaran dalam KBBI diartikan sebagi perbuatan (perkara) melanggar.

Pelanggaran prinsip kesantuan diartikan sebagai perbuatan yang melanggar

dari prinsip kesantunan. Perbuatan yang dimaksud di sini adalah tuturan

seseorang yang melanggar prinsip kesantunan Leech. Tuturan yang tidak

sesuai dengan prinsip kesantunan dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran

prinsip kesantunan.

8. Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem

Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem adalah salah satu

program unggulan di TVRI Jogja yang sampai saat ini masih digemari oleh

masyarakat Jogja dan sekitarnya. Acara ini merupakan salah satu program

acara lawakan atau humor tradisional yang tayang setiap hari Senin pukul

18.00 WIB.

Sebagai acara yang dikemas dalam bentuk humor, Pangkur Jenggleng

Padhepokan Ayom-ayem hadir dengan bentuk lakon yang mengambil tema

tentang kehidupan sehari-hari masyarakat dengan berbagai problematikanya.

Kejelian dalam menghadirkan bintang tamu seniman-seniman tradisional dan

penyanyi-penyanyi campursari yang cantik mejadi penyumbang besar

kesuksesan acara ini. Berpedoman pada guyon maton (bercanda pada

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

19

tempatnya), Pangkur Jenggleng menjadi obat kerinduan masyarakat

Jogjakarta dan Jawa Tengah pada acara serupa yang pernah jaya di masa dulu

dengan tokoh Almarhum Basiyo sebagai bintangnya. Namun perjalanan

Pangkur Jenggleng TVRI Jogja tidak mulus begitu saja, ada juga kritik dari

masyarakat tentang format acaranya yang lebih banyak porsi humornya

daripada pitutur atau nasihat.

Kritik yang wajar dan membangun mengingat acara ini sendiri

mengambil judul Pangkur Jenggleng yang seharusnya tidak terlalu jauh keluar

dari hakikat tembang macapat sendiri yaitu sebagai bentuk pitutur atau

nasehat yang disampaikan lewat lagu, kalau ingin menonjolkan humor cerdas

yang berlatar Jawa akan lebih baik bila memakai judul Guyon Maton saja.

Acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem sekarang ini sudah banyak

digemari oleh masyarakat (http://www.kompasiana.com/efendirust/nilai-

edukasi-dalam-tayangan-komedi-situasi_552c10c46ea8345b408b456f, diakses

pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 14.15 WIB).

F. Metode Penelitian

Dalam metode penelitian ini akan dijelaskan mengenai sembilan hal yaitu:

(1) sifat peneltian, (2) data, (3) sumber data, (4) alat penelitian, (5) populasi (6)

sampel, (7) metode dan teknik pengumpulan data, (8) Teknik Klasifikasi Data, (9)

metode analisis data, dan (10) metode penyajian analisis data.

1. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Dalam peneltian kaulitatif ini

data yang terkumpul berbentuk kata-kata. Penelitian ini berusaha untuk

mendeskripsikan data-data kebahasaan terutama mengenai tuturan-tuturan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

20

sebagaimana adanya, sehingga menghasilkan penafsiran yang objektif.

Penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan

bentuk pelanggaran kesantuanan berbahasa Jawa dalam acara Pangkur

Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem yang ditayangkan di TVRI Jogja.

2. Data

Data merupakan fenomena lingual khusus yang mengandung dan

berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 5).

Data dalam penelitian ini adalah berupa tuturan yang melanggar prinsip

kesantunan yang terdapat dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-

ayem.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari tayangan acara Pangkur

Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem episode Februari 2016 yang meliputi lima

episode.

4. Alat penelitian

Alat penelitian melipu ti alat utama dan alat bantu. Disebut alat utama

karena alat tersebut yang paling dominan dalam penelitian, sedangkan alat

bantu berguna untuk memperlancar jalannnya penelitian. Alat utama dalam

penelitan ini adalah diri sipeneliti sendiri, sedangkan alat bantunya meliputi

alat elektronik dan alat tulis-menulis. Alat elektronik berupa netbook,

handphone, headset dan flashdisk. Alat tulis-menulis berupa bolpoin, buku

catatan, penjepit kertas dan buku referensi.

5. Populasi

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

21

Populasi dalam penelitian ini adalah tuturan humokr berbahasa Jawa

yang terdapat pada tayangan acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-

ayem di TVRI Jogja. Keseluruhan data yang terdapat dalam penelitian ini ada

tiga belas episode yang meliputi bulan Januari 2016, Februari 2016, dan Maret

2016.

6. Sampel

Sampel hendaknya mampu mewakili atau dianggap mewakili populasi

secara keseluruhan.Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara selektif dan

benar-benar memenuhi kepentingan dan tujuan penelitian berdasarkan data

yang ada, sehingga bisa sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh tayangan acara

Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem. Pengambilan sampel ini

dikhususkan pada episode Februari 2016 yang meliputi lima episode yaitu:

tanggal 01 Februari 2016 dengan judul Tata Krama, tanggal 08 Februari 2016

dengan judul Dana, tanggal 15 Februari 2016 dengan judul Tambah Umur,

tanggal 22 Februari 2016 dengan judul Paguyuban Anyar dan tanggal 29

Februari 2016 dengan judul Macapat.

Episode Februari 2016 yang meliputi lima episode telah mewakili data

penelitian ini dan telah memenuhi kepentingan dan tujuan penelitian dalam

penelitian ini.

7. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam peneltian ini adalah metode simak.

Metode simak dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Di dalam

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

22

metode simak tedapat teknik dasar dan teknik lanjutan. Adapun teknik dasar

dari metode simak dalam penelitian ini adalah teknik simak simak bebas libat

cakap dan teknik lanjutannya adalah teknik catat.

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data, yaitu

mengumpulkan tayangan acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem

dengan cara mengunduh tayangan dari youtube yang selanjutnya tuturan dalam

tayangan acara tersebut dialihkan ke dalam bentuk bahasa tulis atau dengan

kata lain video tayangan yang telah penulis unduh ditranskrip dengan mencatat

seluruh tuturan yang terdapat dalam video Pangkur Jenggleng Padhepokan

Ayom-ayem. Langkah kedua yaitu mencari dan menyimak atau dari sumber

yang telah ditentukan untuk mendapatkan gambaran sesuai dengan sasaran dan

tujuan penelitian.

Tahap selanjutnya adalah mencatat data dari sumber yang telah

ditentukan kemudian dikartukan dalam kartu data lengkap dengan masing-

masing bentuk pelanggaran kesantunan. Langkah berikutnya adalah

mengklasifikasikan dan menganalisis data sesuai dengan masalah penelitian.

Data yang dianalisis berupa tuturan yang terdapat dalam acara Pangkur

Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem.

8. Teknik Klasifikasi Data

Klasifikasi data dilakukan sesuai dengan pokokmpersoalan yang diteliti.

Hasil klasifikasi data harus memberikan manfaat dan kemudahan dalam

pelaksanaan analis data (Mastoyo, 2007: 47). Klasifikasi berarti penyusunan

bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang

ditetapkan (KBBI, 2008: 706). Klasifikasi data dilakukan setelah semua data

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

23

yang dibutuhkan telah terkumpul. Menurut Subroto pengklasifikasian data

merupakan masalah pengaturan data menurut asas-asas tertentu, hal ini

mempunyai kepentingan yang cukup strategis di dalam penelitian (2007:51).

Data yang dikumpulkan dikelompok-kelompokkan terlebih dahulu

dengan maksud untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan cermat.

Klasifikasi data akan dapat memberikan arah serta gambaran mengenai

langkah-langkah analisis dalam tahap selanjutnya. Klasifikasi data pada

penelitian ini dilakukan dengan penyimakan terhadap pelanggaran-

pelanggaran prinsip kesantunan.

Adanya pengurutan data bermanfaat untuk mencocokan data-data dengan

analisisnya, yaitu memberikan syarat tambahan apa yang akan dikerjakan

berikutnya dan bagaimana tahapan ini dilakukan dengan mengurutkan sesuai

dengan tujuan penelitian. Adapun penomoran data disesuaikan menurut nomor

urut contoh data, judul acara, sumber data, tanggal, bulan dan tahun. Contoh:

(7/TK/PJ/01/02/16).

Keterangan:

7: nomor urut data

TK: judul acara, yaitu Tata Krama

PJ: Pangkur Jenggleng (sumber data)

01: tanggal penayanagn acara

02: bulan penayangan acara yaitu Februari

16: tahun penayangan acara yaitu 2016

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

24

9. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode

kontekstual. Metode kontekstual adalah metode analisis yang diterapkan pada data

dengan mendasarkan, memperhitungkan dan mengaitkan konteks (Rahardi, 2005:

16). Metode kontekstual dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis

bentuk pelanggaran prinsip kesantunan yang terkandung dalam acara Pangkur

Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem di TVRI Jogja.

Metode selanjutnya yang digunakan adalah metode padan pragmatis.

Metode padan pragmatis adalah metode analisis dimana alat penentunya adalah

mitra wicara (mitra tutur). Dalam penelitian ini, mitra tutur yang mempunyai

peranan penting tentang anggapan apakah tuturan tersebut santun atau tidak

santun. Metode padan pragmatis sangat efektif digunakan dalam penelitian ini

mengingat tolok ukur kesantunan sebuah tuturan ditentukan oleh mitra tutur.

Berikut contoh analisis dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan

Ayom-ayem yang berjudul “Tata Krama” di TVRI Jogja pada tanggal 1 Februari

2016 dengan menggunakan metode tersebut:

Konteks Tuturan:

Tindak tutur ini terjadi antara penabuh dan Pak Dalijo yang sedang

membicarakan tentang upah yang hendak diberikan kepada teman satu grup

gamelan mereka. Pak Dalijo malah memberikan upah tersebut dalam waktu yang

cukup lama, padahal dia telah menerima uang jauh-jauh hari.

Bentuk Tuturan :

Pak Mur : Ooo… sing bayarane kanca-kanca ra mbok keki kae ta?

Iya ta?!

„Ooo… yang upahnya teman-teman tidak kamu berikan itu

ya? Iya kan?!‟

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

25

Dalijo : Kula caoske, nak let telung sasi.

‘Saya berikan, setelah selang tiga bulan.’

(03/TK/PJ/1/02/16)

Pada percakapan di atas terdapat pelanggaran prinsip kesantunan.

Dilihat dari maksim kedermawanan, tuturan Pak Dalijo tersebut jelas

melanggar maksim kedermawanan, terutama submaksim pertama karena

memperbanyak keuntungan terhadap diri sendiri. Pelanggaran terlihat pada

tuturan Pak Dalijo: Kula caoske, nak let telung sasi. ‘Saya berikan, setelah

selang tiga bulan.’

Tuturan tersebut diucapkan oleh Pak Dalijo yang mengatakan bahwa ia

memberikan upah kepada teman-temannya setelah tiga bulan sesuai waktu

yang seharusnya mereka menerima upah dari Pak Dalijo. Seharusnya Pak

Dalijo memberikan upah kepada teman-temannya setelah selesai pementasan,

bukannya memberikan upah setelah selang tiga bulan seperti yang telah dia

lakukan. Dilihat dari maksim kedermawanan, tuturan Pak Dalijo tersebut jelas

melanggar maksim kedermawanan, terutama submaksim pertama karena

memperbanyak keuntungan terhadap diri sendiri sehingga tuturan seperti di

atas termasuk tuturan yang tidak sopan.

Dilihat dari skala untung-rugi, pada tuturan Pak Dalijo diatas termasuk

tuturan yang menguntungkan diri sendiri. Pak Dalijo hanya memikirkan

keuntungan terhadap diri sendiri dengan membiarkan teman-temannya

menunggu upah yang diberikan Pak Dalijo, sementara Pak Dalijo telah

menerima upah tersebut jauh-jauh hari untuk diberikan kepada teman lainnya.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, ... berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak ... bahasa Jawa

26

Tuturan yang memberikan keuntungan terhadap dirinya sendiri termasuk

tuturan yang tidak santun.

10. Metode Penyajian Hasil Data

Metode pnyajian hasil analisis menggunakan metode formal dan

metode informal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-

kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya, sedangkan

penyajian formal adalah perumusan dengan menggunakan tanda dan lambang-

lambang (Sudaryanto, 1993: 144-145).

Hasil penelitian data berupa kaidah-kaidah yang berhubungan dengan

masalah penelitian. Kaidah yang ditemukan disajikan dalam bentuk rumusan

yang disertai dengan contoh-contoh bentuk pelanggaran prinsip kesantuan

berbahasa dalam acara Pangkur Jenggleng Padhepokan Ayom-ayem. Dengan

demikian, dapat mempermudah pemahaman terhadap hasil-hasil penelitian

yang ditemukan.

Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan

metode penyajian informal. Sudaryanto (1993:145) mendefinisikan metode

penyajian informal adalah hasil analisis disajikan dengan cara mendeskripsikan

data dalam bentuk kata-kata atau kalimat biasa.