bab i pendahuluan a. latar belakang masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._bab_i.pdf · komunikasi...

37
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberitaan terkait sepak terjang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dapat kita jumpai baik di media cetak maupun televisi. Dengan gerak langkah Satpol PP yang tidak pernah luput dari perhatian publik, citra yang terbentuk di benak masyarakat atas sepak terjang aparat Satpol PP sangat jauh dari sosok ideal, yang sejatinya menggambarkan aparatur pemerintah daerah yang dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia dan norma-norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat. Penggusuran pedagang kaki lima oleh Satpol PP tidak jarang memakan korban baik yang bersifat material yaitu dengan rusaknya tempat jualan maupun gerobak yang diangkut maupun korban fisik dengan terjadinya berbagai tindak kekerasan yang dilakukan oleh anggota Satpol PP terhadap para pedagang kaki lima. Kericuhan dan bentrok fisikpun tidak jarang menjadi bumbu penyedap setiap diadakannya penggusuran yang dilakukan oleh Satpol PP. Satpol PP kerap kali digambarkan sebagai sosok aparat yang kasar, arogan, penindas rakyat kecil dan tidak berprikemanusiaan. Apakah memang benar demikian? Sebaiknya kita jangan terlalu cepat memberi penilaian sebelum mengenal lebih dekat tentang Satpol PP. Ketentuan Pemerintah tentang Satpol PP terdapat dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2010, Satuan Polisi Pamong Praja, yang selanjutnya 1

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemberitaan terkait sepak terjang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol

PP) dapat kita jumpai baik di media cetak maupun televisi. Dengan gerak

langkah Satpol PP yang tidak pernah luput dari perhatian publik, citra yang

terbentuk di benak masyarakat atas sepak terjang aparat Satpol PP sangat jauh

dari sosok ideal, yang sejatinya menggambarkan aparatur pemerintah daerah

yang dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi norma hukum, norma

agama, hak asasi manusia dan norma-norma sosial lainnya yang hidup dan

berkembang di masyarakat.

Penggusuran pedagang kaki lima oleh Satpol PP tidak jarang memakan

korban baik yang bersifat material yaitu dengan rusaknya tempat jualan

maupun gerobak yang diangkut maupun korban fisik dengan terjadinya

berbagai tindak kekerasan yang dilakukan oleh anggota Satpol PP terhadap

para pedagang kaki lima. Kericuhan dan bentrok fisikpun tidak jarang menjadi

bumbu penyedap setiap diadakannya penggusuran yang dilakukan oleh Satpol

PP.

Satpol PP kerap kali digambarkan sebagai sosok aparat yang kasar,

arogan, penindas rakyat kecil dan tidak berprikemanusiaan. Apakah memang

benar demikian? Sebaiknya kita jangan terlalu cepat memberi penilaian

sebelum mengenal lebih dekat tentang Satpol PP.

Ketentuan Pemerintah tentang Satpol PP terdapat dalam Peraturan

Pemerintah No 6 Tahun 2010, Satuan Polisi Pamong Praja, yang selanjutnya

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

2

disingkat Satpol PP, adalah bagian perangkat daerah dalam penegakan

Peraturan Daerah (Perda) dan penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat.

Satpol PP dapat berkedudukan di Daerah Provinsi dan Daerah

Kabupaten/Kota. Di Daerah Provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin

oleh Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur

melalui Sekretaris Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong

Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah, sehingga antar daerah bisa saja

memiliki nama, organisasi, dan tata kerja yang berbeda-beda. (Trisantono,

2001:45)

Melihat proses panjang perjalanan keberadaan Satpol PP, tindak

kekerasan yang dikedepankan Satpol PP dalam menjalankan tugasnya

merupakan warisan kolonial yang membentuk watak kolonialisme diperparah

dengan militerisme yang sejak dulu sudah menjangkit di tubuh kelembagaan

nya.

Ironisnya, cara-cara lama (militerisme) masih saja dikedepankan dalam

konteks kekinian. Padahal seharusnya cara-cara tersebut sudah usang dan

harus segera ditinggalkan. Maka dalam konteks demokrasi saat ini mungkin

perlu dilakukan upaya restrukturisasi dan reformasi di tubuh atau internal

Satpol PP. Hal ini dikarenakan pola penertiban yang selama ini dikedepankan

selalu menggunakan cara-cara yang arogan dan sarat dengan kekerasan,

terutama kepada rakyat kecil. (Trisantono, 2001:33)

Munculnya perspektif negatif di mata masyarakat berkaitan dengan

keberadaan Satpol PP ini bukan tanpa alasan, karena berdasarkan fakta di

lapangan banyak oknum aparat Satpol PP bertindak semaunya bahkan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

3

cenderung berbau pelecehan. Maka sudah menjadi wacana umum ketika orang

ditanya tentang Satpol PP, maka kata pertama yang diucapkan adalah

“Ketentraman dan Ketertiban (TRAMTIB)” yang kerap kali digambarkan

sebagai sosok aparat yang kasar dan arogan, tukang garuk PKL dan PSK.

Berkaitan dengan PKL dan PSK memang menjadi fenomena tersendiri yang

selalu dikaitkan dengan keberadaan Satpol PP, mungkin ini merupakan

dampak dari pemfungsian Satpol PP yang baru sebatas itu. Walaupun tidak

bisa dipungkiri bahwa keberadaan Satpol PP tidak selamanya buruk, karena

keberadaannya sangat dibutuhkan untuk menjalankan peraturan daerah.

Artinya keberadaan Satpol PP masih dibutuhkan dalam perspektif pemerintah

daerah sebagai eksekusi Perda. (Trisantono, 2001:60)

Pandangan negatif tentang Satpol PP diarahkan maasyarakat hampir di

semua daerah di Indonesia. Tidak terkecuali untuk Satpol PP Kabupaten

Wonogiri, sering pandangan negatif diarahkan kepada mereka dalam rangka

menciptakan ketertiban. Untuk itu Satpol PP Wonogiri harus terlebih dahulu

melakukan perbaikan dalam tubuh sendiri untuk menepis citra negatif itu.

Prestasi, disiplin, dedikasi, loyalitas yang tinggi adalah mutlak dimiliki oleh

seorang anggota Satpol PP. Citra yang selama ini melekat dalam tubuh Satpol

PP, seperti Pegawai Negeri Sisa, kasar, arogan, penindas rakyat kecil atau

apapun sebutannya yang berbau negatif harus segera dienyahkan.

Dalam proses pembentukan citra harus selalu ada subjek dan objek,

karena dalam hal ini Satpol PP Kabupaten Wonogiri diperankan sebagai

subjek, maka konsekuensinya harus siap berhadapan dengan objek, baik

sesama PNS maupun dengan masyarakat, termasuk resiko menjadi orang yang

dibenci dan tidak jarang pula berakhir dengan adu mulut atau bentrokan fisik.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

4

Menyikapi segala pandangan negatif tentang keberadaan Satpol PP,

tentunya Satpol PP Kabupaten Wonogiri mempunyai kegiatan komunikasi

untuk bisa membentuk citra positif Satpol PP di mata masyarakat Wonogiri.

Maka dari itu, dalam penelitian ini penulis ingin mengkaji bagaimana Strategi

Satpol PP Kabupaten Wonogiri dalam pembentukan citra Satpol PP

Kabupaten Wonogiri di mata masyarakat kota Wonogiri. Apa yang kemudian

dilakukan oleh Satpol PP Kabupaten Wonogiri untuk kemudian memperbaiki

citranya di mata masyarakat.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas terkait citra negatif yang sering

muncul terkait pelaksanaan ketentraman dan ketertiban yang dilakukan oleh

Satpol PP, permasalahan yang ingin penulis kemukakan dalam penyusunan

skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh Satpol PP Kabupaten Wonogiri

dalam membangun citra di mata masyarakat Wonogiri?

2. Hambatan apakah yang dihadapi Satpol PP Kabupaten Wonogiri dalam

membangun citra di mata masyarakat Wonogiri?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka

secara umum tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penyusunan skripsi ini

adalah :

1. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh Satpol PP Kabupaten

Wonogiri dalam membangun citra di mata masyarakat Wonogiri.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

5

2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi Satpol PP Kabupaten

Wonogiri dalam membangun citra di mata masyarakat Wonogiri.

D. Manfaat Penelitian

Selain beberapa tujuan yang ingin dicapai seperti tersebut di atas,

penyusunan skripsi ini diharapkan mampu memberikan beberapa manfaat:

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan dan memberikan

sumbangsih teoritis pada dunia pendidikan khususnya yang berkaitan

dengan masalah-masalah sosial yang berkembang di dalam

masyarakat, khususnya mengenai upaya pembentukan citra yang

dilakukan oleh Satpol PP Kabupaten Wonogiri.

b. Sebagai sumbangsih dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan

merangsang penelitian-penelitian yang sejenis.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Sebagai ajang untuk melatih daya nalar dan mengasah intelektualitas

peneliti. Selain itu juga sebagai bukti dan implementasi dari ilmu yang

diterima di bangku kuliah, sekaligus untuk memenuhi persyaratan

dalam memperoleh gelar sarjana strata satu (S1).

b. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi Satpol PP Kabupaten

Wonogiri dalam strategi pembentukan citra Satpol PP Kabupaten

Wonogiri di mata masyarakat Wonogiri.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

6

E. Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi

a. Pengertian komunikasi

Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia

baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari

atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu

sendiri. Sementara itu, untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab

diperlukan saling pengertian sesama anggota masyarakat.

Menurut Book (dalam Cangara, 2005:18) menyebutkan bahwa

komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki

orang-orang mengatur lingkungannya dengan :

1) Membangun hubungan antarsesama manusia

2) Melalui pertukaran informasi

3) Untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain

4) Berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.

Sedang menurut Rogers (dalam Cangara, 2005:19) menyatakan

bahwa komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari

sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka.

Kincaid (dalam Cangara, 2005:19) menyatakan bahwa

komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih

membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

7

lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang

mendalam.

Sementara menurut Effendy (2004:5) menyatakan bahwa

komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang

kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap,

pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak

langsung melalui media.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari

seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil baik

apabila sekiranya timbul saling pengertian yaitu kedua belah pihak si

pengirim dan si penerima dapat memahami. Hal ini tidak berarti bahwa

kedua belah pihak sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam hal

seperti inilah baru dapat dikatakan bahwa komunikasi telah berhasil

baik atau komunikatif.

b. Proses komunikasi

Menurut Effendy (2004: 6) dalam suatu proses komunikasi

terdapat sejumlah komponen atau unsur persyaratan terjadinya

komunikasi sebagai berikut :

1) Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan;

2) Pesan, yaitu pernyataan yang didukung oleh lambang;

3) Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan;

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

8

4) Media, yaitu sarana atau saluran yang mendukung pesan bila

komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;

5) Efek, yaitu dampak sebagai pengaruh dari pesan.

2. Komunikasi eksternal

Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh

Muhammad, adalah “Komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap

lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi,

pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum.” (Muhammad,

2001: 66).

Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan

organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada instansi–instansi

pemerintah seperti departemen, direktorat, jawatan, dan pada perusahaan –

perusahaan besar, disebabkan oleh luasnya ruang lingkup, komunikasi

lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat (Public

Relations officer) daripada oleh pimpinan sendiri. Yang dilakukan oleh

pimpinan sendiri adalah terbatas pada hal – hal yang dianggap sangat

penting, yang tidak bias diwakilkan kepada orang lain, umapamanya

perundingan (negotiation) menyangkut kebijakan organisasi. Yang lainnya

dilakukan oleh kepala humas (PR) yang dalam kegiatan komunikasi

eksternal merupakan tangan kanan pimpinan.

3. Public Relations

Public Relations semua bentuk komunikasi yang terencana, baik

itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

9

khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang

berlandaskan pada saling pengertian.” (Jefkins, 2003:10)

Definisi Public Relations menurut J. C., Seidel dalam buku dasar-

dasar Public Relations adalah :

Public relations is the continuing process by which management

endeavors to obtain goodwill and understanding of its customers,

its employees and the public at large, inwardly through self

analysis and correction, outwardly through all means of

expression”.(Proses yang kontinu dari usaha-usaha management

untuk memperoleh goodwill dan pengertian dari para

langganannya, pegawainya dan publik umumnya; kedalam dengan

mengadakan analisa dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri,

keluar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan.)

(Abdurrachman, 2001:24)

Publik dalam Public Relations merupakan khalayak sasaran dari

kegiatan Public Relations. Publik ini lebih sering disebut sebagai

stakeholder, yaitu kumpulan dari orang atau pihak yang berkepentingan

dalam organisasi. Secara garis besar stakeholder Public Relations terbagi

menjadi dua, yaitu internal public dan external public. Penetapan publik

menjadi salah satu bagian terpenting dalam sebuah proses berlangsungnya

aktivitas Public Relations. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi

segmen khalayak atau kelompok yang paling tepat untuk dijadikan sasaran

suatu program sekaligus untuk menciptakan skala prioritas, berkaitan

dengan adanya keterbatasan anggaran dan sumber-sumber daya lainya.

Selain itu, akan memudahkan praktisi PR dalam memilih media, teknik

dan metode penyusunan pesan yang paling efektif dan mudah diterima.

(Ruslan, 2006:18)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

10

Aktivitas utama Public Relations secara garis besar yaitu berperan

sebagai:

a. Programming

Fungsi ini mencakup masalah dan peluang, menentukan tujuan dan

publik serta merekomedasikan dan merencanakan kegiatan (termasuk

di dalamnya pembuatan anggaran, penjadwalan, pembagian dan

pendelegasian tugas).

b. Relationship

Untuk menunjang dalam pengumpulan informasi dari berbagai

sumber, yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi, seorang

praktisi Public Relations harus memiliki kemampuan dalam

bekerjasama dan menjalin hubungan baik dengan berbagai publik.

c. Writing and Editing

Sejalan dengan sasaran kegiatan Public Relations, yakni mencapai

publik yang amat besar, alat penting yang dapat digunakan adalah

melalui barang-barang cetakan, misalnya laporan tahunan, booklet,

media release, newsletter dan lain-lain. Tulisan yang jelas dan masuk

akan sangat penting bagi efektivitas kerja Public Relations.

d. Informations

Membangun sistem informasi yang baik merupakan salah satu cara

menyebarkan informasi secara efektif. Hal ini biasanya berkaitan

dengan usaha pengenalan cara kerja berbagai media atau saluran

komunikasi yang ada, yang akan sangat membantu pekerjaan praktisi

Public Relations dalam menyebarkan berbagai informasi kepada

publik.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

12

e. Productions

Fungsi ini berkaitan dengan kegiatan produksi media komunikasi yang

digunakan menyebarkan pesan-pesan yang dirancang oleh praktisi

Public Relations. Untuk itu praktisi Public Relations harus memiliki

pengetauan tentang tata letak, tipografi, dan hal-hal lain yang berkaita

dengan produksi media komunikasi yang digunakan dalam kegiatan

media Public Relations.

f. Special Events

Kegiatan yang harus ditangani oleh praktisi Public Relations

diantaranya adalah press conference, pameran, HUT perusahaan,

kunjungan perusahaan dan lainlain. Kegiatan ini biasanya diarahkan

untuk dapat menarik perhatian dan memperoleh pengakuan dari publik

terhadap keberadaan perusahaan.

g. Speaking

Keterampilan penting yang juga harus dimiliki oleh seorang praktisi

Public Relations adalah keterampilan berbicara, baik untuk tatap muka

individual maupun tatap muka kelompok (public speaking).

h. Research and Evaluating

Aktivitas penting lainnya dalam Public Relations adalah pengumpulan

fakta. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan fakta,

baik itu formal maupun non formal. Penelitian biasanya digunakan

baik pada awal maupun akhir sebuah program Public Relations.

Pengevaluasian setiap program saat ini mulai mendapatkan perhatian

yang besar di kalangan praktisi Public Relations. (Putra, 1996:10)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

13

Dalam pelaksanaan aktivitasnya, Public Relations menggunakan

komunikasi untuk memberitahu, mempengaruhi, dan mengubah

pengetahuan, sikap serta perilaku publik yang menjadi sasarannya.

Komunikasi dalam Public Relations merupakan suatu proses yang

mencakup suatu pertukaran fakta, pandangan, dan gagasan di antara suatu

bisnis atau organisasi tanpa laba dengan publiknya untuk mencapai saling

pengertian. Selain itu, komunikasi dalam PR juga memiliki ciri-ciri

tertentu, yang disebabkan karena fungsi, sifat organisasi dari lembaga,

sifat-sifat manusia yang terlibat, terutama publik yang menjadi sasaran,

serta faktor-faktor eksternal lain yang mempengaruhi.

Komunikasi merupakan salah satu komponen utama dalam

aktivitas PR. Harold D. Laswell seperti yang dikutip Rosady Ruslan

(2003:22-28) dalam bukunya, mendefinisikan komunikasi sebagai “Who

says what in which channel to whom with what effect”. Jika dijabarkan

dalam aplikasi aktivitas PR dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Who says (siapa yang mengatakan) = komunikator

Sebagai komunikator, mau tidak mau praktisi PR harus mampu

menjelaskan atau menyampaikan suatu kegiatan atau aktivitas dan

program kerja kepada publiknya. Sekaligus bertindak sebagai mediator

mewakili lembaga atau organisasi terhadap publik atau sebaliknya.

b. Says what (mengatakan apa) = pesan

Merupakan pesan atau message yang perlu disampaikan kepada

penerima. Baik berupa ide, gagasan, informasi, aktivitas, atau kegiatan

tertentu yang dipublikasikan atau dipromosikan untuk diketahui,

dipahami, dan dimengerti yang sekaligus diterima oleh publiknya.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

14

c. In which channel (melalui saluran apa) = media

Merupakan sarana atau alat untuk menyampaikan pesan atau

sebagai mediator antara komunikator dengan komunikannya. Media

atau alat khusus yang digunakan untuk keperluan Public Relations (PR

Campaign) dapat digolongkan atau dikelompokkan sebagai berikut:

1) Media umum, yakni sarana-sarana seperti surat menyurat, telepon

dan sebagainya.

2) Media massa, berupa surat kabar, majalah, buletin, radio dan

televisi. Media massa mempunya efek serempak dan cepat dan

mampu mencampai khalayak dalam jumlah besar dan tersebar luas

di berbagai tempat secara bersamaan.

3) Media internal, media yang digunakan untuk kepentingan kalangan

terbatas dan nonkomersial serta lazim digunakan dalam aktivitas

PR.

d. To whom (kepada siapa) = komunikan

Yaitu publik yang menjadi sasaran dalam komunikasi, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Dalam berkomunikasi, PR

menekankan pada pengertian, kesadaran, saling percaya, toleransi, dan

saling kerjasama dengan berbagai pihak untuk memperoleh dukungan

publik.

e. With what effect (dengan efek apa) = efek dan dampak

Efek atau dampak merupakan respon atau reaksi setelah proses

komunikasi tersebut berlangsung yang bisa menimbulkan umpan balik

atau feedback berbentuk positif atau sebaliknya negatif.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

15

4. Citra

Citra merupakan gambaran yang menpunyai makna, “representing

the totaly of all information about the world any individual has procesed

organized and stored” (menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia

ini ynag diolah, diorganisasikan dan disimpan individu) lebih lanjut

diungkapkan bahwa komunikasi tidak secara langsung menimbulkan

perilaku tertentu tetapi cenderung mempengaruhi citra kita tentang

lingkungan, dan citra inilah yang mempengaruhi cara kita berperilaku.

(Rachmat, 2007:223)

Citra dapat diukur melalui pendapat, kesan, tanggapan seseorang

dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti apa yang ada dalam pikiran

setiap individu mengenai suatu objek, bagaimana mereka memahami dan

apa yang mereka sukai atau tidak dari objek tersebut. Dimana suatu citra

terhadap satu objek sama bagi semua orang. Dengan demikian citra

merupakan salah satu asset terpenting dari perusahaan atau organisasi yang

selayaknya terus menurus dibangun dan dipelihara.

Pada citra berakar dari nilai-nilai kepercayaan yang kongkritnya

diberikan secara individual dan merupakan pandangan atau persepsi.

Proses akumulasi dari amanah yang telah diberikan oleh individu-individu

tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk

sustu opini publikasian yang lebih luas, yang sering dinamakan citra

(image). Defenisi citra yang lain menyatakan:

“Image is the set beliefs, ideas, and impressions that a person hold

regarding an object. People’s attitude and actions towards an

object are highly conditioned by that object’s image” (Citra adalah

seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki oleh seseorang

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

16

terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh citranya). (Kotler,

2005:607)

Sedang menurut Acker yang dialih bahasakan oleh Aris Ananda

citra adalah keseluruhan pesan yang dipikirkan dan yang diketahui oleh

seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu hal (Acker, 2004:60).

Pendapat lain menyatakan citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek

yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap

waktu. (Sutisna, 2001:83)

Sedangkan menurut Buchari Alma (2000:316) adalah Citra

terbentuk dari bagaimana perusahaan melaksanakan kegiatan

operasionalnya yang mempunyai landasan utama pada segi layanan.

Menurut Acker (2004:60) yang dialih bahasakan oleh Aris Ananda

citra adalah keseluruhan pesan yang dipikirkan dan yang diketahui oleh

seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu hal.

Dari beberapa pendapat di atas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa

gambaran bahwa usaha peningkatan citra dalam lembaga atau organisasi

adalah keharusan yang harus dilakukan. Citra yang baik nantinya akan

mempengaruhi segala hal baik itu di dalam ataupun di luar lembaga itu

sendiri.

Frank Jefkins memberikan pengertian citra secara umum sebagai

kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul tentang

sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya (Ruslan, 2006:56).

Citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan

pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan (Ruslan,

2006:57). Citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

17

sesuai dengan realitas, citra adalah penggambaran dunia menurut persepsi

seseorang (Rachmat, 2007:42)

Menurut Frank Jefkins, ada beberapa jenis citra (image) yang

dikenal di dunia aktivitas hubungan masyarakat (Public Relations), dan

dapat dibedakan satu dengan yang lain sebagai berikut :

1) Citra Bayangan

Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi

(biasanya adalah pemimpin) mengenai anggapan orang pihak luar

tentang organisasinya. Citra seringkali tidak tepat, sebagai akibat tidak

memadainya informasi, pengetahuan, maupun pemahaman yang

dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pandangan atau

pendapat pihak-pihak luar. Citra ini cenderung positif. Memandang diri

sendiri serba hebat.

2) Citra yang berlaku (current image)

Citra ini merupakan pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar

mengenai suatu organisasi. Citra yang berlaku ini jarang sesuai dengan

kenyataan karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau

pengetahuan orang-orang luar yang bersaangkutan yang biasanya tidak

memadai. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak sedikitnya

informasi yang dimiliki oleh mereka yang mempercayainya. Citra ini

cenderung negatif.

3) Citra yang diharapkan (wish image)

Citra ini diinginkan oleh pihak manajemen. Citra yang diharapkan

biasanya lebih baik atau lebih menyenangkan daripada Citra yang ada,

walaupun dalam keadaan tertentu, citra yang terlalu baik terkadang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

18

juga merepotkan. Citra yang diharapkan biasanya dirumuskan dan

diperjuangkan untuk menyambut sesuatu yang relatif baru, yakni

ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenai

hal tersebut (Ruslan, 2006:77).

4) Citra perusahaan (corporate image)

Citra perusahaan (adapula yang menyebutnya lembaga) adalah citra

dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk

atau pelayanannya. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal,

antara lain: riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-

keberhasilan yang diraih, hubungan masyarakat yang baik, reputasi

sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar, kesediaan

memikul tanggung jawab sosial dan sebagainya.

5) Citra majemuk (multiple image)

Setiap perusahaan atau lembaga pasti memilioki banyak unit dan

anggota. Masing-masing unit dan individu memiliki perangai dan

perilaku tersendiri, sehingga secara sengaja atua tidak, sadar atau tidak

mereka pasti memunculkan citra yang belum tentu sama dengan citra

perusahaan atau lembaga secara keseluruhan, Untuk menghindari

berbagai hal yang tidak diinginkan, variasi itu harus ditekan seminimal

mungkin, dan citra perusahaan atau lembaga itu secara keseluruhan

harus ditegakkan. Caranya antara lain mewajibkan semua karyawan

mengenakan pakaian seragam, simbol-simbol tertentu yang sama,

menyamakan jenis dan alat transportasi, dan sebagainya (Jefkins,

Frank. 1995:8)

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

19

5. Proses pembentukan Citra (image building)

Proses komunikasi adalah penyampaian isi pernyataan (pesan) dari

komunikator kepada komunikannya melalui saluran informasi (Soehoet,

2003:23)

Pesan yang disampaikan tidak serta merta diterima oleh khalayak/

komunikan. Ada rangkaian proses, mulai dari diterimanya pesan oleh

mata, bila pesan visual, diolah dengan membandingkannya dengan opini

penerima pesan dan opini publik, baru kemudian dimaknai dan menjadi

persepsi.

Pesan dapat disampaikan secara visual, verbal,dan prilaku. Pesan

visual, pada organisasi, biasanya dikenalkan melalui logo organisasi. Logo

organisasi ini harus mampu secara mandiri menyampaikan visi misi

organisasi. Untuk memperkuat pesan, logo dapat diikuti dengan pesan

verbal yaitu dengan menambahkan slogan/credo. Perilaku, merupakan

unsur pembentuk persepsi yang paling efektif; dapat membangun persepsi

yang baik, maupun persepsi yang buruk. Unsur perilaku ini lebih sulit

dikelola karena menyangkut perilaku seluruh anggota organisasi, bukan

hanya pimpinan organisasi saja. Persepsi yang dibentuk dalam benak

khalayak akan menjadi gambaran / citra mengenai organisasi tersebut yang

melekat pada benak khalayak. (Schiffman, 2004:72)

Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan

pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

mengetahui citra seseorang tyerhadap suatu obyek dapat diketahui dari

sikapnya terhadap obyek tersebut. Solomon, dalam Rakhmat menyatakan,

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

20

semua sikap bersumber pada organisasi kognitif-pada informasi dan

pengetahuan yang kita miliki. Tidak akan ada teori sikap atau aksi sosial

yang tidak didasarkan pada penyelidikan tentang dasar-dasar kognitif.

Efek kognitif dari kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses

pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan

dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara

langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi

cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan (Danusaputra,

1995:34-35)

Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai

dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoeno,

dalam laporan penelitian tentang Tingkah Laku Konsumen, seperti yang

dikutip Danasaputra, sebagai berikut:

Kognisi

Persepsi Sikap

Motivasi

Gambar I.1

Model Pembentukan Citra Pengalaman mengenai Stimulus

(Soemirat, 2002:115)

Public Relations digambarkan sebagai input-output, proses intern

dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah

stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu.

Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi kognisi-motivasi-sikap.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

21

“....proses-proses psikodinamis yang berlangsung pada individu

konsumen berkisar antara komponen-komponen persepsi, kognisi,

motivasi, dan sikap konsumen terhadap produk. Keempat

komponen itu diartikan sebagai mental representation (citra) dari

stimulus” (Soemirat, 2002:115)

Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus

yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons.

Stimulus (rangsang) yang diberikan pada individu dapat diterima atau

ditolak.

Jika rangsang ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini

menunjukkan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi

individu karena tidak ada perhatian dari individu tersebut. Sebaloiknya, jika

rangsang itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan

terdapat perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya

dapat berjalan.

Empat komponen persepsi-kognisi-motivasi-sikap diartikan sebagai

citra individu terhadap rangsang. Berikut penjelasan mengenai empat

komponen tersebut :

a. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan

yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain

individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan

pengalamannya mengenai rangsang.

b. Kognisi adalah suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus.

Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsangan

tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang

cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

22

Kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli

psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan

dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang

memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan

masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis

yang berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan,

mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan

lingkungannya (Desmita, 2009).

Kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk

pengenalan, termasuk didalamnya mengamati, melihat, memperhatikan,

memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga, dan

menilai. Secara tradisional, kognisi ini dipertentangkan dengan konasi

(kemauan) dan dengan afeksi (perasaan).

a. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna

mencapai suatu tujuan.

Menurut McDonald dalam Sardiman (2004: 73), “Motivasi

adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya feeling dan ditandai dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan”. Sardiman (2004: 76), menyatakan bahwa motivasi berkaitan

dengan minat dimana minat berarti sebuah kondisi yang merupakan

kecenderungan jiwa seseorang yang dihubungkan dengan keinginan

atau kebutuhannya sendiri.

Beliau dalam bukunya membedakan dua jenis motivasi yaitu

motivasi intrinsik, yaitu motif yang berfungsi tanpa memerlukan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

23

rangsangan dari luar karena dalam diri individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu. Yang kedua adalah motivasi ekstrinsik, yaitu

motif yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar (Sardiman,

2004: 89).

Menurut Sardiman (2004: 85) fungsi motivasi dapat dibagi

menjadi tiga, yaitu antara lain :

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak yang

melepaskan energi.

2) Menentukan arah perbuatan ke tujuan yang akan dicapai

3) Menyeleksi perbuatan-perbuatan apa yang harus dikejakan guna

mencapai tujuan.

Dari pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa motivasi merupakan sebuah dorongan yang berasal baik dari diri

sendiri maupun dari pihak lain yang dapat membuat seorang individu

memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan suatu tindakan.

b. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan

merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan

perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan

cara-cara tertentu.

Dalam sebuah aliran, pengikut menganggap sikap sebagai suatu

evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap sebuah objek

social di pandang sebagai perasaan senang atau ketidak senangan.

Aliran lainnya menilai sikap sebagai kesediaan untuk menganggap

objek sosial dengan cara tertentu. Kesediaan ini dianggap sebagai

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

24

suatau rangkaian yang saling mengikat antara pengertian, perasaan dan

kegiatan terhadap sebuah objek sosial.

Jadi sikap, dalam aliran ini, adalah suatu rangkaian komponen

yang berkelanjutan termasuk didalamnya keyakinan dan penilaian

(komponen kognitif) dan kesediaan berperilaku (komponen aksi) yang

berkenaan dengan sejumlah objek sosial. Sedangkan menurut Goode,

sikap adalah kecenderungan untuk bertindak dan bereaksi secara positif

atau negatif terhadap sesuatu, yang didasarkan pada nilai-nilai

individual, dan berakar dalam pengalaman sosialnya

Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap,

pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu. Untuk mengetahui bagaimana

citra suatu perusahaan atau lembaga di benak publiknya dibutuhkan adanya

penelitian. Melalui penelitian, perusahaan dapat mengetahui secara pasti

sikap publik terhadap lembaganya, mengetahui apa yang disukai dan apa

yang tidak disukai oleh publiknya (Ardianto, 2002:115-116).

Penelitian citra menurut H. Frazier Moore dalam S. Soemirat dan E.

Ardianto, menemukan sosok institusional dan citra perusahaan dalam

pikiran dengan mengetahui secara pasti sikap masyarakat terhadap sebuah

organisasi, bagaimana mereka memahami dengan baik, dan apa yang

mereka sukai dan tidak sukai dengan organisasi tersebut. Penelitian citra

memberikan informasi untuk mengevaluasi kebijaksanaan memperbaiki

kesalahpahaman, menentukan daya tarik pesan hubungan masyarakat,

meningkatkan citra hubungan masyarakat dalam pikiran publik. Citra

bahwa pemerintah tidak pernah transparan dengan kebijakan yang mereka

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

25

buat merupakan citra buruk yang umum dimiliki oleh banyak pemerintah

dunia.

Menurut William V. Haney, dalam Danusaputra, pentingnya

penelitian mencakup: 1) memprediksi tingkah laku publik sebagai reaksi

terhadap tindakan lembaga/organisasi perusahaan; 2) mempermudah usaha

kerjasama dengan publik; 3) memelihara hubungan yang ada (Soemirat dan

Ardianto, 2002: 117).

Dengan melakukan penelitian citra, perusahaan dapat mengetahui

secara pasti sikap publik terhadap organisasi maupun terhadap produk

barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Dari

penelitian citra ini, perusahaan juga dapat mengetahui apa-apa yang disukai

dan tdak disukai pblik tentang perusahaan, dengan demikian perusahaan

dapat mengambil langkah-langkah yang tepat bagi kebijaksanaan

perusahaan selanjutnya. (Ardianto, 2002: 115).

Upaya membangun citra dapat dilakukan dengan berbagai cara,

misalnya memberikan:

a. Penonjolan-penonjolan pada kesuksesan atau keberhasilan-keberhasilan

yang telah dicapai di masa lampau.

b. Menumbuhkan asosiasi pamikiran tentang partai atau kandidat dengan

kebesaran di masa lampau, seperti kejayaan bangsa, pemimpin

kharismatik yang pernah ada, dan bentuk-bentuk ekspresi simbolik baik

kata-kata maupun gambar-gambar.

c. Memberikan penonjolan orientasi ke depan, misalnya dengan

kecanggihan teknologi dan optimisme kemajuan-kemajuan di masa

datang.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

26

d. Menghadirkan tokoh-tokoh tertentu dengan meumbuhkan dan

memperkokoh keyakinan akan kuat atau luasnya dukungan termasuk

tokoh-tokoh adat, tokoh masyarakat, dan pemimpin atau tokoh-tokoh

dari negara lain. (Ardianto, 2002: 118)

Membangun citra secara sederhana diartikan bahwa dalam proses

kehidupan kita selalu mempunyai cita-cita atau tujuan agar hal yang ingin

kita raih bisa terwujud. Salah satunya kita harus mencoba memahami

bahwa kita ini sebenarnya mau dicitrakan seperti apa dan itu akan terbentuk

seiring bergulirnya waktu. Sehingga kalau kita lihat dalam organisasi,

sumber daya kita terbatas karena sudah kita pakai atau sudah tidak relevan.

Sedangkan pada lingkungan sekitar kita akan selalu mengalami perubahan.

Saat kondisi sumber daya kita terbatas, kita perlu melakukan eksplorasi

atau pengembangan lingkungan yang cepat. Akhirnya banyak perusahaan

yang mengambil strategi yang disebut dengan image building (Muktiyo,

2006:37)

Komunikasi dan sosialisasi pada masyarakat sangat penting. Oleh

sebab itu kalau bicara tentang pencitraan tidak semata-mata programnya,

tapi bagaimana menyampaikan program kepada semua stakeholder agar

tidak muncul salah paham. Kadang kita mempunyai program-program yang

baik tapi hanya diketahuoi oleh elitenya saja. Jadi peraturan daerah harus

disosialisasikan secara terintegrasi agar masyarakat tahu. Kita sering

menganggap kalau sudah disahkan DPRD maka semua masyarakat sudah

tahu. Ini bisa dimulai dari semua policy pimpinan agar mendapat dukungan

dari publik. Misalkan dalam pemberantasan korupsi, jangan sekedar

diberantas, tapi sebaiknya dikomunikasikan ke masyarakat agar efek multi

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

27

playernya bisa lebih luas. Hal ini sering dianggap tidak manusiawi. Tapi

yang paling penting efek psikologisnya agar pelaku jera. Dalam istilah

Jawa, obat tidak harus manis tapi kadang harus pahit. (Muktiyo, 2006:161)

Citra lembaga terbentuk dan terbangun oleh banyak hal, hal-hal

positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah

sejarah atau riwayat perusahaan yang gemilang, citra kehumasan bersumber

dari kesan dan impresi yang benar. Citra positif merupakan citra yang

diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra

sebenarnya. Biasanya citra diharapkan lebih baik atau lebih menyenangkan

daripada citra yang ada, walaupun dalam keadaan tertentu, citra yang

terlalu baik juga merepotkan. Namun secara umum yang disebut sebagai

citra adalah sesuatu yang berkonotasi baik.

Agar tercapai opini dan persepsi yang positif, dan untuk

memperoleh citra yang baik bagi perusahaan figur anggota Satpol PP

haruslah mampu menjadi komunikator dengan menguasai teknik

komunikasi.

Sudah menjadi kewajiban bagi semua anggota yang berada pada

barisan depan Satpol PP untuk selalu membangun opini, persepsi, serta

citra baik (good image) Dinas di mata publik. Hal ini dilakukan untuk

mencapai tujuan perusahaan secara maksimal. Oleh karena itu tujuan dan

sasaran pokok tersebut harus realistis, bukan khayalan serta dapat diukur,

baik secara kualitas maupun kuantitas, bermanfaat bagi semua orang atau

indiviidu, menyebutkan jangka waktu pencapaian dan jangka waktu yang

berlaku. Tujuan dan sasaran tersebut dapat mengikat, baik untuk

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

28

kepentingan organisasi dan publik internal maupun publik eksternal dan

feedbacknya adalah menciptakan citra positif. (Ruslan, 2003:43)

Citra adalah kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu

kenyataan. Itulah pemahaman akan citra yang diberikan Rhenald Kasali

dalam bukunya, “Manajemen Public Relations”. Hal inilah yang menjadi

tujuan pokok suatu perusahaan (corporate image) yang baik di mata

khalayak atau publiknya akan banyak menguntungkan. Misalkan, akan

menularkan citra yang serupa kepada semua produk barang dan jasa yang

dihasilkannya, termasuk bagi para pekerjanya (employee relations) akan

menjadi suatu kebanggaan tersendiri, akan menimbulkan sense of belong

terhadap company tempat mereka bekerja. Tapi ini tidak berarti citra harus

dipoles agar lebih indah dari warna aslinya, karena hal ini justru

mengacaukannya. Suatu citra yang sesungguhnya dapat dimunculkan kapan

saja, termasuk di tengah terjadinya musibah atau sesuatu yang buruk.

Caranya dengan menjelaskan secara jujur apa yang menjadi penyebabnya,

baik itu informasi yang salah atau suatu perilaku yang keliru.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang anggota Satpol PP tidak

selalu mendapatkan hasil yang maksimal atau berhasil menciptakan citra

Dinas, tetapi justru sebaliknya, kehilangan citra karena merosotnya

kepercayaan dari berbagai pihak. Jika sebuah lembaga atau dinas sudah

kehilangan citra dari berbagai pihak tadi, maka akan sulit untuk meraihnya

kembali dan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa berhasil kembali

dalam usaha memulihkan citra (recovery image).

Anggota Satpol PP sendiri dalam menjalankan tugasnya harus

bersikap proaktif dan mampu mengatasi perubahan yang terjadi di

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

29

masyarakat secara cepat. Hal ini dikarenakan sebuah lembaga atau dinas

tidak bisa terlepas dari pengaruh dan perubahan serta persoalan yang

mungkin terjadi di masyarakat di era globalisasi ini. Dengan keadaan

internal yang sehat sebuah lembaga akan memacu dirinya untuk

memberikan layanan yang baik untuk masyarakat. Adanya layanan yang

baik dan memuaskan inilah yang nantinya turut berperan dalam membentuk

citra dan eksistensi sebuah lembaga.

Semakin besar sebuah lembaga, tentu akan semakin kompleks

pekerjaan serta permasalahan yang dihadapi. Lingkungan lembaga, baik

internal maupun eksternal sangat berpengaruh dan menunjang kinerja serta

eksistensi sebuah lembaga. Untuk itu diperlukan strategi dalam

membangun sebuah komunikasi dan hubungan yang harmonis dengan

pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan lembaga.

Menjalin hubungan baik dengan masyarakat sangat diperlukan

karena lembaga hidup dan bekerja di tengah lingkungan masyarakat.

Hubungan yang baik berguna untuk saling menjaga dan agar tidak saling

mengganggu antar pihak satu dengan yang lainnya. Untuk itu kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh lembaga hendaknya tidak hanya berorientasi

pada keuntungan salah satu pihak saja. Elemen masyarakat pun menjadi

penting keberadaannya karena mau tidak mau sebuah lembaga hidup di

tengah wilayah mereka.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga dan ditujukan kepada

masyarakat biasanya bersifat sosial serta mempunyai tujuan ikut membantu

masyarakat itu sendiri. Lembaga harus mempunyai serangkaian program

yang jelas dan terpadu sehingga di dalam pelaksanaannya tidak terdapat

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

30

hambatan yang berarti. Jika hal tersebut di atas terlaksana maka lembaga

yang bersangkutan akan mendapat dukungan dan simpati dari masyarakat.

Dengan demikian secara perlahan namun psti citra positif dan akan

menguntungkan lembaga dalam meningkatkan eksistensinya.

F. Metode Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian untuk memperoleh data sebagai bahan

penyusunan ini dilaksanakan di Kantor Dinas Satpol PP Kabupaten

Wonogiri yang beralamat di Jl. Kabupaten No. 6 Wonogiri Kota Kode Pos

57612. Untuk pelaksanaan penelitiannya dilakukan pada tanggal 1 Oktober

2012 sampai dengan 30 November 2012.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan penulis adalah jenis

penelitian deskriptif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian

kualitatif lebih mementingkan makna, tidak ditentukan oleh kuantitasnya.

Data yang dikumpulkan berwujud kata-kata dalam kalimat atau gambar

yang memiliki arti dari sekedar angka atau jumlah. Laporan penelitian

akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian

laporan yang berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video

tape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya

(Moleong, 2004:3).

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

31

subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-

lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya. (Rakhmat, 2001:24.)

Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya

memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari hubungan, tidak menguji

hipotesis, atau membuat prediksi (Rakhmat, 2001:24). Penelitian jenis

deskriptif seperti ini juga dapat digunakan sebagai pengukuran cermat

terhadap suatu fenomena sosial tertentu. Sehingga gambaran atau deskripsi

yang akan dibuat nantinya akan sesuai dengan fakta yang terjadi di

lapangan.

Peneliti menggunakan metode kualitatif karena ada beberapa

pertimbangan antara lain, menjelaskan menyesuaikan metode kualitatif

lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan-kenyataan ganda,

metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti

dengan responden, metode ini lebih reka dan lebih dapat menyesuaikan

diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadasp pola-pola

nilai yang dihadapi.

Orientasi teoritik untuk memahami makna dari kata yang

ditemukan sesuai dengan fokus kajian, peneliti menggunakan pendekatan

fenomena seperti yang diungkapkan oleh Moleong (2004:3) tentang

pendekatan fenomenologis, yaitu yang ditekan pada kaum enomenologis

ialah aspek subyektif dari perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk

ke dalam dunia konseptual para subyek yang ditelitinya sedemikian rupa

sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

32

dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya

sehari-hari.

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Aktivitas Kegiatan Satpol PP

Kabupaten Wonogiri dalam usaha pembentukan citra di mata masyarakat

Wonogiri. Alasan penulis memilih Satpol PP Kabupaten Wonogiri karena

lokasi yang berdekatan dengan domisili asli penulis, sehingga akan

memudahkan proses pengumpulan data atau informasi yang dibutuhkan.

4. Jenis Data Penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu :

a. Data Primer : adalah data yang langsung dikumpulkan oleh penulis

dari objeknya. Dalam penelitian ini data tersebut diperoleh dari sumber

di lokasi penelitian, diantaranya dengan melakukan wawancara dan

observasi, yaitu mengamati kegiatan anggota Satpol PP dalam

menjalankan tugasnya.

b. Data Sekunder : adalah data yang diperoleh penulis dengan mengutip

serta mengumpulkan keterangan dari sumber lain dengan tujuan

melengkapi data primer. Data sekunder biasanya berbentuk sebuah

dokumentasi, catatan-catatan, internet, atau arsip.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Observasi

Alasan pemilihan teknik observasi berdasarkan pada pendapat Guba

dan Lincoln yang ditulis oleh Lexy J. Moleong (2006:117) dalam buku

nya bahwa “Teknik pengamatan mampu memahami situasi-situasi yang

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

33

rumit teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan memahami

sendiri perilaku dan kejadian yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Pengamatan yang dimaksud di sini adalah pengamatan secara langsung

oleh penulis mengenai penggunaan komunikasi eksternal dalam

pembentukan citra Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Wonogiri,

sehingga dapat diperoleh data yang berupa kegiatan yang dilakukan

oleh Dinas Satpol PP Kabupaten Wonogiri.

b. Wawancara

Wawancara yang digunakan peneliti bersifat indepth yang dilakukan

secara open-ended, sistematis dan fleksibel. Wawancara dilakukan

untuk memperoleh data secara detail dan mendalam dari jajaran Dinas

Satpol PP Kabupaten Wonogiri diantaranya Kepala Satpol PP, staff

dan anggota Satpol PP, terkait upaya yang dilakukan dalam

pembentukan citra.

c. Studi Pustaka

Pencarian data yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu

penggunaan komunikasi eksternal dalam pembentukan citra, yang

diperoleh dengan cara mempelajari literatur, baik buku, dokumentasi,

artikel, majalah, situs-situs internet dan sebagainya.

6. Validitas Data

Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data

menggunakan metode triangulasi. Moleong (2006:330) mengemukakan

bahwa yang dimaksud dengan triangulasi adalah :

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

34

pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang paling banyak digunakan

ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.

Hal tersebut dilakukan dengan cara :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang di katakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan. (Moleong, 2006:178).

7. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada

prinsipnya dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap data, menaf

sirkan atau mentransformasikan data ke dalam bentuik-bentuk narasi. Nara

si ini kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-pro

posisi ilmiah yang akhirnya sampai pada kesimpulan final.(Pawito,

2009:60)

Miles dan Huberman menawarkan satu teknik data yang disebut

analisis interaktif. Prosesnya terdiri dari tiga bagian yaitu reduksi data,

sajian data dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan. Analisis

interaktif bersifat siklus dan tidak linear (H.B. Sutopo, 2002:96).

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

35

Diadopsi dari H. B. Sutopo, 2002: 96

Gambar I.2

Analisis Model Interaktif

Keberadaan data dalam sebuah penelitian merupakan hal yang

harus dipenuhi. Karena keberadaan sebuah data akan menunjang

keberhasilan sebuah penelitian. Penelitian tanpa data tidak lebih dari

sekedar asumsi yang tidak memiliki dasar kuat untuk dipertanggung

jawabkan.

a. Reduksi data

Merupakan proses seleksi, pemusatan perhatian dalam penyederhanaan

dan abstraksi data kasar yang muncul pada saat di lapangan. Data yang

didapat kemudian diringkas atau dibuatkan uraian singkat namun tidak

menghilangkan substansi dari data yang telah didapat sebelumnya.

Data yang penulis peroleh dari aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh

Satpol PP Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan Program dan pelaksanaan Ketentraman dan Ketertiban

umum, Penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala

Daerah.

Pengumpulan data

Reduksi Data

Penarikan kesimpulan/

verifikasi

Sajian data

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

36

2) Pelaksanaan kewajiban pemeliharaan dan penyelenggaraan

ketentraman dan ketertiban umum daerah.

3) Pelaksanaan kebijakan Penegakan Peraturan Daerah dan

Keputusan Kepala Daerah.

4) Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan

ketentraman dan ketertiban umum serta Penegakan Peraturan

Daerah, Keputusan Kepala Daerah dengan aparat Kepolisian

Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan atau aparatur

pengawasan lainnya terhadap masyarakat, agar mematuhi dan

mentaati Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah

(Mustika, 2009:2)

b. Penyajian data

Penyajian data adalah untuk mengintegrasikan semua informasi yang

telah didapat untuk kemudian disusun dalam satu wacana yang mudah

dipahami. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung dan memudahkan

proses penarikan kesimpulan dari sebuah penelitian. Penyajian data

meliputi jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan.

c. Penarikan kesimpulan

Merupakan sebagian dari suatu kegiatan dan konfigurasi yang utuh.

Kesimpulan juga diverifikasi selama proses penelitian berlangsung. Di

awal pengumpulan data, peneliti sudah memahami apa arti dari bagian-

bagian yang diteliti dengan melakukan pencatatan berbagai peraturan,

pola yang digunakan, pernyataan didapat, konfigurasi yang mapan,

arahan, sebab-akibat maupun proposisi-proposisi sehingga memudah-

kan dalam proses pengambilan kesimpulan.VALIDITAS DATA

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

123

Kenneth D. Plowman and Satina Chiu. 2007. Public Relations Journal: Corporate

Identity and Corporate Reputation in Silicon Valley: Case Studies in

Public Relations and Integrated Communications, Vol.1 No.1 Fall 2007.

Public Relations Society of America.

Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks.

Kelompok Gramedia

Madhavaram, Sreedhar, Vishag Badrinarayanan, dan Robert E. McDonald. 2005.

“Integrated Marketing Communication (IMC) and Brand Identity as

Critical Components of Brand Equity Strategy”. Journal of Advertising,

vol. 34, no. 4 (Winter 2005), pp. 69–80. American Academy of

Advertising. ISSN 0091-3367 / 2005.

Moleong, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Muktiyo, Widodo. 2006. Membangun Usaha dengan Kekuatan Image,

Yogyakarta : PINUS

Pawito, 2009, Komunikasi Politik : Media Massa dan Kampanye Pemilihan.

Jogjakarta: Jala Sutra.

Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana

Rakhmat, Jalaluddin, 2001. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Robbins, Stephen. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT Indek Kelompok

Gramedia.

Rosady Ruslan. 2003. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi,

Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

-------., 2006. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi dan

Aplikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

-------., 2007. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi dan

Aplikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Schiffman, l.G., & Leslie L.Kanuk, 2004. Consumer Behavior. 8th

edition.

Prentice Hall, New Jersey

Shimp, Terence A.. 2003. Periklanan Promosi; Aspek Tambahan Komunikasi

Pemasaran Terpadu, Penterjemah Revyani Sahrial. Jakarta : Erlangga.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/25683/2/04._BAB_I.pdf · Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance yang dikutip oleh Muhammad, adalah “Komunikasi

124

Soemirat, Soleh, Elvinardo Ardianto, 2002, Dasar-dasar Public Relations,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Soleh, C dan Bambang Trisantono. 2001. Pamong Praja Dalam Perspektif.

Sejarah. Depok: CV Citra Utama

Sutisna, 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT. Remaja.

Rosdakarya, Bandung

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2005 Tentang Pedoman

Prosedur Tetap Operasional Satuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan

Polisi Pamong Praja