bab i pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16810/4/4_bab i.pdf · memanfaatkan...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan disiplin ilmu yang memiliki peranan penting bagi
kemajuan peradaban manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, matematika juga
termasuk dalam salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan pada setiap
jenjang pendidikan formal. Keunikan dan ciri khas yang dimilikinya seakan
menjadi pembeda dengan disiplin ilmu lain. Tidak seperti anggapan kebanyakan
masyarakat umum, matematika sebenarnya tidak hanya berhubungan dengan
bilangan-bilangan dan rumus tetapi mengandung makna yang lebih luas. Objek
dari matematika sendiri meliputi objek kajian yang bersifat abstrak dan tidak
dapat diamati langsung oleh panca indera karena berupa ide-ide atau konsep-
konsep yang tersusun secara hirarkis, konsisten, logis, dan memerlukan penalaran.
Dengan kata lain, matematika juga bisa dikatakan sebagai disiplin ilmu yang
berkaitan dengan cara berfikir dan mengolah logika.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berdampak bagi berbagai
aspek kehidupan. Pendidikan termasuk salah satunya. Jelas ini menjadi sebuah
tuntutan bagi guru yang memegang peranan penting dalam ketercapaian tujuan
dari pembelajaran itu sendiri. Adapun tujuan mata pelajaran matematika diajarkan
dalam pendidikan (Depdiknas, 2006: 346) adalah agar siswa dapat (1) belajar
untuk memahami dan mengaitkan konsep atau ide, (2) belajar untuk bernalar, (3)
belajar untuk memecahkan masalah, (4) belajar untuk berkomunikasi, dan (5)
membentukkan sikap postif terhadap matematika.
2
Hal ini sejalan dengan NCTM (National Council of Teachers of Mathematics)
yang merekomendasikan lima kompetensi dasar yang dapat tergali dalam
pembelajaran matematika yaitu (Murizal, 2012: 20-21):
1. Kemampuan pemecahan masalah (problem solving)
2. Kemampuan berkomunikasi (communication)
3. Kemampuan membuat koneksi (connection)
4. Kemampuan penalaran (reasoning)
5. Kemampuan representasi (representation)
Kelima kemampuan ini sangat penting dan diharapkan dapat dimiliki oleh
setiap siswa melalui pembelajaran matematika. Salah satunya adalah kemampuan
komunikasi matematis. Kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan
kemampuan siswa dalam menyatakan ide-ide baik secara lisan maupun tulisan
berupa bentuk simbol, grafik, atau gambar untuk memperjelas keadaan atau
masalah.
Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang sangat
penting dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Pentingnya
kemampuan komunikasi matematis siswa diungkapkan oleh Baroody (Kadir,
2010: 44) yang menyatakan bahwa terdapat dua alasan penting mengapa
kemampuan tersebut perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. Mathematics as a language, maksudnya matematika bukan sekedar alat
bantu berfikir atau untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau
mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sesuatu yang sangat
berharga untuk menyampaikan berbagai ide secara jelas, ringkas, dan
tepat.
2. Mathematics learning as social activity, maksudnya sebagai aktivitas
sosial dalam pembelajaran matematika, juga sebagai wahana interaksi
antar siswa, dan juga komunikasi antar guru dengan siswa merupakan hal
penting untuk mengembangkan potensi anak.
3
Kemampuan komunikasi matematis akan membuat seseorang bisa
memanfaatkan matematika untuk kepentingan diri sendiri maupun orang lain,
sehingga akan meningkatkan sikap positif terhadap matematika baik dari dalam
diri sendiri maupun orang lain (Srianggoro, 2014). Dengan kemampuan
matematis, siswa tidak hanya mampu memahami konsep untuk dirinya sendiri
namun dapat berbagi dengan orang lain karena mampu mengkomunikasikan
konsep yang telah ia pahami kepada orang lain.
Sayangnya kemampuan komunikasi matematis siswa masih jarang mendapat
perhatian. Guru lebih berusaha agar siswa mampu menjawab soal dengan benar
tanpa meminta alasan atas jawaban siswa, ataupun meminta siswa untuk
mengkomunikasikan pemikiran, ide dan gagasannya
Kemampuan komunikasi matematis sendiri erat kaitannya dengan
kemampuan pemahaman matematis. Bahkan dapat dikatakan komunikasi
matematis adalah sebagai tolak ukur kemampuan pemahaman siswa. Hal ini
karena kemampuan komunikasi matematis tidak akan terbentuk jika tanpa
didahului dengan adanya kemampuan pemahaman matematis yang baik.
Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam
pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan
kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih pada pemahaman konsep
materi pembelajaran matematika itu sendiri. Siswa dapat dikatakan paham jika
mereka dapat mengetahui, menjelaskan dan menarik kesimpulan dari apa yang
dipelajari. Jika siswa telah paham mengenai sesuatu, maka dia dapat
mengungkapkan kembali dengan menggunakan bahasa sendiri baik mengenai
4
suatu konsep matematika ataupun prosedurnya. Dengan kata lain kemampuan
pemahaman matematis merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki oleh
siswa agar pembelajaran matematika mereka menjadi lebih bermakna.
Meski begitu, pada nyatanya masih banyak siswa yang masih kesulitan dalam
mengembangkan kemampuan pemahaman matematis mereka. Kerenanya
diperlukan suatu upaya agar penyampaian materi pembelajaran matematika
menjadi lebih mudah dimengerti oleh siswa. Salah satu upaya yang bisa dilakukan
adalah penggunaan media pembelajaran matematika berupa animasi.
Pentingnya penggunakan media dalam kegiatan pembelajaran matematika
memang belum banyak disadari. Hasil observasi yang telah dilakukan di SMP
Muhammadiyah 10 Bandung pun menunjukkan bahwa penggunaan media
pembelajaran matematika masihlah minim dan mesti ditingkatkan. Hal ini
dilakukan dengan harapan dapat membantu siswa untuk lebih meningkatkan minat
dan mempermudah mereka dalam memahami konsep-konsep yang akan
dipelajari. Sekaligus mampu meningkatkan kemampuan pemahaman yang akan
turut berimbas pada kemampuan komunikasi matematis mereka agar menjadi
lebih baik.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka judul yang diambil
untuk penelitian ini adalah “PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI
DALAM PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA”.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalahan yang
akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran matematika melalui
pembelajaran dengan media animasi?
2. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan media animasi lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?
3. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan media animasi lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?
4. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika melalui
pembelajaran dengan media animasi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengatahui aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran matematika
melalui pembelajaran dengan media animasi.
2. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan media animasi lebih baik
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
6
3. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan media animasi lebih baik
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
4. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika melalui
pembelajaran dengan media animasi.
D. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
yang berguna bagi:
1. Siswa dapat menggunakan pembelajaran dengan media animasi untuk
meningkatkan pencapaian kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematik.
2. Mempermudah guru dalam menyampaikan pembelajaran, pengetahuan, dan
pengalaman sebagai bahan pelajaran bagi siswa.
3. Sebagai referensi dan informasi bahwa media animasi dapat digunakan dalam
pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis siswa.
4. Sebagai bahan pertimbangan jika ingin mengkaji lebih jauh dan mendalami
lagi mengenai pembelajaran menggunakan media pembelajaran berupa
animasi.
E. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, maka dibutuhkan batasan
masalah sebagai berikut:
7
1. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti adalah pembelajaran
matematika melalui pembelajaran dengan menggunakan media animasi dan
pembelajaran konvensional.
2. Untuk sub pokok bahasan yang akan diteliti yaitu pembelajaran matematika
materi Bilangan Bulat kelas VII tahun ajaran 2018/2019 semester ganjil.
F. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel-variabel penelitian yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman matematis adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan
hubungan antar konsep matematika dan mengaplikasikan konsep atau
logaritma secara inisiatif, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah. Indikator pemahaman matematis yang diambil, yaitu (1)
kemampuan menyatakan ulang konsep; (2) kemampuan menerapkan konsep
secara algoritma; (3) kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis; (4) kemampuan mengaitkan berbagai konsep
matematika.
2. Komunikasi matematis adalah kemampuan menggambarkan ekspresi
matematis dalam bentuk bahasa sendiri. Kemampuan komunikasi matematis
siswa terdiri dari komunikasi lisan dan tulisan. Indikator komunikasi
matematis yang diambil, yaitu (1) kemampuan menghubungkan benda nyata,
gambar, dan diagram ke dalam ide matematika; (2) kemampuan menjelaskan
ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan dengan benda
8
nyata, gambar, grafik, dan aljabar; (3) kemampuan menyatakan peristiwa
sehari-hari dalam bahasa matematika.
3. Media pembelajaran matematika adalah semua alat bantu yang dipakai dalam
proses pembelajaran matematika, dengan maksud untuk menyampaikan pesan
atau informasi pembelajaran dari sumber atau guru kepada penerima yaitu
siswa dan memungkinkan komunikasi antara guru dan siswa dapat
berlangsung dengan baik. Pesan atau informasi yang disampaikan melalui
media dalam bentuk isi atau materi pengajaran itu harus dapat diterima oleh
penerima pesan dengan menggunakan salah satu atau gabungan dari beberapa
alat indera.
4. Animasi adalah sekuen gambar yang diekspos pada rentang waktu tertentu
sehingga tercipta sebuah ilusi gambar bergerak. Secara sederhana animasi
diartikan sebagai gambar bergerak.
5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran langsung dengan langkah-
langkah sebagai berikut: (1) menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan siswa; (2) mendemonstrasikan pengetahuan; (3)
membimbing pelatihan; (4) memberi umpan balik; (5) memberikan latihan.
G. Kerangka Pemikiran
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar
merupakan suatu proses. Proses belajar ditandai dengan adanya perubahan pada
perilaku individu, tetapi tidak semua perubahan pada perilaku individu terjadi
karena belajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Skinner (Muhibbin, 2010:
9
88), bahwa “Belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah
laku yang berlangsung secara progressif”. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang
dialami siswa, baik saat berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.
Tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil
belajar diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi
dasar dan hendaknya dijadikan titik tolak dalam perencanaan pembelajaran
sebelumnya. Dengan begitu, akan memunculkan ide-ide dan kreatifitas untuk
membuat proses pembelajaran matematika menjadi semakin menarik agar siswa
bisa lebih tertarik dan semangat belajar.
Dilihat dari konsep tentang kemanfaatan media bahwa konsep perolehan
pengalaman seseorang melalui media yang digunakan, makin konkret media yang
digunakan, maka makin tinggi nilai pengalaman yang diperoleh. Dengan
tinggginya bekal pengalaman yang diperoleh, maka bahan pembelajaran yang
harus diserap oleh peserta didik semakin bermakna, dan pada akhirnya dapat
memperjelas atau mempercepat pencapaian tujuan suatu pembelajaran.
Diharapkan dengan penggunaan media animasi dalam pembelajaran
matematika, dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman
matematis serta komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika.
Untuk melihat kemampuan pemahaman matematis siswa di dalam pembelajaran,
terdapat beberapa indikator berpikir matematika pada aspek pemahaman
matematisa siswa (Susilawati, 2012: 212-213) antara lain sebagai berikut:
10
a. Pemahaman induktif terdiri dari pemahaman mekanikal, instrumental
(melaksanakan perhitungan rutin), komputasional (algoritmik). Knowing
how to (menerapkan rumus pada kasus serupa).
b. Pemahaman deduktif terdiri dari pemahaman rasional (membuktikan
kebenaran), relasional (mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya),
fungsional (mengerjakan kegiatan matematika secara sadar), dan knowing
(memperkirakan satu kebenaran tanpa ragu).
c. Pemahaman reasional (Kilpatrick dan Findel) yang terdiri dari kemampuan
menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari, kemampuan
mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan yang berbentuk konsep tersebut, kemampuan menerapkan
konsep secara algoritma, kemampuan memberikan contoh dan kontra
contoh dari konsep yang telah dipelajari, kemampuan menyajikan konsep
dalam berbagai macam bentuk representatif matematika, kemampuan
mengaitkan berbagai konsep matematika, dan kemampuan
mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
Dari indikator-indikator di atas maka kemampuan pemahaman yang akan
dinilai dalam penelitian ini meliputi indikator kemampuan pemahaman matematis
yaitu sebagai berikut:
1. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.
2. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma.
3. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk
representatif matematika.
4. Kemampuan mengaitkan berbagai konsep matematika.
Begitupun untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa baik
komunikasi tertulis maupun komunikasi lisan diperlukan indikator-indikator.
Menurut Skemp (Jihad & Haris, 2009: 168) komunikasi matematika adalah
kemampuan yang meliputi:
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide
matematika
2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara lisan atau tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika
11
4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
5. Membaca dengan pemahaman atau persentasi matematika tertulis.
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan
generalisasi.
7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah
dipelajari.
Dari indikator-indikator di atas maka kemampuan komunikasi yang akan
dinilai dalam penilaian ini meliputi indikator kemampuan komunikasi matematis
yaitu: (1) menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide
matematika; (2) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara lisan atau
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; (3) menyatakan peristiwa
sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian
ini secara singkat dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
12
H. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini yaitu: “Peningkatan kemampuan pemahaman
matematis dan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan media animasi lebih baik daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.”
Adapun rumusan hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:
H0 : : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
matematis dan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan media animasi dan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional
H1 : : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
matematis dan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan media animasi dan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional
Keterangan:
= Rata-rata Gain pembelajaran matematika dengan menggunakan media
animasi
= Rata-rata Gain Konvensional
I. Langkah-Langkah Penelitian
1. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian eksperimen yaitu
penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan
(treatment). Metode penelitian eksperimen bertujuan untuk penelitian yang
mencari pengaruh perlakuan terhadap hal lain dalam kondisi yang dikendalikan
13
(Sugiyono, 2013: 107). Dalam penelitian ini kelompok eksperimen adalah
kelompok yang diberi pembelajaran dengan menggunakan media animasi dan
kelompok kontrol adalah kelompok yang diberi pembelajaran konvensional.
Desain penelitian yang akan digunakan adalah Nonequivalent Control Group
Desain, seperti pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Desain Penelitian
Kelas Pretest Treatment Posttest
Eksperimen O X1 O
Kontrol O X2 O
(Ruseffendi, 2006: 49)
Keterangan:
O : Pretest dan Posttest
X1 : Pembelajaran dengan menggunakan media animasi
X2 : Pembelajaran konvensional
2. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan
pemahaman dan komunikasi siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Bandung
pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan media animasi dan
pembelajaran konvensional untuk pokok bahasan bilangan bulat. Sedangkan data
kualitatif yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas
siswa dan guru di kelas ketika menggunakan pembelajaran dengan media animasi
dan data hasil penyebaran angket skala sikap.
3. Subjek Penelitian
Penelitian yang akan digunakan harus mempunyai subjek yang jelas. Subjek
yang dimaksud adalah populasi dan sampel.
14
a. Menentukan Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMP Muhammadiyah
10 Kota Bandung tahun ajaran 2018/2019. Kelas VII terdiri dari lima kelas, yaitu
VII A sampai VII E dengan semua kelas merupakan kelas reguler biasa.
Banyaknya siswa kelas VII-A adalah 31, VII-C dan VII-D adalah 32, serta VII-B
dan VII-E adalah 30 siswa.
b. Menentukan Sampel
Dalam menentukan sampel, teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu, yaitu seperti saran dari guru matematika yang sama-sama mengajar
kelima kelas tersebut, kondisi kelas yang dianggap lebih cocok untuk
pembelajaran dengan media animasi yang nantinya akan menggunakan infocus
dan dilihat juga dari nilai pretest siswa agar data yang diperoleh nantinya lebih
representatif. Berdasarkan hal itu, dari kelima kelas yang mempunyai kesempatan
untuk dijadikan sampel, kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
kelas VII-B dan VII-E.
4. Instrumen Penelitian
Adapun intrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Lembar observasi
Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa
selama proses pembelajaran matematika dengan menggunakan media animasi
berlangsung. Alat yang digunakan adalah berupa lembar observasi aktivitas guru
15
dan lembar aktivitas siswa. Dalam mengamati aktivitas guru dan siswa, peneliti
dibantu oleh observer (guru pamong). Sebelum digunakan dalam penelitian,
lembar observasi aktivitas guru dan siswa dilakukan validitas terlebih dahulu
dengan melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing. Adapun indikator dari
lembar observasi aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran matematika dengan
menggunakan media animasi adalah sebagai berikut:
1) Indikator Lembar Observasi Guru
a) Melakukan persiapan pembelajaran termasuk mempersiapkan media
animasi yang akan digunakan
b) Memberikan apersepsi kepada siswa berupa tanya jawab mengenai materi
yang akan dibahas
c) Menjelaskan materi yang akan dipelajari dengan menggunakan media animasi
d) Mengorganisir siswa secara berkelompok untuk pengerjaan LKS
e) Memantau kegiatan pengerjaan LKS
f) Memberikan latihan soal
g) Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran
2) Indikator Lembar Observasi Siswa
a) Bersiap mengikuti pembelajaran
b) Menjawab pertanyaan guru
c) Menyimak materi pembelajaran dengan menggunakan media animasi
d) Melakukan pengerjaan LKS secara berkelompok
e) Diskusi antar kelompok untuk mengoreksi jawaban soal dari LKS
f) Berpartisipasi dalam menutup kegiatan pembelajaran seperti
menyimpulkan materi yang telah dibahas
16
g) Mengerjakan latihan soal
b. Tes
Tes dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu sebelum mendapatkan perlakuan
(pretest) dan setelah mendapatkan perlakuan (posttest). Tujuan dilakukan pretest
adalah untuk mengetahui kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis
awal siswa, sedangkan tujuan dilakukan posttest adalah untuk mengetahui
perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis
siswa. Bentuk tes yang diberikan berupa soal uraian sebanyak 7 soal dengan
materi bilangan bulat. Diantaranya terdapat 4 soal untuk mengukur kemampuan
pemahaman matematis dan 3 soal untuk mengukur kemampuan komunikasi
matematis. Adapun rubrik skoring kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis siswa sebagai acuan penilaian dari jawaban siswa terhadap soal yang
digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.3.
Tabel 1.2 Rubrik Skoring Pemahaman Matematis
Tingkat
Pemahaman Kriteria Skor
Paham
seluruhnya
Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep
ilmiah 4
Paham sebagian
Jawaban benar dan mengandung paling sedikit
satu konsep ilmiah serta tidak mengandung
kesalahan konsep
3
Miskonsepsi
sebagian
Jawaban memberikan sebagian informasi yang
benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan
konsep dalam menjelaskannya
2
Miskonsepsi
Jawaban menunjukkan kesalahan dalam
pemahaman yang mendasar tentang konsep yang
dipelajari
1
Tidak paham Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban hanya
mengulang pertanyaan serta jawaban kosong 0
(MKPBM UPI, 2001: 91)
17
Tabel 1.3 Rubrik Skoring Komunikasi Matematis
Kriteria Skor
Jawaban salah tanpa ada alasan, tidak ada jawaban 0
Jawaban salah tetapi ada alasan 1
Jawaban hampir benar
- Kesimpulan tidak ada
- Rumus benar kesimpulan salah
- Jawaban benar alasan salah
2
Jawaban benar alasan tidak lengkap, jawaban minimal 3
Jawaban benar disertai alasan yang tepat 4
(Susilawati 2012:205)
Instrumen tes yang digunakan pada penelitian terlebih dahulu harus diuji
cobakan kepada tingkatan yang lebih tinggi dari sampel yang akan digunakan
sebagai penelitian, kemudian dilakukan analisis meliputi validitas, realibilitas,
daya pembeda dan tingkat kesukaran soalnya.
1) Validitas
Menentukan validitas dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment,
yaitu:
( )( )
√( ( ) )( ( ) )
(Lestari & Yudhanegara, 2015: 193)
Keterangan:
: Koefisien kolerasi antara variabel X dan variabel Y
X : Skor tiap butir soal
X : Skor total tiap siswa uji coba
N : Banyaknya siswa uji coba
Adapun kriteria validitas dapat dilihat pada Tabel 1.4
18
Tabel 1.4 Kriteria Validasi Soal
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,90 ≤ ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,70 ≤ < 0,90 Tinggi
0,40 ≤ < 0,70 Sedang
0,20 ≤ < 0,40 Rendah
0,00 ≤ < 0,20 Sangat Rendah
< 0,00 Tidak Valid
(Lestari & Yudhanegara, 2015: 193)
Berdasarkan analisis validitas pada setiap item yang terdapat pada lampiran B
diperoleh hasil seperti pada Tabel 1.5.
Tabel 1.5 Hasil Analisis Validitas Soal
PAKET A PAKET B
No.
Soal
Nilai
Validitas Interpretasi
No.
Soal
Nilai
Validitas Interpretasi
1 0,71 Tinggi 1 0,65 Tinggi
2 0,45 Sedang 2 0,04 Sangat Rendah
3 0,43 Sedang 3 0,29 Rendah
4 0,50 Sedang 4 0,24 Rendah
5 0,59 Sedang 5 0,47 Sedang
6 0,74 Tinggi 6 0,62 Tinggi
7 0,78 Tinggi 7 0,35 Rendah
2) Realibilitas
Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas instrumen adalah
sebagai berikut:
(
) (
)
Dengan rumus varians item adalah sebagi berikut:
(∑
(∑ )
)
(Lestari & Yudhanegara, 2015: 206)
19
Keterangan:
: Realibilitas instrumen n : Banyaknya butir soal
1 : Bilangan konstan
: Jumlah varian skor tiap item
: Varians skor total
Adapun kriteria realibilitas dapat dilihat pada Tabel 1.6
Tabel 1.6 Kriteria Realibilitas
Koefisien Realibilitas Interpretasi
≤ 0,20 Sangat Rendah
0,20 < ≤ 0,40 Rendah
0,40 < ≤ 0,70 Sedang
0,70 < ≤ 0,90 Tinggi
0,90 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi
(Lestari & Yudhanegara, 2015: 206)
Berdasarkan hasil analisis instrumen uji coba soal pada lampiran diperoleh
nilai koefisien reliabilitas soal untuk paket A adalah 0.62 dengan interpretasi
tinggi dan nilai koefisien reliabilitas soal untuk paket A adalah 0.558 dengan
interpretasi cukup.
3) Daya Pembeda
Menentukan daya pembeda dengan rumus:
(Lestari & Yudhanegara, 2015: 217)
Keterangan:
: Indeks daya pembeda butir soal
: Rata-rata skor jawaban siswa kelompok atas
: rata-rata skor jawaban siswa kelompok bawah
SMI : Skor maksimal ideal
Adapun klasifikasi daya beda dapat dilihat pada Tabel 1.7
20
Tabel 1.7 Kriteria Daya Pembeda
Angka Daya Pembeda Interpretasi
P ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < P ≤ 0,20 Jelek
0,20 < P ≤ 0,40 Cukup
0,40 < P ≤ 0,70 Baik
0,70 < P ≤ 1,00 Sangat Baik
(Lestari & Yudhanegara, 2015: 217)
Berdasarkan analisis daya pembeda pada tiap item soal diperoleh hasil seperti
pada Tabel 1.8.
Tabel 1.8 Hasil Analisis Daya Pembeda
PAKET A PAKET B
No.
Soal
Nilai Daya
Pembeda Interpretasi
No.
Soal
Nilai Daya
Pembeda Interpretasi
1 0,275 Cukup 1 0,15 Buruk
2 0,125 Buruk 2 0,025 Buruk
3 0,025 Buruk 3 0,125 Buruk
4 0,175 Buruk 4 0,125 Buruk
5 0,125 Buruk 5 0,275 Cukup
6 0,625 Baik 6 0,3 Cukup
7 0,6 Baik 7 0,25 Cukup
4) Tingkat Kesukaran
Menentukan indeks kesukaran butir soal dengan rumus:
(Lestari & Yudhanegara, 2015: 224)
Keterangan:
IK = indeks kesukaran butir soal
= rata-rata skor jawaban siswa pada suatu butir soal
= Skor Maksimum Ideal
Adapun kriteria interpretasi indeks tingkat kesukaran dapat disajikan pada
Tabel 1.9.
21
Tabel 1.9. Kriteria Indeks Kesukaran
Koefisien Indeks Kesukaran Interpretasi
IK = 0,00 Sangat Sukar
0,00 < ≤ 0,30 Sukar
0,30 < ≤ 0,70 Sedang
0,70 < IK < 1 Mudah
IK = 1 Sangat Mudah
(Lestari & Yudhanegara, 2015: 224)
Berdasarkan analisis tingkat kesukaran pada tiap soal diperoleh hasil seperti
pada Tabel 1.10.
Tabel 1.10 Hasil Analasis Daya Beda Paket A dan Paket B
PAKET A PAKET B
No.
Soal
Nilai Indeks
Kesukaran Interpretasi
No.
Soal
Nilai Indeks
Kesukaran
Interpreta
si
1 0,8125 Mudah 1 0,45 Sedang
2 0,7375 Mudah 2 0,4375 Sedang
3 0,7625 Mudah 3 0,5375 Sedang
4 0,4375 Sedang 4 0,313 Sukar
5 0,4875 Sedang 5 0,238 Sukar
6 0,5625 Sedang 6 0,15 Sukar
7 0,55 Sedang 7 0,125 Sukar
Untuk hasil analisis instrumen uji coba soal secara keseluruhan dapat dilihat
pada Tabel 1.11 dan Tabel 1.12.
Tabel 1.11 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Paket A
22
Tabel 1.12 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Paket B
Berdasarkan hasil analisis instrumen uji coba soal tersebut, peneliti
mengambil soal nomor 1,2, 3, 4, dan 7 dari paket A dan soal no 5 dan 6 dari paket
B untuk digunakan sebagai soal pretest dan posttest.
Alasan pengambilan soal nomor 2,3,4,7 pada paket A adalah karena nilai
validitas soal-soal tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan soal yang
memakai indikator yang sama pada paket B. Sedangkan untuk pengambilan soal
nomor 1 pada paket A dan soal nomor 5 pada paket B adalah karena jika
dibandingkan dengan soal yang memakai indikator yang sama di paket lainnya,
kedua soal tersebut memiliki nilai daya beda yang lebih tinggi. Sementara itu
untuk pengambilan soal nomor 6 pada paket B disebabkan karena meskipun sama-
sama mempunyai validitas dengan interpretasi tinggi, tingkat kesukaran soal pada
paket B ternyata lebih tepat dengan apa yang diharapkan jika dibandingkan
dengan tingkat kesukaran soal nomor 6 pada paket A.
c. Skala Sikap
Instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap siswa terhadap
pembelajaran matematika dengan media animasi berupa lembar skala sikap.
Lembar skala sikap ini akan diberikan setelah siswa kelas eksperimen selesai
mengerjakan posttest. Model skala sikap yang digunakan adalah skala sikap Likert
23
yang berjumlah 22 pertanyaan. Terdiri dari 11 pertanyan positif dan 11 pertanyan
negatif. Pilihan angket skala sikap ini terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu
sikap sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS). Adapun bobot penilaian untuk setiap item pernyataan positif dan negatif
disajian dalam Tabel. 1.13.
Tabel 1.13 Bobot Penilaian Skala Sikap
Alternatif Jawaban Bobot Penilaian
Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Sebelum digunakan dalam penelitian, lembar skala sikap terlebih dahulu
dilakukan validitas dengan melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing.
Adapun indikator dari skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Menunjukkan kesukaan terhadap pembelajaran matematika
2) Menunjukkan kesungguhan mengikuti proses pembelajaran matematika
3) Menunjukkan kesukaan pada pembelajaran dengan media animasi
4) Menunjukkan persetujuan pada aktivitas selama proses pembelajaran
menggunakan media animasi
5) Menunjukkan manfaat menguasai dan menerapkan konsep pada
penyelesaian matematika
6) Menunjukkan kesuksesan tehadap soal kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis yang diberikan
7) Keuletan dalam menyelesaikan masalah
24
5. Teknik Pengumpulan Data
Secara garis besar teknik pengumpulan data dalam penilitian ini terlihat pada
Tabel 1.14.
Tabel 1.14 Teknik Pengumpulan Data
No
Tujuan
Sumber
Data
Instrumen
yang
Digunakan
Teknik
Pengumpulan
Data
1. Aktivitas guru dan siswa
menggunakan pembelajaran
dengan media animasi
Guru dan
Siswa
Lembar
Observasi Observasi
2. Peningkatan kemampuan
pemahaman matematis
siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan media
animasi dan konvensional
Siswa
Tes
Pretest dan
Posttest
3. Peningkatan kemampuan
komunikasi matematis
siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan media
animasi dan konvensional
Siswa
Tes
Pretest dan
Posttest
4. Sikap siswa setelah
diberikan pembelajaran
media animasi dan metode
konvensional
Siswa Skala sikap Lembar skala
sikap
6. Prosedur Penelitian
Setelah menentukan subjek yang akan digunakan dalam penelitian maka
terdapat dua tahap dalam prosedur penelitian ini, yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan.
a. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini diantara lain:
1) Observasi ke sekolah untuk menentukan tempat penelitian.
2) Mempersiapkan instrumen, yaitu kisi-kisi soal dan soal, lembar observasi
aktivitas guru dan siswa, serta angket skala sikap.
25
3) Uji coba instrumen penelitian.
4) Analisis soal uji coba untuk menentukan soal yang akan dijadikan soal
pretest dan posttest.
5) Penentuan kelas untuk dijadikan kelas eksperimen atau kelas dengan
menggunakan media animasi dan kelas kontrol atau kelas dengan
pembelajaran konvensional.
b. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan ini diantara lain:
1) Pemberian pretest pada kedua kelas sampel
2) Pembelajaran untuk kelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan
media animasi sementara untuk kelas kontrol dilakukan dengan
pembelajaran konvensional
3) Selama pembelajaran dengan media animasi berlangsung seluruh
aktivitas guru dan siswa diobservasi oleh observer menggunakan lembar
observasi guru dan lembar observasi siswa yang telah disediakan
4) Posttest diberikan pada kedua kelas setelah rangkaian pembelajaran
selesai dilakukan. Ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
pemahaman dan komunikasi matematis siswa setelah mendapat
perlakuan (treatment) yang berbeda pada kedua kelas tersebut.
Dilanjutkan dengan pemberian angket skala sikap kepada siswa kelas
yang menggunakan pembelajaran dengan media animasi.
5) Dilakukan pengolahan data pretest dan posttest yang telah didapat
dengan langkah-langkah yang diuraikan dalam teknik pengolahan data.
26
6) Analisis data hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa, dan angket
skala sikap yang telah diperoleh.
Adapun prosedur penelitian ini jika digambarkan dalam bentuk bagan dapat
dilihat pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Prosedur Penelitian
7. Analisis Data
Penelitian dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang
diperoleh berupa data pada instrumen tes dan instrumen non tes. Setelah
melaksanakan penelitian, kedua instrumen tersebut diolah dan dianalisis untuk
27
memperoleh hasil yang diinginkan. Proses analisis data tersebut dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah sebagai berikut:
a. Analisis Data untuk Menjawab Rumusan Masalah Nomor 1
Untuk menjawab rumusan masalah pertama yaitu tentang aktifitas guru dan
siswa dalam pembelajaran matematika melalui pembelajaran dengan media
animasi, maka dilakukan analisis lembar observasi. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui proses pembelajaran yang menggunakan media animasi, meliputi
aktivitas siswa dan aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung, maka
digunakan pendeskripsian pelaksanaan pembelajaran secara umum dengan
mengalisis lembar observasi serta dokumentasi berupa foto-foto kegiatan.
Hasil observasi aktivitas guru dan siswa dinilai berdasarkan kriteria penilaian
dengan ketentuan nilai 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (kurang), dan 1
(sangat kurang). Rumus yang digunakan untuk persentase keterlaksanaan aktivitas
secara keseluruhan yaitu sebagai berikut:
∑
∑
Adapun untuk menginterpretasikan persentase keterlaksanaan aktivitas
tersebut disajikan pada Tabel 1.15.
Tabel 1.15 Interpretasi Keterlaksanaan Aktivitas
Persentase (%) Kategori
86 – 100 Sangat baik
76 – 85 Baik
60 – 75 Sedang
55 – 59 Kurang
≤ 54 Sangat Kurang
(Purwanto, 2009: 103)
28
b. Analisis Data untuk Menjawab Rumusan Masalah Nomor 2 dan 3
Untuk menjawab rumusan masalah kedua dan ketiga yaitu tentang
peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik, terlebih dahulu
dilakukan analisis data untuk menghasilkan data N-Gain dari kedua kelompok
sampel untuk menghetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis siswa, dengan langkah sebagai berikut:
1) Menyajikan data pretest dan posttest siswa dalam bentuk tabel.
2) Mencari data N-Gain dari setiap siswa.
3) Mencari rata-rata nilai N-Gain.
4) Menginterpretasikan peningkatan kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis dari rata-rata nilai N-Gain berdasarkan kriteria
nilai N-Gain.
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai N-Gain menurut Hake
(Sundayana, 2004: 151) adalah sebagai berikut:
Adapun kriteria Nilai N-Gain Ternormalisasi dapat disajikan pada Tabel 1.16
berikut:
Tabel 1.16 Kriteria Nilai N-Gain
Nilai Gain Ternormalisasi Interpretasi
-1,00 ≤ g < 0,00 Terjadi penurunan
g = 0,00 Tetap
0,00 < g < 0,30 Rendah
0,30 ≤ g < 0,70 Sedang
0,70 ≤ g ≤ 1,00 Tinggi
(Sundayana, 2016: 151)
29
Dengan mengolah data N-Gain yang telah diperoleh akan dilakukan uji
pembeda pada masing-masing kelompok. Adapun langkah yang harus dilakukan
terlebih dahulu adalah sebagai berikut:
1) Menguji Normalitas Data
Untuk menguji normalitas dari data hasil N-Gain yang diperoleh, dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Merumuskan Formula Hipotesis
: Data N-Gain berasal dari populasi berdistribusi normal.
: Data N-Gain berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
(Rahayu, 2014: 105)
b) Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 1.17 Uji Kolmogorof-Smirnov Analisis Varians
No
P |P |
1
2
Dst
Menghitung dengan rumus sebagai berikut: ∑
Menghitung dengan rumus sebagai berikut: √∑( )
Keterangan:
Angka pada data ke-i
Transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal
Probabilitas kumulatif normal
c) Menentukan taraf nyata ( )
Untuk mendapatkan nilai kolmogorov Smirnov dibandingkan dengan
nilai tabel, ditentukan dengan (banyaknya data).
30
d) Menetukan signifikansi
Untuk menentukan signifikansi maka hal yang dilakukan yaitu dengan
signifikansi uji, dengan membandingkan nilai | | terbesar dengan
nilai tabel Kolmogorov Smirnov.
ditolak jika | | terbesar > nilai tabel
diterima jika | | terbesar < nilai tabel
e) Memberikan kesimpulan
(Rahayu, 2014: 78)
2) Analisis Homogenitas Varians
Untuk menguji homogenitas varian data N-Gain pada kedua kelompok
yaitu kelas media animasi dan konvensional maka digunakan uji Levene. Adapun
langkah-langkah yang digunakan dalam uji Levene adalah sebagai berikut:
a) Merumuskan Formula Hipotesis
: Semua populasi mempunyai varians yang homogen
: Semua populasi mempunyai varians yang tidak homogen Atau :
:
:
(minimal satu tanda berlaku)
(Sudjana, 2013: 261)
b) Menentukan Nilai Statistik Uji Levene
(1) Menentukan Nilai Z
Untuk mencari niali Z dari semua sampel, maka terlebih dahulu harus
menyajikan data N-Gain dari setiap kelompok sampel dan mencari nilai rata-
rata pada setiap kelompok dan mecari rata-rata keseluruhannya. Rumus yang
digunakan untuk mencari masing-masing nilai Z pada setiap kelompok (Zi)
31
adalah diperoleh dari mengurangkan setiap data N-Gain dengan rata-ratanya
pada setiap kelompok, atau dapat dituliskan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
= nilai Z pada data gain kelompok ke-i
= data N-Gain pada kelompok ke-i
= rata-rata data N-Gain pada kelompok ke-i
Setelah memperoleh nilai Z data N-Gain dari masing-masing kelompok
maka langkah selanjutnya mencari rata-rata nilai Z dari data N-Gain pada
masing-masing kelompok.
(2) Mencari Nilai Levene (W)
Untuk mencari nilai Levene, maka dapat menggunakan rumus berikut:
( )∑
( )
( )∑ ∑ ( )
Keterangan:
= jumlah seluruh sampel
= banyaknya kelompok
=
= rata-rata data N-Gain pada kelompok ke-i
= rata-rata nilai Z pada kelompok ke-i
= rata-rata menyeluruh dari
c) Menentukan Tingkat Signifikan ( )
( )
Keterangan:
= 1% atau 5%
= jumlah kelompok sampel
= banyaknya sampel
d) Menentukan kriteria
ditolak jika >
32
diterima jika < tabel
e) Memberikan kesimpulan
Jika > tabel ditolak, maka semua populasi mempunyai varians
yang tidak homogen.
Jika < tabel diterima, maka semua populasi mempunyai varians
yang homogen.
Setelah diperoleh hasil dari analisis kedua asumsi tersebut, kemudian
dilanjutkan dengan pengujian perbedaan rata-rata dua kelompok untuk melihat
perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
a. Jika kedua kelompok tersebut berdistribui normal dan mempunyai variansi
yang homogen, dilanjutkan dengan menggunakan uji t dua sampel bebas
(independent t-test). Langkah-langkah pengujian yaitu sebagai berikut:
1) Merumuskan Formula Hipotesis
: Tidak terdapat perbedaan antara semua perlakuan.
: Terdapat perbedaan antara semua perlakuan
2) Menentukan Nilai Statistik Uji
√
√( )
( )
Keterangan:
= Rata-rata
= Simpangan baku
33
= Banyaknya data
= Varians
3) Menetukan Tingkat Signifikansi
( )( )
( )( )
Keterangan:
= 1% atau 5%
= Derajat kebebasan =
4) Menentukan kriteria pengujian hipotesis
ditolak jika >
diterima jika <
5) Memberikan kesimpulan
(Rahayu, 2014: 129)
b. Jika kedua kelompok tersebut tidak memenuhi asumsi awal berdistribusi
normal, pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji Mann-Whitney.
Sementara jika kedua kelompok tersebut memenuhi asumsi awal yaitu
berdistribusi normal, tetapi tidak mempunyai variansi yang homogen, maka
pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji t’.
d. Analisis Data untuk Menjawab Rumusan Masalah Nomor 4
Untuk menjawab rumusan masalah nomor 4, yaitu tentang sikap siswa
terhadap pembelajaran matematika melalui pembelajaran dengan media animasi,
data pada lembar skala sikap dihitung dengan penentuan skor skala sikap secara
apriori, yaitu setiap item dihitung berdasarkan jawaban responden. Langkah
selanjutnya adalah menghitung rata-rata skor sikap siswa, kemudian
34
dibandingkan dengan skor netral. Selain menganalisis rata-rata skor sikap siswa,
dilakukan juga analisis persentase sikap siswa. Penentuan persentase jawaban
siswa untuk masing-masing item pernyataan dalam lembar skala sikap
digunakan rumus berikut:
Keterangan:
P = Persentase jawaban
f = Frekuensi jawaban
n = Banyak responden pada kelompok sampel
Tabel 1.18 Interpretasi Jawaban Skala Sikap
Presentase Jawaban Keterangan
0% Tidak ada seorangpun siswa yang merespon
1% - 25% Sebagian kecil siswa yang merespon
26% - 49% Hampir setengah siswa yang merespon
50% Setengahnya siswa yang merespon
51% - 75% Sebagian besar siswa yang merespon
76% - 99% Pada umumnya siswa yang merespon
100% Seluruhnya siswa yang merespon
(Lestari & Yudhanegara, 2015: 335)