bab i pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16810/4/4_bab i.pdf · memanfaatkan...

34
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan disiplin ilmu yang memiliki peranan penting bagi kemajuan peradaban manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, matematika juga termasuk dalam salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan formal. Keunikan dan ciri khas yang dimilikinya seakan menjadi pembeda dengan disiplin ilmu lain. Tidak seperti anggapan kebanyakan masyarakat umum, matematika sebenarnya tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan dan rumus tetapi mengandung makna yang lebih luas. Objek dari matematika sendiri meliputi objek kajian yang bersifat abstrak dan tidak dapat diamati langsung oleh panca indera karena berupa ide-ide atau konsep- konsep yang tersusun secara hirarkis, konsisten, logis, dan memerlukan penalaran. Dengan kata lain, matematika juga bisa dikatakan sebagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan cara berfikir dan mengolah logika. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berdampak bagi berbagai aspek kehidupan. Pendidikan termasuk salah satunya. Jelas ini menjadi sebuah tuntutan bagi guru yang memegang peranan penting dalam ketercapaian tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Adapun tujuan mata pelajaran matematika diajarkan dalam pendidikan (Depdiknas, 2006: 346) adalah agar siswa dapat (1) belajar untuk memahami dan mengaitkan konsep atau ide, (2) belajar untuk bernalar, (3) belajar untuk memecahkan masalah, (4) belajar untuk berkomunikasi, dan (5) membentukkan sikap postif terhadap matematika.

Upload: vocong

Post on 22-Apr-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan disiplin ilmu yang memiliki peranan penting bagi

kemajuan peradaban manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, matematika juga

termasuk dalam salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan pada setiap

jenjang pendidikan formal. Keunikan dan ciri khas yang dimilikinya seakan

menjadi pembeda dengan disiplin ilmu lain. Tidak seperti anggapan kebanyakan

masyarakat umum, matematika sebenarnya tidak hanya berhubungan dengan

bilangan-bilangan dan rumus tetapi mengandung makna yang lebih luas. Objek

dari matematika sendiri meliputi objek kajian yang bersifat abstrak dan tidak

dapat diamati langsung oleh panca indera karena berupa ide-ide atau konsep-

konsep yang tersusun secara hirarkis, konsisten, logis, dan memerlukan penalaran.

Dengan kata lain, matematika juga bisa dikatakan sebagai disiplin ilmu yang

berkaitan dengan cara berfikir dan mengolah logika.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berdampak bagi berbagai

aspek kehidupan. Pendidikan termasuk salah satunya. Jelas ini menjadi sebuah

tuntutan bagi guru yang memegang peranan penting dalam ketercapaian tujuan

dari pembelajaran itu sendiri. Adapun tujuan mata pelajaran matematika diajarkan

dalam pendidikan (Depdiknas, 2006: 346) adalah agar siswa dapat (1) belajar

untuk memahami dan mengaitkan konsep atau ide, (2) belajar untuk bernalar, (3)

belajar untuk memecahkan masalah, (4) belajar untuk berkomunikasi, dan (5)

membentukkan sikap postif terhadap matematika.

2

Hal ini sejalan dengan NCTM (National Council of Teachers of Mathematics)

yang merekomendasikan lima kompetensi dasar yang dapat tergali dalam

pembelajaran matematika yaitu (Murizal, 2012: 20-21):

1. Kemampuan pemecahan masalah (problem solving)

2. Kemampuan berkomunikasi (communication)

3. Kemampuan membuat koneksi (connection)

4. Kemampuan penalaran (reasoning)

5. Kemampuan representasi (representation)

Kelima kemampuan ini sangat penting dan diharapkan dapat dimiliki oleh

setiap siswa melalui pembelajaran matematika. Salah satunya adalah kemampuan

komunikasi matematis. Kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan

kemampuan siswa dalam menyatakan ide-ide baik secara lisan maupun tulisan

berupa bentuk simbol, grafik, atau gambar untuk memperjelas keadaan atau

masalah.

Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang sangat

penting dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Pentingnya

kemampuan komunikasi matematis siswa diungkapkan oleh Baroody (Kadir,

2010: 44) yang menyatakan bahwa terdapat dua alasan penting mengapa

kemampuan tersebut perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran, yaitu:

1. Mathematics as a language, maksudnya matematika bukan sekedar alat

bantu berfikir atau untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau

mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sesuatu yang sangat

berharga untuk menyampaikan berbagai ide secara jelas, ringkas, dan

tepat.

2. Mathematics learning as social activity, maksudnya sebagai aktivitas

sosial dalam pembelajaran matematika, juga sebagai wahana interaksi

antar siswa, dan juga komunikasi antar guru dengan siswa merupakan hal

penting untuk mengembangkan potensi anak.

3

Kemampuan komunikasi matematis akan membuat seseorang bisa

memanfaatkan matematika untuk kepentingan diri sendiri maupun orang lain,

sehingga akan meningkatkan sikap positif terhadap matematika baik dari dalam

diri sendiri maupun orang lain (Srianggoro, 2014). Dengan kemampuan

matematis, siswa tidak hanya mampu memahami konsep untuk dirinya sendiri

namun dapat berbagi dengan orang lain karena mampu mengkomunikasikan

konsep yang telah ia pahami kepada orang lain.

Sayangnya kemampuan komunikasi matematis siswa masih jarang mendapat

perhatian. Guru lebih berusaha agar siswa mampu menjawab soal dengan benar

tanpa meminta alasan atas jawaban siswa, ataupun meminta siswa untuk

mengkomunikasikan pemikiran, ide dan gagasannya

Kemampuan komunikasi matematis sendiri erat kaitannya dengan

kemampuan pemahaman matematis. Bahkan dapat dikatakan komunikasi

matematis adalah sebagai tolak ukur kemampuan pemahaman siswa. Hal ini

karena kemampuan komunikasi matematis tidak akan terbentuk jika tanpa

didahului dengan adanya kemampuan pemahaman matematis yang baik.

Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam

pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan

kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih pada pemahaman konsep

materi pembelajaran matematika itu sendiri. Siswa dapat dikatakan paham jika

mereka dapat mengetahui, menjelaskan dan menarik kesimpulan dari apa yang

dipelajari. Jika siswa telah paham mengenai sesuatu, maka dia dapat

mengungkapkan kembali dengan menggunakan bahasa sendiri baik mengenai

4

suatu konsep matematika ataupun prosedurnya. Dengan kata lain kemampuan

pemahaman matematis merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki oleh

siswa agar pembelajaran matematika mereka menjadi lebih bermakna.

Meski begitu, pada nyatanya masih banyak siswa yang masih kesulitan dalam

mengembangkan kemampuan pemahaman matematis mereka. Kerenanya

diperlukan suatu upaya agar penyampaian materi pembelajaran matematika

menjadi lebih mudah dimengerti oleh siswa. Salah satu upaya yang bisa dilakukan

adalah penggunaan media pembelajaran matematika berupa animasi.

Pentingnya penggunakan media dalam kegiatan pembelajaran matematika

memang belum banyak disadari. Hasil observasi yang telah dilakukan di SMP

Muhammadiyah 10 Bandung pun menunjukkan bahwa penggunaan media

pembelajaran matematika masihlah minim dan mesti ditingkatkan. Hal ini

dilakukan dengan harapan dapat membantu siswa untuk lebih meningkatkan minat

dan mempermudah mereka dalam memahami konsep-konsep yang akan

dipelajari. Sekaligus mampu meningkatkan kemampuan pemahaman yang akan

turut berimbas pada kemampuan komunikasi matematis mereka agar menjadi

lebih baik.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka judul yang diambil

untuk penelitian ini adalah “PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI

DALAM PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA”.

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalahan yang

akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran matematika melalui

pembelajaran dengan media animasi?

2. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan media animasi lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

3. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan media animasi lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

4. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika melalui

pembelajaran dengan media animasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengatahui aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran matematika

melalui pembelajaran dengan media animasi.

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan media animasi lebih baik

daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

6

3. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan media animasi lebih baik

daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

4. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika melalui

pembelajaran dengan media animasi.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

yang berguna bagi:

1. Siswa dapat menggunakan pembelajaran dengan media animasi untuk

meningkatkan pencapaian kemampuan pemahaman dan komunikasi

matematik.

2. Mempermudah guru dalam menyampaikan pembelajaran, pengetahuan, dan

pengalaman sebagai bahan pelajaran bagi siswa.

3. Sebagai referensi dan informasi bahwa media animasi dapat digunakan dalam

pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis siswa.

4. Sebagai bahan pertimbangan jika ingin mengkaji lebih jauh dan mendalami

lagi mengenai pembelajaran menggunakan media pembelajaran berupa

animasi.

E. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, maka dibutuhkan batasan

masalah sebagai berikut:

7

1. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti adalah pembelajaran

matematika melalui pembelajaran dengan menggunakan media animasi dan

pembelajaran konvensional.

2. Untuk sub pokok bahasan yang akan diteliti yaitu pembelajaran matematika

materi Bilangan Bulat kelas VII tahun ajaran 2018/2019 semester ganjil.

F. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari variabel-variabel penelitian yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Pemahaman matematis adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan

hubungan antar konsep matematika dan mengaplikasikan konsep atau

logaritma secara inisiatif, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan

masalah. Indikator pemahaman matematis yang diambil, yaitu (1)

kemampuan menyatakan ulang konsep; (2) kemampuan menerapkan konsep

secara algoritma; (3) kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk

representasi matematis; (4) kemampuan mengaitkan berbagai konsep

matematika.

2. Komunikasi matematis adalah kemampuan menggambarkan ekspresi

matematis dalam bentuk bahasa sendiri. Kemampuan komunikasi matematis

siswa terdiri dari komunikasi lisan dan tulisan. Indikator komunikasi

matematis yang diambil, yaitu (1) kemampuan menghubungkan benda nyata,

gambar, dan diagram ke dalam ide matematika; (2) kemampuan menjelaskan

ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan dengan benda

8

nyata, gambar, grafik, dan aljabar; (3) kemampuan menyatakan peristiwa

sehari-hari dalam bahasa matematika.

3. Media pembelajaran matematika adalah semua alat bantu yang dipakai dalam

proses pembelajaran matematika, dengan maksud untuk menyampaikan pesan

atau informasi pembelajaran dari sumber atau guru kepada penerima yaitu

siswa dan memungkinkan komunikasi antara guru dan siswa dapat

berlangsung dengan baik. Pesan atau informasi yang disampaikan melalui

media dalam bentuk isi atau materi pengajaran itu harus dapat diterima oleh

penerima pesan dengan menggunakan salah satu atau gabungan dari beberapa

alat indera.

4. Animasi adalah sekuen gambar yang diekspos pada rentang waktu tertentu

sehingga tercipta sebuah ilusi gambar bergerak. Secara sederhana animasi

diartikan sebagai gambar bergerak.

5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran langsung dengan langkah-

langkah sebagai berikut: (1) menyampaikan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan siswa; (2) mendemonstrasikan pengetahuan; (3)

membimbing pelatihan; (4) memberi umpan balik; (5) memberikan latihan.

G. Kerangka Pemikiran

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar

merupakan suatu proses. Proses belajar ditandai dengan adanya perubahan pada

perilaku individu, tetapi tidak semua perubahan pada perilaku individu terjadi

karena belajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Skinner (Muhibbin, 2010:

9

88), bahwa “Belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah

laku yang berlangsung secara progressif”. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya

pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang

dialami siswa, baik saat berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau

keluarganya sendiri.

Tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil

belajar diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi

dasar dan hendaknya dijadikan titik tolak dalam perencanaan pembelajaran

sebelumnya. Dengan begitu, akan memunculkan ide-ide dan kreatifitas untuk

membuat proses pembelajaran matematika menjadi semakin menarik agar siswa

bisa lebih tertarik dan semangat belajar.

Dilihat dari konsep tentang kemanfaatan media bahwa konsep perolehan

pengalaman seseorang melalui media yang digunakan, makin konkret media yang

digunakan, maka makin tinggi nilai pengalaman yang diperoleh. Dengan

tinggginya bekal pengalaman yang diperoleh, maka bahan pembelajaran yang

harus diserap oleh peserta didik semakin bermakna, dan pada akhirnya dapat

memperjelas atau mempercepat pencapaian tujuan suatu pembelajaran.

Diharapkan dengan penggunaan media animasi dalam pembelajaran

matematika, dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman

matematis serta komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika.

Untuk melihat kemampuan pemahaman matematis siswa di dalam pembelajaran,

terdapat beberapa indikator berpikir matematika pada aspek pemahaman

matematisa siswa (Susilawati, 2012: 212-213) antara lain sebagai berikut:

10

a. Pemahaman induktif terdiri dari pemahaman mekanikal, instrumental

(melaksanakan perhitungan rutin), komputasional (algoritmik). Knowing

how to (menerapkan rumus pada kasus serupa).

b. Pemahaman deduktif terdiri dari pemahaman rasional (membuktikan

kebenaran), relasional (mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya),

fungsional (mengerjakan kegiatan matematika secara sadar), dan knowing

(memperkirakan satu kebenaran tanpa ragu).

c. Pemahaman reasional (Kilpatrick dan Findel) yang terdiri dari kemampuan

menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari, kemampuan

mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya

persyaratan yang berbentuk konsep tersebut, kemampuan menerapkan

konsep secara algoritma, kemampuan memberikan contoh dan kontra

contoh dari konsep yang telah dipelajari, kemampuan menyajikan konsep

dalam berbagai macam bentuk representatif matematika, kemampuan

mengaitkan berbagai konsep matematika, dan kemampuan

mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

Dari indikator-indikator di atas maka kemampuan pemahaman yang akan

dinilai dalam penelitian ini meliputi indikator kemampuan pemahaman matematis

yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.

2. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma.

3. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk

representatif matematika.

4. Kemampuan mengaitkan berbagai konsep matematika.

Begitupun untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa baik

komunikasi tertulis maupun komunikasi lisan diperlukan indikator-indikator.

Menurut Skemp (Jihad & Haris, 2009: 168) komunikasi matematika adalah

kemampuan yang meliputi:

1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide

matematika

2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara lisan atau tulisan

dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.

3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika

11

4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

5. Membaca dengan pemahaman atau persentasi matematika tertulis.

6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan

generalisasi.

7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah

dipelajari.

Dari indikator-indikator di atas maka kemampuan komunikasi yang akan

dinilai dalam penilaian ini meliputi indikator kemampuan komunikasi matematis

yaitu: (1) menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide

matematika; (2) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara lisan atau

tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; (3) menyatakan peristiwa

sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian

ini secara singkat dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

12

H. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini yaitu: “Peningkatan kemampuan pemahaman

matematis dan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan media animasi lebih baik daripada siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional.”

Adapun rumusan hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:

H0 : : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman

matematis dan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan media animasi dan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional

H1 : : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman

matematis dan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan media animasi dan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional

Keterangan:

= Rata-rata Gain pembelajaran matematika dengan menggunakan media

animasi

= Rata-rata Gain Konvensional

I. Langkah-Langkah Penelitian

1. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian eksperimen yaitu

penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan

(treatment). Metode penelitian eksperimen bertujuan untuk penelitian yang

mencari pengaruh perlakuan terhadap hal lain dalam kondisi yang dikendalikan

13

(Sugiyono, 2013: 107). Dalam penelitian ini kelompok eksperimen adalah

kelompok yang diberi pembelajaran dengan menggunakan media animasi dan

kelompok kontrol adalah kelompok yang diberi pembelajaran konvensional.

Desain penelitian yang akan digunakan adalah Nonequivalent Control Group

Desain, seperti pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Treatment Posttest

Eksperimen O X1 O

Kontrol O X2 O

(Ruseffendi, 2006: 49)

Keterangan:

O : Pretest dan Posttest

X1 : Pembelajaran dengan menggunakan media animasi

X2 : Pembelajaran konvensional

2. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data

kuantitatif yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan

pemahaman dan komunikasi siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Bandung

pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan media animasi dan

pembelajaran konvensional untuk pokok bahasan bilangan bulat. Sedangkan data

kualitatif yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas

siswa dan guru di kelas ketika menggunakan pembelajaran dengan media animasi

dan data hasil penyebaran angket skala sikap.

3. Subjek Penelitian

Penelitian yang akan digunakan harus mempunyai subjek yang jelas. Subjek

yang dimaksud adalah populasi dan sampel.

14

a. Menentukan Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMP Muhammadiyah

10 Kota Bandung tahun ajaran 2018/2019. Kelas VII terdiri dari lima kelas, yaitu

VII A sampai VII E dengan semua kelas merupakan kelas reguler biasa.

Banyaknya siswa kelas VII-A adalah 31, VII-C dan VII-D adalah 32, serta VII-B

dan VII-E adalah 30 siswa.

b. Menentukan Sampel

Dalam menentukan sampel, teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan

tertentu, yaitu seperti saran dari guru matematika yang sama-sama mengajar

kelima kelas tersebut, kondisi kelas yang dianggap lebih cocok untuk

pembelajaran dengan media animasi yang nantinya akan menggunakan infocus

dan dilihat juga dari nilai pretest siswa agar data yang diperoleh nantinya lebih

representatif. Berdasarkan hal itu, dari kelima kelas yang mempunyai kesempatan

untuk dijadikan sampel, kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah

kelas VII-B dan VII-E.

4. Instrumen Penelitian

Adapun intrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Lembar observasi

Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa

selama proses pembelajaran matematika dengan menggunakan media animasi

berlangsung. Alat yang digunakan adalah berupa lembar observasi aktivitas guru

15

dan lembar aktivitas siswa. Dalam mengamati aktivitas guru dan siswa, peneliti

dibantu oleh observer (guru pamong). Sebelum digunakan dalam penelitian,

lembar observasi aktivitas guru dan siswa dilakukan validitas terlebih dahulu

dengan melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing. Adapun indikator dari

lembar observasi aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran matematika dengan

menggunakan media animasi adalah sebagai berikut:

1) Indikator Lembar Observasi Guru

a) Melakukan persiapan pembelajaran termasuk mempersiapkan media

animasi yang akan digunakan

b) Memberikan apersepsi kepada siswa berupa tanya jawab mengenai materi

yang akan dibahas

c) Menjelaskan materi yang akan dipelajari dengan menggunakan media animasi

d) Mengorganisir siswa secara berkelompok untuk pengerjaan LKS

e) Memantau kegiatan pengerjaan LKS

f) Memberikan latihan soal

g) Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran

2) Indikator Lembar Observasi Siswa

a) Bersiap mengikuti pembelajaran

b) Menjawab pertanyaan guru

c) Menyimak materi pembelajaran dengan menggunakan media animasi

d) Melakukan pengerjaan LKS secara berkelompok

e) Diskusi antar kelompok untuk mengoreksi jawaban soal dari LKS

f) Berpartisipasi dalam menutup kegiatan pembelajaran seperti

menyimpulkan materi yang telah dibahas

16

g) Mengerjakan latihan soal

b. Tes

Tes dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu sebelum mendapatkan perlakuan

(pretest) dan setelah mendapatkan perlakuan (posttest). Tujuan dilakukan pretest

adalah untuk mengetahui kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis

awal siswa, sedangkan tujuan dilakukan posttest adalah untuk mengetahui

perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis

siswa. Bentuk tes yang diberikan berupa soal uraian sebanyak 7 soal dengan

materi bilangan bulat. Diantaranya terdapat 4 soal untuk mengukur kemampuan

pemahaman matematis dan 3 soal untuk mengukur kemampuan komunikasi

matematis. Adapun rubrik skoring kemampuan pemahaman dan komunikasi

matematis siswa sebagai acuan penilaian dari jawaban siswa terhadap soal yang

digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.3.

Tabel 1.2 Rubrik Skoring Pemahaman Matematis

Tingkat

Pemahaman Kriteria Skor

Paham

seluruhnya

Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep

ilmiah 4

Paham sebagian

Jawaban benar dan mengandung paling sedikit

satu konsep ilmiah serta tidak mengandung

kesalahan konsep

3

Miskonsepsi

sebagian

Jawaban memberikan sebagian informasi yang

benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan

konsep dalam menjelaskannya

2

Miskonsepsi

Jawaban menunjukkan kesalahan dalam

pemahaman yang mendasar tentang konsep yang

dipelajari

1

Tidak paham Jawaban salah, tidak relevan atau jawaban hanya

mengulang pertanyaan serta jawaban kosong 0

(MKPBM UPI, 2001: 91)

17

Tabel 1.3 Rubrik Skoring Komunikasi Matematis

Kriteria Skor

Jawaban salah tanpa ada alasan, tidak ada jawaban 0

Jawaban salah tetapi ada alasan 1

Jawaban hampir benar

- Kesimpulan tidak ada

- Rumus benar kesimpulan salah

- Jawaban benar alasan salah

2

Jawaban benar alasan tidak lengkap, jawaban minimal 3

Jawaban benar disertai alasan yang tepat 4

(Susilawati 2012:205)

Instrumen tes yang digunakan pada penelitian terlebih dahulu harus diuji

cobakan kepada tingkatan yang lebih tinggi dari sampel yang akan digunakan

sebagai penelitian, kemudian dilakukan analisis meliputi validitas, realibilitas,

daya pembeda dan tingkat kesukaran soalnya.

1) Validitas

Menentukan validitas dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment,

yaitu:

( )( )

√( ( ) )( ( ) )

(Lestari & Yudhanegara, 2015: 193)

Keterangan:

: Koefisien kolerasi antara variabel X dan variabel Y

X : Skor tiap butir soal

X : Skor total tiap siswa uji coba

N : Banyaknya siswa uji coba

Adapun kriteria validitas dapat dilihat pada Tabel 1.4

18

Tabel 1.4 Kriteria Validasi Soal

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,90 ≤ ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,70 ≤ < 0,90 Tinggi

0,40 ≤ < 0,70 Sedang

0,20 ≤ < 0,40 Rendah

0,00 ≤ < 0,20 Sangat Rendah

< 0,00 Tidak Valid

(Lestari & Yudhanegara, 2015: 193)

Berdasarkan analisis validitas pada setiap item yang terdapat pada lampiran B

diperoleh hasil seperti pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Hasil Analisis Validitas Soal

PAKET A PAKET B

No.

Soal

Nilai

Validitas Interpretasi

No.

Soal

Nilai

Validitas Interpretasi

1 0,71 Tinggi 1 0,65 Tinggi

2 0,45 Sedang 2 0,04 Sangat Rendah

3 0,43 Sedang 3 0,29 Rendah

4 0,50 Sedang 4 0,24 Rendah

5 0,59 Sedang 5 0,47 Sedang

6 0,74 Tinggi 6 0,62 Tinggi

7 0,78 Tinggi 7 0,35 Rendah

2) Realibilitas

Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas instrumen adalah

sebagai berikut:

(

) (

)

Dengan rumus varians item adalah sebagi berikut:

(∑

(∑ )

)

(Lestari & Yudhanegara, 2015: 206)

19

Keterangan:

: Realibilitas instrumen n : Banyaknya butir soal

1 : Bilangan konstan

: Jumlah varian skor tiap item

: Varians skor total

Adapun kriteria realibilitas dapat dilihat pada Tabel 1.6

Tabel 1.6 Kriteria Realibilitas

Koefisien Realibilitas Interpretasi

≤ 0,20 Sangat Rendah

0,20 < ≤ 0,40 Rendah

0,40 < ≤ 0,70 Sedang

0,70 < ≤ 0,90 Tinggi

0,90 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi

(Lestari & Yudhanegara, 2015: 206)

Berdasarkan hasil analisis instrumen uji coba soal pada lampiran diperoleh

nilai koefisien reliabilitas soal untuk paket A adalah 0.62 dengan interpretasi

tinggi dan nilai koefisien reliabilitas soal untuk paket A adalah 0.558 dengan

interpretasi cukup.

3) Daya Pembeda

Menentukan daya pembeda dengan rumus:

(Lestari & Yudhanegara, 2015: 217)

Keterangan:

: Indeks daya pembeda butir soal

: Rata-rata skor jawaban siswa kelompok atas

: rata-rata skor jawaban siswa kelompok bawah

SMI : Skor maksimal ideal

Adapun klasifikasi daya beda dapat dilihat pada Tabel 1.7

20

Tabel 1.7 Kriteria Daya Pembeda

Angka Daya Pembeda Interpretasi

P ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < P ≤ 0,20 Jelek

0,20 < P ≤ 0,40 Cukup

0,40 < P ≤ 0,70 Baik

0,70 < P ≤ 1,00 Sangat Baik

(Lestari & Yudhanegara, 2015: 217)

Berdasarkan analisis daya pembeda pada tiap item soal diperoleh hasil seperti

pada Tabel 1.8.

Tabel 1.8 Hasil Analisis Daya Pembeda

PAKET A PAKET B

No.

Soal

Nilai Daya

Pembeda Interpretasi

No.

Soal

Nilai Daya

Pembeda Interpretasi

1 0,275 Cukup 1 0,15 Buruk

2 0,125 Buruk 2 0,025 Buruk

3 0,025 Buruk 3 0,125 Buruk

4 0,175 Buruk 4 0,125 Buruk

5 0,125 Buruk 5 0,275 Cukup

6 0,625 Baik 6 0,3 Cukup

7 0,6 Baik 7 0,25 Cukup

4) Tingkat Kesukaran

Menentukan indeks kesukaran butir soal dengan rumus:

(Lestari & Yudhanegara, 2015: 224)

Keterangan:

IK = indeks kesukaran butir soal

= rata-rata skor jawaban siswa pada suatu butir soal

= Skor Maksimum Ideal

Adapun kriteria interpretasi indeks tingkat kesukaran dapat disajikan pada

Tabel 1.9.

21

Tabel 1.9. Kriteria Indeks Kesukaran

Koefisien Indeks Kesukaran Interpretasi

IK = 0,00 Sangat Sukar

0,00 < ≤ 0,30 Sukar

0,30 < ≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK < 1 Mudah

IK = 1 Sangat Mudah

(Lestari & Yudhanegara, 2015: 224)

Berdasarkan analisis tingkat kesukaran pada tiap soal diperoleh hasil seperti

pada Tabel 1.10.

Tabel 1.10 Hasil Analasis Daya Beda Paket A dan Paket B

PAKET A PAKET B

No.

Soal

Nilai Indeks

Kesukaran Interpretasi

No.

Soal

Nilai Indeks

Kesukaran

Interpreta

si

1 0,8125 Mudah 1 0,45 Sedang

2 0,7375 Mudah 2 0,4375 Sedang

3 0,7625 Mudah 3 0,5375 Sedang

4 0,4375 Sedang 4 0,313 Sukar

5 0,4875 Sedang 5 0,238 Sukar

6 0,5625 Sedang 6 0,15 Sukar

7 0,55 Sedang 7 0,125 Sukar

Untuk hasil analisis instrumen uji coba soal secara keseluruhan dapat dilihat

pada Tabel 1.11 dan Tabel 1.12.

Tabel 1.11 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Paket A

22

Tabel 1.12 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Paket B

Berdasarkan hasil analisis instrumen uji coba soal tersebut, peneliti

mengambil soal nomor 1,2, 3, 4, dan 7 dari paket A dan soal no 5 dan 6 dari paket

B untuk digunakan sebagai soal pretest dan posttest.

Alasan pengambilan soal nomor 2,3,4,7 pada paket A adalah karena nilai

validitas soal-soal tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan soal yang

memakai indikator yang sama pada paket B. Sedangkan untuk pengambilan soal

nomor 1 pada paket A dan soal nomor 5 pada paket B adalah karena jika

dibandingkan dengan soal yang memakai indikator yang sama di paket lainnya,

kedua soal tersebut memiliki nilai daya beda yang lebih tinggi. Sementara itu

untuk pengambilan soal nomor 6 pada paket B disebabkan karena meskipun sama-

sama mempunyai validitas dengan interpretasi tinggi, tingkat kesukaran soal pada

paket B ternyata lebih tepat dengan apa yang diharapkan jika dibandingkan

dengan tingkat kesukaran soal nomor 6 pada paket A.

c. Skala Sikap

Instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap siswa terhadap

pembelajaran matematika dengan media animasi berupa lembar skala sikap.

Lembar skala sikap ini akan diberikan setelah siswa kelas eksperimen selesai

mengerjakan posttest. Model skala sikap yang digunakan adalah skala sikap Likert

23

yang berjumlah 22 pertanyaan. Terdiri dari 11 pertanyan positif dan 11 pertanyan

negatif. Pilihan angket skala sikap ini terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu

sikap sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju

(STS). Adapun bobot penilaian untuk setiap item pernyataan positif dan negatif

disajian dalam Tabel. 1.13.

Tabel 1.13 Bobot Penilaian Skala Sikap

Alternatif Jawaban Bobot Penilaian

Positif Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Sebelum digunakan dalam penelitian, lembar skala sikap terlebih dahulu

dilakukan validitas dengan melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing.

Adapun indikator dari skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1) Menunjukkan kesukaan terhadap pembelajaran matematika

2) Menunjukkan kesungguhan mengikuti proses pembelajaran matematika

3) Menunjukkan kesukaan pada pembelajaran dengan media animasi

4) Menunjukkan persetujuan pada aktivitas selama proses pembelajaran

menggunakan media animasi

5) Menunjukkan manfaat menguasai dan menerapkan konsep pada

penyelesaian matematika

6) Menunjukkan kesuksesan tehadap soal kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis yang diberikan

7) Keuletan dalam menyelesaikan masalah

24

5. Teknik Pengumpulan Data

Secara garis besar teknik pengumpulan data dalam penilitian ini terlihat pada

Tabel 1.14.

Tabel 1.14 Teknik Pengumpulan Data

No

Tujuan

Sumber

Data

Instrumen

yang

Digunakan

Teknik

Pengumpulan

Data

1. Aktivitas guru dan siswa

menggunakan pembelajaran

dengan media animasi

Guru dan

Siswa

Lembar

Observasi Observasi

2. Peningkatan kemampuan

pemahaman matematis

siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan media

animasi dan konvensional

Siswa

Tes

Pretest dan

Posttest

3. Peningkatan kemampuan

komunikasi matematis

siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan media

animasi dan konvensional

Siswa

Tes

Pretest dan

Posttest

4. Sikap siswa setelah

diberikan pembelajaran

media animasi dan metode

konvensional

Siswa Skala sikap Lembar skala

sikap

6. Prosedur Penelitian

Setelah menentukan subjek yang akan digunakan dalam penelitian maka

terdapat dua tahap dalam prosedur penelitian ini, yaitu tahap persiapan dan tahap

pelaksanaan.

a. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini diantara lain:

1) Observasi ke sekolah untuk menentukan tempat penelitian.

2) Mempersiapkan instrumen, yaitu kisi-kisi soal dan soal, lembar observasi

aktivitas guru dan siswa, serta angket skala sikap.

25

3) Uji coba instrumen penelitian.

4) Analisis soal uji coba untuk menentukan soal yang akan dijadikan soal

pretest dan posttest.

5) Penentuan kelas untuk dijadikan kelas eksperimen atau kelas dengan

menggunakan media animasi dan kelas kontrol atau kelas dengan

pembelajaran konvensional.

b. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan ini diantara lain:

1) Pemberian pretest pada kedua kelas sampel

2) Pembelajaran untuk kelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan

media animasi sementara untuk kelas kontrol dilakukan dengan

pembelajaran konvensional

3) Selama pembelajaran dengan media animasi berlangsung seluruh

aktivitas guru dan siswa diobservasi oleh observer menggunakan lembar

observasi guru dan lembar observasi siswa yang telah disediakan

4) Posttest diberikan pada kedua kelas setelah rangkaian pembelajaran

selesai dilakukan. Ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan

pemahaman dan komunikasi matematis siswa setelah mendapat

perlakuan (treatment) yang berbeda pada kedua kelas tersebut.

Dilanjutkan dengan pemberian angket skala sikap kepada siswa kelas

yang menggunakan pembelajaran dengan media animasi.

5) Dilakukan pengolahan data pretest dan posttest yang telah didapat

dengan langkah-langkah yang diuraikan dalam teknik pengolahan data.

26

6) Analisis data hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa, dan angket

skala sikap yang telah diperoleh.

Adapun prosedur penelitian ini jika digambarkan dalam bentuk bagan dapat

dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Prosedur Penelitian

7. Analisis Data

Penelitian dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang

diperoleh berupa data pada instrumen tes dan instrumen non tes. Setelah

melaksanakan penelitian, kedua instrumen tersebut diolah dan dianalisis untuk

27

memperoleh hasil yang diinginkan. Proses analisis data tersebut dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah sebagai berikut:

a. Analisis Data untuk Menjawab Rumusan Masalah Nomor 1

Untuk menjawab rumusan masalah pertama yaitu tentang aktifitas guru dan

siswa dalam pembelajaran matematika melalui pembelajaran dengan media

animasi, maka dilakukan analisis lembar observasi. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui proses pembelajaran yang menggunakan media animasi, meliputi

aktivitas siswa dan aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung, maka

digunakan pendeskripsian pelaksanaan pembelajaran secara umum dengan

mengalisis lembar observasi serta dokumentasi berupa foto-foto kegiatan.

Hasil observasi aktivitas guru dan siswa dinilai berdasarkan kriteria penilaian

dengan ketentuan nilai 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (kurang), dan 1

(sangat kurang). Rumus yang digunakan untuk persentase keterlaksanaan aktivitas

secara keseluruhan yaitu sebagai berikut:

Adapun untuk menginterpretasikan persentase keterlaksanaan aktivitas

tersebut disajikan pada Tabel 1.15.

Tabel 1.15 Interpretasi Keterlaksanaan Aktivitas

Persentase (%) Kategori

86 – 100 Sangat baik

76 – 85 Baik

60 – 75 Sedang

55 – 59 Kurang

≤ 54 Sangat Kurang

(Purwanto, 2009: 103)

28

b. Analisis Data untuk Menjawab Rumusan Masalah Nomor 2 dan 3

Untuk menjawab rumusan masalah kedua dan ketiga yaitu tentang

peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik, terlebih dahulu

dilakukan analisis data untuk menghasilkan data N-Gain dari kedua kelompok

sampel untuk menghetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis siswa, dengan langkah sebagai berikut:

1) Menyajikan data pretest dan posttest siswa dalam bentuk tabel.

2) Mencari data N-Gain dari setiap siswa.

3) Mencari rata-rata nilai N-Gain.

4) Menginterpretasikan peningkatan kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis dari rata-rata nilai N-Gain berdasarkan kriteria

nilai N-Gain.

Rumus yang digunakan untuk mencari nilai N-Gain menurut Hake

(Sundayana, 2004: 151) adalah sebagai berikut:

Adapun kriteria Nilai N-Gain Ternormalisasi dapat disajikan pada Tabel 1.16

berikut:

Tabel 1.16 Kriteria Nilai N-Gain

Nilai Gain Ternormalisasi Interpretasi

-1,00 ≤ g < 0,00 Terjadi penurunan

g = 0,00 Tetap

0,00 < g < 0,30 Rendah

0,30 ≤ g < 0,70 Sedang

0,70 ≤ g ≤ 1,00 Tinggi

(Sundayana, 2016: 151)

29

Dengan mengolah data N-Gain yang telah diperoleh akan dilakukan uji

pembeda pada masing-masing kelompok. Adapun langkah yang harus dilakukan

terlebih dahulu adalah sebagai berikut:

1) Menguji Normalitas Data

Untuk menguji normalitas dari data hasil N-Gain yang diperoleh, dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Merumuskan Formula Hipotesis

: Data N-Gain berasal dari populasi berdistribusi normal.

: Data N-Gain berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.

(Rahayu, 2014: 105)

b) Uji Kolmogorov-Smirnov

Tabel 1.17 Uji Kolmogorof-Smirnov Analisis Varians

No

P |P |

1

2

Dst

Menghitung dengan rumus sebagai berikut: ∑

Menghitung dengan rumus sebagai berikut: √∑( )

Keterangan:

Angka pada data ke-i

Transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal

Probabilitas kumulatif normal

c) Menentukan taraf nyata ( )

Untuk mendapatkan nilai kolmogorov Smirnov dibandingkan dengan

nilai tabel, ditentukan dengan (banyaknya data).

30

d) Menetukan signifikansi

Untuk menentukan signifikansi maka hal yang dilakukan yaitu dengan

signifikansi uji, dengan membandingkan nilai | | terbesar dengan

nilai tabel Kolmogorov Smirnov.

ditolak jika | | terbesar > nilai tabel

diterima jika | | terbesar < nilai tabel

e) Memberikan kesimpulan

(Rahayu, 2014: 78)

2) Analisis Homogenitas Varians

Untuk menguji homogenitas varian data N-Gain pada kedua kelompok

yaitu kelas media animasi dan konvensional maka digunakan uji Levene. Adapun

langkah-langkah yang digunakan dalam uji Levene adalah sebagai berikut:

a) Merumuskan Formula Hipotesis

: Semua populasi mempunyai varians yang homogen

: Semua populasi mempunyai varians yang tidak homogen Atau :

:

:

(minimal satu tanda berlaku)

(Sudjana, 2013: 261)

b) Menentukan Nilai Statistik Uji Levene

(1) Menentukan Nilai Z

Untuk mencari niali Z dari semua sampel, maka terlebih dahulu harus

menyajikan data N-Gain dari setiap kelompok sampel dan mencari nilai rata-

rata pada setiap kelompok dan mecari rata-rata keseluruhannya. Rumus yang

digunakan untuk mencari masing-masing nilai Z pada setiap kelompok (Zi)

31

adalah diperoleh dari mengurangkan setiap data N-Gain dengan rata-ratanya

pada setiap kelompok, atau dapat dituliskan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

= nilai Z pada data gain kelompok ke-i

= data N-Gain pada kelompok ke-i

= rata-rata data N-Gain pada kelompok ke-i

Setelah memperoleh nilai Z data N-Gain dari masing-masing kelompok

maka langkah selanjutnya mencari rata-rata nilai Z dari data N-Gain pada

masing-masing kelompok.

(2) Mencari Nilai Levene (W)

Untuk mencari nilai Levene, maka dapat menggunakan rumus berikut:

( )∑

( )

( )∑ ∑ ( )

Keterangan:

= jumlah seluruh sampel

= banyaknya kelompok

=

= rata-rata data N-Gain pada kelompok ke-i

= rata-rata nilai Z pada kelompok ke-i

= rata-rata menyeluruh dari

c) Menentukan Tingkat Signifikan ( )

( )

Keterangan:

= 1% atau 5%

= jumlah kelompok sampel

= banyaknya sampel

d) Menentukan kriteria

ditolak jika >

32

diterima jika < tabel

e) Memberikan kesimpulan

Jika > tabel ditolak, maka semua populasi mempunyai varians

yang tidak homogen.

Jika < tabel diterima, maka semua populasi mempunyai varians

yang homogen.

Setelah diperoleh hasil dari analisis kedua asumsi tersebut, kemudian

dilanjutkan dengan pengujian perbedaan rata-rata dua kelompok untuk melihat

perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:

a. Jika kedua kelompok tersebut berdistribui normal dan mempunyai variansi

yang homogen, dilanjutkan dengan menggunakan uji t dua sampel bebas

(independent t-test). Langkah-langkah pengujian yaitu sebagai berikut:

1) Merumuskan Formula Hipotesis

: Tidak terdapat perbedaan antara semua perlakuan.

: Terdapat perbedaan antara semua perlakuan

2) Menentukan Nilai Statistik Uji

√( )

( )

Keterangan:

= Rata-rata

= Simpangan baku

33

= Banyaknya data

= Varians

3) Menetukan Tingkat Signifikansi

( )( )

( )( )

Keterangan:

= 1% atau 5%

= Derajat kebebasan =

4) Menentukan kriteria pengujian hipotesis

ditolak jika >

diterima jika <

5) Memberikan kesimpulan

(Rahayu, 2014: 129)

b. Jika kedua kelompok tersebut tidak memenuhi asumsi awal berdistribusi

normal, pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji Mann-Whitney.

Sementara jika kedua kelompok tersebut memenuhi asumsi awal yaitu

berdistribusi normal, tetapi tidak mempunyai variansi yang homogen, maka

pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji t’.

d. Analisis Data untuk Menjawab Rumusan Masalah Nomor 4

Untuk menjawab rumusan masalah nomor 4, yaitu tentang sikap siswa

terhadap pembelajaran matematika melalui pembelajaran dengan media animasi,

data pada lembar skala sikap dihitung dengan penentuan skor skala sikap secara

apriori, yaitu setiap item dihitung berdasarkan jawaban responden. Langkah

selanjutnya adalah menghitung rata-rata skor sikap siswa, kemudian

34

dibandingkan dengan skor netral. Selain menganalisis rata-rata skor sikap siswa,

dilakukan juga analisis persentase sikap siswa. Penentuan persentase jawaban

siswa untuk masing-masing item pernyataan dalam lembar skala sikap

digunakan rumus berikut:

Keterangan:

P = Persentase jawaban

f = Frekuensi jawaban

n = Banyak responden pada kelompok sampel

Tabel 1.18 Interpretasi Jawaban Skala Sikap

Presentase Jawaban Keterangan

0% Tidak ada seorangpun siswa yang merespon

1% - 25% Sebagian kecil siswa yang merespon

26% - 49% Hampir setengah siswa yang merespon

50% Setengahnya siswa yang merespon

51% - 75% Sebagian besar siswa yang merespon

76% - 99% Pada umumnya siswa yang merespon

100% Seluruhnya siswa yang merespon

(Lestari & Yudhanegara, 2015: 335)