bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/bab i.pdf · kelompok...

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekhawatiran pada sebuah kondisi kesehatan merupakan hal yang wajar pada setiap individu, akan tetapi apabila sebuah kekhawatiran terhadap sebuah kondisi kesehatan telah mempengaruhi kehidupan individu, maka hal tersebut merupakan sebuah persoalan. Hipokondriasis merupakan sebuah kondisi yang terjadi pada seorang individu dimana individu bersangkutan merasa sangat terganggu dan terobsesi akan sesuatu yang dirasakannya tersebut (Mayoclinic.com). Ketika seorang mengalami Hipokondriasis maka individu yang bersangkutan tersebut akan merasa sangat cemas terhadap segala bentuk perubahan yang terjadi pada dirinya. Selain itu individu bersangkutan akan sangat terobsesi dengan sebuah pemikiran dan keyakinan bahwa dirinya sedang mengalami sebuah penyakit serius yang mengancam kehidupannya atau yang disebut dengan life-threatening disease (Mayoclinic.com). Keyakinan yang dimiliki individu bersangkutan tidak memiliki dasar kuat seperti diagnosa medis (Mayoclinic.com). Hipokondriasis dapat berlangsung selama berbulan- bulan dan kondisi ini sangat mempengaruhi kehidupan individu seperti perngaruh terhadap pekerjaan, menimbulkan permasalahan dalam

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kekhawatiran pada sebuah kondisi kesehatan merupakan hal yang

wajar pada setiap individu, akan tetapi apabila sebuah kekhawatiran

terhadap sebuah kondisi kesehatan telah mempengaruhi kehidupan

individu, maka hal tersebut merupakan sebuah persoalan. Hipokondriasis

merupakan sebuah kondisi yang terjadi pada seorang individu dimana

individu bersangkutan merasa sangat terganggu dan terobsesi akan sesuatu

yang dirasakannya tersebut (Mayoclinic.com). Ketika seorang mengalami

Hipokondriasis maka individu yang bersangkutan tersebut akan merasa

sangat cemas terhadap segala bentuk perubahan yang terjadi pada dirinya.

Selain itu individu bersangkutan akan sangat terobsesi dengan sebuah

pemikiran dan keyakinan bahwa dirinya sedang mengalami sebuah

penyakit serius yang mengancam kehidupannya atau yang disebut dengan

life-threatening disease (Mayoclinic.com). Keyakinan yang dimiliki

individu bersangkutan tidak memiliki dasar kuat seperti diagnosa medis

(Mayoclinic.com). Hipokondriasis dapat berlangsung selama berbulan-

bulan dan kondisi ini sangat mempengaruhi kehidupan individu seperti

perngaruh terhadap pekerjaan, menimbulkan permasalahan dalam

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

hubungan sosial individu dan menimbulkan berbagai masalah di area

kehidupan individu (Mayoclinic.com).

Sebuah jurnal kesehatan online NHSChoices menjelaskan bahwa

merasa cemas akan kesehatan dapat dialami semua orang di dunia, namun

kasus yang kerap terungkap adalah bahwa sebagian orang merasa bahwa

kecemasan yang mereka alami telah berlangsung sekian lama dan tidak

berangsur pergi namun justru menjadi masalah tersendiri (NHSChoices).

NHSChoices memetakan Hipokondriasis sebagai sebuah kecemasan

obsesif terhadap kesehatan seseorang. Individu dengan Hipokondriasis

atau kecemasan akan kesehatan memiliki beragam gejala fisik yang tidak

terjelaskan secara medis (Medically Unexplained Symptoms).

Sebagaimana dijelaskan oleh Nevid, Spencer dan Greene (2005)

seorang dengan gangguan Hipokondriasis tidak merupakan hasil dari

perilaku kepura-puraan. Pada umumnya individu dengan gangguan ini

menglami gangguan fisik dan ketidak-nyamanan yang berhubungan

dengan gangguan pencernaan, gangguan campuran dari sakit dan nyeri

(Nevid et al. 2005).

Nevid (2005) dalam bukunya Psikologi Abnormal juga

menjelaskan bahwa pada umumnya individu dengan gangguan

Hipokondriasis berada pada usia 20 hingga 30 tahun walaupun tidak

terdapat sebuh prevalensi yang menyatakan bahwa hanya pada usia

tersebut gangguan Hipokondriasis dapat menyerang. Sehingga individu

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

dengan usia berapapun memiliki kecenderungan untuk mengalami

gangguan Hipokondriasis (Nevid et al. 2005).

Secara umum tidak terdapat sebuah patokan universal mengenai

batasan usia bagi individu untuk dapat atau tidak dapat mengalami

Hipokondriasis. Bernardo, Dimsdale, Lianne & Al Camacho (2011) dalam

Rural California Outpatient Psychiatric Clinic, melakukan penelitian

mengenai Somatoform Disorder dengan 737 meninjau data pasien pada

klinik psikiatri. Dari 737 pasien didapatkan terdapat 37 pasien yang

terdiagnosa mengalami Somatoform Disorder dan dari 37 pasien yang

didagnosa mengalami Somatoform Disorder digolongkan dalam

kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700

pasien digolongkan dalam pasien Nonsomatoform Disorder. Jumlah pasien

yang tergolong dalam kelompok Somatoform Disorder berada pada angka

5 % dari total keseluruhan 737 pasien. Dari 37 jumlah pasien yang

didiagnosa mengalami Somatoform Disorder, 22 diantaranya didagnosa

mengalami Pain Disorder, kemudian 13 pasien didiagnosa mengalami

Somatization Disorder sedangkan 2 pasien lain didagnosa menderita

keduanya baik Pain Disorder dan Somatization Disorder.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan jika ditilik berdasarkan

perbedaan etnis, jenis kelamin dan tingkat pendidikan yang dimiliki pasien

atau responden (Bernardo et al. 2011). Dari jumlah pasien kelompok

Somatoform Disorder memiliki usia lebih tua yang signifikan jika

dibandingkan dengan kelompok pasien Nonsomatoform Disorder dengan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

rata-rata usia mencapai 58,8 tahun (Bernardo et al. 2011). Selain itu pada

kelompok pasien somatoform disorder lebih mungkin memiliki hubungan

yang terikat hukum atau merupakan pasien yang sudah menikah (Bernardo

et al. 2011). Penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan pernikahan dan

usia semakin tua memberikan pengaruhnya terhadap kecenderungan

Somatoform Disorder. Pasien yang tergolong dalam Somatoform Disorder

pada umumnya mengalami atau pernah mengalami Major Depressive

Disorder (MDD), hipertensi, arthritis, pernah mengalami operasi

pembedahan, dan memiliki riwayat penyakit kronis (Bernardo et al. 2011).

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa seorang individu yang memiliki

riwayat medis tersebut memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk

mengalami Somatoform Disorder.

Mahon, Lawson, Coal, Van der Watt dan Janca (2013) dalam

penelitiannya Prevalence And Comorbidities of Somatoform Disorder in a

Rural California Outpatient Psychiatric Clinic menjelaskan bahwa tidak

terdapat pengaruh jenis kelamin atau sosio-demografi dari individu

terhadap kecenderungan Somatoform Disorder. Dalam penelitiannya

terdapat 60 pasien dengan 35 diantaranya merupakan responden wanita

(Mohan et al. 2013). Angka ini berarti 58,6% dari jumlah total responden.

Usia rata-rata pasien yang mendapat review 45,6 tahun. Dari 60 pasien

tersebut, 26 diantaranya merupakan responden yang sudah menikah

(Mohan et al. 2013). Angka ini berarti 43% atau hampir separuh dari

jumlah keseluruhan responden. Kemudian 20 diantaranya merupakan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

responden yang telah bercerai dan hidup terpisah dari pasangannya

(Mohan et al. 2013). Angka ini berarti 33% dari total keseluruhan

responden yang terlibat merupakan individu yang pernah terikat dalam

pernikahan. Kemudian berhubungan dengan pekerjaan dari individu,

terdapat 71,1% atau 43 responden sudah tidak bekerja atau menganggur

selama sekurangnya satu tahun atau 12 bulan (Mohan et al. 2013).

Kemudian dari 60 responden hanya 14 responden atau hanya 23,3% dari

total keseluruhan responden yang memiliki pekerjaan (Mohan et al. 2013).

Kemudian dari total 60 responden hanya terdapat 2 responden yang sedang

menempuh pendidikan menengah perguruan tinggi setingkat diploma

(Mohan et al. 2013). Setelah itu 75% dari total responden merupakan

responden yang telah menyelesaikan 10 tahun pendidikan (Mohan et al.

2013).

Data lain yang disinyalir memiliki pengaruh terhadap penelitian

yakni kondisi kesehatan responden pada saat penelitian dilakukan. Mohan

et al. (2013) mencatat terdapat 24 pasien sedang dalam kondisi kesehatan

poor atau tidak dalam kondisi prima pada saat penelitian dilakukan. Angka

ini berada pada level 40% dari total keseluruhan. Sedangkan bagi

responden yang memiliki kondisi kesehatan excellent hanya 4 responden

atau hanya 7% dari total keseluruhan responden, sedangkan sisa responden

18 responden berada dalam kondisi kesehatan good dan 12 responden

berada pada kondisi fair (Mohan et al. 2013) (lihat tabel 1.1).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

Setelah itu berkaitan dengan bentuk pengobatan yang diterima

responden terdapat data tidak semua mendapatkan konseling dan

psikoterapi (Mohan et al. 2013). Perbandingan jumlah responden

berdasarkan jenis kelamin adalah 35 wanita dan 25 pria. Dari total 35

wanita tercatat 62% atau 21 responden wanita pernah mendapatkan

psikoterapi dan konseling, sedangkan untuk jenis kelamin pria, dari total

25 responden tercatat 52% atau 13 responden pernah mendapatkan

psikoterapi dan konseling (Mohan et al. 2013). Selain itu bentuk perlakuan

lain yang pernah didapatkan oleh responden diantaranya seperti operasi

pembedahan, akupuntur, dan penerimaan obat (Mohan et al. 2013).

Terdapat 19 responden yang pernah melakukan operasi bedah diantaranya

10 responden wanita dan 9 responden pria. Kemudian terdapat 13

responden yang pernah melakukan akupuntur diantaranya 8 responden

wanita dan 5 responden pria (Mohan et al. 2013). Sedangkan untuk

pengobatan, dari total 60 responden terdapat 59 repsonden yang pernah

mendapatkan pengobatan jalan dan hanya terdapat 1 responden wanita

yang tidak tercatat pernah mendapatkan pengobatan (Mohan et al. 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Mahon et al. tersebut, Persistent

Somatoform Pain Disorder (PSPD) terdapat dalam 50 responden dari

jumlah keseluruhan (Mohan et al. 2013). Angka tersebut berada pada

tingkat 83% dari total keseluruhan jumlah responden. Beberapa jenis

symptoms (lihat tabel 3) yang dirasakan oleh responden adalah seperti

sakit pada bagian dada, sakit kepala, perut melilit, tenggorokan berdahak,

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

badan lemas yang datang secara berkala dan masa periodik tertentu,

merasa susah menjaga keseimbangan, badan bergetar, nafas pendek, nafas

berat dan nafas tersedu-sedu, jantung berdegub kencang, badan merasa

berat atau ringan, bisul hingga hubungan seksual yang tidak nyaman

(Mohan et al. 2013). Data juga menyebutkan beberapa symptoms langsung

yang mengarah pada Hipokondriasis yakni kecemasan yang sangat serius

pada kondisi kesehatan dan kecemasan serius terhadap penyakit fisik

tertentu. Terdapat 16 pasien yang masuk ke dalam kategori menderita

Hipokondriasis (Mohan et al. 2013).

Table 1 :karakteristik populasi penelitian. (Mohan et al. 2013: 67)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

Table 2 :responden yang mendapatkan treatments spesifik. (Mohan et al. 2013: 68)

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

Table 3 :responden yang mendapatkan treatments spesifik. (Mohan et al. 2013: 68)

Berdasarkan data yang tertera di atas dapat dilihat sebuah benang

merah bahwa pada dasarnya Hipokondriasis dapat menyerang individu

pada usia dewasa hingga dewasa akhir. Beberapa hal yang menjadi

perhatian lain seperti pernah tidaknya individu mendapatkan perlakukan

medis seperti konseling, pengobatan, rawat jalan hingga operasi

pembedahan juga dihubungkan dalam penelitian tersebut. Selain itu

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

individu dengan pengalaman pernikahan atau bahkan sudah pernah

menikah (berpisah) juga menjadi salah satu variabel yang menjadi

pertimbangan dalam penelitian-penelitian tersebut. sehingga asumsi yang

dapat ditarik adalah individu dengan prevalensi usia 20 tahun hingga 60

tahun usia dimana individu telah memiliki berbagai macam informasi dan

pengetahuan dari berbagai jenis penyakit dan gejala-gejala penyakit

tertentu memiliki kecenderungan akan Hipokondriasis. Dalam penelitian-

penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak

memberikan pengaruh terhadap individiu. Permasalahan mendasar yang

menjadi faktor lain adalah keadaan gejala-gejala sakit yang mengganggu

kehidupan sehari-hari dari individu. Pridmore, Saxby, Paul Skerritt &

Jamshid Ahmadi (2014) mejelaskan bahwa dalam studi Somatization

Disorder, Chronic Pain, Conversion Disorder, Hipokondriasis, hingga

Body Dismorphic menunjukkan bahwa 11% pria dan 13,5% wanita merasa

terganggu kegiatan sehari-harinya yang disebabkan oleh pain. Khususnya

dalam kasus hipokondiriasis secara umum kelaziman jumlah penderitanya

mencapai angka 4-9% disetiap pengobatan umum (Pridmore et al. 2014).

John Diamond (New York Times) dalam artikelnya “Because

Cowards Get Cancer Too: A Hypochondriac Confronts His Nemesis”

menjelaskan bahwa dirinya pernah merasakan gajala seperti demam, sakit

perut, nyeri pada berbagai bagian tubuh hingga sakit kepala membuatnya

merasa harus memeriksakannnya pada dokter karena ketakutannya

terhadap berbagai jenis penyakit akut terutama Cancer. Perilaku ini

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

sempat menggangu pekerjaannya hingga perilakunya di depan

keluarganya.

Kasus lain adalah terjadi pada seorang ahli radiologi berusia 38

tahun (dalam Nevid et al., 2005) bernama Robert yang baru saja

mengalami pemeriksaan atas gangguan system pencernaannya di sebuah

pusatdiagnostik ternama selama sepuluh hari. Sekembaliya dari pusat

diagnostik tersebut bukannya merasa tenang, Robert justru marah dan

kecewa terhadap diagnosa tersebut.

Diantara beberapa faktor yang memiliki potensi memberikan

pengaruhnya terhadap kecenderungan individu menderita Hipokondriasis

seperti yang telah disebutkan di atas, terdapat satu jenis variabel yang

tidak nampak dimasukkan ke dalam klasifikasi faktor yakni jenis

kepribadian.

Permasalahan gangguan kecemasan seperti Hipokondriasis menjadi

menarik ketika dihubungkan dengan jenis kepribadian individu penderita

gangguan tersebut. Jenis kepribadian dapat dibedakan menjadi dua jenis

yaitu Extrovert dan Introvert (Jung, dalam Alwisol, 2009). Kata Extrovert

dan Introvert merupakan kata yang sangat akrab di telinga sebagian besar

orang. Tidak hanya akademisi Psikologi yang mengenal kedua kata ini,

namun sebagian besar orang mengenal kedua kata ini. Orang mengenal

kata Extrovert dan Introvert berdasarkan pembeda yakni bahwa Extrovert

adalah jenis kepribadian yang berorientasi pada dunia luar atau external

dari individu sedangkan kebalikannya, Introvert merupakan gambaran dari

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

jenis kepribadian yang berorientasikan pada dunia dalam atau intra dari

individu. Kedua kata ini mengacu kepada sebuah bentuk dari kepribadian

manusia. Tokoh yang disinyalir pertama kali mengemukakan konsep

kepribadian Extrovert dan Introvert adalah Carl Gustav Jung, seorang

berkebangsaan Swiss sekaligus merupakan salah satu tokoh terkemuka

dalam Psikologi. Jung memetakan jenis dua kata Extrovert dan Introvert

ini dengan konsep subjektif dan objektifitas (Ithiriyah, 2004).

Jung (dalam Ithiriyah, 2004) menggambarkan bahwa Extrovert

adalah sebuah jenis kepribadian manusia yang mendapatkan pengaruh

lebih besar dari sisi objektifitas individu. Jenis kepribadian ini memiliki

orientasi pada segala jenis bentuk aspek luar atau aspek eksternal dari

individu, sehingga banyak dari sebagian tindakan, tingkah laku dan pola

berfikir yang mendapatkan pengaruh dari lingkungan, dengan kata lain

jenis kepribadian ini merupakan jenis yang memiliki orientasi pada

lingkungan atau dunia luar individu (Ithiriyah, 2004). Selain itu

sebagaimana dijelaskan oleh Jung (Naisaban, 2003) jenis kepribadian

Extrovert adalah jenis kepribadian yang ditandai dengan perilaku aktif,

objektif, pergaulan sosial yang baik dan cenderung membuka dirinya.

Seolah merupakan kebalikan dari jenis kepribadian Extrovert, jenis

kepribadian Introvert merupakan bentuk jenis kepribadian yang memiliki

orientasi pada sisi dalam atau intra dari individu. Jenis kepribadian ini

merupakan jenis kepribadian yang mendapatkan pengaruh lebih besar dari

sisi subjektifitas individu (Ithiriyah, 2004). Individu dengan jenis

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

kepribadian Introvert memiliki kecenderungan untuk mendahulukan sisi

subjektifitasnya dan lebih berorientasi pada sisi dalam dirinya dan tidak

berorientasi pada lingkungan (Ithiriyah, 2004). Senada dengan apa yang

diungkapkan oleh Jung, bahwa individu dengan jenis kepribadian Introvert

adalah individu yang perilakunya ditandai dengan sikap pendiam, serius,

suka menyendiri, berhati-hati terutama pada segala hal memiliki pontesi

resiko, dan cenderung menutup diri dan melihat kedalam dirinya dalam

menghadapi realitas (Naisaban, 2003). Hasil pemetaan dari Jung

memberikan gambaran perbedaan yang sangat mudah dipahami yakni

extrovert sama dengan luar sedangkan Introvert sama dengan dalam.

Hans Eysenck (dalam Alwisol, 2009) mengenai tipologi biologis

menjelaskan bahwa sebuah kepribadian merupakan hasil bentukan dimana

didalamnya terdapat sebuah hierarki kepribadian dan hal ini berhubungan

dengan pembentukan sebuah kerpribadian individu. Dalam

pembentukannya tersebut terdapat istilah ekstraversi dan introversi

(Alwisol, 2009). Ekstraversi adalah individu dengan padangan objektif dan

tidak pribadi sedangkan introversi adalah individu yang memiliki

pandangan sangat pribadi dan cenderung subjektif. Sebagaimana dipetakan

oleh Eysenck (dalam Alwisol, 2009) ekstraversi memiliki sembilan sifat

diantaranya sosiabel, lincah, aktif, asertif, memiliki kecenderungan untuk

mencari sensasi, periang, cenderung menjadi dominan, bersemangat dan

berani. Sedangkan introversi juga memiliki sembilan sifat yang merupakan

kebalikan dari sifat ekstroversi. Sembilan sifat introversi tersebut adalah

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

tidak sosial, pendiam, pasif, ragu, sedih, penurut, pesimistis, penakut dan

banyak pikiran.

Eysenck (dalam Alwisol, 2009) juga menjelaskan bahwa sebuah

jenis kepribadian seperti ekstroversi dan introversi merupakan hasil

bentukan. Segala bentuk perilaku tampak dan hierarki kepribadian

merupakan hasil pengaruh dari lingkungan (Alwisol, 2009).

Berdasarkan penjelasan di atas jenis kepribadian Extrovert dan

Introvert disinyalir memiliki hubungan pengaruh satu sama lain dengan

kecenderungan gangguan Hipokondriasis. Jenis kepribadian Extrovert dan

Introvert memiliki karakteristik perlaku yang berhubungan langsung

dengan pola piker, perasaan, penginderaan hingga intiuisi yang tentu

memiliki peran dalam kecenderungan Hipokondriasis. Perilaku berfikir

subjektif, tertutup, dan kurang logis dalam menyikapi berbagai

permasalahan yang dihadapinya pada sebagaimana menjadi cirri

karakteristik dari jenis kepribadian Introvert tentu memiliki disposisi dan

preokupasi sendiri dalam menyikapi masalah terutama masalah yang

berhubungan dengan kesehatan. Begitu juga yang terjadi pada sikap dan

perilaku terbuka, lebih objektif dan memiliki pola pikir yang lebih logis

yang menjadi karakteristik dari jenis kepribadian Extrovert tentu juga

memiliki disposisi dan preokupasi dalam menghadapai masalah sehari-hari

terutama masalah kesehatan dan kondisi jasmani.

Kedua jenis kepribadian tersebut memiliki cara dan karakter

masing-masing dalam menyikapi segala bentuk gejala minor dalam setiap

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

perubahan yang terjadi pada diri individu bersangkutan. Ditambah pula

dengan fakta prevalensi yang menyebutkan bahwa baik wanita dan pria

dengan berbagai usia mulai dari remaja, dewasa awal, paruh bawa hingga

dewasa akhir dan pasca 60 tahun memiliki kemungkinan besar yang sama

dalam kecenderungan mengalami Hipokondriasis tidak terkecuali.

Ditambah pula data yang menyebutkan bahwa individu yang pernah

mernikah atau terikat dalam pernikahan serta individu yang pernah

mengalami treatment medis atau pernah mengalami penyakit tertentu juga

memiliki kemungkinan yang sama besar dalam kaitannya mengalami

Hipokondriasis. Berhubungan dengan kepribadian, karakteristik sikap dan

perilaku dari individu baik itu wanita dan pria, usia remaja dengan usia

paruh baya, serta individu yang pernah mengalami penyakit serius dan

individu yang belum pernah mengamlami penyakit serius tentu memiliki

cara dan perilaku berbeda dalam menyikapi setiap perubahan kondisi

kesehatan dan kemunculan gejala minor dari jasmaninya, cara dan perilaku

berbeda dalam menghadapi setiap perubahan kondisi kesehatan dan

kemunculan gejala minor pada dirinya itulah yang mendapatkan pengaruh

dari jenis kepribadian.

B. Rumusan Masalah

Atas dasar data dan fakta yang telah disajikan maka dapat ditarik

sebuah rumusan masalah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

apakah terdapat perbedaan jenis kepribadian extrovert dan Introvert

dengan kecenderungan Hipokondriasis.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jenis

kepribadian extrovert dan Introvert dengan kecenderungan

Hipokondriasis.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis adalah manfaat yang berhubungan dengan teori,

konsep, perspektif dan preposisi terkait keilmuan Psikologi. Penelitian

ini diharapakan dapat memberikan manfaat tersebut dalam

perkembangan ilmu Psikologi terutama Psikologi Klinis yang

berkenaan dengan gangguan somatoform.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis adalah manfaat non-akademis yang meliputi aspek

terapan atau aplikasi dari teori, konsep, perspektif dan preposisi terkait

keilmuan Psikologi. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan

manfaat terkait penerapan sehari-hari mengenai teori, konsep,

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.untag-sby.ac.id/1602/4/Bab I.pdf · kelompok pasien dengan Somatofrom Disorder dan sisanya sebanyak 700 pasien digolongkan dalam

perspektif dan preposisi terkait keilmuan Psikologi terutama Psikolgi

Klinis. Beberapa bentuk manfaat yang diharpkan dapat diberikan

penelitian ini adalah:

2.1 Manfaat Bagi Peneliti Lain.

Diharapakan dapat memberikan manfaat pada penelitian

lanjut sebagai acuan oleh peneliti lain yang memiliki kesamaan

topik pembahasan penelitian dan kesamaan minat penelitian.

2.2 Manfaat Bagi Masyarakat Umum.

Diharapakan dapat memberikan referensi untuk setiap

individu yang memiliki ketertarikan dalam bidang Psikologi Klinis

terutama dalam bidang gangguan keceamasan dan jenis

kepribadian. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberika

bantuan pengetahuan bagi masyarakat yang memiliki permasalahan

terkait gangguan kecemasan dan jenis kepribadian.