bab i pendahuluan a. latar belakang berkurang,...

32
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian orang tua adalah rendahnya nafsu makan pada anak. Mengingat pentingnya asupan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, maka banyak dari orang tua yang bersedia melakukan apapun demi meningkatkan nafsu makan si anak. Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan nafsu makan anak berkurang, yaitu dapat berupa faktor psikis, faktor fisik, maupun faktor pola makan (Sunarto, 2009). Dorongan untuk makan umumnya didasarkan pada nafsu makan dan rasa lapar. Dua hal tersebut adalah gejala yang berhubungan tetapi memiliki arti yang berbeda. Nafsu makan adalah keadaan yang mendorong seseorang untuk memuaskan keinginannya dalam hal makan, hal ini berhubungan dengan konsep budaya yang berbeda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Sedangkan lapar menggambarkan suatu keadaan kekurangan gizi dan merupakan suatu konsep fisiologis (Foster & Anderson,1986). Status gizi seseorang dipengaruhi oleh konsumsi pangan keluarga (Lutviana & Budiono, 2010). Status gizi merupakan bagian penting dari status kesehatan seseorang. Berdasarkan penelitian dari Maryam (2001), terdapat hubungan

Upload: dinhkhanh

Post on 14-Jun-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini yang banyak menjadi perhatian orang tua adalah rendahnya

nafsu makan pada anak. Mengingat pentingnya asupan nutrisi untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak, maka banyak dari orang tua yang

bersedia melakukan apapun demi meningkatkan nafsu makan si anak.

Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan nafsu makan anak

berkurang, yaitu dapat berupa faktor psikis, faktor fisik, maupun faktor

pola makan (Sunarto, 2009).

Dorongan untuk makan umumnya didasarkan pada nafsu makan

dan rasa lapar. Dua hal tersebut adalah gejala yang berhubungan tetapi

memiliki arti yang berbeda. Nafsu makan adalah keadaan yang mendorong

seseorang untuk memuaskan keinginannya dalam hal makan, hal ini

berhubungan dengan konsep budaya yang berbeda antara satu kebudayaan

dengan kebudayaan lainnya. Sedangkan lapar menggambarkan suatu

keadaan kekurangan gizi dan merupakan suatu konsep fisiologis (Foster &

Anderson,1986). Status gizi seseorang dipengaruhi oleh konsumsi pangan

keluarga (Lutviana & Budiono, 2010).

Status gizi merupakan bagian penting dari status kesehatan

seseorang. Berdasarkan penelitian dari Maryam (2001), terdapat hubungan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

2

yang positif antara kondisi status gizi dan kesehatan dengan prestasi

belajar. Kekurangan gizi pada usia dini dapat mengganggu pertumbuhan

fisik, perkembangan mental dan kecerdasan anak (Amelia et al, 1995).

Sampai saat ini, masyarakat di negara-negara berkembang biasanya

mengatasi sendiri gejala-gejala sakit yang dideritanya dengan pengobatan

tradisional, dengan sekedar beristirahat, minum jamu, dan pergi ke dukun

atau ahli pengobatan tradisional. Pada masyarakat Jawa upaya menjaga

kesehatan, mencegah penyakit, maupun pengobatan suatu penyakit yang

diderita biasa dilakukan dengan meminum ramuan tradisional atau lebih

dikenal dengan jamu (Hardon, et al, 1995). Kemajuan pengetahuan dan

teknologi modern tidak mampu menggantikan peranan obat tradisional,

bahkan pada saat ini pemerintah tengah menggalakkan pengobatan

kembali ke alam (back to nature) (Wijayakususma, 1999).

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber

bahan obat alam yang secara turun temurun telah digunakan sebagai

ramuan obat tradisional. Pengobatan tradisional dengan tanaman obat

diharapkan dapat berperan dalam upaya peningkatan kesehatan

masyarakat. Dari beberapa tanaman obat Indonesia yang telah

dikembangkan, ada beberapa tanaman yang berpotensi dalam

meningkatkan nafsu makan, salah satunya yang sudah banyak digunakan

sebagai bahan dalam pembuatan sediaan penambah nafsu makan yaitu

temulawak ( Curcuma xanthorrhiza Roxb).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

3

Temulawak adalah tanaman asli Indonesia yang sudah sangat

dikenal oleh masyarakat Indonesia karena berbagai macam manfaatnya,

yang salah satunya dipercaya dapat meningkatkan nafsu makan. Salah satu

penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa kandungan minyak

atsiri dalam temulawak memiliki sifat koleretik (Sudarsono et al., 1996),

yaitu mempercepat sekresi empedu sehingga mempercepat pengosongan

lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak di usus (Ozaki dan Liang,

1988).

Sediaan penambah nafsu makan berbahan dasar temulawak sudah

relatif banyak di pasaran, namun penelitian yang terkait yang mendukung

efek farmakologi temulawak sebagai penambah nafsu makan masih sangat

terbatas. Oleh sebab itu, saat ini penelitian tentang efek farmakologi

temulawak sebagai penambah nafsu makan masih terus dikembangkan,

dengan harapan nantinya dapat menjadi dasar ilmiah dalam pemanfaatan

temulawak dalam sediaan penambah nafsu makan.

Pada penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan uji

efektifitas sediaan penambah nafsu makan, hewan uji yang digunakan

merupakan hewan uji yang berada dalam kondisi normal bukan hewan

yang mengalami gangguan nafsu makan. Untuk itu diperlukan suatu

metode yang sesuai untuk dapat mengetahui secara pasti efek dari sediaan

penambah nafsu makan yang diuji dengan menggunakan subjek uji berupa

hewan yang mengalami gangguan nafsu makan. Gangguan nafsu makan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

4

ini dapat dibuat dengan memberikan perlakuan berupa penurunan nafsu

makan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah dalam upaya

pengembangan temulawak sebagai penambah nafsu makan, serta dapat

menjadi dasar bagi produsen sediaan penambah nafsu makan berbahan

dasar temulawak, sehingga nantinya dapat meningkatkan efektifitas dari

produk yang diproduksi.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh pemberian sediaan Emulsi® dalam berbagai

dosis terhadap berat badan, jumlah asupan makanan, dan jumlah

asupan minuman pada tikus yang ditekan nafsu makannya dengan

dietilpropion HCl ?

2. Adakah keterkaitan antara jumlah konsumsi makanan dan minuman

terhadap kenaikan berat badan tikus yang ditekan nafsu makannya

dengan dietilpropion HCl ?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian

sediaan Emulsi® dalam berbagai dosis terhadap berat badan, jumlah

konsumsi makanan pada tikus, serta jumlah konsumsi minuman pada tikus

yang ditekan nafsu makannya dengan dietilpropion HCl.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

5

D. Luaran yang diharapkan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah dalam

pengembangan temulawak sebagai bahan herbal penambah nafsu makan,

serta dapat menjadi dasar bagi para produsen dalam upaya pemanfaatan

temulawak dalam sediaan penambah nafsu makan sehingga dapat

dihasilkan produk yang memiliki kualitas, efikasi, dan keamanan yang

sesuai dengan yang dipersyaratkan.

E. Tinjauan Pustaka

1. Temulawak

a. Deskripsi temulawak

Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang

penyebarannya merata diberbagai daerah. Oleh Karena itu pula

penyebutan tanaman ini pun berbeda-beda di beberapa daerah

(Anonim, 1979).

Temulawak merupakan terna ( Herbaceous ) berbatang semu,

dengan tinggi lebih kurang 2 meter, berwarna hijau atau coklat gelap.

Tiap batang mempunyai daun 2 sampai 9 lembar. Bentuk bundar

memanjang, berwarna hijau atau coklat keunguan. Perbungaan lateral,

tangkai ramping, berbulu, sisik berbentuk garis, berbulu halus. Bentuk

bulir bulat memanjang berdaun pelindung yang banyak, mahkota

bunga berbentuk tabung berwarna putih atau kekuningan, helaian

bunga berbentuk bundar telur sungsang berwarna jingga, serta buah

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

6

berbulu (Anonim, 1993). Akar berupa umbi beraroma yang agak tajam

dan dagingnya berwarna jingga dan mengandung minyak (Aliadi et al.,

1996).

b. Klasifikasi

Klasifikasi temulawak adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Tjitrosoepomo, 2004).

c. Nama daerah

Penyebutan nama tanaman temulawak di beberapa daerah

antara lain : temulawak (Sumatra), koneng gede (Sunda), temulawak

(Jawa), temo labak (Madura), dan temulawak (Indonesia) (Anonim,

1979) .

d. Kandungan kimia

Rimpang temulawak mengandung kurkumin, xanthorizol,

kurkuminoid, minyak atsiri dengan komponen α-kurkumen,

germakran, ar-turmeron, β-atlantanton, d-kamfor (Anonim, 2010).

Fraksi pati merupakan kandungan terbesar, jumlah bervariasi antara

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

7

48-54% tergantung dari ketinggian tempat tumbuh, makin tinggi

tempat tumbuh maka kadar patinya semakin rendah dan kadar minyak

atsirinya semakin tinggi. Pati temulawak terdiri dari abu, protein,

lemak, karbohidrat, serat kasar, kurkuminoid, kalium, natrium,

kalsium, magnesium, besi, mangan, dan cadmium. Fraksi kurkuminoid

memiliki aroma khas, tidak toksik, terdiri dari kurkumin yang

mempunyai aktivitas antiradang dan demetoksikurkumin (Dalimartha,

2006).

Kandungan terpenting temulawak yaitu minyak atsiri (minimal

5%) terdiri dari begamoten, germakren B, kurserenon, dan germakron

serta warna kuning difeuloilmetana yaitu kurkumin dan

demetoksikurkumin (Dalimartha, 2006).

e. Penggunaan secara tradisional

Menurut Tampubolon (1981), secara tradisonal, temulawak

telah banyak digunakan sebagai obat diare, ambeian, sembelit, dan

menambah pengeluaran cairan empedu. Selain itu temulawak juga

digunakan dalam pengobatan sakit ginjal, demam, sakit kuning,

penyakit kurang darah, radang lambung, kencing darah, ayan, kurang

darah sehabis nifas, exsim, kejang-kejang, jerawat, kurang nafsu

makan, cacar air (Aliadi et al., 1996) . Serta sebagai pelancar ASI,

pelancar pencernaan, penurun panas, serta menurunkan kolesterol

(Sudarsono et al., 2006). Sedangkan menurut Anonim (2010),

temulawak dapat digunakan sebagai pengobatan sakit perut karena flu,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

8

luka infeksi, cacar, mual, dan mencegah radang rahim pasca

melahirkan.

f. Penelitian tentang temulawak terkait dengan peningkatan nafsu

makan

Menurut Anonim (2010), kurkuminoid temulawak dapat

menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida darah, serta dapat

menaikkan kadar asam empedu darah kelinci dalam keadaan

hiperlipidemia. Minyak atsiri temulawak yang telah dijenuhkan dapat

menghambat penyerapan glukosa dalam usus halus tikus dan dan

penyerapan ini bersifat reversibel. Campuran kurkuminoid dan minyak

atsiri menghambat penyerapan glukosa pada mencit, dan ikatan

keduanya bersifat reversibel.

Cairan infus temulawak yang diberikan pada dosis rendah

berulang kali akan mempercepat kerja usus halus. Namun sebaliknya

pada dosis yang lebih besar akan menghambat atau menghentikan

kerja usus halus hewan uji (Sudarsono et al., 2006).

2. Sediaan Emulsi®

Sediaan Emulsi® merupakan produk suplemen penambah nafsu

makan yang diproduksi oleh PT. Soho.

a) Komposisi sediaan Emulsi®

i. Vitamin A (850 IU)

Vitamin A terutama terdapat pada mentega, telur, hati dan

daging, dan terdapat dalam beberapa bentuk misalnya retinol

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

9

(Vitamin A1), dan 3-dehidro-retinol (vitamin A2). Asam retinoat

(tretinoin, isotretinoin) merupakan hasil oksidasi grup alkohol dari

retinol. Vitamin A juga berasal dari karoten yang merupakan

pigmen tumbuh-tumbuhan. Terdapat beberapa jenis karoten yaitu

karoten alfa, beta, dan gama, dan bentuk yang paling aktif adalah

beta karoten. Hanya 1/3 karoten diubah menjadi vitamin A pada

dinding usus halus (Ganiswara, 1995).

Vitamin A diperlukan untuk penglihatan, dan untuk

pembentukan kulit yang sehat. Vitamin A juga membantu sistem

kekebalan tubuh, dan karena sifat antioksidan yang besar dapat

untuk melindungi terhadap polusi dan penyebab kanker serta

penyakit lainnya. Selain itu juga membantu indera perasa serta

membantu pencernaan dan saluran kemih (Meyer, 2013).

Dosis vitamin A yang digunakan pada sediaan ini masih

dibawah dosis yang seharusnya digunakan. Dimana dosis yang

dibutuhkan setiap hari untuk mencegah kekurang zat ini yaitu

untuk pria 5.000 IU per hari (setara 1.000 mg), wanita 4.000 IU per

hari (setara dengan 800 mg), meskipun 10.000 IU per hari biasanya

digunakan dalam suplemen (Meyer, 2013).

ii. Vitamin B1, B2, B6, B12

a) Vitamin B1 (3 mg).

Vitamin B1 atau Thiamin, digunakan dalam banyak

fungsi tubuh yang berbeda namun vitamin ini sangat sedikit

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

10

disimpan dalam tubuh, dan pelepasan vitamin ini dapat terjadi

dalam waktu 14 hari (Meyer, 2013).

Tiamin digunakan untuk berbagai neuritis yang

disebabkan oleh defisiensi tiamin, misalnya pada (1) neuritis

alkoholik yang terjadi karena sumber kalori hanya alkohol saja;

(2) wanita hamil yang kurang gizi; atau (3) penderita emesis

gravidum. Pada trigeminal neuralgia, neuritis yang menyertai

anemia, penyakit infeksi dan pemakaian obat tertentu,

pemberian tiamin dapa memberikan perbaikan. Tiamin juga

digunakan untuk pengobatan oenyakit jantung dan gangguan

saluran cerna yang disebabkan karena defisiensi tiamin

(Ganiswara, 1995).

Dosis minimum untuk menjaga kondisi tubuh adala pria

1,4 mg/hari dan wanita 1,0 mg/hari, dan untuk suplemen

biasanya digunakan sebanyak 50mg/hari (Meyer, 2013). Dosis

vitamin B1 yang digunakan pada sediaan ini yaitu sebesar 3

mg, sehingga dapat dikatakan bahwa dosis ini sesuai dengan

dosis yang ditujukan untuk menjaga kondisis tubuh, namun

tidak sesuai dengan dosis yang biasa digunakan untuk

suplemen.

b) Vitamin B2 (2 mg).

Riboflavin (vitamin B2) diproduksi dalam tubuh oleh

flora usus dan sangat mudah diserap, meskipun jumlah yang

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

11

sangat kecil disimpan, sehingga ada kebutuhan konstan untuk

vitamin ini. Vitamin ini diperlukan oleh tubuh untuk

metabolisme asam amino, asam lemak, dan karbohidrat.

Riboflavin lebih lanjut diperlukan untuk mengaktifkan vitamin

B6 (pyridoxine), membantu pembentukan niasin dan

membantu kerja dari kelenjar adrenal, selai itu dapat digunakan

untuk pembentukan sel darah merah, produksi antibodi,

respirasi sel, dan berperan dalam proses pertumbuhan,

membantu dalam pencegahan dan pengobatan katarak. Selain

itu vitamin B2 diperlukan untuk kesehatan selaput lendir di

saluran pencernaan dan membantu penyerapan zat besi dan

vitamin B6 (Meyer, 2013). Didalam tubuh, riboflavin diubah

menjadi riboflavin fosfat atau flavin mononukleutida (FMN)

dan flavin adenosin dinukleutida (FAD), yang keduanya

merupakan bentuk aktif dari riboflavin dan berperan sebagai

koenzim dalam berbagai metabolism (Ganiswara, 1995).

Dosis vitamin B2 yang digunakan pada sediaan ini yaitu

sebesar 2 mg, dosis ini juga tidak sesuai dengan dosis umum

untuk suplemen, namun cukup untuk tujuan perawatan kondisis

tubuh. Dimana dosis normal untuk perawatan kondisi tubuh

yaitu pria 1,6 mg/hari dan wanita 1.2 mg/hari , dan dosis paling

umum untuk suplemen adalah 50mg/hari (Meyer, 2013).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

12

c) Vitamin B6 (5 mg).

Dalam alam vitamin ini terdapat dalam tiga bentuk

yaitu piridoksin yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, serta

piridoksal dan piridoksamin yang teruama berasal dari hewan.

Ketiga bentuk piridoksin tersebut dalam tubuh diubah menjadi

piridoksal fosfat (Ganiswara, 1995).

Vitamin B6 diperlukan untuk menjaga keseimbangan

hormonal pada wanita serta membantu sistem kekebalan tubuh

dan pertumbuhan sel-sel baru. Selain itu juga digunakan dalam

pengolahan dan metabolisme protein, lemak dan karbohidrat,

serta membantu mengontrol suasana hati dan perilaku

seseorang. Piridoksin membantu dalam keseimbangan natrium

dan kalium serta mempromosikan produksi sel darah merah

serta dapat pula membantu anak-anak dengan masalah

kesulitan belajar (Meyer, 2013).

Dosis pengunaan Vitamin B6 yaitu pada pria 2 mg/hari

dan wanita 2 mg/ hari (Meyer, 2013). Dosis yang digunakan

pada sediaan Emulsi® ini tidak sesuai dengan dosis yang

dianjurkan. Namun, menurut Ganiswara (1995), efek samping

dari penggunaan vitamin B6 baru muncul pada penggunaan

jangka panjang dengan dosis 50mg-2 gram per hari. Sehingga

dapat dikatakan bahwa dosis yang digunakan pada sediaan ini

masih aman.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

13

d) Vitamin B12 (5 mcg).

Vitamin B12 atau cyanocobalamin, cobolamin

diperlukan dalam pembuatan sel darah merah dan pemeliharaan

sel-sel darah merah serta merangsang nafsu makan, dan

mempercepat pertumbuhan dan pelepasan energi. Vitamin B12

sering digunakan oleh orang-orang usia lanjut sebagai

suplemen untuk penambah energi, membantu dalam

pencegahan gangguan kerusakan mental dan membantu

mempercepat proses berpikir. Selain itu, vitamin B12 dapat

memberikan perlindungan terhadap alergi dan kanker, serta

berfungsi pula dalam metabolisme lemak, protein dan

karbohidrat (Meyer, 2013).

Dosis yang digunakan pada sediaa Emulsi® sesuai

dengan dosis normal yang dianjurkan yaitu dosis minimum pria

dan wanita sebanyak 3 mcg/hari (Meyer, 2013).

iii. Dekspantenol (3 mg).

Dekspantenol adalah bentuk alkohol dari asam

pantotenat (vitamin B3) yang berguna sebagai anti aging

(Elizabeth, et al., 2013). Dekspanteol setelah berpenetrasi ke kulit

segera diubah menjadi asam pantothenat. Asam pantotenat akan

berikatan dengan koenzim A (CoA) pada jalur biokimiawi (Siklus

Krebs) dan menjadi sumber energi sel. Energi disimpan dalam

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

14

bentuk ATP, berperan pada proliferasi sel epidermis, fibroblas, dan

kolagen pada saat terjadi proses penyembuhan luka.

Kebutuhan manusia akan asam pantotenat adalah

sebesar 5-10 mg per hari, sehingga dosis yang digunakan pada

sediaan Emulsi® belum mampu memenuhi kebutuhan asam

pantotenat pada manusia.

iv. Vitamin D (100 IU).

Vitamin D juga disebut sebagai calciferol atau dapat

disebut juga sebagai vitamin sinar matahari, karena tubuh dalam

iklim yang cerah dapat memproduksi nutrisi ini dari sinar matahari

pada kulit dengan menggunakan kolesterol dari tubuh. Vitamin D

membantu meningkatkan penyerapan kalsium, membantu dalam

pertumbuhan tulang dan integritas tulang dan dapat membantu

dalam pembentukan gigi yang kuat. Selain itu vitamin ini juga

membantu mengatur jumlah fosfor dalam tubuh serta membantu

dalam kesehatan jantung dan sistem saraf (Meyer, 2013). Absorpsi

vitamin D melalui saluran cerna cukup baik. Vitamin D3 diabsopsi

lebih cepat dan lebih sempurna. Gangguan fungsi hati, kandung

empedu, dan saluran cerna seperti steatore akan mengganggu

absorbs vitamin D (Ganiswara, 1995).

Dosis minimum yang direkomendasikan dalam keadaan

normal adalah pada pria 400 IU, dan wanita 400 IU (Meyer, 2013).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

15

Sehingga dosis yang digunakan pada sediaan ini belum memenuhi

dosis vitamin D yang dianjurkan.

v. Asam arakidonat (AA), Asam dokosaheksaenoat (DHA),

Frukto oligosakarida (FOS).

Asam Arakidonat adalah sebuah asam lemak esensial

jenuh, yang dapat ditemukan pada hewan dan lemak manusia serta

dalam hati, otak, dan organ kelenjar, dan merupakan konstituen

dari fosfatida hewan. Asam arakidonat dibentuk oleh sintesis dari

asam linoleat dan merupakan prekursor dalam biosintesis

prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien (Anonim, 2011).

Asam dokosaheksaenoat adalah asam lemak omega-3

yang merupakan komponen struktural utama dari otak manusia,

korteks serebral, kulit, sperma, testis dan retina. Asam

dokosaheksaenoat dapat disintesis dari asam alfa-linolenat atau

diperoleh langsung dari air susu ibu atau minyak ikan (Guesnet dan

Alessandri , 2011). Menurut Horrocks (1999), konsumsi harian

rutin setidaknya 200 mg DHA dapat mencegah penyakit

kardiovaskular. Dosis DHA yang digunakan pada sediaan belum

memenuhi dosis DHA yang dapat meberikan efek farmakologi.

Frukto oligosakarida adalah campuran oligosakarida

yang terdiri dari glukosa terkait dengan unit fruktosa. Mereka tidak

dicerna dalam usus kecil manusia tetapi difermentasi dalam usus

besar, di mana mereka secara khusus dapat mempromosikan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

16

pertumbuhan beberapa jenis mikroflora normal dalam tubuh,

terutama bifidobacteria (Bouhnik et al., 1996). FOS berfungsi

sebagai prebiotik dengan dosis penggunaan 4 gram/hari (Gibson,

1998). Pada sediaan digunakan FOS dengan dosis sebesar 500 mg,

dosis ini masih sangat kurang dari dosis yang dianjurkan.

vi. Minyak ikan kod

Menurut Moghadasian,2008 dan Cleland, 2006 minyak

ikan adalah minyak yang berasal dari jaringan ikan berminyak.

Minyak ikan mengandung asam omega-3 asam lemak

eikosapentaenoat (EPA) dan asam dokosaheksanoat (DHA), yang

merupakan prekursor eikosanoid tertentu yang dikenal untuk

mengurangi peradangan dalam tubuh.

vii. Ekstrak Curcuma (10 mg)

Ekstrak Curcuma yang dimaksud disini adalah ekstrak

dari Curcuma xanthorrhiza , Roxb, sebagaimana dapat dilihat pada

Anonim (1979), bahwa secara umum Curcuma xanthorrhiza

disebut sebagai curcuma. Kandungan temulawak yang diduga

bertanggung jawab dalam efek peningkatan nafsu makan

adalah minyak atsirinya (Awalin,1996).

b) Indikasi sediaan emulsi®

Membantu memenuhi kebutuhan vitamin pada masa

pertumbuhan, membantu memperbaiki nafsu makan, membantu

memelihara daya tahan tubuh.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

17

c) Takaran pemakaian sediaan Emulsi®

Dewasa : sehari 3 x 1 sendok makan (15 mL)

Anak-anak : 6 - 12 tahun, sehari 2 x 1 sendok makan

1- 6 tahun, sehari 1 x 1 sendok makan

6 bulan - 1 tahun, sehari 1 x ½ sendok makan

d) Sediaaan yang tersedia dipasaran : dus/botol 120 mL,

175 mL, 200 mL

3. Dietilpropion Hidroklorida

Gambar 1 . Struktur Dietilpropion Hidroklorida

Senyawa dengan rumus molekul C13H19NO. HCl ini

memiliki nama kimia 1-Propanon, 2-(dietilamino)-1-fenil-, hidroklorid,

serta nama IUPAC dari dietilpropion adalah 2-(dietilamino)-1-fenilpropan-

1-on (Anonim, 2009).

Dietilpropion adalah senyawa cincin feniletilamin dengan sifat

simpatomimetik dan dengan efek stimulan yang lebih ringan dari

amfetamin (Cercato et al., 2009). Dietilpropion telah disetujui

penggunaanya sebagai antiobesitas sejak 1959 (Kang et al., 2012), dan

sampai saat ini masih merupakan obat pilihan dalam penanganan obesitas,

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

18

hal ini dapat dilihat dari MIMS yang masih merokemendasikan

penggunaan obat ini.

a. Pemerian

Dietilpropion HCl berupa serbuk kristal yang halus, dengan

warna putih atau tidak berwarna, dengan bau yang sedikit khas.

Dietilpropion HCl memiliki berat molekul 241,76, titik lebur sebesar

168˚, dapat larut denan baik di air, kloform, dan alkohol, dan tidak

larut dalam eter (Anonim, 2009).

b. Absorbsi, metabolisme, dan ekskresi

Dietilpropion dengan cepat diserap dari saluran pencernaan

setelah pemberian oral. Secara ekstensif dimetabolisme melalui jalur

kompleks biotransformasi melibatkan N-dealkylation dan reduction.

Banyak metabolitnya yang aktif secara biologis dan dapat

berpartisipasi dalam tindakan terapi dari dietilpropion. Dietilpropion

dan / atau metabolit aktif diyakini melintasi sawar otak dan plasenta.

Dietilpropion dan metabolitnya diekskresikan terutama oleh ginjal

(Anonim, 2008).

c. Efek farmakologi

Obat-obatan anoreksia bertindak terutama pada pusat

kenyang di hipotalamus untuk menghasilkan anoreksia. Mereka juga

memiliki berbagai efek metabolik yang melibatkan metabolisme lemak

dan karbohidrat, tapi banyak diantaranya yang dapat memberikan efek

sekunder sebagai penurun berat badan. Sebagian besar obat yang

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

19

terkait langsung maupun tidak langsung dengan amfetamin bertindak

dengan meningkatkan aktivitas fisik secara umum. Obat-obatan

anoreksia cenderung kehilangan efeknya setelah beberapa bulan, dan

sebagian dari pengurangan efek ini terjadi mungkin karena perubahan

kimiawi yang dihasilkan oleh obat-obatan di otak. Dietilpropion

menjadi obat pilihan utama dari kelas amfetamin karena insiden efek

sampingnya yang lebih ringan bila dibandingkan dengan obat

sejenisnya (Craddock, 1976).

Obat untuk mengobati obesitas dapat dibagi menjadi tiga

kelompok: obat-obat yang mengurangi asupan makanan, yang

mengubah metabolisme, dan yang meningkatkan termogenesis.

Monoamina yang bekerja pada reseptor noradrenergik, reseptor

serotonin, reseptor dopamin, dan reseptor histamin dapat mengurangi

asupan makanan. Sejumlah peptida juga mempengaruhi asupan

makanan. Dietilpropion yang merupakan salah satu obat noradrenergik

disetujui hanya untuk penggunaan jangka pendek (Bray, 2000), dengan

dosis terapi yang biasanya digunakan adalah 75 – 150 mg perhari

(Anonim, 2009).

Dietilpropion HCl bekerja dengan merangsang pelepasan

norepinefrin dari saraf prasinaptik sehingga terjadi peningkatan

konsentrasi neurotransmitter adrenergik yang mengaktifkan

hipotalamus. Pengaktifan saraf di hipotalamus mengakibatkan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

20

penurunan nafsu makan dan asupan makanan (Khairuddin et al.,

2012).

Dietilpropion HCl secara spesifik menstimulasi sistem syaraf

pusat, Efek samping penggunaan dietilpropion HCl yang sering

muncul adalah pusing, mulut kering serta konstipasi. Efek samping

seperti euforia, insomnia dan tremor jarang dijumpai pada pasien yang

menggunakan obat ini. Obat ini dapat menimbulkan masalah pada

jantung jika terjadinya overdosis. Selain itu dapat menimbulkan

ketergantungan (Anonim, 2009).

Dietilpropion merangsang pelepasan norepinefrin dan / atau

dopamin dari situs penyimpanan di terminal saraf di pusat makan

hipotalamus lateral, sehingga menghasilkan efek penurunan nafsu

makan. Diethilpropion bekerja dipusat berpikir yang bertindak

terutama melalui jalur katekolamin di otak (Reimer et al., 1995).

Dietilpropion HCl yang merupakan derivat amfetamin ini

menstimulasi neuron untuk melepaskan sejumlah kelompok partikel

neurotransmiter yang tinggi dikenal sebagai katekolamin (termasuk

dopamine dan norefenefrin), kadar yang tinggi dari katekolamin ini

akan memberikan sinyal untuk menekan lapar dan nafsu makan. Selain

itu, juga bisa secara tidak langsung memberikan pengaruh pada kadar

leptin di otak. Secara teori, dietilpropion HCl bisa meningkatkan

kadar leptin yang memberikan sinyal kenyang, serta meningkatkan

kadar katekolamin yang ikut bertanggung jawab untuk menghentikan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

21

aksi neurotransmiter lain yaitu NPY yang memiliki efek untuk

memulai makan, mengurangi pengeluaran energi, dan meningkatan

penimbunan lemak (Anonim, 2006).

4. Olanzapin

Olanzapin adalah antipsikotik atipikal (antipsikotik generasi kedua

dengan efek samping yang lebh ringan dari generasi sebelumnya), yang

telah disetujui penggunaannya oleh FDA pada tahun 1996, yang

digunakan untuk mengobati baik gejala positif dan negatif dari skizofrenia,

kegilaan akut dengan gangguan bipolar, agitasi, dan gejala psikotik pada

demensia (Anonim, 2013), dan merupakan salah satu anggota dari kelas

thienobenzodiazepin (Prommer, 2012)

Gambar 2. Struktur Olanzapin (Jenkins dan Raaf., 1998)

Nama IUPAC untuk olanzapin adalah 2-metil-4-(4-metilpiperazin-1-

il)-5H-tieno[3,2-c][1,5]benzodiazepin, dengan rumus molekul

C17H20N4S, dan dengan berat molekul sebesar 312,43 .

a. Pemerian

Olanzapin berbentuk serbuk Kristal tanpa warna atau putih

sampai dengan kekuningan, tidak berbau dengan pH 6,1. Titik

lebur olanzapin adalah 192.8° - 195 °C, dan titik didihnya 462,6°

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

22

C. Olanzapin praktis tidak larut dalam air, namun larut dalam

dimetil formamida dan diklorometana (Anonim, 2009).

b. Absorbsi, metabolisme, dan ekskresi

Olanzapin diserap dengan baik, dimetabolisme dihati, dan

dieliminasi secara luas oleh first pass metabolism, dengan sekitar

40% dari keseluruhan dosis telah dimetabolisme sebelum

mencapai sirkulasi sistemik, dan 7% dari dosis olanzapin telah

mencapai urin sebagai bentuk yang tidak berubah, menunjukkan

bahwa metabolisme olanzapin sangat tinggi (Anonim, 2013).

c. Efek farmakologis

Olanzapin mengikat reseptor alpha (1), dopamin, histamin

H1, muskarinik, dan serotonin tipe 2 (5-HT2). Olanzapin sebagai

antipsikotik dikarenakan kombinasi dari antagonisme pada reseptor

D2 di jalur mesolimbik dan reseptor 5HT2A di korteks frontal.

Antagonisme pada reseptor D2 mengurangi gejala positif

sementara antagonisme pada reseptor 5HT2A mengurangi gejala

negatif skizofrenia (Anonim, 2013).

Pada penderita gangguan skizofrenia gangguan penggunaan dosis

awal adalah 10 mg/hari. Pada pasien gangguan maniak dosis

awalnya 15 mg sebagai dosis harian tunggal dalam monoterapi

atau 10 mg sehari dalam terapi kombinasi. Dalam pencegahan

kambuhnya gangguan bipolar dosis awalnya 10 mg/hari. Dosis

harian dapat disesuaikan 5-20 mg/hari. Pada lansia, pasien yang

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

23

mengalami gangguan ginjal atau hati dosis awal adalah 5 mg/hari

(Anonim, 2013).

Kenaikan berat badan merupakan efek samping yang paling

umum yang terkait pengobatan dengan olanzapin. Penyebab yang

memungkinkan dalam perangsangan nafsu makan diduga

melibatkan serotonin 5-HT2C dan histamin antagonis reseptor H-1,

yang dapat meningkatkan keinginan untuk makan. Melkersson &

Hulting (2001), menyatakan bahwa pengaruh olanzapin pada

perubahan tingkat leptin mungkin berhubungan dengan

kemampuannya untuk menginduksi kenaikan berat badan. Terjadi

lonjakan tingkat regulasi leptin sebelum kenaikan berat badan

selama pengobatan olanzapin. Selain itu, peningkatan BMI (Body

Mass Index) didahului oleh peningkatan yang signifikan dari

tingkat leptin. Meskipun mekanisme tetap tidak diketahui, mereka

berspekulasi bahwa elevasi pesat dalam tingkat sirkulasi leptin

diatur oleh efek langsung dari olanzapin pada sistem saraf simpatis

manusia, tidak hanya dalam peningkatan lemak tubuh, karena

mungkin terdapat interaksi antara leptin dan sistem saraf simpatik

manusia (Wang et al ., 2006).

Median tingkat insulin secara signifikan lebih tinggi pada

pasien yang menerima olanzapin dibandingkan mereka yang

menerima agen konvensional, meskipun BMI yang sama, hal ini

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

24

menunjukkan kemungkinan penaruh olanzapin pada sekresi

insulin.

Leptin adalah hormon protein yang dikode oleh gen

obesitas (ob gene) dan telah ditemukan dalam cumulus dan sel

granulose (Kakisiana, 2008). Perbedaan gender berpengaruh

terhadap jumlah leptin, yaitu perempuan biasanya memiliki tingkat

leptin lebih tinggi daripada laki-laki. Namun pada penelitian yang

telah dilakukan oleh Melkersson & Hulting (2001), menunjukkan

bahwa tingkat leptin secara signifikan lebih tinggi pada wanita

dibandingkan pada laki-laki dalam kelompok agen konvensional,

tapi tidak pada kelompok olanzapin. Hal ini menunjukkan bahwa

terjadi perubahan regulasi pada leptin selama perlakuan dengan

olanzapin. Penelitian lain yang sejenis dilakukan oleh Wetterling

(2000), menunjukkan terjadinya peningkatan berat badan yang

sangat tinggi pada pasien yang diobati dengan olanzapin.

Peningkatan berat badan yang paling sering terjadi pada minggu-

minggu pertama pengobatan. Pasien underweight berada pada

risiko tertinggi dalam penambahan berat badan.

Afinitas reseptor relatif antipsikotik atipikal untuk histamin

H1 serta finitas reseptor 5-HT2 / D2 tampaknya berkorelasi

terhadap berat badan. Selain itu, induksi sekresi leptin mungkin

memiliki dampak penting pada kenaikan berat badan pada subyek

diobati dengan neuroleptik atipikal .

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

25

5. Nafsu makan , Kenyang, dan Lapar

Istilah nafsu makan sering dinyatakan sebagai hasrat akan jenis

makanan spesifik, bukan makanan pada umumnya. Oleh karena itu, nafsu

makan membantu seseorang memilih kualitas makanan yang dimakan.

Istilah kenyang berarti perasaan pemenuhan dalam pencarian makanan.

Kenyang biasanya akibat dari pengisian makanan, khususnya bila depot

cadangan makanan, jaringan adiposa dan cadangan glikogen telah terisi (

Guyton,1990).

Nafsu makan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor hedonik

(palatabilitas atau derajat kesukaan terhadap makanan tertentu, rasa,

tekstur, bau), kesukaan dan keengganan yang diketahui (bait shynes, selera

makan yang tidak spesifik), pengaruh farmakologis (obat-obatan

anoreksia dan naloxone), selera makan spesifik (NaCl), perubahan

psikologis akibat pengaruh dari penyakit (diabetes, obesitas, kanker),

pengaruh metabolik (kebutuhan kalori tingkat neuro transmitter, hormon

adrenalin, hormon seks), pengaruh lingkungan (temperatur) dan pengaruh

sosial (kebudayaan, agama) (Olson, 1987).

Sedangkan lapar berarti sangat membutuhkan makanan, dan hal ini

dihubungkan dengan sejumlah sensasi objektif. Hal ini menyebabkan

perasaan tercekik atau perih pada lambung dan kadang-kandang

menyebabkan rasa nyeri yang dinamakan “hunger pangs”. Selan itu orang

yang lapar lebih tegang dan gelisah daripada biasanya ( Guyton,1990).

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

26

Lapar merupakan satu rangkaian isyarat dari dalam tubuh yang

mengandung usaha untuk meperoleh dan mengkonsumsi makanan.

Isyarat-isyarat ini berasal dari otak atau syaraf perifer atau dapat

berkembang sebagai suatu kebiasaan. Faktor-faktor tersebut membantu

sistem kontrol yang mengatur system keseimbangan kalori. Rasa lapar

timbul dari beberapa faktor yang menimbulkan inisiatif makan dengan

merangsang apa yang disebut a final common path. Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap timbulnya lapar yaitu system syaraf pusat, syaraf

perifer, pengaruh lingkungan, status penyakit dan faktor emosi

(Olson,1987).

Oleh sebab itu, apabila terjadi gangguan pada nafsu makan

nantinya akan menimbulkan banyak masalah, yang salah satunya adalah

kekurangan gizi. Gangguan pada nafsu makan telah menjadi masalah yang

sering terjadi pada anak-anak. Gangguan nafsu makan terjadi pada 25%-

45% anak yang berkembang normal dan 80% pada anak yang terlambat

perkembangannya (Waugh, 2010).

Gangguan nafsu makan umumnya dialami anak-anak usia 1-3

tahun atau usia prasekolah. Pada usia ini anak menjadi sulit makan karena

pertumbuhan fisiknya melambat dibanding ketika ia masih bayi. Fase sulit

makan ini di negara Barat dikenal sebagai fase Johnny won’t eat. Selain itu

periode usia 1-3 tahun disebut juga usia food jag, yaitu anak hanya mau

memakan makanan yang disukai sehingga terkesan terlalu pilih-pilih dan

sulit makan. Sulit makan dianggap wajar selama tidak mengganggu

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

27

kesehatan dan pertumbuhan anak dan akan hilang dengan sendirinya.

Akan tetapi keadaan sulit makan yang berkepanjangan dapat berdampak

pada pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual anak (Limananti &

Triratnawati, 2003).

6. Pengaturan Pemasukan Makanan

Perangsangan hipotalamus lateral menyebabkan binatang makan

dengan lahap, sedangkan perangsangan nuclei ventromedialis hipotalamus

menyebabkan kenyang total dan bahkan dengan adanya makanan yang

sangat merangsang nafsu makan, binatang tetap tidak mau makan.

Sebaliknya, lesi desdruktif pada nukleus ventromedalis menyebabkan efek

yang sama seperti perangsangan pada nukleus lateral hipotalamus, yaitu

makan dengan lahap dan terus menerus sampai binatang menjadi sangat

kegemukan. Lesi pada nukleus lateral hipotalamus menyebabkan efek

yang sangat belawanan, yaitu tidak ada hasrat sama sekali terhadap

makanan dan secara progresif binatang menjadi kelaparan. Oleh karena

itu, dapat dikatakan bahwa nuklei lateralis hipotalamus sebagai pusat lapar

atau pusat makan, sedangkan nuklei ventromedalis hipotalamus sebagai

pusat kenyang (Guyton, 1990).

7. Kromatografi

Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling

umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis dan dapat

dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik analisis kualitatif, kuantitatif,

atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri, dan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

28

sebagainya. Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang

menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase).

Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan

menjadi : kromatografi absorbsi, kromatografi partisi, kromatografi

pasangan ion, kromatografi penukar ion, kromatografi eksklusi ukuran,

dan kromatografi afinitas. Berdasarkan pada alat yang digunakan.

Kromatografi dapat dibgi atas : kromatografi kertas, kromatografi lapis

tipis; yang keduanya sering disebut kromatografi planar, kromatografi cair

kinerja tinggi (KCKT), dan kromatografi gas (KG) (Gandjar dan Rohman,

2007).

a. Kromatografi lapis tipis (KLT)

Ide penggunaan kromatografi serapan dalam bentuk lapisan

tipis yang dilekatkan pada suatu penyokong telah diutamakan

penggunaannya pada tahun 1983. Stahl mengembangkan kromatografi

jenis ini dengan membuat cara-cara pembuatan potongan gelas dengan

cara melapiskannya dan menunjukkan bahwa kromatografi lapis tipis

dapat digunakan untuk keperluan yang luas dalam berbagai pemisahan.

Selain memberikan hasil pemisahan yang lebih baik, kromatografi

lapis tipis juga membutuhkan waktu yang lebih cepat

(Sastrohamidjojo, 2002). Keuntungan lain dari KLT adalah

pelaksanaannya yang lebih mudah dan murah dibandingkan dengan

kromatografi kolom, serta peralatan yang digunakan pada kromatografi

ini lebih sederhana (Gandjar dan Rohman, 2007).

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

29

Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan

yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung

oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Fase gerak

pada KLT akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler

pada pengembangan secara menaik (ascending), atau karena pengaruh

gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending) (Gandjar

dan Rohman, 2007).

Kromatografi Lapis Tipis sekarang digunakan secara universal

karena kecepatannya dan penggunaan analit yang relatif sangat sedikit

sehingga kromatografi lapis tipis sangat ideal untuk laboratorium

apotek. Prosedur ini dapat digunakan untuk : pemeriksaan identitas

dan kemurnian senyawa obat, untuk pemeriksaan simplisia tanaman

dan hewani, pemeriksaan komposisi dan komponen aktif sediaan obat

menurut label deklarasi, serta untuk penentuan kuantitatif masing-

masing senyawa aktif campuran senyawa obat (Roth, 1981).

b. Kromatografi gas (KG)

Kromatografi gas adalah suatu cara untuk memisahkan

senyawa atsiri dengan meneruskan arus gas melalui fase diam. Bila

fase diam berupa zat padat, kita menyebutnya sebagai kromatografi

gas padat (KGP). Bila fase diam berupa zat cair, maka disebut

kromatografi gas cair (KGC). Dasar pemisahan kromatografi gas

adalah penyebaran culikan di antara dua fase. Alasan utama meluasnya

penggunaan kromatografi gas adalah karena kepekaannya. Alasan lain

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

30

yaitu karena analisisnya yang relatif cepat, daya pisah yang tinggi,

dapat digunakan sebagai analisis kuantitatif maupun kualitatif, serta

cara pengoprasiaannya yang mudah (McNair & Bonelli, 1968).

KG dapat diotomatisasi untuk analisis sampel-sampel padat,

cair, dan gas. Sampel padat dapat diekstraksi atau dilarutkan dalam

suatu pelarut sehingga dapat diinjeksikan ke system KG, demikian

juga sampel gas dapat langsung diambil dengan penyuntik (syringe)

yang peka terhadap gas (Gandjar dan Rohman, 2007).

8. Spektrometri Massa

Spektrometri massa telah digunakan secara luas dalam kimia

organik sejak tahun 1960. Sejak saat itu terjadi kenaikan penggunaan yang

sangat besar terhadap metode ini. Hal tersebut terjadi karena dua alas an,

yaitu yang pertama, telah ditemukannaya alat yang dapat menguapkan

hamper semua senyawa organik dan mengionkan uap; kedua, fragmen

bermuatan yang dihasilkan dari molekul dapat dihubungkan dengan

struktur molekulnya (Sudjadi, 1983) .

Dalam spektometri massa, molekul-molekul organik ditembak

dengan berkas elektron dan diubah menjadi ion-ion bermuatan positif yang

bertenaga tinggi (ion-ion molekuler atau ion-ion induk), yang dapat pecah

menjadi ion-ion yang lebih kecil (ion-ion pecahan atau ion-ion anak);

dimana lepasnya elektron dari molekul menghasilkan radikal kation dan

proses ini dapat dinyatakann sebagai M M+ . Ion molekul M+ biasanya

terurai menjadi sepasang pecahan atau fragmen, yang dapat berupa radikal

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

31

dan ion, atau molekul yang kecil dan radikal kation (Sastrohamidjojo,

1991).

F. Landasan Teori

Menurut Afifah (2005), senyawa germakron pada temulawak

memiliki efek farmakologi berupa anti-inflamasi dan penghambat oedema,

senyawa p-toluilmetillkarbinol dan seskuiterpen d-kamfer memiliki efek

farmakologi berupa peningkatan produksi dan sekresi empedu, sedangkan

senyawa turmeron memiliki efek farmakologi berupa antimikroba

(antibiotik).

Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam

efek peningkatan nafsu makan adalah minyak atsirinya (Awalin, 1996).

Efek peningkatan nafsu makan oleh minyak atsiri temulawak

dimungkinkan karena sifat koleretiknya yaitu mempercepat sekresi

empedu sehingga mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan

dan absorpsi lemak di usus yang kemudian akan mensekresi berbagai

hormon yang yang dapat menimbulkan rasa lapar dan meregulasi

peningkatan nafsu makan (Ozaki dan Liang, 1988); (Wijayakusuma,

2003).

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang berkurang, …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69588/potongan/S1...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini yang banyak menjadi perhatian

32

G. Hipotesis

Pemberian sediaan Emulsi® berpengaruh terhadap nafsu makan

tikus yang ditekan nafsu makannya dengan parameter perubahan berat

badan tikus yang diukur setiap minggu, serta jumlah asupan makanan dan

minuman setiap harinya dibandingkan dengan kontrol negatif yaitu

dietilpropion HCl sebagai penekan nafsu makan.