bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 bab...

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang menjadi rahmah bagi semesta alam. Semua sisi dari kehidupan ini telah diatur menurut hukum Allah, sehingga tepat jika dikatakan bahwa Islam bersifat komprehensif dan universal dalam hal hukum-hukumnya. Pada dasarnya lingkup kehidupan di dunia ini bersandar pada dua macam yakni hubungan vertikal yakni hubungan dengan rabbnya yang terwujud didalam melaksanakan amaliah ibadah, dan hubungan horisontal dengan sesama manusia dan alam sekitarnya, hubungan manusia dengan manusia lainnya, dalam bentuk muamalah dan atau fiqih muamalah. 1 Proses muamalah manusia tak akan dapat kebutuhannya tanpa berhubungan dengan orang lain, maka diperlukan kerjasama. Salah satu di antara sekian banyak bentuk kerjasama yang sangat penting untuk kesejahteraan hidup manusia adalah jual beli. Sepanjang sejarah manusia jual beli akan terjadi di belahan bumi manapun. Hal itu dapat dipahami karena manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, khususnya dibidang materi. Manusia termasuk makhluk yang serba ingin memiliki, semua yang dilihat dan dimiliki oleh orang lain ingin dimilikinya. Namun dalam kenyataannya, ternyata tidak semua dapat dimiliki dengan berbuat sendiri. Ada juga benda yang bisa dimiliki setelah barter, atau setelah diminta, boleh juga orang lain dengan kerelaanya memberikan. Namun tidak sedikit juga untuk memiliki dengan cara memaksa orang lain. Dengan cara memaksa untuk memiliki tentu akan melahirkan keresahan dalam kehidupan. Di sini perlu aturan dalam 1 Siswadi, ‘Jual Beli dalam Perspektif Islam’. Jurnal Ummul Qura, 3.2 (2018). h.59 .

Upload: others

Post on 06-Sep-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang menjadi rahmah bagi semesta alam. Semua sisi

dari kehidupan ini telah diatur menurut hukum Allah, sehingga tepat jika dikatakan

bahwa Islam bersifat komprehensif dan universal dalam hal hukum-hukumnya. Pada

dasarnya lingkup kehidupan di dunia ini bersandar pada dua macam yakni hubungan

vertikal yakni hubungan dengan rabbnya yang terwujud didalam melaksanakan

amaliah ibadah, dan hubungan horisontal dengan sesama manusia dan alam

sekitarnya, hubungan manusia dengan manusia lainnya, dalam bentuk muamalah dan

atau fiqih muamalah.1

Proses muamalah manusia tak akan dapat kebutuhannya tanpa berhubungan

dengan orang lain, maka diperlukan kerjasama. Salah satu di antara sekian banyak

bentuk kerjasama yang sangat penting untuk kesejahteraan hidup manusia adalah jual

beli. Sepanjang sejarah manusia jual beli akan terjadi di belahan bumi manapun. Hal

itu dapat dipahami karena manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya,

khususnya dibidang materi. Manusia termasuk makhluk yang serba ingin memiliki,

semua yang dilihat dan dimiliki oleh orang lain ingin dimilikinya. Namun dalam

kenyataannya, ternyata tidak semua dapat dimiliki dengan berbuat sendiri.

Ada juga benda yang bisa dimiliki setelah barter, atau setelah diminta, boleh

juga orang lain dengan kerelaanya memberikan. Namun tidak sedikit juga untuk

memiliki dengan cara memaksa orang lain. Dengan cara memaksa untuk memiliki

tentu akan melahirkan keresahan dalam kehidupan. Di sini perlu aturan dalam

1 Siswadi, ‘Jual Beli dalam Perspektif Islam’. Jurnal Ummul Qura, 3.2 (2018). h.59 .

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

memiliki sesuatu yang diinginkan, karenanya Islam mengatur kehidupan sosial

(muamalah) manusia, agar satu dengan yang lain terjalin keharmonisan, termasuk di

dalamnya cara memiliki, yakni jual beli. Pada awalnya jual beli dilakukan dengan

barter, seiring dengan perkembangan peradaban dan kebudayaan manusia, jual beli

pun ikut berubah. Manusia berusaha menciptakan alat yang disepakati dan sah

digunakan untuk jual beli. Jual beli itulah yang kemudian disebut sebagai

perdagangan.2

Aktivitas perdagangan tersebut tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

masyarakat, setiap aspek kehidupannya memerlukan aktivitas jual beli tersebut

memenuhi kebutuhan mereka yang berbeda-beda. Perdagangan/jual beli diisyaratkan

berdasarkan firman Allah Q.S. Al-Jumu’ah/62:10.

Terjemahnya:

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dancarilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

3

Ayat tersebut berisi anjuran kepada umat Islam untuk mencari rezeki untuk

memenuhi kebutuhan mereka, tentunya dengan cara yang halal dan keuntungan yang

halal agar mendapatkan keberkahan dari Allah. Tak lupa mereka juga selalu

mengingat Allah dengan melakukan amalan-amalan kebaikan agar mereka

memperoleh kebaikan dunia akhirat. Dengan demikian, perdagangan jual beli

2 Rahmat Syafi’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006). h. 51.

3KementrianAgama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahnya, (Surabaya: Halim,

2014),h.45 .

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

menurut Islam pada hakekatnya tidak hanya bersifat mencari keuntungan mereka,

tetapi juga untuk pemenuhan kebutuhan hidup di dunia melainkan untuk memperoleh

keuntungan hakiki di akhirat.

Jual beli merupakan proses bertemunya antara penjual dan pembeli, dan

dalam jual beli terdapat barang yang diperdagangkan melalui akad (ijab-kabul).

Dengan demikian, sahnya jual beli secara umum dapat dilihat dari beberapa aspek.

Yaitu keadaan barang yang dijual, tentang tanggungan pada barang yang dijual, serta

sesuatu yang menyertai barang saat terjadi jual beli. Selain itu, akad jual beli, objek,

serta orang yang melakukan akad juga merupakan hal penting yang harus

diperhitungkan dalam jual beli.4

Menurut ulama Malikiyah jual beli ada dua macam, yaitu jual beli yang

bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus. Jual beli dalam arti umum ialah

suatu perikatan tukar menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan.

Sedangkan jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar menukar sesuatu yang bukan

manfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai daya tarik, penukarannya

bukan emas dan bukan pula perak, bendanya dapat direalisasi, bukan merupakan

utang piutang (baik barang itu ada dihadapan si pembeli maupun tidak), barang yang

sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu.

Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam fiqih

muamalah terbilang sangat banyak. Salah satunya adalah jual beli dengan cara salam,

yaitu akad pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah disepakati dan dengan

pembayaran tunai pada saat akad dilaksanakan sedangkan barangnya diserahkan

kemudian sampai batas waktu tertentu . Dengan menggunakan akad ini kedua belah

4Ari Kurniawan, ‘Muamalah Bisnis Perdagangan Syariah’. Jurnal Hukum, 1.1 (2017). h. 32.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

pihak mendapatkan keuntungan tanpa ada unsur tipu-menipu atau gharar (untung-

untungan).5 Para alama fiqih, termasuk Imam asy-Syafi’i mengemukakannya

pendapat tentang akad ba’i salam ini.

Perkembangan teknologi informasi dimasa sekarang ini berkembang sangat

pesat. Hal itu tentu berdampak dalam kehidupan, dimana manusia dituntut agar

selalu mengikuti segala perkembangan- perkembangan tersebut agar tidak

ketinggalan dalam dunia teknologi dan informasi. Saat ini teknologi internet menjadi

sangat populer karena telah digunakan oleh seluruh manusia di berbagai belahan

bumi. Internet juga memberi kemudahan untuk mencari dan mengakses berbagai

macam informasi seperti penelitian, keilmuan, dan keorganisasian. Daya tarik

lainnya yang membuat internet sangat popular adalah sebagai media komunikasi,

hiburan, dan bisnis adalah aspek-aspek yang berkaitan dengan keunggulan internet,

diantaranya dalam hal kenyamanan, konektivitas, dan jangkauan global, efesiensi,

interaktivitas, isibilitas, alternatif ruang maupun pilihan yang relatif "tidak terbatas",

personalisasi, sumber informasi, potensial, dan lain-lain.6

Saat ini internet juga populer dalam dunia bisnis, dimana didalam jaringan

internet ini dilakukan proses jual beli (online). Jual beli tersebut yang kemudian

disebut dengan istilah e-commerce. Melalui suatu situs web pembeli hanya tinggal

memilih produk/barang yang ditawarkan oleh penjual (merchant) yang biasanya

berupa foto dan deskripsi dari barang tersebut. Konsumen hanya tinggal akan

memasukkan barang tersebut kedata belanjaannya lalu mengisi data-data yang

5Saprida, ‘Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli (Akad Salam In The Sale And Purchase

Transactions)’. MIZAN: Jurnal Ilmu Syariah, 12. 2 ( 2018). h.144.

6Diana dan Anastasa. Mengenal E-Business (Yogyakarta: Andi, 2017), h.13.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

diperlukan untuk pengiriman barang, lalu kemudian melakukan pembayaran melalui

kartu ATM dengan nomor briva ataupun dengan metode pembayaran lainnya dengan

kode pembayaran yang diberikan oleh perusahaan. Biasanya sekarang perusahaan

sudah menyediakan berbagai jenis metode pembayaran yang bisa dipilih oleh

konsumen, kemudian setelah konsumen melakukan pembayaran maka barangnya

akan dikirimkan dan sampai pada waktu yang telah ditentukan oleh jasa pengiriman

barang.

Dua uraian diatas tentang akad salam dan e-commerce, maka dapat diketahui

bahwa antara akad ba’i salam dan e-commerce mempunyai karakteristik yang sama,

yaitu memperjualbelikan barang dengan pembayaran dimuka dan komoditi

diserahkan kemudian sampai batas waktu tertentu. Namun secara substansial berbeda,

Dimana pada akad ba’i salam penjual dan pembeli akan bertemu secara langsung

sedangkan pada transaksi e-commerce, proses jual beli dilakukan melalui perantara

media sosial, dimana kedua belah pihak tidak bertemu secara langsung. Oleh sebab

itu penyusun bemaksud mengangkat persoalan e-commerce dalam penelitian ini

untuk memperjelas kedudukan hukumnya, terutama dalam bentuk transaksinya,

menurut pemikiran Imam Syafi’i.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang persoalan di atas, maka penulis merumuskan

masalah, antara lain :

1. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara e-commerce dan akad ba’i salam

2. Bagaimana ketentuan hukum e-commerce dalam perspektif akad ba’i salam

menurut interpretasi Imam Syafi’i

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan penelitian diatas, maka tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan e-commerece dan akad ba’i salam

2. Menjelaskan ketentuan hukum e-commerce dalam perspektif akad ba’i salam

menurut interpretasi Imam Syafi’i

D. Kegunaan Penelitian

Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Dari Segi Teoritis

a. Diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam arti

membangun dan menyempurnakan teori yang ada.

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi Studi perbankan Islam bagi mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Hukum Islam pada umumnya dan mahasiswa perbankan

syariah pada khususnya.

2. Dari Segi Praktis

Dapat digunakan sebagai perbandingan bagi peneliti berikutnya untuk membuat

skripsi yang lebih sempurna.

E. Definisi Istilah/Pengertian Judul

Judul skripsi ini adalah “Perbandingan antara e-commerce dengan akad ba’i

salam perspektif fikih muamalah (studi interpretasi Imam Syafi’i)”, Judul tersebut

mengandung unsur-unsur pokok yang perlu dibatasi pengertiannya agar pembahasan

dalam proposal skripsi yang lebih fokus dan lebih spesifik. Disamping itu tinjauan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

konseptual memiliki pembatasan serta dapat menghindari kesalahpahaman. Oleh

karena itu, dibawah ini akan diuraikan tentang pembahasan makna dari judul tersebut.

1. E-commerce

E-commerce merupakan pembelian, penjualan, atau pertukaran barang, jasa dan

informasi melalui jaringan komputer termasuk internet.7

2. Akad

Akad (ikatan, keputusan, atau penguatan) atau perjannjian atau kesepakatan

atau transaksi dapat diartikan sebagai komitmen yang terbingkai dengan nilai-nilai

syariah. Dalam istilah fiqih, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad

seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak, seperti wakaf,

talak, dan sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak, seperti jual beli, sewa,

wakalah, dan gadai.

Secara khusus akad berarti keterkaitan antara ijab (pernyataan

penawaran/pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan penerimaan

kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu. Akad

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah akad pada jual beli Salam. 8

3. Ba’i Salam

Secara bahasa Salam bermakna pemberian. Ada pula yang mengartikan tunduk

dan patuh. Sedangkan secara istilah salam adalah menyerahkan pembayaran tunai

untuk barang dengan ciri-ciri tertentu dalam tanggungan sampai jatuh tempo, dimana

syarat- syarat dalam jual beli tersebut juga dipertimbangkan. Akad salam merupakan

istilah dalam literasi arab yang secara etimologi mengandung makna memberikan,

7Rose Rahmidani, ”Penggunaan E-Commerce Dalam Bisnis Sebagai Sumber Keunggulan

Bersaing Perusahaan” (Skripsi Sarjana; Fakultas Ekonomi Universitas Negeri: Padang, 2015). h. 9.

8Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT.Raja grafindo Persada, 2007). h. 35.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

meninggalkan, dan mendahulukan. Artinya, mempercepat (penyerahan) modal atau

mendahulukannya secara sederhana. Secara istilah, salam berarti menjual suatu

barang yang penyerahannya ditunda atau menjual barang yang ciri-cirinya jelas

dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya diserahkan dikemudian

hari setelah adanya pemesanan. Dalam kajian fikih muamalah, transaksi dengan

bentuk pesanan dikenal dengan salam.9

4. Interpretasi

Interpretasi diartikan sebagai pemberian kesan, pendapat, tafsiran, atau

pandangan teoritis terhadap sesuatu. Secara definisi, interpretasi hanya digunakan

sebagai suatu metode apabila dibutuhkan saja. Apabila suatu objek, misal karya seni,

ujaran dan sebagainya cukup jelas maknanya, maka tidak akan mengandung unsur

interpretasi lagi. Istilah interpretasi bisa merujuk pada proses penafsiran yang sedang

berlangsung atau hasil dari proses tersebut. Suatu interpretasi bisa menjadi bagian

dari presentasi atau penggambaran informasi yang diubah, dengan tujuan

menyesuaikan kumpulan simbol spesifik.

5. Imam Syafi’i

Nama lengkap Imam Syafi’I adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Idris al

Syafi’i. Ia sering juga dipanggil dengan nama Abdullah, karena salah seorang

putranya bernama Abdulah. Ayahnya bernama Idris bin Abbas ibn Usman ibn Syafi’I

ibn al-Saib ibn Abdul Manaf, sedangkan ibunya bernama Fatimah binti Abdullah ibn

9Yuni Tri Hastuti, ”Hukum Akad Salam Dalam Katering Perspektif Mazhab Syafi’i” (Skripsi

Sarjana; Fakultas Syariah Institut Agama Islam: Purwokerto, 2019). h. 18.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

al-Hasan ibn Husain ibn ali ibn Abi Thalib. Beliau merupakan sala satu tokoh pemikir

Islam yang mengemukakan pendapatnya tentang akad ba’i salam10

F. Tinjauan Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan

acuan. Selain itu untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini. Maka

peneliti mencantumkan peneniti terdahulu, sebagai berikut:

Penelitian dari Miftakhur Rohmah, dengan judul penelitian “Analisis terhadap

pendapat Imam Syafi’i tentang Bai‘ Salaf”. Penelitian ini menghasilkan bai‘ salaf

menurut Imam Syafi’i yaitu akad jual beli barang yang dipertangguhkan dengan

kriteria tertentu sebagai persyaratan jual beli barang dengan pelunasan modal terlebih

dahulu, mengenai pendapat tentang bai‘ salaf halan menurut Imam Syafi’i itu boleh,

dengan alasan apabila bai‘ salaf mu’ajjalan boleh dilakukan dimana jual beli pesanan

yang ditangguhan disertai ketidakjelasan karena pedagang belum tentu bisa

memenuhi pesanan, maka bai‘ salaf lebih diperbolehkan. Sementara, pendapat Imam

Syafi’i tentang kebolehan bai‘ salaf halan tidak terlepas dari norma hukum Islam

adalah hukum taklifi, yaitu mubah. Metode istinbat hukum yang digunakan Imam

Syafi’i yaitu Al- Qur’an dan hadis tersebut adalah surat at-Taubah ayat 91 dan as-

sunnah atau hadis dengan menggunakan pendekatan lafzi tekstual.11

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yuni Tri Hastuti, dengan judul “Hukum

Akad Salam dalam Katering Perspektif Mazhab Syafi’i”. Hasil dari penelitian

menunjukan bahwa hukum melaksanakan akad salam dengan adanya proses

10

Abdul aziz Asy-Syinawi.Biografi Empat Imam Madzhab, (Jakarta: Beirut Publishing,

2013).h.95.

11Miftakhur Rohmah, “Analisis terhadap pendapat Imam Syafi’i tentang Bai‘ Salaf” (Skripsi

Sarjana; Fakultas Syari’ah Dan Hukum Universitas Negeri Walisongo: Semarang, 2018). h. 17.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

pengapian dan pencampuran berbagai macam jenis bahan diperbolehkan menurut

mazhab syafi‟i. walaupun memang syarat-syaratnya tidak terpenuhi seluruhnya.

Namun semua itu dibolehkan dengan dasar kemaslahatan dan telah menjadi adat

dimana adat tersebut dapat digunakan menjadi hukum dari kebiasaan masyarakat

tersebut.12

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Umul Muhimah, yang berjudul

“Akad As-Salam dalam Jual Beli Online Ditinjau dari Persepektif Ekonomi Islam”.

Yang menghasilkan kesimpulan Pihak dalam perjanjian akad as-salam dalam jual

beli online sama saja dengan perjanjian akad as-salam. Namun akad as-salam dalam

jual beli online tidak ada temu muka diantara pembeli dan penjual, hanya saja pelaku

akad dipertemukan dalam satu situs jaringan internet, oleh karena itu pelaksanaan

akad as-salam adalah peran yang penting dalam jual beli online. Tinjauan ekonomi

Islam terhadap akad as-salam dalam jual beli online dapat disimpulkan bahwa akad

as-salam dalam jual beli online diperbolehkan selama tidak mengandung unsur-unsur

yang dapat merusaknya seperti riba, kedzaliman, penipuan, dan sejenisnya serta

memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat didalam jual beli.13

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu pertama adalah terletak

pada fokus penelitiannya, pada penelitin terdahulu yang pertama membahas tentang

pendapat Imam Syafi’i tentamg akad salaf (salam) saja, sedangkan pada penelitian ini

Selain membahas pemikiran Imam Syafi’i tentang akad ba’i salam, penulis juga

menghubungkannya dengan e-commerce dan menginterpretsikan pendapatnya dalam

12

Yuni Tri Hastuti,” Hukum Akad Salam Dalam Katering Perspektif Mazhab Syafi’i” h. 20.

13Umul Muhimah, ”Akad As-Salam dalam Jual Beli Online Ditinjau dari Persepektif

Ekonomi Islam” (Skripsi Sarjana; Fakultas Ekonomi Islam dan Bisnis Institut Agama Islam: Metro

Lampung, 2017). h. 15.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

transaski e-commerce. Pada penelitian terdahulu kedua membahas tentang hukum

akad salam dalam katering menurut mazhab syafi’i, sedangkan pada penelitian ini

akan membahas hukum akad ba’i salam dalam transaksi e-commerce menurut Imam

syafi i, pada penelitian ketiga hanya memfokuskan penelitiannya dalam tinjuan

hukum Islam saja.

G. Landasan Teori

1. Ba’i salam

a. Pengertian Ba’iSalam

Secara terminologis, salam adalah menjual suatu barang yang penyerahannya

ditunda atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan dengan jelas dengan

pembayaran modal terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan kemudian hari.

Menurut Sayyid Sabiq as-salam dinamakan juga as-salaf (pendahuluan) yaitu

penjualan sesuatu dengan kriteria tertentu (yang masih berada) dalam tanggungan

dengan pembayaran segera atau disegerakan. Sedangkan para fuqaha’ menyebutnya

dengan al-Mahawij (barang-barang mendesak) karena ia sejenis jual beli barang yang

tidak ada di tempat akad, dalam kondisi yang mendesak bagi dua pihak yang

melakukan akad.

Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan bahwa as-salam sebagai akad

yang disepakati dengan cara tertentu dan membayar terlebih dahulu, sedangkan

barangnya diserahkan di kemudian hari.

Jual beli pesanan dalam fiqih Islam disebut as-salam menurut bahasa penduduk

hijaz, sedangkan bahasa penduduk Iraq disebut as-salaf. Kedua kata ini mempunyai

makna yang sama, sebagaimana dua kata tersebut digunakan oleh Nabi, sebagaimana

diriwayatkan bahwa Rasulullah ketika membicarakan akad ba’i salam, beliau

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

menggunakan kata as-salaf disamping as-salam, sehingga dua kata tersebut

merupakan kata yang sinonim.

Secara terminologi Ulama fiqh mendefinisikannya :

لبع اجلأ وب ب وصوففيعا ج ةأ يأ نهىيعش يئم يالدم الو أسالم رالمئت ق دمفيهر نل مثت أ خ

ل ج

Artinya:

Menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya jelas dengan pembayaran modal di awal, sedangkan barangnya diserahkan kemudian hari.

14

Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikannya sebagai berikut:

قبوضبع قد ةم وصوفبذم جلسع قدمع ل ىم

Artinya:

Akad yang disepakati dengan menentukan ciri-ciri tertentu dengan membayar harganya terlebih dulu, sedangkan barangnya diserahkan (kepada pembeli) kemudian hari.

Akad salam menurut Peraturan Bank Indonesia adalah jual beli barang dengan

cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu

secara penuh. Sedangkan menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional akad salam

sebagai akad jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih

dahulu dengan syarat dan kriteria yang jelas.15

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 20 disebutkan bahwa salam adalah

jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang pembayarannya dilakukan

bersamaan dengan pemesanan barang.16

14

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.147.

15Fatwa DSN No. 05/DSN-MUI/VI/2000

16PPHIM, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h.14.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

b. Dasar hukum Ba’i Salam

Landasan syariah transaksi bai’ Salam terdapat dalam Al-Qur’an dan al-Hadist.

1) Al-Qur’an surah Al-Baqarah/2:282

....

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya...

17

Secara umum utang meliputi utang-piutang dalam jual beli salam, dan utang-

piutang dalam jual beli lainnya. Ibnu Abbas telah menafsirkan tentang utang-piutang

dalam jual beli salam. Kaitan ayat di atas Ibnu Abbas menjelaskan keterkaitan ayat

tersebut dengan transaksi bai’ as-Salam, hal ini tampak jelas dari ungkapan beliau:

“Saya bersaksi bahwa salam (salaf) yang dijamin untuk jangka waktu tertentu telah

dihalalkan oleh Allah pada kitab-Nya dan diizinkan-Nya.” Ia lalu membaca ayat

tersebut.18

2) Al- Hadis

هميسل و دين ة س لم :الم لىااللهع ل يهو ص النبى مق دم ابون سولااللهلتمرالسنت ينوا لثلا ث ر ف ق ال

ف نأ سل ف س لم :م لىااللهع ل يهو علومىش ىءف فىك يلص لم علومإل ىأ ج زنم و علومو م

Artinya:

Rasulullah SAW datang ke Madinah, dan pada saat itu orang banyak sedang mengadakan salam pada tamar untuk jangka waktu dua dan tiga tahun. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menghutangkan, hendaklah ia menghutangkan dalam harga yang diketahui dan timbangan yang diketahui, hingga masa yang diketahui.(HR. Bukhari dan Muslim)

17

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya:

Halim,2014), h.20 .

18Umul Muhimah, “Akad As-Salam Dalam Jual Beli Online Ditinjau Dari Persepektif

Ekonomi Islam” h. 31.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

Sabda Rasulullah SAW ini muncul ketika beliau pertama kali hijrah ke

Madinah, dan mendapati para penduduk Madinah melakukan transaksi jual beli

salam. Jadi Rasulullah SAW membolehkan jual beli salam asal akad yang

dipergunakan jelas, ciri-ciri barang yang dipesan jelas, dan ditentukan waktunya.19

3) Ijma

Mengutip dari perkataan Ibnu Mundzir yang mengatakan bahwa: “semua ahli ilmu (ulama) telah sepakat bahwa jual beli salam diperbolehkan, karena terdapat kebutuhan dan keperluan untuk memudahkan urusan manusia.”

Berbagai landasan di atas, jelaslah bahwa akad salam diperbolehkan sebagai

kegiatan bemuamalah sesama manusia.20

c. Rukun dan syarat ba’i salam

Praktik ba’i salam harus memenuhi rukun dan syarat. Adapun rukun akad ba’i

salam adalah sebagai berikut:

1) Muslam (pembeli atau pemesan)

2) Muslam ilaih (penjual atau penerima pesanan)

3) Muslam fih (barang yang dipesan atau yang akan diserahkan)

4) Ra’s al-mal (harga pesanan atau modal yang dibayarkan)

5) Sighat (ijab dan kabul atau ucapan serah terima):

d. Syarat orang yang berakad (muslam dan muslam ilaih)

Ulama Malikiyah dan Hanafiyah mensyaratkan orang yang berakad harus

berakal, yakni mummayiz, anak yang agak besar yang pembicaraan dan jawaban yang

dilontarkannya dapat dipahami, serta minimal berumur tujuh tahun. Oleh karena itu,

19

Burhanuddin S, Hukum Kontrak Syariah, (Yogyakarta: BPFE, 2009), h. 213.

20Umul Muhimah,” Akad As-Salam Dalam Jual Beli Online Ditinjau Dari Perspektif

Ekonomi Islam” h. 32.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

anak kecil, orang gila dan orang bodoh tidak boleh menjual harta yang sekalipun

miliknya.

Adapun Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mensyaratkan orang yang berakad

harus baligh (terkena perintah syarak), berakal, telah mampu memelihara agama dan

hartanya. Dengan demikian, ulama Hanabilah membolehkan seorang anak kecil

membeli barang yang sederhana atas seizin walinya.

e. Syarat barang pesanan (muslam fih)

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 101 disebutkan syarat barang

pesanan (muslam fih) yaitu:

1) Kuantitas dan kualitas barang sudah jelas

2) Kuantitas barang dapat diukur dengan takaran atau timbangan dan atau meteran

3) Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara sempurna oleh para pihak

f. Syarat modal (ra’s mal)

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam modal ba’i salam adalah sebagai

berikut:

1) Modal harus diketahui

Barang yang akan disuplai harus diketahui jenis, kuantitas, dan jumlahnya.

Hukum awal mengenai pembayaran adalah bahwa ia harus dalam bentuk uang

tunai.

2) Penerimaan pembayaran salam

Kebanyakan ulama mengharuskan pembayaran salam di tempat kontrak. Hal

tersebut dimaksudkan agar pembayaran yang dilakukan oleh al-muslam

(pembeli) tidak dijadikan sebagai utang penjual. Lebih khusus lagi pembayaran

salam tidak bisa dalam bentuk pembebasan utang yang harus dibayar dari

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

muslam ilaih (penjual). Hal ini adalah untuk mencegah praktik riba melalui

mekanisme salam.

g. Syarat sighat (ijab dan kabul)

1) Tujuan yang terkandung di dalam pernyataan ijab dan kabul harus jelas dan

terdapat kesesuaian, sehingga dapat dipahami oleh masing-masing pihak.

2) Pelaksanaan ijab dan kabul harus berhubungan langsung dalam satu majlis,

Apabila kedua pihak hadir dan saling bertemu dalam satu tempat untuk

melaksanakan transaksi, maka tempat tersebut adalah majlis akad. Adapun jika

masing-masing pihak saling berjauhan maka majlis akad tempat terjadinya qabul.

Pernyataan ijab dan kabul dapat dilakukan dengan cara lisan, tulisan atau surat

menyurat, atau isyarat yang memberikan pengertian dengan jelas tentang adanya

ijab dan kabul, dan dapat juga berupa perbuatan yang telah menjadi kebiasaan

dalam ijab kabul.21

h. Etika dalam jual beli salam

Diantara etika dalam jual beli salam, ialah: Masing-masing hendaklah bersikap

jujur dan tulus ikhlas serta hendaklah amanah dalam perjanjian-perjanjian yang telah

dibuat, Penjual hendaklah berusaha memenuhkan syarat-syarat yang telah ditetapkan

itu, Pembeli janganlah coba menolak barang-barang yang telah dijanjikan itu dengan

membuat berbagai-bagai alasan palsu, serta Sekiranya barang yang dibawa itu

terkurang sedikit dari pada syarat-syarat yang telah dibuat, masing-masing hendaklah

bertolak dan mencari keputusan yang sebaik-baiknya.22

21

Rahmat Syafi’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 54.

22 Chairuman pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 48.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

i. Fatwa Jual Beli Salam

Ketentuan fatwa DSN MUI Nomor 05/DSN MUI/IV/2000 menetapkan enam

hal:

1) Ketentuan pembayaran

a) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang,

atau manfaat.

b) Dilakukan saat kontrak disepakati (inadvance).

c) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk ibra’ (pembebasan utang).

2) Ketentuan barang

a) Harus jelas ciri-cirinya/spesifikasi dan dapat diakui sebagai utang.

b) Penyerahan dilakukan kemudian.

c) Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan

kesepakatan.

d) Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum barang tersebut diterimanya

(qabadh).

e) Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai

kesepakatan.

3) Penyerahan barang

a) Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan

kuantitas sesuai kesepakatan.

b) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, maka

penjual tidak boleh meminta tambahan harga sebagai ganti kualitas yang lebih

baik tersebut.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

c) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas lebih rendah, pembeli

mempunyai pilihan untuk menolak atau menerimanya, apabila pembeli rela

menerimanya, maka pembeli tidak boleh meminta pengurangan harga

(diskon). Para ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya muslam ilaih

menyerahkan muslam fiih yang berbeda dari yang telah disepakati.

d) Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari yang telah disepakati,

dengan beberapa syarat:

(1) Kualitas dan kuantitas barang sesuai dengan kesepakatan, tidak boleh lebih

tinggi ataupun lebih rendah.

(2) Tidak boleh menuntut tambahan harga

e) Jika semua/sebagian barang tidak tersedia tepat pada waktu penyerahan atau

kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka pembeli

memiliki dua pilihan:

(1) Membatalkan kontrak dan meminta kembali uang pembatalan kontrak

dengan pengembalian uang pembelian. Menurut jumhur ulama,

dimungkinkan dalam kontrak salam. Pembatalan penuh pengiriman

muslam fiqh dapat dilakukan sebagai ganti pembayaran kembali seluruh

modal salam yang telah dibayarkan.

(2) Menunggu sampai barang tersedia.

4) Pembatalan kontrak

Pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua belah pihak.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

5) Perselisihan

Jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, persoalannya diselesaikan

melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah.

j. Implikasi hukum akad salam

Sahnya akad salam, muslam ilaih berhak mendapatkan modal (ra’sul mal) dan

berkewajiban untuk mengirimkan muslam fiih kepada muslam. Bagi muslam, ia

berhak memiliki muslam fiih sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati, dan

berkewajiban membayarkan ra’sul mal kepada muslam ilaih. Sebenarnya, akad salam

ini identik dengan bai’ ma’dum, akan tetapi ia dikecualikan dan mendapatkan

rukhshah untuk dilakukan, karena adanya tuntutan kebutuhan dalam kehidupan

masyarakat, namun harus tetap memperhatikan syarat-syarat khusus sebagaimana

telah disebutkan.

k. Perbedaan antara jual beli salam dan jual beli biasa

Semua syarat-syarat dasar suatu akad jual beli biasa masih tetap ada pada jual

beli salam. Namun ada beberapa perbedaan antara keduanya. Misalnya :

1) Pada jual beli salam, perlu ditetapkan periode pengiriman barang, yang dalam

jual beli biasa tidak perlu.

2) Dalam jual beli salam, komoditas yang tidak dimiliki oleh penjual dapat dijual

yang dalam jual beli biasa tidak dapat dijual.

3) Pada jual beli salam, hanya komoditas yang secara tepat dapat ditentukan

kualitas dan kuantitasnya dapat dijual, yang dalam jual beli biasa, segala

komoditas yang dapat dimiliki bisa dijual, kecuali yang dilarang oleh Al-Qur’an

dan hadits.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

4) Pada jual beli salam, pembayaran harus dilakukan ketika membuat kontrak yang

dalam jual beli biasa, pembayaran dapat ditunda atau dapat dilakukan ketika

pengiriman barang berlangsung. 23

l. Keuntungan dan manfaat akad salam

Akad salam ini dibolehkan dalam syariah Islam karena punya hikmah dan

manfaat yang besar, dimana kebutuhan manusia dalam bermuamalat seringkali tidak

bisa dipisahkan dari kebutuhan atas akad ini. Kedua belah pihak, yaitu penjual dan

pembeli bisa sama-sama mendapatkan keuntungan dan manfaat dengan menggunakan

akad salam. Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan berupa:

1) Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan pada

waktu yang ia inginkan. Sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga

yang lebih murah bila dibandingkan dengan pembelian pada saat ia

membutuhkan kepada barang tersebut. Sedangkan penjual juga mendapatkan

keuntungan yang tidak kalah besar dibanding pembeli.

2) Penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan cara-cara yang

halal, sehingga ia dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya tanpa harus

membayar bunga. Dengan demikian selama belum jatuh tempo, penjual dapat

menggunakan uang pembayaran tersebut untuk menjalankan usahanya dan

mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa ada kewajiban apapun.

3) Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli, karena

biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang pesanan

berjarak cukup lama.24

23

Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat),(Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2003), h.146-147.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

2. Jual beli Online

Transaksi jual beli di dunia maya atau e-commerce merupakan salah satu

produk internet yang merupakan sebuah jaringan komputer yang saling terhubung

antara satu dengan yang lainnya. Dalam satu jaringan tersebut terdapat satu rangkaian

banyak terminal komputer yang bekerja dalam satu sistem komunikasi elektronik.

Jual beli online disebut juga e-commerce. E-commerce adalah satu set teknologi

dinamis, aplikasi, dan proses bisnis yang mengubungkan perusahaan, konsumen serta

komunitas tertentu melalui transaksi elektronik berupa perdagangan jasa maupun

informasi yang dilakukan melalui media elektronik.25

Secara umum perdagangan secara Islam menjelaskan adanya transaksi yang

bersifat fisik, dengan menghadirkan benda tersebut sewaktu transaksi sedangkan e-

commerce tidak seperti itu. E-commerce merupakan model perjanjian jual beli dengan

karakteristik yang berbeda dengan model transaksi jual beli biasa, apalagi dengan

daya jangkau yang tidak hanya lokal tapi juga bersifat global. Dari perkembangan

bentuk transaksi jual beli dan pemasaran itulah kemudian sekarang kita mengenal

istilah online shop. Pengertian online shop adalah suatu proses pembelian barang atau

jasa dari mereka yang menjual melalui internet. Dalam online shop tersebut penjual

dan pembeli melakukan transaksi jual beli tidak secara langsung, alias dipisahkan

oleh jarak, mereka hanya bertemu di dunia maya. baik itu melalui chat atau pembeli

hanya akan mengklik gambar dan spesifikasi barang yang dijual terjadilah akad jual

beli. Online shop biasanya menawarkan barangnya dengan menyebutkan spesifikasi

24

Saprida, “Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli (Akad Salam In The Sale And Purchase

Transactions)” h.125-129.

25Onno w Purbo dan Anang Arief Wahyudi, Mengenal e-Commerce, (Jakarta: Alex Media

computendo, 2018), h. 13.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

barang, harga, dan gambar. Pembeli memilih dan kemudian memesan barang yang

biasanya akan dikirim setelah pembeli mentransfer uang.

Bentuk baru kegiatan jual beli ini tentu mempunyai banyak nilai positif, di

antaranya kemudahan dalam melakukan transaksi (karena penjual dan pembeli tidak

perlu repot bertemu untuk melakukan transaksi). Namun, disamping transaksi e-

commerce ini juga tidak lepas dari berbagai tindak kejahatan penipuan transaksi e-

commerce dapat dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab

untuk melaksanakan aksinya seperti barang yang diterima konsumen tidak sama atau

tidak sesuai dengan deskripsi barang yang tercantum dalam web jual e-commerce,

bahkan barang yang dipesan tidak dikirim. Serta berbagai bentuk kejahatan lainnya.

Perlu adanya suatu yang mengatur jalannya transaksi e-commerse ini. Dengan

demikian penulis akan membahas bagaimana hukum jual beli online melalui akad

ba’i salam menurut interpretasi Imam Syafi’i ini, dengan terlebih dahulu mengulas

bagaimana pandangannya tentang akad ba’i salam ini, terutama yang berkaitan

dengan syarat sahnya akad ba’i salam.

3. Teori Perbandingan

a. Defenisi Perbandingan

Menurut Nazir (2005: 58) perbandingan adalah mencari jawaban secara

mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab

terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Bersifat membandingkan

antara dua kelompok atau lebih.

Menurut Hudson (2007: 3) perbandingan dilakukan untuk membandingkan pe

rsamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang mendasar

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

pada sebab akibat dalam menganalsis faktor-faktor penyebab atau terjadinya

fenomena tertentu. 26

Menurut H.C Gutteridge, pada hakikatnya perbandingan salah satu

pengetahuan yang sangat penting, karena perbandingan dapat dikatakan sebagai

suatu teknik, disiplin,pelaksanaan dan metode di mana nilai-nilai kehidupan manusia,

hubungan dan aktifitasnya dikenal dan dievaluasi. 27

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perbandingan adalah perbedaan

(selisih) kesamaan. Berdasarkan pengertian tersebut maka perbandingan adalah

adanya perbedaan baik dalam hal persamaan dan kekurangan.28

b. Metode Perbandingan

Metode perbandingan atau metode komparatif adalah sebuah teknik untuk

mempelajari perkembangan bahasa-bahasa melalui perbandingan ciri demi ciri dari

dua atau lebih bahasa berkerabat yang berasal dari satu bahasa leluhur yang sama.

Ciri-ciri ini kemudian diekstrapolasikan ke masa lalu untuk memperoleh gambaran

mengenai bahasa leluhur tersebut. Metode perbandingan dapat dikontraskan dengan

metode rekonstruksi intenal, yang berusaha mencari tahu mengenai perkembangan

internal dari sebuah bahasa melalui analisis ciri-ciri yang terdapat dalam bahasa

tersebut.

c. Konsep Fiqh Perbandingan

Fiqh Perbandingan dalam bahasa Arab dikenal dengan Istilah Fiqh muamalah

(fiqh perbandingan). Istilah ini sering dikaitkan dengan ilmu fiqh yang menggunakan

26

Mokhammad Najih, Pengantar Hukum Indonesia, ( Malang: Setara Press, 2012), h. 23.

27 Sajipto Rhardjo, Ilmu hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2010), h. 65.

28 Wartiningsih, Perbandingan Hukum, (Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2019), h. 26.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

metode perbandingan dan berusaha membandingkan satu atau beberapa aspek hukum

Islam. Fiqh perbandingan sering dikaitkan dengan produk pemkiran ulama mazhab

ataupun ulama-ulama kontemporer.

Mazhab merupakan kata tunggal, yang jamaknya adalah mazhahib¸

maksudnya sistem pemikiran atau sebuah pendekatan intelektual. Lafazh mazhab

sering digunakan dalam pengertian khusus yng berkaitan dengn aliran-aliran dalam

hukum Islam.

Mazhab merpakan kata tunggal, yang jamaknya adalah mazhahib, maksudnya

sistem pemikiran atau sebuah pendekatan intelektual. Lafazh mazhab sering

digunakan dalam pengertian khusus yang berkaitan dengan aliran-aliran dalam

hukum Islam.

d. Tujuan Fiqh Perbandingan

Fiqh merupakan produk pemikiran ulama dalam bidang hukum Islam, yang

merupakan kreasi luar bisa melalui pendekatan intelektual pada waktu dan kondisi

sosial tertentu, juga merupakan faktor penentu untuk menghasilkan kreasi di bidang

hukum Islam. Melalui metode perbandingan, dapat diketahui langkah-langkah

metodologis yang djjadikan tolak ukur bagi ulama fiqh mengangkat persoalan sosial

yang berkaitan dengan hukum Islam dan dapat mengetahui faktor-faktor yang

melatarbelakangi munculnya kreasi intelektual di bidang hukum Islam sesuai dengan

zamannya yang selalu mengalami perubahan.29

29

Siah Khosyi’ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h. 13-

14.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

H. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini merujuk pada Pedoman

Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Makalah dan Skripsi) yang diterbitkan IAIN Parepare,

tanpa mengabaikan buku-buku metodologi lainnya. Metode penelitian dalam buku

tersebut, mencakup beberapa bagian, yakni jenis penelitian, jenis dan sumber data

yang digunakan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.30

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam jenis penelitian library research

(penelitian kepustakaan), karena objek penelitian yang digunakan adalah kitab-kitab

tafsir atau buku-buku.

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, yaitu dengan menguraikan secara

sistematis pembahasan materi seperti akad ba’i Salam, E-commerce serta pemikiran

Imam Syafi’i tentang akad ba’i salam tersebut yang berasal dari sumber (kitab, buku,

majalah, internet). Kemudian dianalisis secara cermat guna memperoleh hasil

penelitian yang valid.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini mempergunakan pendekatan

normatif, yaitu pendekatan yang didasarkan pada dalil-dalil yang dijadikan istinbat

oleh Imam Syafi’i dalam menentukan akad ba’i salam, terutama dari segi syarat

sahnya, kemudian ditransformasikan ke dalam e-commerce.

30

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Makalah dan Skripsi), Edisi Revisi

(Parepare: IAIN Parepare, 2021), h. 30-36.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

3. Jenis dan Sumber

Sebagai penelitian kepustakaan, maka sumber data ada dua macam yang akan

dipaparkan sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari objek yang

akan diteliti. Adapun objek yang menjadi sumber data primer dari penelitian ini

adalah buku-buku yang merupakan sumber pustaka ilmiah yang secara resmi telah

menjadi pegangan seperti Al-Qur’an, hadis dan rujukan kitab fiqih Asy Syafi’i.

Adapun kitab yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah terjemahan kitab Al-

Umm yakni salah satu dari karya Imam Syafi’i.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh langsung dari pihak yang

diperlukan datanya. Adapun yang menjadi sumber data sekunder dari penelitian ini

adalah data-data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, skripsi, dan artikel yang

berhubungan dengan objek penelitian yaitu mengenai akad ba’i salam, e-commerce,

serta pemikiran Imam Syafi’i tentang akad ba’i salam dan data-data lainnya. Data

sekunder ini dapat menjadi bahan pelengkap bagi penelitian untuk membuktikan

peneitiannya menjadi lebih valid, sehingga membantu peneliti untuk memecahkan

masalah dan menyelesaikan dengan baik.

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini dilakukan melalui langkah

langkah sebagai berikut:

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.iainpare.ac.id/2480/2/17.2300.001 BAB 1.pdf · 2021. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama

a. Inventarisasi Data

Yaitu pendataan dan pengumpulan sumber pustaka yang relevan dengan pokok

bahasan.

b. Klarifikasi dan Sistematika Data

Data dan informasi yang telah terkumpul, dikelompokkan kedalam satuan-

satuan pembahasan dan diformulasikan sesuai dengan sitematika penyusunan skripsi.

5. Teknik Analisa Data

Dalam menganalisa data pada skripsi ini, penyusun menggunakan analisis

deduktif, yaitu suatu analisa dengan menggunakan data yang bersifat umum yaitu

menguraikan aturan tentang akad ba’i salam secara umum, serta menguraikan aturan

tentang akad ba’i salam menurut pandangan Imam Syafi’i yang sekaligus akan

dijadikan pijakan dalam menganalis mekanisme jual beli e-commerce, yang akan

melahirkan kesimpulan tentang boleh tidaknya transaksi e-commerce tersebut secara

khusus dari sisi mekanismenya.