bab i pendahuluan a. latar belakang masalahthesis.umy.ac.id/datapublik/t14553.pdf · a. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Partai Golongan Karya merupakan salah satu partai terbesar di Indonesia,
sebagaimana kita ketahui Partai Golongan Karya adalah partai yang paling sering
memenangkan pemilihan umum. Pada tanggal 4 s/d 7 Oktober 2009, Partai
Golongan Karya telah melaksanakan Musyawarah Nasional yang berlangsung di
Pekanbaru Riau untuk memilih ketua umum pada periode mendatang. Pada
Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya kali ini terdapat empat calon ketua
umum, diantaranya adalah Surya Paloh, Abu Rizal Bakrie, Yuddy Chrisnandi,
dan Tommi Suharto. Dari ke empat calon tersebut nama Surya Paloh dan Abu
Rizal Bakrie lah yang yang diprediksi sebagai kandidat terkuat pada pemilihan
ketua pada Musyawarah Nasional partai Golongan Karya kali ini. Persaingan
antar kedua kandidat itu pun mulai memanas, mulai dari perang iklan, saling
klaim mendapatkan paling banyak suara, isu black campaign ( kampanye hitam)
dan politik uang, bahkan perang spanduk di Pekanbaru,
Kubu Aburizal Bakrie, misalnya, dihantam isu lumpur Porong. Aburizal
Bakrie dianggap punya cacat moral karena masih bertanggung jawab dalam
peristiwa semburan yang terjadi sejak tiga tahun lalu. Sedangkan Surya Paloh
juga terancam menjadi korban kampanye hitam. Itu terkait beredarnya fotokopi
surat pemanggilan terhadap Surya Paloh sebagai saksi dalam dugaan
penyalahgunaan dana koordinasi pembebasan lahan Blok Cepu senilai Rp 3,8
2
miliar. Surya Paloh yang menjadi pemilik PT Surya Energi Raya (SER) seolah-
olah mengabaikan pemanggilan pertama oleh tim penyidik Kejari Bojonegoro.
Gambar 1.1. Berita isu kampanye hitam
Sumber : www.detik.com
3
Persaingan iklan antar kandidat jelas mewarnai pada Musyawarah
Nasional tersebut. Bahkan ada yang beranggapan bahwa pada Musyawarah
Nasional Partai Golongan Karya pada kali ini merupakan yang paling banyak
iklan politiknya dari pada Musyawarah Nasional sebelumnya. Saling klaim
dukungan tiap – tiap daerah, serta hasil survey suatu lembaga – lembaga
independen pun jadi senjata utama dalam persaingan iklan tersebut. Perang iklan
antar kandidatpun semakin memanas, mulai dari iklan cetak maupun elektronik.
Gambar 1. 2. Gambar Iklan Surya Paloh
Sumber : http://golkarkalsel.com/2009/10/07/golkar-kalsel-tetap-komit-kepada-surya-paloh/
4
Gambar 1.3. Gambar Iklan Aburizal Bakrie
Sumber : http://www.diptara.com/2009/10/aburizal-bakrie-golkar-dan-
lumpur.html
Perang iklan disini sangat jelas, dan memiliki satu misi yang sama, yaitu
menarik simpati masyarakat dalam rangka penggalangan suara terhadap kandidat
masing – masing. Dengan terjadinya fenomena tersebut telah menarik sorotan
dari berbagai kalangan pihak.
5
Selain mendapatkan sorotan dari masyarakat serta tokoh politik.
Persaingan iklan yang terjadi pada pelaksanaan Musyawarah Nasional Partai
Golkar kali ini menarik pula bagi media massa baik media cetak maupun
elektronik untuk menjadikannya berita utama. Beberapa media lokal dan nasional
beramai – ramai mengangkat realitas tersebut untuk menjadikan berita utama
dalam topik pemberitaaannya. Akan tetapi penyajian berita tidak akan dapat
lepas dari pandangan, opini dan keterpihakan dari wartawan mereka masing –
masing.
Seiring berkembangnya zaman, meluasnya pemakaian teknologi digital
sebagai pengantar informasi telah membuka jalan bagi Indonesia memasuki era
New Media. Sejumlah grup industri media besar nasional secara strategis telah
menyiapkan langkah konvergensi isi melalui dunia digital. Internet menjadi
teknologi konvergensi yang menyatukan berbagai platform media dalam satu
bentuk baru media. Ada dua karakter baru dari media yang bertumbuh lewat
internet itu. Pertama, kecenderungannya menyajikan peristiwa secara cepat dan
dihadirkan lewat beragam platform sekaligus, dari video, suara dan teks. Kedua,
melalui teknologi digital, pesan atau informasi menyebar secara horisontal, dari
satu pengguna ke satu komunitas, atau sebaliknya. Infrastruktur bagi jalan dan
berkembangnya media informasi digital kini lebih matang. Sejumlah media
tradisional seperti cetak dan siaran berbasis elektronik pun terpaksa melakukan
perubahan besar, dengan menghadirkan versi online di internet, dan mempertajam
persaingan mereka di ranah media digital.
6
Media Indonesia, VIVAnews dan Detik termasuk beberapa dari media
online nasional yang berusaha untuk menampilkan realitas tersebut. Berbagai
sudut pandang dan konstruksi realitas disajikan secara berbeda oleh setiap media
tersebut.
Media Indonesia merupakan salah satu media online nasional yang
mempunyai latar belakang sebagai media yang erat hubungannya dengan Partai
Golongan Karya. Hal ini karena salah satu orang penting sekaligus merupakan
kandidat yang diunggulkan dalam pencalonan ketua umum Partai Golongan
Karya pada Musyawarah Nasional kali ini yaitu Surya Paloh yang juga
merupakan Direktur utama pada media online ini. Dalam pemberitaan mengenai
Musyawarah Nasional Partai Golkar kali ini, Media Indonesia mayoritas
mengulas berbagai aktifitas Surya Paloh baik menjelang maupun setelah
pelaksanaan Musyawarah Nasional sehubungan tentang pencalonannya sebagai
kandidat ketua umum pada partai Golongan Karya.
Beberapa contoh headline pada Media Indonesia yang memberitakan
tentang pelaksanaan Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya ke VIII :
Media Indonesia Sabtu,12 September 2009 dengan head Line “Klaim Aburizal
tidak Logis”. Media Indonesia Senin, 28 September 2009 dengan head Line
“Surya Paloh Didukung 90% DPD”.
Pada head Line berita di atas, pemberitaan Media Indonesia menunjukan
kepemihakan media tersebut terhadap Surya Paloh, serta cenderung mengabaikan
pemberitaan yang lainya, baik pelaksanaan Musyawarah Nasional secara
keseluruhan maupun mengulas tentang kandidat lain.
7
Sama halnya dengan VIVAnews yang pemiliknya juga merupakan orang
penting sekaligus kandidat yang juga di unggulkan yaitu Abu Rizal Bakrie.
Beberapa contoh headline pada VIVAnews yang memberitakan tentang
pelaksanaan Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya ke VIII : VIVAnews
Jum’at, 11 September 2009 dengan headline” Aburizal Kantongi 70 Persen
Suara DPD”. VIVAnews Senin, 28 September 2009 dengan headline “Iklan
Surya Berbeda dengan Hasil Survei”.
Namun lain halnya dengan Detik. Detik merupakan media online pertama
yang ada di Indonesia yang sekaligus merupakan media online terpopuler pada
saat ini. Dalam perberitaannya detik juga memiliki karakteristik sendiri dalam
menyajikan sebuah berita.
Beberapa contoh headline pada Detik yang memberitakan tentang
pelaksanaan Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya ke VIII : Detik
Jum’at, 11 September 2009 dengan headline “25 DPD I Golkar Dukung Ical”.
Detik Senin, 28 September 2009 dengan headline “Ical Ragukan Klaim
Dukungan Paloh”
Media massa disini berusaha membentuk opini publik menurut kehendak
media tersebut. Setiap media mempunyai cara yang berbeda–beda dalam
menyajikan atau mengkonstruksi suatu realitas. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
setiap media memiliki ideologi yang berbeda–beda, sehingga pengambilan sudut
pandang terhadap suatu realitas di sesuaikan dengan ideologi media tersebut.
Namun di balik itu semua, media sebagai alat penyampaian pesan kepada
8
khalayak pembaca mempunyai peranan penting dalam membentuk persepsi
masyarakat yang bervariatif terhadap suatu berita.
Hal tersebut di atas membuat peneliti tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian pada ketiga media jurnalisme online tersebut, yaitu Media Indonesia,
Detik, dan VIVAnews.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat
merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana konstruksi media jurnalisme online Media Indonesia, Detik, dan
VIVAnews dalam membingkai berita tentang persaingan calon ketua umum
pada Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya?
2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pembingkaian tentang
persaingan calon ketua umum pada Musyawarah Nasional Partai Golongan
Karya?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah peneliti paparkan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana Media Indonesia online, VIVAnews dan Detik
membingkai berita mengenai persaingan calon ketua umum pada
Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya.
9
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberitaan pada
ketiga media tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang sangat besar. Baik
dari segi akademis maupun dari segi praktis.
1. Manfaat Akademis
Analisis framing merupakan sebuah studi dalam kajian teks media
dimana dengan menggunakan anilisis ini dapat di ketahui bagaimana masing-
masing media mengemas sebuah realitas dengan terlebih dahulu melewati
proses konstruksi untuk kemudian disajikan pada khalayak. Penelitian ini
diharapkan dapat menambah referensi bagi penelitian tentang teks media dari
sudut pandang konstruksionis.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis diharapkan mampu meningkatkan
kesadaran para khalayak untuk lebih mengetahui bagaimana berita itu di
sajikan dan bagaimana cara media mengemasnya hingga akhirnya mampu
mempengaruhi masyarakat dalam mempersepsikan suatu hal. Melalui
penelitian ini di harapkan khalayak benar-benar mampu dalam memandang
dan menganalisis suatu fenomena yang terjadi, berdasarkan konteks
sosiologis, politis, dan kultural yang melingkupinya.
10
E. Kerangka Teori
1. Paradigma Konstruksionis
Paradigma konstruksionis memandang realitas kehidupan sosial
bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Paradigma
konstruksionis ini lebih melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran
makna (Eriyanto 2002 : 37).
Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis :
a. Pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan
proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Makna
bukanlah suatu yang absolute, konsep statik yang ditemukan dalam suatu
pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam
suatu pesan.
b. Pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai
proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa bagaimana
pembentukan pesan dari sisi komunikator, dan dalam sisi penerima, ia
memeriksa bagaimana konstruksi (Eriyanto, 2002: 40-41).
Melalui interpretasi wartawan, sebuah peristiwa, isu ataupun
fenomena dapat menjadi sebuah berita yang menarik. Wartawan dapat
membentuk dan menentukan apakah suatu peristiwa atau realitas dapat
dijadikan berita. Menurut pandangan konstruksionis, sebuah teks berita tidak
bisa kita samakan seperti copy realitas. Ia haruslah dipandang sebagai
konstruksi atas realitas. Karenanya, terjadi peristiwa yang sama bisa jadi di
konstruksi secara berbeda, wartawan memiliki penafsiran atau konsep yang
11
berbeda dalam memaknai suatu peristiwa. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana
mereka mengkonstruksi peristiwa yang diwujudkat dalam sebuah teks berita.
Secara garis besar pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian
tersendiri dalam menilai bagaimana fakta, media, berita, dan wartawan. Hal
ini sangat bertentangan dengan paradigm positivis dalam memandang realitas.
Kita dapat melihat adanya perbedaan penilaian tersebut dalam table dibawah
ini :
Tabel 1.1
Perbedaaan Paradigma Positivis dan Paradigma Konstruksionis
Paradigma Positivis Paradigma Konstruksionis Perbedaan Ontologis
Ada fakta yang riil yang diatur kaidah-kaidah tertentu yang universal
Fakta merupakan konstruksi atas realitas
Berita merupakan cermin dan refleksi dari kenyataan
Berita tidak mungkin merupakan cermin dari realitas karena berita yang terbentuk merupakan konstruksi realitas.
Perbedaan Epistimologi
Ada suatu realitas obyektif, diluar diri wartawan. Wartawan meliput realitas yang tersedia dan obyektif.
Realitas bersifat subjektif. Realitas merupakan hasil pemahaman dan pemaknaan wartawan
Wartawan membuat jarak dengan obyek yang hendak diliput, sehingga yang tampil bias obyektif
Wartawan tidak mungkin membuat jarak dengan realitas. Realitas merupakan produk transaksionis antara wartawan dengan objek yang hendak diliput
Realitas sebagai hasil liputan wartawan harus bersifat obyektif, dalam arti memberitakan apa yang terjadi apa adanya
Realitas sebagai hasil liputan wartawan bersifat subjektif. Realitas yang terbentuk merupakan olahan dari pandangan atau perspektif dan pemaknaan wartawan ketika meliput suatu peristiwa.
12
Paradigma Positivis Paradigma Konstruksionis Perbedaan Aksiologis
Nilai, etika, opini dan pilihan moral berada diluar proses peliputan berita
Nilai, etika, atau keberpihakan wartawan tidak dapat dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa
Wartawan berperan sebagai pelapor
Wartawan berperan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial
Tujuan peliputan dan penulisan berita : eksplanasi dan menjelaskan apa adanya
Tujuan peliputan dan penulisan berita : rekonstruksi peristiwa secara dialektis antara wartawan dengan peristiwa yang diliput
Perbedaan Metodologis
Kualitas pemberitaan : liputan dua sisi. Objektif dan kredibel
Kualitas pemberitaan : interaksi antara wartawan dan objek yang diliputnya, intensitas
Menyingkirkan opini dan pandangan subjektif dari pemberitaan dan memakai bahasa straight, tidak menimbulkan penafsiran
Opini subjektifitas tidak dapat dihilangkankarena ketika meliput wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif dan bahasa selalu menimbulkan penafsiran yang beraneka ragam
(Guba & Lincoln dalam Agus Salim, 1994 : 77)
Dari tabel diatas maka kita dapat melihat adanya perbedaan cara
pandang antara pendekatan paradigma konstruksionis dan paradigma
positivistik dalam memandang realitas. Dalam penelitian ini, peneliti
menempatkan kerangka berpikir pada pendekatan paradigma konstruksionis
untuk mengetahui bagaimana media mengkonstruksi sebuah realitas dan
menyajikannya kepada khalayak.
13
2. Proses Produksi Berita
Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan menyortir
(memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu dalam
satu kategori tertentu (Eriyanto 2002 : 102).
Kita ketahui bahwa proses produksi berita bukan merupakan ruang
netral yang hanya digunakan sebagai penyampai pesan atau informasi, tetapi
proses pembentukan berita dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Proses
produksi berita melalui berbagai tahap, setiap tahap memiliki aktivitas yang
berbeda. Tahap paling awal dari produksi sebuah berita adalah begaimana
wartawan mempersepsi peristiwa/fakta yang akan diliput.
Terdapat beberapa tahap yang mempengaruhi proses produksi berita,
adalah sebagai berikut :
a. Rutinitas Organisasi
Praktik organisasi yang semula dimaksudkan sebagai pembagian
kerja, efektivitas, dan pelimpahan wewenang, akhirnya berubah menjadi
bentuk seleksi tersendiri (Stuart Hall, Chas Critcher, Tony Jefferson, John
Clarke dan Brian Roberts dalam Eriyanto, 2002 : 103).
Media memiliki urutan aktivitas yang rutin yang dilakukan oleh
redaksi. Sebelum sebuah berita diturunkan oleh media tentunya berita
akan melewati proses seleksi terlebih dahulu. Proses seleksi tersebut
dilakukan sebagai suatu bentuk rutinitas organisasi dalam pembentukan
berita.
14
b. Nilai Berita
Menurut Shoemaker dan Reese, nilai berita adalah elemen yang di
tujukan kepada khalayak. Memproduksi berita tidak ada bedanya dengan
memproduksi barang. Keduanya ditujukan kepada khalayak. Tetapi
keduanya berbeda dalam hal apa yang mereka jual. Nilai berita adalah
produk dari konstruksi wartawan.
Secara umum, nilai berita tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :
1) Prominance : Nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya atau arti
pentingnya. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang di
pandang penting.
2) Human Interest : Peristiwa lebih memungkinkan disebut berita kalau
peristiwa itu banyak mengandung unsure haru, sedih, dan menguras
emosi khalayak.
3) Conflict/Controversy : Peristiwa yang mengandung konflik lebih
potensial disebut berita dibandingkan dengan peristiwa yang biasa-
biasa saja.
4) Unusual : Berita mengandung peristiwa yang tidak biasa, peristiwa
yang jarang terjadi.
5) Proximity : Peristiwa yang dekat lebih layak diberitakan dibandingkan
denga peristiwa yang jauh, baik dari fisik maupun emosional
khalayak(Shoemaker dan Reese dalam Eriyanto, 2002:105).
15
Nilai berita adalah prosedur standar peristiwa bagi wartawan
maupun sebuah media tentang apa yang bisa diberitakan kepada khalayak.
Selain memiliki ukuran standar dalam menentukan berita, nilai berita juga
bisa dijadikan sebagai ideologi bagi kerja wartawan.
c. Kategori Berita
Secara umum, seperti dicatat Tuchman, wartawan memakai lima
kategori berita yaitu :
1) Hard News : Berita mengenai peristiwa yang terjadi saat itu. Kategori
berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualitas. Bahkan ukuran
keberhasilan dari kategori berita ini adalah dari sudut
kecepatannyadiberitakan. Kategori berita ini dipakai untuk melihat
apakah informasi itu diberikan kepadakhalayak dan sejauh mana
informasi tersebut cepat diterima khalayak. Peristiwa yang termasuk
kategori hard news ini bias peristiwa yang direncanakan, bias juga
peristiwa yang tidak direncanakan.
2) Soft News : Kategori ini berhubungan dengan kisah manusiawi (human
interest). Kategori ini tidak dibatasi oleh waktu, karena yang menjadi
ukuran dalam kategori ini bukanlah informasi dan kecepatan ketika
diterima oleh khalayak, melainkan apakah informasi yang disajikan
kepada khalayak tersebut menyentuh emosi dan perasaan khalayak.
Soft news adalah cerita yang menarik karena berhubungan dengan
kehidupan menusia. Soft news berhubungan dengan peristiwa yang
menarik.
16
3) Spot News : Subklasifikasi dari berita yang berkategori hard news.
Dalam spot news, peristiwa yang akan diliput tidak bisa direncanakan.
4) Developing News : Subklasifikasi dari hard news. Peristiwa yang
diberitakan adalah bagian dari rangkaian berita yang akan diteruskan
keesokan atau dalam berita selanjutnya.
5) Continuing News : Adalah subklasifikasi dari hard news. Dalam
continuing news peristiwa-peristiwa bisa diprediksi dan direncanakan
(Gaye Tuchman dalam Eriyanto,2002:108).
Kategorisasi berita dimaksudkan untuk mempermudah wartawan
dalam mengelompokkan sebuah berita. Wartawan memiliki kuasa penuh
terhadap kategori apa yang dipakai dalam membedakan jenis berita dan
subjek peristiwa
d. Ideologi Profesional / Objektifitas.
Menurut Shoemaker dan Reese, objektivitas lebih merupakan
ideologi bagi jurnalis di bandingkan seperangkat aturan atau praktik yang
disediakan oleh jurnalis. Dalam pandangan Tuchman, objektivitas adalah
ritual bagi proses pembentukan dan produksi berita. Objektivitas itu dalam
proses produksi berita secara umum digambarkan sebagai tidak
mencampuradukkan antara fakta dengan opini. Berita adalah fakta dan
karenanya dalam proses pencarian berita (news gathering) dan penulisan
berita, sama sekali tidak boleh terdapat opini. Berbagai prosedur dan
control tersebut untuk menunjukkan bahwa pekerjaan wartawan dan
media adalah menyampaikan fakta. Ia memang tidak bisa menggambarkan
17
peristiwa apa adanya 100% sesuai dengan kenyataan, tetapi prosedur ini
membatasi masuknya opini pribadi atau pendapat personal wartawan
dalam keseluruhan proses produksi berita (Eriyanto, 2002:112).
Pemberitaan pada Media Indonesia online, Detik, serta VIVAnews
mengenai persaingan iklan pada Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya
ke VIII yang berlangsung pada tanggal 4 s/d 7 oktober 2009 di Pekanbaru
Riau tidak lepas dari ideologi ketiga media tersebut. Konstruksi pesan yang
mereka buat serta subjektifitasnya jelas tidak lepas dari kepentingan media
tersebut dan juga untuk kepentingan-kepentingan sosial politik media itu sendiri.
3. Framing
Setiap media mempunyai cara pandang dan konsepsi yang berbeda-
beda dalam melihat suatu peristiwa atau realitas. Mereka memiliki pandangan
yang berbeda terhadap media dan teks berita. Penelitian untuk mengkaji
bagaimana isi teks media yang ditampilkan kepada khalayak dalam studi Ilmu
Komunikasi dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan metode
analisis framing. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat
bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai
untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media
(Eriyanto, 2002 : 10).
Gagasan framing pertama kali dilontarkan oleh Baterson pada tahun
1995. Frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur konseptual atau
perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan
18
wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk
mengapresiasi realitas. (Sobur, 2001 : 161).
Ada beberapa pengertian tentang Analisis Framing secara
terminologis yang diungkapkan oleh beberapa ahli (dalam Eriyanto, 2002:67-
68). Definisi-definisi tentang framing tersebut antara lain :
a. Robert N, Entman : Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga
bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain.
Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang
khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi
yang lain.
b. William A. Gamson : Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang
terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara
bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu
semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk
mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk
menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.
c. Todd Gitlin : Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan
disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak
pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaaan agar
tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan
dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu
dari realitas.
19
d. Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki : Strategi konstruksi dan
memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode
informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan
konvensi pembentukan berita.
Dari beberapa definisi framing yang disampaikan oleh berbagai ahli
tersebut memang terdapat perbedaan dalam hal penekanan dan pengertian,
akan tetapi ada titik singgung utama dari definisi framing tersebut. Faming
adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan
dikonstruksi oleh media.
Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa efek. Karena
sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai berbeda oleh media, bahkan
pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Realitas sosial yang kompleks
penuh dimensi dan tidak beraturan, disajikan dalam berita sebagai sesuatu
yang sederhana, beraturan dan memenuhi logika tertentu. Berdasarkan
penyederhanaan atas kompleksnya realitas yang disajikan media,
menimbulkan efek framing, yaitu:
a. Menonjolkan aspek tertentu-mengaburkan aspek lain.
Framing pada umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari
realitas. Dalam penulisan sering disebut sebagai fokus. Berita secara sadar
atau tidak diarahkan pada aspek tertentu. Akibatnya, ada aspek lainya
yang tidak mendapat perhatian yang memadai.
20
b. Menampilkan sisi tertentu-melupakan sisi lain.
Menampilkan aspek tertentu menyebabkan aspek lain yang penting dalam
memahami realitas tidak mendapatkan liputan yang memadai dalam
berita.
c. Menampilkan aktor tertentu-menyembunyikan aktor lainya.
Berita seringkali juga memfokuskan pemberitaan pada actor tertentu. Ini
tentu saja tidak salah. Tetapi efek yang segera terlihat adalah
memfokuskan pada satu pihak atau aktor tertentu menyebabkan aktor lain
yang mungkin relevan dan penting dalam pemberitaan menjadi
tersembunyi (Eriyanto, 2002 :141).
Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah
adanya bagian tertentu yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal.
Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang
disajikan secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang tidak disajikan
secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama
sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Framing
Dalam praktik jurnalistik, framing menjadi bagian yang penting bagi
wartawan dalam menyajikan berita. “Framing dapat diartikan pula sebagai
pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang
digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita” (Sobur,
2001: 162). Latar belakang pendidikan wartawan dan institusi ideologi media
21
jelas mempunyai pengaruh besar dalam proses seleksi dan penulisan berita.
Setiap peristiwa atau realitas dapat disajikan secara berbeda oleh wartawan
melalui media. Bahkan terhadap peristiwa yang sama pun, sebuah realitas
dapat dikonstruksi secara berbeda antara media satu dengan yang lain.. Setiap
jurnalis tentunya mempunyai cara pandang yang berbeda-beda dalam
mengemas sebuah berita, hal ini dapat kita ketahui dengan menggunakan
framing.
Menurut Eriyanto, ada dua aspek dalam framing yaitu memilih fakta
atau realitas dan menulis fakta. Dalam memilih fakta, proses pemilihan fakta
didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa
perspektif. Dalam memilih fakta atau realitas, jurnalis dimungkinkan untuk
memilih (included) atau membuang fakta (excluded), bagian mana saja yang
ditekankan dalam berita serta bagian mana yang tidak perlu diberitakan.
Dalam hal ini sebuah peristiwa dilihat dari sisi tertentu. Akibatnya,
pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu
media dengan media lainya. (Eriyanto 2002:69).
Selanjutnya dalam menuliskan fakta yaitu tentang bagaimana fakta
yang telah dipilih itu disajikan kepada khalayak melalui kata, kalimat,
proposisi, foto, gambar serta menempatkannya di headline, halaman depan
atau bagian belakang. Elemen penonjolan fakta ini berhubungn dengan
penonjolan realitas, akibatnya aspek tertentu yang ditonjolkan menjadi
menonjol, lebih mendapatkan alokasi dan perhatian yang besar dibanding
aspek lainnya. Realitas yang disajikan secara nmenonjol atau mencolok,
22
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi
khalayak dalam memahami suatu realitas (Eriyanto, 2002:70).
Dua aspek lain yang berpengaruh besar pada konsep framing yaitu
aspek psikologi dan sosiologi :
a. Dimensi psikologis.
Framing sangat berhubungan dengan dimensi psikologi. Secara
psikologis, orang cenderung menyederhanakan realitas dan dunia yang
kompleks itu bukan hanya agar lebih sederhana dan dapat dipahami, tetapi
juga agar lebih mempunyai perspektif/dimensi tertentu. Orang cenderung
melihat dunia ini dalam perspektif tertentu, pesan atau realitas juga
cenderung dilihat dalam kerangka berpikir tertentu. .
b. Dimensi sosiologis.
Selain psikologi, konsep framing juga banyak mendapat pengaruh dari
lapangan sosiologi. Garis sosiologi ini terutama dapat ditarik dari Alfred
Schutz, Erving Goffnman hingga Peter L. Berger. Pada level sosiologis,
frame dilihat terutama untuk mejelaskan bagaimana organisasi dari ruang
berita dan pembuat berita membentuk berita secara bersama-sama. Ini
menempatkan media sebagai organisasi yang kompleks yang menyertakan
di dalamnya praktik profesional. Berita ditempatkan, dicari, dan
disebarkan lewat praktik professional dalam organisasi (Eriyanto, 2002 :
71-79).
23
Eoin Devereux dalam bukunya ”Understanding Media” menyebutkan
bahwa kepemilikan media turut memberikan implikasi bagi pemberitaan pada
sebuah media, antara lain :
a. Adanya fakta bahwa para pemilik media massa menjadi konglomerat-
konglomerat transnasional yang mempunyai wewenang mengontrol
dibidang media dan non media.
b. Terjadinya pergantian audience sebagai konsumen dari media, bukan
sebagai warga Negara yang sudah seharusnya mendapatkan informasi dari
media itu sendiri atas apa yang sedang terjadi di sekitarnya.
c. Timbulnya kekuasaan yang cenderung mendominasi di bidang ekonomi
dan politik dalam kaitannya dengan kepemilikan media.
d. Adanya intervensi atau campur tangan dari pemilik modal dan pemilik
media terhadap pemberitaan di media miliknya, khususnya pemberitaan
mengenai dirinya atau media yang ia miliki.
e. Adanya deviasi atau penyimpangan dalam berita, sehingga para awak
media tidak lagi begitu mempedulikan kode etik dalam produksi dan
proses peliputan berita.
f. Adanaya ideology yang dominan dalam media massa, sehingga
mempengaruhi proses produksi berita. (Devereux, 2003 : 54).
Media sering kali hanya menyoroti hal-hal yang penting dan memiliki
nilai berita dari sebuah peristiwa. Berbagai kepentingan dan pertimbangan
media, dan pihak-pihak tertentu yang memiliki hubungan khusus dengan
24
media tersebut, dapat mempengaruhi proses pemberitaan atau pembentukan
sebuah berita.
5. Media Online
Media online merupakan salah satu penerapan dari perkembangan
pengalaman baru dalam mengkonsumsi berita. Media online merupakan
bagian dari media baru (new media). Teknologi media baru pada dasarnya
merupakan cara baru yang bisa digunakan dalam mempresentasikan dunia.
Media baru membantu mendapatkan informasi dunia yang terbentang luas di
luar sana. Cara-cara ini mengalami perkembangan yang sangat cepat. Media
baru juga menimbulkan hubungan yang baru antara subjek (user atau
konsumen) dengan media melalui teknologi media. Pada akhirnya akan
menimbulkan perubahan dalam hal penerimaan atau penggunaan media itu
sendiri pada saat berkomunikasi. Perbedaan akan muncul di tengah-tengah
hubungan antara yang alami (pengguna) dengan teknologi (media). Perbedaan
yang dimaksud adalah perbedaan sifat-sifat asli keduanya. Bahkan hubungan
ini juga akan menunjukkan produksi serta pola organisasi, dari pembentukan
atau penyusunan, peraturan dan pengendalian, kepemilikan dan
pengintegrasian budaya yang lebih luas dalam media, industri dan ekonomi.
Ada beberapa kriteria yang merupakan unsur dari media baru yaitu
diditality, interactivity, hypertext, dispersial,virtuality, cyberspace (Lister, M.
Dovey, J. Gidding, S. Grant, I. Kelly, K, 2003:13).
25
1) Digitality : “Digitalization refers to the conversion of analog information
into the computer readable format of 1s and 0s” yang artinya bahwa
digital adalah perubahan dari informasi analog menjadi format komputer
yang menarik dalam 1 detik dan 0 detik (Pavlik, 1996 : 133). Dalam hal
ini, semua konten di rubah dan disajikan menggunakan format digital dan
diakses dengan perangkat digital.
2) Interactivity : “ln a telecommunications context, interactivity means two-
way communication between source and receiver, or more broadly,
multidirectional communication between any number of sources and
receivers. ln a broadest sense, interactivity simply means a process of
reciprocal influence”. Yang artinya “Dalam konteks telekomunikasi,
interaktivitas berarti komunikasi dua arah antara sumber dan penerima,
atau lebih luas, multiarah komunikasi antara sejumlah sumber dan
penerima. Dalam pengertian yang luas, interaktivitas hanya berarti proses
pengaruh timbal-balik” (Pavlik 1996 : 135). Komunikasi dianggap sebagai
hubungan diantara dua orang atau lebih yang terjadi feedback diantara
keduanya.
3) Hypertext : “Hypertext is a simple idea, it is implications are
enormous and have served as the foundation for much subsequent
work in multimedia computing in which digital data, text, audio, and
video are linked in spider web fashion in an n-dimensional space
rather than linearly as they are in conventional media such as
newspapers or television”, diartikan bahwa hypertext adalah suatu ide
26
sederhana, pengertian ini sangat luas dan telah disediakan sebagai
dasar dalam pekerjaan multimedia antara lain yaitu data digital, teks,
audio, dan video yang dihubungkan dengan perangkat
spiderweb(jaring laba-laba)dalam suatu jarak dimensi yang lebih baik
daripada disajikan secara linear pada saat mereka sebagai media
konvensional seperti surat kabar atau televisi (Pavlik, 1996 : 134).
4) Dispersal : “The new media are no longer mass media in the
traditional sense of sending a limited number of messages to a
homogeneous mass audience. Because of the multiplicity of messages
and sources, the audience itself becomes more selective. The targeted
audience tends to choose its messages, so deepening its segmentation,
enhancing the individual relationship between sender and receiver”,
yang diartikan “media baru tidak lagi media massa dalam pengertian
tradisional mengirim sejumlah pesan kepada khalayak yang homogen.
Karena banyaknya pesan dan sumber, khalayak menjadi lebih selektif.
konsumen yang ditargetkan cenderung untuk memilih pesan-pesannya,
sehingga memperdalam dengan segmentasi, meningkatkan hubungan
individu antara pengirim dan penerima” (Lister, M. Dovey, J. Gidding,
S. Grant, I. Kelly, K, 2003 :30). Sifat dispersal yang dimiliki media
baru menunjukkan bahwa dari segi produksi dan konsumsi menjadi
terdesentralisasi atau tidak terpusat. Arus informasi yang berlangsung
menjadi makin personal, karena setiap orang mempunyai kebebasan
untuk memilih informasi yang mereka butuhkan.
27
5) Virtuality : Sebuah teknologi berbasis komputer yang dapat
mensimulasikan realitas tertentu dan memungkinkan pengguna untuk
berinteraksi dengan lingkungan. Dengan kata lain, realitas adalah
simulasi dengan komputer grafis, video dan berbagai bentuk media
dan gambar teknologi dan realitas sehingga dibangun untuk
menyediakan interaksi pengguna dengan yang lain.
6) Cyberspace : Sebuah ruang konseptual dimana kata-kata, human
relation, data-data dan sebagainya dimanifestasikan oleh individu
dengan menggunakan computer-mediated communication.
Media online membantu konsumen untuk mendapatkan informasi
secara cepat dan up to date. Konsumen bisa mendapatkan informasi
dengan mengakses melalui internet. Konsumen juga dengan mudah berita
yang telah di upload sebelumnya. Selain itu Media online dapat
membantu konsumen untuk menyampaikan aspirasinya dan berinteraksi
dengan redaksi media maupun dengan sesama konsumen. Redaksi telah
menyediakan tempat bagi konsumen untuk memberikan komentar dan
tanggapan, yang kemudian akan langsung dimuat dalam media online
tersebut.
Teknik penulisan dalam media online berbeda dengan media cetak.
Penuliisan dalam media online cenderung lebih bebas. Dalam media
online, pada halaman pertama terdapat tampilan berita-berita terbaru yang
terdiri dari judul dan lead. Lead biasanya merupakan cakupan dari alinea
28
pertama dari artikel berita. Lead disini berperan penting dalam menarik
perhatian pembaca.
Ada beberapa perbedaan yang membedakan antara media cetak
dengan media online, antara lain sebagai berikut :
Tabel 1.2 Perbedaan Teknis Media Cetak dengan Media Online
Unsur Media Cetak Media Online
Pembatasan
panjang
naskah
Biasanya panjang
naskah telah dibatasi,
misalnya 5 – 7 halaman
kuarto diketik 2 spasi.
Tidak ada pembatasan panjang naskah,
karena halaman web bisa menampung
naskah yang sepanjang apapun. Namun demi
alasan kecepatan akses, keindahan desain
dan alasan-alasan teknis lainnya, perlu
dihindarkan penulisan naskah yang terlalu
panjang.
Prosedur
naskah
Naskah biasanya harus
di-ACC oleh redaksi
sebelum dimuat.
Sama saja. Namun ada sejumlah media yang
memperbolehkan wartawan di lapangan
yang telah dipercaya untuk meng-upload
sendiri tulisan-tulisan mereka.
Editing
Kalau sudah naik cetak
(atau sudah di-film-kan
pada proses percetakan),
tak bisa diedit lagi.
Walaupun sudah online, masih bisa diedit
dengan leluasa. Tapi biasanya, editing hanya
mencakup masalah-masalah teknis, seperti
merevisi salah ketik, dan seterusnya.
29
Unsur Media Cetak Media Online
Tugas
desainer atau
layouter
Tiap edisi, desainer atau
layouter harus tetap
bekerja untuk
menyelesaikan desain
pada edisi tersebut.
Desainer dan programmer cukup bekerja
sekali saja, yakni di awal pembuatan situs
web. Selanjutnya, tugas mereka hanya pada
masalah-masalah maintenance atau ketika
perusahaan memutuskan untuk mengubah
desain dan sebagainya. Setiap kali redaksi
meng-upload naskah, naskah itu akan
langsung “masuk” ke desain secara otomatis.
Jadwal terbit
Berkala (harian,
mingguan, bulanan, dua
mingguan, dan
sebagainya).
Kapan saja bisa, tidak ada jadwal khusus,
kecuali untuk jenis-jenis tulisan/rubrik
tertentu.
Distribusi
Walau sudah selesai
dicetak, media tersebut
belum bisa langsung
dibaca oleh khalayak
ramai sebelum melalui
proses distribusi.
Begitu di-upload, setiap berita dapat
langsung dibaca oleh semua orang di seluruh
dunia yang memiliki akses internet.
http://jonru.multiply.com/journal/item/128 (03-02-2010)
30
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode
penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah
(Lexy J. Moleong, 2005:6)
Data-data dalam penelitian ini disajikan secara kualitatif. Data yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah beriata yang dimuat pada Detik,
VIVAnews, dan Media Indonesia online tentang pemberitaan pemilihan calon
ketua umum serta persaingan yang terjadi pada Musyawarah Nasional Partai
Golongan Karya ke VIII.
Dalam penelitian ini analisis framing digunakan untuk mengungkap
konstruksi yang dilakukan media (Detik, VIVAnews, dan Media Indonesia
online tentang pemberitaan pemilihan calon ketua umum serta persaingan
yang terjadi pada Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya ke VIII ).
Analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat
mengkonstruksi fakta (Sobur, 2006:162). Konstruksi yang dengan sengaja di
buat untuk mengemas realita menjadi berita yang akan di sampaikan kepada
khalayak. Konstruksi inilah yang menentukan akan dibentuk seperti apa suatu
berita ke dalam sebuah media. Pemahaman dan konstruksi atas suatu
31
peristiwa bias jadi berbeda antara satu media dengan media yang lain
(Eriyanto,2002:70).
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma
konstruksionisme dengan metode penelitian kualitatif dan menggunakan
analisis framing. Penelitian ini dilakukan bukan untuk membandingkan antara
konstruksi yang di bentuk oleh media dengan realitas sebenarnya, tetapi
bagaimana konstruksi realitas antara media satu dengan media lain, dalam hal
ini adalah Media Indonesia online, detik, dan VIVAnews.
2. Obyek/Sasaran Penelitian
Media Indonesia online, Detik, dan VIVAnews adalah objek dalam
penelitian pada skripsi ini. Perbedaan penyajian berita antara ketiga media
tersebut menjadikan hal yang menarik untuk diteliti.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini dalam pengumpulan datanya menggunakan teknik
dokumentasi yang merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen yang ada dan catatan yang
dimiliki oleh unit analisis, sehingga dapat dimanfaatkan guna memperoleh
data serta melengkapi data.
a. Data Primer
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Media Indonesia online, Detik,
dan VIVAnews sebagai data primer untuk mencari data-data yang akan
32
diteliti mengenai persaingan antar kandidat dalam memperebutkan kursi
ketua umum pada Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya, yaitu
pada tanggal 1 September s/d 7 Oktober 2009.
b. Data Sekunder
Peneliti juga mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen, buku-
buku, internet, serta beberapa surat kabar yang menunjang dalam
penelitian ini guna melengkapi data.
4. Teknik Analisis Data
Peneliti menggunakan metode analisis framing dalam menganalisis
penelitian ini. Ada berbagai definisi yang disampaikan oleh beberapa ahli,
akan tetapi meskipun berbeda dalam penekanan dan pengertian, namun ada
titik singgung utama dari definisi framing tersebut. Secara garis besar analisis
framing adalah metode untuk melihat cara bercerita media atas peristiwa
(Eriyanto, 2002:10).
Metode framing dalam studi Ilmu Komunikasi terdapat beberapa
model framing, yaitu : Robert N Entman, Murray Edelman, William A
Gamson dan Zhondang Pan, dan Gerald M Kosicki. Setiap model
mendefinisikan dan menawarkan beragam cara berbeda dalam menganalisis
isi teks media.
Dalam penelitian ini akan menggunakan model framing milik Robert
N. Entman guna menjawab rumusan masalah untuk mencapai tujuan
penelitian. Elemen-elemen framing milik Robert N. Entman lebih sesuai bila
33
di bandingkan dengan elemen framing model lain untuk diterapkan pada
penelitian ini, karena penelitian ini menggunakan media jurnalisme online,
muatan berita pada jurnalisme online lebih mengutamakan kecepatan dan
cenderung mengabaikan unsur kelengkapan berita.
Entman mengunakan perangkat framing dalam menganalisis berita
dengan melihat gambaran secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan
ditandai oleh wartawan. Elemen framing dalam berita tersebut antara lain
sebagai berikut :
a. Define Problems (Pendefinisian Masalah)
Identifikasi merupakan elemen pertama yang dapat menunjukkan kepada
kita tentang framing. Elemen ini merupakan elemen dasar serta
merupakan master frame (bingkai) yang paling utama. Pada elemen ini
menekankan bagaimana suatu peristiwa ini dipahami oleh wartawan.
Wartawan akan menekankan satu masalah yang menjadi pokok utama
berita tersebut. Suatu peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda-
beda, dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan
yang berbeda sehingga cenderung menimbulkan penafsiran yang berbeda
pula bagi khalayak. Perbedaan bingkai berita ini bukan dengan maksud
membanding-bandingkan mana yang salah dan mana yang benar,
melainkan bagaimana sudut pandang setiap media terhadap realitas yang
sama.
34
b. Diagnose Causes (Memperkirakan Penyebab Masalah)
Memperkirakan penyebab masalah, merupakan elemen framing untuk
membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa.
Pelaku dalam suatu peristiwa sangat berpengaruh dalam elemen ini.
Bagaimana suatu berita dipandang dari segi tokoh-tokoh yang berada
dibelakangnya, maka akan muncul dengan sendirinya siapa/apa penyebab
dan apa yang disebabkan. Ketika suatu peristiwa akan menjadi sebuah
berita, maka akan ditemukan apa atau siapa yang menyebabkan suatu
peristiwa bias terjadi. Hal ini akan terlihat secara luas dengan sendirinya
karena konstruksi yang dibentuk oleh media, tergantung pada cara
pandang media itu sendiri.
c. Make Moral Judgement (Membuat Pilihan Moral)
Make Moral Judgement adalah elemen framing yang dipakai untuk
membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah
yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah
sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk
mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan
sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.
d. Treatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian)
Pada setiap peristiwa yang akan dibingkai adalah peristiwa yang
membutuhkan suatu penyelesaian. Elemen framing ini dipakai untuk
menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan, jalan apa yang dipilih untuk
menyelesaikan masalah. Penyelesaian ini tentu saja sangat bergantung
35
pada bagaimana suatu peristiwa dilihat dan siapa yang dipandang sebagai
penyebab masalah (Eriyanto, 2002:191).
G. Sistematika Penulisan
Peneliti akan membagi skripsi ini menjadi IV bab. Dalam setiap bab
memiliki kandungan yang berbeda-beda. Pada bab I peneliti akan menjelaskan
latar belakang masalah dan rumusan masalah mengenai pemberitaan Musyawarah
Nasional Partai Golongan Karya yang di warnai perang iklan antar kandidat;
tujuan penelitian, yaitu merumuskan apa yang menjadi tujuan penelitian; manfaat
penelitian, melihat manfaat apa saja yang akan didapatkan melalui penelitian ini;
kerangka teori, yaitu dasar-dasar teori yang digunakan dalam menelaah serta
mendalami sebagai landasan utama dalam melakukan penelitian; dan metode
penelitian, yaitu pemilihan metode dalam melakukan penelitian ini.
Kemudian pada bab II, berisi tentang profil Media Indonesia Online,
VivaNews, dan detik. Pada bab ini, kita dapat melihat bagaimana latar belakang
serta sejarah dari ketiga media tersebut, bagaimana proses produksi pesan yang
mereka lakukan serta apa latar belakang ideology mereka.
Pada bab III akan dijelaskan bagaimana analisis dari data-data yang telah
diperoleh peneliti. Data-data ini berupa beberapa berita yang memuat mengenai
pemberitaan Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya VIII yang di warnai
perang iklan antar kandidat pada Media Indonesia Online, VivaNews, dan detik.
Bab ini menjelaskan bagaimana konstruksi dari ketiga media terhadap
pemberitaan tersebut sehingga menjadi wacana khalayak.
36
Pada bab terakhir, yaitu bab IV akan menyajikan kesimpulan dan saran
dari data serta analisa data yang dilakukan. Penelitian ini akan memberikan hasil
yang terlihat sehingga dapat dijelaskan dalam kesimpulan. Pada bagian saran
diharapkan pembaca skripsi dapat memberikan penilaian terhadap pemberitaan
Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya VIII yang di warnai perang iklan
antar kandidat. Beberapa lampiran berkaitan dengan berita-berita yang menjadi
data akan disertakan dalam skripsi ini.