bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... ·...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa pulau. Indonesia sebagai negara kepulauan memerlukan peran transportasi yang baik, berupa transportasi darat, laut, maupun udara. Transportasi berperan sebagai penghubung antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya. Transportasi sangat penting dalam mengembangkan perekonomian nasional. Salah satu sarana transportasi yang berperan penting sebagai sarana lalu lintas adalah sarana infrastruktur jalan. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, jalan kabel. Peningkatan taraf hidup rakyat mengakibatkan pembangunan yang cukup berpengaruh terhadap perubahan sosial masyarakat. Masyarakat yang dahulu pergi ke tempat kerja dengan berjalan kaki, sekarang sudah naik kendaraan, yang dahulu naik angkutan umum, sekarang sudah memiliki kendaraan sendiri, yang semula naik sepeda motor sekarang sudah berganti dengan mobil pribadi. Melajunya usaha pembangunan disegala bidang, terutama bidang ekonomi, dan transportasi, akan memberikan dampak terhadap perkembangan sarana angkutan jalan raya atau transportasi darat dengan sangat pesat.

Upload: others

Post on 03-Mar-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

pulau. Indonesia sebagai negara kepulauan memerlukan peran transportasi

yang baik, berupa transportasi darat, laut, maupun udara. Transportasi

berperan sebagai penghubung antara wilayah yang satu dengan wilayah

yang lainnya. Transportasi sangat penting dalam mengembangkan

perekonomian nasional. Salah satu sarana transportasi yang berperan

penting sebagai sarana lalu lintas adalah sarana infrastruktur jalan. Jalan

adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah,

di bawah permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali

jalan kereta api, jalan lori, jalan kabel.

Peningkatan taraf hidup rakyat mengakibatkan pembangunan yang cukup

berpengaruh terhadap perubahan sosial masyarakat. Masyarakat yang dahulu

pergi ke tempat kerja dengan berjalan kaki, sekarang sudah naik kendaraan,

yang dahulu naik angkutan umum, sekarang sudah memiliki kendaraan sendiri,

yang semula naik sepeda motor sekarang sudah berganti dengan mobil pribadi.

Melajunya usaha pembangunan disegala bidang, terutama bidang ekonomi, dan

transportasi, akan memberikan dampak terhadap perkembangan sarana

angkutan jalan raya atau transportasi darat dengan sangat pesat.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

2

Kemajuan transportasi darat ternyata menimbulkan masalah yang

sangat rumit dalam pengaturan lalu lintas, seperti timbulnya masalah

kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Kecelakaan lalu lintas menurut Pasal 1

angka 24 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan (UULLAJ) adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak

diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan atau pengguna jalan lain

yang mengakibatkan korban manusia dan kerugian harta benda. Korban

kecelakaan lalu lintas dapat berupa korban luka ringan, luka berat dan

meninggal dunia diperhitungkan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah

kecelakaan terjadi. Kecelakaan biasanya terjadi berawal dari ketidak

patuhan pengguna jalan terhadap peraturan lalu lintas.

Kurangnya kesadaran hukum dari pengendara kendaraan bermotor atas apa

yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan

menjadi titik awal terjadinya kecelakaan. Mobilitas kendaraan bermotor

yang semakin pesat sangat berpengaruh dalam hal banyaknya kecelakaan di

jalan raya, yang berakibat korban luka, maupun meninggal.1

Pelanggaran lalu lintas merupakan perbuatan yang dilakukan oleh

seseorang atau lebih yang melanggar ketentuan Undang-undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sehingga pelaku

disanksi dengan hukuman badan dan/atau denda sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku. Kecelakaan merupakan suatu bentuk dari tindak

pidana lalu lintas. Kecelakaan terjadi diakibatkan oleh pelaku, baik

disengaja ataupun karena kealpaannya mengakibatkan kerugian materil,

luka-luka, dan/atau korban jiwa dalam dunia lalu lintas dan angkutan jalan.

1 Nyonya Mercy Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku kecelakaan lalu lintas yang

mengakibatkan kematian. Introductions.pdf. 8 Maret 2016. Hal 2.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

3

Kecelakaan dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan lebih merujuk pada suatu hal yang terjadi secara

tidak sengaja atau culpa.

Maksud dari arti culpa adalah kesalahan pada umumnya, tetapi dalam

ilmu pengetahuan hukum mempunyai arti teknis, yaitu suatu macam

kesalahan si pelaku tindak pidana yang tidak seberat seperti kesengajaan,

yaitu kurang berhati-hati sehingga akibat yang tidak disengaja terjadi.2

Ketentuan Pasal 229 ayat (5) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, bahwa :

"Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

disebabkan oleh kelalaian Pengguna Jalan, ketidaklayakan Kendaraan,

serta ketidaklayakan Jalan dan/atau lingkungan".

Merujuk pada pasal tersebut, kecelakaan lalu lintas dapat terjadi

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manusia, kendaraan, infrastruktur,

dan iklim/cuaca.

Berdasarkan artikel dari website resmi Badan Intelijen Negara, melihat

pada Outlook 2013 Transportasi Indonesia, penyebab terbesar terjadinya

kecelakaan lalu lintas adalah faktor manusia yang lalai ketika

mengendarai kendaraan bermotor yang mengakibatkan terjadinya

kecelakaan sehingga menimbulkan kerugian materil, luka-luka, maupun

korban jiwa.3

Pada perkembangannya, pelaku tindak pidana lalu lintas jalan ini

banyak yang memberikan santunan kepada korbannya sebagai bentuk

perdamaian.

2 Projodikoro, Wirjoyo. 2003. Asas Asas Hukum Pidana di Indonesia. Jakarta: Erosco. hal

122.

3 Valerian. Kecelakaan lalu-lintas menjadi pembunuh terbesar ketiga. www.bin.go.id/1974,

diakses pada 02 Maret 2016 Pukul 10.00 WIB

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

4

Santunan bagi korban tindak pidana lalu lintas jalan pada saat ini

seperti sudah menjadi kewajiban dalam perdamaian, apalagi jika

pelaku tindak pidananya adalah orang yang mempunyai kedudukan

ekonomi kuat atau mempunyai uang yang berlebih. Pada proses

persidangannya sendiri hakim akan selalu menanyakan kepada pelaku

tindak pidana lalu lintas jalan, apakah sudah memberikan santunan

kepada korban atau keluarganya. Hal ini disebabkan korban pelanggar

lalu lintas jalan umumnya mengalami luka-luka atau luka berat,

sehingga harus dirawat di rumah sakit yang memerlukan biaya,

maupun yang meninggal dunia memerlukan biaya pemakaman.4

Dalam sistem peradilan pidana korban merupakan subyek yang

terlupakan. Bahkan Korban tindak pidana sering menjadi korban kedua

setelah selesainya proses peradilan pidana, itulah sebabnya korban

tindak pidana mengalami trauma seumur hidup karena peristiwa yang

menimpa dirinya. Ketika peristiwa itu mengalami proses untuk menuju

keadilan ia harus menjadi saksi, menjadi subyek yang penting dalam

menemukan dan membuat titik terang dari terjadinya tindak pidana,

maka tidak heran jika korban adalah unsur penting dalam teori segitiga

di Kepolisian, dan bila proses itu memasuki tahap berikutnya maka ia

menjadi saksi di Pengadilan dengan biaya sendiri dan menceritakan

kejadian itu di Pengadilan secara berulang-ulang dan bila telah

berakhir dengan adanya keputusan hakim, korban tidak mendapatkan

apa-apa atau tidak mendapatkan kompensasi atau restitusi.5

Penegakan hukum dalam perkara kecelakaan lalu lintas akan dapat

dijalankan dengan baik melalui tindakan aparat penegak hukum yang tegas

dan tidak memihak.

Tindakan yang dilakukan penegak hukum dalam menangani kasus

kecelakaan lalu lintas diantaranya adalah tindakan represif (penindakan)

dan kewenangan diskresi. Tindakan represif dilakukan terhadap kecelakaan

lalu lintas melalui penegakan hukum yang dilakukan secara efektif dan

efisien. Pada dasarnya tindakan represif ini bukan semata-mata ditujukan

untuk memberikan pelajaran secara paksa atau untuk menghukum kepada

setiap pelaku, namun dimaksudkan untuk menimbulkan kejeraan bagi yang

bersangkutan agar tidak mengulangi perbuatannya lagi.6

4 Al Mahdi, Mohd Din, dan Saifudin Bantasyam. 2013. Perdamaian Dalam Tindak Pidana

Kecelakaan Lalu Lintas. Banda Aceh. Jurnal Hukum. Vol. 2 No. 1. Fakultas Hukum. Universitas

Syiah Kuala. Hal. 47

5 Ibid

6 Laksamana, http://library.pancabudi.ac.id/jurnal_files/Kesadaran Berlalu LIntas untuk

Mencegah Angkan Kecelakaan, jurnal(I)Ilmiah Abdilmu, hml 3 No. 1 2010, diakses tanggal 9

Maret 2016 Pukul 18.37 WIB

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

5

Tindakan lain yang dilakukan penegak hukum dalam menangani kasus

kecelakaan adalah kewenangan diskresi. Diskresi sebagai kebebasan

bertindak atau mengambil keputusan dari para pejabat administrasi negara

yang berwenang dan berwajib menurut pendapat sendiri.7

Kewenangan diskresi Kepolisian dilakukan langsung pada saat itu juga

dan tanpa meminta petunjuk atau keputusan dari atasannya, sebagai contoh

untuk menghindari terjadinya penumpukan arus lalu lintas di suatu ruas

jalan, petugas kepolisian memberi isyarat untuk terus berjalan kepada

pengemudi kendaaraan meskipun saat itu lampu pengatur lalu lintas

berwarna merah dan sebagainya. Kewenangan diskresi kepolisian

sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pada Pasal 18

ayat (1) disebutkan bahwa “Untuk kepentingan umum pejabat kepolisian

Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri”.

Ketika menyelesaikan perkara kecelakaan lalu lintas, setiap anggota

kepolisian memiliki keterikatan terhadap norma atau kaidah untuk

melaksanakan kewajibannya sebagai penegak hukum.

Seperti das sollen yang merupakan suatu kenyataan normatif (apa yang

seyogyanya), yakni suatu keharusan yang wajib dijalankan, bukan

menyatakan sesuatu yang terjadi secara nyata, melainkan apa yang

seharusnya atau seyogyanya terjadi.8

7 S. Prajudi Atmosudirjo, 1994, Hukum Administarsi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, hml. 82

8 Mertokusumo, Sudikno. 1999. Mengenal hukum suatu pengantar. Jogjakarta. Liberty. Hal. 16

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

6

Dengan begitu setiap anggota dari lembaga kepolisian wajib untuk

menyatakan sesuatu yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah,

tanpa memutarbalikan fakta sebagai suatu kepentingan dan tanpa melihat

akhir dari apa yang timbul dari setiap kewajibannya sebagai aparat penegak

hukum dan pelaksana undang-undang. Namun seorang polisi juga seorang

manusia, yang terkadang tidak hanya menggunakan akal logika dalam

menjalankan tugasnya demi tercapai tujuan penegakan hukum tetapi juga

menggunakan hati nuraninya. Das sein adalah suatu kenyataan perilaku

ketika dorongan nurani terlahiriahkan.9 Dapat dikatakan polisi adalah selain

seorang aparat penegak hukum yang merupakan bagian dari masyarakat,

sehingga dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang menurutnya dapat

diselesaikan dengan cara yang dipilih dan sesuai dengan para masing-

masing pihak terkait tetapi tetap tidak keluar dari jalur peraturan perundang-

undangan yang telah disahkan.10

Bagi masyarakat yang terlibat dalam suatu perkara pidana kecelakaan

lalu lintas, terdapat 2 (dua) cara untuk dapat menyelesaikan perkara

tersebut. Cara pertama, dapat ditempuh melalui jalur hukum, dimana suatu

Perkara pidana kecelakaan lalu lintas ringan dan sedang diperiksa dan

diadili melalui Acara Pemeriksaan Singkat, sedangkan perkara pidana

kecelakaan lalu lintas berat (menimbulkan luka berat atau meninggal dunia)

diperiksa dan diadili melalui Acara Pemeriksaan Biasa oleh Pengadilan.

9 Sadjiono. 2008. Etika profesi hukum. Surabaya : Laksbang Mediatama. Hal. 59

10

Nyonya Mercy. http://www.kantorhukum-lhs.com/1?id=Fenomena-Diskresi-VS-Korupsi

diakses tanggal 07 Maret 2016

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

7

Cara kedua melalui penyelesaian di luar Pengadilan. Cara yang ditempuh

ialah melalui jalur perdamaian antara pihak pelaku kepada korban.

Pertanggungjawaban pidana pada kecelakaan lalu lintas berat seharusnya

diselesaikan melalui Pengadilan. Akan tetapi dalam tataran implementasinya

dengan kewenangan diskresi penegak hukum dalam hal ini kepolisian, kasus

kecelakaan lalu lintas berat dapat diselesaikan diluar pengadilan. Berdasarkan

uraian permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk membuat penulisan

hukum dengan judul “Analisis Penyelesaian Kasus Kecelakaan Lalu Lintas

Dalam Menetapkan Korban Dan Pelaku Yang Mengakibatkan Kematian

Melalui Jalur Perdamaian (Study Penyelesaian Kasus Di Satlantas Polres Kota

Malang)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara penyelesaian kasus kecelakaan Lalu Lintas dalam

menetapkan korban dan pelaku yang mengakibatkan kematian melalui

Jalur Perdamaian?

2. Bagaimana pertimbangan kepolisian dalam penyelesaian kasus

kecelakaan Lalu Lintas dalam menetapkan korban dan pelaku yang

mengakibatkan kematian melalui jalur perdamaian?

3. Bagaimanakah dampak bagi korban dan pelaku dari proses penyelesaian

kasus kecelakaan lalu lintas melalui jalur perdamaian?

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

8

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut diataqs, maka

tujuan dari penulisan ini ialah :

1. Untuk mengetahui tata cara penyelesaian kecelakaan lalu lintas dalam

menetapkan korban dan pelaku yang mengakibatkan kematian melalui

jalur perdamaian.

2. Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan kepolisian dalam

penyelesaian kasus kecelakaan Lalu Lintas dalam menetapkan korban

dan pelaku yang mengakibatkan kematian melalui jalur perdamaian.

3. Untuk mengetahui dampak bagi korban dan pelaku dari proses

penyelesaian tindak pidana lalu lintas melalui jalur perdamaian.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat bagi masyarakat

Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan dan

pengajian ilmu hukum, serta memberikan

2. Manfaat bagi Penulis

Untuk mengetahui seberapa jauh cara penyelesaian kasus kecelakaan

Lalu Lintas dalam menetapkan korban dan pelaku yang mengakibatkan

kematian melalui jalur perdamaian.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

9

3. Manfaat Bagi Penegak Hukum

Dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman

untuk melaksanakan satu peraturan perundang-undangan dengan baik

sehingga dapat meminimalisir kesalahan agar dapat tercapainya suatu

keadilan serta kepastian hukum.

E. Kegunaan Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis

maupun masyarakat pada umumnya. Adapun kegunaan penelitian ini

dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu :

1. Secara Teoritis

Kegunaan penulisan ini secara teoritis adalah memberikan sumbangan

terhadap pengembangan ilmu hukum pidana, yaitu hal-hal yang

berkaitan dengan penerapan keadilan melalui jalur perdamaian terhadap

proses penyelesaian kecelakaan lalu lintas sebagai bahan pertimbangan

dalam penyempurnaan kaidah-kaidah hukum yang akan datang.

2. Secara Praktis

Diharapkan hasil penulisan ini dapat berguna untuk memberi informasi

dan gambaran bagi pemerintah, aparat penegak hukum, dan masyarakat

mengenai tata cara penyelesaian tindak pidana kecelakaan lalu lintas

melalui jalur perdamaian.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

10

F. Metode Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini akan dibuat dalam bentuk penelitian yang juga

membutuhkan beberapa terapan ilmu demi memudahkan tercapainya

penelitian yang ilmiah dan dapat memberikan sumber data serta sumber

ilmu yang akurat.

Penelitian dalam ilmu hukum adalah keseluruhan aktivitas berdasarkan

disiplin ilmiah untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis dan

menginterperstasikan fakta serta hubungan di lapangan hukum yang relevan

bagi kehidupan hukum, dan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dapat

dikembangkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan cara-cara ilmiah untuk

menanggapi berbagai fakta dan hubungan tersebut.11

Penulis menggunakan metode penelitian yang sesuai untuk memperoleh

informasi dan data data yang akan mempermudah pengambilan sebuah

kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan antara lain :

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode yuridis sosiologis,

yang artinya dalam penelitian ini yang diteliti adalah data primer dan

data skunder. Dimana dalam metode ini yang diteliti pada awalnya

adalah data skunder, untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian

terhadap data primer di lapangan atau terhadap masyarakat terutama

yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian ini.

11 Zainudin Ali. 2013. Metode Penelitian Hukum (Cetakan keempat). Jakarta: Sinar Grafika.

Hal. 18 berdasarkan sumber hukum dari Teuku Mohammad Radhie. Penelitian Hukum dalam

Pembinaan dan Pembaharuan Hukum Nasional. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Hukum

Nasional ke III. (Jakarta: BPHN, Departemen Kehakiman, 1994). hal . 14

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

11

2. Lokasi Penelitian

Dalam penulisan hukum ini penulis memilih lokasi penelitian di

Satlantas Polres Kota Malang dengan alasan di lokasi penelitian tersebut

banyak ditemukan data mengenai penyelesaian kasus kecelekaan lalu

lintas dalam menentukan korban dan pelaku melalui jalur perdamaian.

3. Informan

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber Informasi adalah pihak-pihak

yang terkait dalam permasalahan yang ada dalam menelitian ini. Informasi

yang menjadi sumber data adalah Kanit dari LAKA Polres Kota Malang.

Penentuan informan tersebut menggunakan metode purposive sampling,

yaitu penetapan sampel oleh peneliti karena telah diketahui bahwa sampel

yang dipilih telah memiliki karakteristik-karakteristik khusus yang sesuai

dengan tujuan penelitian atau sifat tertentu ysng dapat menjawab

permasalahan penelelitian. Jadi subyek yang memenuhi karakteristik yang

telah ditetapkan akan dijadikan responden.

4. Pengambilan Data

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lokasi

penelitian yang berfungsi sebagai data utama yaitu hasil wawancara

peneliti dengan pihak Kepolisian Satlantas Polres Kota Malang.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka, yaitu

literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan dan tujuan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

12

dari penelitian ini.12

Sumber data sekunder diperoleh dari studi

kepustakaan (library research), yaitu dengan menghimpun dat-data

dari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian dalam bentuk

jurnal dan peraturan perundang-undangan yang terkait.

c. Data Tesier

Data Tersier adalah bahan hukum yang diperoleh dari ensiklopedia,

kamus hukum dan lain sebagainya. Penulis menggunakan bahan

hukum tersier guna memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna

terhadap bahan hukum Primer dan bahan hukum Sekunder.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, penulis ini menggunakan teknik pengumpulan

data penelitian yakni sebagai berikut :

a. Wawancara atau interview yaitu suatu teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara tanya jawab langsung pada pihak terkait

yaitu pihak pihak Kepolisian Satlantas Polres Kota Malang.

b. Studi Dokumen yaitu berupa pengumpulan data-data yang dimiliki oleh

para pihak, berupa catatan catatan yang digunakan oleh penulis untuk

membantu melengkapi data data yang kurang dalam penulisan hukum ini.

c. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan yaitu berupa pengumpulan data-data dari bahan

pustaka yang dianggap berkesinambungan dengan hal-hal yang akan

diuraikan baik dari buku maupun dari internet.

12 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

singkat. Jakarta. Rajawali Pers. hal 12.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

13

6. Metode Analisa Data

Metode analisa data yang akan digunakan oleh penulis adalah Diskriptif

Analitis yaitu dengan menggambarkan atau memaparkan secara jelas

kondisi atau kenyataan di lapangan yang selanjutnya disimpulkan dalam

suatu uraian, dengan menghubungan data yang diperoleh dengan teori

dan peraturan yang ada sehingga natinya dapat ditarik sebuah

kesimpulan dari berbagai masalah yang ada.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Penyelesaian Kasus

Kecelakaan Lalu Lintas Dalam Menetapkan Korban Dan Pelaku Yang

Mengakibatkan Kematian Melalui Jalur Perdamaian (Studi Penyelesaian

Kasus Di Satlantas Polres Kota Malang)”, untuk lebih mempermudah dalam

penyusunan penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam penelitian ini penulis membagi pendahuluan dalam

beberapabeberapa sub bab diantaranya terdiri dari latar belakang, sebagai

penjelasan dan pengantar dalam permasalah yang diangkat oleh penulis.

Rumusan masalah di bagi menjadi tiga permasalahan, yang akan menjadi

fokus permasalahan dalam penulisan ini. Tujuan, merupakan penyampaian

yang akan dilakukan oleh penulis dalam membuat penelitian hukum ini.

Manfaat penelitian serta keguanan penelitian yang terdiri dari manfaat

masyarakat, penulis dan bagi penegak hukum serta kegunaan secara teoritis

dan secara praktis yang menjadi suatu penjelasan mengenai siapa dan apa

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33316/2/jiptummpp-gdl-woroedyati-44653... · 2016-10-11 · termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

14

saja yang akan mendapatkan manfaat serta kegunaan penelitian ini. Tinjauan

pustaka merupakan penggunaan beberapa terminologi yang akan digunakan

oleh penulis guna memfokuskan permasalahan yang akan dibahas. Metode

penulisan yang digunakan oleh Penulis merupakan yuridis Sosiologis yang

akan dilakukan dengan cara melakukan studi lapang dalam melakukan analis

mengenai penyelesaian kasus kecelakaan Lalu Lintas dalam menetapkan

korban dan pelaku yang mengakibatkan kematian melalui jalur perdamaian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tinjauan pustaka maka batasan yang dibuat oleh penulis dengan

menggunakan beberapa terminologi, akan diuraikan dan dijabarkan sesuai

dengan kajian pustaka yang ada beserta pendapat para ahli yang akan

didapatkan oleh penulis dalam penelitian pustakaan ini.

BAB III : PEMBAHASAN

Bab ini adalah inti dari penulisan hukum yang dibuat oleh penulis, dalam

bab pembahasan maka semua pokok permasalahan yang diangkat oleh penulis

akan diuraikan dan dijabarkan secara jelas oleh penulis sesuai dengan sumber

yang didapatkan oleh penulis dalam gambaran umum dari tempat penelitian,

tentang penyelesaian kasus kecelakaan Lalu Lintas dalam menetapkan korban

dan pelaku yang mengakibatkan kematian melalui jalur perdamaian.

BAB IV : PENUTUP

Kesimpulan dan saran dari pembahasan yang dilakukan oleh penulis

terhadap permasalahan yang diangakat terdapat dalam bab penutup yang

akan menjadi masukan bagi instansi penegak hukum yang berkaitan dengan

permasalahan dalam penulisan ini.